UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI"

Transkripsi

1 UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARAG JAWA TEGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUI 2013

2 UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARAG JAWA TEGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUI 2013 ii

3

4 KATA PEGATAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Zenith Pharmaceuticals, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Andre Widjajanto, B.Buss, MBA., selaku Direktur PT. Zenith Pharmaceuticals. 2. Bapak Drs. Agus Sidharta, Apt., selaku Plan Manager dan Manajer PPIC (Production Plan and Inventory Control) PT. Zenith Pharmaceuticals, atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan PKPA dan sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 3. Bapak Kristoforus K., S.Si., Apt., selaku Formulation Development Manager, sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 4. Bapak Yohanes G. Reyaan, S.Farm, Apt., selaku Manajer Produksi sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 5. Ibu Dewi Triwartini, M.Sc, Apt., selaku Manajer QA (Quality Assurance) sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. iv

5 6. Ibu Santi Mulwita, S.Si, Apt., selaku Manajer QC (Quality Control) PT. Zenith Pharmaceuticals. 7. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing dan ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 8. Prof. Yahdiana Harahap, M.S, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi. 9. Seluruh staf dan karyawan PT. Zenith Pharmaceuticals, yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA. 10. Teman-teman PKPA periode Februari-Maret 2013 di PT. Zenith Pharmaceuticals Semarang yang berasal dari (UI), Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dan Universitas Setia Budi (USB) atas kerja sama yang baik selama PKPA berlangsung hingga terselesaikannya laporan PKPA di PT. Zenith Pharmaceuticals Semarang. 11. Orang tua yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 12. Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas Indonesia. 13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Semarang, Maret 2013 Penulis v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aprilya Tri Susanti NPM : Program Studi Fakultas Jenis karya : Apoteker : Farmasi : Karya Akhir demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals Indonesia Jl. Tambak Aji 1 Semarang Jawa Tengah Periode 4 Februari 28 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 5 Juli 2013 Yang menyatakan (Aprilya Tri Susanti)

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix 1. PEDAHULUA Latar Belakang Tujuan TIJAUA UMUM Gambaran Umum Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik TIJAUA KHUSUS Gambaran Umum PT. Zenith Pharmaceuticals Departemen PT. Zenith Pharmaceuticals PEMBAHASA Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Pengawasan Mutu Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Validasi dan Kualifikasi KESIMPULA DA SARA Kesimpulan Saran DAFTAR ACUA vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 3.2. Alur Pengembangan Produk Baru PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 3.3 Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 3.4. Alur Perencanaan Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals vii

9 DAFTAR LAMPIRA Lampiran 1. Alur produksi sediaan kapsul Lampiran 2. Alur produksi sediaan kaplet/ tablet Lampiran 3. Alur produksi sediaan sirup Lampiran 4. Alur produksi sediaan suspensi Lampiran 5. Alur produksi sediaan tablet/kaplet β-laktam Lampiran 6. Alur produksi sediaan kapsul β-laktam Lampiran 7. Alur produksi sediaan dry syrup β-laktam viii

10 BAB I PEDAHULUA 1.1 Latar Belakang Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau meyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Menteri Kesehatan RI, 2010). Tingkat kesadaran masyarakat dalam menggunakan obat yang meningkat dan didukung dengan menguatnya daya beli masyarakat menyebabkan dampak positif pada pertumbuhan industri farmasi di Indonesia. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan RI untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (Menteri Kesehatan RI, 2010). Oleh karena itu, industri farmasi harus dapat memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan/atau bahan obat harus menerapkan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan (Menteri Kesehatan RI, 2010). Penerapan CPOB pada setiap industri farmasi didasarkan pada peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK tahun Dalam CPOB, salah satu aspek yang penting adalah personalia. Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Kedudukan apoteker dalam industri farmasi adalah personil kunci dalam penerapan aspek aspek yang tercantum dalam CPOB tersebut agar dihasilkan obat yang berkhasiat, aman dan bermutu. Untuk mencapai peran dan tanggung jawab tersebut, apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pengetahuan industri farmasi yang diperoleh secara teoritis bagi apoteker dirasakan masih kurang mencukupi sehingga diperlukan keterlibatan secara langsung di lingkungan industri farmasi. 1

11 2 Untuk mewujudkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker dan PT. Zenith Pharmaceuthical menjalin kerja sama dalam menyelenggarakan PKPA yang dilaksanakan mulai tanggal 4 Februari 2013 sampai dengan 28 Maret Dengan demikian, diharapkan calon apoteker memiliki bekal pengetahuan praktis dan pengalaman lapangan, serta pengenalan situasi dan kondisi industri dengan segala permasalahan yang kompleks melalui suatu kegiatan praktek kerja profesi apoteker (PKPA). 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilakukan di PT. Zenith Pharmaceuthical bertujuan untuk: a. Mengetahui dan memahami penerapan aspek-aspek cara pembuatan obat yang baik (CPOB) di industri farmasi. b. Memahami tugas dan peran profesi apoteker di industri farmasi serta mendapatkan pengalaman praktis di lapangan.

12 BAB 2 TIJAUA UMUM 2.1 Gambaran Umum Industri Farmasi Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (Menteri Kesehatan RI, 2010). Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan atau bahan obat untuk semua tahapan dan atau sebagian tahapan yang harus berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat (seperti registrasi, Cara Pembuatan Obat yang Baik, distribusi dan perdagangan produk yang dihasilkan, dan lain-lain) karena menyangkut jiwa (nyawa) manusia. Disamping menghasilkan obat untuk penderita, juga merupakan suatu industri yang berorientasi untuk memperoleh keuntungan. Jadi tidak hanya aspek sosial namun juga ada aspek ekonomi. 2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (BPOM RI, 2012) Manajemen Mutu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu, bertujuan agar obat yang dihasilkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (regristrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan tersebut melalui suatu kebijakan mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Oleh karena itu, unsur dasar manajemen mutu yaitu: a. Infrastruktur atau sistem mutu yang mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan semua sumber daya. 3

13 4 b. Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu, yang disebut pemastian mutu (quality assurance). Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Semua bagian sistem pemastian mutu didukung dengan tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup memadai. Dari unsur dasar tersebut, maka sistem manajemen mutu di industri farmasi mencakup antara lain: a. Struktur organisasi mutu, termasuk di dalamnnya kewenangan QA/QC b. Prosedur ataupun proses pengolahan produk c. Pengendalian perubahan d. Sistem pelulusan bahan baku dan produk jadi e. Penanganan penyimpangan f. Pengolahan ulang g. Inspeksi diri atau audit internal h. Pelaksanaan program kualifikasi dan validasi i. Personalia j. Sistem dokumentasi k. Penanganan terhadap perubahan, penyimpangan dan prosedur pengolahan ulang Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

14 5 Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat. Jumlah personil yang memadai sangat mempengaruhi proses produksi. Kekurangan jumlah personil cenderung mempengaruhi kualitas obat, karena dengan jumlah personil yang terbatas tugas cenderung dilakukan secara tergesagesa. Disamping itu, kekurangan jumlah personil biasanya mengakibatkan kerja lembur sering dilakukan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi operator maupun supervisor atau bagi personil pada tingkat lebih atas yang melakukan evaluasi dan/atau mengambil keputusan. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggungjawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu (Quality Control/ QC) dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu/Quality Assurance/ QA). Posisi utama tersebut hendaklah dijabat oleh personil purnawaktu, harus independen satu terhadap yang lain, dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Personil tersebut hendaklah tidak memiliki kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial. Berdasarkan CPOB 2012, masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu, Dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup: a. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen, b. Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat, c. Higiene pabrik, d. Validasi proses, e. Pelatihan,

15 6 f. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan, g. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak, h. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk, i. Penyimpanan catatan, j. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB, k. Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk l. Pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan cermat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, dan binatang pengerat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan perlu didesinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan desinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas

16 7 hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai dengan prosedur tertulis yang rinci dengan menggunakan desinfektan yang tepat. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup meliputi personil, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam pedoman CPOB 2012 adalah higiene perorangan, sanitasi bangunan dan fasilitas, pembersihan dan sanitasi peralatan, serta validasi prosedur pembersihan dan sanitasi. Higiene perorangan mencakup ketentuan bahwa semua personil yang masuk ke area produksi mengenakan pakaian pelindung yang bersih sesuai dengan kegiatannya. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Program higiene yang rinci, termasuk prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktek

17 8 higiene dan pakaian pelindung personil, hendaklah dibuat secara rinci dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program higiene tersebut diantaranya meliputi tidak merokok, makan, minum, memelihara tanaman dalam area produksi; tidak bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk; dan bagi personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan resiko. Untuk sanitasi bangunan dan fasilitas, desain dan konstruksi memudahkan sanitasi yang baik, Toilet, ventilasi, dan tempat cuci mudah tercukupi dan mudah diakses dari tempat pembuatan. Penyimpanan pakaian dan barang pribadi personil memadai. Penyiapan, penyimpanan, dan konsumsi makanan dan minuman dibatasi di daerah khusus serta sampah dikelola dengan teratur. Pembersihan dan sanitasi peralatan dilakukan dengan cara setelah digunakan, alat dibersihkan luar maupun dalam sesuai prosedur. Sebelum pakai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa produk atau bahan dari bets sebelumnya telah hilang. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Jika perlu, prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan dan penghilangan identitas bets sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum digunakan Produksi

18 9 Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini juga menyebutkan tahapan proses produksi. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah ditetapkan Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Bagian pengawasan mutu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa : a. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya. b. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan.

19 10 c. Suatu bets obat memenuhi persyaratan mutu selama waktu peredaran yang ditetapkan. Bagian pengawasan mutu ini memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau produk obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis di laboratorium, antara lain: a. Pengambilan sampel. b. Pemeriksaan dan pengujian, yaitu meliputi bahan awal, bahan pengemas, produk jadi, pengujian atau pemantauan lingungan, pengujian ulang bahan yang diluluskan, dan pengolahan ulang. c. Pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi. d. Program stabilitas on-going e. Penanganan sampel pertinggal. f. Menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Instruksi tertulis untuk inspeksi diri dibuat dengan menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun.

20 11 Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak Penanganan keluhan terhadap Obat, Penarikan kembalian obat, Obat kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penunjukkan personil yang bertanggung jawab diperlukan untuk menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), personil tersebut hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk. Apabila produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Dalam penanganan keluhan terhadap obat yang diduga cacat, perlu adanya suatu prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk. Pencatatan dan pelaporan mengenai kerusakan produk, hendaknya memuat secara rinci mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam serta dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut yang mencakup: a. Tindakan perbaikan bila diperlukan b. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan c. Tindakan lain yang tepat

21 12 Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran karena keputusan bahwa produk tidak layak lagi untuk diedarkan. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Tindakan penarikan kembali produk dilakukan, setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan, dengan segera, dan agar pesan tiba dengan cepat, menggunakan system komunikasi yang efektif seperti telepon, surat elektronik ( ), fax, radio dan TV. Setelah diketahui ada cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan yang berisiko tinggi, pendistribusian produk hendaklah diembargo dan dilanjutkan dengan tindakan penarikan kembali sampai tingkat konsumen. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat ugensinya. Untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali, perlu tersedia prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu. Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan industri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran. Industri menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk

22 13 kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut: a. produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan; b. produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan c. produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang Dokumentasi Dokumentasi adalah esensial dalam mengoperasikan suatu industri farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB. Dokumentasi tersebut merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaklah mengutamakan tujuannya, yaitu menentukan, memantau dan mencatat seluruh aspek produksi serta pengendalian dan pengawasan mutu. Untuk memenuhi kebutuhan ini ada berbagai jenis dokumen yang diperlukan, antara lain spesifikasi, dokumen produksi induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan, yang semuanya harus tersedia secara tertulis, bebas dari kekeliruan, dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Catatan yang direkomendasikan untuk disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi adalah semua catatan yang berkaitan dengan proses produksi dan pemeriksaan bahan awal yaitu catatan pengolahan bets, catatan pengemasan bets produk, catatan pengambilan sampel, pemeriksaan serta pelulusan bahan awal dan bahan pengemasnya.

23 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Tiap bahan atau produk yang diserahkan oleh pemberi kontrak kepada penerima kontrak hendaklah yang sudah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemberi kontrak. Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah pemberi kontrak menginspeksi calon penerima kontrak dengan menggunakan daftar periksa yang dapat menyimpulkan bahwa calon penerima kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan produk yang akan dikontrakkan dengan memuaskan Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur dan proses). Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Hendaklah dibuat dokumen RIV yang

24 15 menyajikan informasi mengenai program kerja validasi perusahaan. Dokumen ini hendaklah juga memberi rincian jadwal kerja validasi yang harus dilaksanakan.

25 BAB 3 TIJAUA KHUSUS 3.1 Gambaran Umum PT. Zenith Pharmaceuticals Sejarah dan Perkembangan PT. Zenith Pharmaceuticals PT. Zenith Pharmaceuticals didirikan pada tahun 1952 oleh Prof. Drs. Liem Hook Ie (Alm), seorang guru besar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, berlokasi di Jl. Wotgandul Barat No , Semarang. Pengembangan PT. Zenith Pharmaceuticals tahap kedua dimulai pada tahun 1977, tepatnya pada tanggal 2 Mei 1977 dengan hadirnya tenaga-tenaga profesional muda dan manajemen yang lebih baik. Pada tanggal 23 Juli 1994, secara resmi PT. Zenith Pharmaceuticals memulai pengembangan tahap ketiga dengan memindahkan kegiatan produksinya ke lokasi pabrik baru di Jl. Tambak Aji I No. 1, Semarang yang telah dirancang dan dibangun sesuai persyaratan CPOB. Hal ini sesuai dengan tujuan pemerintah agar obat-obatan produksi Indonesia dapat memasuki pasaran internasional dengan penerapan CPOB yang memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practice (GMP) secara internasional. Sedangkan lokasi PT. Zenith Pharmaceuticals di Jl. Wotgandul Barat No , Semarang digunakan sebagai kantor dan gudang pemasaran dengan pertimbangan untuk kemudahan pendistribusian dan pemasaran produk obat. Tahun 1994 PT. Zenith Pharmaceuticals semakin berkembang dengan bergabungnya PT. Bufa Aneka yang berlokasi di Jl. Tambak Aji V Semarang. Sampai saat ini PT. Zenith Pharmaceuticals melakukan kerjasama toll manufacturing dengan PT. Bufa Aneka, sebagian dari produk PT. Bufa Aneka diproduksi oleh PT. Zenith Pharmaceuticals Visi dan Misi PT. Zenith Pharmaceuticals PT. Zenith Pharmaceuticals memiliki motto yaitu Better Health Through Better Medicines sehingga berupaya menghasilkan obat yang baik agar pasien memperoleh kesehatan yang baik. Visi dari PT. Zenith Pharmaceuticals adalah We serve world quality health care yang berarti Kami melayani produk kesehatan kelas dunia. Sedangkan Misi PT. Zenith Pharmaceuticals adalah : 16

26 17 a. Product Quality (Kualitas Produk) b. HR Quality (Kualitas SDM) c. Affordable (Terjangkau) d. Comply to Regulation (Sesuai dengan Regulasi) e. Good Governance (Pengelolaan yang Baik) f. Research Based Company (Perusahaan berbasis Penelitian) g. Customer satisfaction (Kepuasan Pelanggan) h. Continous improvement (Perbaikan yang terus-menerus) Kebijakan mutu PT. Zenith Pharmaceuticals adalah TEAM (Together Everyone Achieves More) PT. Zenith Pharmaceuticals berkomitmen untuk memproduksi obat yang berkualitas sesuai dengan cgmp dan memberikan kontribusi bagi kesehatan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia melalui pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tiap personil secara benar dan terus mencari perbaikan yang berkesinambungan demi terciptanya : Zero recall menjadi kewajiban pada setiap hasil produksi Efektif kualitasnya dan aman iat konsisten untuk menjaga kualitas Improvement berkelanjutan Tanggung jawab kualitas oleh semua partisipan Harapan pelanggan tercapai melebihi tuntutannya Lokasi dan Sarana Penunjang PT. Zenith Pharmaceuticals Lokasi dan konstruksi bangunan untuk produksi obat-obatan harus memiliki ketentuan untuk mencegah bahaya yang dapat merugikan kualitas obat dan diharapkan dapat memberikan kenyamanan kerja dan kelancaran pelaksanaan operasional perusahaan sehingga dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. PT. Zenith Pharmaceuticals terletak di Jl. Tambak Aji No. 1 Semarang, memiliki luas area ± 8000 m 2, sebagian dari tanah tersebut (± 6500m 2 ) digunakan untuk bangunan. Lokasi ini berada di kawasan industry yang sesuai dengan CPOB, sehingga dapat meminimalkan terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, tanah dan air.

27 18 Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada : a. Tersedianya sumber air bawah tanah sebagai bahan baku pembuatan aqua demineralisata, dan untuk kebutuhan rumah tangga industri. b. Tersedianya sumber aliran listrik dari PLN dan Jenset sebagai cadangan. c. Letaknya yang strategis, yaitu di kawasan industri yang dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan untuk distribusi produk dan kebutuhan transportasi perusahaan. d. Lingkungan pabrik merupakan daerah perindustrian yang jauh dari pemukiman penduduk. PT. Zenith Pharmaceuticals mempunyai dua gedung utama yaitu gedung non β-laktam dan gedung β-laktam. Gedung non β-laktam terdiri dari dua lantai meliputi lantai 1 yang terdiri dari ruang produksi golongan non β-laktam, gudang bahan baku, gudang bahan kemas, gudang obat jadi, ruang Manajer produksi, ruang Plant Manager, ruang Manajer PPIC, ruang kantor administrasi, ruang komputer, ruang ganti pakaian, resepsionis, ruang tunggu, kantin, mushola, koperasi, dan toilet; sedangkan lantai 2 terdiri dari laboratorium R&D, laboratorium pengawasan mutu (QC), ruang contoh pertinggal, ruang Manajer R&D, ruang Manajer QC, ruang Manajer QA, perpustakaan, ruang ganti pakaian, ruang eksekutif, aula, ruang komputer, dan toilet. Gedung β-laktam didirikan terpisah dari gedung non β-laktam dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Konstruksi bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga permukaan dinding, lantai, dan langitlangitdalam ruang produksi rata, bebas dari keretakan dan dibuat licin menggunakan cat epoksi. Sudut antara dinding, lantai,dan langit-langit berbentuk lengkungan sehingga memudahkan pembersihan dan mencegah kotoran menempel di sudut-sudut ruangan. Besar ruang produksi dibuat dua kali luas permukaan perlatan untuk memudahkan aktifitas karyawan, serta letak ruangan dan mesin produksi berurutan sesuai dengan proses alur produksi. Penerapan sistem airlock di antara bagian dalam dan luar ruang produksi bertujuan untuk mencegah dan mengurangi pengotoran oleh partikel debu yang dibawa oleh karyawan ke ruang produksi. Ruang antara tersebut dilengkapi dengan dua pintu yang tidak dapat membuka pada saat bersamaan. Digunakan dua pintu

28 19 dimaksudkan agar udara dari luar tidak langsung masuk ke dalam ruang produksi karena mempunyai persyaratan jumlah partikel yang berbeda Sumber Daya Manusia (Personalia) PT. Zenith Pharmaceuticals Selain berorientasi pada mutu sediaan obat yang dihasilkan PT. Zenith Pharmaceuticals juga sangat memperhatikan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dari kesejahteraan karyawan. Hal ini diwujudkan dengan membentuk suatu wadah bernama Gugus Kendali Karya Kartini 97 yang dibentuk pada 21 April 1997 dengan kegiatan antara lain : a. Koperasi simpan pinjam b. Pendidikan berupa : pelatihan manajemen dan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) bagi karyawan yang dilakukan setiap bulan. c. ZPAS (Zenith Peduli Anak Sekolah), yang menyediakan beasiswa bagi putraputri karyawan PT. Zenith Pharmaceuticals. d. Koperasi karyawan yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang relatif murah dan terjangkau Struktur Organisasi PT. Zenith Pharmaceuticals Struktur organisasi menggambarkan hubungan antara atasan dan bawahan yang ditunjukkan dengan garis komando. Struktur organisasi yang jelas diperlukan agar pertanggungjawaban dan kerjasama terkoordinasi dengan baik sehingga setiap kegiatan dan proses yang ada dapat berjalan efektif dan efisien serta mencegah terjadinya conflict of interest. Gambaran tentang struktur organisasi PT. Zenith Pharmaceuticals terdapat pada gambar di bawah ini.

29 20 Gambar 3.1. Struktur organisasi PT. Zenith Pharmaceuticals Hasil Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals Sediaan farmasi yang diproduksi oleh PT. Zenith Pharmaceuticals meliputi: a. Sediaan tablet biasa non antibiotika b. Sediaan tablet salut non antibiotika c. Sediaan tablet biasa antibiotika d. Sediaan tablet salut antibiotika e. Sediaan kapsul keras non antibiotika f. Sediaan kapsul keras antibiotika g. Sediaan cairan oral non antibiotika h. Sediaan cairan oral antibiotika i. Sediaan tablet biasa antibiotika penisilin dan turunannya j. Sediaan tablet salut antibiotika penisilin dan turunannya k. Sediaan kapsul keras antibiotika penisilin dan turunannya l. Sediaan suspensi kering antibiotika oral penisilin dan turunannya

30 Departemen PT. Zenith Pharmaceuticals Departemen PPIC (Production Plan and Inventory Control) Sesuai dengan namanya, Departemen PPIC (Production Plan and Inventory Control) mempunyai dua tugas utama, yaitu merencanakan produksi dan mengontrol inventaris pabrik. Tugas tersebut meliputi perencanaan produksi, perencanaan pengadaan bahan baku dan bahan kemas dan pengendalian inventaris. Fungsi departemen PPIC adalah : a. Untuk mensinergikan kepentingan marketing dan manufacturing. b. Untuk mensinergikan atau memadukan pihak-pihak dalam organisasi (pemasaran, produksi, personalia, dan keuangan) agar dapat bekerja dengan baik. Tugas Departemen PPIC adalah sebagai berikut : a. Membuat rencana produksi berdasarkan ramalan penjualan dari departemen pemasaran. b. Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan rencana dan kondisi stok dengan menghitung kebutuhan material produksi menurut standar stok yang ideal (ada batasan jumlah minimal dan maksimal bahan). c. Memantau semua inventory baik untuk proses produksi, stok yang ada di gudang, maupun barang yang didatangkan, sehingga pelaksanaan proses dan pemasukan tetap berjalan lancar dan seimbang. d. Membuat evaluasi hasil produksi, hasil penjualan, maupun kondisi inventory. e. Mengolah data dan menganalisa mengenai rencana dan realisasi produksi dan penjualan serta data inventory. f. Menghitung standar kerja karyawan tiap tahun berdasarkan masukan dari bagian produksi atas pengamatan langsung. g. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi tiap tahun. h. Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait sehingga diperoleh data yang akurat dan up to date. i. Sebagai juru bicara perusahaan dalam bekerja sama dengan perusahaan lain, seperti toll manufacturing.

31 22 Sasaran pokok perencanaan produksi : a. Ketepatan waktu dalam memenuhi janji (permintaan) pelanggan. b. Kecepatan waktu penyelesaian pesanan (permintaan) pelanggan. c. Berkurangnya biaya produksi. d. Peluncuran produk baru dan divestment (write off) produk-produk lama berjalan lancar (teratur). Tujuan kontrol inventory: a. Untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan. b. Untuk memperlancar proses produksi. c. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stok out). d. Untuk menghadapi fluktuasi harga. Sasaran pokok kontrol inventory adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan, yang menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan. Jenis barang yang berada dalam kontrol inventory di departemen PPIC meliputi bahan baku, bahan kemas, produk antara dan produk jadi. Dalam menjalankan tugasnya, PPIC merupakan penghubung antar departemen yang ada dalam perusahaan serta mengkoordinasikan fungsi dari masing masing departemen yang terkait. Selain itu, PPIC juga menjadi penghubung dengan industri farmasi lainnya. Hubungan PPIC dengan departemen lain dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Departemen PPIC dengan departemen R&D Kedua departemen ini bekerjasama dalam pelaksanaan launching produk baru. Departemen R&D akan mengajukan ide tentang pembuatan obat baru, kemudian melakukan trial formulasi untuk memperoleh formula produk yang dianggap paling baik. Jika formula dan cara produksi telah ditentukan, PPIC akan mengatur jadwal produksi sediaan tersebut, baik penyediaan bahan baku maupun bahan kemas. b. Departemen PPIC dengan bagian marketing Kedua departemen ini melakukan koordinasi terhadap forecast produk jadi. PPIC akan melihat kebutuhan pasar melalui angka penjualan bulan sebelumnya

32 23 dan PPIC bertugas mengatur stok produk jadi yang ada di gudang dan menyesuaikannya dengan rencana penjualan marketing. Bagian marketing juga bertugas mengatur dan mempersiapkan strategi penjualan produk baru. Bagian marketing juga memberi persetujuan atau penolakan terhadap usulan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar akan produk baru tersebut. c. Departemen PPIC dengan bagian purchasing Kedua departemen ini bekerjasama dalam pengaturan stok bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan oleh pabrik. PPIC mengajukan kebutuhan bahan baku dan bahan kemas kepada bagian purchasing. Selanjunya bagian purchasing bertanggungjawab terhadap pembelian dan ketepatan kedatangan bahan baku dan kemas tersebut sesuai dengan jadwal produksi yang dirancang PPIC. d. Departemen PPIC dengan departemen produksi Kedua departemen ini bekerjasama dalam koordinasi untuk kelancaran proses produksi. PPIC dan produksi bertugas merancang weekly plan. Departemen produksi akan melakukan produksi mingguannya berdasarkan rolling production plan yang telah disusun oleh departemen PPIC. e. Departemen PPIC dengan departemen pengawasan mutu (QC) Departemen pengawasan mutu bertanggungjawab dalam pengawasan mutu produk yang dihasilkan. Departemen pengawasan mutu akan memanfaatkan rolling production plan yang telah disusun oleh departemen PPIC dalam memperkirakan kebutuhan reagen untuk pelaksanaan analisis terhadap produk. f. Departemen PPIC dengan departemen HRD Berdasarkan rolling production plan yang telah disusun oleh departemen PPIC, departemen HRD dapat memperkirakan kemungkinan kebutuhan peningkatan personil demi mendukung pelaksanaan produksi yang telah direncanakan.

33 24 g. Departemen PPIC dengan bagian teknik Bagian teknik dapat menentukan waktu perawatan mesin berdasarkan rolling production plan yang telah disusun PPIC. h. Departemen PPIC dengan distributor Distributor bertugas mendistribusikan barang jadi yang akan dipasarkan oleh bagian marketing. Untuk itu diperlukan koordinasi antara PPIC dan distributor terhadap penyediaan produk jadi. i. Departemen PPIC dengan industri lainnya Untuk melaksanakan kerjasama dalam bentuk toll in/toll out, PPIC akan menjadi penghubung antara PT. Zenith Pharmaceuticals dengan industri lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh departemen PPIC di PT. Zenith Pharmaceuticals antara lain : a. Penerimaan barang Penerimaan barang dilakukan oleh bagian umum atau bagian penerimaan, baik bahan baku maupun bahan kemas. Secara garis besar, alur penerimaan barang di PT. Zenith Pharmaceuticals adalah sebagai berikut : 1) Bagian penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang datang, antara lain keadaan fisik, penandaan pada barang seperti label dari pabrik pembuat dan waktu kadaluwarsa, kelengkapan, kesesuaian dengan surat jalan, dan Certificate of Analysis (CoA). Bila telah sesuai, maka surat jalan ditanda tangani dan aslinya kembali ke pemasok dengan tembusan disimpan bagian penerimaan. Bila tidak sesuai, barang di-reject dan dikembalikan ke pemasok. 2) Barang-barang yang telah dicek dan sesuai dibuatkan Memo Penerimaan Barang yang terdiri dari 5 lembar (2 lembar berwarna putih, 1 lembar berwarna merah, 1 lembar berwarna kuning dan 1 lembar berwarna hijau) sebagai bukti penerimaan barang dan didistribusikan ke bagian QC, logistik dan keuangan. Barang-barang tersebut ditempatkan di daerah karantina dan diberi label karantina sambil menunggu pemeriksaan oleh bagian QC. 3) Barang-barang tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Bahan Baku atau Bahan Kemas.

34 25 4) Bagian QC melakukan sampling bahan baku dan bahan kemas, kemudian diberi label Contoh Diambil pada barang yg disampling. Petugas QC akan mengisi Log Book yang berisi nama bahan baku, no batch dan jumlah yang disampling pada hari itu. Jika barang release, maka diberi label hijau Diluluskan. Manajer QC menandatangani Memo Penerimaan Barang dan mengambil lembar kuning. Empat Memo Penerimaan Barang lainnya diteruskan ke bagian logistik. Jika QC me-reject barang tersebut, maka diberi label merah Ditolak dan barang disimpan di gudang reject untuk dikembalikan ke pemasok. Bagian QC juga harus membuat Memo Penolakan Barang (beserta alasan penolakan) yang kemudian diserahkan ke bagian pembelian, logistik, dan penerimaan. 5) Barang yang dinyatakan release oleh bagian QC dimasukkan ke gudang penyimpanan bahan baku atau bahan kemas. Kepala bagian Logistik akan menandatangani Memo Penerimaan Barang dan mengambil lembar merah. 6) Memo Penerimaan Barang yang lain kembali lagi ke bagian penerimaan untuk keperluan stok barang. Bagian penerimaan menandatangani Memo Penerimaan Barang tersebut dan kemudian mengambil lembar hijau. Selanjutnya, Memo Penerimaan Barang dibawa ke bagian pembelian untuk dilakukan pemastian bahwa barang telah diperiksa oleh bagian QC untuk kemudian diserahkan ke bagian keuangan atau administrasi. Dua lembar putih Memo Penerimaan Barang dan Surat Jalan diserahkan ke bagian keuangan atau administrasi, kemudian ditandatangani dan dijadikan arsip. b. Penyimpanan barang Gudang merupakan salah satu sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan. Gudang juga berfungsi melindungi bahan dan produk dari pengaruh lingkungan luar dan serangga. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau biasa disebut manajemen pergudangan. Manajemen pergudangan memiliki cakupan antara lain, mengatur orang atau

35 26 petugas (SDM), mengatur penerimaan barang, mengatur penataan/penyimpanan barang, dan mengatur pelayanan akan permintan barang. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam CPOB, yaitu : 1) Harus ada prosedur tetap (protap) yang mengatur/tata cara kerja bagian gudang, termasuk didalamnya mencakup tentang cara penerimaan bahan, penyimpanan dan distribusi bahan/produk. 2) Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dala keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur. 3) Harus ada tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak (misal, alkohol atau pelarut organik lain). 4) Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status karantina dan ditolak. 5) Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi. 6) Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out). Gudang memerlukan sistem pengendalian yang tepat dan dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan penempatan bahan-bahan secara teratur serta memperkecil resiko kontaminasi silang. Lingkungan penyimpanan disesuaikan dengan sifat dan kondisi yang dipersyaratkan dari bahan yang akan disimpan. Gudang di PT. Zenith Pharmaceuticals terdiri dari gudang bahan baku, gudang bahan kemas dan gudang obat jadi. Masing-masing dikepalai oleh seorang kepala bagian. Gudang bahan baku memiliki dua area yang berfungsi sebagai area sampling dan area penyimpanan. Berikut uraian mengenai kedua area tersebut: 1) Area sampling Area sampling merupakan tempat/ ruang khusus dilakukannya sampling atau pengambilan contoh bahan baku dan bahan kemas primer oleh bagian QC. Kelas ruang area sampling ini dipersyaratkan sama dengan kelas ruang produksi atau grey area (dikondisikan sama dengan ruang dimana bahan tersebut digunakan). 2) Area Penyimpanan

36 27 Area penyimpanan adalah tempat untuk menyimpan bahan baku yang sudah dinyatakan lolos uji oleh QC. Penataan bahan baku disusun berdasarkan prioritas, artinya bahan baku yang sering digunakan bagian produksi disimpan di depan supaya lebih mudah dalam pengambilan. Bahan aktif dan bahan tambahan disimpan terpisah serta disesuaikan dengan kondisi penyimpanan bahan, misalnya cangkang kapsul disimpan di ruang bersuhu sejuk. Bahan cair dan mudah terbakar disimpan terpisah di ruang khusus. Penataan bahan disesuaikan dengan jenis dan kemasan bahan, sedangkan pengeluarannya menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Untuk memudahkan pencarian atau pengeluaran digunakan kartu stelling yang terpasang pada setiap rak. Gudang bahan baku PT. Zenith Pharmaceuticals terdiri dari tiga tingkatan rak. Bahan baku yang dikemas dalam sak-sak atau yang agak ringan ditempatkan di rak bagian atas, sedangkan untuk bahan baku dalam drum-drum berat di rak bawah. Untuk bahan baku β-laktam disimpan di gudang bahan baku β-laktam yang terpisah yaitu di bangunan β-laktam. Tujuannya untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang bahan baku non β-laktam dengan bahan baku β- laktam. Gudang bahan kemas terdiri dari tiga ruang gudang, yaitu gudang bahan kemas primer; ruang brosur, etiket dan hologram; dan gudang bahan kemas sekunder. Berikut uraian mengenai ketiga ruangan gudang bahan kemas tersebut : 1) Gudang bahan Kemas Primer Digunakan untuk menyimpan pollycelonium dan botol sirup. Penyimpanan bahan pollycelonium dan cangkang kapsul di ruangan khusus disesuaikan dengan syarat penyimpanannya yaitu pada ruang dengan suhu 20 o -28 o C dan RH %. 2) Ruang Brosur, Etiket dan Hologram (Label Obat) Brosur, etiket dan hologram disimpan dalam ruang khusus yang terkunci untuk menjamin keamanannya. 3) Gudang Bahan Kemas Sekunder Digunakan untuk menyimpan folding box, dus dan kaleng (botol plastik). Penataan gudang bahan kemas sekunder menggunakan metode seperti halnya pada gudang bahan baku ada pembagian area khusus untuk setiap jenis bahan

37 28 kemas. Untuk memudahkan pengambilan, terdapat kartu stelling pada setiap rak serta kartu stok yang terdapat nomor rak dimana bahan kemas tersebut berada. Gudang obat jadi merupakan tempat untuk menyimpan obat jadi hasil produksi siap untuk didistribusikan ke bagian pemasaran. Gudang obat jadi PT. Zenith Pharmaceuticals ada dua tempat yaitu gudang utama di pabrik (Jalan Tambak Aji) dan gudang tambahan di kantor pemasaran (Jalan Wotgandul Barat). Gudang obat jadi terdiri dari dua area, yaitu area penyimpanan obat jadi dan area pengeluaran barang. Berikut uraian mengenai ketiga ruangan gudang bahan kemas tersebut : 1) Area Penyimpanan Obat Jadi. Area ini digunakan untuk menyimpan obat yang telah di release oleh departemen QA. 2) Area Pengeluaran Barang. Barang utama untuk dikirim hari itu ditata di dekat pintu luar gedung untuk memudahkan pengiriman. Pengeluaran barang juga menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Dari gudang obat jadi, barang kemudian diserahkan ke Bagian Pengiriman Barang dengan disertai Bukti Tanda Terima. Pengontrolan keluar masuknya barang baik dari gudang bahan baku, gudang bahan kemas, maupun gudang obat jadi dilakukan dengan kartu stok dan kartu stelling. Jumlah barang yang masuk dan keluar akan tercatat dalam kartu stok dan kartu stelling ini. Selain itu, juga dilakukan sistem stock opname setiap 3 bulan untuk mengecek kesesuaian antara kartu stok dengan jumlah sebenarnya di gudang. Apabila ditemukan adanya penyimpangan atau perbedaan, maka dibuat laporan penyimpangan dan dilaporkan pada Manajer Produksi untuk ditelusuri lebih lanjut. c. Pengiriman obat jadi Pengiriman barang atau obat jadi dilakukan berdasarkan rencana harian pengiriman obat jadi. Pengiriman obat jadi dapat dijelaskan berikut ini : 1) Bagian gudang obat jadi membuat rencana harian pengiriman obat jadi berdasarkan permintaan pesanan dan kondisi stok, yang tercatat di Buku

38 29 Rencana Pengiriman Obat Jadi dan dibuatkan Bukti Tanda Terima (BTT) sebanyak tiga lembar (1 lembar warna merah, 1 lembar warna putih dan 1 lembar warna kuning). 2) Bagian gudang obat jadi menyerahkan barang atau obat jadi yang akan dikirim ke Bagian Pengiriman disertai BTT. 3) Bagian pengiriman mencocokkan barang yang akan dikirim dengan BTT seperti nama dan jumlah barang, apabila sesuai maka BTT diparaf. Bila tidak sesuai, dilakukan konfirmasi ke bagian gudang obat jadi. 4) Barang yang telah sesuai dimasukkan ke box dan dicatat dalam Buku Pengiriman (tanggal, nomor polisi mobil, tujuan, sopir, jam berangkat dan jam kembali). 5) Barang beserta BTT dikirim ke wotgandul barat, PT. Walet atau PT Amapharm. Pihak penerima menandatangani BTT dan mengambil lembar BTT merah. Lembar BTT warna kuning dan putih dikirim kembali ke bagian pengiriman dan bagian gudang obat jadi di Jalan Tambak Aji. 6) Setiap sopir yang mengirimkan barang harus membawa Surat Jalan dan Bukti Tanda Terima. Surat Jalan diperiksa oleh satpam ketika akan keluar atau masuk pabrik Departemen Research and Development (R&D) Departemen R&D untuk PT. Zenith Pharmaceuticals dan PT. Bufa Aneka masih tergabung dalam satu struktur manajemen, dimana Manajer R&D membawahi Manajer Pengembangan Formulasi dan Manajer Pengembangan Metode Analisa. Manajer Pengembangan Formulasi yang berkantor di PT. Zenith Pharmaceuticals membawahi bagian pengembangan formula (formula untuk produk baru dan pengembangan formula lama) dan bagian pengembangan kemasan. Manajer Pengembangan Metode Analisa membawahi bagian pengembangan metode analisa dan registrasi yang berkantor di PT. Bufa Aneka. Tugas departemen R&D secara umum adalah : a. Meneliti dan mengembangkan produk baru. b. Mengembangkan produk yang sudah ada (existing product). c. Meneliti dan mengembangkan metode analisa baru.

39 30 d. Mengembangkan metode analisa produk yang sudah ada. e. Standarisasi kemasan. f. Membuat desain kemasan primer dan sekunder. g. Melakukan pendaftaran atau registrasi produk baru. h. Melakukan uji stabilitas produk obat. i. Melakukan trial production. Departemen Research and Development (R&D) di PT. Zenith Pharmacuticals memiliki 4 bagian, yaitu : a. Pengembangan Formulasi Pengembangan produk baru diawali dari usulan pengembangan produk baru. Usulan produk baru dapat diajukan oleh pihak marketing, departemen R&D maupun dari departemen lain, kemudian pihak yang mengajukan usulan mengisi Form Usulan Pengembangan Produk serta disampaikan pada rapat marketing. Usulan pengembangan produk baru yang telah disetujui kemudian dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Tahunan untuk dibuat jadwal pelaksanaan pengembangan produk baru yang meliputi formulasi, trial produksi, uji stabilitas produk, analisa dan registrasi produk. Tahap formulasi diawali dengan studi preformulasi, pengujian produk komparator, menetapkan target profile, dan membuat desain formula. Departemen R&D kemudian mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan percobaan. Percobaan dimulai dari skala laboratorium (besar bets minimal 1/10 dari skala pilot) yang diiukuti uji stabilitas dipercepat untuk formula terpilih. Jika hasil baik, dilanjutkan dengan trial skala pilot (besar bets minimal 1/10 dari skala produksi), diikuti validasi proses dan uji stabilitas dipercepat serta long term. Data dua bets skala pilot sudah boleh digunakan untuk proses registrasi ke Badan POM. Setelah nomor ijin keluar, segera dilakukan pembuatan skala produksi yang diikuti dengan uji stabilitas dipercepat dan long term. Selanjutnya, dilakukan launching produk. Alur pengembangan produk baru terdapat pada gambar di bawah ini.

40 31 Ditolak Ide Produk dari Marketing Evaluasi Ide Produk Baru oleh Tim Proyek Rancangan Kerja Studi Preformulasi (penentuan target profile) Ditolak Formulasi (penentuan spesifikasi produk) Trial Skala Laboratorium + Uji Stabilitas dipercepat Validasi Metode Analisa Trial Skala Pilot + Validasi Proses Uji Stabilitas (dipercepat dan real time) Scale up Skala Produksi Pra Registrasi Validasi Proses Registrasi Launching produk Gambar 3.2. Alur Pengembangan Produk Baru PT. Zenith Pharmaceuticals b. Pengembangan Produk Eksis Tujuan pengembangan ini adalah melakukan inovasi dalam hal peningkatan mutu produk agar produk yang telah ada tetap eksis dan bersaing di pasaran dengan melakukan improving process dan reformulasi produk serta mencari alternatif bahan baku. Pengembangannya dapat berupa perbaikan bentuk sediaan, perbaikan formula maupun perbaikan kemasan. c. Pengembangan Kemasan Pengembang kemasan bertugas mendesain kemasan untuk produk baru maupun perubahan kemasan untuk produk lama. Dalam proses pembuatan

41 32 kemasan produk, bagian pengembangan kemasan membuat beberapa desain kemasan yang kemudian akan dipilih salah satu kemasan yang sesuai dengan spesifikasi. Kemasan berisi nama obat, kandungan zat aktif, kekuatan sediaan, indikasi, aturan pakai, kontraindikasi, peringatan (untuk obat bebas terbatas), mekanisme farmakologi, logo obat (bebas/bebas terbatas/keras), nomor registrasi obat, nomor bets, tanggal pembuatan, tanggal kadaluwarsa, nama dan lambang PT. Zenith Pharmaceuticals, dan harga eceran tertinggi (HET) obat. d. Registrasi Produk-produk obat sebelum beredar di pasaran harus mendapatkan ijin edar dengan melakukan pendaftaran produk atau registrasi pada BPOM. Obat-obat yang akan dipasarkan di masyarakat secara legal mempunyai nomor registrasi produk yang dikeluarkan bila telah memmenuhi evaluasi oleh BPOM. e. Pengujian Stabilitas Produk Obat Pada saat melakukan registrasi produk obat baru maupun produk obat copy perlu melampirkan data-data tentang uji stabilitas produk untu mengetahui masa kadaluwarsanya. Stabilitas didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat kimia, fisika, mikrobiologi dan biofarmasi sebelum batas kadaluwarsanya. Stabilitas yang dinyatakan sebagai batas waktu atau periode, dimana obat itu masih memenuhi persyaratan, juga disebut selflife. Pada prinsipnya,ada dua macam uji stabilitas, yaitu uji stabilitas jangka panjang (long term testing) yang berguna untuk menentukan kadaluwarsa riil dan uji stabilitas dipercepat(accelerated testing) yang berguna untuk memprediksi waktu kadaluwarsa. Uji stabilitas jangka panjang dilakukan dengan menyimpan sampel produk pada suhu kamar selama 3 tahun atau lebih, sedangkan uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan menyimpan sampel produk dalam climatic chamber yang suhunya dapat diatur sesuai yang ditentukan selama periode 6 bulan. Kriteria sampel yang diguanakan dalam pelaksanaan uji stabilitas : 1) Berasal dari formula dan bentuk sediaan, kemasan yang sama dengan yang akan dipasarkan.

42 33 2) Dapat mewakili proses pembuatan baik produksi skala kecil maupun skala besar. 3) Minimal 3 bets dengan mencantumkan jumlah produk tiap bets, kondisi penyimpanan dan frekuensi pengujian Departemen Produksi Departemen produksi di PT. Zenith Pharmaceutical dipimpin oleh satu orang manajer produksi dengan dua asisten manajer. Manajer produksi membawahi lima supervisor yaitu bagian tablet, sirup, kemas primer, kemas sekunder dan beta laktam. Setiap supervisor membawahi ketua regu yang mengatur dan mengawasi jalannya proses produksi. Manajer Produksi Asisten Manajer Supervisor Tablet (NBL) Supervisor Sirup (NBL) Supervisor Kemas Primer Supervisor Kemas Sekunder Supervisor Beta Laktam KR Pelaksana KR Pelaksana KR Pelaksana KR Pelaksana KR Kemas Sekunder Operator Operator Operator Operator Operator KR Produksi Operator Gambar 3.3. Struktur organisasi departemen produksi PT. Zenith Pharmaceuticals

43 34 Departemen produksi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang ditetapkan berdasarkan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga kerja, serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasar rencana produksi mingguan. b. Mengoptimalkan dan mengontrol biaya bulanan dan tahunan yang dipakai untuk mencapai target produksi. c. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, misalnya AHU, pengendali tekanan udara, suhu, penerangan, kompresor, dan RH. d. Memantau produktivitas kerja, output personil dan mesin prouksi. e. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan mesin. f. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang dipakai dan dikirim ke pengawas mutu. g. Membimbing supervisor dan ketua regu pelaksana. h. Memberi training. i. Memastikan dipenuhinya standar-standar atau peraturan-peraturan yang berlaku misal CPOB. Kegiatan produksi dapat diartikan sebagai semua kegiatan pembuatan mulai dari perencanaan produksi, penerimaan awal, penimbangan, pengolahan sampai dengan pengemasan hingga menghasilkan produk jadi. Proses produksi di PT. Zenith Pharmaceutical dilakukan dengan mengikuti catatan produksi bets, sebagai dasar dalam pembuatan obat, sehingga dapat menjamin mutu obat sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Departemen produksi di PT. Zenith Pharmaceuticals dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: produksi tablet atau kaplet, produksi sirup dan kapsul, produksi β-laktam, kemas primer dan kemas sekunder. Lingkup kerja departemen produksi, antara lain : a. Perencanaan produksi Perencanaan produksi di PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan seminggu sekali pada saat rapat mingguan yaitu setiap hari Jumat, dipimpin oleh manajer

44 35 Produksi dan melibatkan semua bagian terkait. Perencanaan dibuat berdasarkan atas surat pemesanan dari bagian pemasaran dengan mempertimbangkan kondisi stok dan kapasitas produksi yang ada. Hasil rapat berupa jadwal produksi dan daftar jenis serta jumlah bahan awal yang harus dibeli untuk keperluan produksi satu minggu. Alur perencanaan produksi dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.4. Alur Perencanaan Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals PT. Zenith Pharmaceuticals memproduksi sediaan non-β-laktam dan sediaan golongan β-laktam. Jenis sediaan non-β-laktam yang dihasilkan adalah sirup, suspensi, tablet, kaplet, dan kapsul untuk dan sediaan β-laktam berupa sediaan sirup kering, tablet, kaplet, dan kapsul. Proses produksi non-β-laktam di PT. Zenith Pharmaceuticals dibagi menjadi dua, yaitu produksi sediaan solid dan sediaan likuid. Alur produksi sediaan kapsul, tablet, sirup, dan suspensi berturutturut terdapat pada Lampiran 1, 2, 3, dan 4. PT. Zenith Pharmaceuticals bagian β-laktam memproduksi sirup kering (dry syrup), kapsul dan tablet/kaplet. Metode pembuatan tablet/kaplet yang digunakan

45 36 adalah metode kempa langsung, sedangkan sediaan kapsul yang diproduksi adalah kapsul keras. Untuk produksi β-laktam diperlukan kondisi khusus, yaitu : a. Pengkondisian udara di ruang produksi yang bertekanan lebih rendah di banding koridor (clean corridor) untuk mencegah keluarnya senyawa β- laktam dari ruangan produksi dan pengaturan udaranya harus terpisah dari ruang produksi lain. b. Pengolahan limbah yang harus ditangani khusus untuk menghilangkan cincin β-laktam. c. Karyawan harus memenuhi persyaratan tidak memiliki riwayat alergi terhadap senyawa β-laktam. Alur proses produksi sediaan tablet/kaplet, kapsul, dan dry syrup di β-laktam berturut-turut terdapat pada Lampiran 5, 6, dan 7. Setelah sediaan diproduksi, dilanjutkan dengan tahap pengemasan. Pengemasan merupakan tahap akhir dari rangkaian produksi sediaan farmasi dalam menghasilkan produk jadi yang siap dipasarkan. Pengemasan memberikan peranan penting untuk memberikan perlindungan pada produk, identitas obatobatan, dan ikut menentukan dalam membangun minat konsumen yang berdampak langsung pada pemasarannya. Prosedur pengemasan primer PT. Zenith Pharmaceuticals yaitu departemen produksi menyerahkan produk ruahan yang telah dinyatakan lulus oleh QC ke bagian pengemasan primer untuk dikemas (strip, blister, botol atau plastik). Bahan pengemas diperoleh dari gudang bahan kemas menggunakan bon gudang. Bagian kemasan sekunder meminta bahan pengemas dari gudang bahan kemas menggunakan bon gudang. Bahan pengemas sekunder kemudian disimpan sementara di gudang bahan pengemas sekunder siap pakai. Bahan kemas ditandai terlebih dahulu sebelum digunakan. Rekonsiliasi antara bahan pengemas sekunder dengan gudang bahan pengemas untuk bahan pengemas yang lebih atau kurang pakai. Dilakukan penimbangan untuk cek kelengkapan isi Departemen Quality Assurance (QA) Departemen QA memiliki peran yang sangat penting dalam suatu industri farmasi, karena departemen QA berperan dalam membuat kebijakan mutu obat

46 37 agar produk obat yang dihasilkan konsisten memiliki mutu yang sesuai dengan tujuan pemakakaiannya. Obat yang di produksi oleh industri farmasi PT. Zenith Pharmaceuticals harus memenuhi syarat syarat yang tertera dalam dokumen izin edar dan tidak beresiko pada konsumen, untuk memenuhi hal tersebut departemen QA membuat suatu kebijakan mutu. Dalam menerapkan kebijakan mutu diperlukan suatu manajemen mutu agar mutu dari produk yang dihasilkan selalu konsisten memenuhi syarat. Untuk mencapai hal ini departemen QA menyusun SOP (Standar Operasional dan Prosedur) dalam berbagai aspek dan proses yang terkait pemastian mutu produk. Di PT. Zenith Pharmaceuticals, departemen QA tidak terjun langsung ke lapangan dalam mengawasi proses pembuatan produk untuk memastikan mutu produk, tetapi hanya mengawasi dengan melakukan manajemen mutu dan pembuatan kebijakan mutu serta memberikan tanggung jawab pada tiap personalia dalam membangun mutu produk yang konsisten sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals. Ruang lingkup kerja departemen QA di PT. Zenith Pharmaceuticals terkait hal hal yang memiliki pengaruh pada mutu produk, antara lain : a. Dokumentasi 1) Departemen QA bertugas dalam pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) yang bersifat general, sistem dokumentasi dan dokumen general lainnya yang terkait dengan mutu. Sedangkan untuk SOP yang bersifat khusus dibuat oleh departemen masing-masing, tugas QA mengontrol dan memeriksa SOP tersebut. 2) Departemen QA mengontrol dan melakukan review dokumen dan SOP di setiap departemen dan bagian di PT. Zenith Pharmaceuticals, dimana dokumen dokumen yang dibuat oleh tiap departemen harus disetujui oleh manajer QA dan pendistribusian dokumen atau SOP tersebut dilakukan oleh departemen QA, agar dokumen dokumen yang beredar di PT. Zenith Pharmaceuticals dapat dipantau oleh departemen QA. 3) Departemen QA melakukan penyimpanan arsip atau dokumen di ruang dokumen khusus (ruang terkunci) dan dengan penataan yang benar. Pemusnahan arsip atau dokumen produk dilakukan satu tahun setelah tanggal

47 38 kadaluwarsa dari produk tersebut dan dibuat berita acara yang akan diarsipkan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals sendiri. 4) Departemen QA memiliki master list yang berisi dokumen dokumen yang dimiliki oleh PT. Zenith Pharmaceuticals. Jika ada SOP baru, maka departemen QA bertugas menarik SOP lama dari tiap departemen dan menggantinya dengan SOP baru, karena jika SOP lama tidak ditarik maka dikhawatirkan bahwa ada personalia yang masih melaksanakan SOP lama, meskipun SOP baru telah ditetapkan, sehingga akan berpengaruh pada mutu produk karena pembuatan produk tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Master list itu sendiri diperbaharui setiap 6 bulan sekali. b. Validasi Validasi yang dilakukan antara lain, validasi proses, validasi metode analisa dan validasi pembersihan. Validasi ini dilakukan agar prosedur, proses dan metode analisa yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pabrik. Tugas departemen QA adalah mengkoordinir protokol dan protap mengenai validasi tersebut. c. Komplain Komplain dapat berasal dari komplain internal (departemen QC, departemen produksi) maupun komplain eksternal (dari BPOM atau konsumen). Dalam menangani komplain dari BPOM maupun konsumen, departemen QA akan melakukan investigasi terhadap produk yang dikomplain, selanjutnya pihak PT. Zenith Pharmaceuticals akan memberikan penjelasan kepada konsumen ataupun BPOM melalui departemen marketing dan apabila membahayakan konsumen maka produk tersebut akan ditarik dari pasaran. d. Penanganan Penyimpangan dan Aksi Perbaikan dan Pencegahan (Corrective Action Preventive Action/CAPA) Jika terjadi penyimpangan, bagian atau departemen yang melakukan penyimpangan harus mengisi form penyimpangan yang antara lain berisi penyebab penyimpangan dan personil yang melakukan penyimpangan tersebut.

48 39 Kemudian form ini akan di setujui oleh QA. Selanjutnya QA akan melakukan investigasi terhadap akar permasalahan yang terjadi dan melakukan tindakan perbaikan serta pencegahan agar penyimpangan tidak terulang lagi. e. Pengendalian Perubahan (Change Control) Jika terjadi perubahan seperti perubahan dokumen, alat, atau saran penunjang, maka bagian yang melakukan perubahan harus mengisi form perubahan yang berisi usulan perubahan dan alasan perubahan yang nantinya akan disahkan oleh departemen QA yang selanjutnya QA melakukan verifikasi terhadap tindakan perubahan tersebut. f. Audit Audit yang dilaksanakan di PT. Zenith Pharmaceuticals adalah: 1) Audit internal Audit internal atau disebut dengan inspeksi diri dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri memenuhi ketentuan CPOB dan kemudian memberikan tindakan perbaikan jika terdapat adanya ketidaksesuaian atau untuk meningkatkan hal-hal yang belum dapat dilaksanakan dengan baik. Audit internal dilakukan terus-menerus secara rutin dalam periode waktu tertentu yakni dua kali dalam setahun dan personil tim audit (auditor) adalah personil yang memahami CPOB dan yang telah mendapatkan pelatihan dari auditor yang berpengalaman. Aspek-aspek yang di audit antara lain personalia, bangunan, peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi, serta sanitasi dan hygiene. Sedangkan, departemen yang terlibat dalam audit internal yakni quality assurance (QA), quality control (QC), produksi, research and development (R&D), dan production planning and inventory control (PPIC). Audit internal antar departemen dilakukuan secara silang yakni pada saat salah satu departemen diaudit, maka manajer departemen ataupun kepala bagian departemen tersebut tidak ikut serta atau tidak mengaudit diri sendiri. Hasil temuan audit kemudian dicatat dalam suatu formulir (cheklist dan berita acara inspeksi diri), kemudian ditinjau dan dikonfirmasikan kepada

49 40 departemen/bagian yang diaudit. Departemen yang diaudit tersebut harus bertanggung jawab terhadap hasil temuan dengan melakukan tindakan perbaikan yang sesuai dalam batas waktu yang ditentukan dalam Aksi Perbaikan dan Pencegahan (Corrective Action Preventive Action/CAPA), kemudian pada waktu tertentu akan dilakukan audit ulang untuk memastikan bahwa hasil temuan telah diperbaiki. Langkah-langkah inspeksi diri di Zenith Pharmaceuticals, yaitu: a) Pembuatan program inspeksi diri (1-2 kali dalam setahun atau tergantung pada sering tidaknya ditemukan adanya penyimpangan). b) Pembuatan protap dan daftar periksa (checklist) inspeksi diri. c) Pelatihan ke kepala bagian oleh manajer departemen masing-masing. d) Pelaksanaan audit ke departemen/bagian. e) Tindak lanjut perbaikan. Hasil inspeksi diri didokumentasikan sesuai protap dan dilaporkan kepada direktur perusahaan dengan Plant Manager sebagai penanggung jawab tim inspeksi. 2) Audit eksternal Audit eksternal dilaksanakan terhadap pihak ketiga yang berhubungan dengan PT. Zenith Pharmaceuticals seperti pemasok (supplier) atau pembuatan obat kontrak (toll in). Untuk audit pemasok bahan baku dan bahan kemas, departemen QA melakukan evaluasi dan jika tidak ada masalah maka akan menyetujui pemasok tersebut dan masuk dalam list pemasok yang disetujui. Untuk audit pembuatan obat kontrak (toll in) departemen QA melakukan audit ke industri yang mengadakan kontrak dengan PT. Zenith Pharmaceuticals. Selain itu, audit eksternal dapat berasal dari Badan POM untuk mengetahui kesesuaian pembuatan obat di PT. Zenith Pharmaceuticals dengan CPOB dan audit registrasi. g. Prosedur pengolahan ulang terhadap produk yang mengalami penyimpangan, dievaluasi dan disetujui.

50 41 h. Pelulusan Produk Pelulusan produk merupakan hal yang sangat kritis dalam ruang lingkup kerja departemen QA, karena jika mutu obat tersebut tidak terpenuhi tetapi QA meriliskan obat tersebut maka akan berpengaruh buruk bagi konsumen, sehingga agar mutu obat selalu konsisten memenuhi syarat maka mutu harus dibangun dari awal proses pembuatan obat, mulai dari pra-formulasi, pemilihan bahan baku hingga proses pengemasan, penyimpanan dan distribusi ke pasaran. i. Memastikan produk jadi yang disimpan di gudang ditangani dan didistribusikan dengan benar. j. Pembuatan Annual Product Review (APR) Pembuatan APR bertujuan untuk memastikan bahwa proses pembuatan obat berjalan konsisten sesuai syarat mutu yang ditetapkan dan untuk perbaikan proses yang berkesinambungan. Isi dari laporan APR antara lain mengenai : 1) Bahan baku dan bahan kemas 2) Pengawasan selama proses dan hasil pengujian produk jadi 3) Penyimpangan yang terjadi 4) Perubahan proses dan metode analisa 5) Stabilitas produk 6) Variasi yang diajukan apakah disetujui atau tidak disetujui 7) Retur, penarikan dan keluhan/komplain 8) Kalibrasi Kalibrasi alat di PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan setahun sekali oleh QA dengan mendatangkan teknisi dari luar dengan alat terstandar dan teknisi yang terkualifikasi. Kalibrasi dilakukan terhadap alat ukur seperti timbangan, termometer, HPLC, spektrofotometer, magnehelic, serta alat gelas B dan C. k. Training Training dilakukan pada karyawan baru maupun karyawan lama. Untuk karyawan baru, departemen QA memberikan pelatihan mengenai CPOB agar karyawan dapat memahami mengenai CPOB dan menerapkannya saat bekerja di

51 42 PT. Zenith Pharmaceuticals. Sedangkan untuk karyawan lama pelatihan yang diberikan berupa ilmu pengetahuan baru yang ter-update, agar pengetahuan karyawan terus bertambah sesuai perkembangan zaman. Pelaksanaan training telah terprogram di masing masing departemen, dimana pelaksanaan training ini harus telah disetujui oleh manajer QA. Pelatihan yang dilakukan antara lain : 1) Pelatihan dasar-dasar CPOB 2) Pelatihan prosedur sanitasi dan higieni 3) Pelatihan penangan kebakaran 4) Pelatihan manajemen mutu 5) Pelatihan kualifikasi dan validasi 6) Pelatihan validasi pembersihan 7) Pelatihan sistem pengolahan air 8) Pelatihan uji stabilitas Departemen Quality Control (QC) berikut: Kegiatan departemen QC PT. Zenith Pharmaceuticals dijabarkan sebagai a. Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Kemas Pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan kemas dilakukan untuk memastikan bahwa barang yang dikirim oleh pemasok sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya. Berdasarkan hasil pengujian diputuskan apakah bahan baku dan bahan kemas tersebut di-release aau di-reject. Pengambilan sampel bahan kemas dilakukan di area karantina sedangkan sampel bahan baku dilakukan dalam ruang khusus pengambilan sampel bahan baku di area karantina. Pengambilan sampel bahan baku yang perlu diperhatikan yaitu nama bahan baku, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, nama pabrik pembuat, jumlah, keadaan wadah secara fisik, dan sertifikat analisa bahan tersebut. Pengambilan sampel bahan kemas yang perlu diperhatikan adalah nama bahan kemas, jumlah, tanggal pencetakan dan nama pemasok/pabrik pembuat.

52 43 Terdapat tiga pola pengambilan sampel bahan baku yang tercantum dalam CPOB yaitu: 1) Pola Pengambilan Sampel n Dilakukan hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah (umumnya dari lapisan atas). n = 1 + N dimana : n = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel N = jumlah wadah yang diterima 2) Pola Pengambilan Sampel p Dilakukan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan utama adalah untuk pengujian identitas. p = 0,4 N dimana : N = jumlah wadah yang diterima/diambil sampel P = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasar pembulatan ke atas 3) Pola Pengambilan Sampel r Dilakukan jika bahan diperkirakan tidak homogen dan atau diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. r = 1,5 N dimana : N = jumlah wadah yang diterima/diambil sampel P = jumlah wadah yang diambil berdasar pembulatan ke atas Pola pengambilan sampel untuk bahan tambahan yang digunakan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals mengikuti pola pengambilan sampel n, dan untuk bahan aktif dilakukan sampling 100%.

53 44 Analisa yang dilakukan di laboratorium meliputi pemerian (bentuk, rasa, warna), kelarutan, identifikasi, keasaman atau kebasaan, titik lebur, serta berat jenis dan viskositas (untuk bahan cair), kadar zat aktif, dan lain-lain. Analisa terhadap bahan baku meliputi: nama, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, nama pabrik pembuat dan jumlah, pemerian (bentuk, rasa, warna), kelarutan, serta berat jenis (untuk bahan cair). Analisa terhadap bahan kemas meliputi: pemeriksaan terhadap kebenaran nama produk, nama pabrik, nomor registrasi, alamat pabrik, netto, tanggal kadaluwarsa, penyimpangan, tanda obat jadi; keseragaman warna dan ukuran; botol kaleng, sendok, tutup botol, pemeriksaan terhadap warna, ukuran berat dan kebersihan. Pada bahan baku dan bahan kemas juga dilakukan uji mikrobiologi. Ada 2 faktor yang diuji, yaitu uji batas mikroba dan uji potensi. Uji batas mikroba berfungsi untuk menetukan batas mikroba dan jamur. Uji potensi berfungsi untuk menentukan potensi mikroba dan jamur dapat tumbuh. b. In Process Control (IPC) Tujuan utama IPC adalah untuk memastikan bahwa tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan atau out of spectification selama proses produksi sehingga dapat dengan segera diatasi. Diharapkan hal tersebut dapat meminimalkan resiko kerugian yang mungkin terjadi. IPC dilakukan oleh QC dan oleh produksi. IPC dilakukan pada saat penimbangan bahan baku, proses pengolahan, proses pengemasan, dan produk jadi. Proses penimbangan untuk produksi diawasi oleh QC. Pemeriksaan pada proses penimbangan terdiri dari bahan baku apa yang ditimbang dan berat bahan baku yang ditimbang, memastikan timbangan telah dikalibrasi dan cara penimbangan yang benar (oleh 2 orang, 1 orang menimbang, 1 orang memeriksa). IPC pada proses pengolahan disesuaikan dengan bentuk sediaan yang diproduksi. Pemeriksaan mikrobiologi dilaksanakan sesuai dengan standar yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV dan monografi lain jika tidak tercantum di antara keduanya. Pemeriksaan mikrobiologi pada antibiotika biasanya dilakukan untuk uji potensi antibiotika. Bakteri yang

54 45 digunakan untuk sediaan oral adalah Bacilus subtilis. IPC pada pengemasan dilakukan terhadap kemasan primer dan sekunder. Setelah melalui proses pengemasan dan sebelum masuk ke dalam gudang obat jadi, obat dimasukkan terlebih dahulu ke dalam ruang karantina. QC mengecek kebenaran nama, nomor bets, label kontrol, brosur, tutup, etiket luar dan dos kemasan luar. Setelah QC memberi persyaratan lulus uji, obat dimasukkan ke gudang obat jadi untuk siap siap didistribusikan. Obat jadi yang telah dipasarkan juga dilakukan pengujian stabilitas. Uji stabilitas dilakukan untuk membuktikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi sampai masa kadaluwarsa berakhir. PT. Zenith Pharmaceuticals melakukan uji stabilitas terhadap produk yang masih beredar dipasaran secara rutin sampai batas kadaluwarsa produk. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap produk yang ada dipasaran adalah sama dengan pemeriksaan pada obat jadi. Gudang obat jadi akan menyediakan sampel produk sejumlah tertentu yang telah ditetapkan untuk digunakan sebagai sampel pertinggal. Sampel pertinggal adalah sejumlah produk yang disimpan oleh perusahaan yang digunakan untuk arsip perusahaan. Jumlah produk yang digunakan sebagai sampel pertinggal sedikitnya mencukupi untuk tiga kali pengujian ulang. Sampel pertinggal disimpan dan digunakan sewaktu-waktu juga ada keluhan konsumen dan pengambilan obat jadi Departemen Engineering (Teknik) a. Sistem Tata Udara HVAC (Heating Ventilation and Air Conditioning) merupakan system tata udara yang digunakan PT. Zenith Pharmaceuticals. Sistem ini sangat diperlukan untuk mengatur dan mengendalikan kondisi ruangan. Kondisi yang diatur antara lain adalah tekanan, suhu, kelembaban dan jumlah partikel ruangan. Semuanya diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan bersangkutan. Sistem HVAC pada pabrik menggunakan Air Handling Unit (AHU) dengan sistem resirkulasi yang terdiri dari Pre Filter, Medium Filter, dan HEPA Filter. Suplai udara HVAC berasal dari dua sumber yaitu 70% udara yang disirkulasikan dan 30% fresh air / udara luar. Udara yang masuk terlebih dahulu

55 46 akan disaring melalui Pre Filter dengan efisiensi 35%, masuk ke medium filter dengan efisiensi 95% dan Hepa filter dengan efisiensi 99,99%. Udara dari filter-filter kemudian melewati cooling coil sehingga terjadi penurunan suhu dan kelembaban udara. Selanjutnya udara dipompa dengan blower kedalam ruang produksi melalui ducting (saluran udara). Jumlah udara yang masuk ke ruang produksi akan diatur menggunakan volume dumper. Udara kotor dari ruang produksi dikeluarkan melalui saluran dust collector, udara tersebut disemprot dengan air melalui wet separator sehingga debu menjadi berat dan akan jatuh dalam penampung debu. Debu pada penampung diambil dan dibakar dalam incinerator dengan suhu 1000 o C. Debu hasil pembakaran berwarna putih dibuang di tempat sampah. Di PT. Zenith Pharmaceuticals, ruang produksi terdiri dari ruang produksi non-β-laktam dan β-laktam. Untuk non- β-laktam, ruang produksi tablet dibuat lebih negatif dibandingkan koridor (clean corridor) untuk menghindari terjadinya cross contamination. Untuk ruang produksi sirup, dibuat lebih positif dibandingkan dengan koridor agar tidak terkontaminasi debu dari luar. Sistem tata udara ruangan produksi β-laktam dirancang secara khusus dan terpisah dengan non-β-laktam. Ruang produksi dibuat dengan clean corridor agar debu produksi sehingga tidak terjadi kontaminasi dan kemungkinan hipersensitivitas. Selain itu, debu dari ruang produksi yang ditampung pada dust collector dinetralkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembakaran menggunakan incenerator untuk menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan. b. Sistem Pengolahan Air Sistem pengolahan atau penyediaan air untuk kebutuhan PT. Zenith Pharmaceuticals berasal dari air tanah yang terdiri dari 2 sumur dengan kedalaman masing-masing 100 meter dan 90 meter. Air dipompa ke dalam Sand Filter yang berisi pasir silica dan batu laut (dilakukan penggantian tiap setahun sekali) untuk menghilangkan kotoran. Selanjutnya air ditampung dalam bak penampungan yang kemudian akan dialirkan ke tendon penampungan. Dari

56 47 tandon ini, air akan dialirkan melalui 4 pipa berbeda yakni pipa untuk air minum, air rumah tangga, city water dan purified water(pw). Penggunaan air untuk rumah tangga tidak memerlukan pengolahan atau perlakuan tertentu, melainkan langsung dialirkan dari tendon penampungan. Untuk pengolahan air minum, air dari tendon penampungan akan dialirkan ke dalam manganese filter lalu ke tabung softener yang berfungsi untuk mengurangi kesadahan air. Selanjutnya disaring lagi dengan Cartridge filter 5 µm, dosing dengan carbon aktif untuk menghilangkan warna dan bau. Kemudian dilewatkan pada UV untuk membunuh mikroorganisme. Dari sini air bisa langsung digunakan sebagai air minum. Untuk pembuatan city water, air dari tendon penampungan dialirkan ke tabung anion untuk menurunkan konduktivitas. Lalu dilewatkan pada water softener yang selanjutnya akan ditampung pada tank penampungan. City water biasanya digunakan untuk mencuci alat atau mesin produksi. Purified Water (PW) berasal dari air hasil penampungan pada tandon utama yang dialirkan ke tendon PW yang sebelumnya diberi kaporit untuk menghilangkan lumut. Selanjutnya dialirkan ke Multimedia Filter (MMF) untuk menyaring heavy sedimentation, suspended solid dan partikel dalam air. Disini juga terdapat Natrium bisulfit yang bertujuan untuk mengatur kadar klorit hingga sesuai dengan yang disyaratkan. Melewati Water Softener untuk mengurangi kesadahan dari air yang biasanya disebabkan oleh ion Ca 2+ dan Mg 2+. Air dari Water Softener akan masuk ke dalam Raw Water Tank, kemudian dialirkan menuju Active Carbon Filter (ACF) dan mengalami regenerasi dengan adanya steam (pemanasan). Dari ACF akan diteruskan menuju Reverse Osmosis (RO) untuk proses selanjutnya. RO dalam proses ini ada dua, yaitu RO industrial (RO Water Plus) dan RO Pharma (RO EDI). Air dari ACF menuju ke RO Industrial akan mengalami penyaringan sisa partikel pada Catridge Filter 5 micron hingga 0,0001 mikron. Dosing dengan antiscalant untuk mencegah terbentuknya biofilm atau lendir pada permukaan air akibat pertumbuhan mikroba. Kemudian air akan disaring melalui menbran yang disertai dosing cairan alkali (NaOH) yang berfungsi untuk mengatur ph dan menurunkan konduktivitas < 70 µs (jika konduktivitas >70 µs, maka air tersebut

57 48 akan kembali secara otomatis untuk disaring kembali. Dari sini air menuju ke RO Pharma. Air akan masuk ke Balance Tank dan mengalami peningkatan suhu. Lalu melewati 4 membran menuju Cartridge filter 2 µm, akan terjadi penyaringan sehingga konduktivitas < 10 µs. Air selanjutnya masuk ke EDI (Electronic De- Ionization), dimana akan terjadi pengikatan ion (+) dan (-), serta penyaringan hingga konduktivitas < 1,3 µs. Kemudian air dialirkan menuju purified water tank dan siap digunakan untuk kebutuhan produksi seperti untuk sirup, cuci, tablet maupun untuk kebutuhan pengujian QC. Air dari purified water tank akan mengalami proses looping yang di sterilisasi menggunakan sinar UV serta dilakukan pemanasan hingga 80 o C. c. Pengolahan Limbah Limbah merupakan hal yang penting untuk ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan. Limbah pada PT. Zenith Pharmaceuticals terdiri dari limbah padat dan limbah cair, baik itu yang berasal dari produksi non-β-laktam dan β-laktam. Terdapat 3 jenis limbah padat dan penanganan yang berbeda untuk tiap limbah, yakni: 1) Limbah dari rumah tangga, dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota. 2) Bekas wadah atau kemasan bahan awal dijual dan hasilnya dimasukkan ke kas koperasi karyawan. 3) Limbah dari debu produksi, produk reject atau kadaluwarsa akan dibakar di incenerator hingga menjadi abu berwarna putih. Hasil pembakaran dibuang ditempat pembuangan akhir. Pengolahan limbah cair yang berasal dari produksi non-β-laktam dilakukan dengan melewati beberapa tahapan pengolahan pada bak-bak tertentu. Sumber limbah cair berasal dari ruang produksi, rumah tangga dan septic tank. Pengolahan limbah cair terdiri dari: 1) Bak Penampungan atau Bak Aerasi Bak ini merupakan tempat pengolahan pertama dengan bantuan bakteri pengurai aerob sehingga diperlukan aerasi dengan menggunakan aerator untuk

58 49 mencegah partikel mengendap pada dasar bak, mengurangi kelembaban dan bau. 2) Bak Pengendapan atau Sedimentasi Disini partikel diendapkan untuk memisahkan antara partikel padatan dan cairan. Endapan yang diperoleh,dikeringkan dan dibakar di incenerator. 3) Penyaringan atau Filtrasi Pada bak ini terdapat sand filter yang terdiri dari pasir silica, dan krikil yang berfungsi menyaring kotoran dan partikel yang masih terkandung pada limbah. 4) Bak Penampungan Akhir atau Bak Control Ini merupakan tempat penampungan akhir yang siap untuk dibuang. Bak ini dilengkapi dengan radar otomatis untik mengontrol volume pembuangan air yang akan dibuang secara otomatis. Bagian QC memeriksa COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dan ph limbah cair dengan syarat berada pada rentang ph 6,0-7,0 (netral). Jika ph limbah masih kurang dari 7,0 (asam) maka perlu penambahan NaOH hingga mencapai ph yang diinginkan yaitu ph 7,0. Sebaliknya jika ph terlalu basa maka perlu penambahan HCl. Pengecekan secara rutin dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Limbah cair rumah tangga langsung dialirkan ke saluran pembuangan di kawasan industri. Untuk pengolahan limbah cair β-laktam prinsipnya sama dengan pengolahan limbah cair non-β-laktam. Namun, sebelum ditampung di bak penampungan atau aerasi harus diolah terlebih dahulu. Limbah tersebut direaksikan dengan NaOH sampai ph mencapai 12,0 diaduk selama ± 4 jam. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk memecah cincin β-laktam yang berbahaya jika sampai mengkontaminasi lingkungan sekitar. Setelah itu limbah dinetralkan dengan HCl sampai ph 8,0-9,0 kemudian diaduk selama ± 4 jam agar aman dibuang dan dapat disalurkan ke bak penampungan pengolahan limbah cair non β- laktam.

59 BAB 4 PEMBAHASA PT. Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek produksinya dibuktikan dengan diperolehnya Sertifikat CPOB sebanyak 16 sertifikat sejak tahun 1994 sampai sekarang. Seiring dengan berjalannya waktu, PT. Zenith Pharmaceuticals terus menerus melakukan perbaikan dan pengembangan perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan pasar, meningkatkan penerapan CPOB sekaligus mewujudkan misinya yaitu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam pengembangan perusahaannya, PT. Zenith Pharmaceuticals bekerja sama dengan beberapa konsultan baik dari dalam negeri maupun luar negeri berkaitan dengan manajemen mutu dan juga pengembangan pabrik. Adanya Pedoman CPOB edisi terbaru tahun 2012 yang disosialisasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengharuskan PT. Zenith Pharmaceuticals melakukan penyesuaian dengan beberapa hal dalam Pedoman CPOB Beberapa bahasan yang ditambahkan pada CPOB 2012, telah diterapkan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals. Namun hanya beberapa hal saja yang perlu dikembangkan lebih lanjut seiring adanya perubahan dari CPOB ini. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mencakup berbagai aspek antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penangan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak serta kualifikasi dan validasi. 4.1 Manajemen Mutu PT. Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan manajemen mutu yang baik sesuai dengan petunjuk CPOB. Mutu obat jadi produksi PT. Zenith Pharmaceuticals ditentukan dari bahan awal, salah satunya dengan penetapan spesifikasi bahan awal; proses produksi obat jadi yang telah disesuaikan dengan petunjuk CPOB dan pengawasan mutu dengan melaksanakan pengujian-pengujian 50

60 51 terhadap bahan baku, bahan kemas dan produk jadi, terhadap bangunan dan peralatan yang dipakai serta semua personil yang terlibat. Salah satu contoh implementasi dari pelaksanaan manajemen mutu di PT. Zenith Pharmaceuticals yaitu mengeliminasi kontaminasi dan tercampurnya produk dengan menerapkan dan memastikan bahwa ruangan produksi memenuhi kriteria kelas kebersihan ruangan produksi setiap kali akan digunakan. Struktur organisasi dalam industri farmasi juga termasuk dalam kategori manajemen mutu dalam CPOB. PT. Zenith Pharmaceuticals telah melakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam struktur organisasinya sesuai dengan petunjuk CPOB agar dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal. Hal tersebut tergambar pada job description untuk masing-masing posisi. Tenaga-tenaga farmasi khususnya apoteker telah ditempatkan pada posisi yang sesuai seperti manajer produksi, manajer penelitian dan pengembangan (R&D), manajer pengawasan mutu (QC), manajer pemastian mutu (QA), dan manajer PPIC. Penambahan aspek pada CPOB 2012 mengenai manajemen risiko mutu telah dilaksanakan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals guna mengatasi ketika terjadi suatu penyimpangan selama proses produksi, kemudian dilakukan penelusuran permasalahan secara menyeluruh dan mendalam. 4.2 Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, PT. Zenith Pharmaceuticals berusaha menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. Tenaga-tenaga farmasi di tempatkan pada posisi-posisi yang tepat. Hal ini terlihat dari penempatan tenaga farmasi khususnya apoteker pada posisi plant manager, manajer pemastian mutu, manajer pengawasan mutu, manajer produksi, manajer R&D dan manajer PPIC ; sedangkan posisi kepala bagian produksi tablet, kapsul, sirup, gudang bahan baku, dan obat jadi di PT. Zenith Pharmaceuticals ditempati oleh asisten apoteker senior dan terlatih.

61 52 Pada struktur organisasi perusahaan, bagian produksi, bagian PPIC, bagian pemastian mutu dan pengawasan mutu sudah dibuat terpisah dan masing-masing dipimpin oleh apoteker yang berlainan sesuai dengan ketentuan CPOB. Hal ini dilakukan agar masing-masing bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif, tidak tumpang tindih dan dapat bekerja secara profesional. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diutamakan melalui program-program pelatihan, baik pelatihan CPOB maupun pelatihan selain CPOB. Jadwal pelatihan CPOB diatur oleh departemen QA. Pelatihan yang bersifat spesifik maka dijadwalkan oleh departemen masing-masing namun harus diketahui dan disetujui oleh QA. Pelatihan ini dapat dilakukan di dalam maupun dilakukan pelatihan di luar PT. Zenith Pharmaceuticals. Contoh pelatihan dari pihak luar adalah pelatihan penanganan kebakaran dan keselamatan kerja. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan secara berkesinambungan dan efektifitas penerapannya dinilai secara berkala. 4.3 Bangunan dan Fasilitas CPOB mensyaratkan tiga hal untuk bangunan dan fasilitas, yaitu desain, konstruksi, dan letak yang hendaknya memadai dan disesuaikan kondisinya serta dirawat dengan benar. Tata letak dan desain ruangan PT. Zenith Pharmaceuticals dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang. Contohnya gedung produksi β-laktam terletak terpisah dari bangunan produksi lainnya dan gudang api untuk bahan-bahan yang mudah terbakar diletakkan terpisah dari bangunan lain. Letak bangunan industri farmasi ada di daerah kawasan industri dan jauh dari pemukiman penduduk. PT. Zenith Pharmaceuticals berdekatan dengan beberapa industri lain seperti industri makanan, industri tekstil. Konstruksi bangunan PT. Zenith Pharmaceuticals dilengkapi saluran pembuangan air yang efektif dan tertutup agar terlindung dari banjir maupun rembesan melalui tanah dan terbebas dari masuk dan bersarangnya binatang pengerat seperti tikus, atau serangga sehingga aman dari kemungkinan terjadinya pencemaran dari lingkungan sekeliling gedung.

62 53 Bangunan dan fasilitas PT. Zenith Pharmaceuticals dirawat dengan baik dan cermat. Beberapa bangunan termasuk area produksi, penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan dirawat dalam kondisi bersih dan rapi ini dapat dilihat dengan dijalankannya program kebersihan ruangan setiap hari sesuai dengan prosedur tetap pembersihan yang dilakukan oleh personil yang bertugas. Kegiatan seperti penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau produk; pengolahan, dan pencucian dilakukan pada area yang telah ditentukan. Bangunan telah memiliki penerangan yang efektif, fasilitas pengendali udara, tenaga listrik, pengukur suhu dan kelembaban yang memadai pada masing-masing ruangan untuk menjamin kelancaran kegiatan. Area penimbangan di PT. Zenith Pharmaceuticals menjadi bagian dari area produksi dengan desain ruangan yang dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow) untuk menghindari kontaminasi bahan dengan petugas yang menimbang. Area produksi dibagi menjadi kelas kebersihan E untuk kegiatan produksi dan kelas G untuk kegiatan pengemasan dimana terdapat airlock untuk membatasi keduanya agar udara dari black area tidak masuk ke dalam grey area dengan letak ruangan yang didesain berdasarkan tahapan atau alur produksi. Ruangan produksi memiliki dinding, pintu, lantai dan langit-langit didesain kedap air, dilapisi dengan epoksi, sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit berbentuk lengkungan agar mudah dibersihkan serta untuk menghindari pengumpulan dan penglepasan partikel yang dapat mencemari produk. Ruangan produksi juga memiliki sistem dust collector (penghisap debu) dan penyaring udara yang memadai untuk proses sirkulasi dan pencegahan kontaminasi. Luas area kerja produksi PT. Zenith Pharmaceuticals cukup memadai meskipun luasnya tidak mencapai dua kali luas yang diperlukan untuk penempatan peralatan (termasuk wadah yang diperlukan untuk suatu kegiatan). Meski demikian, masih tetap tersedia area untuk keperluan pembersihan dan perawatan mesin oleh operator produksi atau teknisi. Lampu penerangan di area produksi telah didesain rata dengan langit-langit. Area penyimpanan PT. Zenith Pharmaceuticals memiliki kapasitas yang cukup memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai bahan awal

63 54 hingga produk jadi. Dalam waktu dekat, area penyimpanan akan dilakukan perluasan sehingga dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan karena terus berkembangnya produk menyebabkan area penyimpanan memerlukan ruang yang lebih luas. Area penyimpanan baik kondisi umum maupun khusus selalu dipantau dan dicatat suhu maupun kelembapan setiap hari. Dilakukan juga pemisahan bahan baku, bahan kemas atau produk jadi berdasarkan status pemeriksaan oleh QC yaitu karantina, diluluskan atau ditolak (rejected). Area pengawasan mutu telah terpisah dari area produksi sesuai dengan ketentuan CPOB. Area pengawasan mutu terdiri dari laboratorium fisiko-kimia, instrumen, ruang contoh tertinggal dan mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi telah didesain sesuai kriteria kelas kebersihan B dan dilengkapi aliran udara laminar di dalam lemari (kelas A) untuk pengujian potensi dan cemaran mikroba. Gedung bagian teknik dan fasilitas pendukung produksi seperti air handling unit tersentralisasi, generator, dan fasilitas pengolahan air bersih terletak di sebelah timur pabrik. Sarana pendukung yaitu kantin, mushola dan lainnya terpisah dari area produksi dan pengawasan mutu, contohnya banguan fasilitas produksi β-laktam PT. Zenith Pharmaceuticals memiliki kantin tersendiri berbeda dengan kantin untuk personil kerja produksi non β-laktam. Sarana untuk mengganti pakaian kerja (locker) dan toilet jumlahnya memadai dan mudah diakses dengan letak yang sedemikian rupa sesuai petunjuk CPOB. 4.4 Peralatan Beberapa syarat peralatan untuk pembuatan obat sesuai CPOB antara lain desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pembersihan dan perawatan serta menjamin mutu obat agar seragam dari bets ke bets. Peralatan di PT. Zenith Pharmaceuticals telah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuan penggunaanya. Ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam dari bets ke bets. Untuk alat ukur, maka perlu dilakukan kalibrasi yang dilakukan secara berkala sesuai jadwal/terprogram.

64 55 Peralatan-peralatan produksi di PT. Zenith Pharmaceuticals telah diberi nomor dan tanda pengenal terutama untuk jenis mesin dengan tipe dan merk yang sama sesuai dengan petunjuk CPOB. PT. Zenith Pharmaceuticals berorientasi kepada peralatan yang terbuat dari stainless steel untuk memenuhi CPOB, salah satunya sistem pemipaan air untuk produksi. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi tidak boleh bereaksi (inert), mengabsorpsi ataupun melepaskan partikel yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atat kemurnian di luar batas yang ditentukan. 4.5 Sanitasi dan Higiene Sanitasi dan higiene pada PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan terhadap personalia, bangunan, peralatan, bahan awal hingga kemasan untuk menjamin kebersihan dan menjaga agar produk-produk yang dihasilkan terbebas dari kontaminasi dan pencemaran. Higiene personalia wajib dilakukan oleh semua karyawan dengan tujuan untuk keamanan diri sendiri dan untuk menjamin produk bebas dari pencemaran. Semua karyawan sebelum memasuki ruangan produksi harus membersihkan diri terlebih dahulu dengan cara mencuci tangan dan kaki dengan sabun, mengenakan perlengkapan pelindung yang bersih seperti pakaian kerja, penutup rambut, masker penutup mulut, dan sepatu khusus dan sarung tangan. Persentuhan langsung antara tangan karyawan dengan bahan baku, produk antara, dan produk ruahan dihindarkan. Untuk karyawan di unit β-laktam harus melewati air shower terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan produksi maupun sesudah dari ruangan produksi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yang melekat baik dari dalam maupun luar produksi. PT. Zenith Pharmaceuticals juga menerapkan sanitasi pada ruangan dan peralatan yang dilakukan dengan melakukan pembersihan bangunan, ruangan, dan peralatan sesuai dengan prosedur tetap yang meliputi metode pelaksanaan, alat pembersih, jadwal pelaksanaan, pelaksana dan penanggung jawab, pengawasan serta dokumentasinya. Prosedur pembersihan tersebut harus sudah tervalidasi. Pada label ruang produksi juga tercantum status kebersihan masing-masing ruangan dan peralatan. Ruangan yang akan dipakai untuk proses produksi harus dibersihkan dari sisa-sisa produk sebelumnya. Pembersihan ruangan dilakukan

65 56 setelah proses produksi. Hal ini dilakukan supaya proses produksi selanjutnya tidak terganggu atau terkontaminasi produk sebelumnya dan menjamin kebersihan ruangan untuk produksi. Prosedur untuk sanitasi ruangan ditetapkan sebagai berikut : a. Ruangan produksi dibersihkan sebelum dan sesudah produksi. Lantai, dinding dan plafon dibersihkan dengan campuran air dan alkohol 70%, kaca dibersihkan dengan alkohol 70%. Pada bagian plafon sebagai tempat sirkulasi udara biasanya kebih kotor sehingga sebelumnya dibersihkan dulu dengan detergen, kemudian dibilas dengan campuran air dan alkohol 70%. b. Koridor dibersihkan dengan air dan detergen setiap pagi dan sore. Setelah digunakan, peralatan harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalamnya. Sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh isi komponen produk sebelumnya telah dihilangkan. Karyawan dilarang merokok, makan, minum atau menyimpan makanan dan minuman di dalam ruang produksi dan laboratorium atau ruangan lain yang kemungkinan dapat menurunkan kualitas produk. Karyawan hanya diperbolehkan makan dan minum di kantin. 4.6 Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals memproduksi beberapa jenis sediaan seperti kapsul, tablet, kaplet, sirup, suspensi serta sirup kering. Untuk produksi tablet, kapsul, sirup kering, dan kaplet betalaktam dilaksanakan pada bangunan yang terpisah dan lengkap dengan fasilitas-fasilitas sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB. Selain itu, PT. Zenith Pharmaceuticals juga melakukan kerja sama dibidang produksi dengan perusahaan lain (Toll Manufacturing) terutama untuk produk-produk semi solid. Untuk mendapatkan bahan baku dan bahan kemas, PT. Zenith Pharmaceuticals terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap pemasok (vendor approval system) yang dilakukan oleh bagian QA, sehingga bahan baku yang dibeli memiliki spesifikasi sesuai dengan yang diinginkan. Bahan baku dan bahan kemas disimpan dalam gudang dengan kondisi yang sesuai dengan sifat fisika-

66 57 kimia bahan agar selama penyimpanan mutu bahan tetap terjaga dan tidak mengalami perubahan. Bahan awal dan bahan kemas diperiksa mutunya oleh bagian QC sebelum digunakan untuk proses produksi dan diberi nomor kode tertentu yang digunakan untuk mempermudah penelusuran kembali bahan serta terdapat informasi yang jelas pada bahan mengenai status pemeriksaannya berupa label yang berwarna hijau bila bahan awal lulus pemeriksaan QC, kuning untuk karantina dan merah bila bahan ditolak (rejected). Masing-masing bahan awal disimpan terpisah digudang sesuai dengan statusnya. Bahan awal yang telah diluluskan dalam masa penyimpanannya mengalami pengujian kembali setelah periode waktu tertentu (retest). Hal tersebut sesuai dengan petunjuk CPOB tentang penanganan bahan awal. Peralatan, mesin dan wadah untuk proses produksi di PT. Zenith Pharmaceuticals memiliki desain dan konstruksi yang sesuai CPOB sehingga tidak mempengaruhi bahan awal maupun produk dan memiliki jadwal perawatan rutin serta prosedur pembersihan yang telah divalidasi. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan proses produksi yang seragam agar produk yang dihasilkan juga memiliki mutu yang seragam. Terdapat informasi yang jelas berupa label pada setiap peralatan mesin dan ruangan yang berisi tentang status kebersihan, bahan yang sedang diolah, nomor bets dan tahapan proses yang sedang berjalan. Selama proses produksi dilakukan penilaian oleh bagian QC, sehingga sebelum menjadi produk jadi, mutu telah terpantau pada setiap tahap produksi. Terdapat prosedur tertulis yang menjelaskan cara pengambilan sampel, pengujian dan pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets, sehingga dipastikan keseragaman mutu dari tiap bets produksi. Pada proses pengemasan terlebih dahulu diperiksa kesiapan jalur (line clearance) untuk memastikan bahwa tidak terdapat material dari bets sebelumnya serta memeriksa kesesuaian line terhadap nama produk, berat dan nomor bets. Dilakukan juga proses pengawasan selama proses pengemasan dengan mengambil contoh untuk diperiksa keadaan fisik produk.

67 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu di PT. Zenith Pharmaceuticals mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, diantaranya melakukan kegiatan pengambilan sampel, pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga pemantauan lingkungan, pengujian stabilitas, penanganan sampel pertinggal. Bagian pengawasan mutu telah dipimpin oleh seorang apoteker dan tiap personil yang bertugas atau yang melakukan kegiatan laboratorium, telah memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang sesuai untuk melaksanakan tugasnya. Personil yang ada di laboratorium terdiri dari seorang apoteker, tujuh analis dan dibantu 11 pelaksana; tentunya jumlah tersebut belum termasuk jumlah yang ideal, karena produksi yang di hasilkan PT. Zenith Pharmaceuticals sangat banyak dan beragam. Peralatan dan instrumen telah memiliki prosedur tetap pengoprasian alat dan telah dikualifikasi dan dikalibrasi secara rutin, sehingga memberikan pengukuran yang valid. Adapun kegiatan kalibrasi yang dilakukan ialah satu tahun satu kali, sedangkan kualifikasi alat dilakukan enam bulan satu kali. Metode analisa yang digunakan, spesifikasi dan prosedur pengujian telah disesuaikan dengan literatur dalam farmakope maupun sesuai literatur lain yang mendukung seperti, British Pharmacopoeia, US Pharmacopoeia, dan juga artikel-artikel yang disesuaikan dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium pengawasan mutu PT. Zenith Pharmaceuticals. Hal tersebut dilakukan setelah sebelumnya dilakukan kualifikasi metode analisa. Hasil analisa telah memiliki catatan analisis berupa lembar kerja (worksheet) sesuai dengan petunjuk CPOB. Proses pengambilan sampel bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi tercantum dalam SOP (Standard Operating Procedure), bagian pengawasan mutu telah melakukan pemeriksaan terhadap sampel tersebut. Studi stabilitas produk dipercepat juga dilakukan oleh pengawasan mutu PT. Zenith Pharmaceuticals. Uji stabilitas dipercepat dilakukan selama 6 bulan pada suhu 40±2 o C dengan RH 75±5%. Jika hasil uji stabilitas dipercepat memenuhi syarat, data tersebut dapat diajukan untuk melakukan registrasi produk dengan pengajuan waktu kadaluwarsa sekitar 1-2 tahun. Setelah uji stabilitas dipercepat memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan uji stabilitas real time. Uji stabilitas real time

68 59 dilakukan pada suhu 30±2 o C dengan RH 70±5% hingga kadaluwarsa yang ditetapkan sebelumnya ditambah dengan satu tahun. Jika hasil real time memenuhi syarat maka dapat dilakukan pengajuan perpanjangan kadaluwarsa kepada BPOM. Pengawasan mutu juga melakukan pengawasan produk yang telah dipasarkan dengan cara mengambil dan menyimpan beberapa produk sebagai sampel pertinggal (retained sample). Disimpan berdasarkan nomor bets dan minggu produk tersebut di produksi. Disimpan sampai tanggal dan tahun kadaluwarsa. Pada CPOB edisi 2012, terdapat bahasan mengenai stabilitas on going. PT. Zenith Pharmaceuticals telah melaksanakan uji stabilitas on going yang dilakukan dengan mengambil sampel yang diproduksi pada minggu pertama tahun produksi pertama dan dilakukan pengujian tiap tahun hingga masa kadaluwarsanya. Uji stabilitas on going dilakukan sebagai pengawasan terhadap produk yang telah berada di pasaran. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Kegiatan inspeksi diri di PT. Zenith Pharmaceuticals bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu masih memenuhi ketentuan CPOB. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapkan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Inspeksi diri dilakukan oleh tim internal yang mewakili masing-masing departemen terkait setiap enam bulan sekali. Aspek-aspek yang diperiksa untuk diinspeksi tertuang dalam daftar periksa inspeksi yang meliputi aspek-aspek CPOB dan pelaksanaan SOP. Program inspeksi diri di PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan oleh tim audit yang terdiri dari semua manajer departemen dan kepala bagian. Pada saat salah satu departemen diaudit, manajer departemen, ataupun kepala bagian departemen tersebut tidak ikut serta atau tidak mengaudit diri sendiri. Hasil temuan (keluhan-keluhan) audit dicatat dalam suatu formulir, kemudian di-review dan dikonfirmasikan kepada departemen/bagian yang diaudit. Departemen yang diaudit tersebut harus bertanggung jawab terhadap hasil temuan, kemudian pada waktu tertentu akan dilakukan audit ulang untuk memastikan bahwa hasil temuan

69 60 telah diperbaiki. Sistem penilaian yang diberikan berupa pemeriksaan berdasarkan checklist dan pemberian poin tertentu (5, 4, 3, 2, 1, 0). Semakin kecil nilai yang diperoleh maka menunjukkan hasil yang semakin baik, begitu pula sebaliknya. Langkah-langkah inspeksi diri di PT. Zenith Pharmaceuticals, yaitu: a. Pembuatan program dan jadwal inspeksi diri b. Pembuatan protap dan daftar periksa (checklist) inspeksi diri c. Evaluasi kesesuaian checklist d. Pelatihan untuk kepala bagian oleh manajer departemen masing-masing e. Pelaksanaan audit ke departemen/bagian. f. Tindak lanjut perbaikan g. Hasil inspeksi diri didokumentasikan sesuai protap dan dilaporkan kepada direktur perusahaan dengan Plant Manager sebagai penanggung jawab tim inspeksi diri. Audit mutu merupakan penilaian dari sistem mutu untuk meningkatkan mutu yang dilakukan oleh pihak luar yang independen. Audit mutu PT. Zenith Pharmaceuticals juga dilakukan terhadap pemasok dan penerima kontrak. Dari hasil audit mutu pemasok, dibuat daftar pemasok bahan awal dan bahan pengemas yang disetujui. Hal ini dilakukan agar pemasok yang memasok bahan awal dan bahan pengemas benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan dan dapat diandalkan. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian PT. Zenith Pharmaceuticals telah memiliki prosedur tetap penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian. Penanganan keluhan terhadap produk ditangani oleh bagian QA. Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinana kerusakan dikaji dengan teliti. Selanjutnya dilakukan pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama. Berdasarkan hasil pengujian dari sampel pertinggal, dapat diketahui tindak lanjut yang dapat diambil apakah perlu tindakan perbaikan, penarikan kembali, atau tindakan lain yang tepat.

70 61 Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan. PT. Zenith Pharmaceuticals membagi produk kembalian menjadi dua jenis yaitu obat kadaluwarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima PT. Zenith Pharmaceuticals melalui distributor-distributornya. Produk kembalian tersebut disimpan di ruang karantina untuk menunggu diperiksa. Obat yang diterima akan diperiksa kelengkapannya, kemudian bagian pengawasan mutu akan melakukan pemeriksaan lalu akan memberikan hasil pemeriksaan ke bagian pemastian mutu. Barang yang diterima diperiksa jumlahnya, nomor bets dan dibandingkan dengan retained sample (contoh pertinggal). Penyimpanan contoh pertinggal dilakukan sesuai dengan persyaratan penyimpanan obat yang tertera pada label atau etiket. Contoh pertinggal disimpan selama expired + 1 tahun, setelah itu dimusnahkan. Jika produk dikembalikan ke PT. Zenith Pharmaceuticals sudah kadaluwarsa maka perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk mengganti. Akan tetapi, jika produk dikembalikan hampir kadaluwarsa atau rusak maka produk akan diganti dengan yang baru. Produk kembalian yang kadaluwarsa atau rusak tersebut akan dimusnahkan. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dapat dimanfaatkan atau dikembalikan sebagai stok. Jika yang rusak hanya kemasannya saja, maka akan dilakukan proses pengemasan ulang. Prosedur pemusnahan harus dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Keputusan untuk melakukan pemusnahan, penggantian dan pengemasan ulang ditentukan oleh bagian pemastian mutu berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap produk kembalian.

71 Dokumentasi Dokumentasi di PT. Zenith Pharmaceuticals sifatnya fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Keterbacaan dokumen merupakan hal yang sangat penting di PT. Zenith Pharmaceuticals. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian produksi selalu terdokumentasi dengan baik. Pengelolaan dokumentasi yang ditetapkan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals telah sesuai dengan CPOB, dan disimpan dengan baik dan benar sesuai dengan sifat dari dokumen-dokumen tersebut. Sistem dokumentasi yang baik menggambarkan riwayat lengkap dari suatu bets (batch record) sehingga memungkinkan untuk penelusuran kembali bila terjadi masalah pada produksi tersebut. Batch record berisi mencakup kegiatan selama proses produksi, pengawasan mutu, pemeliharaan peralatan, penyimpanan, distribusi bahan, dan hal-hal spesifik lainnya Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak PT. Zenith Pharmaceuticals melakukan kerjasama pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak berupa kerjasama toll out dan toll in. Toll out adalah manufacturing PT. Zenith Pharmaceuticals yang dilakukan di industri farmasi lain, sedangkan toll in adalah manufacturing produk industri farmasi lain yang dilakukan di PT. Zenith Pharmaceuticals. Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Sebelum pelaksanaan toll in, pihak pemberi kontrak terlebih dahulu melakukan audit terhadap PT. Zenith Pharmaceuticals untuk melihat fasilitas yang dimiliki berkaitan dengan produk yang akan di-toll in-kan. Begitu juga, PT. Zenith Pharmaceuticals melakukan audit terhadap industri lain yang melakukan proses manufacturing untuk PT. Zenith Pharmaceuticals.

72 Validasi dan Kualifikasi Validasi merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk menjamin bahwa produk obat yang dihasilkan mempunyai kualitas yang konsisten. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip dari CPOB bahwa prosedur, proses, peralatan, bahan-bahan, aktivitas atau sistem berfungsi sesuai dengan yang disyaratkan. Dengan kata lain, validasi adalah suatu uji atau membuktikan keabsahan. Prinsip yang harus dipegang oleh industri farmasi adalah jaminan mutu (quality, safety,efficacy) harus dibangun di dalam produk tersebut. Kualitas tidak hanya dipastikan pada produk jadi tetapi tiap tahap proses harus dikontrol. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu prosedur yang terkendali yang dibuat untuk melakukan setiap tahap proses produksi dan dilakukan pengawasan pada setiap tahap proses. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian kegiatan untuk melakukan validasi terhadap prosedur tersebut sehingga proses produksi tersebut menghasilkan produk yang berkualitas secara konsisten dan reprodusibel. Setiap tahunnya bagian tim validasi menyusun rencana induk validasi (RIV). RIV ini mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan, atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format protokol, laporan validasi, dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan dokumen yang digunakan, dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut. Selain validasi proses, PT. Zenith Pharmaceuticals melaksanakan kualifikasi terhadap mesin atau peralatan. Kualifikasi alat di PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan oleh masing-masing bagian atau unit. Kualifikasi yang dilakukan antara lain kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi merupakan tindakan pembuktian terdokumentasi terhadap alat, mesin, atau fasilitas. Kualifikasi desain merupakan dokumen yang memverifikasi bahwa desain dari fasilitas, sistem, dan peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan. Kualifikasi instalasi merupakan dokumentasi yang memverifikasi bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Kualifikasi kinerja merupakan dokumentasi yang memverifikasi bahwa

73 64 fasilitas, sistem, dan peralatan yang telah terpasang dan difungsikan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Kualifikasi operasional merupakan dokumen yang memverifikasikan bahwa seluruh fasilitas, sistem, dan peralatan yang telah diinstalasi atau dimodifikasi berfungsi sesuai rancangan pada rentang operasional yang diantisipasi.

74 BAB 5 KESIMPULA 5.1 Kesimpulan a. PT. Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan CPOB dengan baik namun diperlukan penyesuaian kembali seiring dengan adanya perubahan pada CPOB tahun b. Profesi Apoteker memegang peranan yang sangat penting di industri farmasi, yaitu sebagai tenaga profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian. 5.2 Saran a. PT. Zenith Pharmaceuticals perlu menyesuaikan dan menyempurnakan beberapa aspek agar sesuai dengan CPOB b. Sanitasi dan higiene personil maupun sarana produksi perlu ditingkatkan. 65

75 66 DAFTAR ACUA Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia ;omor HK Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1988). Keputusan Menteri Kesehatan RI ;o. 43/ME;KES/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ;omor 1799/ME;KES/PER/XII/2010. Jakarta.

76 LAMPIRA

77 67 Lampiran 1. Alur produksi sediaan kapsul Produksi: keragaman bobot

78 68 Lampiran 2. Alur produksi sediaan kaplet/ tablet Produksi: waktu hancur, friabilitas, kekerasan, keragaman bobot, disolusi QC: waktu hancur, friabilitas, kekerasan, keragaman bobot, disolusi

79 69 Lampiran 3. Alur produksi sediaan sirup

80 70 Lampiran 4. Alur produksi sediaan suspensi

81 71 Lampiran 5. Alur produksi sediaan tablet/kaplet β-laktam Produksi : waktu hancur, friabilitas, kekerasan, keragaman bobot, disolusi

82 72 Lampiran 6. Alur produksi sediaan kapsul β-laktam Produksi : keragaman bobot

83 73 Lampiran 7. Alur produksi sediaan dry syrup β-laktam Produksi : keragaman bobot

84 UIVERSITAS IDOESIA VERIFIKASI TERMOMETER DA TERMOHIGROMETER TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS SEMARAG-IDOESIA APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUI 2013

85 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB 1 PEDAHULUA Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TIJAUA PUSTAKA Suhu dan Kelembaban Termometer dan Termohigrometer Prosedur Pengukuran dengan Termometer dan Termohigrometer... 5 BAB 3 METODOLOGI PEGKAJIA Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengkajian... 6 BAB 4 PEMBAHASA... 7 BAB 5 PEUTUP Kesimpulan Saran... 9 DAFTAR ACUA ii

86 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Termohigrometer standar (HUMLOG-10)....4 Gambar 2.2 Termohigrometer yang diperiksa (digital, analog, dan kotak).4 iii

87 DAFTAR LAMPIRA Lampiran 1. Data Verifikasi Termohigrometer Ruang Produksi Tablet Lampiran 2. Data Verifikasi Termohigrometer Ruang Beta Laktam Lampiran 3. Data Verifikasi Termohigrometer Ruang Sirup Lampiran 4. Data Verifikasi Termohigrometer Ruang Kapsul Lampiran 5. Data Verifikasi Termohigrometer Ruang Kemas Primer Lampiran 6. Data Verifikasi Termohigrometer Ruang Kemas Sekunder Lampiran 7. Data Verifikasi Termohigrometer Gudang Bahan Baku Lampiran 8. Data Verifikasi Termohigrometer Gudang Bahan Kemas Lampiran 9. Data Verifikasi Termohigrometer Gudang Obat Jadi Lampiran 10.Data Verifikasi Termohigrometer Ruang QC Lampiran 11.Data Verifikasi Termometer Ruang QC Lampiran 12.Data Verifikasi Termohigrometer Gudang Tambahan iv

88 BAB 1 PEDAHULUA 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek yang penting dalam pembuatan obat. Seperti tertuang dalam CPOB, pada bab bangunan dan fasilitas disebutkan bahwa tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan/ketelitian fungsi dari peralatan (BPOM, 2012). Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang harus dipantau. Berdasarkan ICH Q1F, Indonesia termasuk ke dalam zona IV B yaitu panas dan lembab. Artinya, untuk pengujian stabilitas jangka panjang dilakukan pada suhu 30 o C dan kelembaban 75% (Markens, 2009). Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan termohigrometer. Termometer dan termohigrometer yang digunakan harus diverifikasi untuk memastikan bahwa alat mampu membaca suhu dan kelembaban dengan tepat. Cara verifikasi dilakukan dengan menggunakan termohigrometer standar yang telah dikalibrasi sebelumnya. Untuk itu, penulis ingin mengetahui bagaimana proses dan hasil verifikasi termohigrometer yang ada di PT. Zenith Pharmaceuticals. 1.2 Tujuan Laporan ini disusun memastikan dan mendokumentasikan bahwa pembacaan termometer dan termohigrometer telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals, Jl. Tambak Aji I Semarang. 1

89 BAB 2 TIJAUA PUSTAKA 2.1 Suhu Suhu adalah ukuran seberapa panas atau dingin sesuatu. Banyak sifat bahan yang mengalami perubahan karena suhu. Sebagai contoh, sebagian besar bahan mengembang saat suhu meningkat. Untuk mengukur suhu secara kuantitatif, maka diperlukan penetapan semacam skala numerik. Skala yang paling umum saat ini adalah skala Celcius, kadang-kadang disebut centigrade scale. Di AS, skala Fahrenheit juga umum digunakan. Skala yang paling penting dalam karya ilmiah adalah skala absolut, atau Kelvin (Giancoli, 2009). 2.2 Kelembaban Kelembaban relatif (relative humidity) didefinisikan sebagai rasio tekanan parsial uap air dengan tekanan uap jenuh pada suhu tertentu. Hal ini biasanya dinyatakan sebagai persentase: Kelembaban relatif= tekanan parsial H2O tekanan uap jenuh H2O 100 % Jadi, ketika kelembaban mendekati 100%, hampir semua udara terdiri dari uap air. Tekanan uap jenuh adalah tekanan uap ketika jenuh. Tekanan uap jenuh dari setiap substansi tergantung pada suhu. Pada suhu tinggi, lebih banyak molekul memiliki energi kinetik berubah dari fase cairan ke fase uap (Giancoli, 2009). 2.2 Termometer dan Termohigrometer Termometer adalah instrumen yang dirancang untuk mengukur suhu. Ada banyak jenis termometer, namun operasi mereka selalu tergantung pada beberapa properti dari materi yang berubah dengan suhu (Giancoli, 2009). Sedangkan termohigrometer adalah alat untuk mengukur suhu dan kelembaban. 2

90 3 [sumber: Hellopro.fr., 2013] Gambar 2.1 Termohigrometer standar (HUMLOG 10) [sumber: Ecvy.com., Karya Nusatama, PT Andalan Bangun Sejahtera 2013] Gambar 2.2 Termohigrometer yang diperiksa (digital, analog, dan kotak) 2.3 Prosedur Pengukuran dengan Termometer dan Termohigrometer Prosedur pembacaan suhu dan kelembaban dengan menggunakan termohigrometer mengacu pada Instruksi Kerja Verifikasi Termohigrometer Terhadap Termohigrometer Standar, yaitu: a. Letakkan termohigrometer standar dan termometer/termohigrometer yang diperiksa pada ruangan dengan suhu dan kelembaban terkendali, yaitu pada suhu 25±1 o C dan pada kelembaban 55±5%. b. Pemeriksaan dilakukan pada siang hari ± pkl WIB. c. Setelah 1 jam dari waktu peletakkan, baca dan catat suhu dan kelembaban ruangan dari termohigrometer standar dan termometer/termohigrometer yang diperiksa.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AZMAH

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Disusun oleh: KATARIN SITOMPUL, S.Farm NIM 093202039 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: FANNY FERLIANY SIMANJUNTAK, S.Farm. 083202117 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG Disusun Oleh : Eka Saputra, S. Farm. 073202020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara Perjalanan sejarah dimulai ketika di pangkalan udara belum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dalam perkembangan dunia perindustrian di Indonesia. Inovasi tiada henti dan berkelanjutan yang dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: HENDRIK, S. Farm. NPM: 2448711131 PROGRAM

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. CORONET CROWN JL. RAYA TAMAN Km 15 SEPANJANG - SIDOARJO (12 16 DESEMBER 2011) PERIODE XXXVII

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. CORONET CROWN JL. RAYA TAMAN Km 15 SEPANJANG - SIDOARJO (12 16 DESEMBER 2011) PERIODE XXXVII LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. CORONET CROWN JL. RAYA TAMAN Km 15 SEPANJANG - SIDOARJO (12 16 DESEMBER 2011) PERIODE XXXVII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS 2015 09 OKTOBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: YUVITA ROSARY DEVA, S. Farm NPM. 2448715154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN Disusun Oleh: Nelli Purba, S.Farm. NIM 083202142 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: IGNASIUS BERRY SANAGA, S. Farm. NPM: 2448711132

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA (LAFIAU) Drs. ROOSTYAN EFFENDIE, Apt Disusun Oleh : Ratna susanti,s.fram 083202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci