REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN"

Transkripsi

1 REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S.) BAGIAN 143 SERTIFIKASI DAN PERSYARATAN PENGOPERASIAN BAGI PENYELENGGARA PELATIHAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN 0 P age

2 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 13 TAHUN 2009 TANGGAL : 16 FEBRUARI 2009 PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S.) BAGIAN 143 SERTIFIKASI DAN PERSYARATAN PENGOPERASIAN BAGI PENYELENGGARA PELATIHAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN 1

3 DAFTAR ISI SUB BAGIAN 143 A UMUM Ketentuan Definisi Persetujuan (Approval) Sertifikat dan Pelatihan Khusus yang diperlukan Persyaratan Sertifikat Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Pedoman Prosedur Pelatihan Permohonan untuk Penerbitan atau Perubahan (amandemen) Lokasi Fasilitas Kantor dan Pusat Pelatihan Persyaratan Manajemen dan Personel Fasilitas Sistem Kendali Mutu Cabang Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Tampilan Sertifikat Pemeriksaan Pembatasan Periklanan Penyimpangan atau Pelepasan Hak Masa Berlaku, Pembekuan, Pencabutan dan Penyerahan Sertifikat Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan.. 12 i

4 SUB BAGIAN 143 B PERSYARATAN KURIKULUM DAN SILABUS PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN Ketentuan Persetujuan Program Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Persyaratan Kurikulum Program Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Pendaftaran Sertifikat Kelulusan. 15 SUB BAGIAN 143 C SKEMA DAN KURIKULUM PELATIHAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN Ketentuan Pelatihan bagi Personel Pengajar Persyaratan Pengajar (instruktur) Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Wewenang, Pembatasan bagi Pengajar (instruktur) dan Personel Evaluasi Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Persyaratan Pelatihan dan Pemeriksaan Bagi Pengajar (Instruktur) Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Persyaratan Personel Evaluasi Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Alat Simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan Peralatan Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan SUB BAGIAN 143 D PERATURAN PENGOPERASIAN Ketentuan Wewenang Pembatasan 21 ii

5 SUB BAGIAN 143 E PENYIMPANAN DOKUMEN, ARSIP YANG DIPERSYARATKAN Ketentuan Persyaratan Penyimpanan Rekaman. 21 SUB BAGIAN 143 F KURSUS (MATA PELAJARAN) YANG DISETUJUI LAINNYA Pengadaan Kursus (mata pelajaran) yang disetujui lainnya.. 23 iii

6 SUB BAGIAN 143 A UMUM Ketentuan 1. Bagian ini menjelaskan tata cara persyaratan penerbitan sertifikasi dan operasional penyelenggaraan pelatihan bagi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. 2. Kursus (mata pelajaran) dan penerapannya diperuntukkan bagi personel Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Definisi Yang digunakan pada bagian ini: Kurikulum inti Kumpulan mata pelajaran yang disetujui oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk digunakan oleh penyelenggara dan cabang Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. Kurikulum inti ini terdiri dari pelatihan yang diperlukan dalam penerbitan sertifikasi. Kursus (1) Suatu program pembelajaran untuk mendapatkan sertifikat Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan, kualifikasi, wewenang atau pembaharuan bidang pelayanan lalu lintas penerbangan; (2) Suatu program pembelajaran untuk memenuhi persyaratan program pelatihan, sertifikasi, kualifikasi, wewenang atau pembaharuan bidang Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan; atau (3) Suatu kurikulum, sebagian atau komponen kurikulum yang diinginkan. Perangkat Kursus/Mata Pelajaran Bahan pengajaran yang dikembangkan untuk masing-masing kursus atau kurikulum, termasuk rencana pelajaran, gambaran bidang penerbangan, program perangkat lunak komputer, program audio visual, panduan kerja dan buku pegangan atau tampilan pelatihan. Personel Evaluasi Seseorang yang ditunjuk Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk melakukan pemeriksaan, dan pengujian sertifikasi kecakapan personel, rating tambahan dan atau fasilitas penyeleggara pelatihan pelayanan lalu lintas penerbangan. 1

7 Alat simulasi/peralatan pelatihan Suatu alat simulasi sebagaimana dijelaskan dalam pada bagian ini. Pengajar/Instruktur Seseorang yang dipekerjakan oleh pusat pelatihan dan ditunjuk untuk memberikan pengajaran sesuai dengan Sub Bagian 143 C ini. Kurikulum Khusus Kumpulan mata pelajaran yang dirancang untuk memenuhi persyaratan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil disetujui oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk digunakan pada pusat / cabang penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. Kurikulum khusus ini dapat diperuntukkan satu atau lebih pusat penyelenggara pelatihan. Pusat Pelatihan Suatu organisasi yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan, pengujian dan pemeriksaan terhadap subjek Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan pada CASR ini. Program Pelatihan Kursus (mata pelajaran), perangkat pelajaran, fasilitas, peralatan latihan terbang, dan personel yang diperlukan untuk mencapai tujuan pelatihan tertentu. Dapat termasuk kurikulum inti dan Kurikulum Khusus/Keahlian. Pelatihan dan Pemeriksaan Kredit Jumlah waktu tertentu untuk tugas praktek operasional yang menjadi persyaratan kursus pada CASR ini. Peralatan Pelatihan Peralatan simulasi atau peralatan pelatihan lanjutan yang memberikan pelatihan dan pemeriksaan kredit oleh Direktur Jenderal. Pelatihan khusus Dokumen yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk sertifikat pusat pelatihan yang dipegang yang menjelaskan pelatihan, pemeriksaan dan pengujian wewenang dan keterbatasan dan persyaratan program pelatihan yang tertentu Penerbitan Persetujuan (Approval) 1. Penerbitan persetujuan organisasi pelatihan dan perpanjangan masa berlaku tergantung pada persyaratan dalam lampiran. 2

8 2. Dokumen Persetujuan harus berisikan paling kurang hal-hal sebagai berikut: a. nama organisasi dan lokasi; b. tanggal penerbitan dan masa berlaku; c. persyaratan dalam persetujuan Sertifikat dan Pelatihan Khusus yang diperlukan Tidak seorang pun diijinkan menyelenggarakan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tanpa atau melanggar ketentuan dalam sertifikat dan pelatihan khusus yang diterbitkan dalam bagian ini Persyaratan Sertifikat Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan pelatihan khusus dengan pembatasan akan diterbitkan apabila pemohon memperlihatkan memiliki fasilitas yang layak, peralatan dan personel pelatihan yang diusulkan oleh penyelenggara. 2. Melengkapi permohonan untuk sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dalam formulir dengan cara yang ditentukan oleh Direktur Jenderal berisikan skema informasi dalam butir pada bagian ini. 3. Setiap pemohon untuk penerbitan sertifikat penyelenggara pelatihan awal Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang asli bermaksud untuk menyelenggarakan pelatihan pada bagian ini harus menyerahkan informasi keuangan berikut ini: a. Lembaran saldo yang menunjukkan modal, pertanggungjawaban dan nilai bersih sesuai tanggal, tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari sebelum tanggal permohonan. b. Rincian rekening yang dapat dipertanggungjawabkan lebih dari 60 (enam puluh) hari setelah dari batas waktu saldo, bila ada, menunjukan nama pemberi kredit dan alamat. Gambaran pertanggungjawaban jumlah dan batas waktu pertanggungjawaban. c. Rincian tuntutan secara hukum, bila ada, melawan pemohon sesuai tanggal permohonan memperlihatkan masing-masing nama penuntut dan alamat dan gambaran jumlah tuntutan. d. Rincian proyeksi dari operasional yang diusulkan selama 6 (enam) bulan penuh sebelum bulan bila mana sertifikat diharapkan akan terbitkan, termasuk: 1) perkiraan jumlah dan sumber pendapatan operasional dan non operasional, termasuk identifikasi pengadaan dan antisipasi penghasilan dari kontrak/perjanjian; 3

9 2) perkiraan jumlah pengeluaran operasional dan non operasional dengan klasifikasi target pengeluaran; dan 3) perkiraan keuntungan bersih atau kerugian dalam suatu kurun waktu tertentu. e. Perkiraan uang tunai yang akan dibutuhkan untuk tujuan operasional selama 6 (enam) bulan setelah bulan pertama bila mana sertifikat diharapkan akan terbit, termasuk penjelasan lengkap sebagai berikut: 1) penerimaan properti dan peralatan; 2) masa berakhirnya hutang; 3) penambahan modal; 4) kerugian operasional lain lebih dari penurunan nilai dan amortisasi; dan 5) subjek lain sebagai pertimbangan penting oleh Direktur. f. Perkiraan uang tunai yang akan tersedia selama 6 (enam) bulan pertama sebelum bulan bilamana sertifikat diharapkan akan diterbitkan, memberikan penjelasan lengkap dari: 1). penjualan properti atau peralatan penerbangan; 2). hutang baru; 3). hak keadilan; 4). pengurangan modal; 5). operasional (keuntungan); 6). penurunan nilai dan amortization dan lain-lain. g. Jadwal jaminan asuransi yang berpengaruh pada tanggal saldo memperlihatkan perusahaan asuransi, nomor polis, jenis asuransi, jumlah dan masa cakupan dan kondisi khusus, pengeluaran dan pembatasan. h. Informasi keuangan lainnya yang dibutuhkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk menentukan bahwa pemohon memiliki sumber keuangan yang cukup untuk menyelenggarakan operasional dengan tingkat keselamatan yang dibutuhkan bagi kepentingan masyarakat. 4. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menyerahkan laporan lengkap keuangan untuk 6 (enam) bulan pertama dalam tiap tahun pembukuan dan laporan keuangan yang lain untuk tiap tahun pembukuan yang lengkap. 5. Tiap-tiap laporan keuangan berisikan informasi keuangan yang dibutuhkan dalam paragraf (4) harus disiapkan berdasarkan catatan rekening dan dipertahankan dalam penambahan simpanan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar catatan rekening yang biasanya diterima, harus berisikan nama, alamat perusahaan akunting umum pemohon, bila ada. Informasi yang diserahkan harus ditandatangani oleh petugas, pemilik, atau rekan kerja pemohon atau pemegang sertifikat. 4

10 Pedoman Prosedur Pelatihan 1. Pemohon harus menyiapkan pedoman prosedur pelatihan. Tiap-tiap pedoman harus diidentifikasi secara khusus dan harus mencakup sekurang-kurangnya hal-hal berikut ini: a. sistem untuk perubahan/amandemen; b. nama pemilik dan salinan nomor; c. gambaran umum tentang ruang lingkup kewenangan pelatihan di bawah ketentuan organisasi yang ada dalam persetujuan; d. program-program pelatihan yang ditawarkan termasuk perangkat pelajaran dan peralatan yang akan digunakan; e. gambaran prosedur yang digunakan untuk menetapkan dan mempertahankan kompetensi pengajar; f. gambaran tentang cara yang digunakan untuk penyelesaian dan penyimpanan rekaman pelatihan; g. gambaran tentang sistem kendali mutu organisasi; h. struktur organisasi, menunjukan pertanggungjawaban daftar tingkat pelaporan dalam struktur organisasi; i. gambaran tugas dan tanggung jawab pelaporan dalam struktur organisasi; j. Rencana dasar yang sederhana tentang fasilitas, menunjukan lokasi ruang belajar dan perkantoran dan gambaran umum dari fasilitas; k. kualifikasi instruktur/pengajar; l. gambaran sistem kendali mutu yang menjamin kebijakan dan prosedur dilaksanakan secara efektif pada tempatnya; m. salinan kurikulum pelajaran; n. contoh salinan pertanyaan ujian, yang menggambarkan semua subjek yang diajarkan; o. penjelasan dengan cara bagaimana kehadiran dan tingkatan siswa dapat dibuktikan; p. gambaran pengecualian untuk persyaratan kehadiran q. prosedur untuk pengembangan ujian; r. salinan sertifikat kelulusan; s. daftar nama dan tanda tangan semua yang berwenang untuk menandatangani sertifikat, formulir dan surat menyurat; t. gambaran prasyarat pelajaran untuk pelatihan dasar; u. daftar bahan referensi; v. gambaran alat bantu pelatihan yang disediakan untuk pelatihan dasar. 2. Organisasi pelatihan harus menjamin bahwa pelatihan dan pedoman prosedur telah diamandemen agar menjaga informasi terkini. 3. Salinan dari semua amandemen untuk pelatihan dan pedoman prosedur harus dilengkapi secara tepat bagi semua organisasi atau personel yang pedoman telah diterbitkan. 5

11 Permohonan untuk Penerbitan atau Perubahan (amandemen) 1. Pemohon untuk sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan pelatihan khusus harus: a. Dibuat dalam formulir dengan cara yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. b. Dibuat paling kurang 120 (seratus dua puluh) hari kalender sebelum permulaan pelatihan yang diusulkan atau 60 (enam puluh) hari kalender sebelum perubahan efektif berlaku untuk pelatihan yang disetujui, kecuali masa pengisian yang lebih pendek disetujui oleh Direktur Jenderal. 2. Tiap-tiap permohonan untuk sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan pelatihan khusus harus menyediakan: a. pernyataan yang menunjukan bahwa persyaratan kuallifikasi minimum untuk tiap posisi manajemen memenuhi syarat atau lebih; b. pembahasan penempatan lulusan harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; c. wewenang pelatihan yang diusulkan dan pelatihan khusus yang diminta oleh pemohon; d. wewenang evaluasi yang diusulkan; e. gambaran peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang diusulkan pemohon untuk digunakan; f. gambaran fasilitas pelatihan pemohon, peralatan, kualifikasi personel yang akan dipakai dan rencana evaluasi yang diusulkan; g. kurikulum program pelatihan, termasuk silabus, skema, perangkat pelajaran, prosedur dan dokumentasi untuk mendukung item yang dibutuhkan dalam Sub Bagian B pada bagian ini, diminta oleh Direktur Jenderal; h. gambaran sistem penjagaan rekaman yang akan mengidentifikasi dan dokumentasi rincian pelatihan, kualifikasi dan sertifikat siswa, pengajar dan Personel Evaluasi; i. gambaran pengukuran kendali mutu yang diusulkan; j. Unjuk kualifikasi kerja dan kemampuan pemohon menyelenggarakan pelatihan untuk sertifikat dan rating dalam waktu lebih singkat dari pada waktu minimum, bila pemohon mengusulkannya. 3. Fasilitas dan peralatan yang digambarkan dalam paragraf 2.f. pada bagian ini harus: a. tersedia untuk inspeksi dan evaluasi sebelum proses persetujuan; b. pada tempatnya dan dapat dioperasikan pada lokasi yang diusulkan penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan sebelum penerbitan sertifikat. 6

12 4. Pemohon yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Direktur Jenderal pada bagian ini diberikan untuk: a. sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan berisikan nama sekolah yang dimasukkan dalam surat permohonan bila mana pemegang sertifikat dapat menyelenggarakan operasional pelatihan dan alamat kantor sekolah yang digunakan oleh pemegang sertifikat; dan b. pelatihan khusus, diterbitkan oleh Direktur Jenderal kepada pemegang sertifikat; berisikan: 1) jenis pelatihan yang disahkan,termasuk pelajaran yang disetujui; 2) untuk tiap alat simulasi dan peralatan pelatihan untuk kualifikasi, dievaluasi oleh Direktur Jenderal; 3) nama dan alamat semua penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan beserta cabangnya dan pelajaran yang disetujui, disampaikan pada tiap cabang penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan; 4) wewenang penyimpangan atau pelepasan hak dari bagian ini dan 5) Item lain yang diperbolehkan atau diijinkan oleh Direktur Jenderal 5. Pada suatu waktu, Direktur Jenderal berhak mengadakan perubahan (amandemen) sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan: a. bila inisiatif dari Direktur Jenderal; b. Tepat pada waktu permohonan oleh pemegang sertifikat. 6. Pemegang sertifikat harus mengisi permohonan untuk mengamandemen sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan paling kurang 60 (enam puluh) hari kalender sebelum tanggal efektif perubahan yang diusulkan pemohon kecuali perbedaan masa pengisian yang disetujui oleh Direktur Jenderal Lokasi Fasilitas Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan boleh memiliki pusat pelatihan atau fasilitas lainnya yang terletak diluar Republik Indonesia. Dengan syarat Direktur Jenderal memutuskan bahwa lokasi dari pusat pelatihan dan fasilitas pada tempat itu diperlukan untuk pelatihan siswa yang berkewarganegaraan Indonesia. 7

13 Kantor dan Pusat Pelatihan 1. Tiap-tiap pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus mempertahankan kantor Kepala Sekolah dengan alamat surat dalam nama yang ditunjukkan pada masing-masing sertifikat. 2. Fasilitas dan peralatan pada kantor kepala sekolah harus memadai untuk mejaga berkas-berkas dan rekaman yang dibutuhkan untuk pengoperasian organisasi. 3. Kantor Kepala Sekolah tidak boleh berbagi dengan atau dipakai bersamaan dengan penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang lain. 4. Sebelum perubahan lokasi sekolah atau pusat pelatihan, tiap-tiap pemegang sertifikat harus memberitahukan Direktur Jenderal dan pemberitahuan harus: a. diserahkan secara tertulis paling kurang 30 (tiga puluh) hari sebelum perubahan lokasi; dan b. disertai dengan perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk skema pelatihan yang disetujui bagi pemegang sertifikat. 5. Pemegang sertifikat dapat menyelenggarakan pelatihan pada pusat pelatihan lebih dari satu yang ditentukan dalam sertifikat, apabila: a. Direktur Jenderal telah memeriksa dan menyetujui pusat pelatihan yang digunakan oleh pemegang sertifikat. b. Kursus pelatihan dan perubahan yang diperlukan harus disetujui oleh Direktur Jenderal untuk menggunakan pusat pelatihan tersebut Persyaratan Manajemen dan Personel Pemohon sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menunjukkan bahwa: 1. Setiap kurikulum yang diusulkan, penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan memiliki dan mempertahankan jumlah yang memadai bagi pengajar (instruktur) yang berkualifikasi sesuai dengan Sub Bagian C pada bagian ini untuk menunaikan kewajiban di mana mereka ditugaskan. 2. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menunjuk dan mempertahankan jumlah yang memadai bagi Personel Evaluasi yang disetujui untuk mengadakan pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan untuk kelulusan bagi para calon dalam 7 (tujuh) hari kalender penyelesaian pelatihan untuk semua kurikulum untuk lisensi. 8

14 Fasilitas 3. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan memiliki dan mempertahankan jumlah yang memadai bagi personel manajemen yang berkualifikasi dan berkompetensi untuk menunaikan kewajibannya dan 4. Perwakilan manajemen dan semua personel yang ditunjuk oleh pusat pelatihan untuk mengadakan langsung pelatihan terhadap siswa, adalah dapat memahami, membaca, menulis dan berbicara fasih dalam berbahasa inggris. 1. Pemohon untuk atau pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menjamin bahwa: a. Tiap-tiap ruangan, tempat pelatihan atau ruangan lain digunakan untuk tujuan instruktusional terkendali suasananya, berventilasi dan cukup pencahayaan menyesuaikan pada gedung lokal, sanitasi dan kode kesehatan. b. Fasilitas yang digunakan untuk pengajaran tidak terganggu kesehariannya yang disebabkan oleh pengoperasian pesawat dan operasi pemeliharaan di bandara. 2. Pemohon untuk atau pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menetapkan dan mempertahankan kantor Kepala Sekolah yang secara fisik terletak pada alamat yang ditunjukkan pada sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. 3. Rekaman yang perlu dijaga pada bagian ini harus diletakkan dalam fasilitas yang memadai untuk tujuan dimaksud. 4. Pemohon untuk atau pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus memiliki pengadaan yang terpisah dari yang lain (ekslusif), untuk masa waktu yang cukup dan pada lokasi yang disetujui oleh Direktur Jenderal, peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang memadai dan perangkat kursus (mata pelajaran), termasuk paling kurang satu alat simulasi atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan lanjutan. 5. Sertifikat Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan kemungkinan dapat diterbitkan bagi pemohon yang memiliki kantor pusat atau lokasi penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan di luar wilayah Indonesia. 9

15 Sistem Kendali Mutu 1. Sistem kendali mutu harus ditetapkan dalam rangka menjamin bahwa kebijakan dan prosedur yang ditentukan dalam pedoman prosedur pelatihan dilaksanakan pada tempatnya. 2. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menunjuk satu personel yang akan bertanggung jawab menjamin keutuhan/integritas program kendali mutu. 3. Personel yang ditunjuk sesuai dengan paragraf 2 (dua) harus memiliki: a. Pengalaman sebagai pelatih dan/atau pengurus (administrator) pada pusat pelatihan yang diakui. b. Unjuk kemampuan untuk menangani program kendali mutu. 4. Tiap-tiap penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Patuh dengan kursus (mata pelajaran) pelatihan yang disetujui. b. Menyediakan pelatihan dengan kualitas/mutu seperti itu yang memenuhi persyaratan pada bagian ini. 5. Kegagalan penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan untuk mempertahankan mutu dari pelatihan khusus dalam paragraf 4 pada bagian ini dapat menjadi dasar pembekuan atau pencabutan sertifikat organisasi. 6. Apabila diminta oleh Direktur Jenderal, penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus mengijinkan Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk menangani ujian pengetahuan, ujian praktek, pemeriksaan semester atau ujian akhir bagi siswa. 7. apabila ujian semester atau ujian akhir ditangani oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan ketentuan dalam paragraf 6 pada bagian ini, dan siswa belum menyelesaikan kursus pelatihan, kemudian pengujian akan berdasarkan standar yang ditentukan dalam kursus (mata pelajaran) pelatihan organisasi yang disetujui. 8. apabila ujian praktek dan ujian pengetahuan ditangani oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan ketentuan dalam paragraf 6 pada bagian ini, siswa yang telah menyelesaikan kursus (mata pelajaran) pelatihan organisasi, pengujian tersebut akan berdasarkan wilayah operasi yang disetujui oleh Direktur Jenderal Cabang Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dapat mengadakan pelatihan sesuai dengan program pelatihan yang disetujui pada Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis, apabila: 10

16 a. Fasilitas, peralatan, personel dan kursus (mata pelajaran) yang terkandung pada Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis memenuhi persyaratan pada peraturan ini. b. Pengajar dan Personel Evaluasi pada Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis dibawah pengawasan langsung dari personel manajemen pusat pelatihan. c. Direktur Jenderal diberitahu secara tertulis bahwa penyelenggara unit pelaksana teknis khusus memulai operasi paling kurang 60 (enam puluh) hari sebelum awal pengusulan pengoperasian pada Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis dan d. Pemegang sertifikat spesifikasi pelatihan mewakili nama dan alamat Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis dan kursus (mata pelajaran) yang ditawarkan pada Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis. 2. Pemegang sertifikat pelatihan khusus harus menentukan operasi yang diperlukan dan disahkan pada Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Unit Pelaksana Teknis Tampilan Sertifikat 1. Tiap-tiap pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menampilkan sertifikat secara jelas pada tempat yang mudah dilihat di dalam kantor kepala sekolah penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. 2. Sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan spesifikasi pelatihan harus mudah untuk diperiksa bila diminta oleh: Pemeriksaan a. perwakilan yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal; b. perwakilan yang ditugaskan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT); c. petugas Pelaksana Hukum. 1. Direktur Jenderal memeriksa tiap-tiap pemegang sertifikat setiap 5 (lima) tahun dalam rangka menentukan kepatuhan dengan atau penentuan awal atau kelanjutan pemenuhan syarat untuk sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan pelatihan khusus. 11

17 2. Kecuali yang telah diatur dalam paragraf 1 tiap-tiap pemegang sertifikat harus mengijinkan Direktur Jenderal untuk memeriksa fasilitas, peralatan dan rekaman pada waktu dan tempat yang layak Pembatasan Periklanan 1. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tidak boleh membuat pernyataan yang salah berkenaan dengan sertifikasi atau yang menyesatkan sehingga seseorang berpikir kembali untuk mendaftar pada organisasi tersebut. 2. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tidak boleh mengiklankan bahwa organisasi tersebut sudah bersertifikat kecuali telah jelas perbedaan antara kursus (mata pelajaran) yang disetujui pada Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 143 dan yang tidak disetujui pada Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus segera menghilangkan: a. Mulai dari ruangan yang kosong, semua tanda-tanda yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut telah disertifikasi oleh Direktur Jenderal. b. Semua penunjukan (termasuk tanda-tanda), dimana pun letaknya bahwa organisasi tersebut telah disertifikasi oleh Direktur Jenderal bilamana sertifikat tersebut telah diserahkan, dibekukan atau dicabut Penyimpangan atau Pelepasan Hak 1. Direktur Jenderal dapat mengeluarkan penyimpangan atau pelepasan hak dari persyaratan pada bagian ini. 2. Pemohon penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan meminta penyimpangan atau pelepasan hak harus memberikan Direktur Jenderal dengan informasi yang dapat diterima yang menunjukkan bahwa: a. dasar pembenaran terhadap penyimpangan atau pelepasan hak; dan b. penyimpangan atau pelepasan hak tersebut tidak akan berdampak pada mutu pelatihan atau pemeriksaan Masa Berlaku, Pembekuan, Pencabutan dan Penyerahan Sertifikat Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Setiap sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus dipertimbangkan masa berlakunya dan sah secara hukum, kecuali: 12

18 a. Pemegang sertifikat secara sukarela menyerahkannya kepada Direktur Jenderal. b. Direktur Jenderal memutuskan untuk membekukan atau mencabut sertifikat secara keseluruhan atau sebahagian. c. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan menyadari pelanggaran dari ketentuan dalam sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. 2. Dimana sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan telah dibekukan atau dicabut, sertifikat harus dikembalikan ke Direktur Jenderal dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima pemberitahuan pembekuan atau pencabutan. 3. Dimana penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan mengembalikan kepada Direktur Jenderal mengikuti perintah pada butir 1 (satu) dan 2 (dua) pada bagian ini. Pemegang sertifikat juga harus memasukkan pernyataan penegasan pemenuhan dengan pembatasan pada butir pada bagian ini. SUB BAGIAN 143 B Persyaratan Kurikulum dan Silabus Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Ketentuan Bagian ini menentukan persyaratan kurikulum dan silabus untuk penerbitan sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan pelatihan khusus untuk pelatihan, pengujian, dan pemeriksaan Persetujuan Program Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Kecuali yang telah ditetapkan dalam paragraf 2 pada bagian ini, setiap pemohon atau pemegang sertifikat harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal untuk persetujuan program pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. 2. Permohonan harus dibuat dalam formulir dan tata cara yang dapat diterima oleh Direktur Jenderal. 3. Tiap-tiap permohonan harus menunjukkan mata pelajaran yang mana menjadi bagian dari kurikulum inti dan yang menjadi bagian kurikulum khusus/keahlian. 4. Apabila setelah pemegang sertifikat memulai operasi pada program pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui, Direktur Jenderal menemukan bahwa pemegang sertifikat memenuhi ketentuan dalam program pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui, Direktur Jenderal meminta 13

19 pemegang sertifikat untuk membuat perbaikan atas program pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tersebut. 5. apabila Direktur Jenderal meminta pemegang sertifikat untuk membuat perbaikan, namun pemegang sertifikat tidak melakukannya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, maka Direktur Jenderal berhak membekukan, mencabut atau mengakhiri sertifikat pusat pelatihan tersebut sesuai dengan ketentuan pada Persyaratan Kurikulum Program Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Setiap kurikulum program pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang diserahkan kepada Direktur Jenderal untuk persetujuan harus memenuhi persyaratan pada bagian ini dan harus berisikan: Pendaftaran 1. silabus untuk setiap kurikulum yang diusulkan; 2. persyaratan minimum peralatan pelatihan untuk setiap kurikulum yang diusulkan; 3. kualifikasi minimum pengajar dan Personel Evaluasi untuk setiap kurikulum yang diusulkan; 4. kurikulum untuk pelatihan awal dan pelatihan lanjutan untuk setiap pengajar atau Personel Evaluasi yang dipekerjakan untuk memberikan pengajaran pada kurikulum yang diusulkan; dan 5. untuk setiap kurikulum yang disediakan dalam penerbitan license: a. sarana unjuk kemampuan untuk menyelesaikan pelatihan tertentu dalam perhitungan waktu; dan b. sarana untuk meningkatkan kinerja siswa. 1. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus, pada saat siswa mendaftar pada kursus (mata pelajaran) pelatihan yang disetujui, melengkapi siswa dengan salinan sebagai berikut: a. sertifikat pendaftaran yang berisikan: 1) Nama kursus (mata pelajaran) yang mana siswa mendaftar dan 2) Tanggal pendaftaran b. salinan silabus pelatihan siswa 2. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus mempertahankan daftar bulanan personel yang mendaftar pada tiap tiap kursus (mata pelajaran) pelatihan yang ditawarkan oleh organisasi. 14

20 Sertifikat Kelulusan 1. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus mengeluarkan sertifikat kelulusan untuk setiap siswa yang menyelesaikan kursus pelatihan yang disetujui. 2. Sertifikat kelulusan harus dikeluarkan pada saat penyelesaian kursus pelatihan yang disetujui dan berisikan paling kurang informasi sebagai berikut: a. nama organisasi dan nomor sertifikat organisasi; b. nama siswa yang lulus; c. kursus pelatihan; d. tanggal kelulusan; dan e. pernyataan bahwa siswa tersebut telah menyelesaikan tiap tingkat yang disyaratkan dalam kursus pelatihan yang disetujui termasuk pengujian pada tingkatan tersebut. SUB BAGIAN 143 C Skema dan Kurikulum Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Ketentuan Sub bagian ini menentukan persyaratan personel dan peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan untuk pemegang sertifikat Pelatihan bagi Personel Pengajar Organisasi pelatihan harus menjamin bahwa semua personel pengajaran menerima pelatihan awal dan lanjutan yang sesuai dengan penugasan dan tanggung jawab. Program pelatihan ditetapkan oleh organisasi pelatihan harus mencakup pelatihan dalam pengetahuan dan ketrampilan yang berkenaan dengan kinerja manusia Persyaratan Pengajar (Instruktur) Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Pemegang sertifikat tidak boleh mempekerjakan personel sebagai pengajar pada kursus pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang akan disetujui oleh Direktur Jenderal kecuali personel tersebut: a. paling kurang berusia 24 (dua puluh empat) tahun; b. dapat membaca, menulis, berbicara dan memahami bahasa inggris; c. disetujui oleh Direktur Jenderal; d. memenuhi persyaratan dalam paragraph 3 (tiga) bagian ini; e. minimum memiliki pengalaman lapangan di bidang ATS selama 3 (tiga) tahun. 15

21 2. Penyelengggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menunjuk tiap-tiap pengajar secara tertulis untuk mengajarkan tiap kursus yang disetujui, sebagai awal penugasan personel sebagai pengajar pada kursus tersebut. 3. Penunjukkan awal penugasan tiap pengajar harus: a. menyelesaikan pelatihan sebagai berikut: 1) Cara dan teknik pengajaran. 2). Kebijakan dan prosedur pelatihan. 3). Prinsip-prinsip dasar proses pembelajaran. 4). Tugas pengajar, wewenang, tanggung jawab dan pembatasan. 5). Pengendalian dan sistem operasi alat simulasi yang tepat. 6). Pengendalian operasi lingkungan dan panel peringatan yang tepat. 7). Keterbatasan alat simulasi. 8). Persyaratan minimum peralatan untuk setiap kurikulum. 9). Perbaikan atas kursus pelatihan b. Menyelesaikan ujian tertulis: 1) pada bidang yang ditentukan dalam butir 3.a pada bagian ini; dan 2) Sebagai pengujian yang sama tingkat kesulitan, kerumitan dan pengujian diberikan oleh Direktur Jenderal Wewenang dan Pembatasan bagi Pengajar (instruktur) dan Personel Evaluasi Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Pemegang sertifikat boleh mengijinkan seorang pengajar untuk memberikan: a. Pengajaran untuk tiap-tiap kurikulum yang mana pengajar tersebut berkualifikasi. b. Pengujian dan pemeriksaan yang mana pengajar tersebut berkualifikasi. c. Instruksi pengujian dan pemeriksaan dengan maksud untuk memenuhi persyaratan bagian manapun dalam Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil. 2. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang pengajar atau personel evaluasinya ditunjuk sesuai dengan persyaratan pada bagian ini untuk mengadakan pelatihan, pengujian atau pemeriksaan pada kualifikasi dan peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui, mengijinkan pengajar atau Personel Evaluasinya untuk merekomendasikan penerbitan ijin dan pengesahan yang diperlukan. 3. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tidak boleh mengijinkan seorang pengajar untuk: 16

22 a. mengadakan lebih dari 8 (delapan) jam pengajaran dalam masa 24 (dua puluh empat) jam berturut- turut, tidak termasuk uraian ringkas dan tanya jawab; b. memberikan pengajaran tentang peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan kecuali pengajar memenuhi persyaratan pada butir c, d dan e; atau c. memberikan pengajaran pada alat simulasi kecuali pengajar tersebut pemenuhi persyaratan pada butir c, d dan e Persyaratan Pelatihan dan Pemeriksaan bagi Pengajar (instruktur) Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Kecuali telah diatur dalam paragraf 3 pada bagian ini, sebelum penunjukkan dan setiap 12 bulan kalender dimulai pada hari pertama tiap bulan berikutnya penunjukkan awal pengajar, pemegang sertifikat harus menjamin bahwa tiap-tiap pengajar memenuhi persyaratan berikut ini: a. Tiap pengajar harus dengan memuaskan dapat unjuk kemampuan kepada personel evaluasi yang berwenang baik dari segi pengetahuan, kecakapan, cara mengajar pada bagian perwakilan masing-masing kurikulum yang mana pengajar ditunjuk untuk mengajar. b. Tiap pengajar harus mampu menyelesaikan kursus (mata pelajaran) yang disetujui paling kurang: 1) prinsip-prinsip dasar proses pembelajaran; 2) elemen pengajaran yang efektif, instruksi, cara dan teknik; 3) tugas pengajar, wewenang, tanggung jawab dan keterbatasan; 4) kebijakan dan prosedur pelatihan; dan 5) evaluasi. c. Tiap pengajar yang mengajar dalam kualifikasi dan alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus mampu menyelesaikan kursus pelatihan yang disetujui dalam pengoperasian alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan, dan kursus pengajaran dasar yang disetujui, dapat dipakai pada kursus pelatihan pengajar yang ditunjuk untuk mengajar. d. Kursus pelatihan alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang dikehendaki pada butir paragraf 1. c. pada bagian ini yang harus memasukkan: 17

23 1) pengoperasian alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang tepat, pengendali dan sistem peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan; 2) pengoperasian panel lingkungan dan kesalahan yang tepat; 3) pembatasan simulasi; 4) persyaratan minimum peralatan untuk tiap kurikulum. e. Tiap pengajar Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang mengajar alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus mampu menyelesaikan pengajaran dasar dari kursus yang disetujui dan pelatihan pada alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan, unit Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. f. Pengajaran dasar dari kursus yang disetujui dan pelatihan yang dikehendaki pada butir paragraf 1. e pada bagian ini yang mana harus memasukkan pengajaran dalam: 1) kinerja dan analisa pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang dipakai pada kursus pelatihan dimana pengajar ditunjuk untuk mengajar; 2) mata pelajaran teknik meliputi sub sistem alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan peraturan operasional yang dipakai pada kursus pelatihan dimana pengajar ditunjuk untuk mengajar; 3) operasi darurat. 4) Keadaan darurat yang kemungkinan besar berkembang selama pelatihan; dan 5) pengukuran keselamatan yang sesuai. g. Tiap pengajar yang mengajar dalam kualifikasi dan peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui harus melewati (lulus) ujian tertulis dan pemeriksaan kecakapan tahunan: 1) pada peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang mana pengajar akan mengajar; dan 2) dalam persoalan mata pelajaran dari bagian perwakilan tiap kurikulum yang mana pengajar akan mengajar 1. Pengajar yang mampu menyelesaikan kurikulum yang dipersyaratkan pada paragraf 1 bagian ini dalam sebelum atau sesudah bulan berjalan dimana dipertimbangkan akan diambil pada bulan seharusnya dengan tujuan untuk perhitungan pelaksanaan pelatihan selanjutnya. 2. Direktur Jenderal dapat memberikan penghargaan untuk persyaratan dalam paragraph 1 pada bagian ini bagi pengajar yang dengan mampu menyelesaikan pelatihan bagi pengajar apabila pelatihan memiliki persyaratan yang sama dengan paragraf 1 pada bagian ini. 18

24 Persyaratan Personel Evaluasi Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus menjamin bahwa tiap personel yang disahkan sebagai Personel Evaluasi: a. disetujui oleh Direktur Jenderal; b. sesuai dengan paragraf c. Sebelum penunjukkan dan kecuali telah dikehendaki dalam paragraf 2 pada bagian ini, setiap masa 12 (dua belas) bulan berjalan berikutnya awal penunjukkan, pemegang sertifikat harus menjamin bahwa Personel Evaluasi mampu menyelesaikan kurikulum termasuk berikut ini: 1) tugas, fungsi dan tanggung jawab Personel Evaluasi; 2) metode, prosedur dan teknik untuk mengadakan pengujian dan pemeriksaan yang dipersyaratkan; 3) evaluasi bagi kinerja personel Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan; dan 4) pengujian ulang jika tidak memenuhi persyaratan (tidak memuaskan) dan tindakan perbaikan berikutnya dan d. Bila melakukan evaluasi dalam kualifikasi dan peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui harus mampu melewati (lulus) ujian tertulis dan pemeriksaan kecakapan tahunan pada alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dimana Personel Evaluasi akan melaksanakan evaluasi. 2. Personel Evaluasi yang mampu menyelesaikan kurikulum yang dikehendaki pada paragraf 1 bagian ini sebelum atau sesudah bulan berjalan dimana dipertimbangkan akan diambil pada bulan yang seharusnya dengan tujuan untuk perhitungan pelaksanaan pelatihan selanjutnya. 3. Direktur Jenderal dapat memberikan penghargaan sesuai persyaratan dalam paragraf 1. c pada bagian ini kepada Personel Evaluasi yang mampu menyelesaikan pelatihan yang sesuai dengan persyaratan dalam paragraf 1.c pada bagian ini Alat Simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan Peralatan Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan 1. Tiap-tiap alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang digunakan untuk memperoleh nilai tambah bagi pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang diijinkan harus dievaluasi, berkualifikasi dan disetujui oleh Direktur Jenderal. 19

25 2. Tiap-tiap peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang digunakan untuk memperoleh nilai tambah pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang diijinkan harus dievaluasi, berkualifikasi dan disetujui oleh Direktur Jenderal. 3. Tiap-tiap alat bantu pelatihan, termasuk alat bantu audio visual berbasis komputer, maket atau peta terdaftar dalam skema kursus pelatihan yang disetujui, harus akurat dan sesuai dengan kursus yang akan digunakan. 4. pemohon atau pemegang sertifikat harus menunjukkan bahwa tiap alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dan peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang digunakan untuk pelatihan, pengujian dan pemeriksaan harus disetujui oleh Direktur Jenderal untuk tiap kurikulum atau kursus pelatihan dimana alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan kurikulum atau kursus tersebut digunakan memenuhi persyaratan dalam Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil. 5. Tiap kualifikasi dan alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan digunakan oleh penyelenggara pendidikan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus: a. Mempertahankan jaminan kinerja yang dapat dipercaya, fungsi dan semua karakteristik lain yang diwajibkan untuk kualifikasi. b. Memodifikasi untuk menyesuaikan dengan tiap perubahan, bila hasil modifikasi mengubah kinerja, fungsi atau semua karakteristik lain yang dipersyaratkan untuk kualifikasi. c. Memiliki catatan ketidaksesuaian bila mana pengajar atau Personel Evaluasi pada akhir masing-masing sesi pelatihan mencantumkan hal hal yang tidak sesuai. 6. Kecuali kalau tidak disahkan oleh Direktur Jenderal, tiap komponen alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang berkualifikasi dan disetujui digunakan oleh penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan harus dapat dioperasikan bila komponen penting untuk atau dilibatkan dalam pelatihan, pengujian, atau pemeriksaan personel Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan. Sub bagian 143 D - Peraturan Pengoperasian Ketentuan Sub bagian ini menentukan peraturan pengoperasian yang dipakai untuk sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan pada bagian ini dan pengoperasian kursus atau kurikulum program 20

26 Wewenang pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang disetujui sesuai dengan sub bagian B pada bagian ini. Pemegang sertifikat boleh mengijinkan pengajar dan Personel Evaluasi alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan untuk memenuhi resensi dari persyaratan pengalaman melalui penggunaan dari alat simulasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan atau peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang berkualifikasi dan disetujui apabila: 1. digunakan pada kursus yang disetujui sesuai dengan sub bagian B pada bagian ini; atau 2. disetujui Pembatasan 1. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tidak boleh merekomendasikan siswa untuk mendapatkan license, kecuali siswa: a. Dengan memuaskan telah menyelesaikan pelatihan yang ditentukan dalam kursus yang ditentukan pada bagian ini. b. Telah lulus ujian akhir yang dipersyaratkan pada bagian ini 2. Pemegang sertifikat penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tidak boleh menyelesaikan pelatihan siswa kecuali siswa tersebut mampu menyelesaikan persyaratan kurikulum pada kursus tersebut. Sub Bagian 143 E - Penyimpanan Dokumen, Arsip yang Dipersyaratkan Ketentuan Sub bagian ini menjelaskan persyaratan pemeliharaan rekaman penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan bagi siswa yang mendaftar pada kursus tertentu dan pengajar dan Personel Evaluasi yang ditunjuk untuk mengajar, sesuai dengan sub bagian B pada bagian ini Persyaratan Penyimpanan Rekaman 1. Pemegang sertifikat harus menyiapkan data untuk setiap siswa yang berisikan: a. nama siswa; b. salinan license siswa, bila ada dan sertifikat kesehatan; c. nama kursus dan pembuatan dan peralatan pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang digunakan; d. pengalaman dan waktu penyelesaian kursus siswa; 21

27 e. kinerja siswa dalam tiap-tiap pelajaran dan nama pengajar yang memberikan pelajaran; f. tanggal dan hasil ujian praktek pada tiap-tiap akhir kursus dan Nama Personel Evaluasi yang melaksanakan; g. jumlah waktu dari pelatihan tambahan yang dilaksanakan setelah ujian praktek ulangan. 2. Pemegang sertifikat harus mempertahankan rekaman untuk tiap pengajar atau Personel Evaluasi yang ditunjuk untuk mengajar kursus yang disetujui sesuai dengan Sub Bagian B pada bagian ini yang menunjukkan bahwa pengajar dan Personel Evaluasi telah memenuhi persyaratan pada bagian ini. 3. Pemegang sertifikat harus: a. Mempertahankan rekaman yang dikehendaki oleh paragaraf 1 pada bagian ini untuk paling kurang 3 (tiga) tahun mengikuti penyelesaian pelatihan, pengujian atau pemeriksaan. b. Mempertahankan rekaman kualifikasi yang dikehendaki dalam paragraf 2 pada bagian ini pada saat pengajar atau Personel Evaluasi dipekerjakan pemegang sertifikat dan untuk 3 (tiga) tahun setelahnya dan c. Mempertahankan rekaman unjuk kecakapan terkini yang dikehendaki oleh paragraf 2 pada bagian ini untuk sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun. 4. Pemegang sertifikat harus memberikan rekaman yang dikehendaki oleh bagian ini kepada Direktur Jenderal bila diminta dan pada waktu yang layak, dan harus menjaga rekaman yang dikehendaki oleh: a. paragraf 1 dari bagian ini pada penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan, atau pusat pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dimana unit pelaksana teknis pelatihan, pengujian, atau pemeriksaan bila sesuai dilaksanakan. b. Paragraf 2 dari bagian ini pada penyelenggara pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan, atau pusat unit pelaksana teknis pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan dimana pengajar atau Personel Evaluasi lebih utama dipekerjakan. 5. Pemegang sertifikat harus memberikan kepada siswa bila diminta dan pada waktu yang layak, salinan dari rekaman pelatihannya. 22

28

(2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ^jfssprv- (2) Isi pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Bab I - Pendahuluan, terdiri dari: 1) persetujuan manual; 2) maksud dan tujuan; 3) administrasi dan pengontrolan buku pedoman;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 180 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DP.01.07 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG MENTERl PERHUBUNGAN «REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 173 (CIVIL AVIATION SAFETYREGULATION

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

pemegang buku pedoman pendidikan dan/atau pelatihan personel bandar udara, kondisi dimaksud antara lain :

pemegang buku pedoman pendidikan dan/atau pelatihan personel bandar udara, kondisi dimaksud antara lain : BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan: 1. Menjabarkan ketentuan yang tertuang dalam surat keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Lebih terperinci

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 22 TAHUN 2015 TENTANG PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN OLEH KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA

Lebih terperinci

Pasal 29. (1) Pemohon rating yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan.

Pasal 29. (1) Pemohon rating yang dinyatakan tidak lulus, dapat melaksanakan performance check perbaikan. c. Meneliti dan memberikan penilaian tehadap hasil pelaksanaan performance check; d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 57 TAHUN 2ul0 PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 141 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS PART 141) TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN 200. Keanggotaan dan Persyaratan (1) Keanggotaan Penjaminan terdiri dari : (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : (i) Perorangan adalah setiap orang perseorangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 telah

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Skema sertifikasi Kompetensi Auditor Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 187 Tahun 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 56 TAHUN 2015 TENTANG KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011 TENTANG AKREDITASI BADAN HUKUM ATAU LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA PERKERETAPIAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA AKREDITASI

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) BAGIAN 47 PENDAFTARAN PESAWAT UDARA Subpart A A-2 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 49 Year 2009

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM. an Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157); 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan a. dokumentasi peralatan; b. parameter peralatan; c. peralatan pendukung;dan d. kondisi lingkungan. (6) Hasil pemeriksaan dan pengujian kelaikan peralatan disampaikan kepada pemohon paling lambat 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAG IAN 142 (CIVIL A VIA TlON SAFETY REGULA TlONS PART 142) TENTANG PERSYARATAN SERTIFIKASI DAN OPERASI PUSAT PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI 2016 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK PERTAMA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI Disusun oleh Komite Skema Sertifikasi yang merupakan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2 2017 LSP DOMPET DHUAFA SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2 Disusun berdasarkan SKKNI tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Lebih terperinci

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti -3-1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33. 1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC A. JASA SERTIFIKASI B4T QSC LINGKUP SERTIFIKASI B4T QSC Lingkup sertifikasi B4T QSC meliputi sertifikasi : 1. Sertifikasi sistem manajemen mutu ( ISO 9001:2008 ) 2. Sertifikasi sistem manajemen lingkungan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 229 /MEN/2003 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-17 (ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-17)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 DP.01.02 INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan,

Lebih terperinci

(b) lisensi juru mesin (dengan suatu tambahan amandemen) yang dikeluarkan. dibawah PKPS bagian berakhir pada setelah 24 bulan kalender di mana

(b) lisensi juru mesin (dengan suatu tambahan amandemen) yang dikeluarkan. dibawah PKPS bagian berakhir pada setelah 24 bulan kalender di mana Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Bagian 63,23 dan ayat (b) dari Bagian, Iisensi atau rating yang dikeluarkan d i bawah bagian ini berlaku sampai dengan Iisensi tersebut diserahkan kembali, ditangguhkan,

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 69/11 /2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA

Lebih terperinci

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :SKEP/69/11/2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 210, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur -9-4.35. 4.36. 4.37. 4.38. 4.39. 4.40. 4.41 4.42. 4.43. 4.44. 4.45. 4.46. 4.47. 4.48. 4.49. 4.50. 4.51. 4.52. 4.53. 4.54. 4.55. 4.56. 4.57. 4.58. 4.59. Personel AOC melakukan approach to landing yang bertentangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK Lampiran 3.3. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. /MEN/ /2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. /MEN/ /2008 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. /MEN/ /2008 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L No.817, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penyelenggaraan Angkutan Udara. Perubahan Kesepuluh. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KESEPULUH

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 211, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 9 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

Penyelengaraan diklat dilakukan sesuai dengan kurikulum dan silabus diklat

Penyelengaraan diklat dilakukan sesuai dengan kurikulum dan silabus diklat BAB V PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN A. Penyelenggaraan Pendidikan dan / atau Pelatihan Pedoman penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan personel bandar udara ini merupakan pedoman penyelenggaraan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan kontrak, dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan,

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi Skema sertifikasi Kompetensi Manajer Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

63.42 Lisensl Juru mesin yang dlberlkan berdasarkan Lisensl Juru mesln Asing

63.42 Lisensl Juru mesin yang dlberlkan berdasarkan Lisensl Juru mesln Asing (b) Setelah yang bersangkutan menerima latihan atau instruksi tambahan (terbang, pelatihan sintetik, atau pelatihan darat/dalam kelas, atau kombinasinya) yang dianggap per/u, dalam opini/pendapat Direktur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan Instalasi Biogas Konstruksi

Lebih terperinci

BAB II PENERIMAAN MAHASISWA BARU

BAB II PENERIMAAN MAHASISWA BARU PANDUAN UMUM DAN AKADEMIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN NOMOR : 351/H23/DT/2009 TGL 31 AGUSTUS 2009 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin ketertiban dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA ^ PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.370, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Keterbukaan Informasi Publik. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/KA/VII/2010 TENTANG

Lebih terperinci

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.01/2008 TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 08/MEN/V/2008 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001 KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001 T E N T A N G PEDOMAN AKREDITASI ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA

Lebih terperinci

LeIP. Peraturan Lembaga Manajemen Kepegawaian. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kepegawaian. 1. Kategorisasi Pegawai

LeIP. Peraturan Lembaga Manajemen Kepegawaian. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kepegawaian. 1. Kategorisasi Pegawai Peraturan Tentang 1. Kategorisasi Pegawai 1.1. Pegawai dibagi dalam kategori sebagai berikut : a. Pegawai Tetap b. Pegawai Tidak Tetap 1.2. Pegawai Tetap adalah pegawai yang diangkat Lembaga untuk bekerja

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157). 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 51/PRT/M/2015 tentang Tata Cara Pemilihan Pengurus,

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor No.1212, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelanggaran Bidang Penerbangan. Pengenaan Sanksi Administratif. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 78 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.473, 2016 KEMENHUB. Ujian Dinas. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN DINAS

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penilai Internal. Ditjen Kekayaan Negara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /PMK.06/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL Jl. Soekarno Hatta Km.4 Brangsong, Telp (0294) 381490 Fax (0294) 384044 Kendal-51371 Website : www.pa-kendal.go.id SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN:

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.314, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 16 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci