UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 6 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GEBRIELA TASYA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 6 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker GEBRIELA TASYA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

3 a

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi untuk mendapatkan gelar Apoteker. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Kantor PT. Novell Pharmaceutical Laboratories ini berlangsung mulai dari tanggal 7 Januari 6 Maret Pada pelaksanaan PKPA ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dan mengarahkan, yaitu kepada : 1. Bapak Roy Lembong, sebagai Direktur PT. Novell Pharmaceutical Laboratories yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKPA. 2. Ibu Djong Juan Tjiu Sion, sebagai Manager Departemen Business Development sekaligus Pembimbing PKPA di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories atas segala bimbingan, perhatian, dukungan, dan waktu yang diberikan selama penulis melaksanakan PKPA. 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. sebagai pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi UI atas bimbingan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penulis menjalani PKPA di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. 4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI. 5. Dr. Harmita, Apt. sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. 6. Seluruh karyawan di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories khususnya Departemen Business Development, yang telah memberikan waktu, ilmu, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA. 7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas waktu, dukungan semangat, dan ilmu yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker. iv

5 8. Rekan PKPA yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama pelaksanaan PKPA. 9. Keluarga yang selalu senantiasa memberi dukungan, doa, semangat, dan kasih sayang yang tiada henti. 10. Teman-teman Apoteker UI LXXVI, kakak serta adik kelas atas waktu serta kesediaannya mendengarkan keluhan penulis, bantuan, memberikan saran dan menyemangati penulis hingga tersusunnya laporan ini. 11. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih belum sempurna sehingga penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang ada. Oleh karena itu, Penulis menerima dengan tangan terbuka segala saran maupun kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap agar pengetahuan dan pengalaman penulis yang diperoleh selama PKPA ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis, 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gebriela Tasya, S.Farm NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royati Non-ekslusif (Non-exclusive Roylty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories Jalan Pos Pengumben Raya No.8 Jakarta Barat 7 Januari 6 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal: 30 Juli 2013 Yang menyatakan, (Gebriela Tasya, S.Farm)

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii iv vi 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Persyaratan Industri Farmasi Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi Pendaftaran Obat Jadi Pra-registrasi Registrasi TINJAUAN KHUSUS PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES Sejarah Singkat Visi dan Misi Departemen Departemen General Affair (GA) Departemen Human Resources and Development (HRD) Departemen Manufaktur Sub-Departemen Product Development (PD) Sub-Departemen Pembelian (Purchasing) Sub-Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) Sub-Departemen Produksi Sub-Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control/QC) 23 vi

8 Sub-Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA) Departemen Business Development (BD) Departemen Finance and Accounting (FA) Departemen Management Information System (MIS) Departemen Training Produk Produk-produk yang Dikembangkan dan Diproduksi oleh PT. Novell Produk-produk yang Dikembangkan oleh PT. Novell namun Diproduksi oleh Perusahaan Pemberi Jasa Tol Manufacturing Produk-produk Impor Pengembanagan Produk Baru di PT. Novell Pengembangan Obat Kopi Registrasi Obat Jadi PT. Novell PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri farmasi memiliki peran strategis dalam usaha pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan, maka industri farmasi dituntut untuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah dan kualitas yang memadai. Obat merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia. Oleh karena itu, pabrik obat atau industri farmasi diwajibkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu produk obat yang dihasilkannya selama diberikan izin edar oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu produk obat yang sedemikian rumit maka sangat diperlukan tenaga-tenaga profesional di industri farmasi. Salah satu tenaga profesional yang dimaksud adalah apoteker. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi yaitu memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia yang masing-masing sebagai penanggung jawab bagian pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu (Permenkes RI No. 1799, 2010). Selain itu, industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang dalam pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Permenkes RI No. 1799, 2010). Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan produkproduk baru yang berkualitas sebagai penunjang keberadaan suatu industri farmasi secara khusus dan untuk mendukung pemerintah dalam upaya pembangunan kesehatan secara umum. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab tersebut, apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana 1

10 2 bagi calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman praktis dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas dan fungsi Apoteker di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Novell Pharmaceutical Laboratories (industri farmasi) mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), mahasiswa calon apoteker diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan ke dalam dunia kerja. PT. Novell Pharmaceutical Laboratories (selanjutnya disebut PT. Novell) merupakan perusahaan farmasi yang didirikan sejak tahun 1998 yang telah memiliki sertifikat CPOB dari BPOM-RI, TGA-Australia, MCC-Afrika Selatan, GCC-Negara-negara Teluk Arab untuk sediaan solid non steril granul, serbuk, tablet, dan kapsul keras. Hal ini dilakukan karena PT. Novell sadar bahwa CPOB harus diterapkan dalam seluruh proses dan kegiatan, terkait dengan adanya kesadaran bahwa sebuah perusahaan farmasi memiliki tanggung jawab moral pada masyarakat untuk menghasilkan obat yang aman, bermutu serta terjangkau. Pertumbuhan PT. Novell bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk-produk yang inovatif dan terdepan dengan didukung peningkatan koordinasi antara departemen Bussiness Development (BD), Product development (PD), Marketing, Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Produksi dan Production Planning and Inventory Control (PPIC). 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novell bertujuan agar mahasiswa calon apoteker : 1. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi. 2. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Departemen Business Development PT. Novell.

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Industri farmasi merupakan industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. Proses pembuatan mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan awal, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi dan siap untuk didistribusikan. Sedangkan industri bahan baku adalah suatu industri yang memproduksi bahan baku, di mana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam proses pengolahan atau pembuatan obat (Depkes RI, 2006) Persyaratan Usaha Industri Farmasi Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan, dimana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan badan yang memiliki wewenang untuk pemberian izin. Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Industri yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu industri farmasi memperoleh izin usaha adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006; BPOM, 2011): 1. Industri farmasi didirikan oleh Perusahaan Umum (Perum), badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi. 2. Memiliki rencana investasi. 3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. Memenuhi persyaratan CPOB. 5. Mempekerjakan secara tetap sekurang-sekurangnya tiga orang apoteker warga negara Indonesia sebagai penanggungjawab bagian produksi, bagian 3

12 4 pengawasan mutu dan bagian pemastian mutu sesuai persyaratan CPOB. Hal ini senada dengan PP No. 51 pasal 9 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. 6. Obat yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan setelah mendapat persetujuan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Pencabutan Izin usaha industri farmasi dapat dilakukan dalam hal (Depkes RI, 2006): 1. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa izin. 2. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. 3. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 4. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu). 5. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) CPOB menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dan bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam Pedoman CPOB tahun 2006, terdapat dua belas aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan CPOB, yaitu manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi (BPOM, 2006).

13 Manajemen Mutu Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen Mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya serta pemastian mutu. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Dalam bab manajemen mutu, dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk ekspor dengan tujuan membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat kecenderungan (trend) dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses (BPOM, 2006) Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggungjawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala

14 6 bagian pengawasan mutu, dan kepala bagian manajemen mutu. Kepala produksi, pengawasan mutu, dan manajeman mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi dan memiliki pengalaman praktis. Dalam CPOB 2006 dijelaskan bahwa dalam struktur organisasi industri farmasi, bagian produksi, manajemen mutu dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Mengenai pelatihan, industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil, teknik, perawatan, dan petugas kebersihan) dan personil lain yang kegiatannya akan berdampak pada mutu produk. Pelatihan diberikan secara berkesinambungan dan efektif penerapannya serta dinilai secara berkala (BPOM, 2006) Bangunan dan Fasilitas Mengenai bangunan dan fasilitas, dijelaskan mengenai ketentuanketentuan bangunan dan fasilitas pada area penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area pengawasan mutu serta sarana pendukung (ruang istirahat, kantin, ruang ganti pakaian kerja, toilet, bengkel perbaikan dan perawatan peralatan). Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat serta memudahkan pembersihan, sanitasi, dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang (BPOM, 2006) Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Dalam penjelasan aspek

15 7 peralatan dijelaskan mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan penempatan peralatan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian (BPOM, 2006) Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaknya diterapkan dalam setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, perlengkapan, bahan produksi wadahnya dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran poduk. Sumber pencemaran potensial hendaknya dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil, personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya. Sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan sarana memadai untuk penyimpanan pakaian personil tersedia dalam jumlah cukup (BPOM, 2006) Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin bahwa produksi senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Aspek produksi mencakup perlakuan terhadap bahan awal; validasi proses; pencegahan pencemaran silang; sistem penomoran bets atau lot; penimbangan dan penyerahan serta pengembalian; pengolahan; bahan dan produk kering; bahan pengemas; kegiatan pengemasan; pengawasan selama proses; bahan dan produk

16 8 yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan; karantina dan penyerahan produk jadi; penyimpanan bahan awal; bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; pengiriman dan pengangkutan. Ketentuan pada bahan awal antara lain pengadaan bahan awal hendaknya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaknya dicatat. Catatan tersebut meliputi keterangan mengenai persediaan, nomor bets atau lot, tanggal penerimaan dan pengeluaran, tanggal diluluskan dan tanggal kadaluwarsa. Pada saat penerimaan, terhadap setiap kiriman dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, kebocoran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan. Bahan awal yang diterima hendaknya dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian. Pada validasi proses, prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat. Validasi hendaknya dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya disimpan. Luas serta tingkat validasi yang dilakukan tergantung dari sifat dan kerumitan produk dan proses yang bersangkutan. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaknya disertai dengan tindakan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang. Pencemaran silang dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya dengan tersedianya ruang penyangga udara dan penghisap udara. Sistem yang menjabarkan penomoran bets dan lot secara rinci diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau produk jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets dan lot tertentu. Penomoran bets dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan dan pengemasan selanjutnya hendaknya saling berkaitan. Pemberian nomor bets atau lot yang dialokasikan segera dicatat dalam suatu buku catatan harian. Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan

17 9 dokumentasi dan rekonsiliasi yang lengkap. Sebelum melakukan penimbangan dilakukan pemeriksaan kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusan. Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbangan dan alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang. Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa lebih dahulu sebelum digunakan. Kondisi daerah pengolahan dipantau dan dikendalikan sampai tingkat yang disyaratkan. Sebelum pengolahan dimulai, ditempuh langkah yang menjamin bahwa daerah pengolahan dan peralatan bebas dari bahan dan produk yang tidak diperlukan (BPOM, 2006) Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian mutu bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, penanganan sampel pertinggal, penyusunan dan pembaharuan spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Pengawasan mutu mencakup ketentuan cara laboratorium pengawasan mutu yang baik, pengawasan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dokumentasi, pengambilan sampel dan persyaratan pengujian (BPOM, 2006) Inspeksi Diri dan Audit Mutu Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

18 10 pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Tim inspeksi ditunjuk oleh manajemen perusahaan terdiri dari sekurangkurangnya 3 orang yang ahli di bidang pekerjaannya dan paham mengenai CPOB. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rutin serta terperinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif (BPOM, 2006) Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan fisik, kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik (tidak berkhasiat). Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluwarsa atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang

19 11 menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan (BPOM, 2006) Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang penting dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting (BPOM, 2006) Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam menentukan tanggungjawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggungjawab penuh kepala bagian manajemen mutu (BPOM, 2006) Kualifikasi dan Validasi Pada bagian ini diuraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dan kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.

20 12 Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Kualifikasi mencakup kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja, kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah operasional. Pada validasi proses dapat berupa validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. Selain validasi proses, ada pula validasi pembersihan, validasi ulang dan validasi metode analisis (BPOM, 2006). 2.3 Pendaftaran Obat Jadi Dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan khasiat, maka perlu dilakukan pengawasan melalui mekanisme pendaftaran obat jadi yang dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap pra-registrasi dan registrasi (BPOM RI, 2003) Pra-registrasi Pengajuan pra-registrasi dilakukan dengan menyertai penyerahan dokumen pra-registrasi dan dilengkapi dengan bukti penelusuran nama obat. Nama obat dapat merupakan nama generik atau nama dagang berdasarkan Pedoman Umum Nama Obat. Dokumen pra-registrasi digunakan untuk pertimbangan penetapan jalur evaluasi dan dilengkapi dengan laporan administratif. Jika diperlukan, kriteria penetapan jalur evaluasi dilengkapi dengan rincian laporan independen. Hasil pra-registrasi diberitahukan secara tertulis kepada pendaftar dan bersifat mengikat. Jalur evaluasi yang akan ditetapkan terdiri dari: 1. Jalur 40 (empat puluh) hari meliputi: a. Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan; b. Registrasi Obat Khusus Ekspor. 2. Jalur 100 (seratus) hari meliputi:

21 13 a. Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi yang diindikasikan untuk terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia (life saving), dan/atau mudah menular kepada orang lain, dan/atau belum ada atau kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif; b. Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi yang berdasarkan justifikasi diindikasikan untuk penyakit serius dan langka (orphan drug); c. Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi ditujukan untuk program kesehatan masyarakat; d. Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi yang telah melalui proses obat pengembangan baru yang dikembangkan oleh Industri Farmasi atau institusi riset di Indonesia dan seluruh tahapan uji kliniknya dilakukan di Indonesia; e. Registrasi Baru Obat Copy esensial generik yang dilengkapi dengan dokumen penunjang kebutuhan program atau data pendukung sebagai obat esensial; f. Registrasi Baru Obat Copy dengan standar informasi elektronik (Stinel); g. Registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru untuk obat yang ditujukan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d. h. Registrasi variasi major yang tidak termasuk pada huruf g. 3. Jalur 150 (seratus lima puluh) hari meliputi: a. Registrasi Baru Obat Baru, Produk Biologi, dan registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru yang telah disetujui di negara yang telah menerapkan sistem evaluasi terharmonisasi dan di negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik; b. Registrasi Baru Obat Baru, Produk Biologi, dan registrasi variasi major indikasi baru/ posologi baru yang telah disetujui paling sedikit di 3 (tiga) negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik; c. Registrasi Baru Obat Copy tanpa Stinel; 4. Jalur 300 (tiga ratus) hari meliputi registrasi baru Obat Baru, Produk Biologi, Produk Biologi Sejenis, atau registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru yang tidak termasuk dalam jalur evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir 2 dan 3.

22 14 Kelengkapan dokumen pra-registrasi baru terdiri dari; a) Dokumen Administratif 1. Surat Pengantar. 2. Sertifikat dan Dokumen Administratif lain 3.Dokumen pertimbangan penetapan jalur (untuk obat baru dan produk biologi) 3.1. Jalur 100 (seratus) hari a. Justifikasi bahwa obat diindikasikan untuk penyakit serius dan langka (orphan drug), dan/atau b. Justifikasi bahwa obat diindikasikan untuk terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia (life saving), dan/atau mudah menular kepada orang lain, dan/atau belum ada atau kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif, dan/atau c. Dokumen penunjang untuk program kesehatan masyarakat Jalur 150 (seratus lima puluh) hari a. Informasi status peredaran dilengkapi bukti yang sahih. b. Assessment report dari badan otoritas terkait dari negara lain dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik. i. Satu dokumen status peredaran di kelompok negara yang menerapkan sistem evaluasi terharmonisasi dan 1 (satu) dokumen status peredaran di negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik yang dilengkapi dengan minimal 1 (satu) laporan hasil evaluasi independen dari kelompok hasil evaluasi independen dari kelompok negara yang menerapkan sistem evaluasi terharmonisasi; atau ii. Tiga dokumen status peredaran di negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik yang dilengkapi dengan minimal 2 (dua) laporan hasil evaluasi independen dari negara tersebut. 4. Dokumen obat terkait paten (jika perlu) 4.1. Surat Pernyataan terkait Paten 4.2. Hasil Penelusuran Paten dari Ditjen HKI 4.3. Hasil kajian mandiri (Self Assessment) paten.

23 15 b) Dokumen Mutu 1. Ringkasan Dokumen Mutu (Quality overall summary) 2. Informasi tentang bahan bersumber hewan yang digunakan dalam proses pembuatan zat aktif dan obat 3. Nama, alamat lengkap dan negara dari produsen yang terlibat dalam proses pembuatan zat aktif, obat setengah jadi (bulk), obat, pengemas primer dan/atau sekunder, penanggung jawab untuk pelulusan bets, dan/atau pelarut 4. Alur (flowchart) dan uraian proses pembuatan dari bahan baku sampai obat 5. Hasil analisis bets bahan baku zat aktif dan obat. 6. Drug Master File dari produsen zat aktif untuk zat aktif yang belum pernah digunakan untuk produksi obat yang disetujui di Indonesia. 7. Protokol validasi proses (untuk Obat Produksi Dalam Negeri). 8. Protokol validasi metoda analisa (untuk Obat Produksi Dalam Negeri). 9. Protokol uji stabilitas obat (untuk Obat Produksi Dalam Negeri). 10. Data ekivalensi (ringkasan/protokol) atau justifikasi tidak diperlukan uji ekivalensi (untuk Obat Produksi Dalam Negeri). 11. Site Mater File (SMF) industri farmasi di luar negeri, yang belum mempunyai produk dengan persyaratan sama yang disetujui beredar di Indonesia (termasuk SMF produsen zat aktif untuk Produk Biologi) c) Dokumen Non-klinik (jika perlu) 1. Tinjauan Studi Nonklinik (Nonclinical overview). 2. Matriks Ringkasan Studi Nonklinik (Nonclinical tabulated summary). d) Dokumen Klinik (jika perlu) 1. Tinjauan Studi Klinik (Clinical overview) 2. Matriks Sinopsis Studi Klinik (Tabulated study synopses)

24 Registrasi Registrasi obat merupakan prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapat izin edar. Untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan mutu perlu dilakukan registrasi obat sebelum diedarkan. Registrasi obat terdiri atas Registrasi baru, Registrasi variasi dan Registrasi ulang. Kategori registrasi obat terdiri atas : 1. Registrasi baru Registrasi obat yang belum mendapat izin edar di Indonesia, terdiri atas: a. Kategori 1: Registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk Produk Biologi Sejenis (PBS) / Similar Biotherapeutic Product (SBP). b. Kategori 2: Registrasi obat kopi. c. Kategori 3: Registrasi sediaan lain yang mengandung obat. 2. Registrasi variasi Registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang telah memiliki izin edar di Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi, metoda, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah, kemasan dan penandaan. Terdiri atas: a. Kategori 4: Registrasivariasi major (VaMa) b. Kategori 5: Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi- B) c. Kategori 6: Registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A) 3. Registrasi ulang Registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar, yaitu: a. Kategori 7: Registrasi ulang Registrasi obat dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan dokumen registrasi. Obat yang diregistrasi dapat berupa obat produksi dalam negeri atau obat impor. Obat produksi dalam negeri dapat berupa produksi sendiri, produksi berdasarkan lisensi atau produksi berdasarkan kontrak. Obat produksi dalam negeri dapat diedarkan di dalam negeri dan atau untuk keperluan ekspor. Obat impor dapat berupa obat impor bentuk ruahan atau obat impor dalam bentuk produk jadi. Obat impor dapat diedarkan di dalam negeri dan/atau untuk keperluan ekspor.

25 17 Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi, permohonan praregistrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat. Permohonan pra-registrasi dan registrasi diajukan oleh Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan dilampiri dengan dokumen praregistrasi atau dokumen registrasi. Dokumen registrasi disusun sesuai format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD). Terhadap permohonan pra-registrasi dan registrasi dikenai biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permohonan pra-registrasi dan registrasi dapat diajukan secara elektronik.

26 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES 3.1 Sejarah Singkat PT. Novell Pharmaceutical Laboratories (selanjutnya disebut dengan PT. Novell) adalah sebuah perusahaan farmasi yang berstatus sebagai Perusahaan Terbatas Penanaman Modal Asing (PMDA Company) yang berdiri sejak tahun PT. Novell didirikan oleh sekelompok investor yang sebelumya tergabung dalam Glaxo Wellcome (gabungan dari Glaxo International dan Burroughs Wellcome) dan menggunakan pabrik yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Kata Novell berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris, novel, yang berarti sesuatu yang baru, segar dan inovatif. Pabrik PT. Novell terletak di Jalan Wanaherang No. 35, Tlajung Udik Gunung Putri, Bogor sedangkan kantor pusatnya berada di Jalan Pos Pengumben Raya No. 8, Jakarta Barat. Pabrik tersebut memiliki luas area m 2 dengan fasilitas produksi untuk sediaan solid, sediaan cair, injeksi steril dan softgel. PT. Novell mulai memproduksi sediaan obat tablet dan sirup pada tahun 1999 dan pada tahun 2000, PT. Novell melakukan keseluruhan produksi komersial dan pemasarannya. Pada bulan Mei 2000, PT. Novell melakukan produksi tablet salut dan kapsul keras. Pada tahun dilakukan perluasan kapasitas fasilitas produksi sediaan solid dan pembangunan fasilitas sediaan injeksi steril yang berdasar pada standar pabrik internasional. Pada Februari 2004, PT. Novell mulai memproduksi produk steril dan larutan topikal. Pada bulan Desember 2008, fasilitas untuk produksi sediaan softgel dibangun. Saat ini PT. Novell sedang melakukan perluasan dan penambahan bangunan untuk fasilitas produksi sediaan steril volum besar dan sediaan solid steril. PT. Novell hingga saat ini belum memiliki fasilitas untuk antibiotik betalaktam, hormon seks dan sitotoksik. Hingga saat ini, PT. Novell telah menghasilkan lebih dari 359 produk. PT. Novell berdedikasi dalam pengembangan obat dan berusaha menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan. PT. Novell berupaya untuk memproduksi obat-obatan yang berkualitas tinggi, tidak hanya untuk pasar lokal namun untuk pasar internasional (ekspor) guna meningkatkan devisa negara Republik 18

27 19 Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi dari negaranegara di dunia. Pada Februari 2004, PT. Novell mendapatkan sertifikat dari Republik Yaman untuk sediaan solid tablet dan kapsul non betalaktam dan sediaan injeksi cair non betalaktam. Sertifikasi TGA (Therapeutic Goods Administration) dari Australia diperoleh pada bulan Mei 2007 untuk sediaan solid non steril (granul, serbuk, tablet dan kapsul keras) serta pada bulan April 2009 untuk sediaan solid non steril, sediaan steril dan sediaan cair oral setelah dilakukan reaudit. Pada tahun 2009, PT. Novell juga memperoleh sertifikasi dari GCC (Gulf Country Cooperation). Pada bulan Februari 2009, BPOM Turki melakukan audit dan pada bulan Maret 2009, BPOM Jerman juga melakukan audit pada PT. Novell. Audit dan sertifikasi negara lain memungkinkan PT. Novell untuk melakukan ekspor ke negara-negara yang tercakup dalam otoritas badan pengaudit tersebut. Saat ini, PT. Novell sedang mengupayakan proyek perizinan ekspor ke negara Inggris, Jerman, Sudan dan Uganda. PT. Novell memiliki anak perusahaan yang berlokasi di Semarang, yaitu PT. Etercon Pharmaceutical Laboratories. Fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. Etercon adalah untuk sediaan solid antiviral, sediaan solid non steril, sediaan solid betalaktam, sediaan solid oral betalaktam, sediaan solid steril betalaktam, dan sediaan semisolid. Untuk pemasaran dan distribusi produk-produknya, PT. Novell melakukan kerja sama dengan berbagai distributor, diantaranya PT. Antar Mitra Sembada (AMS), PT. Calista Prima, PT. Asri Medikatama dan PT. Kimia Farma. 3.2 Visi dan Misi We are dedicated to you merupakan visi dari PT. Novell. Dedicated mendefinisikan upaya PT. Novell untuk mendedikasikan diri kepada pasien dan komunitas kesehatan dengan menghasilkan produk berkualitas dengan harga yang efisien. Oleh sebab itu, PT. Novell menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu yang ditetapkan secara nasional, yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan internasional, seperti Current Good Manufacturing Practices (cgmp), Therapeutic Goods Administration (TGA) atau EU-PIC. PT. Novell juga mengembangkan sumber daya manusia secara konsisten dalam hal

28 20 penerapan teknologi dan keahlian melalui pelatihan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan semua karyawan memahami dengan jelas tanggung jawab mereka sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. You menunjuk pada pasien, komunitas medis dan penyedia pelayanan kesehatan, pemerintah, perusahaan farmasi internasional serta rekan kerja internasional. Berikut merupakan siapa You yang ditunjuk oleh visi dari PT. Novell : 1. Pasien yang membutuhkan obat efektif dan efisien dalam menyembuhkan penyakit. 2. Komunitas medis dan penyedia pelayanan yang peduli akan produk yang berkualitas serta membutuhkan rekan kerja yang terpercaya dalam menyediakan informasi obat dan produk baru. 3. Pemerintah yang mencari rekan kerja untuk mewujudkan masyarakat yang sehat. 4. Perusahaan farmasi internasional yang mencari rekan kerja yang bertanggung jawab untuk memasarkan dan mendistribusikan produknya di Indonesia. 5. Rekan kerja internasional yang membutuhkan rekan kontrak untuk memproduksi produk farmasi yang berkualitas. Telah menjadi kewajiban dari perusahaan swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk masyarakat. PT. Novell memusatkan kinerjanya dalam menghasilkan produk dengan kualitas tinggi yang dapat digunakan oleh pasien sebagai alternatif dari produk impor dengan harga yang relatif tinggi. Selain mengembangkan produknya sendiri, PT. Novell juga bekerja sama dengan perusahaan multinasional lainnya dalam pengembangan obat baru dan pemasarannya. Dengan adanya perdagangan bebas dan usaha untuk mengurangi biaya kesehatan, PT. Novell menjadi salah satu produsen produk farmasi di dunia. 3.3 Departemen Untuk menjalankan visi dan misi yang dimiliki oleh PT. Novell maka dibentuklah beberapa departemen dimana masing-masing departemen memiliki

29 21 peran dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Departemen yang terdapat dalam PT. Novell diantaranya: Departemen General Affair (GA) Departemen GA bertanggung jawab dalam mengurus fasilitas dan pemeliharaan gedung, keperluan fasilitas dan alat-alat kantor, perundangan, gangguan, keamanan, serta penerimaan tamu. Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker. Pekerjaan yang dilakukan oleh GA, yaitu : 1. Permasalahan atau kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap anggota masyarakat atau penduduk di sekitarnya 2. Penilaian terhadap kinerja karyawan 3. Penghargaan terhadap karyawan 4. Training dan pembelajaran untuk karyawan 5. Menstruktur organisasi dan menangani setiap kemampuan karyawan Departemen Human Resources & Development (HRD) HRD bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan. Pengelolaan dimulai dari recruitment, trainning, benefit, penilaian kinerja, perencanaan jenjang karir seluruh karyawan, serta pemutusan hubungan kerja. Departemen HRD tidak memiliki karyawan apoteker Departemen Manufaktur Departemen manufaktur PT. Novell terbagi menjadi beberapa subdepartemen, yang secara keseluruhan dipimpin oleh seorang direktur manufaktur Sub-Departemen Product Development (PD) Departemen PD adalah departemen yang bertanggung jawab mengembangkan produk mulai dari tahap desain formula, pengujian stabilitas dipercepat hingga pembuatan formula dan spesifikasi bahan kemas untuk skala produksi.

30 Sub-Departemen Pembelian (Purchasing) Departemen Purchasing bertanggung jawab dalam pembelian bahan awal mulai dari proses kualifikasi, pengadaan dan penilaian kinerja guna menjamin bahwa pemasok dapat memberikan produk secara konsisten yang memenuhi persyaratan CPOB dan evaluasi terhadap pemasok. Secara umum, pembagian staf di sub-departemen purchasing dibagi menjadi 3, antara lain staf yang menangani bahan baku lokal, bahan baku impor dan bahan kemas. Departemen Purchasing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku, bahan kemas dan bahan penunjang (peralatan produksi, kebutuhan rumah tangga PT. Novell dan lain-lain). Pembelian diawali dengan penerimaan surat permintaan barang (Order Requisition/OR) yang telah disetujui manajer Departemen Purchasing dan direktur pabrik. Pemasok yang sesuai untuk barang yang disebutkan dalam OR ditentukan dengan cara membandingkan minimal 3 pemasok yang telah terkualifikasi dengan dasar mutu pertimbangan harga, waktu tenggang (lead time), ketepatan pengiriman, jumlah minimum pemesanan (minimum quantity), syarat pembayaran (term of payment) serta kelengkapan dokumen pendukung. Departemen Purchasing membuat surat pesanan (Purchase Order/PO) kepada pemasok yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Jumlah pesanan dalam PO disesuaikan dengan kebutuhan yang diminta dan standar pesanan minimum. PO dicetak rangkap 3 yaitu untuk pemasok, sebagai arsip Departemen Pembelian dan dikirim ke bagian keuangan untuk keperluan penagihan. Kualifikasi pemasok dilakukan dengan cara mengisi kuesioner penilaian diri atau dengan melakukan audit bila diperlukan. Audit diutamakan dilakukan terhadap produsen zat aktif. Pemasok disebut memenuhi kualifikasi jika: 1. Bahan atau sampel yang diberikan memenuhi spesifikasi PT. Novell yang ditetapkan oleh sub-departemen PD, khusus untuk zat aktif minimal sampel dari 3 bets yang berbeda harus memenuhi kriteria penerimaan. 2. Hasil kuesioner penilaian diri atau audit memenuhi persyaratan. 3. Pertimbangan komersial lainnya (harga, bonafiditas dan waktu pengantaran barang). 4. Memiliki sertifikat yang dibutuhkan, misalnya sertifikat CPOB, ISO.

31 23 Kualifikasi pemasok bahan baku dimulai dengan pemantauan pra-seleksi oleh Departemen Purchasing dengan cara melihat apakah pabrik tersebut termasuk dalam daftar rekomendasi pemasok yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Departemen Purchasing mendapat sampel material yang terdiri dari 3 bets yang berbeda. Evaluasi pemasok dilakukan secara periodik yaitu setiap 1 tahun sekali. Evaluasi dilakukan dengan cara menilai kualitas barang yang dihasilkan, ketepatan waktu pengiriman, pelayanan purna jual, dan harga. Bila nilai hasil evaluasi kurang dari yang dipersyaratkan maka dibuat surat pemberitahuan kepada pemasok berupa saran dan permintaan tindakan perbaikan. Jika dalam waktu satu tahun tidak terjadi peningkatan maka pemasok tersebut dikeluarkan dari daftar pemasok terkualifikasi Sub-Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) Departemen PPIC merupakan salah satu departemen yang berperan penting dalam pengaturan jalannya produksi di pabrik PT. Novell. Departemen ini secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian PPIC dan bagian gudang. Tugas PPIC adalah mengatur jadwal dan jumlah pemesanan bahan baku dan bahan kemas untuk keperluan produksi sedangkan tugas bagian gudang adalah menyimpan produk ruahan dan produk jadi serta mengontrol stok barang yang disimpan di gudang Sub-Departemen Produksi Dalam melakukan suatu proses produksi, diperlukan suatu perencanaan yang sangat baik agar semua proses di departemen produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien Sub-Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control/QC) Departemen QC PT. Novell dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pengembangan metode analisis Analytical Development (AD) dan bagian pengawasan mutu untuk keperluan rutin In Process Control (IPC).

32 Sub-Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA) Departemen QA di PT. Novell bertanggung jawab dalam menetapkan dan menjamin implementasi sistem pemastian mutu, termasuk dalam kegiatan tersebut adalah seleksi dan evaluasi pemasok, inspeksi diri (internal audit), penanganan deviasi/penyimpangan dan memantau tindakan perbaikan dan pencegahan, dokumentasi, pengendalian perubahan, validasi, penanganan keluhan atas produk, pelulusan produk, melaksanakan pelatihan CPOB dan menetapkan persyaratan inspeksi dan pemeliharaan. Selain itu, Departemen QA juga melakukan kegiatan inspeksi dan pengujian serta pemberian status Departemen Business Development (BD) BD merupakan departemen yang bertanggung jawab dalam pengembangan produk baru (obat, nutrisi, dan suplemen kesehatan) yang tepat serta sejalan dengan kebijakan dan strategi bisnis perusahaan, kerjasama dengan pihak lain, registrasi produk-produk yang akan dipasarkan hingga mendapatkan persetujuan izin edar dari BPOM Republik Indonesia, dan layanan lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan Departemen Finance and Accounting (FA) Departemen FA bertanggung jawab mengelola dan mengalokasikan kas/dana perusahaan dengan baik. Adapun tugas bagian keuangan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan verifikasi atau pengecekan ulang atas semua bukti-bukti kas, 2. Penerimaan dan pengeluaran kas, 3. Melakukan verifikasi atas semua bukti penjualan tunai, faktur penjualan tunai dan nota pembelian barang serta bukti pemesanan barang dari perusahaan ke konsumen, 4. Melakukan penyusunan laporan keuangan seperti neraca dan daftar laba rugi perusahaan 5. Melakukan penelitian dan analisis keuangan perusahaan, termasuk masalah pajak. Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker.

33 Departemen Management Information System (MIS) Departemen MIS bertanggung jawab dalam mengatur manajemen informasi dan pengolahan data perusahaan. Informasi manajemen sistem dibagi menjadi dua, yaitu hardware dan software. Bekerjasama dengan bagian keamanan data, MIS menetapkan prosedur dan standar untuk akses ke fasilitas pengolahan data perusahaan. Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker Departemen Training Pengembangan sumber daya manusia yang profesional salah satunya dapat dicapai dengan pengadaan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang bersangkutan. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dengan sumber daya manusia yang diharapkan agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. Secara umum, pelatihan sumber daya manusia bertujuan untuk menanggulangi segala persoalan kinerja yang mengalami penurunan kinerja. Penurunan kinerja akan menyebabkan karyawan tidak dapat menunjukkan performa kerja pada level yang telah distandarisasikan perusahaan. Oleh karena itu, PT. Novell melakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi setiap karyawan. PT. Novell mengelompokkan pelatihan dalam 3 tingkatan: 1. Induction training (pelatihan awal) Pengenalan umum mengenai perusahaan, pengenalan produk, prosedur, kekhususan industri farmasi (personal higiene) di area produksi, sanitasi dan (K3). Pelatihan CPOB dilakukan oleh Departemen QA. 2. On-the job training Pelatihan mengenai deskripsi pekerjaan serta SOP dan SOI departemen tertentu. 3. Development training, misalnya melalui seminar-seminar. Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker.

34 Produk Secara garis besar produk-produk PT. Novell dibagi menjadi 3, yaitu : produk yang dikembangkan dan diproduksi oleh PT. Novell, produk yang dikembangkan oleh PT. Novell namun diproduksi oleh perusahaan pemberi jasa toll manufacturing dan produk impor Produk-Produk yang Dikembangkan dan Diproduksi oleh PT. Novell 1. Produk Branded Ethical Contoh produk Branded Ethical PT. Novell adalah Civell, Levores, Novalles, Omevell, Lanvell, Ryvel, Folerin dan sebagainya. 2. Produk Generic Ethical Contoh produk Generic Ethical PT. Novell adalah Piroxicam, Ciprofloxacin, Omeprazole, Cetrizine, Loratadine, Pravastatin dan sebagainya. 3. Produk Over The Counter (OTC) Contoh produk OTC PT. Novell adalah Nutrafor, MIPI dan sebagainya Produk-Produk yang Dikembangkan oleh PT. Novell namun Diproduksi oleh Perusahaan Pemberi Jasa Toll Manufacturing 1. Produk Branded Ethical-Toll Contoh produk Branded Ethical-Toll adalah Nixaven (PT. Prafa), Nixaven DS (PT. Prafa) dan sebagainya. 2. Produk Generic Ethical-Toll Contoh produk Generic Ethical-Toll adalah Cefixime (PT. Prafa) 3. Produk OTC-Toll Contoh produk OTC-Toll adalah Pharolit (PT. Pharos) Produk-Produk Impor Sesuai dengan Permenkes No Tahun 2008 dan keterbatasan fasilitas di PT. Novell maka PT. Novell masih mengimpor produk darah, produk biologi dan produk antikanker. Berikut merupakan produk yang diimpor oleh PT. Novell. 1. Erythropoetin (Epotrex) yang diimpor dari Cheil Jedang, Korea 2. rh-gcsf (Leukokine) yang diimpor dari Cheil Jedang, Korea

35 27 3. rh-gh (Novell-Eutropin) yang diimpor dari LGLS, Korea 4. Propofol (Safol) yang diimpor dari Dongkok, Korea 5. Human albumin (Robumin) yang diimpor dari Kedrion, Italia 6. Faktor VIII dan faktor IX pembekuan darah yang diimpor dari Kedrion, Italia 7. Somatostatin (Somanovell) yang diimpor dari PH&T, Italia 8. Produk-produk sitotoksik yang diimpor dari KUP, Korea 3.5 Pengembangan Produk Baru di PT. Novell Ide pengembangan produk baru dapat berasal dari Departemen BD, direksi, maupun departemen lainnya. Ide ini kemudian dituangkan dalam formulir Usulan Produk Baru (UPB). Formulir UPB berisi zat aktif, bentuk sediaan, kekuatan, komposisi produk, status paten produk, analisis data pasar, analisis kompetitor, keunggulan terhadap produk kompetitor, ukuran kemasan dan usulan nama produk. UPB dibuat oleh Departemen BD dan disetujui oleh direksi. Formulir yang telah disetujui untuk dikembangkan akan disusun skala prioritas pengembangan produknya. Skala prioritas dibuat dengan mempertimbangkan besar pasar, besar kebutuhan pasar, jumlah kompetitor, masa berlaku perlindungan paten originator dan ketersediaan fasilitas untuk pengembangan produk. Pengembangan produk yang dilakukan PT. Novell adalah sebagai berikut: Pengembangan Obat Kopi Obat kopi atau obat jadi sejenis adalah obat yang mengandung zat aktif sama dengan obat yang sudah terdaftar. Obat kopi yang diproduksi PT. Novell diharapkan memiliki kesetaraan hayati (bioekivalensi) dengan produk originator. Uji bioekivalensi obat diperlukan untuk mengetahui perbandingan kualitas dan mutu dua sediaan obat (originator dan obat kopi). Uji ini disyaratkan untuk dilakukan bagi produk obat kopi untuk menjamin efektivitas obat yang dibuat. Dua produk obat dinyatakan mempunyai ekuivalensi farmasetik jika mengandung zat berkhasiat dalam jumlah dan bentuk sediaan yang sama. Produk-produk yang telah beredar perlu dilakukan pengembangan misalnya modifikasi bentuk sediaan dan modifikasi kemasan. PT. Novell juga melakukan reformulasi jika ada keluhan dari konsumen mengenai produk

36 28 tersebut, apoteker menemukan formula yang lebih bagus, dan adanya perubahan perkembangan teknologi. Modifikasi bentuk sediaan dan kemasan merupakan salah satu cara menjaga eksistensi produk. Modifikasi sediaan dapat meningkatkan profil farmakokinetik dan profil keamanan obat. Modifikasi produk tidak hanya diterapkan pada bentuk sediaan, tetapi juga pada kemasan sehingga diperoleh kemasan yang sesuai dengan kriteria. Kemasan yang baik harus dapat melindungi isi, menjaga kestabilan fisika dan kimia, serta melindungi dari faktor mekanik. Modifikasi kemasan biasanya dilakukan jika ada permintaan dari Departemen Marketing atau Departemen PD. Modifikasi kemasan selain bertujuan untuk memperbaiki desain kemasan sebelumnya yang mungkin kurang dapat melindungi produk, juga bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pasar. Departemen PD bertanggung jawab mengembangkan kemasan untuk produk ethical dan generik secara keseluruhan, sedangkan pengembangan kemasan produk OTC melibatkan Departemen Marketing terutama persetujuan desain artistiknya. Pada prinsipnya, pengembangan dan pengadaan bahan kemas melibatkan Departemen PD, QA, Marketing dan Purchasing. Pengembangan kemasan dilakukan setelah adanya UPB dari Departemen BD. Apoteker Departemen PD kemudian akan membuat spesifikasi kemasan primer dan sekunder. Pengembangan kemasan memperhatikan jenis, harga, pemasok, ukuran, data stabilitas dipercepat dan data registrasi. Bila spesifikasi kemasan disetujui oleh PD, QA, BD dan Purchasing dan telah mendapat persetujuan dari BPOM, maka spesifikasi tersebut akan diserahkan ke Purchasing untuk selanjutnya dilakukan pemesanan ke pemasok Registrasi Obat Jadi PT. Novell Departemen BD selain bertanggung jawab dalam pengembangan produk juga melakukan pendaftaran obat jadi. Produk dan/atau kemasan yang telah selesai dikembangkan oleh Departemen PD akan didaftarkan oleh Departemen BD ke BPOM RI melalui proses registrasi obat jadi. Untuk dapat mendaftarkan produknya, PT. Novell memiliki staf registrasi dengan latar belakang profesi apoteker di bagian registrasi (di dalam Departemen BD). Staf registrasi memiliki peranan dalam membantu perusahaan untuk memperoleh nomor izin edar obat

37 29 baru dan persetujuan perubahan produk dari badan registrasi BPOM. Selain itu, ia juga melakukan pendaftaran perpanjangan nomor izin edar obat lama, sesuai dengan jadwal dan prioritas yang telah ditetapkan oleh PT. Novell. Obat yang akan didaftarkan oleh PT. Novell biasanya telah melewati tahap stabilita untuk membuktikan khasiat dan keamanan produk. Beberapa obat yang dipersyaratkan untuk melalui uji bioekivalensi biasanya didaftarkan setelah obat tersebut memnuhi persyaratan keekivalenan yang ditetapkan oleh BPOM RI. Sesuai dengan kebijakan obat nasional tujuan utama pendaftaran obat jadi adalah agar obat yang beredar mempunyai khasiat nyata dan aman, berkualitas serta merupakan produk yang dibutuhkan di Indonesia. BPOM kemudian akan melakukan penilaian dan evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Jika obat tersebut dianggap telah memenuhi syarat pendaftaran obat jadi, maka persetujuannya dinyatakan dengan dikeluarkannya nomor izin edar. Nomor izin edar dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan yang pelaksanaanya dilimpahkan kepada Kepala BPOM. Izin edar ini berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.

38 BAB 4 PEMBAHASAN PT. Novell merupakan perusahaan farmasi yang telah mengikuti persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, dimana dijelaskan bahwa industri farmasi harus memiliki minimal tiga orang apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu. PT. Novell memiliki lebih dari seratus orang apoteker yang tersebar di berbagai departemen yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda, dengan tidak mengurangi hakekat dari pendidikan profesi apoteker yang didapatkan. Apoteker yang bekerja di pabrik PT. Novell memiliki tanggung jawab langsung terhadap proses pembuatan produk, mulai dari formulasi, validasi, pengawasan mutu, pemastian mutu, sampai dengan produksi. Sedangkan apoteker yang bekerja di kantor pusat memiliki tanggung jawab terhadap perencanaan produk mulai dari perencanaan usulan produk, inovasi produk, pendaftaran obat jadi sampai produk dipasarkan. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan dan memajukan bisnis perusahaan PT. Novell sehingga mampu menciptakan produk kesehatan yang berkualitas, berkhasiat dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan produk baru harus terus dilakukan untuk dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Pengembangan produk di PT. Novell dibagi menjadi tiga, yaitu produk yang dikembangkan dan diproduksi oleh PT. Novell, produk-produk impor dan produk yang dikembangkan oleh PT. Novell, tetapi diproduksi di perusahaan yang berbeda atas dasar kerjasama kontrak. Pengembangan produk juga dapat dilakukan terhadap produk yang telah beredar. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ketatnya persaingan usaha di bidang kefarmasian, maka bentuk sediaan farmasi juga mengalami evolusi. Modifikasi bentuk sediaan farmasi menjadi pilihan pengembangan obat kopi bagi perusahaan farmasi yang tidak ingin sekedar meniru produk originator. Dalam hal ini, diperlukan peran apoteker untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya. Dengan menggabungkan pengetahuan di bidang farmakologi dan farmasetika, apoteker dapat melakukan inovasi pengembangan produk baru secara 30

39 31 terus menerus. Modifikasi dapat dilakukan pada tingkatan bahan aktif atau bahan tambahan penunjang yang mempengaruhi pelepasan obat di dalam tubuh atau mengubah bentuk sediaan obat itu sendiri. Misalnya, mengubah bentuk sediaan lepas cepat menjadi sediaan lepas lambat, sediaan lepas tunda, sediaan terdispersi dalam mulut, mengubah sediaan solid menjadi sediaan cair, atau variasi/perubahan formulasi. Modifikasi bentuk sediaan obat dilakukan dengan memperhatikan sifat bahan aktif obat, sifat bentuk sediaan, sifat penyakit, serta pengaruh modifikasi terhadap profil farmakokinetik dan profil keamanan obat. Ditinjau dari keberadaan produk kompetitor atau produk sejenis di pasaran, produk-produk yang dikembangkan oleh PT. Novell dapat dibagi menjadi obat baru, obat kopi pertama dan obat kopi. Suatu obat digolongkan menjadi obat baru apabila belum ada produk dengan bahan aktif dan bentuk sediaan yang sama beredar di pasar. Suatu obat digolongkan menjadi kopi pertama bila baru terdapat satu produk dengan bahan aktif dan bentuk sediaan yang sama beredar di pasar sedangkan suatu obat digolongkan menjadi obat kopi apabila sudah lebih dari satu produk dengan bahan aktif dan bentuk sediaan yang sama beredar di pasar. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan obat di PT. Novell yaitu sekitar 2 tahun. Beberapa produk memerlukan waktu pengembangan lebih lama apabila dipersyaratkan oleh BPOM RI untuk dilakukan uji bioekivalensi (BE). Obat-obat yang memerlukan uji BE antara lain obat oral yang bekerja sistemik dengan indikasi berupa obat dengan batas keamanan/indeks terapi sempit, seperti obat antiaritmia, antikoagulan oral dan glikosida jantung, serta obat yang diindikasikan untuk penyakit serius atau berbahaya, seperti antituberkulosis, antiasma dan antibiotik. Pengembangan obat baru dan obat kopi pertama bergantung pada klaim yang dipatenkan oleh perusahaan pemegang hak paten obat tersebut, seperti rute sintesis bahan aktif, formulasi, indikasi, posologi, dosis, metode pengobatan dan sebagainya. Jika perusahaan tersebut mematenkan rute sintesis bahan aktifnya maka perusahaan yang akan membuat obat baru atau obat kopi pertama dapat mengalami kesulitan menemukan supplier karena biasanya rute sintesis yang berbeda dapat menghasilkan pengotor dan residu yang berbeda dengan produk yang dipatenkan. Apabila perusahaan pemegang hak paten melindungi paten

40 32 formula, maka perusahaan pembuat obat baru atau obat kopi pertama harus mencari formula berbeda yang memiliki kestabilan hayati serupa dengan originator. Penelusuran data-data paten seperti disebutkan di atas, harus dilakukan sebelum pengembangan produk baru, oleh apoteker di Departemen BD. Data-data lain yang harus ditelusuri dan dianalisis antara lain ringkasan karakteristik produk originator, data pasar, data teknologi dan fasilitas yang sudah dimiliki, yang sedang dibangun, atau yang tidak dimiliki oleh PT. Novell. Data paten dan data produk originator diperoleh dari beberapa website baik nasional maupun internasional. Data paten suatu obat dapat diperoleh dari website US-FDA untuk produk-produk yang terdaftar di Amerika Serikat, The European Medicinal Agency for the Evaluation of Products (EMEA) dan European Patent Office (EPO). Data ini diperlukan agar pengembangan produk terarah, terencana, dan dapat dipasarkan tepat waktu setelah masa perlindungan paten habis. Data paten berisi mengenai klaim yang dipatenkan dari obat tersebut dan lama waktu berlakunya paten, sehingga ketika PT. Novell ingin membuat obat kopi dan masa perlindungan paten telah habis, maka PT. Novell tidak akan dikenakan biaya royalti untuk memproduksi, mendaftarkan maupun mengedarkan produknya. Data paten yang didapat tidak hanya memberi informasi mengenai masa perlindungan paten akan bahan aktif obat, tetapi terkadang dapat memberikan data formulasi, rute sintesis dan metode pengobatan. Dari data produk originator didapatkan informasi mengenai golongan obat, bentuk sediaan, kekuatan, formulasi, indikasi, cara pemberian, kontraindikasi, kemasan primer dan sekunder, serta status paten. Data pasar dapat diperoleh dari Indonesian Pharmacy Audit (IPA) dan Indonesian Hospital Pharmacy Audit (IHPA) dengan berlangganan setiap 3 bulan kepada Intercontinental Marketing Service (IMS). Data IPA dan IHPA memuat data audit penjualan produk-produk obat di apotek Indonesia, baik apotek biasa (IPA), maupun apotek rumah sakit (IHPA). Selain angka penjualan, di dalamnya juga dapat dilihat perkembangan suatu produk obat dalam golongan dan evolusinya. Dari golongan tersebut dapat dilihat life cycleproduct yang mengalami peningkatan atau penurunan penjualan dalam bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat melihat peluang untuk masuk ke suatu golongan obat atau meng-kopi suatu

41 33 produk yang belum ada di daftar pengembangan produk baru dari data-data yang didapatkan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui persaingan produkproduknya yang sudah beredar di pasar. Ide pengembangan produk baru di PT. Novell dapat berasal dari direksi, departemen marketing, departemen BD, maupun departemen lainnya. Ide ini kemudian dituangkan dalam formulir Usulan Produk Baru (UPB). Formulir UPB berisi zat aktif, bentuk sediaan, kekuatan, komposisi produk, status paten produk, analisis data pasar, analisis kompetitor, keunggulan terhadap produk kompetitor, ukuran kemasan dan usulan nama produk. UPB dibuat oleh Departemen BD dan disetujui oleh direksi. Formulir yang telah disetujui untuk dikembangkan akan disusun skala prioritas pengembangan produknya. Skala prioritas dibuat dengan mempertimbangkan besar pasar, besar kebutuhan pasar, jumlah kompetitor, masa berlaku perlindungan paten originator dan ketersediaan fasilitas untuk pengembangan produk. UPB kemudian diserahkan kepada departemen PD (Product Development). Setelah UPB disetujui maka Departemen BD melakukan pengadaan sampel produk originator. Jumlah sampel yang diberikan harus cukup untuk digunakan sebagai pembanding dalam uji evaluasi pada tahap formulasi dan pengujian stabilitas. Departemen PD bekerja sama dengan Departemen Purchasing melakukan pengadaan bahan baku aktif dan bahan baku tambahan. Jika bahan sudah pernah digunakan sebelumnya dan tersedia di gudang, maka apoteker PD dapat mengajukan formulir permintaan material kepada bagian gudang. Departemen Purchasing, QC, QA, bersama-sama dengan departemen PD melakukan evaluasi pemasok bahan baku. Departemen PD terutama memberikan saran dalam hal yang berkaitan dengan kesesuaian dan kompatibilitas bahan dalam formula. Setelah dilakukan pemeriksaan bahan baku dan bahan baku aktif serta telah memenuhi persyaratan QC, maka dapat dilakukan orientasi formula percobaan. Orientasi formula percobaan merupakan pembuatan formula berdasarkan hasil studi literatur. Beberapa formula dibuat agar diperoleh formula yang terbaik dan untuk memudahkan evaluasi, maka dibuat tabel formula.

42 34 PT. Novell kemudian melakukan beberapa skala percobaan, yaitu preliminary scale, laboratory scale, pilot scale dan manufacturing scale. Pada tahap preliminary scale dilakukan percobaan dengan beberapa macam formula. Masing-masing formula tersebut diperiksa parameter fisiknya, seperti kekerasan tablet, waktu hancur tablet, kekentalan krim dan lain-lain. Produk yang memiliki sifat fisik yang baik dapat dilanjutkan ke laboratory scale. Pada laboratory scale, formula yang dipilih dibuat dalam jumlah yang sama dengan preliminary scale lalu dilakukan uji stabilitas dipercepat selama 6 bulan. Dari hasil uji stabilitas dicari formula yang paling stabil secara fisika dan kimia, mudah cara pembuatannya dan ekonomis. Pada tahap pilot scale juga dilakukan validasi proses untuk pembuatan 3 bets pertama dan dilakukan pengujian stablitas dipercepat selama 6 bulan. Jika proses dinyatakan valid dan produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka formula dapat digunakan untuk pembuatan skala industri. Produk hasil percobaan pada skala pilot apabila memenuhi syarat dapat pula dipasarkan namun jika produk yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan maka percobaan diulang mulai dari tahap preliminary scale. Pada manufacturing scale ukuran produk adalah 10 kali lipat dari produksi skala pilot. Selama proses produksi 3 bets pertama harus dilakukan validasi proses. Selama 3 bets pertama, apoteker departemen PD ikut menyaksikan proses produksi agar jika terjadi permasalahan pada formula dapat segera dilakukan tindakan perbaikan. Setelah seluruh percobaan formulasi divalidasi, maka apoteker departemen PD menyusun Master Batch Record (MBR). MBR berisi data-data lengkap mengenai produk, meliputi spesifikasi, perhitungan rinci penimbangan bahan, formula per unit dan per satu bets penuh, data stabilitas, data validasi, literatur dan arsip percobaan serta contoh kemasan. Dalam MBR ini juga tercantum dengan jelas mesin yang digunakan, langkah-langkah pembuatan dan status validasi. MBR bertujuan untuk memudahkan evaluasi jika terjadi penyimpangan ketika proses produksi skala industri atau jika suatu saat formula yang ada ingin dimodifikasi. Seluruh dokumen validasi, metode analisis dari bahan baku aktif, validasi proses produksi dan MBR kemudian diserahkan dan disimpan oleh QA untuk

43 35 dianalisis lebih lanjut. Dokumen-dokumen tersebut kemudian akan digunakan oleh departemen BD untuk kepentingan pendaftaran obat jadi mulai dari praregistrasi sampai registrasi. Proses pra-registrasi, registrasi, sampai mendapatkan nomor izin edar dilakukan oleh departeman BD. Pada pra-registrasi dilakukan penyerahan dokumen persyaratan dan dilengkapi dengan bukti penelusuran nama obat ke BPOM. Dokumen pra-registrasi ini kemudian digunakan untuk pertimbangan penetapan jalur evaluasi. Setelah mendapatkan hasil pra-registrasi, makadilanjutkan ke tahap proses registrasi. Pada tahap registrasi, PT. Novell akan menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan yang kemudian akan dianalisis dan direvisi oleh BPOM. Jika masih ada dokumen yang belum lengkap atau salah, maka PT. Novell perlu melengkapi dokumen dan melakukan konsultasi kepada BPOM. Jika obat tersebut dianggap telah memenuhi persyaratan registrasi, maka PT. Novell akan mendapatkan nomor izin edar yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan yang pelaksanaanya dilimpahkan kepada BPOM. Nomor izin edar ini berlaku selama 5 Tahun, sehingga jika PT. Novell setelah 5 tahun masih ingin memasarkan obat tersebut maka perlu diperpanjang. Setelah nomor izin edar didapatkan oleh PT. Novell, maka obat jadi tersebut dapat diproduksi dalam skala komersil. Selain melakukan pengembangan pada produk sendiri, PT. Novell juga melakukan impor obat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Usulan obat yang akan diimpor dapat berasal dari direktur, Departemen Marketing, dan Departemen BD. Obat dapat diimpor jika fasilitas produksi tidak tersedia di industri farmasi di Indonesia atau obat tersebut masih dilindungi paten. Berdasarkan peraturan MENKES No tahun 2008 bahwa saat mengimpor harus ada persetujuan tertulis yang mencakup alih teknologi dengan ketentuan paling lambat dalam jangka waktu 5 tahun harus sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Obat tidak dapat diimpor jika di Indonesia ada salah satu industri farmasi yang telah memiliki teknologi produksi untuk obat yang akan diimpor. Sebagai contoh, PT. Kimia Farma memiliki fasilitas antiviral, maka PT. Novell tidak dapat mengimpor obat antiviral. Apabila PT. Novell ingin tetap memasarkan obat antiviral, maka harus melakukan kerjasama dengan PT. Kimia Farma, hal ini biasa

44 36 disebut toll-manufacturing. Tujuan utama toll-manufacturing adalah untuk meningkatkan efektifitas biaya dan mempercepat waktu tercapainya produk sampai ke pasar. Keuntungan toll-manufacturing ini bagi perusahaan penerima kontrak adalah bahwa penerima kontrak akan diizinkan untuk mengakses teknologi canggih yang mungkin sedang dipatenkan oleh pemberi kontrak, atau teknologi yang belum dipunyai oleh penerima kontrak sedangkan keuntungan bagi perusahaan pemberi kontrak adalah bahwa perusahaan dapat lebih mengkonsentrasikan kemampuan organisasinya pada peningkatan kompetensi dan pemasaran produknya. Keberhasilan proses pengembangan obat jadi di PT. Novell tidak lepas dari peran dan tanggung jawab apoteker yang saling bekerjasama antar setiap departemen. Departemen Business Development memiliki karyawan apoteker yang bertanggung jawab untuk menciptakan inovasi produk baru, mulai dari mengusulkan bahan aktif, bentuk sediaan hingga kemasan; melihat peluang pasar dan menganalisis data pasar; menganalisis data paten dan data produk originator; melakukan negosiasi dan persetujuan dengan penerima jasa toll-manufacturing atau principal baru yang potensial, baik dalam bentuk lisensi maupun impor bahan baku material dan produk jadi. Selain itu, apoteker di departemen BD juga mempunyai tanggung jawab terhadap pendaftaran obat jadi yaitu membantu menyusun data-data yang diperoleh dari departemen PD, QA dan Marketing ke dalam berkas permohonan pendaftaran obat jadi, membantu mengevaluasi, menindaklanjuti proses pendaftaran melalui koordinasi dengan bagian terkait dalam perusahaan maupun pihak luar untuk mendapatkan nomor izin edar, membantu mendapatkan legalisasi CPOB dan sertifikasi halal, membina hubungan baik dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait, terutama BPOM, Kementerian Kesehatan dan lain-lain. Departemen PD memiliki apoteker-apoteker yang dituntut untuk memiliki kemampuan analisis yang kuat, kemampuan perencanaan terutama dalam hal rancangan formulasi baik dari segi biaya, waktu dan pemilihan bahan, serta kemampuan untuk memecahkan masalah jika formulasi yang dirancang menghadapi kesulitan atau kegagalan. Apoteker Departemen PD bekerja sama dengan apoteker Departemen Produksi untuk menghasilkan produk yang baik.

45 37 Apoteker-apoteker yang ada di Departemen Produksi dituntut memiliki ketelitian dalam mengontrol jalannya proses produksi dan kinerja dari setiap mesin, serta mengevalusi proses produksi, sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan protokol. Setelah produksi selesai, maka apoteker produksi akan menyerahkan proses selanjutnya kepada apoteker Departemen QC. Apoteker Departemen QC bertanggung jawab untuk menganalisis metode, memiliki pengetahuan tentang validasi metode dan validasi proses, serta memiliki ketelitian dalam melakukan tugas. Apoteker di Departemen QC menjalin kerjasama dengan apoteker di Departemen QA. Apoteker yang bekerja di Departemen QA wajib memiliki kemampuan manajemen dalam menyimpan dokumentasi validasi, kemampuan menangani keluhan atas produk, inspeksi diri, kemampuan memantau tindakan perbaikan dan pencegahan, serta kemampuan melaksanakan pelatihan CPOB. Ujung tombak pengembangan produksi tidak lepas dari peran apoteker yang berada di Departemen Marketing. Apoteker di departemen ini memiliki kemampuan untuk menganalisis peluang pasar terhadap tren penyakit dan memiliki kemampuan dalam hal strategi pemasaran yang tepat untuk setiap produk. Peserta PKPA di PT. Novell khususnya di Departemen BD mendapatkan banyak pelajaran dan hal-hal yang sebelumnya belum pernah didapatkan dalam bangku perkuliahan, seperti pengembangan produk baru dan analisis-analisisnya, serta peran dan fungsi apoteker dalam setiap departemen di industri farmasi. Diharapkan setelah mengikuti PKPA, apoteker mampu menjalankan tugas dan peran apoteker yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh industri farmasi.

46 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan PT. Novell merupakan industri farmasi yang mengembangkan produk baru sesuai dengan peraturan CPOB dan mendaftarkannya ke lembaga yang berwenang, dalam hal ini BPOM, sehingga didapatkan obat yang berkualitas, aman, dan berkhasiat. Dari pengamatan selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novell dapat disimpulkan bahwa: Apoteker yang bekerja di PT. Novell dapat menempati beberapa posisi, yaitu Business Development Executive, Product Development, Quality Control, Quality Assurance, Marketing, Produksi dan Product Planning and Inventory Control (PPIC). Apoteker dalam setiap departemen bekerjasama sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing untuk menciptakan dan mengembangkan berbagai produk obat, nutrisi dan suplemen kesehatan yang berkualitas dalam upaya mendukung pemerintah dalam pembangunan kesehatan Apoteker yang bekerja di PT. Novell di departement Business Development (BD) dapat menempati posisi-posisi sebagai Business Development Executive, Business Development Supervisor, Regulatory Affairs Executive, Regulatory Affairs Supervisor, International Marketing Executive, Business Development Manager dan International Marketing Manager. Apoteker dalam departemen BD bertanggung jawab dalam pengembangan ide hingga menjadi suatu produk jadi yang dapat diterima oleh pasar dan konsumen pada saat yang tepat dan memastikan bahwa produk baru yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan dan strategi bisnis. 38

47 Saran Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, dapat terus menjalin hubungan kerja sama dengan PT. Novell dalam membimbing mahasiswa calon apoteker dalam melakukan praktek kerja profesi di industri farmasi PT. Novell hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan maupun lembaga-lembaga riset dalam dan luar negeri dalam hal inovasi dan pengembangan produk-produk terbaru untuk kepentingan kesehatan masyarakat banyak Depertemen BD hendaknya mempertahankan dan meningkatkan kinerja dan inovasi sehingga PT. Novell dapat terus berkembang di bidang industri farmasi.

48 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang Baik (edisi 2006). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia HK Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/MENKES/PERVI/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/ MENKES / PER / XII / 2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. (2011). Profile company. Bogor: PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. (2011). Standard Operating Procedure (SOP) PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. Bogor: PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. 40

49 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 6 MARET 2013 PENYUSUNAN DOKUMEN REGISTRASI KLINIK ZOLMITRIPTAN DALAM RANGKA PEMENUHAN REGISTRASI OBAT SESUAI DENGAN KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN GEBRIELA TASYA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

50 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Registrasi Dokumen Registrasi Obat Dokumen Uji Klinik Sinopsis Studi Individual Zolmitriptan METODOLOGI PENGKAJIAN Lokasi dan Waktu Pengkajian Metode Pengkajian Data PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

51 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1. Struktur Molekul Zolmitriptan... 8 iii

52 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Outline Penyusunan Dokumen Uji Klinik Lampiran 2. Format Sinopsis Lampiran 3. Formulir Pendaftaran iv

53 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang dan merupakan hak setiap orang. Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memegang peranan penting dalam mendukung terwujudnya kesehatan masyarakat melalui pengembangan obat yang inovatif. Pengembangan obat baru dapat berupa peniruan, modifikasi, atau produk yang seutuhnya baru. Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu produk obat yang sedemikian rumit maka sangat diperlukan tenaga-tenaga profesional di industri farmasi. Salah satu tenaga profesional yang dimaksud adalah apoteker. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi yaitu memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia yang masing-masing sebagai penanggung jawab bagian pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu (Permenkes RI No. 1799, 2010). Selain itu, industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang dalam pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Permenkes RI No. 1799, 2010). Pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan pengamanan terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan. Tujuan dari pengamanan adalah untuk melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Pemerintah yang secara khusus mengerjakan tugas pengawasan sediaan farmasi ialah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Untuk dapat diedarkan di Indonesia, obat baru harus memiliki izin edar. Izin edar adalah bentuk persetujuan pemerintah untuk obat dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Izin edar diberikan oleh BPOM. Izin ini diberikan pada produk 1

54 2 obat yang telah dievaluasi oleh BPOM dan terbukti memenuhi kriteria utama berkaitan dengan efikasi atau khasiat, keamanan, mutu dan penandaan. Kriteria tersebut dibuktikan melalui evaluasi dan prosedur pendaftaran yang disebut dengan registrasi obat. Dokumen registrasi obat dibuat oleh industri farmasi yang bersangkutan, sesuai dengan buku pedoman penyusunan registrasi obat yang diterbitkan oleh BPOM. Dokumen registrasi obat dibuat oleh Apoteker di industri farmasi dengan kompetensi yang dimilikinya. Mahasiswa calon Apoteker perlu mengenal lebih jelas mengenai tugas dan fungsi Apoteker di industri farmasi, khususnya dalam pembuatan dokumen registrasi obat. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Departemen Business Development (BD) di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories, mahasiswa calon Apoteker melakukan penyusunan dokumen uji klinik yang merupakan bagian dari dokumen registrasi obat. 1.2 Tujuan Tujuan laporan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui prosedur penyusunan dokumen uji klinik sesuai dengan Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan.

55 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Registrasi (Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK , 2011) Registrasi obat merupakan prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapat izin edar. Untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan mutu perlu dilakukan registrasi obat sebelum diedarkan. Registrasi obat terdiri atas Registrasi baru, Registrasi variasi dan Registrasi ulang. Kategori registrasi obat terdiri atas : 1. Registrasi baru Registrasi obat yang belum mendapat izin edar di Indonesia, terdiri atas; a. Kategori 1: Registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk Produk Biologi Sejenis (PBS)/Similar Biotherapeutic Product (SBP). b. Kategori 2: Registrasi obat copy. c. Kategori 3: Registrasi sediaan lain yang mengandung obat. 2. Registrasi variasi Registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang telah memiliki izin edar di Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi, metoda, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah, kemasan dan penandaan. Terdiri atas; a. Kategori 4: Registrasi variasi major (VaMa) b. Kategori 5: Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi- B) c. Kategori 6: Registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A) 3. Registrasi ulang Registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar, yaitu; a. Kategori 7: Registrasi ulang. Registrasi obat dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan dokumen registrasi. Obat yang diregistrasi dapat berupa obat produksi dalam negeri atau obat impor. Obat produksi dalam negeri dapat berupa produksi sendiri, produksi berdasarkan lisensi atau produksi berdasarkan kontrak. Obat produksi dalam negeri dapat diedarkan di dalam negeri dan atau untuk keperluan ekspor. Obat 3

56 4 impor dapat berupa obat impor bentuk ruahan atau obat impor dalam bentuk produk jadi. Obat impor dapat diedarkan di dalam negeri dan/atau untuk keperluan ekspor. Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi. Permohonan praregistrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat. Permohonan pra-registrasi dan registrasi diajukan oleh Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan dilampiri dengan dokumen praregistrasi atau dokumen registrasi. Dokumen registrasi disusun sesuai format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD). Terhadap permohonan pra-registrasi dan registrasi dikenai biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permohonan pra-registrasi dan registrasi dapat diajukan secara elektronik. 2.2 Dokumen Registrasi Obat Dokumen registrasi adalah berkas registrasi terdiri dari dokumen-dokumen yang disusun menurut halaman dan penomoran yang berurutan, serta setiap dokumen dipisahkan oleh kertas pembatas. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, yang tertera pada Lampiran IV, Nomor HK tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat, dokumen registrasi obat terdiri dari 4 bagian, yaitu: 1. Bagian I : Dokumen administratif dan informasi produk yang terdiri dari: A. Daftar Isi Keseluruhan B. Dokumen Administratif C. Informasi Produk dan Penandaan 2. Bagian II : Dokumen Mutu terdiri dari: A. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM) B. Dokumen Mutu C. Daftar Referensi 3. Bagian III : Dokumen Non-klinik terdiri dari: A. Tinjauan Non-klinik

57 5 B. Ringkasan dan Matriks Studi Non-klinik C. Laporan Studi Non-klinik (jika perlu) D. Daftar Referensi 4. Bagian IV : Dokumen klinik terdiri dari: A. Tinjauan Uji Klinik B. Ringkasan Uji Klinik C. Matriks Laporan Uji Klinik D. Laporan Uji Klinik E. Daftar Referensi Setiap bagian pada dokumen registrasi harus dilengkapi daftar isi yang menunjukkan letak masing-masing dokumen dan diberi kertas pembatas antar bagian dan antar dokumen. Pembatas antar bagian diberi judul sesuai nama bagian (contoh: Bagian IV.A. Tinjauan Klinik) atau judul dokumen sesuai dengan format dokumen registrasi. 2.3 Dokumen Uji Klinik Efikasi dan keamanan obat jadi yang akan diregistrasi dibuktikan dalam dokumen uji klinik. Dokumen uji klinik berbentuk rincian atau penjelasan eksposisi dan matriks atau tabel rangkuman. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK tahun 2011, dokumen uji klinik terdiri atas 5 sub bagian penyusun, yaitu sub bagian A sampai dengan E. Sub bagian A berjudul Tinjauan Studi Klinik. Bagian ini berisi pemaparan mengenai semua data klinik dalam dokumen sehingga dapat digunakan oleh BPOM untuk melakukan pengkajian klinik dokumen registrasi obat. Tinjauan klinik menyajikan kekuatan dan keterbatasan program pengembangan dan hasil studi, menganalisis manfaat dan risiko penggunaan produk obat dan menjelaskan bagaimana hasil studi menunjang bagian penting informasi obat (BPOM, 2011). Untuk mencapai tujuan ini, maka Tinjauan Studi Klinik harus: 1. Menggambarkan dan menjelaskan pendekatan keseluruhan terhadap pengembangan klinik suatu obat 2. Menilai mutu desain studi dan kinerja studi, termasuk pernyataan pemenuhan

58 6 terhadap Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB) 3. Memberikan tinjauan singkat mengenai temuan klinik, termasuk adanya keterbatasan. 4. Memberikan evaluasi mengenai manfaat dan risiko berdasarkan kesimpulan studi klinik yang relevan. 5. Membahas isu khasiat dan keamanan yang ditemui dalam melakukan pengembangan. 6. Mengeksplorasi isu yang belum terselesaikan dan cara untuk mengatasinya. 7. Menjelaskan aspek yang penting atau aspek yang tidak biasa dalam informasi obat. Sub bagian B ialah Ringkasan Studi Klinik. Dokumen ini menyajikan ringkasan yang rinci dan faktual dari setiap isu klinik dalam dokumen registrasi tersebut. Ringkasan Studi Klinik merangkum 4 bagian besar, yaitu studi biofarmasetika dan metode analisis terkait, studi farmakologi klinik, studi khasiat klinik, serta keamanan klinik. Dalam bagian ini, dibukukan seluruh sinopsis jurnal uji klinik yang digunakan dalam penyusunan dokumen uji klinik (BPOM, 2011). Sub bagian C ialah Matriks Studi Klinik. Bagian ini berisi tabel-tabel data uji klinik dengan penyajian yang lebih singkat. Sub bagian ini terurut sesuai dengan kategori urutan yang disajikan dalam sub bagian D. Urutan yang dibuat bertujuan untuk menyederhanakan penyiapan dan penelaahan dokumen serta memastikan kelengkapan dokumen tersebut. Sub bagian D berjudul Laporan Studi Klinik yang memberikan pedoman susunan data klinik dan rujukan dalam dokumen registrasi. Berikut ini merupakan susunan kategori urutan penyajian laporan klinik dan matriks (BPOM, 2011): 1.Laporan Studi Biofarmasetika, berisi: a. Laporan studi ketersediaan hayati b. Laporan studi perbandingan ketersediaan hayati dan bioekivalensi c. Laporan studi korelasi in vitro-in vivo d. Laporan metode bioanalisis dan analisis untuk studi pada manusia 2. Laporan Studi terkait Farmakokinetik Menggunakan Biomaterial Manusia, berisi tentang: a. Laporan studi ikatan protein plasma

59 7 b. Laporan studi metabolisme hatidan interaksi obat c. Laporan studi menggunakan biomaterial manusia lainnya. 3. Laporan Studi Farmakokinetika pada Manusia a. Laporan studi farmakokinetik pada subjek sehat dan tolerabilitas awal b. Laporan studi farmakokinetik pada subjek dan laporan tolerabilitas awal. c. Laporan analisis data dari lebih dari satu studi, termasuk analisis formal terpadu, meta-analisis, dan bridging analysis. d. Laporan studi klinik lain 4. Laporan Pengalaman Paska Pemasaran 5. Laporan Studi Klinik Lain Sub bagian yang terakhir adalah sub bagian E, Sub bagian ini berisi daftar pustaka, termasuk artikel publikasi yang penting, catatan pertemuan resmi, serta saran/regulasi lain. Rujukan yang digunakan dalam penyusunan Tinjauan Studi Klinik dan Ringkasan Studi Klinik juga dimasukkan dalam sub bagian ini (BPOM, 2011). 2.4 Sinopsis Studi Individual Sinopsis studi individual dibuat berdasarkan ICH E3 (Struktur dan Isi Laporan Studi Klinik) menyarankan dimasukkannya Sinopsis Studi untuk setiap Laporan Studi Klinik, dan memberikan salah satu contoh format untuk sinopsis tersebut. Bagian ini harus mencakup tabel berjudul Matriks Studi Klinik, dijelaskan dalam pedoman Laporan Studi Klinik, diikuti dengan seluruh sinopsis studi yang disusun dengan urutan yang sama seperti dalam Laporan Studi Klinik. Diharapkan satu sinopsis disiapkan per studi untuk digunakan di semua negara, sinopsis yang sama dimasukkan dalam bagian ini, dan menjadi bagian dari Laporan Studi Klinik. Panjang sinopsis biasanya hingga 3 halaman, tetapi sinopsis untuk studi yang lebih kompleks dapat lebih panjang, misalnya 10 halaman. Dalam sinopsis individu, tabel dan gambar digunakan seperlunya untuk menambah kejelasan.

60 8 2.5 Zolmitriptan Zolmitriptan memiliki nama kimia (4s)-4-{[3-(2-dimethylaminoethyl)-1Hindol-5-yl]-methyl}-1,1-oxazolidin-2-one, dengan rumus empiris C 16 H 21 N 3 dan berat molekul 287. Struktur molekul dari zolmitriptan adalah sebagai berikut: Gambar 1. Struktur molekul zolmitriptan Zolmitriptan merupakan agonis reseptor 5-hydroxytryptamine 1B/1D (5- HT1B/1D) selektif, digunakan untuk pengobatan migrain akut dengan atau tanpa aura dan untuk sakit kepala cluster (Ravikumar, et al., 2007). Aktivitas terapi Zolmitriptan untuk pengobatan sakit kepala migrain diduga disebabkan oleh efek agonis pada reseptor 5-HT1B/1D dalam pembuluh darah intrakranial dan saraf sensorik pada sistem trigeminal yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan menghambat pelepasan neuropeptida pro-inflamasi (Merck, 1997).

61 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian Pengumpulan data dan penulisan dilakukan mulai tanggal 7 Januari 2013 sampai 6 Maret 2013 di departemen Business Development (BD) PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. 3.2 Metode Pengkajian Data Tugas khusus ini disusun berdasarkan kegiatan penyusunan dokumen registrasi obat, khususnya dokumen uji klinik yang dilakukan dalam PKPA. Penyusunan dokumen dilakukan berdasarkan buku paduan registrasi obat yang diterbitkan oleh BPOM yang berjudul Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan. Setiap tahapan penyusunan dokumen uji klinik yang dilakukan, dituliskan dalam laporan ini serta dilakukan analisa terhadap tahapan penyusunan tersebut. Sumber pustaka lainnya yang digunakan dalam penyusunan tugas khusus ini meliputi buku-buku panduan registrasi obat, khususnya paduan registrasi obat yang diterbitkan oleh BPOM yang berjudul Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan. 9

62 BAB 4 PEMBAHASAN Dalam PKPA di Departemen BD PT. Novell Pharmaceutical Laboratories yang dilaksanakan mulai tanggal 7 Januari sampai dengan 6 Maret 2013, dilakukan penyusunan dokumen uji klinik Zolmitriptan untuk memenuhi persyaratan pendaftaran obat baru. Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada buku paduan registrasi obat yang diterbitkan oleh BPOM tahun 2011 yang berjudul Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dokumen uji klinik dibuat dengan menggunakan sumber-sumber pustaka dan jurnal-jurnal uji klinik yang berkaitan dengan obat yang akan didaftarkan serta disesuaikan dengan panduan pembuatan dokumen uji klinik yang terdapat di dalam buku Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sumber pustaka dan jurnal-jurnal tersebut harus memberikan penjelasan mengenai aspek-aspek klinik seperti seperti bioavailabilitas obat, farmakokinetik, farmakodinamik, khasiat dan keamanan. Buku pedoman yang diterbitkan oleh BPOM tersebut membagi dokumen uji klinik ke dalam 5 sub bagian, yaitu sub bagian A, B, C, D, dan E. Sub bagian A merupakan penjelasan yang mencakup keseluruhan dokumen uji klinik dan memaparkan latar belakang pengembangan obat ditinjau dari sudut pandang klinik. Sub bagian A merangkum keseluruhan penjelasan dan matriks yang ada dalam dokumen uji klinik. Sub bagian B terdiri atas penjelasan yang lebih spesifik, sinopsis jurnal uji klinik, dan matriks rangkuman sinopsis yang berdasarkan pada aspek klinik tertentu. Sub bagian C hanya terdiri dari satu tabel atau matriks yang merupakan rangkuman dari keseluruhan sinopsis uji klinik tanpa adanya penjelasan. Matriks pada sub bagian C tidak dikelompokkan pada kategori tertentu. Sub bagian D merangkum judul-judul jurnal uji klinik terkait dengan laporan studi klinik, laporan pengalaman pasca pemasaran, formulir laporan kasus dan daftar subjek individual. Sub bagian E berisi daftar semua sumber pustaka dan jurnal-jurnal uji klinik yang digunakan dalam dokumen uji klinik tersebut. 10

63 11 Langkah penyusunan dokumen uji klinik dimulai dengan mencari pustaka dan jurnal-jurnal pendukung untuk obat yang akan dikembangkan, sumber-sumber pustaka tersebut diletakkan pada sub bagian E. Pustaka dan jurnal umumnya diperoleh dengan melakukan penelusuran situs-situs web. Panduan awal mengenai obat tersebut didapatkan dari lembar informasi produk originator. Beberapa sumber lainnya yang digunakan untuk panduan awal adalah situs-situs yang membahas tentang profil farmakologi obat, salah satu contohnya adalah drugs.com. Setelah itu dilakukan pengelompokan jurnal sesuai dengan Pedoman ICH (International Conference on Harmonization) yaitu berdasarkan bioavailabilitas, farmakokinetik, farmakodinamik, khasiat dan keamanannya. Pengelompokan ini terdapat pada sub bagian D. Tahap selanjutnya setelah jurnal-jurnal penelitian uji klinik terkumpul adalah pembuatan sinopsis pada pada sub bagian B. Sinopsis merupakan rangkuman jurnal uji klinik yang mendukung, yang digunakan dalam dokumen registrasi. Sinopsis memiliki format tertentu dimana format tersebut diharapkan dapat mempermudah pembacaan dan evaluasi jurnal tersebut. Sinopsis berisi judul, penulis, tanggal penulisan, metode, subjek, terapi yang diberikan, durasi terapi, dan hasil penelitian jurnal tersebut. Format sinopsis dapat dilihat pada Lampiran 2. Jurnal-jurnal sinopsis haruslah dikelompokkan untuk mempermudah pembuatan dokumen klinik. Setelah itu, sinopsis-sinopsis sekelompok dirangkum kembali ke dalam tabel yang lebih sederhana dan singkat. Tabel tersebut hanya menyajikan parameterparameter utama dalam jurnal uji klinik tersebut. Tabel tersebut umumnya disebut dengan istilah matriks. Pembuatan matriks ini terdapat pada sub bagian C. Langkah akhir adalah pembuatan sub bagian A yaitu penyusunan pembahasan tentang alasan pengembangan obat, tinjauan studi klinik, serta kesimpulan manfaat dan risiko obat.

64 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dokumen uji klinik adalah dokumen yang penting karena memberikan penjelasan mengenai khasiat dan keamanan obat yang hendak didaftarkan. Pembuatan dokumen uji klinik dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu dimulai dari pencarian sumber pustaka dan jurnal, pengelompokan pustaka, pembuatan sinopsis jurnal, pembuatan matriks, dan terakhir penyusunan penjelasan umum tentang obat yang akan didaftarkan sesuai dengan pedoman registrasi yang diterbitkan oleh BPOM dalam buku Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan. 5.2 Saran Agar dalam memupuk pendidikan Strata 1 Farmasi di, mahasiswa juga diberikan materi kuliah mengenai uji klinik, termasuk cara uji klinik yang benar (CUKB) serta cara pembuatan sinopsis dari suatu jurnal uji klinik dengan baik dan benar. 12

65 DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia HK Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/ MENKES / PER / XII / 2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta. Merck & Co., Inc. (1997). Highlights of Prescribing Information: ZOMIG (zolmitriptan) tablets, for oral use; ZOMIG-ZMT (zolmitriptan), orally disintegrating tablets. USA: Merck & Co., Inc. Ravikumar, K., Sridhara, B., dan Krishnan, H. (2007). Zolmitriptan, an antimigraine drug. Acta Cryst. E63; o1774 o

66 LAMPIRAN

67 14 Lampiran 1. Outline Penyusunan Dokumen Uji Klinik SUB BAGIAN A TINJAUAN STUDI KLINIK 1. Alasan Pengembangan Obat 2. Tinjauan Biofarmasetika 3. Tinjauan Farmakologi Klinik 4. Tinjauan Khasiat 5. Tinjauan Keamanan 6. Kesimpulan Manfaat dan Risiko SUB BAGIAN B RINGKASAN STUDI KLINIK 1. Ringkasan Studi Biofarmasetika dan Metode Analisis Terkait 2. Ringkasan Studi Farmakologi Klinik 3. Ringkasan Khasiat Klinik 4. Ringkasan Keamanan Klinik 5. Sinopsis Studi Individual SUB BAGIAN C MATRIKS STUDI KLINIK SUB BAGIAN D LAPORAN STUDI KLINIK 1. Daftar Isi 2. Laporan Studi Klinik a. Laporan Studi Biofarmasetika b. Laporan Studi terkait Farmakokinetik Menggunakan Biometerial Manusia c. Laporan Studi Farmakokinetika (PK) pada Manusia d. Laporan Studi Farmakodinamika (PD) pada Manusia e. Laporan Paska Pemasaran f. Formulir Laporan Kasus dan Daftar Subjek Individual SUB BAGIAN E DAFTAR PUSTAKA

68 15 Lampiran 2. Format Sinopsis Title : Author : Centre(s) of Study : Methodology : Subject : Subject Population : Treatment : Duration of Treatment : Parameters : Analysis : Statistical Method : Result : Conclusion :

69 16 Lampiran 3. Formulir Pendaftaran BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NATIONAL AGENCY FOR DRUG AND FOOD CONTROL REPUBLIC OF INDONESIA DOKUMEN RAHASIA Confidential No Pendaftaran Application Number FORMULIR REGISTRASI OBAT DAN PRODUK BIOLOGI APPLICATION FORM FOR DRUG AND BIOLOGICAL PRODUCT A. KETERANGAN LENGKAP PENDAFTAR DAN PRODUSEN Details Of Applicant and Manufacturer Nama Pendaftar Applicant s Name Kode/Code ** Alamat Pendaftar Applicant s Address Nama Produsen* Manufacturer s Name* Alamat Produsen Produsen s Address Produsen Lain Other manufacturers Nama dan Alamat Nama and Address Peruntukan ** Role** Kode *** Code*** * : Produsen yang bertanggung jawab untuk pelulusan bets Manufacturer responsible for final batch release ** : misalnya penyiapan obat setengah jadi, kemasan, granulasi, bentuk sediaan setengah jadi, dll. e.g. prepares semi-finished product, packaging, granulation, manufactures bulk finished dosage form, etc *** : Kode (diisi oleh Badan POM) Code (office use only) B. URAIAN PRODUK Details Of Product Nama Obat Product Name Bentuk Sediaan dan Kekuatan Dosage Form & Strength Kelas Terapi Therapetic Class

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

b. Sertifikat CPOB sesuai dengan bentuk sediaan yang diajukan

b. Sertifikat CPOB sesuai dengan bentuk sediaan yang diajukan CHECKLIST DOKUMEN PRA REGISTRASI OBAT BARU I. INFORMASI PRODUK Nama obat : Bentuk sediaan & kekuatan : Zat aktif : Kemasan : Pendaftar : Produsen : Kategori registrasi : II. DOKUMEN YANG DISERAHKAN A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET 30 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

2011, No Tentang Registrasi Obat dan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika perlu menetapkan Peraturan Kepal

2011, No Tentang Registrasi Obat dan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika perlu menetapkan Peraturan Kepal No.634, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN/ Obat. Registrasi. Tata Laksana. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.10.11.08481

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JL. POST PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 1 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT www.hukumonline.com PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.10.11.08481 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES JALAN POS PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.3.1950 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.10.11.08481 TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.10.11.08481 TAHUN 2011 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.10.11.08481 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BPOM. Registrasi Obat. Kriteria dan Tata Laksana. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BPOM. Registrasi Obat. Kriteria dan Tata Laksana. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA No. 1140, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Registrasi Obat. Kriteria dan Tata Laksana. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Data Perusahaan 1.1.1 Identitas Perusahaan Gambar 1. Logo Perusahaan PT Novell Pharmaceutical Laboratories adalah salah satu perusahaan farmasi di Indonesia yang sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi saat ini telah memaksa industri di

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi saat ini telah memaksa industri di BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Era perdagangan bebas dan globalisasi saat ini telah memaksa industri di Indonesia untuk terus meningkatkan daya saingnya menghadapi kompetisi yang ketat dari produk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES JALAN RAYA BOGOR KM 51,5 CIMANDALA BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Mala Febriani S. Farm. 083202139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

JAKARTA, 24 NOVEMBER 2017

JAKARTA, 24 NOVEMBER 2017 JAKARTA, 24 NOVEMBER 2017 Dra. Togi J. Hutadjulu, Apt. MHA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA www.pom.go.id 1. PENDAHULUAN 2. REVISI KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT 3. PENUTUP

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: HENDRIK, S. Farm. NPM: 2448711131 PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARAG JAWA TEGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APRILYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: IGNASIUS BERRY SANAGA, S. Farm. NPM: 2448711132

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: FANNY FERLIANY SIMANJUNTAK, S.Farm. 083202117 FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Disusun oleh: KATARIN SITOMPUL, S.Farm NIM 093202039 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1381 TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci