UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker YUDHO PRABOWO, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011 i

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Yudho Prabowo S. Farm NPM : Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Ferron Par Pharmaceuticals Jalan Jababeka VI Blok J No. 2-3, Cikarang, Jawa Barat Periode 1 Juli 26 Agustus 2011 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Rejeki Indiastuti, S.F., Apt. (.. ) Pembimbing II : Drs. Hayun, M.Si., Apt (.. ) Penguji : (.. ) Penguji : (.. ) Penguji : (.. ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : ii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ferron Par Pharmaceutical dan penyusunan laporan ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk mencapai gelar apoteker. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Djoko Sujono, MBA selaku Managing Director PT. Ferron Par Pharmaceutical karena telah memberi penulis kesempatan untuk melakukan PKPA di PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2. Bapak Rahmat Budi Yuwono, S.Si., Apt. selaku Quality Manager PT. Ferron Par Pharmaceuticals yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan memperoleh banyak pengalaman di bagian Quality PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 3. Ibu Rejeki Indiastuti, S.F., Apt, selaku Validation Manager dan pembimbing PKPA ini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada penulis sehingga mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga di PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 4. Bapak Drs. Hayun, M.Si., Apt. sebagai pembimbing dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan. 5. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Bapak Dr. Harmita, Apt. Sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 7. Anton Sulistiawan, S.Si., Apt, Arif Budianto, S.Farm., Apt., dan para Supervisor di PT. Ferron Par Pharmaceuticals yang telah memberikan induksi, arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, khususnya dalam iii

5 pelaksanaan tugas khusus. 8. Para QA Specialist dan seluruh Quality Staff PT Ferron Par Pharmaceuticals atas kerjasama dan pengetahuan yang telah dibagikan kepada penulis. 9. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan laporan berjalan lancar. 10. Semua teman-teman Apoteker Angkatan 73 yang saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. 11. Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, Desember 2011 Penulis iv

6 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker YUDHO PRABOWO, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011 i

7 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Yudho Prabowo S. Farm NPM : Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Ferron Par Pharmaceuticals Jalan Jababeka VI Blok J No. 2-3, Cikarang, Jawa Barat Periode 1 Juli 26 Agustus 2011 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ditetapkan di : Depok Tanggal : 5 Januari 2012 ii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ferron Par Pharmaceutical dan penyusunan laporan ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk mencapai gelar apoteker. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Djoko Sujono, MBA selaku Managing Director PT. Ferron Par Pharmaceutical karena telah memberi penulis kesempatan untuk melakukan PKPA di PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2. Bapak Rahmat Budi Yuwono, S.Si., Apt. selaku Quality Manager PT. Ferron Par Pharmaceuticals yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan memperoleh banyak pengalaman di bagian Quality PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 3. Ibu Rejeki Indiastuti, S.F., Apt, selaku Validation Manager dan pembimbing PKPA ini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada penulis sehingga mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga di PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 4. Bapak Drs. Hayun, M.Si., Apt. sebagai pembimbing dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan. 5. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Bapak Dr. Harmita, Apt. Sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 7. Anton Sulistiawan, S.Si., Apt, Arif Budianto, S.Farm., Apt., dan para Supervisor di PT. Ferron Par Pharmaceuticals yang telah memberikan induksi, arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, khususnya dalam iii

9 pelaksanaan tugas khusus. 8. Para QA Specialist dan seluruh Quality Staff PT Ferron Par Pharmaceuticals atas kerjasama dan pengetahuan yang telah dibagikan kepada penulis. 9. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan laporan berjalan lancar. 10. Semua teman-teman Apoteker Angkatan 73 yang saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. 11. Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, Desember 2011 Penulis iv

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Persyaratan Usaha Industri Farmasi Pembinaan dan pengawasan Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT FERRON PAR PHARMACEUTICALS Sejarah PT. Ferron Par Pharmaceuticals (PT. FPP) Visi dan Misi Lokasi dan Tata Letak Bangunan Batas-Batas Ferron Cikarang Plant Sistem Managerial PT. Ferron Par Pharmaceuticals Personalia Departemen pemasaran (Marketing Department) Departemen Sistem dan Perencanaan (System and Planning Department) Departemen Pembelian (Purchasing Department) v

11 3.6.4 Departemen Pabrik (Factory Department) Departemen Quality (Quality Departement) Bagian Validasi Bagian Internal Quality Audit (IQA) Bagian Post Production and Quality Monitoring (PPQM) Bagian Laboratorium Bagian In Process Control (IPC) Departemen Sumber Daya Manusia (Human and Resources Department/HRD) Departemen Keuangan dan Akunting (Finance and Accounting Departement) Departemen Urusan Umum (General Affair) Bangunan dan Fasilitas PT. FPP Pembagian Ferron Cikarang Plant Pembagian Ruangan (Zoning Area) Sanitasi dan Higiene Higiene Personalia dan Keselamatan Kerja Sanitasi Bangunan Pembersihan Ruangan Produksi untuk Area Black dan Grey Pembersihan Ruangan Produksi untuk Ruang Steril Sanitasi Peralatan Factory PT. FPP Produksi Lini Timbang Lini Solida Lini Solida Lini Likuida Lini Semisolida Lini Steril Lini Steril Bagian Gudang Penerimaan Barang Penyimpanan Barang Pendistribusian Barang Perhitungan Stok Barang Penanganan BMT (Bahan Mudah Terbakar) dan BMM (Barang Mudah Meledak) Bagian Teknik Building Maintenance Production Machinery Utility BAB 4. PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia vi

12 4.3 Bangunan dan fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Logo PT. Ferron Par Pharmaceuticals Gambar 3.2. Denah Lokasi Ferron Cikarang Plant Gambar 3.3. Alur Inventory Control Pada PT. FPP Gambar 3.4. Konsep (A) Deadlag (B) Zerodeadlag Gambar 3.5. Pengolahan Air di PT. FPP Gambar 3.6. Gambaran Sederhana Sistem HVAC viii

14 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Daftar Sertifikasi CPOB PT. FPP Tabel 3.2. Daftar Sertifikat MHRA PT. FPP Tabel 3.3. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Jumlah Partikel Tabel 3.4. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Batas Kontaminasi Mikroba Tabel 3.5. Parameter Spesifikasi Air ix

15 LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Umum PT. FPP Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Sistem dan Perencanaan Lampiran 3. Struktur Organisasi Umum Bagian Quality PT. FPP Lampiran 4. Alur Kegiatan Lini Timbang Lampiran 5. Alur Proses Produksi Lini Solida Lampiran 6. Alur Proses Produksi Lini Solida Lampiran 7. Alur Proses Produksi Lini Likuida Lampiran 8. Alur Produksi Lini Semisolida Lampiran 9. Alur Produksi Lini Steril Lampiran 10. Alur Proses Produksi Steril Pada Lini Steril Lampiran 11. Alur Penerimaan Barang Eksternal Untuk Produksi Lampiran 12. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Internal) Lampiran 13. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Eksternal) Lampiran 14. Skema Pengolahan Limbah PT. FPP x

16 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Persyaratan Usaha Industri Farmasi Pembinaan dan pengawasan Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT FERRON PAR PHARMACEUTICALS Sejarah PT. Ferron Par Pharmaceuticals (PT. FPP) Visi dan Misi Lokasi dan Tata Letak Bangunan Batas-Batas Ferron Cikarang Plant Sistem Managerial PT. Ferron Par Pharmaceuticals Personalia Departemen pemasaran (Marketing Department) Departemen Sistem dan Perencanaan (System and Planning Department) Departemen Pembelian (Purchasing Department) v

17 3.6.4 Departemen Pabrik (Factory Department) Departemen Quality (Quality Departement) Bagian Validasi Bagian Internal Quality Audit (IQA) Bagian Post Production and Quality Monitoring (PPQM) Bagian Laboratorium Bagian In Process Control (IPC) Departemen Sumber Daya Manusia (Human and Resources Department/HRD) Departemen Keuangan dan Akunting (Finance and Accounting Departement) Departemen Urusan Umum (General Affair) Bangunan dan Fasilitas PT. FPP Pembagian Ferron Cikarang Plant Pembagian Ruangan (Zoning Area) Sanitasi dan Higiene Higiene Personalia dan Keselamatan Kerja Sanitasi Bangunan Pembersihan Ruangan Produksi untuk Area Black dan Grey Pembersihan Ruangan Produksi untuk Ruang Steril Sanitasi Peralatan Factory PT. FPP Produksi Lini Timbang Lini Solida Lini Solida Lini Likuida Lini Semisolida Lini Steril Lini Steril Bagian Gudang Penerimaan Barang Penyimpanan Barang Pendistribusian Barang Perhitungan Stok Barang Penanganan BMT (Bahan Mudah Terbakar) dan BMM (Barang Mudah Meledak) Bagian Teknik Building Maintenance Production Machinery Utility BAB 4. PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia vi

18 4.3 Bangunan dan fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

19 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Logo PT. Ferron Par Pharmaceuticals Gambar 3.2. Denah Lokasi Ferron Cikarang Plant Gambar 3.3. Alur Inventory Control Pada PT. FPP Gambar 3.4. Konsep (A) Deadlag (B) Zerodeadlag Gambar 3.5. Pengolahan Air di PT. FPP Gambar 3.6. Gambaran Sederhana Sistem HVAC viii

20 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Daftar Sertifikasi CPOB PT. FPP Tabel 3.2. Daftar Sertifikat MHRA PT. FPP Tabel 3.3. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Jumlah Partikel Tabel 3.4. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Batas Kontaminasi Mikroba Tabel 3.5. Parameter Spesifikasi Air ix

21 LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Umum PT. FPP Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Sistem dan Perencanaan Lampiran 3. Struktur Organisasi Umum Bagian Quality PT. FPP Lampiran 4. Alur Kegiatan Lini Timbang Lampiran 5. Alur Proses Produksi Lini Solida Lampiran 6. Alur Proses Produksi Lini Solida Lampiran 7. Alur Proses Produksi Lini Likuida Lampiran 8. Alur Produksi Lini Semisolida Lampiran 9. Alur Produksi Lini Steril Lampiran 10. Alur Proses Produksi Steril Pada Lini Steril Lampiran 11. Alur Penerimaan Barang Eksternal Untuk Produksi Lampiran 12. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Internal) Lampiran 13. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Eksternal) Lampiran 14. Skema Pengolahan Limbah PT. FPP x

22 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia adalah salah satu tujuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Obat merupakan salah satu hal yang menunjang peningkatan kesehatan tersebut sehingga ketersediaan obat yang merata dan terjangkau oleh masyarakat dipasaran dapat mendorong terciptanya kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Karena berhubungan langsung dengan fungsi fisiologis dan nyawa manusia, maka obat harus memiliki kualitas yang baik dan bermutu, bersifat aman dan mempunyai khasiat yang diinginkan. Produksi obat adalah salah satu kegiatan dari sebuah industri farmasi. Obat yang dihasilkan harus sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Industri farmasi harus memperhatikan setiap aspek yang berhubungan dengan mutu dan keamanan obat. Pembuatan obat terdiri dari beberapa tahap yang harus dilalui dan memungkinkan mempunyai pengaruh terhadap mutu obat, begitu juga dengan bahan-bahan dan peralatan yang berkontak langsung dengan bahan obat. Oleh karena terdapat banyak resiko yang dapat mempengaruhi mutu dan keamanan obat, maka dalam pembuatan obatobatan industri farmasi diatur dalam keputusan menteri yang dituang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.43/MENKES/SK/II/1988 pada tanggal 2 Februari 1988 untuk mewujudkan standar kualitas produk obat berupa kebijakan yang dinamakan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Penerapan CPOB harus diikuti dengan pengetahun kefarmasian yang luas agar CPOB dapat diterapkan dengan sempurna. Salah satu sumber daya yang diharapkan memiliki pengetahuan kefarmasian yang dibutuhkan adalah seorang apoteker. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang 1

23 2 Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker memegang peranan penting dalam hal pengadaan, pengendalian dan distribusi obat-obatan yang dilakukan dalam industri farmasi. Oleh karena itu, keberadaan apoteker dalam industri farmasi minimal berjumlah 3 orang. Sebagai pemegang otoritas penuh tentang obat, seorang apoteker harus mempunyai standar kompetensi tertentu agar dapat menjamin konsistensi kualitas mutu industri farmasi dan produk farmasi di tengah-tengah persaingan industri yang ada. Untuk itu, diperlukan adanya pembekalan mengenai peran apoteker di dalam industri farmasi. Salah satu pembekalan yang dapat dilakukan adalah dilaksanakannya program PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di industri farmasi. Diharapkan dari PKPA ini para calon apoteker dapat mengetahui seluk beluk industri farmasi dan segala hal yang menyangkut kelangsungan suatu industri farmasi. Pengetahuan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri sebaikbaiknya dalam memasuki dunia kerja kefarmasian, khususnya terkait dengan kebutuhan informasi perkembangan bisnis farmasi, baik dari sisi manajerial maupun pengetahuan tentang peran strategis apoteker secara profesional di industri farmasi. Melalui kegiatan ini pula, mahasiswa tingkat profesi diharapkan dapat mengamati secara langsung penerapan CPOB di industri farmasi. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ferron Par Pharmaceuticals bertujuan agar : a. Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang berlangsung dalam suatu industri farmasi. b. Mahasiswa profesi Apoteker dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal penerapan CPOB di PT. Ferron Par Pharmaceuticals. c. Mahasiswa profesi Apoteker dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai peran dan tugas Apoteker di industri farmasi.

24 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan (Kementerian Kesehatan, 2010) Persyaratan Usaha Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan, 2010) Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas : a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas, b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat, c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu, 3

25 4 e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip yang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh Industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundangundangan. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Selain wajib memenuhi ketentuan yang telah disebutkan, Industri Farmasi juga wajib melakukan farmakovigilans. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri Farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk industri farmasi Penanaman Modal

26 5 Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri wajib : a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun. b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan Industri Farmasi yang dilakukannya; c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutannya dan keselamatan kerja; d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh Kepala BPOM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat memasuki setiap tempat yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh, membuka dan meneliti kemasan obat, serta memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat. Tenaga pengawas juga dapat mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan/atau perdagangan obat dan bahan obat. Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa : a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM);

27 6 b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM); c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM); d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM); e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM); dan f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM). Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal : a. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan ini; dan atau b. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan atau c. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari menteri; dan atau d. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu; dan atau e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) CPOB merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yaitu suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi

28 7 dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB merupakan suatu pedoman untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang digunakan, dan personel yang terlibat. Pada proses pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan yang tidak sesuai dengan prosedur tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan atau memelihara kesehatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ruang lingkup CPOB edisi 2006, meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan bagi penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah :

29 8 a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya. b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pelaksanaan pengujian tertentu saja namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan produk Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB, memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan serta memahami tanggung jawab masing-masing. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi di mana tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas tersebut boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk dan mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Dalam hal ini, aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Pemastian Mutu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian

30 9 Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Tanggung jawab masing-masing personil kunci adalah sebagai berikut : a. Kepala bagian Produksi 1) Memastikan obat dibuat dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi syarat mutu yang ditetapkan. 2) Memberi persetujuan prosedur tetap (protap) yang berkaitan dengan produksi serta implementasinya. 3) Memastikan catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani sebelum diserahkan ke bagian pemastian mutu. 4) Memastikan pemeliharaan gedung dan peralatan produksi. 5) Memastikan validasi proses telah dilaksanakan. 6) Memastikan pelatihan dilaksanakan. b. Kepala bagian Pemastian Mutu 1) Memastikan penerapan sistem mutu. 2) Memprakarsai pembuatan Quality Manual. 3) Inspeksi diri dan eksternal audit. 4) Melakukan pengawasan bagian pengawasan mutu. 5) Mengkoordinasi program validasi, kualifikasi dan kalibrasi. 6) Memastikan pemenuhan persyaratan CPOB dan dari regulator. 7) Mengkaji Catatan Bets dan Product Quality Review. 8) Menangani keluhan (teknis dan medis). 9) Menangani obat kembalian dan penarikan obat. c. Kepala bagian Pengawasan Mutu 1) Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara/ruahan dan obat jadi. 2) Memberi persetujuan spesifikasi, instruksi sampling, metode uji dan protap pengawasan mutu. 3) Memberi persetujuan dan memantau kontrak analisa. 4) Memastikan pemeliharaan gedung dan alat. 5) Memastikan validasi metoda telah dilakukan. 6) Melakukan stabilitas obat jadi.

31 10 7) Memastikan pelatihan dilaksanakan Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasional yang benar. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan didesinfeksi sesuai prosedur tertulis secara rinci. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Tindakan perbaikan dan perawatan terhadap bangunan dan fasilitas dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif, menghindari penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan diatur sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

32 11 Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial harus dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan dan peralatan. Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses

33 12 produksi (built in quality) sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higiene sampai dengan pengemasan. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten. Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan berada di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan, dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang

34 13 dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personel pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Personel, bangunan dan fasilitas, serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai untuk segala jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat Inspeksi Diri dan Audit Mutu Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Pada aspek aspek inspeksi diri hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa inspeksi diri ini hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.

35 14 Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik, namun inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan. Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk

36 15 harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk yang bersangkutan. Kontrak hendaklah mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak. Pelulusan akhir dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi kontrak.

37 Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.

38 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS 3.1 Sejarah PT.. Ferron Par Pharmaceuticals PT.. Ferron Par Pharmaceuticals (FPP) merupakan perusahaan farmasi yang tergabung dalam Grup Dexa Medica. Sejak didirikan pada tanggal 27 September 1970 oleh Rudy Soetikno, Hetty Soetikno, dan Lydia Siptiani Dexa Medica telah tumbuh menjadi salah satu industri besar farmasi di Indonesia. Perkembangan ini dan tuntutan globalisasi perindustrian, membuat PT. Dexa Medica membutuhkan fasilitas manufaktur baru dengan kemampuan memproduksi bentuk-bentuk sediaan farmasi yang lebih kompleks dibawah operasional perusahaan yang berbeda. FPP berdiri secara inkorporasi di bawah hukum pada 5 Desember 1994 dan proses operasionalnya dimulai sebagai perusahaan pemasaran pada 24 Januari Pembangunan FPP direncanakan pada bulan Juli 2000, mulai dibangun pada Oktober 2000 dan selesai dibangun pada bulan Juli 2002, dan mulai menjalankan proses produksi. Produk yang diproduksi adalah produk PT. Dexa Medica, produk perusahaan lain yang melakukan toll in, serta produk FPP sendiri. Distribusi dilakukan oleh PT. Anugrah Argon Medica (PT. AAM), sebuah perusahaan distribusi yang juga tergabung dalam Dexa Medica Group. Perusahaan lain yang juga tergabung dalam Dexa Medica Group yaitu Equilab yang merupakan laboratorium BABE (Bioavaibility and Bioequivalent), Inmark yang bergerak dalam penyediaan jasa Medical Representative dan DLBS (Dexa Labolatory and Biomolecule Science) yang berperan dalam riset produk biomolekul dan vaksin. FPP mempunyai motto yaitu Inovasi (Innovation), Kualitas (Quality), dan Pelayanan (Care), dan dengan moto ini FPP telah mampu memproduksi berbagai sediaan farmasi dan menerapkan strategi diferensiasi segmen terapetik dengan pengelompokan produknya menjadi 5 kategori yaitu Opta (sediaan farmasi untuk mata), Derma (sediaan farmasi untuk kulit), Oncology (sediaan farmasi untuk penyakit kanker), serta Kualita dan Inova yang merupakan produk-produk campuran obat lainnya selain 3 kategori tersebut yaitu kardiovaskular, 17

39 18 antineoplastik, antidiabetes, analgesik dan vitamin. di bawah ini. FPP mempunyai logo berwarna merah berbentuk segitiga seperti gambar Gambar 3.1. Logo PT. Ferron Par Pharmaceuticals Pada logo tersebut terdapat tulisan fe dalam segitiga merah yang merupakan simbolisasi dari unsur ferrum (besi), asal nama Ferron. Besi merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan, karenanya diharapkan FPP memiliki sifat yang sama dengan besi dalam hal kekuatan, kegunaan dan keberadaannya. Kata Par berasal dari istilah dalam olah raga golf yang berarti target yang harus dicapai. Oleh karena itu kata Par menunjukkan bahwa perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan baik dalam hal kualitas produk maupun dalam hal praktek bisnisnya. Sedangkan Pharmaceuticals menunjukkan bahwa perusahaan ini bergerak di bidang industri farmasi. Pada 7 November 2002, FPP berhasil memperoleh sertifikasi CPOB dan pada 14 Mei 2003 mendapatkan sertifikat ISO 9001 edisi tahun 2000 (Resertifikasi pada tanggal Mei 2006). ISO 9000 bukan merupakan suatu standar produk, tetapi merupakan sistem standar manajemen dalam menghasilkan suatu produk. Daftar sertifikat CPOB FPP dapat dilihat pada Tabel 3.1. Selain itu, FPP berhasil memperoleh sertifikat GMP dari UK-MHRA (United Kingdom Medicine and Healthcare Product Regulatory) pada tahun UK-MHRA merupakan lembaga yang bertanggung jawab memantau keamanan, kualitas dan efektivitas obat-obatan yang dipasarkan di Inggris. Sertifikasi oleh Australia diberikan kepada FPP oleh TGA dari Department Of Health And Ageing, Therapeutic Goods Administration, khususnya untuk lini solida di FPP pada tanggal 15 Agustus Pada tanggal 15 Juni 2010 diperoleh serifikat Zentrale Arzneimitteluberwachung Bayern (ZAB) dari Bavarian, Bayern suatu badan yang berwenang dalam peredaran obat di Jerman untuk produk freeze dry Vancomycin lyomark yang diproduksi di lini steril FPP. Oleh karena berbagai

40 19 sertifika yang dimiliknya, FPP telah berhasil menembus pasar Inggris, Jerman, Afrika (Nigeria), dan Asia (Kamboja, Filipina, Vietnam, Srilanka, Hongkong). Daftar sertifikat MHRA FPP dapat dilihat pada Tabel Visi dan Misi Visi Perusahaan ini mempunyai visi untuk menjadi perusahaan terkemuka dengan tekad memberikan nilai tambah yang tinggi bagi setiap pelanggan dan para stakeholder dengan : a. Produk inovatif dan berkualitas tinggi b. Pelayanan yang unggul melalui proses yang efektif dan efisien c. Penyempurnaan yang berkesinambungan Demi mencipt.akan kesehatan bagi semua di tingkat nasional, regional maupun global Misi Untuk mewujudkan visi tersebut, FPP mempunyai misi untuk memantapkan kapasitas dan kompetensi untuk berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, melalui : a. Inovasi dalam produk dan proses b. Perbaikan berkesinambungan untuk kepentingan stake holder c. Produk dan layanan bernilai tambah bagi pelanggan d. Kemitraan regional dan global demi pertumbuhan dan eksistensi. Dalam menerapkan visi dan misi perusahaan, FPP menerapkan 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas, kualitas kerja, peningkatan moral, disiplin kerja, dan kenyamanan kerja. Selain itu juga terdapat program Ferron Suggestion System (FeSS) yang merupakan sarana bagi para karyawan Ferron dalam menyampaikan ide-ide kreatif dan saran untuk kemajuan Ferron. Ide dan saran dari para karyawan disampaikan ke komite saran dan kemudian dilombakan tiap 3 bulanan / tahunan. Dengan adanya program ini, diharapkan karyawan dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam perkembangan Ferron.

41 Lokasi dan Tata Letak Bangunan FPP terletak di Jababeka Industrial Estate I, kawasan industri 40 km sebelah Timur Jakarta. Alamat FPP yaitu di Jalan Jababeka VI, Blok J No 2-3, Cikarang, Jawa Barat. Bagian pemasaran FPP dan kantor pusat FPP berada di Titan Center, lantai 7, Jalan Boulevard Bintaro Blok B7/B1 No. 05, Bintaro Jaya Sektor 7, Tangerang. FPP dibangun di atas tanah seluas 1,05 hektar, dengan lantai ruangan seluas m 2 dan 20 % dari lahan tersebut dialokasikan untuk future extension yang terletak di sebelah selatan pabrik. Denah lokasi Ferron Cikarang Plant dapat dilihat pada Gambar Batas-Batas Ferron Cikarang Plant Batas-batas Ferron Cikarang Plant (FCP) adalah : a. Sebelah kiri (Utara) : berbatasan dengan Pabrik PT. Byung Hwa (komponen elektrik) b. Sebelah depan (Timur) : berbatasan dengan jalan utama kawasan industri (Jababeka VI) c. Sebelah kanan (Selatan) : berbatasan dengan tanah kosong dan sebagian gudang CV Echo (Technical spare part) d. Sebelah belakang (Barat) : berbatasan dengan daerah pemukiman umum yang berjarak 3 m dari pagar yang ada di sekeliling pabrik. 3.5 Sistem Managerial PT.. Ferron Par Pharmaceuticals Ferron Integrated System (FIS) merupakan sistem yang meregulasi semua aspek bisnis dan operasional kegiatan pengembangan, produksi dan pemasaran produk-produk farmasi PT.. Ferron Par Pharmaceuticals. Sebagai sistem integrasi utama, FIS mengakomodasikan kebutuhan dan standar yang diadopsi oleh perusahaan. Standar utama yang saat ini diadopsi oleh perusahaan adalah CPOB dan ISO 9001:2000 (Quality Management Sistem). Struktur dokumentasi dalam FIS adalah sebagai berikut: a. Ferron Integrated System Manual (FIS Manual) FIS manual berisi kebijakan perusahaan, keseluruhan sistem bisnis, ruang

42 21 lingkup dan juga ringkasan dari prosedur. b. Prosedur Dalam prosedur dijelaskan mengenai deskripsi detail mengenai langkah yang harus diambil dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Pihak terkait, hubungan antar prosedur dan departemen lain dalam perusahaan dan juga laporan yang relevan dibuat dalam bentuk grafik alur proses. Dalam prosedur dicantumkan pula referensi standar yang diacu oleh FPP, yaitu Asean GMP 1996 dan ISO 9001:2000. Meskipun demikian dapat digunakan standar lain dalam kondisi tertentu bila dibutuhkan. c. Dokumen pendukung Dokumen pendukung terdiri dari instruksi kerja, standar operasional dan form yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tertentu. d. Record Record terdiri dari form yang telah diisi, label dan sampel tertinggal, grafik, dan catatan lain yang menyediakan bukti bahwa sistem telah dilaksanakan secara benar dan efektif. 3.6 Personalia FPP dipimpin oleh seorang managing director yang bertanggungjawab secara langsung kepada Coorporate Managing Director. Gambar struktur organisasi umum FPP dapat dilihat di Lampiran Departemen Pemasaran (Marketing Departement) Departemen ini dipimpin oleh seorang kepala pemasaran dan penjualan (Head of Marketing and Sales). Departemen ini menangani pemasaran produk yang telah diproduksi. Kepala pemasaran dan penjualan membawahi marketing support manager, bussiness unit manager OPT.a, bussines unit manager Derma, marketing manager Kualita, marketing manager Inova dan bussiness unit manager Onco. Dasar dari proses pemasaran melibatkan tiga hal, yaitu rencana pemasaran dan manajemen strategi, perencanaan dan kontrol penjualan, dan aktivitas pendukung pemasaran.

43 Departemen Sistem dan Perencanaan (System and Planning Departement) Departemen ini dipimpin oleh System and Planning Manager, yang membawahi Toll Manufacturing Officer, PPIC Officer, System Development Officer, dan Sytem Analyst. Struktur organisasi departemen sistem dan perencenaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Departemen sistem dan perencanaan memberikan laporan secara langsung kepada manajemen puncak untuk memastikan bahwa Ferron Integrated System telah dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian Manajer Sistem dan Perencanaan berperan sebagai System Management Representative. SDO bertanggungjawab terhadap pengendalian dokumen, pengendalian proses, improvement dan memastikan agar semua dokumen standar FPP terkendali. Bagian SDO juga melakukan pengendalian proses dengan melakukan internal audit dan monitoring Balanced Score Card (BSC) atau target kerja. Bagian SDO juga mendapat tugas untuk mengolah quisioner dari customer supaya tidak terjadi konflik kepentingan pada bagian pemasaran. Sedangkan PPIC memiliki 3 tugas utama yang dapat disingkat IPC, yaitu I (inventory), P (Production Planning) dan C (Capacity Planning). Peran PPIC dalam Inventory yaitu menjaga agar level persediaan tidak terlalu berlebihan maupun kekurangan, sebab kelebihan stock dapat menjadi beban. Perencanaan produksi oleh PPIC dibuat melalui penyusunan MPS (Master Production Schedule). Pembuatan MPS berdasarkan atas ROFO (Rolling Forecast) yang dibuat tiap 6 bulan sekali. PPIC juga bertugas untuk memperkirakan kapasitas produksi yang mampu dilaksanakan oleh perusahaan. Bila ternyata kapasitas perusahaan tidak mampu mengcover kebutuhan produksi, dapat dilakukan toll out Departemen Pembelian (Purchasing Departement) Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer (Purchasing Manager). Departemen pembelian dibagi menjadi dua, yakni procurement dan pembelian umum. Procurement mencakup pembelian material produksi (bahan baku dan bahan kemas) serta barang jadi. Pembelian barang-barang yang tidak terkait atau tidak terkait secara langsung dengan produk dilakukan oleh bagian pembelian

44 23 umum. Bagian procurement bertujuan untuk memastikan bahwa material yang dibeli berkualitas dan memiliki harga yang kompetitif. Kegiatan di bagian ini antara lain kualifikasi supplier untuk mengidentifikasi, memilih dan mengevaluasi supplier. Secara periodik dilakukan evaluasi performa supplier. Supplier dinilai berdasarkan reliabilitas (harga, ketepatan waktu dalam pengiriman, ketersediaan barang) dan perjanjian kerjasama. Pembelian dilakukan menggunakan Purchase Order yang dibuat berdasarkan daftar Permintaan (Purchase Requisition/PR). Daftar permintaan ini disusun berdasarkan Material Requirement Planning Departemen Pabrik (Factory Departement) Departemen Pabrik dipimpin oleh seorang Manajer Pabrik yang membawahi tiga bagian, yaitu Produksi, Teknik, dan Gudang. Bagian Produksi dipimpin oleh seorang manajer produksi yang membawahi supervisor di setiap lini produksi. Proses manufaktur dan pengemasan adalah aktivitas harian utama yang dilakukan pada departemen produksi, sementara kajian mengenai kinerja produksi dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pengemasan merupakan proses dimana produk ruahan atau produk dikemas dalam kemasan primer dan sekunder sehingga menjadi produk akhir yang akan dipasarkan. Dalam proses ini perlu dipastikan bahwa semua label, nomor batch dan semua penandaan lain yang diperlukan telah disertakan dengan baik. Perlu dihindari juga kejadian seperti salah label atau tidak terpasangnya label Departemen Quality (Quality Departement) Bagian Quality berperan dalam pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan proses produksi, pemeriksaan produk ruahan, dan pemeriksaan produk jadi. Departemen Quality bertanggung jawab untuk memastikan bahwa bahan, produk, dan metode dalam proses produksinya telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara konsisten. Kualitas suatu produk dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kualitas bahan baku, personel, bangunan, peralatan, metode dan keseluruhan proses produksi. Departemen Quality memastikan bahwa semua hal yang dapat mempengaruhi kualitas produk bahan, telah memenuhi kriteria yang telah

45 24 ditentukan sehingga hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan secara konsisten. Departemen Quality dipimpin oleh Quality Manager dan dibagi menjadi 6 bagian yakni Validation, Internal Quality Audit (IQA), Post Production and Quality Monitoring (PPQM), Quality Chemical Laboratory, Quality Microbiology Laboratory dan In Process Control (IPC). Gambar struktur organisasi FPP bagian quality dapat dilihat pada Lampiran Bagian Validasi Bagian validasi dikoordinasi oleh manajer validasi dalam rangka memastikan terlaksananya prinsip-prinsip CPOB yang ditetapkan dalam proses produksi di industri farmasi. Tanggung jawab bagian validasi terangkum dalam Validation Master Plan (VMP). Ruang lingkup dari VMP ini antara lain : a. Kualifikasi Kualifikasi adalah kegiatan untuk memastikan bahwa fasilitas/mesin/ peralatan/ ruangan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. b. Kalibrasi Kalibrasi adalah kegiatan untuk memastikan bahwa pembacaan alat ukur yang terdapat pada mesin, instrumen, dan fasilitas lainnya, dibandingkan dengan alat ukur standar, masih dalam rentang kriteria penerimaan. Pelaksanaan kalibrasi di FPP ada yang kalibrasi secara internal dan eksternal. Jadwal kalibrasi tahunan dikeluarkan setiap awal tahun yang memuat daftar alat ukur dan frekuensi pengujian. Jadwal dibuat oleh Validation Manager dan disetujui oleh Quality Manager. c. Validasi pembersihan Validasi pembersihan adalah kegiatan untuk memastikan proses pembersihan perlatan yang kontak langsung dengan produk berlangsung secara efektif sehingga tidak mendatangkan kontaminasi kimia maupun mikroba untuk produksi berikutnya. d. Validasi proses Validasi proses adalah kegiatan untuk memastikan bahwa proses opt.imasi dan validasi proses produksi suatu produk dapat menghasilkan parameter-parameter proses produksi yang sesuai sehingga diperoleh suatu proses produksi yang

46 25 efisien, efektif dan memenuhi aspek kesesuain mesin serta secara konsisten menghasilkan produk yang memenuhi standar yang ditetapkan. Ruang lingkup validasi proses mulai dari review protocol sampai dengan tersedianya draft MI final. Validasi ini diterapkan untuk proses opt.imasi dan validasi produk yang pertama kali diproduksi dalam skala produksi maupun produk existing yang mengalami perubahan proses dan atau perubahan formula termasuk yang disebabkan karena toll manufacturing. e. Media Fill Media fill adalah kegiatan untuk konfirmasi apakah proses filling dan lingkungan dimana proses terjadi memenuhi persyaratan steril dan asept.ik. Proses media fill harus benar-benar menstimulasikan proses produksi asept.ik rutin yang dilaksanakan di produksi. Media fill harus mewakili situasi worst case dengan mempertimbangkan volume ampul/vial, kecepatan filling, dan semua intervensi yang mungkin terjadi pada saat proses produksi rutin. Media fill mewakili proses dari masing-masing shift, hal ini dapat dilaksanakan bergantian pada saat media fill periodik Bagian Internal Quality Audit (IQA). Bagian IQA bertanggung jawab terhadap pelaksanaan quality audit internal dan inspeksi diri bagi semua departemen yang bertujuan untuk menjamin keefektivan sistem mutu dan perbaikan yang kontinu, sehingga dipastikan bahwa GMP telah diaplikasikan secara menyeluruh di FPP. Selain itu, IQA juga bertanggung jawab terhadap quality audit pada vendor eksternal (supplier). Ada dua tingkat audit internal dalam FPP yaitu: a. Audit internal periodik: dilakukan 2 kali setahun, meliputi audit terhadap sistem quality, dokumentasi secara umum, dan kebersihan (5R), dilakukan oleh tim auditor yang telah terlatih. b. Inspeksi acak (On the spot random inspection) atau inspeksi diri. Inspeksi ini meliputi pemeriksaan mutu pada tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan kerja bagian Quality. Hasil audit internal dirangkum dalam sebuah laporan dan disimpan dalam CAPA (Corrective Action dan Preventive Action) untuk menjamin

47 26 bahwa tindakan pencegahan dan perbaikan dilakukan secara efektif sehingga dapat meminimalisir potensi timbulnya permasalahan. Bagian IQA bertanggung jawab terhadap koordinasi tindak lanjut CAPA Bagian Post Production and Quality Monitoring (PPQM) Bagian ini dipimpin oleh supervisor PPQM yang memiliki peran utama untuk memastikan bahwa produk yang diproduksi oleh perusahaan telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan mulai dari saat produksi sampai produk kadaluarsa. PPQM supervisor bertanggung jawab atas hal sebagai berikut : a. Terjaganya mutu produk perusahaan yang beredar sehingga memenuhi spesifikasi mutu seperti yang telah ditetapkan oleh perusahaan. b. Tersedianya laporan evaluasi dan hasil kegiatan sesuai waktu, akurasi laporan dan format yang telah ditetapkan. c. Bagian PPQM bertanggung jawab dalam hal pemerikasaan dan penyimpanan batch record, dan released produk selama proses produksi sampai siap didistribusikan. PPQM juga bertanggung jawab pada released produk antara apakah dapat diproses lanjut dan merekomendasikan released produk jadi apakah dapat didistribusikan. Dasar released produk adalah hasil pemerikaaan laboratorium yang menjelaskan apakah produk ini memenuhi pesyaratan atau tidak. Jika produk memenuhi persyaratan maka akan ditempel label released dan dapat diproses lebih lanjut. Untuk produk jadi dasar pelulusannya adalah kelengkapan dokumen batch record. Selain batch record ada juga batch deviation report/action request yaitu dokumen untuk produk-produk jadi yang dalam proses produksinya terdapat penyimpangan-penyimpangan. d. Penanganan recall, return dan komplain. e. Penyimpanan retain sample yang disimpan dalam ruangan khusus dengan lama penyimpanan sampai waktu ED + 1 tahun. Retain sample diambil dari produksi dan berguna untuk mengontrol produk yang telah didistribusikan, sehingga bila ada masalah bisa ditelusuri dari retain sample ini. f. Pemantauan stabilitas obat dilakukan dengan cara pemeriksaan rutin menggunakan program Quality Surveilance. g. Pembuatan Annual Product Review (APR).

48 Bagian Laboratorium Bagian laboratorium bertanggung jawab dalam release atau reject material awal, barang setengah jadi, produk jadi dan sampel lain, melalui pengujian secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Secara lebih rinci, tugas bagian laboratorium, yaitu : a. Release atau reject material awal untuk produksi. b. Melakukan uji fisik, kimia dan mikrobiologi untuk bahan baku, produk antara, produk ruahan, produk jadi dan sampel. c. Menangani sampel pertinggal (retained sample) bahan baku. Bagian laboratorium terdiri dari dua bagian, yaitu laboratorium kimia dan mikrobiologi. a. Laboratorium kimia Aktivitas bagian ini adalah memastikan dan memeriksa kondisi produkproduk perusahaan dimulai dari bahan baku, bahan kemas, produk setengah jadi maupun pruduk jadi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Bagian laboratorium kimia bertangggung jawab atas : 1) Tersedianya hasil analisa laboratorium yang akurat untuk produk-produk perusahaan 2) Terlaksananya penerapan CPOB dan tertib administrasi di bagian laboratorium 3) Tersedianya laporan evaluasi dan hasil kegiatan tepat waktu, akurasi laporan dan format yang ditetapkan. Cara penguijian yang dilakukan oleh laboratorium kimia berdasar pada dokumen testing method yang dikeluarkan R&D. Dokumen testing method tersebut dibuat berdasrkan standar Farmakope Indonesia atau standar lain yang dijadikan rujukan seperti British Pharmacopoeia, USP, Japan Pharmacopoeia, dan lain-lain. Laboratorium kimia juga membawahi petugas sampling. Petugas sampling bertugas mengambil sampel bahan baku dan bahan kemas di gudang untuk dianalisa oleh analis, yang hasil analisisnya berupa Quality Order Result Report. Jika bahan memenuhi persyaratan yang ditetapkan maka bahan tersebut diluluskan dan ditempeli label release, sedangkan jika tidak memenuhi persyaratan maka bahan tersebut

49 28 ditolak/reject. Bahan yang telah disampling diberi label telah disampling dan sisanya dikembalikan di gudang. b. Laboratorium mikrobiologi Bagian mikrobiologi bertanggung jawab terhadap analisis mikrobiologi terutama untuk produk-produk steril dan produk lain yang memerlukan analisis mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi di FPP terdiri dari ruang gowning, ruang preparasi, ruang cuci, ruang uji potensi, ruang uji sterilitas, ruang uji mikroba, dan ruang inkubasi. Ruang uji potensi digunakan untuk menguji potensi potensi produk-produk yang mengandung antibiotik dan juga untuk melakukan pengujian bioburden. Pada ruang ini terdapat biosafety cabinet yang aliran udaranya dijaga agar tidak ada udara yang keluar maupun masuk. Ruang uji sterilitas digunakan untuk menguji sterilitas dari sediaansediaan steril seperti larutan infus, sediaan injeksi maupun tetes mata. Sedangkan ruang uji mikroba digunakan untuk pengujian jumlah mikroba pada produk Bagian In Process Control (IPC) Pelaksanaam In Process Control (IPC), dibantu oleh bagian produksi. Supervisor IPC membawahi petugas IPC. Petugas IPC bertanggung jawab untuk memastikan terlaksananya proses produksi sesuai dengan prosedur tetap, dan produk antara memenuhi spesifikasi-spesifikasi produk yang ditetapkan oleh Research and Development (R&D). IPC juga bertanggungjawab untuk melakukan inspeksi produk jadi, ruang lingkupnya mencakup pemeriksaan 1 batch per hari di tiap lini untuk produk jadi yang dikemas di FPP sebelum dilakukan proses SPHP (Slip Penyerahan Hasil Produksi). Inspeksi hanya dilakukan pada kebenaran kemasan yang digunakan, penandaan, jumlah dan kelengkapan isi. Selama inspeksi produk jadi seluruh produk pada batch yang diperiksa masih berada di area kemas dan sampel diserahkan kembali kepada bagian produksi.

50 Departemen Sumber Daya Manusia (Human and Resources Department/HRD) Departemen SDM dipimpin oleh seorang HR manager, yang membawahi HR manager (Marketing dan HO Elnusa) dan HR Manager (Factory dan HO Cikarang). Departemen SDM bertanggung jawab menyeleksi, mengembangkan, dan mempertahankan orang-orang dengan kualifikasi dan karakter yang tepat, sesuai dengan pekerjaan yang ada dan dengan demikian mencipt.akan budaya Manusia Ferron yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan. HRD juga bertanggung jawab dalam mengatur pelaksanaan medical check up bagi para pekerja. HRD membawahi tiga bagian, yaitu bagian administrasi personel, bagian pelatihan, dan bagian rekrutmen dan seleksi. Bagian administrasi personel (Personel Administration) bertanggung jawab terhadap kegiatan administrasi yang berhubungan dengan perubahan status karyawan, absensi, perjalanan dinas dan dinas keluar, lembur, masuk kerja di luar jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil dan melahirkan, pengajuan pinjaman uang, pendaftaran ASKES bagi karyawan, klaim kesehatan, penggajian karyawan, jamsostek, dan pembuatan laporan bulanan. Bagian pelatihan (Training), bekerja sama dengan bagian Quality bertanggung jawab untuk melaksanakan program pelatihan bagi para staff dan karyawan. Bagian rekrutmen dan seleksi (Recruitment and Selection) bertanggung jawab terhadap proses perekrutan dan seleksi karyawan baru Departemen Keuangan dan Akunting (Finance and Accounting Departement) Departemen Keuangan dan Akunting melingkupi semua proses pengaturan sumber daya keuangan perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan. Tujuan proses tersebut adalah untuk menjamin bahwa sumber daya keuangan diatur secara efisien dan tersedia untuk mendukung proses operasional Departemen Urusan Umum (General Affair) Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer (General Affairs Manager) yang membawahi EHS Officer, General Service Supervisor, dan Housekeeping Supervisor. Departemen ini bertugas melakukan aktivitas-aktivitas

51 30 umum yang dibutuhkan untuk mendukung operasional perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab untuk memulai dan mengontrol kelompok aktivitas manajemen aset yang mencakup kegiatan yang menjamin aset perusahaan dipelihara dan dijaga dari kerusakan dan aktivitas pendukung operasional yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendukung aktivitas operasional adalah aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan peralatan kantor, bagian resepsionis, laundry, gardening dan janitory (bagian kebersihan), kantin dan fasilitas pekerja. 3.7 Bangunan dan Fasilitas FPP Pembagian Ferron Cikarang Plant Ferron Cikarang Plant merupakan bangunan monoblok yang terdiri dari 4 bagian, yaitu: a. Kantor adminsitrasi perusahaan dan resepsionis gudang (office and warehouse reception area). Kantor terletak di bagian depan bangunan dengan luas sekitar m 2 yang dilengkapi dengan kantin, ruang rapat dan fasilitas pendukung lain. Gedung lantai 1 bagian selatan adalah tempat bongkar muat yang berasal dari gudang maupun yang akan masuk ke gudang. Sedangkan bagian utara merupakan tempat penerimaan tamu dan kantor. Gedung lantai atas digunakan sepenuhnya untuk kantor administrasi perusahaan. b. Gudang. Dengan luas area m 2, tinggi 12 m, dan dilengkapi dengan sistem rak yang terdiri 7-8 tingkat, gudang mampu menampung hingga 4042 pallet. Gudang terdiri dari 3 bagian, yaitu gudang sentral (suhu penyimpanan adalah suhu kamar < 32 o C), cool room (< 25 o C) dan cold storage (2-8 o C). c. Fasilitas produksi (area produksi/pabrik). Bagian ini terletak di belakang gudang dan terdiri dari 3 lantai dengan setiap lantainya dilengkapi dengan mezzanine, lantai tersendiri untuk mengakomodasi panel-panel elektrik, Air Handling Unit (AHU), pompa, pipa-pipa air dan saluran-saluran. Mezzanine dibuat untuk meminimalkan kontaminasi eksternal ke dalam area produksi, selain itu dengan adanya mezzanine kegiatan perbaikan kerusakan sistem pendukung produksi misalnya lampu, AC, dan peralatan lain tidak mengganggu jalannya proses produksi. Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai

52 31 area produksi, sementara laboratorium kontrol kualitas dan Research and Development (R&D) terletak di lantai 3. Pusat penelitian ini merupakan fasilitas bersama antara PT. Dexa Medica dan FPP. Area produksi ini juga dilengkapi dengan ruang ganti dan kantin. 1) Lantai 1 Di lantai ini terdapat beberapa bagian, yaitu lini timbang, lini solida 1, lini solida 2, dan lini likuida. Lini timbang terdiri dari ruang timbang dan ruang antara. Lini solida 1 dan 2 terdiri dari ruang granulasi, coating, cetak, kemas, In Process Control (IPC), ruang WIP (Work In Process), dan ruang cuci alat. Lini likuida terdiri dari ruang mixing, filling, kemas, IPC, ruang WIP (Work In Process), dan ruang cuci alat. Selain itu, di lantai satu ini juga terdapat ruang ganti pakaian atau loker karyawan dan staff dilengkapi dengan mushola, toilet, ruang minum, dan ruang P3K. 2) Lantai 2 Di lantai ini terdapat dua bagian, yaitu lini steril 1-semisolida dan steril 2 beserta area pengemasannya, terdiri dari ruang preparasi dan cuci wadah, ruang oven dan autoklaf, destilator, ruang mixing, ruang filling, ruang freeze dryer, tunnel, ruang WIP (Work In Process), dan IPC. Lantai ini dilengkapi dengan fasilitas mushola, ruang minum, dan toilet. 3) Lantai 3 Di lantai ini, terdapat bagian Quality dan RnD, yang terdiri dari ruang staf Quality, laboratorium kimia dan mikrobiologi, ruang staf RnD, laboratorium RnD, gudang RnD, ruang produksi pilot plant, ruang rapat, ruang penyimpanan retained sample dan batch record.. Di lantai ini juga terdapat perpustakaan dan kantin serta dilengkapi dengan mushola, ruang minum, dan toilet. d. Area Utility Area utility ini terletak pada bagian paling belakang area produksi dengan luas m 2. Bagian ini dibagi menjadi 2, yaitu indoor dan outdoor. Tangki penampung air, tangki pengolahan limbah cair, pompa pemadam kebakaran, dan chiller terletak pada bagian outdoor. Adapun boiler, generator listrik, pompa air, oil free compressors (kompresor udara) terletak dalam ruangan

53 32 (mezzanine). Pada bagian ini juga terdapat fasilitas pengawasan atau otomatisasi sistem pemurnian air secara RO-EDI (Reverse Osmosis-Electro Deionizing) Pembagian Ruangan (Zoning Area) Area utama produksi PT. Ferron Par Pharmaceuticals dibagi menjadi 5 zona, yaitu : a. Daerah Kelas E Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (unclasiffied area) dengan beberapa parameter tertentu yang dipantau. Termasuk di dalamnya adalah laboratorium (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool storage), ruang kemas sekunder, kantor, dan ruang teknik. b. Daerah Kelas D Daerah ini merupakan daerah manufacturing kelas , yang termasuk ruang kelas D adalah ruang produksi produk non steril (lini solida 1, solida 2, likuida), ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi, ruang sampling di gudang. c. Daerah Kelas C Daerah ini merupakan daerah kelas yang digunakan untuk ruanganruangan penimbangan untuk produk steril, ruang mixing untuk produk steril di lini steril 2, background ruang filling di lini steril 1. d. Daerah Kelas B Daerah ini merupakan daerah kelas 100 sebagai background kelas A yang digunakan untuk proses sterilisasi dan unloading produk di lini steril 2. e. Daerah Kelas A Daerah ini merupakan daerah kelas 100 yang digunakan untuk aseptic filling sediaan steril dan area ini berada di bawah Laminar Air Flow (LAF). 3.8 Sanitasi dan Higiene Higiene Personalia dan Keselamatan Kerja Tiap personil baik karyawan maupun non karyawan yang masuk maupun melewati area produksi FPP harus mengenakan seragam pakaian/gowning sesuai

54 33 dengan yang telah area masing-masing, yaitu black, grey dan white. Seragam black terdiri sepatu black/ shoe cover dan atasan serta bawahan pakaian black. Seragam grey terdiri dari pakaian grey (jumpsuit) dan sepatu grey/shoe cover, dimana untuk mengenakan seragam grey, pakaian black dirangkap dengan pakaian grey. Bila bekerja di white area, setelah masuk ruang antara, seragam grey dilepas, dan seragam black dirangkap dengan seragam white steril. Setelah itu mengenakan topi dan masker, dan sepatu diganti dengan sepatu white atau menggunakan shoe cover. Setelah itu menggunakan sarung tangan steril, kemudian dicuci dengan alkohol dan hibicet. Baju white area, topi, masker dan shoe cover dicuci setiap selesai digunakan, dan disterilkan sebelum digunakan kembali. Karyawan yang sakit harus melapor kepada atasan. Jika terdapat luka terbuka, maka tidak boleh menangani bahan baku, obat setengah jadi dan obat jadi. Jika menderita sakit menular tidak diperbolehkan masuk kerja hinggga sembuh kembali. Proses medical check up ini dilakukan pada saat proses : a. Recruitment Saat karyawan diterima bekerja di perusahaan, dan dilakukan untuk menyeleksi karyawan b. Periodik Dilakukan secara periodik dengan jadwal tertentu untuk mengevaluasi, menyeleksi, memperbaiki, dan memastikan kelayakan kondisi kesehatan karyawan dari waktu ke waktu (periodik) sesuai dengan standar kebutuhan kondisi kesehatan dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pelaksanaan medical check-up secara periodik dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan, kondisi kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan, interaksi antar karyawan, tingkat resiko perubahan kondisi fisik dan tingkat resiko terhadap kontaminasi produk Sanitasi Bangunan Pembersihan Ruangan Produksi Untuk Area Black dan Grey Peralatan yang digunakan untuk pembersihan harus dipastikan terlebih dahulu dalam keadaan baik dan bersih, jika perlu diganti dengan yang baru. Urutan pembersihan area, dibersihkan dulu area yang lebih bersih, lalu dilanjutkan

55 34 ke area yang lebih kotor. Setelah dibersihkan harus dilakukan pemeriksaan. Debu atau kotoran yang ada di area dibersihkan dengan vacuum cleaner atau lap basah jika perlu. Ruangan dikatakan bersih juka tidak terdapat sisa-sisa bahan sebelumnya, lantai, dinding dan pintu bebas dari debu, (dipastikan dengan pemeriksaan visual), jendela kaca mengkilap, tidak ada bekas tangan atau cairan pembersih. Frekuensi pembersihan untuk langit-langit adalah setiap 1 bulan sekali; dinding, lantai, jendela kaca dan pintu dilakukan setiap pergantian batch; dan RAG (Return Air Grille) setiap satu bulan sekali. Jika sudah bersih, supervisor/petugas (operator produksi yang telah dilatih) akan memberikan tanda pelulusan kebersihan dengan membubuhkan tanda tangan pada label bersih. Status kebersihan ruang produksi berlaku sampai dengan 3 hari setelah dinyatakan bersih. Jika lewat dari periode tersebut, dilakukan pemeriksaan kebersihan ulang atau jika perlu dibersihkan ulang sebelum digunakan Pembersihan Ruangan Produksi untuk Ruang Steril Frekuensi program sanitasi ruang steril dilakukan setiap hari untuk ruang filling yang akan dipakai. Permukaan meja, kursi, tirai plastik HEPA filter, pintu, LAF, permukaan luar mesin, dinding dan lantai dibersihkan dengan lap kanebo yang telah dibasahi dengan purified water. Kemudian diseka permukaan tersebut dengan kanebo yang dibasahi hibicet 1%. Dinding dan lantai di pel dengan sponge steril yang dibasahi dengan hibicet 1%. Cara yang sama digunakan untuk membersihkan ruangan setiap minggunya (hari Senin) dimana pembersihan total dilakukan ada seluruh ruang white area Sanitasi Peralatan Pembersihan mesin dan peralatan produksi dilakukan dengan cara change part dilepaskan dan dibersihkan secara terpisah. Setelah dibersihkan dilakukan pemeriksaan adanya sisa bahan sebelumnya yang masih menempel pada permukaan mesin atau alat. Mesin atau alat dikatakan bersih apabila permukaan alat bebas dari debu, tidak terlihat sisa-sisa bahan sebelumnya, tidak terlihat sisa-

56 35 sisa bahan pembersih. Jika sudah bersih, supervisor akan memberikan tanda tangannya pada label bersih. 3.9 Factory PT. FPP Factory FPP terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian produksi, bagian teknik dan bagian gudang Produksi Bagian produksi FPP terbagi menjadi 7 lini produksi yang didukung oleh 1 lini timbang, yang masing-masing lininya dipimpin oleh supervisor. Pembagian lini produksi di FPP antara lain : Lini timbang Lini timbang merupakan lini terdepan proses produksi. Lini ini berfungsi untuk menyediakan bahan baku dan bahan kemas dengan jumlah dan jenis yang sesuai dengan Work Order Picklist (WOPL) untuk keperluan produksi. Selain itu, lini timbang juga menyediakan bahan yang diperlukan bagian lain, seperti permintaan pelarut untuk analisis oleh bagian Quality, permintaan alkohol untuk desinfeksi oleh GA, permintaan bahan untuk pengujian oleh Dexa Laboratorium of Biomolecular Science (DLBS) dan R&D. Lini timbang memiliki 3 bagian ruang yaitu ruang staging in, ruang timbang dan ruang staging out. Ruang timbang sendiri dibagi menjadi 9 ruang yang dibedakan berdasarkan kapasitas timbangnya dan jenis bahan yang ditimbang. Ruang timbang 1 dan 2 kapasitas alat timbangnya 1,5 150 kg, ruang timbang 3 (kapasitas 35 kg) dan ruang timbang 4 (kapasitas 6 kg) merupakan timbangan yang ditujukan untuk lini produksi steril 2, ruang timbang 5 dan 6 kapasitas alat timbangnya gram, ruang timbang 7 kapasitas alat timbangnya gram, ruang timbang 8 khusus untuk menimbang cairan, dan ruang timbang 9 kapasitas alat timbangnya 0,9-40 kg. Ruang-ruang timbang ini dilengkapi dengan dust collector, khusus untuk penimbangan bahan baku produk steril dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF). Alur proses penimbangan dimulai dari penerbitan perintah produksi

57 36 berupa Work Order (WO) yang terdiri dari Work Order Routing dan Work Order Picklist (WOPL) oleh PPIC. Supervisor Timbang kemudian melakukan reservasi material/bahan untuk proses produksi atas dasar dokumen WOPL. WOPL dicetak dan digunakan sebagai dasar untuk membuat label timbang, yang digunakan oleh operator untuk melakukan penimbangan. Prosedur penimbangan yang dilakukan oleh lini timbang yaitu picking (pengambilan barang dari gudang) dan dispensing (penimbangan). Sebelum dilakukan penimbangan, label timbang harus dicek terlebih dahulu oleh supervisor mengenai kebenaran jumlah yang akan ditimbang (kesesuaian dengan WOPL). Bagian timbang dan bagian gudang dihubungkan oleh ruang antara. Bahan baku diserahkan oleh petugas gudang melalui ruang antara dan diterima oleh petugas timbang, demikian pula bahan kemas. Bahan baku dan bahan kemas masuk melalui lini timbang melalui ruang antara yang berbeda. Hanya 1 material yang bisa ditimbang pada ruang dan waktu yang sama. Setelah selesai melakukan penimbangan per item, petugas timbang harus membersihkan ruang timbang dan mengisi check list kebersihan, yaitu BPPRT (Buku Pembersihan dan Pemakaian Ruang Timbang). Dalam BPPRT terdapat pernyataan bahwa bahan baku yang ditimbang merupakan bahan baku yang benar atau tidak. Selain itu, dalam BPPRT juga dinyatakan apakah penimbangan dilakukan pada ruang yang telah disanitasi atau belum, dengan demikian memastikan status ruang yang digunakan untuk penimbangan. Pada saat proses serah terima, bahan baku harus dicek lagi kebenarannya oleh petugas timbang dengan produksi. Jika telah sesuai, petugas timbang dan produksi akan memberi paraf pada WOPL sebagai tanda proses serah terima telah dilakukan. Jika ada sisa material penimbangan, maka sisa tersebut akan dikembalikan lagi ke gudang. Selain berdasarkan WOPL, lini timbang juga melakukan penimbangan berdasarkan Surat Permintaan Bahan Tambahan (SPBT). SPBT ini digunakan oleh bagian produksi jika ada material produksi yang kurang (umumnya bahan kemas) dan bagian lain selain produksi seperti Quality, R&D, dan purchasing. Bahan-bahan yang telah ditimbang diletakkan di pallet sesuai dengan nomor batch yang ada di dalam WOPL. Setiap proses pembersihan selalu didokumentasikan dan dilakukan cross-check, dimana penimbangan dilakukan

58 37 oleh satu petugas gudang dan direlease oleh petugas timbang yang lain. Alur kegiatan lini timbang dapat dilihat pada Lampiran Lini Solida 1 Lini Solida merupakan bagian departemen produksi yang melakukan produksi obat jadi sediaan padat. Lini ini dibagi menjadi dua, yaitu Lini Solida 1 dan Lini Solida 2. Lini Solida 1 merupakan dedicated line, dimana tidak memiliki banyak jenis produk. Lini Solida 1 memiliki kapasitas kg per bets. Pada lini ini terdapat mesin granulator (high-shear mixer dan fluid bed drye/fbd), dan bin tumbler, mesin cetak tablet (high speed tableting machine), dan mesin blister dan pengemas (cartoning). Alur proses produksi lini solida 1 dapat dilihat pada Lampiran 5. Pemeriksaan In Process Control pada proses pembuatan tablet adalah sesudah mixing (granul) meliputi pemerian, Loss On Drying (LOD), sifat alir granul, bulk density, tap density, distribusi partikel, penetapan kadar. Granul yang memenuhi persyaratan ditempel label released (warna hijau) dan dapat dilanjutkan untuk proses lebih lanjut yaitu pencetakan massa granul menjadi tablet. Pemeriksaan IPC selama pencetakan (tablet) meliputi pemerian (bentuk, warna, diameter, dan permukaan tablet), keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan, waktu hancur, ketebalan, keseragaman kandungan, dan uji disolusi. Tablet yang telah dinyatakan memenuhi spesifikasi kemudian dilakukan proses pengemasan. Ada 3 tahap proses pengemasan yaitu pengemasan primer (blister/strip), pengemasan sekunder (carton), dan pengemasan tersier (box). Sebelum pengemasan harus dilakukan line clearance. Pada proses blistering dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah proses blistering berjalan dengan baik atau tidak yaitu dengan melakukan uji kebocoran blister. Pemeriksaan juga dilakukan pada proses pengemasan sekunder yaitu pemeriksaan kelengkapan penandaan, kerapian, dan kebenaran penandaan. Pengemasan primer dan sekunder dilakukan dalam in-line mesin (satu jalur) di ruang kelas D (grey area) sedangkan pengemasan tersier dilakukan secara manual di ruang kelas E (black area). Tablet yang sudah dikemas dikirim ke gudang.

59 Lini Solida 2 Proses produksi tablet di lini solida 2 sama dengan proses produksi tablet di lini solida 1. Lini solida 2 merupakan generale line yang digunakan untuk memproduksi sediaan padat seperti tablet (konvensional dan salut) dan kapsul sustained release dengan ukuran batch yang lebih kecil daripada lini solida 1 (± kg). Lini ini memiliki mesin granulasi (FBD), mesin pembuat pelet (spheronizer dan extruder), mesin tablet, mesin filling kapsul, mesin penyalut, dan mesin blistering. Pengemasan produk yang digunakan adalah blister atau alu-strip. Sedangkan pengemasan tersier masih dilakukan secara manual. Alur produksi lini solida 2 dapat dilihat pada Lampiran 6. Pemeriksaan IPC yang dilakukan pada pembuatan kapsul sustained release adalah sesudah mixing meliputi pemerian, Lost On Drying (LOD) dan sifat alir granul. Pada proses peletisasi juga dilakukan pemeriksaan, yaitu pemerian, LOD, penetapan kadar, dan uji disolusi. Setelah dilakukan proses peletisasi kemudian dilakukan proses coating. Selama proses coating dilakukan pengujian antara lain : pemerian, LOD, penetapan kadar, dan uji disolusi. Selama proses filling ke dalam cangkang kapsul dilakukan pengujian antara lain : pemerian, keseragaman bobot, penetapan kadar, uji keseragaman kandungan, dan uji disolusi Lini Likuida Lini likuida merupakan lini untuk pembuatan dan pengemasan sediaan cair oral, mencakup oral drops dari volume 10 ml sampai volume 100 ml. Besar batch pada lini likuida antara lain sebesar 400 L, 600 L dan 1200 L. Sarana produksi yang terdapat pada lini ini antara lain mesin pencuci botol dengan udara compressor, mixing tank dengan kapasitas 600 L dan 1200 L, mixing tank yang dilengkapi dengan thermal jacket untuk mencampur sediaan yang memerlukan energi panas (misalnya dalam pembuatan sirupus simpleks), mesin filling semi automatis, mesin alu-capping, mesin labeling, dan mesin ink-jet coding kemasan sekunder. Pada tahap awal dilakukan proses mixing bahan dan larutan. Setelah proses mixing larutan disimpan dalam bin di ruang WIP, sambil menunggu

60 39 keputusan release dari bagian Quality untuk pemeriksaan beberapa parameter seperti ph, berat jenis dan viskositas. Holding time maksimal untuk larutan yang telah di-mixing yaitu 7 hari. Bila telah dinyatakan released selanjutnya campuran dapat dilanjutkan ke proses filling. Sebelum filling, dilakukan pembersihan botol. Botol dibersihkan dari partikel dengan meniupkan udara bertekanan hasil filtrasi ke dalam botol yang posisinya dibalik. Setelah filling botol kemudian melalui proses alu-cappering untuk memberikan tutup aluminium. Alur proses produksi lini likuida ditampilkan pada Lampiran 7. Ruang produksi likuida terdiri atas 2 kelas ruangan, yaitu black area (ruang cuci botol dan kemas) dan grey area (ruang mixing, filling, dan cappering). Pada lini likuida, In Process Control dilakukan pada saat sesudah mixing dan selama proses pengisian dan capping. Pada proses sesudah mixing dilakukan pengujian antara lain pemerian, bobot jenis, ph, viskositas, dan pemeriksaan mikrobiologi. Sedangkan pada proses pengisian dan capping dilakukan pemeriksaan, yaitu volume terpindahkan, penetapan kadar, mikrobiologi, uji kebocoran, dan closure integrity. Pada proses pengemasan sekunder, dilakukan pemeriksaan kebenaran, kelengkapan dan kerapian penandaan Lini Semisolida Jenis sediaan yang diproduksi oleh lini semisolida adalah sedían cream, salep, gel, dan supositoria. Besar batch yang dibuat adalah 100 dan 150 kg untuk cream, salep dan gel, sedangkan untuk suppositoria adalah 35 kg. Krim, gel dan salep dikemas dalam alu-tube. Proses produksi cream dan gel dimulai dengan pembuatan basis cream dalam mesin homogenizer. Fase minyak dilebur dalam melting vessel, sedangkan fase air dilarutkan di dalam working vessel. Leburan fase minyak disirkulasi kedalam working vessel menggunakan heater house. Kemudian kedua fase dicampurkan dengan menggunakan homogenizer machine sampai homogen. Basis yang terbentuk didinginkan sampai suhu C, lalu bahan aktif dimasukkan dan diaduk dengan homogenizer machine. Sediaan yang terbentuk dimasukkan dalam tube filling machine. Untuk sediaan suppositoria, dilakukan proses pendinginan dan penyegelan. Alur proses produksi lini semisolida dapat dilihat

61 40 pada Lampiran 8. Pada proses produksi sediaan semisolid In Process Control dilakukan pada saat sesudah mixing dan selama proses pengisian. Pada saat sesudah mixing dilakukan pemeriksaan fisik, homogenitas, ph, viskositas, berat jenis, dan penetapan kadar. Selama proses pengisian dilakukan pengujian antara lain isi minimum, keseragaman bobot, kebocoran, penetapan kadar, dan uji mikrobiologi. Untuk sediaan suppositoria/ovula dilakukan pengujian waktu hancur dan kekerasan Lini Steril 1 Lini steril 1 memproduksi sediaan injeksi dalam ampul (1; 2; 5; 10; dan 15 ml), dan tetes mata dalam botol plastik (5 ml). Alat-alat yang digunakan antara lain destilator, solution mixing vessels, pure steam generator, mesin cuci vial, dan ampul, depyrogenization oven dan autoclave steam untuk sterilisasi, one automatic multipurpose sterile filling machine, semi-automatic filling machine serta mixer tank yang berkapasitas 60 kg dan 200 kg. Sediaan steril dituntut memenuhi persyaratan bebas pirogen, bebas mikroba dan bebas partikel. Sterilitas semua aspek yang berhubungan dengan proses produksi meliputi ruangan, peralatan serta personel merupakan objek yang harus diperhatikan dengan seksama. Untuk monitoring sterilitas ruangan, peralatan dan personel secara rutin dilakukan uji mikrobiologi yang meliputi setting plate (in operation), air sampler (at rest), swab test (untuk semua bagian yang kontak dengan produk), perhitungan jumlah partikel dengan particle counter, pengukuran air change rate (ACR) untuk mengetahui kemampuan AHU dalam membersihkan ruangan (ACR ruangan steril = 40x/jam). Produksi sediaan steril injeksi dan tetes mata meliputi beberapa tahap pembuatan yaitu persiapan bahan awal, mixing (area kelas D+ AHU mengikuti kelas C tetapi berada di lokasi kelas D), filtrasi, filling dan pengemasan primer (area kelas A/C), sterilisasi akhir (untuk produk tertentu, di area kelas D), dan kemas sekunder (di area E). Untuk menjamin sterilitas, proses filling dilakukan di LAF (Laminary Air Flow). Kemasan yang akan digunakan harus disterilisasi terlebih dulu sesuai dengan bahan kemasannya. Tekanan udara di ruang mixing

62 41 lebih rendah daripada koridor, sedangkan untuk ruang filling, tekanan udaranya lebih tinggi daripada koridor. Alur produksi lini steril 1 dapat dilihat pada Lampiran 9. In Process Control yang dilakukan pada proses produksi sediaan steril antara lain selama proses mixing dilakukan pemeriksaan dan kontrol lingkungan; setelah proses mixing dilakukan pemeriksaan fisik (bentuk sediaan, warna, bau, dan kejernihan) dan pemeriksaan ph; selama proses filling dilakukan pengujian volume terpindahkan; setelah proses filling dilakukan uji sterilitas, uji endotoksin, pemeriksaan ph, uji kebocoran, penetapan kadar, osmolaritas, dan uji bioburden; dan selama pengemasan dilakukan pemeriksaan kelengkapan penandaan, kerapian dan kebenaran penandaan (no. batch, ED) Lini Steril 2 Lini steril 2 merupakan lini baru di FPP yang memproduksi sediaan steril berupa sediaan injeksi dalam vial ( ml), dan produk lyophilisasi steril (10, 15 ml dan 100 ml). Lini ini memiliki peralatan antara lain vials washing machine, tunnel depyrogenization, automatic sterile filling machine, cappering machine, steam autoclave, dan automatic sterile mixing machine. Mixing machine terdapat 3 tangki untuk menangani batch yang berbeda, terdapat juga autoclave untuk sterilisasi akhir, freeze dryer untuk mengolah produk liofilisasi di vial. Khusus untuk produk liofilisasi, setelah proses filling dilakukan liofilisasi dan tanpa melalui proses sterilisasi akhir. Proses produksi di lini steril 2 berjalan secara in line mulai dari proses washing, sterilisasi vial dengan menggunakan oven tunnel, filling dan cappering. Lalu dilanjutkan dengan sterilisasi akhir dengan autoclave untuk produk yang diproduksi dengan metode sterilisasi akhir, dan kemas yang meliputi proses labelling, memasukkan ke dalam inner dose dan pengemasan sekunder. Proses pengisian dilakukan di LAF dengan latar kelas B. Untuk lini yang menjalankan proses aseptis, harus dilakukan media fill test secara periodik. Media fill test dilakukan dengan menjalankan semua proses produksi seperti biasanya tetapi produknya diganti dengan media TSB. Media ini kemudian diinkubasi. Media fill test ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses

63 42 yang dilakukan memang aseptis. Periodik media fill test dilakukan setiap 6 bulan sekali. Alur proses produksi pada lini Steril 2 dapat dilihat pada Lampiran Bagian Gudang Daerah gudang dibagi menjadi beberapa area untuk tujuan yang berbeda dan semua area tersebut bersifat tertutup dan dikunci. Ada empat kondisi penyimpanan untuk bahan baku dan produksi dalam gudang, yaitu: a. Gudang sentral (suhu 30 C, pada rak tingkat 1 sampai 5) b. Gudang sentral (suhu tidak dapat diklasifikasikan, pada rak tingkat 6 sampai 8) c. Ruang dengan suhu terkontrol ( 25 C) d. Ruang dingin (2 8 C) Selain itu ada juga ruang untuk bahan baku atau produk yang ditolak atau dikembalikan dan sebuah ruangan untuk menyimpan barang-barang yang digunakan untuk promosi atau keperluan pemasaran. Bahan-bahan dan produk disimpan di rak, dikunci dan diberi status dengan label yang sesuai ( quarantine, released atau rejected ). Hanya produk-produk yang telah released yang dapat dikirim untuk didistribusikan. Hal ini dikontrol oleh software tertentu dan diverifikasi oleh label released. Proses pengeluaran barang dari gudang mengikuti prinsip FIFO (First In Fist Out) dan FEFO (First Expired First Out). Gudang di FPP dikepalai oleh 2 supervisor yang terbagi dalam 2 shift. Sistem keluar-masuk (flow of material) barang dari FPP menggunakan sistem satu pintu, dimana bahan/barang produksi maupun non produksi masuk dan keluar melewati gudang. Gudang bertanggung jawab terhadap material handling dan order handling. Kedua hal tersebut diwujudkan melalui 4 kegiatan, yaitu penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghitungan Penerimaan Barang Gudang menerima barang baik secara internal maupun eksternal. Penerimaan barang internal meliputi penerimaan barang-barang titipan yang berasal dari bagian produksi ataupun dari departemen lain. Barang-barang tersebut dititipkan oleh departemen yang bersangkutan kepada gudang untuk disimpan sementara. Penerimaan barang eksternal meliputi penerimaan barang-barang

64 43 produksi (raw material dan packaging material), obat jadi impor, barang-barang non produksi (misalnya alat tulis kantor, mesin, tray, gelas dan alat penunjang lainnya), barang promat (promotion material), dan obat jadi retur dari distributor atau relasi (obat yang sudah expired, obat yang rusak di outlet, obat yang salah kirim, barang yang mengalami kesalahan jumlah dan barang yang rusak saat perjalanan). Sebelum masuk gudang, barang-barang untuk produksi diperiksa oleh petugas gudang yang menerima barang. Pemeriksaan tersebut meliputi kelengkapan dokumen, surat jalan, purchase order (PO), keutuhan kemasan, keutuhan fisik bahan, jumlah bahan baku (untuk jumlah bahan baku, batas yang diterima adalah ± 10 % dari bahan baku yang dipesan), kondisi bahan, identitas dan sertifikat analisis. Selain itu juga dilihat due date dari barang yang datang. Due date adalah tanggal dimana seharusnya barang yang dipesan datang. Batas toleransi untuk due date adalah ± 6 hari. Jadi, jika barang datang lebih cepat 6 hari atau terlambat 6 hari dari due date, maka barang tersebut langsung ditolak. Gudang akan membuat Berita Acara Penerimaan Barang Bermasalah (BAPBB) dan dikirim ke bagian purchasing, selanjutnya bagian purchasing akan menindaklanjuti ke suplier dan barang dikembalikan ke suplier. Apabila barangbarang tersebut memenuhi syarat maka barang diterima dan petugas gudang akan memasang label karantina (warna kuning), untuk selanjutnya diperiksa oleh bagian Quality. Selanjutnya pihak administrasi gudang akan membuat Quality Order (QO) yang merupakan pengajuan pemeriksaan barang ke bagian Quality. Setelah menerima QO, bagian Quality mengambil sampel barang ke gudang untuk diperiksa. Selama menunggu pemeriksaan, barang yang telah ditempeli label karantina ditempatkan di area karantina untuk menunggu keputusan dari bagian Quality. Hasil pemeriksaan berupa QO report, jika barang sesuai dengan persyaratan maka barang diluluskan dan dapat digunakan untuk produksi (ditempeli label released berwarna hijau oleh petugas Quality), jika barang tidak memenuhi persyaratan maka barang tersebut tidak diluluskan dan ditempeli label rejected (warna merah) dan diletakkan di tempat yang terpisah (area reject). Jika terdapat kerusakan material pengemas akan dibuat action request oleh QA untuk me-reject barang tersebut dan selanjutnya Quality akan membuat

65 44 MC (Material Complain) yang dikirimkan ke Purchasing. Barang yang reject akan dimusnahkan (dengan terlebih dulu membuat disposal memo) atau dikembalikan ke supplier. Jika kerusakan material disebabkan oleh pihak internal maka dibuat pengajuan pemusnahan (disposal memo) dan pemusnahan diserahkan kepada General Affair. Barang yang telah release segera dipindahkan dari lokasi karantina menuju lokasi released, begitu juga barang yang di-reject dipindahkan ke lokasi reject. Untuk obat jadi yang telah release dan merupakan milik toll giver barang akan didistribusikan atas dasar sales order (SO) kepada toll giver. Untuk obat jadi milik sendiri, barang yang akan didistribusikan harus disubmit ke distributor dengan mengeluarkan dokumen pengiriman dan perusahaan membayar pajak terlebih dahulu. Barang yang sudah sampai didistributor dapat dimonitor dengan menggunakan virtual inventory untuk mengetahui berapa banyak barang yang terjual. Alur penerimaan barang eksternal untuk produksi dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Barang Gudang PT. Ferron Par Pharmaceuticals menyimpan barang secara integrated yaitu semua barang baik bahan baku, bahan kemas, produk jadi, barang titipan, dan barang non produksi disimpan dalam satu gudang. Penyimpanan bahan baku, bahan kemas, promotion material, barang yang value tinggi, dan produk jadi disimpan di tempat yang berbeda. Printed material (etiket/label disimpan dalam loker terkunci). Penempatan rak berdekatan dengan staging (daerah kerja) yang berkaitan. Gudang FPP memiliki 16 rak (A-P) masing-masing rak memiliki kapasitas 35 pallet dengan penandaan Gudang FPP juga memiliki ruang khusus barang retur dan reject serta loker untuk menyimpan sediaan. Selain itu, pada salah satu sisi gudang terdapat ruang dengan teralis besi terkunci yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan psikotropika dan bahan-bahan high value. Rak pada gudang sentral memiliki 8 level yang menunjukkan ketinggiannya yang diberi nomor 1-8. Secara umum semakin tinggi levelnya maka suhu semakin naik. Level ini digunakan untuk menyimpan barang-barang kemas, promat

66 45 ataupun non produksi. Di gudang terdapat 2 pintu (rolling door). Satu pintu berfungsi sebagai pintu untuk penerimaan barang dari luar, dan pintu yang lain berfungsi untuk pengeluaran produk jadi yang akan didistribusikan. Contoh Penomoran rak penyimpanan pada gudang : A Keterangan : Digit 1 (A) = menunjukkan nomor rak Digit 2 dan 3 (21) = menunjukkan nomor kolom Digit 4 (3) = menunjukkan nomor level Pendistribusian Barang Barang-barang yang telah disimpan di gudang dan telah dinyatakan released selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang membutuhkan barang tersebut. Distribusi barang ini meliputi dua hal yaitu distribusi internal dan distribusi eksternal. Distribusi internal adalah jika barang yang disimpan di gudang didistribusikan ke dalam lingkungan perusahaan itu sendiri. Distribusi internal meliputi distribusi barang non produksi kepada departemen yang membutuhkan dan distribusi barang produksi (bahan baku dan bahan kemas) kepada bagian produksi. Penyerahan barang produksi ini didasarkan atas permintaan bagian produksi melalui work order (WO) yang terdiri dari work order pick list yang berisi bahan-bahan dan jumlah yang dibutuhkan untuk produksi. Work order ini dibuat oleh bagian timbang. Setelah bagian gudang menerima WO pick list maka orang gudang segera menyiapkan barang dan diserahkan ke lini timbang dan bagian produksi akan mengambil barang tersebut di lini timbang setelah barang ditimbang. Alur distribusi barang dari gudang (internal) dapat dilihat pada Lampiran 12. Distribusi eksternal adalah jika barang didistribusikan ke luar lingkungan perusahaan, meliputi penyerahan produk jadi kepada distributor. Produk jadi dari bagian produksi diterima oleh gudang melalui pintu penyerahan produk jadi dan bagian gudang menerima Slip Penerimaan Hasil Produksi (SPHP). Alur distribusi barang dari gudang (eksternal) dapat dilihat pada Lampiran 13.

67 Perhitungan Stok Barang Gudang selain sebagai tempat menyimpan barang juga berfungsi melakukan perhitungan terhadap stok barang untuk mengontrol persediaan barang. Perhitungan yang dilakukan gudang meliputi : a. Stock opname Pada perhitungan ini staf gudang dan auditing melakukan perhitungan terhadap semua barang yang ada di gudang. Koordinator stock opname adalah supervisor gudang dan supervisor finance and accounting. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara jumlah secara fisik dan jumlah secara sistem. Jika terjadi selisih kurang atau selisih lebih maka dikeluarkan surat Permohonan Penyesuaian Stok (PPS). Selanjutnya dilakukan penyesuaian stok pada sistem. Perhitungan ini dilakukan tiap satu tahun sekali (di akhir tahun). b. Cycle count Perhitungan ini adalah untuk menghitung jumlah barang (stok) untuk barang-barang tertentu saja. Pemilihan barang yang dihitung ini berdasarkan analisis pareto yang ditentukan oleh Factory Manager. Perhitungan ini dilakukan oleh petugas gudang dan dilakukan setiap bulan Penanganan BMT (Bahan Mudah Terbakar) dan BMM (Barang Mudah Meledak) BMT adalah sekelompok bahan yang sangat mudah terbakar. Bahan yang digunakan di FPP adalah alkohol teknis. BMM adalah kelompok bahan yang sangat mudah meledak karena memiliki titik didih yang sangat rendah. Namun tidak ada bahan BMM yang digunakan di FPP. Barang BMM baik yang di-release maupun di reject dikirim ke gudang alkohol. Barang yang released dituang dari drumnya ke dalam wadah/jirigen khusus BMM tersebut. Pada tiap wadah diberi identitas (no. lot, no. wadah dan jumlah). BMT/BMM disimpan di Gudang Alkohol di belakang dekat dengan WWTP (Wask Water Treatment Plant) Bagian Teknik Bagian teknik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: building maintenance,

68 47 production machineries, dan utility Building Maintenance Bagian Building maintenance bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan sarana bangunan/gedung, seperti pengembangan/perluasan gedung, renovasi/perbaikan gedung, perawatan gedung dan perawatan lift serta pengendalian hama (pest control) di lingkungan perusahaan Production Machinery Bagian production machinery bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mesin-mesin yang digunakan khususnya mesin produksi seperti maintenance, perbaikan dan modifikasi mesin produksi. Bagian ini secara rutin melakukan inspeksi terhadap mesin-mesin untuk mengetahui kondisinya sehingga dapat diketahui juga tindakan apa yang mungkin diperlukan untuk mesin tersebut. Mesin-mesin produksi dibedakan menjadi 4 yaitu mesin yang bersifat critical, essential, supporting dan non critical yang masing-masing mempunyai jadwal inspeksi yang berbeda-beda. Mesin yang bersifat critical diinspeksi tiap 1 bulan sekali, mesin yang bersifat essential tiap 3 bulan sekali, mesin yang bersifat supporting tiap 6 bulan sekali dan mesin yang bersifat non critical tiap 6 bulan sekali. Selain itu bagian ini juga berperan dalam proses kualifikasi mesin (IQ dan OQ) bekerjasama dengan bagian quality Utility Bagian utility bertanggung jawab terhadap sarana yang mendukung kelancaran kegiatan perusahaan. Bagian utility menangani 5 hal penting yaitu sistem tata udara (HVAC System), water system, compressed air system, steam system, electrical power system dan waste water system. Perangkat sistem yang terdapat di pabrik, seperti kabel-kabel, pipa, dan saluran terletak terbuka untuk memudahkan perawatannya. Untuk melindungi perangkat-perangkat tersebut digunakan penutup berupa stainless steel (baja tahan karat) atau kolom energi. Semua peralatan pencahayaan di area terkontrol (A, B, C, D, E1) diakses dari area

69 48 mezzanine. Panel-panel listrik juga diletakkan di luar area terkontrol. Sistem penting yang diatur di bagian ini diantaranya adalah sistem pengaturan air dan HVAC. a. Water system. Air yang digunakan oleh FPP disuplai oleh Kawasan Industri Jababeka 1. Pemrosesan air ini secara garis besar adalah air ini disaring secara mekanik menggunakan filter ukuran 20 μm. Karena kesadahannya masih tinggi dan bisa menimbulkan kerak bila digunakan pada mesin-mesin produksi, maka fresh water ini dilunakkan menggunakan resin. Akan tetapi karena masih mengandung banyak ion-ion selanjutnya dilakukan pemurnian dengan sistem Reverse Osmosis dan Electro Deionization (RO-EDI). Dalam RO digunakan membrane semi permeable yang diatur pada tekanan tertentu sehingga ion-ion dibuang sebagai konsentrat. Selanjutnya water for injection yang diperoleh melalui tahap destilasi. Tangki penampungan menggunakan bahan SS 316 L, alirannya turbulen dan untuk menghindari mikroba alirannya dipercepat. Dijaga agar tidak ada daerah mati (zero deadlag). Pipa distribusi menggunakan pipa dengan kualitas SS 316 L dan sanitasi pipa dengan hot loop atau cold system. Konsep deadlag dan zerodeadlag dapat dilihat pada Gambar 3.5. Parameter spesifikasi air FPP dapat dilihat pada Tabel 3.5. Air yang digunakan oleh FPP digolongkan menjadi 5 jenis berdasarkan tingkat kemurniannya, yaitu: 1) Raw Water (RW). RW merupakan air yang berasal dari Real Estate Water Plant. 2) Fresh Water (FW.) FW merupakan air hasil filtrasi dari raw water menggunakan disc filter 20 µm, digunakan untuk kebutuhan pembersihan umum dan toilet, serta feeding water bagi softened water. 3) Softened Water (SW). SW dihasilkan dari proses pelunakan fresh water (mengurangi kesadahan air) oleh ion-exchange softener. Softened water digunakan sebagai supply untuk kebutuhan genset, boiler, chiller, dan pendingin alat, juga sebagai feeding water bagi purified water. Kapasitasnya 19 m 3 /jam. 4) Purified Water (PW). PW merupakan air yang digunakan dalam produksi.

70 49 Purified water dihasilkan dari softened water yang telah mengalami proses RO (reverse osmosis) dan EDI (electrical deionization). Suhu PW yang dihasilkan adalah 25 0 C± 2 0 Cdan didistribusikan dengan kecepatan 5 ft/s. Konduktivitasnya juga dijaga pada angka 1,3 μs. Air disirkulasi dengan aliran turbulensi (acak dan berputar) dan di setiap tapping point dilengkapi zero dead leg valve untuk mengurangi pertumbuhan mikroba. Kapasitas produksinya adalah 1500 L/jam untuk lini yang tersedia dan 2500 L/jam untuk lini steril 2. Sanitasi menggunakan ozone injection system. Generator ozon berjalan secara kontinyu sementara lampu UV dijalankan untuk 4 jam sebelum produksi untuk meyakinkan bahwa destruksi ozon pada pipa distribusi sempurna. PW juga digunakan sebagai feeding bagi kebutuhan WFI dan pure steam. PW ditampung dalam tangki sebesar 6000 L kemudian didistribusikan ke-53 tapping point menggunakan sistem looping. 5) Water for Injection (WFI). WFI dihasilkan dari PW melalui proses destilasi bertingkat dan digunakan untuk produksi sediaan steril. Terdapat dua macam WFI yaitu panas (70 0 C) dan dingin (35 0 C). Bahan obat yang dapat rusak oleh panas maka digunakanlah WFI dingin sebagai solvennya. Pipa PW dan WFI dibuat dari stainless steel 316 L dengan permukaan dalam yang halus untuk memfasilitasi aliran dan menggunakan zero dead leg membrane valves. Total kapasitas WFI yang terdapat di FPP adalah sebanyak 1500 L (250 L di lini steril 1 dan 1250 di lini steril 2). Pengolahan air di FPP dapat dilihat pada Gambar 3.6. b. HVAC System Sistem HVAC (Heating Ventilation and Air Conditioning) adalah suatu sistem pengkondisian udara yang tersentralisasi. Suhu dikontrol dengan menggunakan mekanisme termostat dan sensor yang dipasang pada saluran balik. Sistem HVAC didesain, dipasang, dan dikualifikasi untuk memenuhi parameter-parameter tertentu seperti kecepatan udara, tekanan dalam ruang, suhu, kelembaban relatif, dan filtrasi udara. HVAC terdiri dari beberapa unit yaitu AHU, cooling coil atau evaporator, blower, filter, ducting dan dumper. Cooling coil berfungsi mengontrol suhu dan kelembapan relatif (RH) udara

71 50 yang akan didsitribusikan ke ruang produksi. Blower berfungsi menggerakkan udara di sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya, merubah energi listrik menjadi energi gerak, mengatur jumlah debit udara yang masuk ke ruang produksi sehingga tekanan dan pola aliran udara yang masuk ke ruang produksi dapat dikontrol. Filter berfungsi mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang dapat mengkonkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi. Terdapat 3 macam filter, yakni pre filter (efisiensi 30-40%), medium filter (85-95%), HEPA filter (95-9,997%). Ducting berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara yang menghubungkan blower dengan ruangan produksi. Ducting terdiri dari saluran udara yang masuk dan saluran udara yang keluar dari ruang produksi. Sementara dumper berfungsi untuk mengatur jumlah debit udara yang dipindahkan ke dalam maupun yang keluar dari ruang produksi. Sumber udara dari full fresh (udara segar) dan udara resirkulasi. Pasukan udara segar yang digunakan adalah sebesar 20% untuk supply oksigen dan mengatur tekanan ruangan. Terdapat 20 kelompok AHU yang digunakan untuk meminimalkan kontaminasi silang di antara lini-lini produksi. Zona A/C untuk lini steril 1 diatur dengan AHU 325 W. Zona D pada lantai 1 diatur dengan AHU 311 G, AHU 312 G, AHU 313 G, AHU 314 G, sedangkan pada lantai 2 diatur dengan AHU 325 W. Zona A/B pada lini sterril 2 diatur dengan AHU B1 dan AHU B2. Zona C lantai 1 diatur dengan AHU C1, sedangkan untuk lantai 2 dengan AHU C. Zona D untuk lini steril 2 diatur dengan AHU D1, D2 dan D3. Sedangkan zona E lini steril 2 diatur AHU E1 dan E2. Zona E untuk Warehouse pada lantai 1 diatur dengan AHU 314/313 B dan AHU 312/311 B, sedangkan untuk lantai 2 diatur dengan AHU 325 B. AHU yang lain digunakan untuk mengatur pilot-plan area R&D FPP menggunakan Building Automatization System (BAS) untuk memonitor dan mengatur tekanan diferensial dan suhu ruangan. Dengan sistem otomatis ini, kondisi ruangan akan dijaga pada kondisi yang telah ditetapkan. Jika tekanan terlalu rendah, blower akan berputar lebih cepat sedangkan exhaust-nya lebih pelan atau tetap, demikian pula sebaliknya. Hal

72 51 ini juga berlaku untuk pengaturan suhu yang menggunakan chiller. Gambaran sederhana system HVAC dapat dilihat pada Gambar 3.7. c. Electricity System. Listrik yang digunakan di FPP disuplai dari PT.. Cikarang Listrindo. Disamping itu terdapat genset sebagai cadangan. Genset ini terdiri dari 2 generator yang digerakkan oleh mesin diesel. Jika aliran listrik terputus, genset akan secara otomatis beroperasi dengan sendirinya. d. Steam system. Steam system adalah sistem penyediaan uap air panas, misalnya untuk kebutuhan autoclave untuk pemanasan mixing tank yang tidak dapat dilakukan dengan pemanasan langsung. Steam system ada 2 yaitu black steam dan pure steam. Black steam digunakan untuk menyediakan uap air panas yang tidak kontak langsung dengan produk, sedangkan pure steam digunakan untuk menyediakan uap air panas yang kontak langsung dengan produk. Pada produksi black steam digunakan softened water sebagai feeding water. Pada pure steam, sebagai feeding water digunakan purified water dan sebagai pemanas digunakan black steam. Steam dibuat dengan memanaskan feeding water hingga suhu > 100 C. e. Compressed Air System. Compressed air system merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan kebutuhan udara misalnya udara untuk pencucian botol dan sterilisasi menggunakan oven. Parameter yang penting dan dikontrol dalam sistem ini adalah kekeringan udara, jumlah partikel dan jumlah mikroba. Untuk compressed air ini digunakan kompresor dengan sistem kompresor screw oil free. Output dari kompresor sebelum digunakan dipisahkan terlebih dahulu dari air yang terkandung di dalamnya menggunakan desicant dryer dan difilter 5 µm. f. Pengolahan Limbah. FPP hanya mengolah limbah cair, sedangkan penanganan limbah padat diserahkan ke pihak ketiga. Limbah cair di FPP diolah secara biologi, menggunakan sistem aerasi menggunakan aerator. Dengan adanya aerator ini, jumlah oksigen dalam air akan meningkat sehingga bakteri dapat berkembang

73 52 biak dan menguraikan bahan-bahan kimia. Skema pengolahan limbah FPP dapat dilihat pada Lampiran 14. Pengolahan limbah cair ini melibatkan beberapa peralatan, antara lain: 1) Bak sept.ik (Septic Tank). Pada bak ini limbah yang berasal dari Industrial waste water dan limbah cair yang berasal dari kebutuhan domestik industri dikumpulkan. 2) Bak Pencampur (Mixer Tank). Sebelum masuk ke bak ini limbah cair yang berasal dari septic tank disaring terlebih dahulu dan dihomogenkan. Apabila ph limbah cair pada bak ini rendah, maka ditambahkan kapur sampai ph menjadi netral. 3) Bak Aerasi. Limbah dari bak penampungan awal dialirkan ke bak aerasi, dan dilakukan pengembangbiakan bakteri untuk menguraikan bahan kimia dan juga ditambahkan urea sebagai nutrisi untuk perkembangbiakan bakteri. 4) Bak Pengendap. Pada tahap ini air dimasukkan ke dalam bak pengendapan, dan lumpur yang mengendap disaring pada tower adsorbsi dan sebelum masuk ke bak penampungan akhir pada dinding bak diberi saringan. 5) Bak Penampungan Akhir. Merupakan tempat penampungan akhir sebelum limbah dibuang. Air pada bak penampungan akhir akan dicatat beberapa parameter antara lain ph, suhu, konduktivitas, kandungan oksigen (BOD, COD), dan volume air limbah. 6) Tower Adsorbsi. Digunakan untuk mengadsorbsi hasil pengolahan air limbah yang merupakan penyaring lumpur yang berasal dari bak pengendap sehingga air yang dihasilkan menjadi jernih. Semua peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan laboratorium memenuhi syarat dasar untuk peralatan yang digunakan dalam industri farmasi, yaitu : a. Dibuat dari baja tahan karat 316L dengan kekasaran < 0,6 Ra untuk semua bagian alat yang kontak langsung dengan produk. b. Mesin didesain dengan sebanyak mungkin alat pemisah yang dapat digunakan antara bagian teknik dan bagian produksi.

74 53 c. Desain mesin menjamin bahwa tidak ada kontaminasi yang disebabkan oleh perangkat-perangkat sistem terhadap produk. d. Desain mesin dapat diubah untuk pengaturan kualifikasi yang sesuai. Sementara itu, pelapis epoksi digunakan secara luas untuk melapisi lantai, langit-langit, dan sekat antar dinding. Perawatan bangunan juga perlu dilakukan secara berkala, termasuk kontrol terhadap hama atau hewan-hewan pengganggu, seperti tikus, serangga, cicak, dan sebagainya. Semua hal tersebut juga menjadi tanggung jawab bagian teknik.

75 BAB 4 PEMBAHASAN Suatu industri farmasi dituntut untuk menyediakan produk obat yang bermutu baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk bagi para industri farmasi dalam menghasilkan obat yang bermutu baik pada saat proses produksi. Selain itu, CPOB adalah standar yang harus dipenuhi oleh setiap industri farmasi untuk menjamin proses produksi obat yang berkualitas, bermutu, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam CPOB meliputi : persyaratan-persyaratan dari manajemen mutu, personalia yang terlibat dalam industri farmasi, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk dan produk kembalian serta penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi Manajemen Mutu Manajemen mutu terdiri dari sistem mutu yang mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya dan tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Sistem mutu yang diterapkan di PT. Ferron Par Pharmaceuticals adalah Ferron Integrated System (FIS). Sistem ini merupakan sistem integrasi utama yang berisi tentang kebijakan perusahaan, bisnis, dan rangkuman dari seluruh kegiatan yang dilakukan di FPP. FIS mengacu kepada standar CPOB dan ISO 2000:9001. Standar ini digunakan dalam hal pemenuhan persyaratan yang diperlukan untuk penjualan produk baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Adanya standarstandar tersebut yang diadopsi dalam FIS memungkinkan FPP untuk mengekspor produknya ke Afrika Selatan, negara-negara ASEAN, negara Eropa, dan lain-lain. Artinya, mutu produk yang dihasilkan FPP telah memenuhi persyaratan dan diakui oleh negara-negara tersebut. 54

76 55 Selain sistem mutu, diperlukan juga tindakan untuk pemenuhan persyaratan mutu yang disebut juga dengan pemastian mutu. Tindakan ini dilakukan dari sebelum proses produksi hingga produk telah beredar di pasaran. Sebelum produksi dimulai, terlebih dahulu dibuat planning mingguan yang diturunkan dari Master Production Schedule yang dibuat oleh bagian PPIC. Selanjutnya, dibuat juga WO (Work order) Picklist, yang merupakan bahan-bahan yang diperlukan selama proses produksi, baik bahan kemas maupun bahan baku, serta Manufacturing Instruction, yang merupakan alur proses selama kegiatan produksi, termasuk kegiatan In Process Control (IPC). Bagian timbang dan gudang akan mengambil bahan sesuai dengan yang tertera dalam WO Picklist, dan bagian produksi akan melakukan proses produksi sesuai dengan yang tercantum dalam Manufacturing Instruction. Proses produksi dilakukan pada alat-alat yang telah terkualifikasi dan tervalidasi dan sesuai dengan proses yang telah divalidasi. Seluruh kegiatan produksi harus terdokumentasi agar dapat dikaji mengenai kekonsistenan dalam produksi dan menelusuri permasalahan jika terjadi kesalahan dalam produksi. Seluruh dokumen selanjutnya akan dievaluasi dan dikaji oleh bagian PPQM (Post Production and Quality Monitoring) dari bagian Quality untuk menentukan apakah bahan awal, produk ruahan, produk antara dan produk jadi di-release atau di-reject. Penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk jadi menjadi tanggung jawab gudang, dimana penyimpanan dilakukan pada kondisi masing-masing yang dipersyaratkan, terutama suhu dan kelembaban. Pendistribusian barang, baik internal maupun eksternal, harus tercatat dengan benar, baik secara manual maupun sistem komputerisasi (Oracle System). Hal ini dimaksudkan agar jumlah barang yang terdokumentasi sesuai dengan jumlah yang ada. Proses dokumentasi pendistribusian ini dilakukan pada saat penyerahan barang dari gudang ke timbang, penyerahan barang dari timbang ke produksi, penyerahan dari produksi ke gudang, penyerahan dari gudang ke tim ekspedisi, serta pada saat bagian produksi meminta barang tambahan serta pengembalian barang yang berlebih. Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin mutu produk yang telah diproduksi, baik selama validasi proses, maupun setelah produk dipasarkan (Quality Surveillance). Quality Surveilence dilakukan dengan sampel tertinggal

77 56 (retained sample) yang disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam kemasan. Hal ini dilakukan untuk memastikan dan memantau bahwa produk yang telah diedarkan tetap stabil selama disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam kemasan. Selain itu, dilakukan inspeksi dan audit diri untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan produksi memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi mutu suatu produk dikaji secara berkala dalam bentuk Product Quality Review (PQR) untuk memastikan kinerja produksi yang dilakukan terhadap produk tersebut bersifat konsisten dan tidak menimbulkan banyak penyimpangan. Untuk memantau kualitas produk ruahan atau produk jadi selama proses produksi, dilakukan pengawasan mutu yang mencakup proses pengambilan sampel, prosedur pengujian dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan protap pihak RnD yang telah divalidasi dan dilakukan oleh personel yang telah terlatih. Pengambilan sampel dilakukan untuk pengujian pada saat pelulusan bahan awal, pengujian IPC, dan pengujian produk akhir. Prosedur pengujian dilakukan sesuai dengan protap RnD yang telah divalidasi dan setiap prosedur pengujian didokumentasikan berupa print out dari alat-alat yang digunakan dan laporan hasil uji (LHU). Penerapan Ferron Integrated System sebagai sistem mutu memperlihatkan bahwa FPP telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan CPOB. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat CPOB untuk berbagai sediaan farmasi yang diproduksi FPP serta sertifikat lain yang berasal dari luar negeri di antaranya, dari Uni Eropa, Australia, Afrika dan Asia sehingga dapat memasarkan produknya ke negara tersebut Personalia Suatu industri farmasi diharuskan memiliki personalia dengan jumlah yang cukup dan terlatih dalam menjalankan proses produksi dan mengerjakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Tugas masing-masing personel terdapat di struktur organisasi untuk setiap bagian departemen maupun lini atau bagian lain yang terkait. Pembagian tugas dilakukan agar tidak terdapat tumpang tindih pada saat pengerjaan tugas. Personel kunci di FPP adalah manajer Departemen Produksi dan Departemen Quality. Manager Produksi bertanggung

78 57 jawab kepada Manajer Pabrik, sedangkan Manajer Quality bertanggung jawab kepada Head of Plant Site Cikarang (Kepala Pabrik Cikarang). Semua personel sudah terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang industri farmasi. PT Ferron Par Pharmaceuticals menempatkan apoteker sebagai Manajer Quality dan Manager Produksi sesuai dengan yang dianjurkan berdasarkan anjuran CPOB. Efektivitas pelatihan dinilai melalui evaluasi dan sesi timbal balik untuk memastikan level pemahaman dari topik yang diberikan. Jika seseorang tidak memenuhi persyaratan minimum, maka harus mengikuti pelatihan ulang. Semua pelatihan dicatat oleh bagian SDM. Progam pelatihan yang diadakan FPP menunjukkan bahwa FPP telah mengikuti anjuran CPOB dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan personel dalam bekerja Bangunan dan Fasilitas Bangunan FPP terletak di wilayah industri Jababeka Cikarang dan keberadaannya dalam wilayah industri diharapkan dapat meminimalisir pencemaran yang dapat menganggu kenyamanan penduduk sekitar. Perlindungan terhadap bangunan juga direncanakan dengan membuat desain bangunan utama yang lebih tinggi daripada jalan di depan, untuk menghindari luapan air masuk bila terjadi banjir. FPP mempunyai desain bangunan yang memenuhi persyaratan CPOB, dimana bagian sudut lantai dan atap tidak berupa sudut mati, Namun melengkung, sehingga mudah untuk dibersihkan. Bagian bawah jendela diberi kemiringan tertentu agar tidak mendeposit kotoran. Lantai dan langit-langit dilapisi epoksi sehingga mudah untuk dibersihkan. Kerangka pintu dan jendela terbuat dari aluminium sehingga tidak lapuk dan mudah dibersihkan. Sekitar bangunan FPP juga dilakukan pest control untuk mencegah masuknya binatang pengerat atau serangga ke dalam bangunan. Tata letak ruangan dibuat berdasarkan pertimbangan kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif. Terdapat perbedaan alur pergerakan antara material dan karyawan, dimana karyawan masuk melalui ruang ganti di bagian belakang bangunan sedangkan material masuk melalui ruang penyerahan di bagian depan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketidakteraturan

79 58 yang dapat menyebabkan terhambat jalannya produksi dan mungkin dapat membahayakan personel, sesuai dengan anjuran di CPOB. Ruangan-ruangan dalam bangunan dibagi menjadi beberapa kelas yang mempunyai persyaratan jumlah partikel dan mikroba yang berbeda sesuai dengan tingkat kritikalitas terhadap produk yang diproduksi dalam ruangan tersebut. Kelas tersebut adalah kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E (1,2,3). Sistem tata udara diatur oleh FPP agar kondisi persyaratan tiap kelas kebersihan terpenuhi. Sistem tata udara diatur dengan menggunakan AHU sebanyak 20 buah yang dibagi menjadi beberapa area sesuai dengan kebutuhannya. Spesifikasi, seperti temperatur, perbedaan tekanan antar ruang, pergantian udara, kelembaban rata-rata, dan jumlah partikel didokumentasikan untuk setiap ruang. Terdapat sistem Air lock dengan sistem interlocking terdapat pada perbatasan antara dua ruangan dengan zona higienis yang berbeda, untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Area penimbangan mempunyai sistem AHU dan tata udara yang berbeda. Pada ruangan ini terdapat sistem dust collector dan exhaust untuk melindungi personel dari terpaparnya bahan-bahan yang ditimbang. Ruangan ini dibagi menjadi 9 ruangan untuk tempat menimbang dengan kapasitas yang berbeda-beda, dan satu ruangan hanya digunakan untuk satu bahan saja. Hal ini akan meminimalisir terjadinya kontaminasi silang dan mix up pada saat peimbangan. Untuk ruangan yang diperuntukkan menimbang bahan-bahan yang digunakan untuk produksi steril terdapat sistem aliran udara uni-directional dimana udara terus diganti dengan yang baru dengan kecepatan udara tertentu (Laminar air flow) dan latar belakang kelas White. Pipa, kabel, saluran-saluran serta benda lain yang dapat mengganggu proses produksi dan menjadi sumber kontaminasi tidak ditempatkan di area produksi, melainkan ditempatkan dalam ruangan mezzanine, yang terletak antara satu lantai dengan yang lain. Ruang pengemasan dirancang terpisah untuk tiap lini (kecuali lini semisolid dan steril 1 yang masih tergabung) untuk mencegah mix-up atau kontaminasi silang. Area penyimpanan, yaitu gudang, terbagi menjadi 4 bagian, yaitu gudang sentral suhu 30 C, gudang sentral suhu tidak diklasifikasikan untuk menyimpan

80 59 bahan kemas, gudang dengan suhu terkontrol 25 C, dan Cold storage. Kondisi tiap ruangan terus dipantau dan dipasang alarm untuk mengetahui kondisi berubah. Pada gudang sentral, terdapat rak yang terdiri dari 8 lantai dan 15 baris (A-O) yang berupa kerangka besi untuk menahan pallet yang diletakkan diatasnya. Bentuk kerangka ini akan mempermudah dalam pembersihan dan memperkecil jumlah kotoran yang terdeposit. Pada area ini terdapat loker terkunci untuk menyimpan label, jeruji terkunci untuk menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi dan psikotropika. Hal ini ditujukan agar tidak ada penyalahgunaan label dan pencurian. Ruang pengambilan sampel berlatar belakang grey sehingga kontaminasi terhadap bahan awal dapat terkontrol. Pada ruang staging terdapat pass thru yang digunakan untuk memindahkan barang dari gudang ke bagian timbang, atau bagian produksi ke gudang. Adanya pass thru ini akan meminimalisir kontaminasi sehingga kondisi lingkungan tetap terkendali. FPP menggunakan alkohol yang berupa bahan mudah terbakar, dan tempat penyimpanannya terpisah dari gudang, yaitu diluar gedung utama di bagian belakang. Area laboratorium berada terpisah dari area produksi, begitu juga ruangan mikrobiologi yang terletak terpisah dari area produksi maupun area laboratorium. Ruang timbang pada area ini dilengkapi dengan printer yang dapat mencetak hasil timbang untuk didokumentasikan pada batch record. Ruang mikrobiologi berlatar belakang white, dengan sistem airlock sebagai jalan masuk. Ruangan ini memiliki sistem tata udara yang berbeda dengan area laboratorium, karena kondisi yang dipersyaratkan lebih ketat. Ruang kantin terletak terpisah dari ruang produksi. Setiap lantai terdapat mushala dan toilet untuk memenuhi kenyamanan personel. Terdapat 3 kategori ruang ganti, yaitu black, grey dan white, dimana untuk ruang ganti grey dan white dipisahkan dengan airlock sebelum masuk ke ruang produksi, sehingga dapat meminimalisir kontaminasi dari ruang ganti. Area teknik terletak di bangunan terpisah dan dapat terhubung ke bagian mezzanine. Hal ini dimaksudkan agar bagian teknik dapat melakukan perawatan dan perbaikan pada utility system (seperti HVAC, sistem pengolahan air, Compressed air dan Steam) tanpa harus mengganggu proses produksi atau menimbulkan kontaminasi ke dalam ruangan.

81 60 Air yang digunakan untuk menunjang seluruh kegiatan produksi di FPP adalah Raw water, Fresh water, Softened Water, Purified Water dan Water for Injection. Air yang digunakan telah diolah dengan treatment masing-masing dan digunakan untuk keperluan yang berbeda. Pada berbagai jenis air ini dilakukan pengawasan/monitoring untuk memastikan bahwa air yang digunakan memenuhi persyaratan/criteria yang ditetapkan oleh FPP. 4.4 Peralatan Semua peralatan yang digunakan untuk proses produksi yang kontak dengan bahan dikonstruksi menggunakan Stainless Steel 316 L dengan roughness < 0.6 Ra untuk tiap produk yang kontak dengan alat. Mesin didesain dengan sebanyak mungkin separator antara bagian kotor dengan bagian yang bersih. Adanya seperator tersebut memperkecil kemungkinan terjadi kontaminasi dari bagian yang kotor dari alat ke bagian yang bersih. Mesin didesain sedemikian rupa untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi yang disebabkan sistem penunjang (udara bertekanan, uap, udara, minyak) pada produk. Desain mesin memungkinkan untuk dilakukan kualifikasi terhadap kinerjanya. Kualifikasi meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi performa mesin. Kualifikasi peralatan dilakukan oleh bagian teknik yang dibantu oleh bagian Quality. Selain kualifikasi, juga dilakukan kalibrasi pada peralatan ukur yang digunakan. Kalibrasi ini dilakukan secara terjadwal untuk menjamin keakuratan alat ukur. Kualifikasi dan kalibrasi merupakan bagian dari program validasi. Peralatan ditempatkan sesuai area yang telah ditentukan sebelumnya. Area tersebut ditandai dengan garis putus-putus berwarna kuning untuk memudahkan karyawan dalam meletakkan peralatan. Pada saluran-saluran diberikan penandaan baik dengan tulisan maupun warna beserta dengan tanda arahnya. Hal ini akan mempermudah penelusuran jika terjadi kerusakan atau kecacatan pada produk. 4.5 Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi yang tinggi perlu diterapkan pada sebuah industri farmasi sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap produk. Sanitasi

82 61 dibedakan menjadi higiene personel, sanitasi bangunan dan fasilitas, sanitasi peralatan dan validasi pembersihan. Untuk memenuhi persyaratan higiene personel, maka FPP menerapkan tiap personel baik karyawan maupun non karyawan yang masuk maupun melewati area produksi FPP mengenakan baju yang sesuai dengan area produksi tempat personel tersebut bekerja (white, grey atau black). Baju tersebut terbuat dari bahan yang tidak melepaskan serat dan dilengkapi dengan penutup kepala. Adanya penutup kepala akan melindungi produk dari rambut atau benda lain yang mungkin dapat jatuh dari kepala. Baju grey dilengkapi dengan tangan panjang, dan harus memakai masker dan sarung tangan untuk personel yang kontak langsung dengan produk. Baju kerja black di PT FPP dicuci setiap 2 hari sekali, sedangkan sepatu dicuci setiap 1 bulan sekali. Pada beberapa tempat tersebut terdapat poster dan protap mencuci tangan. Pada personel FPP dilakukan juga medical check-up yang dilakukan baik pada saat recruitment maupun secara periodik. Hal ini dimaksudkan untuk memantau dan menjamin bahwa kesehatan personel tetap terjaga selama bekerja di FPP. Medical check-up yang dilakukan secara periodik bergantung pada frekuensi kontak produk dengan personel dan kegiatan yang dilakukan di FPP. Selain itu, personel juga dilarang merokok di FPP. Personel yang mengidap penyakit menular tidak diperbolehkan bekerja hingga sembuh kembali. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari penyakit tersebut. Personel yang memiliki luka terbuka tidak boleh kontak dengan bahan dan produk, karena dikhawatirkan bahan atau produk tersebut dapat masuk ke dalam tubuh personel melalui luka tersebut. Untuk memenuhi persyaratan sanitasi bangunan dan fasilitas, ruang ganti black dilengkapi dengan fasilitas locker yang memungkinkan personel menyimpan barang milik pribadi selama jam kerjanya berlangsung. Personel hanya boleh makan dan minum dalam tempat tertentu, yaitu kantin. Setelah makan pun personel harus mencuci tangan sebelum keluar dari kantin dengan prosedur yang telah ditetapkan. Setiap airlocks yang memisahkan antara ruang ganti grey dan white disediakan hand sanitizer. Dinding, langit-langit, lantai, fitting lampu, grille dibentuk dan dipasang sedemikian rupa agar mudah

83 62 dibersihkan. Pembersihan dilakukan dengan peralatan yang sebelumnya sudah dibersihkan terlebih dahulu. Sampah dikumpulkan dalam tempat sampah dan diambil setiap hari secara teratur pada jam-jam tertentu. Ruangan produksi yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih, hal ini diperlihatkan dari label bersih yang bertuliskan clean yang ditandatangani oleh supervisor. Jika ruangan tersebut telah selesai digunakan, maka ruangan diberikan label to be clean untuk segera dibersihkan oleh personel yang berwenang. Jika produksi sedang berjalan, maka ruangan diberikan label use to dan dituliskan jenis obat, nama obat dan batch dari proses produksi dan ditandatangani oleh supervisor. Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak dengan produk, harus dibersihkan dengan baik agar tidak terjadi kontaminasi silang. Seperti halnya label bersih ruangan, terdapat juga label bersih peralatan yang memperlihatkan peralatan tersebut sebelumnya digunakan untuk apa dan sudah dibersihkan atau belum. Terdapat ruang pencucian alat pada masing-masing lini area produksi untuk mencuci peralatan yang dapat dilepas dari mesin. Prosedur pencucian dilakukan sesuai dengan protap yang berlaku dan yang telah divalidasi. 4.6 Produksi Proses produksi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Bahan awal yang digunakan berasal dari vendor yang telah diaudit dan disetujui oleh bagian Internal Quality Audit (IQA) dari bagian Quality. Pada saat penerimaan bahan awal dilakukan pemeriksaan kebenaran bahan, pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan tentang keseuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Jika telah sesuai, barang diterima dan dilakukan input administratif ke dalam sistem ORACLE yang secara otomatis akan membuat nomor lot baru untuk barang tersebut. Bahan awal akan mendapat status karantina dan pihak Quality akan menguji bahan tersebut apakah memenuhi spesifikasi atau

84 63 tidak. Jika lulus maka diberikan label release berwarna hijau, dan jika di-reject maka bahan akan ditempatkan di ruang reject dalam gudang sambil menunggu saatnya dimusnahkan atau dikembalikan ke supplier. Penempelan label hanya boleh dilakukan oleh personel dari bagian Quality. Bahan awal yang telah direlease disimpan dalam gudang sesuai dengan persyaratan kondisi masing-masing bahan. Setiap bahan terdapat kartu stok yang dituliskan secara manual untuk mengetahui berapa banyak bahan tersebut yang tersisa dan dituliskan juga tanggal pengambilan serta personel yang bertanggung jawab. Jumlah sisa stok kemudian diupdate dengan memasukkan ke dalam Oracle system. Hal yang sama juga berlaku terhadap bahan kemas. Jika terdapat kecacatan baik yang diamati secara visual, dibuat permohonan pengujian berupa lembar action request yang selanjutnya ditindak lanjuti oleh bagian PPQM Quality. Validasi proses merupakan pembuktian yang terdokumentasi bahwa semua aspek (material, mesin, manusia, metoda dan lingkungan) dalam suatu proses produksi senantiasa memberikan produk akhir yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses dilakukan terhadap minimal 3 batch produksi secara berurutan dengan frekuensi dan jumlah pemeriksaan atau inspeksi yang lebih ketat dibandingkan dengan pemeriksaan normal. Validasi proses dilakukan oleh tim validasi dibawah koordinasi R&D. Validasi terhadap produk baru dan produk existing dilakukan concurrent yaitu validasi yang dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan. Revalidasi dapat dilakukan apabila terjadi perubahan yang signifikan, misalnya perubahan metode proses produksi atau perubahan pada kondisi alat. Selain itu dibuat jadwal khusus untuk mengevaluasi dan mereview hasil dari validasi proses. Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Salah satunya adalah dengan penggunaan sistem airlock dan juga sistem perbedaan tekanan untuk mengatur airflow di ruangan tersebut. Ruangan dengan proses dengan tingkat kritikalitas yang tinggi mempunyai tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan di sekitarnya, misalnya filling dan capper pada ruangan produksi aseptis. Untuk menjaga agar bahan yang terdapat di dalam ruangan tidak keluar dan mencemari ruangan lain maka perbedaan

85 64 tekanannya dibuat menjadi lebih rendah dibandingkan dengan ruangan di sekitarnya, misalnya ruang mixing produksi tablet memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tekanan koridor. Cara lain untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang adalah dengan penggunaan baju grey, black dan white sesuai spesifikasi ruangan, menerapkan pembersihan dan dekontaminasi peralatan yang tervalidasi, serta penggunaan label bersih untuk mesin dan ruang. Penomoran batch di PT Ferron Par Pharmaceuticals terdiri dari 7 digit angka. Digit pertama merupakan angka unik yang ditentukan dengan perhitungan digit ketiga dari tahun dikalikan dua, hasil kalinya diambil digit terakhir, kemudian ditambahkan digit awal dari angka bulan. Digit kedua merupakan angka pengenal bulan yang diambil dari digit terakhir bulan pembuatan. Digit ketiga merupakan angka pengenal tahun diambil dari angka terakhir angka tahun. Kombinasi 3 digit pertama ini akan berulang setiap lima puluh tahun sehingga kemungkinan overlapping tidak akan terjadi. Kombinasi tersebut telah dihitung secara otomatis dengan sistem komputerisasi. Digit keempat sampai tujuh merupakan nomor urut batch dari 0001 sampai dengan 9999 yang dikeluarkan secara berurutan selama satu tahun sesuai urutan bets tersebut dijadwalkan tanpa memandang jenis dan nama produk. Penimbangan dilakukan di lini timbang. Hanya 1 material yang dapat ditimbang pada satu ruang dan waktu. Pada ruang timbang terdapat surat SB2RT (Surat Bukti Bersih Ruang Timbang), dimana surat ini diisi dengan personel yang melakukan pembersihan ruang timbang dan pengecekan kebenaran alat timbang, personel yang mengecek kebersihan ruang timbang, personel yang melakukan penimbangan serta bahan yang ditimbang. Keberadaan SB2RT ini memungkinkan untuk memastikan bahwa ruang timbang siap untuk dipergunakan dan mengetahui bahan apa yang ditimbang sebelumnya. Operator timbang akan menimbang sesuai label timbang yang diterbitkan berdasarkan WO picklist. Semua bahan baku untuk 1 bets yang telah ditimbang selanjutnya diletakkan pada tempat khusus untuk dibawa ke bagian produksi. Sebelum diserahkan ke lini produksi, supervisor timbang mengecek ulang kebenaran identitas dan jumlah bahan-bahan yang ditimbang. Bahan sisa penimbangan dikembalikan ke gudang melalui ruang staging in.

86 65 Proses serah terima material antara lini timbang dan produksi dilakukan dengan mengecek kembali kebenaran bahan, no lot dan jumlah penimbangan. Jika telah sesuai, petugas dari lini timbang dan produksi yang memberikan tanda tangan di WO picklist sebagai bukti serah terima material. Material sisa produksi selalu direkonsiliasi sebelum dikembalikan ke gudang. Dokumentasi yang dilakukan berupa pengisian Slip Retur Barang (SRB). Pada SRB, tertera nomor item, nama barang dan jumlah yang dikembalikan. Jumlah barang yang di retur selalu dicek dengan tabel rekonsiliasi yang terdapat pada Manufacturing Instruction. Dalam tabel rekonsiliasi, diisi jelas berapa jumlah material yang digunakan, berapa yang rusak, dan berapa yang masih baik untuk dikembalikan ke gudang. Selain itu juga dilakukan Permintaan Penyesuaian Stok jika ternyata jumlah yang ditimbang tidak tepat (karena dalam penimbangan terdapat sisa dalam scoop) yang kemudian dilakukan penyesuaian jumlah baik secara manual maupun secara komputerisasi (Oracle System). Sebelum mesin dan ruang digunakan untuk proses produksi, supervisor produksi akan memastikan kondisi kebersihan mesin/ruang serta memberikan tanda tangannya di label bersih sebagai tanda bahwa mesin/ruang telah bersih dan boleh digunakan untuk proses produksi. Kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti Manufacturing Instruction (MI). Semua keterangan terkait proses akan dicatat di dalamnya. Produk ruahan yang menunggu proses selanjutnya akan disimpan di ruangan WIP (Work in Process). Kegiatan IPCdicatat dan datanya dilampirkan dalam batch record. Setiap penyimpangan terkait proses harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan melalui form Action Request ke bagian Quality. Produk yang berada di WIP harus segera diproduksi dan tidak boleh dibiarkan hingga berhari-hari. Ruangan-ruangan produksi yang mengolah bahan berbentuk serbuk kering (misalnya granulasi, ruangan untuk mengayak, dan ruang tablet) memiliki tekanan yang lebih kecil dari koridor dan dilengkapi dengan fasilitas dust collector. Parameter operasional yang kritis (misal waktu, kecepatan, dan suhu) untuk tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan dicatat dan dipantau selama proses berlangsung. Mesin pengering fluid bed menggunakan kantong filter yang terbuat dari bahan yang tidak melepaskan partikel dan selalu dicuci tiap kali

87 66 selesai digunakan untuk memproses sediaan. Sebelum digunakan, punch dan die diperiksa dari keausan. Pemantauan bobot tablet dilakukan tiap beberapa menit sekali selama proses tabletasi berlangsung oleh bagian produksi dan IPC. Pada setiap ruang cetak tablet terdapat timbangan yang digunakan untuk memantau bobot hasil cetak tablet yang dilakukan oleh bagian produksi. Hasil pemantauan dimasukkan ke dalam Lembar Pemantauan Bobot Tablet. Terdapat ruangan yang digunakan untuk pembuatan larutan pengikat (binder), sehingga memperkecil kemungikinan kontaminasi karena adanya mikroba. Tablet yang di-reject oleh mesin disimpan dalam tempat yang terpisah sehingga tidak tercampur dengan tablet yang sesuai spesifikasi. Pada produksi cairan, krim dan salep, desain peralatan sesedikit mungkin terdapat sambungan mati dimana residu dapat berkumpul dan menyebabkan perkembangan mikroba. Perhatian khusus diberikan pada awal pengisian, sesudah perhentian dan pada akhir proses untuk memastikan bahwa produk dalam keadaan homogen. Pada ruang filling produk cairan, ruangan memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di ruang sekitarnya dan berlatar belakang grey untuk mencegah kontaminasi. Air yang digunakan selama proses produksi hanya air yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bahan pengemas diperiksa terlebih dahulu baik kebenarannya maupun jumlahnya. Jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan WO Picklist maka proses produksi tidak akan berjalan. Tahap pengemasan pada setiap lini dilakukan secara in line, dengan conveyor, sehingga dapat mempercepat proses dan meminimalisir miss-labelling. Setiap hasil pencetakan (expired date, manufacturing date, batch number dan harga eceran tertinggi) selalu dicek pada interval tertentu. Proses pengemasan dituangkan dalam WO Routing dengan memastikan lebih dulu bahwa jalur kemas dan mesin koding berada dalam kondisi bersih dan hanya produk ruahan, bahan kemas dan dokumen untuk batch yang sedang dikerjakanlah yang ada di jalur kemas. Hal ini untuk mendukung kelancaran proses pengemasan secara inline dan untuk mencegah adanya mixed up. Selain itu dilakukan rekonsiliasi pengemasan untuk mengetahui persentase reject dan persentase rekonsiliasi. Jika terdapat cacat pada bahan kemasan baik primer maupun sekunder, dilakukan pemusnahan, untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan.

88 67 Hal yang diperiksa selama pengawasan dalam proses (in process control) adalah parameter-parameter yang penting dalam bahan awal dan produk ruahan, misalnya kadar air dalam proses granulasi, keseragaman bobot tablet, keregasan bobot tablet, dan lain-lain. Hal lain yang diperiksa adalah bobot akhir setelah produk jadi berada dalam inner box dan master box. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya produk yang hilang atau bertambah pada saat pengemasan jika nilai hasil penimbangan berbeda jauh dari yang seharusnya. Sampel yang diambil untuk setiap pengujian IPC adalah dibagian awal, tengah dan akhir produksi. Hasil pengujian selama inspeksi in proses control didokumentasikan yang selanjutnya akan dilampirkan dalam batch record. Bahan awal yang di-reject dari pihak Quality dicatat dalam laporan rekonsiliasi. Semua komplain direkam dan di-review secara periodik. Produk kembalian dari recall akan disimpan pada ruangan terpisah sementara menunggu keputusan dari Manajer Quality. Produk retur atau recall yang tidak memenuhi syarat selanjutnya dimusnahkan. Berita acara pemusnahan harus diketahui dan ditandatangani oleh PPQM officer. Terdapat prosedur untuk melakukan mock recall. Hal ini dilakukan guna menilai efektifitas recall yang dilakukan. Produk yang dikembalikan dilakukan pemusnahan sehingga mencegah terjadinya penyalahgunaan. Selama menunggu pelulusan dari bagian Pemastian Mutu, seluruh batch/lot yang sudah dikemas ditahan dalam status karantina. Produk yang dikarantina diberi label Karantina berwarna kuning atau diberi tanda berupa jaring berwarna jingga yang menutupi seluruh batch. Produk karantina tidak ditempatkan di tempat yang berbeda dengan produk yang telah di-release. Produk jadi diserahkan dari pihak produksi ke bagian gudang dengan produk berstatus karantina. Penyerahan produk ini dilakukan beserta slip penyerahan hasil produk (SPHP). Sebelum pihak gudang menerima produk dari produksi diperiksa terlebih dahulu kebenaran identitas dan jumlahnya. Setalah itu pihak gudang akan menyimpan produk tersebut di tempat yang sesuai dengan kondisi penyimpanannya. PT Ferron Par Pharmaceuticals menganut prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) dalam mengatur alur penyimpanan,

89 68 penggunaan, dan distribusi barang. Distribusi produk dilakukan oleh PT. Anugerah Argon Medica (AAM) dan Djembatan Dua (DD). 4.7 Pengawasan Mutu Bagian Quality bertanggung jawab menjamin bahwa semua produk yang diproduksi oleh FPP memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Quality department dipimpin oleh Quality manager yang membawahi Validation manager, Internal Quality Audit (IQA) supervisor, Post Production and Quality Monitoring (PPQM) supervisor, laboratorium manager, IPC supervisor dan Shift supervisor. Bagian validasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kualifikasi, validasi pembersihan, validasi proses, kalibrasi, evaluasi deviasi terkait fasilitas, stabilita, menangani kontrol perubahan, dan melakukan monitoring terhadap ruangan dan air. Bagian Internal Quality Audit (IQA) melaksanakan 2 level audit yang dilaksanakan di FPP, yaitu audit internal periodik yang dilakukan 2 kali setahun dan inspeksi acak (on the spot random inspection) atau inspeksi diri yang meliputi pemeriksaan mutu pada tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan kerja bagian Quality. Bagian lain adalah Post Production and Quality Monitoring (PPQM), dimana peran utama bagian PPQM adalah untuk memastikan bahwa produk yang diproduksi oleh perusahaan telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan mulai dari saat produksi sampai produk kadaluarsa. Bagian laboratorium membawahi dua bagian, yaitu laboratorium kimia dan mikrobiologi, yang melakukan pengujian secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Bagian IPC bertugas melakukan uji parameter-parameter pada tahapan produksi yang kritis dan monitoring ruangan steril. Sistem pengawasan mutu bertanggung jawab pada kegiatan sampling, spesifikasi dan testing, mencakup koordinasi, dokumentasi dan release produk dengan menjamin bahwa setiap pengujian yang diperlukan telah dilakukan dan melakukan judgement untuk me-release atau me-reject bahan baku, ruahan maupun produk jadi. Setiap metode analisis yang digunakan di FPP dikembangkan oleh bagian analytical development yang merupakan bagian R&D Dexa Group. Bagian Quality dilengkapi dengan tempat penyimpanan batch record

90 69 dan retained sample. Penyimpanan retained sample disesuaikan dengan keadaan yang tertera pada label kemas produk. Dokumentasi yang terdapat di bagian quality control antara lain spesifikasi, prosedur sampling, prosedur testing, laporan pengujian analisis dan sertifikatnya, validasi metode analisis dan prosedur kalibrasi. Dokumen batch record disimpan sampai 1 tahun setelah masa expired date. Setiap penggunaan reagen yang baru dicatat dan dilakukan penyesuaian antara reagen yang tercatat dengan reagen yang ada. Peralatan dan instrumen di laboratorium telah mempunyai prosedur tetap untuk pengoperasiannya masing-masing. Peralatan di laboratorium, sama seperti halnya peralatan di bagian produksi juga dikualifikasi dan dikalibrasi, untuk memastikan bahwa instrumen tersebut dapat berfungsi dengan baik. Setiap kali menggunanakan alat, personel yang bertanggung jawab mencatat dalam log book, untuk mempermudah penulusuran jika terjadi kerusakan. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu PT. Ferron Par Pharmaceuticals memiliki program inspeksi diri yang dilakukan secara rutin oleh bagian IQA yang merupakan salah satu bagian di departemen Quality. Inspeksi diri ini bertujuan untuk menemukan ketidaksesuaian aspek CPOB di FPP dengan guidance. Dalam melaksanakan tugasnya, tim ini memakai acuan CPOB (GMP), bukan FIS (Ferron Integrated System) manual. Jadwal pelaksanaan inspeksi diri dilaksanakan secara acak tiap 4 kali dalam sebulan pada semua lini yang ada. Penyimpangan yang ditemukan kemudian didokumentasikan dan dilaporkan untuk ditindaklanjuti. Hasil dari inspeksi diri ini berupa rekomendasi perbaikan (CAPA) serta komitmen pelaksanaan perbaikan oleh lini terkait (person in charge) dalam jangka waktu (due date) tertentu. Selain inspeksi diri, salah satu bentuk komitmen untuk melaksanakan quality management system adalah dengan audit internal. Audit internal di FPP menjadi tanggung jawab SnP (System and Planning) department dan dilakukan secara rutin sekurang-kurangnya tiap 6 bulan sekali. Berbeda dengan inspeksi diri, aspek yang dikoreksi dalam audit internal mencakup semua bagian dalam sistem manajemen FPP (meliputi sistem kualitas, dokumentasi secara umum, dan 5R).

91 70 Pelaksana audit internal berupa tim. Tim audit yang ditunjuk akan membuat checklist yang berisi pertanyaan mengenaikeseluruhan sistem sebelum melakukan audit. Hasil audit internal dikategorikan dalam 2 jenis : a. Non conformance, apabila temuan berupa adanya ketidaksesuaian antara tahapan di prosedur dengan realisasinya, adanya poin tidak terpenuhinya standar yang berdasarkan Quality Management System (QMS), dan adanya penyimpangan nilai standar karena tidak mengadopsi QMS. Hasil temuan ini dicatat dalam form CAR (Corrective Action Request). b. Observation, apabila hasil temuan tidak terlalu begitu dipermasalahkan, tetapi berpotensi untuk menjadi non conformance dirangkum dalam sebuah laporan dan disimpan dalam CAPA untuk menjamin bahwa tindakan pencegahan dan perbaikan dilakukan secara efektif sehingga masalah potensial tidak akan terjadi. Dalam pelaksanaan audit internal, FPP sudah mempunyai prosedur yang jelas. Rujukan yang dipakai adalah ISO 9001:2000 dan ASEAN GMP edisi 3 (tahun 1996). Audit mutu yang dilakukan FPP juga meliputi audit vendor/supplier, audit penerima agreement, dan audit eksternal. Audit supplier dilakukan tiap 6 bulan sekali. Dasar dalam mengaudit adalah Supplier Performance Evaluation (SPE), jatuh tempo, dan rasio reject. Audit ini dilaksanakan menggunakan kuesioner, dan inspeksi langsung (bila diperlukan). Audit penerima agreement (kontrak) dilakukan dengan mempersiapkan mutu perusahaan, sedangkan, audit eksternal biasanya dilakukan secara periodik oleh badan regulated seperti BAVARIAN, TGA dan MHRA. Hasil audit eksternal ini akan di-follow up melalui CAPA dengan due date tertentu. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Obat, dan Produk Kembalian Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik. Penanganan keluhan terhadap produk di FPP dilakukan untuk seluruh produk yang diproduksi dan dipasarkan oleh FPP, yaitu produk yang diproduksi dan dipasarkan oleh FPP, produk yang diproduksi oleh FPP dan dipasarkan oleh contract giver, produk yang

92 71 diproduksi oleh contract acceptor dan dipasarkan oleh FPP, dan produk repack. Untuk produk-produk toll out, jika terdapat keluhan produk, informasi akan diteruskan ke pihak manufacture sesuai dengan agreement yang telah disepakati. Bagian FPP Quality akan menerima surat jawaban dari manufacture mengenai investigasi keluhan dan akan meneruskannya kepada pihak yang mengajukan. Untuk produk-produk toll in, bagian quality menginformasikan hasil investigasi kepada pihak Quality contract acceptor. Jenis keluhan yang diterima adalah keluhan yang berhubungan dengan mutu produk, kimiawi atau biologis dari poduk atau kemasannya. Keluhan yang berupa reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lainnya, serta efek terapeutik produk seperti produk tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah, ditangani oleh medical. Keluhan farmasetik ditangani oleh Departemen Quality. Keluhan ini dapat bervariasi karena cacat produksi, misal : salah identitas bahan baku atau bahan kemas, kemasan tidak lengkap, kekurangan isi dalam doos atau box, kerusakan pada kemasan, fisik, kerusakan kimia, kadar yang tidak tepat, dan cacat non produksi, seperti cacat yang disebabkan karena terjadinya bencana alam, kesalahan penggunaan oleh konsumen sendiri, kehilangan barang saat pengiriman dan obat palsu. Penanggung jawab keluhan adalah PPQM Supervisor. Keluhan yang diterima akan didokumentasikan dalam Databased Product Complaint dan Form Keluhan Produk. Sebagai respon awal (first response), akan dilakukan pemberitahuan tertulis kepada pihak yang mengajukan keluhan. Respon awal dapat berupa pemberitahuan tertulis bahwa keluhan sudah diterima oleh FPP dan akan segera ditindaklanjuti atau jawaban keluhan. Lead time penyusunan respon awal adalah 3 hari sejak keluhan diterima. Kemudian akan ditetapkan klasifikasi keluhan untuk menentukan lead time penanganan keluhan. Lead time penanganan keluhan yaitu 3 hari kerja untuk critical complaint, 14 hari kerja untuk major complaint, dan 30 hari kerja untuk minor complaint. Lead time dihitung mulai dari dokumen dan sampel keluhan sudah lengkap sampai dengan surat jawaban keluhan disusun.

93 72 Setiap keluhan yang datang harus dievaluasi dan diinvestigasi. Bagian PPQM akan berkoordinasi dengan bagian terkait (misalnya: produksi, RnD, teknik, gudang, dll) dalam melakukan evaluasi dan investigasi serta menetapkan corrective action. Setelah melakukan investigasi dan evaluasi, follow up action yang harus dilakukan adalah keputusan terhadap produk yang dikeluhkan (dapat berupa recall) dan dilakukan penetapan action plan. Penetapan action plan bertujuan untuk mencegah masalah yang sama terulang kembali. Seluruh investigasi, evaluasi dan follow up action didokumentasikan dalam laporan penelusuran keluhan produk. Untuk keluhan yang berasal dari Medical, Contract Giver dan BPOM, akan disusun surat jawaban keluhan yang menjelaskan summary dari masalah yang ditemukan dan action plan yang akan dilakukan. Untuk keluhan yang berasal dari distributor, jika keluhan yang diterima merupakan justified complaint, akan ditandatangani oleh Quality Manager dan diserahkan ke Supervisor Gudang untuk dilakukan proses receiving barang di sistem. Setiap keluhan yang diterima akan dilakukan investigasi keluhan produk. Investigasi dilakukan dengan cara melakukan review seluruh informasi yang diperoleh mengenai keluhan seperti dokumen keluhan; nama produk, nomor bets, bentuk sediaan, dan kemasan produk, untuk memastikan bahwa produk yang dikeluhkan benar-benar produk FPP; kondisi sampel yang diterima; kronologi ditemukannya defect; dan kondisi penyipanan produk di konsumen, kondisi distribusi, dan cara konsumen menggunakan produk. Kemudian periksa kesesuaian produk keluhan dengan retained sample. Review seluruh data yang ada pada batch record dan dokumen penyimpangan selama proses produksi. Cek databased keluhan untuk melihat apakah keluhan yang sama pernah terjadi sebelumnya. Jika keluhan yang sama pernah terjadi sebelumnya, cek dan pastikan bahwa action plan telah terlaksana dengan baik. Jika action plan telah terlaksana dengan baik, cek kembali adanya kemungkinan penyebab lain yang belum terindentifikasi pada investigasi keluhan sebelumnya. Analisa juga kemungkinan cacat yang sama terjadi pada bets-bets lainnya. Misalnya dengan melakukan review terhadap batch record 3 bets produk yang diproduksi sebelum dan sesudah bets keluhan.tetapkan follow up action yang akan dilakukan. Tetapkan

94 73 kesimpulan keluhan, apakah keluhan merupakan justified complaint atau unjustified complaint. Justified Complaint, jika suatu defect dinyatakan benar/valid, disebabkan karena proses produksi di FPP dan terjadi dibawah kontrol perusahaan. Non-justified Complaint, jika suatu defect masih sesuai dengan spesifikasi produk jadi dan tidak memiliki alasan yang jelas untuk diajukan sebagai keluhan. Misalnya: disebabkan karena kesalahan penanganan selama distribusi. Produk akan tetap dipasarkan bila yang terjadi bukanlah cacat kritis dan masih aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Tetapi jika produk dianggap mengalami cacat kritis dan membahayakan bagi konsumen akan dilakukan penarikan kembali produk. Penarikan kembali obat jadi dapat diprakarsai oleh pemerintah (Badan POM) maupun perusahaan itu sendiri. Koordinator penarikan kembali adalah Quality Manager. Penarikan kembali obat atas inisiatif dari perusahaan sendiri dapat dikarenakan cacat kualitas, baik dari segi estetika yang secara langsung tidak membahayakan pemakai (kerusakan label/kemasan, pemasangan tutup botol atau pengait botol infus yang tidak sempurna) maupun cacat kualitas dari segi teknis produksi yang dapat menimbulkan resiko yang merugikan konsumen bahkan kematian (salah bahan, salah kadar, salah label, dan sebagainya). Penarikan kembali produk juga dapat dilakukan karena adanya penemuan cacat kualitas oleh BPOM atau jika terdapat laporan efek sampling serius dari produk yang dapat menyebabkan resiko pada kesehatan. Produk yang dikembalikan diperiksa dan dihitung jumlahnya, kemudian dibuat laporan berdasarkan data hasil pemeriksaan fisik produk yang dikembalikan ke pabrik. Laporan rekonsiliasi disiapkan dan disimpan untuk mengukur efektivitas proses recall. Semua komplain direkam dan di-review secara periodik. Produk kembalian dari recall akan disimpan pada ruangan terpisah sementara menunggu keputusan. Produk retur atau recall yang tidak memenuhi syarat selanjutnya dimusnahkan. Proses pemusnahan produk yang tidak memenuhi syarat dilakukan oleh bagian gudang. Selain itu, ada juga pemusnahan sampel pertinggal yang dilakukan oleh petugas monitoring PPQM. Berita acara pemusnahan harus diketahui dan ditandatangani oleh PPQM Supervisor.

95 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Struktur dokumentasi yang dipergunakan di FPP adalah FIS (Ferron Integrated System), Prosedur, Dokumen pendukung dan Record. WO picklist merupakan dokumen yang berisi bahan awal dan bahan kemas yang akan digunakan dalam proses produksi, sedangkan Manufacturing Instruction merupakan dokumen yang menjelaskan tentang tahapan kerja yang harus dilakukan selama proses produksi. Setiap dokumen selalu ditandatangani oleh personel yang membuat dan disetujui oleh bagian manager. Pada dokumen juga tertulis tanggal efektif dokumen tersebut, revisi yang keberapa dan hal-hal yang direvisi atau ditambahkan pada revisi terakhir. Semua dokumen disiapkan, disetujui, disosialisasikan, direvisi, didistribusi dan disimpan berdasarkan prosedur tertulis. Pencatatan data secara manual dilakukan dengan tinta biru untuk memastikan data berupa asli, bukan fotokopi. Selain itu jika ada kesalahan dalam pencatatan data, bagian yang salah dicoret sekali kemudian diganti dengan data yang benar lalu dibubuhi paraf dan inisial serta tanggal oleh personel yang bertanggung jawab. Seluruh catatan yang berhubungan dengan proses produksi suatu batch akan disimpan dalam batch record. Batch record disimpan pada ruangan bersama-sama dengan retained sample, dan disusun serta dalam keadaan terkunci. Data hasil pengujian dari laboratorium, baik kimia, mikrobiologi maupun IPC, dituliskan dalam lembar hasil uji (LHU). Setiap penggunaan alat instrumentasi dan alat-alat lain untuk pengujian laboratorium, personel yang bertanggung jawab mencatat dalam logbook dan dibubuhi paraf serta inisial menggunakan tinta biru.

96 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pada prinsipnya pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak haruslah dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. FPP tidak hanya memproduksi produk FPP sendiri, tetapi juga menerima kontrak (toll in) dan memberi kontrak (toll out) dengan perusahaan farmasi lainnya. Kerjasama ini dilakukan berdasarkan suatu kontrak antara pemberi kontrak dan penerima kontrak dalam suatu persetujuan teknis yang mencakup spesifikasi tanggung jawab masing-masing berkaitan dengan proses produksi dan kontrol terhadap produk. Sebagai penerima kontrak FPP terbuka terhadap audit dari pemberi kontrak. Sebagai pemberi kontrak, FPP melakukan audit terhadap perusahaan farmasi yang akan menerima kontrak. Audit dilakukan oleh bagian quality yang berisi audit CPOB di perusahaan penerima kontrak tersebut, audit yang dilakukan meliputi audit terhadap sarana produksi, kontrol kualitas sampai dengan sarana penyimpanan. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat berakibat kesalahpahaman yang dapat berefek pada mutu produk. Beberapa analisis perlu dilakukan oleh laboratorium lain jika fasilitas dan sumber daya yang ada kurang tersedia. Analisis oleh pihak luar ini juga dilakukan berdasarkan kontrak Kualifikasi dan Validasi PT. Ferron Par Pharmaceuticals melakukan perencanaan terhadap program validasi melalui penyusunan Validation Master Plan (VMP). VMP adalah dokumen yang menyajikan informasi mengenai program kerja validasi yang disiapkan dengan mengacu kepada CPOB dan cgmp disamping kebijakan dan komitmen perusahaan untuk melakukan penyempurnaan terus menerus khususnya terhadap pencapaian sasaran mutu. Ruang lingkup VMP meliputi seluruh proses validasi atau kualifikasi dari system yang mempunyai dampak terhadap kualitas produk yang meliputi antara lain sarana penunjang (water system, pure steam generator, HVAC, dan lain-lain), mesin dan peralatan produksi, instrument

97 76 laboratorium dan peralatan IPC, proses pembersihan, proses produksi, serta media fill. Validation Master Plan juga berisi struktur organisasi kegiatan validasi dan pembagian peran masing-masing. Dalam melaksanakan program validasi terhadap utility maupun fasilitas, FPP sudah menggunakan analisis risiko. Hal ini telah sesuai dengan CPOB, yang mengatakan pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Prosedur analisa resiko ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu daftar peralatan dan fungsinya, klasifikasi kritikal dan non-kritikal, alasan dari klasifikasi, parameter yang mungkin berpengaruh terhadap kualitas, kemungkinan terjadinya kesalahan, dan daftar pengukuran/control yang harus dilakukan. Validation Master Plan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut: a. Kualifikasi Program kualifikasi mesin di bawah pengawasan Validation manager yang membawahi QA specialist. Kualifikasi dan validasi ini mencakup: sarana penunjang (water system, HVAC, ERP system), mesin dan peralatan produksi, instrumen laboratorium dan peralatan IPC, proses pembersihan, proses industri, dan media fill. Jadwal kualifikasi dan validasi telah disusun setiap tahunnya berdasarkan VMP. Apabila terdapat kualifikasi di luar program, maka inisiator dapat mengajukan validasi kepada pihak quality melalui form Validation Request. Sebelum memulai pelaksanaan kualifikasi, QA spesialist mempelajari spesifikasi alat serta membuat protokol kualifikasi, yang harus diapprove dahulu oleh Quality Manager. Proses dokumentasi ini sesuai dengan prinsip CPOB. Kualifikasi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, kualifikasi instalasi/installation Qualification (IQ), kualifikasi operasional/operational Qualification (OQ) dan kualifikasi kinerja/performance Qualification. Apabila mesin tidak masuk kriteria kualifikasi, maka akan diberi label DO NOT USE. Selanjutnya, dilihat berdasarkan tingkat kekritikannya, apabila masih bisa di-adjust, maka mesin tetap digunakan dengan beberapa penyesuaian. Apabila tidak bisa, maka pihak komite akan mengajukan kebijakan untuk dilakukan disposal.

98 77 Selain kualifikasi, FPP juga menetapkan jadwal rekualifikasi untuk mesin yang sudah dikualifikasi maupun mesin yang diganti spare part-nya. Beberapa peralatan dan sistem penunjang juga perlu dilakukan rekualifikasi. Pelaksanaan rekualifikasi berdasarkan penilaian resiko (risk assessment) meliputi utilities risk assessment dan equipment risk assessment. Utilities risk assessment dilakukan untuk sistem penunjang (HVAC dan water system) berdasarkan seberapa besar pengaruh sistem terhadap aspek kualitas produk yang dihasilkan dan kemungkinan dampak terburuk apabila terjadi ( Quality dan likeliness) dan dampak luas (Wide). b. Kalibrasi Kalibrasi yang dilakukan ada 2 jenis, yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi eksternal. Kalibrasi internal dilakukan sendiri oleh personel dari perusahaan, yaitu oleh petugas kalibrasi yang dikoordinir oleh QA specialist, sedangkan kalibrasi eksternal menggunakan jasa dari luar perusahaan. Program kalibrasi dimulai dengan menyusun jadwal. Jadwal dibuat berdasarkan VMP dan Master Schedule. Setelah itu, bagian quality akan mengajukan Permohonan Penjadwalan Produksi (P3) lewat PPIC untuk menganggarkan jadwal kalibrasi ke produksi. Kalibrasi di luar program dapat dikerjakan melalui form Validation Request (VR), misalnya apabila ada alat baru, ada label kalibrasi yang jatuh tempo. Hasil dari kalibrasi yang memenuhi syarat akan diberikan label terkalibrasi dan sertifikat kalibrasi (yang diapprove oleh Quality Manager). Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilakukan investigasi terhadap petugas, kalibrator, dan metode. Kemudian, dilakukan uji ulang, dan di-review. Apabila memenuhi syarat, maka dilakukan pengujian ulang lagi minimal 2 kali. Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilakukan adjustment alat oleh bagian teknik. Setelah adjustment, dilakukan rekalibrasi. c. Validasi pembersihan Validasi pembersihan juga merupakan salah satu tugas dari bagian validasi di departemen quality, yakni QA specialist. Validasi pembersihan dilakukan minimal setahun sekali, sedangkan validasi pembersihan untuk produk baru dilakukan 6 bulan sekali. Dalam validasi pembersihan di FPP, pemilihan produk dinilai berdasarkan nilai resiko tertinggi dari beberapa

99 78 parameter meliputi kelarutan bahan aktif, toksisitas, tingkat kemudahan kebersihan, persentase zat aktif dalam batch, volume sampling, dan volume penimbangan. Apabila tidak memenuhi spesifikasi, maka dilakukan pengujian ulang, investigasi terhadap metode analisis validasi pembersihan dan investigasi terhadap metode pembersihan alat. Setelah itu, disusun laporan hasil validasi pembersihan. Prioritas dalam validasi pembersihan adalah validasi pembersihan untuk produk yang sudah ada di pasar, produk baru, revalidasi untuk adanya perubahan (misal : desinfektan) dan revalidasi rutin. d. Validasi proses Jenis validasi proses yang diterapkan untuk produk exsiting dan produk baru di FPP adalah secara konkuren. Validasi proses produksi terdiri dari 4 tahap, yaitu pembuatan protokol validasi proses, pelaksanaan validasi proses, pengumpulan dan pengolahan data validasi proses, dan pembuatan laporan validasi proses. Validasi proses dilaksanakan oleh tim validasi yang terdiri dari R&D Formulasi, QA/Quality Department, tim validasi proses, dan Production Department. Pembuatan prosedur kerja/protokol validasi proses berdasarkan pada hasil optimalisasi dan WO routing yang telah disahkan oleh Group Formulation Manager. Validasi prospektif dan konkuren dilakukan terhadap 3 bets berturut-turut sesuai dengan kriteria yang berlaku. Sampel IPCproduk antara dan produk jadi diserahkan ke laboratorium QC untuk diperiksa sesuai dengan metode pemeriksaan yang berlaku. Apabila dalam proses pengolahan validasi terdapat ketidaksesuaian, maka dapat diambil dua alternatif kesimpulan, yaitu : (i) Proses tidak valid, atau (ii) Proses valid dengan justifikasi dan rekomendasi perubahan melalui mekanisme Usulan Modifikasi Produk dan Proses (UMPP). Prioritas dalam validasi proses adalah validasi proses untuk produk baru termasuk untuk transfer proses, produk lama/existing yang akan diregistrasi ulang, produk existing yang belum divalidasi prosesnya, kemudian revalidasi rutin. e. Media fill Media fill merupakan suatu simulasi proses produksi aseptis yang dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa proses pengisian dan lingkungan tempat dilakukannya pengisian mengikuti persyaratan kondisi steril/aseptis.

100 79 f. Kontrol perubahan Setiap perubahan diusulkan dalam action request. Action request tersebut dapat bersumber dari audit internal, audit eksternal, batch deviation report, facility deviation report, laboratory deviation report dan audit vendor. Kontrol Perubahan (KP) yang terdapat di FPP adalah segala perubahan menyangkut fasilitas yang berpengaruh pada kualitas produk. Ruang lingkup perubahan meliputi : perubahan terkait fasilitas, perubahan utility (seperti HVAC), perubahan spesifikasi ruangan, mesin/alat, air dan limbah, konstruksi ruang, letak alat pengukur ruangan, sistem alarm, dan semua perubahan dari URS (User Requirement Spesification). Apabila terdapat KP, maka form KP akan direkap, di-register oleh QA specialist. Setelah itu, diajukan kepada Validation manager, dan diapprove oleh Quality manager. Apabila disetujui, maka form KP dikopi untuk user (PIC) terkait, dan terdapat kontrol pelaksanaan KP. QA specialist akan meminta dokumen perubahan, dan diverifikasi. Apabila sudah lengkap, maka status KP menjadi closed. g. Computer Sytem Validation (CSV) Validasi software dan sistem komputer meliputi seluruh siklus lengkap dari produk. CSV mempunyai peran mayor untuk memperoleh konsistensi, reliabilitas, dan akurasi dari data sebagai MIS (Sistem Manajemen Informasi). CSV dapat menjamin bahwa fungsi kritik dari komputer dan alat otomatis yang mempunyai pengaruh pada kualitas akan dapat memenuhi spesifikasi. Kerangka kerja CSV diadopsi dari pedoman GAMP (Good ASEAN Manufacturing Practice). CSV diterapkan dalam ERP (Enterprise Resource Planning) System Oracle, dan Sistem Laboratorium dan Produksi, meliputi mesin-mesin atau peralatan dengan sistem konfigurasi, seperti PLC (Programmable Logic Controller), BAS (Building Automatic System), HVAC. h. Validasi Metode Analisis Validasi Metode Analisis dilaksanakan oleh R&D PT Dexa Medica. Validasi ini dilaksanakan setelah terdapat master formula dari bagian Formulasi. Beberapa parameter validasi yang ditentukan dalam metode analisis adalah Setelah didapatkan metode yang valid, maka dilakukan AMT (Analytical Method Transfer) ke pihak quality control/laboratorium FPP.

101 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Aktivitas di PT. Ferron Par Pharmaceuticals meliputi kegiatan manufaktur (produksi dan pengemasan) dan pemastian mutu yang didasarkan pada prinsip CPOB/GMP dan FIS (Ferron Integrated System). b. PT. Ferron Par Pharmaceuticals telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya dengan mengacu pada FIS (Ferron Integrated System) untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan. c. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam industri farmasi, yaitu sebagai kepala produksi, kepala pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Fungsi Apoteker adalah sebagai tenaga profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian. 5.2 Saran Penerapan aspek-aspek CPOB di PT. Ferron Par Pharmaceuticals perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk yang dihasilkan. 80

102 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. Priyambodo, B Manajemen Farmasi Industri. Penerbit Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta. PT. Ferron Par Pharmaceuticals Ferron Integrated System Manual, PT. Ferron Par Pharmaceuticals. Cikarang. 81

103 GAMBAR

104 83 Gambar 3.2. Denah Lokasi Ferron Cikarang Plant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JABABEKA INDSUTRIAL ESTATE I, CIKARANG JALAN JABABEKA VI BLOK J3, BEKASI (7 SEPTEMBER 30 OKTOBER 2015) PERIODEXLV DISUSUN OLEH :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAKEDA INDONESIA JALAN P. DIPONEGORO KM 38 TAMBUN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAKEDA INDONESIA JALAN P. DIPONEGORO KM 38 TAMBUN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAKEDA INDONESIA JALAN P. DIPONEGORO KM 38 TAMBUN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WISNU AJENG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Mala Febriani S. Farm. 083202139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 16 JANUARI 09 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA Disusun Oleh : Handi Hendra, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh:

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh: LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung Disusun Oleh: Debora R. Hutagaol, S.Farm. NIM 133202215 Dinda Ayyu Hanjaya, S.Farm. NIM 133202126

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 5 SEPTEMBER 28 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG Jl. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 16 JANUARI 9 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: FANNY FERLIANY SIMANJUNTAK, S.Farm. 083202117 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015) PERIODE XLV DISUSUN OLEH : RIZKA MUHITA PUTRIE, S.Farm 2448715137

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI MARET 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI 2014 7 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER INDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES JL. Dr. SETIABUDHI KM 12,1 LEMBANG BANDUNG 1 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES JL. Dr. SETIABUDHI KM 12,1 LEMBANG BANDUNG 1 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES JL. Dr. SETIABUDHI KM 12,1 LEMBANG BANDUNG 1 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 2016 PERIODE XLVII DISUSUN OLEH: MARIA FENNI KIOEK, S.Farm.

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES JALAN RAYA BOGOR KM 51,5 CIMANDALA BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. No.721, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: CHRISTIAN ALDO D., S. Farm. NPM :

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: CHRISTIAN ALDO D., S. Farm. NPM : LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JALAN ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 DELTA SILICON 1 KAWASAN INDUSTRI LIPPO CIKARANG BEKASI 31 AGUSTUS 2015 30 OKTOBER 2015 PERIODE

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci