KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG"

Transkripsi

1 KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan Bandung 2 Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Univeritas Pasundan Bandung, Jabatan Akademik Asisten Ahli, rezasurdia@gmail.com ABSTRAK Perkembangan suatu wilayah/kota hendaknya diikuti oleh ketersediaan yang lengkap dan dapat melayani kebutuhan masyarakat setempat, sehingga perlu dilihat ketersediaan dan pelayanan fasilitas sosial tersebut. Hal ini sama halnya yang terjadi di Perkotaan Subang yang memerlukan kajian mengenai tingkat pelayanan fasiitas sosialnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat pelayanan fasilitas sosial berdasarkan persepsi masyarakat di Perkotaan Subang. Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini yaitu metode kuantitatif dan kualitatif, dimana metode kuantitatif dengan menghitung analisis tingkat pelayanan berdasarkan kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 dan Standar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) dan metode analisis kualitatif dengan melihat analisis hasil persepsi masyarakat (kuesioner). Hasil dari penelitian ini yaitu dapat dilihat kelurahan mana dan fasilitas apa saja yang masih perlu peningkatan pelayanannya, sehingga perlu penambahan dalam upaya peningkatan dan pemerataan pelayanan fasilitas sosial tersebut agar dapat melayanai penduduk dan ketersediaan fasilitas sosial yang ada dapat terjangkau oleh penduduk, sedangkan untuk fasilitas sosial yang berkondisi buruk dapat diperbaiki agar dapat digunakan kembali sehingga tingkat pelayanan fasilitas sosial di Perkotaan Subang menjadi lebih baik. Kata kunci : Fasilitas Sosial, Pelayanan, Persepsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu wilayah/kota yang pesat akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan dinamika penggunaan lahan. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan industri mendominasi penggunaan lahan di wilayah/kota tertentu berdampak tingginya harga lahan sehingga terjadi keterbatasan lahan untuk permukiman. Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan tersebut dan mendukung laju pertumbuhan di berbagai sektor. Indikator peningkatan pembangunan suatu wilayah/kota terlihat dari sistem fasilitas prafasilitasnya yang terpadu (integrated). Sistem fasilitas yang sistematis dan terpadu menjadi bagian struktur ruang yang berfungsi sebagai jaringan 125

2 penghubung dan roda kegiatan dalam penataan ruang. Kemampuan fasilitas sosial melayani penduduk terlihat dari segi kuantitas dan kualitas dengan parameter jumlah fasilitasnya, kemudahan pencapaian, waktu tempuh dan jarak wilayah layanan menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah/kota. Fasilitas sosial merupakan suatu tempat penunjang dan kebutuhan utama yang dibutuhkan dalam kelangsungan hidup sehari-hari di sebuah wilayah tertentu. Pembangunan fasilitas sosial seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, juga perdagangan dan jasa memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya serta kesatuan dan persatuan bangsa terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi antara kelompok serta masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antar wilayah/kota. Perkembangan suatu wilayah/kota hendaknya diikuti oleh ketersediaan yang lengkap dan dapat melayani kebutuhan masyarakat setempat, sehingga perlu dilihat ketersediaan dan pelayanan fasilitas sosial tersebut. Dalam perkembangan suatu wilayah/kota, fasilitas memang memiliki peran penting yang dapat menunjukan apakah suatu wilayah/kota tersebut dapat dikatakan baik atau buruk dilihat dari ketersediaan fasilitasnya yang lengkap sehingga dengan demikian secara berkesinambungan pemerintah berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas yang ada, hal ini juga disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang ada pada wilayah/kota tersebut, sehingga ketersediaan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah dapat dirasarakan pelayananya oleh masyarakat. Pemerintah Daerah Kota mempunyai kewajiban menyediakan fasilitas sosial untuk kepentingan umum dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk sebagai tujuan pembangunan wilayah/kota. Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah berdampak kepada diberikannya kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan. Implementasi dari kebijakan tesebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengembangkan potensi daerah dengan menyediakan fasilitas wilayah/kota. Perkotaan Subang bila dilihat di RDTR Perkotaan Subang Tahun yaitu Kecamatan Subang sebagai ibu kota kecamatan dan pusat kota juga terbagi menjadi 9 kelurahan yang berada di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Subang (Kelurahan Cigadung, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Soklat, Kelurahan Dangdeur, Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Sukamelang, Kelurahan Parung, dan Kelurahan Wanareja) dan Kecamatan Cibogo (Kelurahan Cinangsih), dimana fungsi utama Perkotaan Subang yaitu sebagai pusat permukiman, pusat pelayanan pendidikan, kesehatan, dan perdagangan, sehingga fasilitas sosial yang menjadi kegiatan utama dengan melihat fungsi utama Perkotaan Subang yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan dan perdagangan yang perlu ditingkatkan pelayanannya dengan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai arahan yang terdapat di dalam RDTR bahwa ketersediaan fasilitas sosial di Perkotaan Subang harus dapat melayani seluruh masyarakat di wilayahnya. Di dalam RTRW Kabupaten Subang Tahun bahwa terdapat permasalahan publik yaitu terdapat di beberapa kecamatan di Kabupaten Subang masih membutuhkan penambahan sekolah. Fasilitas pasar juga dibutuhkan oleh beberapa kecamatan untuk menjalankan roda perekonomian daerahnya, sehingga diperlukan kajian mengenai tingkat pelayanan fasilitas sosial agar ketersediaan fasilitas yang telah diberikan 126

3 oleh pemerintah dapat melayani penduduk di Perkotaan Subang. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat pelayanan fasilitas sosial berdasarkan persepsi masyarakat di Perkotaan Subang Sasaran Sasaran yang harus di capai dalam mencapai tujuan diatas, yaitu sebagai berikut : Mengidentifikasi ketersediaan eksisting fasilitas sosial yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perdagangan di Perkotaan Subang Menganalisis tingkat pelayanan fasilitas sosial yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perdagangan di Perkotaan Subang Menganalisis persepsi masyarakat terhadap pelayanan fasilitas sosial yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perdagangan yang telah disediakan di Perkotaan Subang Mengkaji ketersediaan dan pelayanan fasilitas sosial yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perdagangan di Perkotaan Subang dengan membandingkan antara ketersediaan eksisiting, standar pelayanan, dan persepsi masyarakat. II. METODA PENELITIAN 2.1 Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan untuk mengkaji tingkat pelayanan fasilitas sosial berdasarkan persepsi masyarakat di Perkotaan Subang yaitu Pendekatan Tingkat Pelayanan Fasilitas Dasar. Tingkat pelayanan fasilitas dasar adalah untuk memenuhi kebutuhan layanan kota/desa bagi wilayah kota/desa yang memerlukan dilihat dan sisi supply dan demand, dan mengarahkan perkembangan kota. Pendekatan tingkat pelayanan fasilitas dasar di Perkotaan Subang dilakukan dengan cara : 1) Mengukur perilaku masyarakat atau pengguna (user approach) untuk mengetahui masyarakat bisa memberikan respon dengan adanya pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah, sehingga akan diperoleh frekuensi kecenderungan masyarakat. 2) Mengukur kapasitas pelayanan berdasarkan persyaratan fasilitas pelayanan dasar mengacu pada standard yang ada yaitu standard mengenai petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota dan berpedoman pada standard yang dikeluarkan dari kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 dan Standar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) untuk memperoleh tingkat pelayanan yang optimal dari segi supply dan demand. Data-data yang dibutuhkan jumlah penduduk dan jumlah fasilitas yang ada di wilayah studi. 2.2 Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan melalui berbagai Teknik yaitu : a. Pengumpulan Data Sekunder Yaitu melakukan pengumpulan referensi yang berhubungan dengan topik studi, diperoleh dari buku-buku serta hasil penelitian-penelitian sebagai landasan teori dan bahan perbandingan. serta data-data yang diperoleh dari Dinas/Instansi pemerintahan terkait. b. Pegumpulan Data Primer Data primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : 127

4 Observasi lapangan, yaitu dengan cara mengamati langsung kondisi fasilitas sosial di Perkotaan Subang Dukumentasi, yaitu dibuat untuk mendapatkan kondisi eksisting fasilitas sosial di Perkotaan Subang secara visual. Penyebaran Kuisioner, hal ini dilakukan unuk mengetahui lebih jelas tentang pelayanan fasilitas sosial dengan melihat persepsi masyarakat. Untuk penyebaran kuesioner diambil beberapa sampel dalam penyebaran kuesioner ini, pegambilan sampel didasarkan pada rumus dari Slovin (1993), Dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel sebesar 10% = 0,1) Tingkat Kepercayaan bila dilihat dengan nilai kritis sebesar 10% maka nilai tingkat kepercayaan sebesar 90% 2.3 Metode Analisis Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini digunakan metoda analisis kuantitatif dan kualitatif yang dianggap memiliki kesesuaian dengan penelitian ini, sehingga diharapkan dapat mecapai tujuan yang ada. A. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif merupakan metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Analisis yang digunakan pada metode ini yaitu analisis tingkat pelayanan fasilitas sosial. Hasil analisis tingkat pelayanan mengacu pada standard yang ada yaitu standard mengenai petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota dan berpedoman pada standard yang dikeluarkan dari kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 dan Standar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) dengan didasarkan pada jumlah penduduk pendukung. Analisis tingkat pelayanan fasilitas sosial di Perkotaan Subang dilakukan berdasarkan Standar Pelayanan Minimum, selain itu juga dilakukan dengan cara melihat perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah penduduk pendukung untuk melihat jumlah fasilitas yang seharusnya ada di wilayah tersebut, dimana fasilitas sosial tersebut, yaitu : Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan Fasilitas Perdagangan Dalam analisis penentuan jumlah dan fasilitas ini, mengacu pada standard yang ada yaitu standard mengenai petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota dan berpedoman pada standard yang dikeluarkan dari kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001) dengan didasarkan pada jumlah penduduk pendukung. Adapun perhitungan yang digunakan adalah: Khusus untuk fasilitas pendidikan yaitu data jumlah penduduknya digunakan data APK (Angka Partisipasi Kasar) yaitu usia sekolah dalam setiap penghitungan tingkat pelayanannya 128

5 B. Metode Kualitatif Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, cermat dan akurat mengenai fenomena sosial tertentu berupa fakta-fakta, keadaan, sifatsifat suatu individu atau kelompok serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Analisis persepsi masyarakat yaitu dengan cara penyebaran kuesioner kepada masyarakat di Perkotaan Subang. Penyebaran kuisioner ini dilakukan unuk mengetahui lebih jelas tentang pelayanan fasilitas sosial terhadap masyarakat, apa persepsi masyarakat mengenai fasilitas sosial yang telah disediakan. Kajian tingkat pelayanan fasilitas sosial di Perkotaan Subang dilakukan dengan membandingkan antara : ketersediaan eksisiting (jumlah fasilitas yang ada) dengan melihat tingkat pelayanan pada setiap fasilitas sosial standar pelayanan minimum yaitu, standard mengenai petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota dan berpedoman pada standard yang dikeluarkan dari kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 dan Standar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) Persepsi masyarakat yang dihasilkan dari kuesioner untuk mengetahui masyarakat bisa memberikan respon dengan adanya pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah, sehingga akan diperoleh frekuensi kecenderungan masyarakat mengenai pelayanan fasilitas sosial tersebut. Sehingga dapat dikaji apakah fasilitas sosial yang sudah disediakan oleh pemerintah sudah dapat melayani masyarakat di Perkotaan Subang apa sebaliknya yaitu dengan melihat persepsi masyarakat terhadap pelayanan fasilitas sosial tersebut. C. Faktor Variabel Dalam menganalisis data maka diperlukan penentuan faktor variabel agar dapat dikelompokkan variabel apa saja yang perlu dikaji dan dianalisis dalam laporan ini, yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Faktor Variabel III. PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1 Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas Sosial di Perkotaan Subang Menurut Standar Pelayanan Analisis tingkat pelayanan fasilitas sosial di Perkotaan Subang yang mengacu pada Standar Pelayanan dengan melihat jumlah penduduk dan jumlah fasilitas sosial yang tersedia, dimana fasilitas sosial yang dianalisis tingkat pelayanannya yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pedagangan Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan yang dianalisis tingkat pelayanannya yaitu TK (Taman Kanak- Kanak), SD ( Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan PT (Perguruan Tinggi), namun jumlah penduduknya dikelompokkan berdasarkan APK (Angka Partisipasi Kasar) yaitu berdasarkan usia sekolahnya (Standar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI). Fasilitas pendidikan dikelompokkan berdasarkan skala pelayanannya dan dianalisis dengan mempertimbangkan radius pelayanan (jarak jangkauan) dengan jarak 0,5 1,5 km. 129

6 A. TK (Taman Kanak-Kanak) Tingkat pelayanan untuk TK (Taman Kanak-Kanak) di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk umur 5-6 tahun sebanyak jiwa dengan ketersediaan TK sebanyak 24 unit. Dapat dilihat dari tabel gabungan bahwa jumlah ketersediaan TK di Perkotaan Subang masih belum cukup melayani di setiap kelurahannya, hanya Kelurahan Wanareja yang sudah cukup melayani penduduknya dengan ketersediaan TK sebanyak 5 unit. Rasio jumlah penduduk usia sekolah TK terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan TK yang ada di Perkotaan Subang yaitu sebesar 249,79 jiwa/unit. Rasio terbesar yaitu berada di Kelurahan Dangdeur dengan rasio sebesar 725,00 jiwa/unit dan rasio terendah yaitu di Kelurahan Wanareja dengan rasio sebesar 46,90 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan TK di setiap kelurahan sudah dapat terjangkau dengan jarak dekat yaitu 500 m. B. SD (Sekolah Dasar) Tingkat pelayanan untuk SD (Sekolah Dasar) di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan SD di Perkotaan Subang sebanyak 69 unit, sedangkan usia sekolah untuk SD yaitu 7-12 tahun. Dapat dilihat dari tabel tersebut diatas bahwa jumlah ketersediaan SD di Perkotaan Subang masih belum cukup melayani di setiap kelurahannya yaitu Kelurahan Soklat, Kelurahan Wanareja, dan Keurahan Cinangsi. Rasio jumlah penduduk usia sekolah SD terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan SD yang ada di Perkotaan Subang yaitu sebesar 170,62 jiwa/unit. Rasio terbesar yaitu berada di Kelurahan Cinangsi dengan rasio sebesar 572,50 jiwa/unit dan rasio terendah yaitu di Kelurahan Psirkareumbi dengan rasio sebesar 91,07 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan SD di setiap kelurahan sudah dapat terjangkau dengan jarak dekat yaitu 500 m namun terdapat wilayah yang belum terlayani SD dengan jarak jauh pada sebagian wilayahnya yaitu Kelurahan Wanareja. C. SMP (Sekolah Menengah Pertama) Tingkat pelayanan untuk SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk umur tahun sebanyak jiwa dengan ketersediaan SMP sebanyak 14 unit. ketersediaan SMP di Perkotaan Subang masih belum cukup melayani di setiap kelurahannya, hanya terdapat beberapa kelurahan yang sudah cukup melayani penduduknya dengan ketersediaan SMP tersebut yaitu Kelurahan Pasirkareumbi dan Kelurahan Wanareja. Rasio jumlah penduduk usia sekolah SMP terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan SMP yang ada di Perkotaan Subang yaitu sebesar 412,68 jiwa/unit. Rasio terbesar yaitu berada di Kelurahan Parung dengan rasio sebesar 402,50 jiwa/unit dan rasio terendah yaitu di Kelurahan Pasirkareumbi dengan rasio sebesar 168,25 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan SMP di setiap kelurahan masih belum dapat melayani seluruh wilayah yaitu masih terdapat beberapa kelurahan yang berjarak jauh yaitu dengan jarak 1,5 km yaitu terdapat di Kelurahan Cinangsi, Kelurahan Parung, Kelurahan Wanareja, dan Kelurahan Sukamelang. D. SMA (Sekolah Menengah Atas) Tingkat pelayanan untuk SMA (Sekolah Menengah Atas) di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk umur tahun sebanyak jiwa dengan ketersediaan SMA sebanyak 17 unit dengan standar 1 kelas = 30 murid dan 1 sekolah = 6 kelas. Dengan demikian jumlah ketersediaan SMA di Perkotaan Subang masih belum cukup melayani di setiap kecamatannya, bahwa tingkat pelayanan SMA di Perkotaan Subang sebesar 52,57% dengan fasilitas SMA yang ada dengan jumlah 17 unit dan kebutuhannya sebesar 32 unit sehingga 130

7 masih kurang ketersediaannya sebanyak 15 unit. Rasio jumlah penduduk usia sekolah SMA terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan SMA yang ada di Perkotaan Subang yaitu sebesar 342,41 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan SMA belum dapat melayani seluruh wilayah yaitu masih terdapat beberapa wilayah yang berjarak jauh yaitu dengan jarak >1,5 km yaitu terdapat di Kelurahan Cinangsi, Kelurahan Wanareja, dan Kelurahan Sukamelang. E. PT (Perguruan Tinggi) Tingkat pelayanan untuk PT (Perguruan Tinggi) di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk menurut umur tahun di Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan PT di Perkotaan Subang sebanyak 2 unit dengan standar menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk 1 PT = Penduduk, sehingga hasil analisis tingkat pelayanan PT di Perkotaan Subang sebesar 157,43% dengan kebutuha fasilitas sebanyak 1 unit sehingga dapat disimpulkan bahwa ketersediaan PT di Perkotaan Subang masih cukup sampai tahun ini. Rasio jumlah penduduk umur tahun terhadap ketersediaan Perguruan Tinggi yaitu sebesar 6.352,20 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan PT sudah dapat melayani seluruh wilayah walaupun jaraknya jauh Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang dianalisis tingkat pelayanannya yaitu Balai Pengobatan, Apotik, Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Fasilitas kesehatan dikelompokkan berdasarkan skala pelayanannya dan dianalisis dengan mempertimbangkan radius pelayanan (jarak jangkauan) dengan jarak 0,5 1,5 km. A. Balai Pengobatan Tingkat pelayanan untuk Balai Pengobatan di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Balai Pengobatan di Perkotaan Subang sebanyak 15 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Balai Pengobatan yaitu jiwa per unit Balai Pengobatan, maka tingkat pelayanannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. ketersediaan Balai Pengobatan di Perkotaan Subang belum merata sehingga belum dapat melayani penduduk di setiap kelurahan di Perkotaan Subang. Rasio jumlah penduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Balai Pengobatan yaitu sebesar 8.719,20 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Balai Pengobatan belum dapat melayani seluruh wilayah yaitu masih terdapat beberapa wilayah yang berjarak jauh yaitu dengan jarak >1,5 km yaitu terdapat di Kelurahan Sukamelang. B. Apotik Tingkat pelayanan untuk Apotik di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Apotik di Perkotaan Subang sebanyak 47 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001untuk Apotik yaitu jiwa per unit Apotik, maka tingkat pelayanannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. ketersediaan Apotik di Perkotaan Subang sudah merata di setiap kelurahan sehingga sudah dapat melayani penduduk di setiap kelurahan di Perkotaan Subang. Rasio jumlahpenduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Apotik yaitu sebesar 2.782,72 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Apotik belum dapat melayani seluruh wilayah yaitu masih terdapat beberapa wilayah yang berjarak jauh yaitu dengan jarak >1,5 km yaitu terdapat di Kelurahan Wanareja. 131

8 C. Posyandu Tingkat pelayanan untuk Posyandu di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Posyandudi Perkotaan Subang sebanyak 151 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Posyandu yaitu jiwa per unit Posyandu. ketersediaan Posyandu di Perkotaan Subang sudah merata di setiap kelurahan sehingga sudah dapat melayani penduduk di setiap kelurahan di Perkotaan Subang. Rasio jumlah penduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Posyandu yaitu sebesar 866,15 jiwa/unit. Dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Posyandu sudah dapat melayani seluruh wilayah dengan jarak dekat yaitu 0,5 km. D. Puskesmas Tingkat pelayanan untuk Puskesmas di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Puskesmas di Perkotaan Subang sebanyak 6 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Puskesmas yaitu jiwa per unit Puskesmas. Jumlah ketersediaan Puskesmas di Perkotaan Subang sudah dapat melayani dalam skala perkotaan dengan ketersediaan 6 unit dan kebutuhannya sebanyak 4 unit sehingga sudah dapat melayani dalam skala perkotaan dengan kelebihan fasilitas sebanyak 2 unit. Rasio jumlah penduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Puskesmas yaitu sebesar jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Puskesmas belum dapat melayani seluruh wilayah yaitu masih terdapat beberapa wilayah yang berjarak jauh yaitu dengan jarak >1,5 km yaitu terdapat di Kelurahan Sukamelang. E. Rumah Sakit Tingkat pelayanan untuk Rumah Sakit di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Rumah Sakit di Perkotaan Subang sebanyak 2 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Rumah Sakit yaitu jiwa per unit Rumah Sakit, maka tingkat pelayanannya dapat dihasilkan dari hasil analisis yaitu kebutuhan fasilitas untuk melayani Perkotaan Subang sebanyak 1 unit sehingga masih dapat melayani penduduk di Perkotaan Subang dengan ketersediaan RS yang ada dengan besar tingkat pelayanan 367,01% yang berarti masih dapat melayani kebutuhan penduduk di Perkotaan Subang. Rasio jumlah penduduk terhadap ketersediaan Rumah Sakit di Perkotaan Subang yaitu sebesar jiwa/unit. Rumah Sakit dengan skala pelayanan wilayah belum dapat melayani sepenuhnya yaitu dengan didukung ketersediaan puskesmas bahwa masih terdapat wilayah yang belum terlayani yaitu Kelurahan Sukamelang Fasilitas Perdagangan Fasilitas perdagangan yang dianalisis tingkat pelayanannya yaitu Warung, Toko, Pasar Tradisional, dan Pasar Modern. Fasilitas perdagangan dikelompokkan berdasarkan skala pelayanannya dan dianalisis dengan mempertimbangkan radius pelayanan (jarak jangkauan) dengan jarak 0,5 1,5 km. A. Warung Tingkat pelayanan untuk Warung di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Warung di Perkotaan Subang sebanyak unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Warung yaitu 250 jiwa per unit Warung. 132

9 Ketersediaan Warung di Perkotaan Subang belum merta secara keseluruhan yaitu terdapat kelurahan yang masih perlu termasuk dalam interval yang rendah dengan kekurangan jumlah fasilitas dari hasil analisis kebutuhan dan tingkat pelayanan yaitu Kelurahan Parung. Rasio jumlah penduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Warung yaitu sebesar 126,98 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Warung sudah dapat melayani seluruh wilayah dengan jarak dekat yaitu 0,5 km. B. Toko Tingkat pelayanan untuk Toko di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Toko di Perkotaan Subang sebanyak 311 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Toko yaitu jiwa per unit Toko. ketersediaan Toko di Perkotaan Subang sudah merata di setiap kelurahan sehingga sudah dapat melayani penduduk di setiap kelurahan di Perkotaan Subang. Rasio jumlah penduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Toko yaitu sebesar 420,54 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Toko sudah dapat melayani seluruh wilayah dengan jarak dekat yaitu 0,5 km. C. Pasar Modern Tingkat pelayanan untuk Pasar Modern di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Pasar Modern di Perkotaan Subang sebanyak 15 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Pasar Modern yaitu jiwa per unit Pasar Modern, bahwa ketersediaan Pasar Modern di Perkotaan Subang sudah merata di setiap kelurahan sehingga sudah dapat melayani penduduk di setiap kelurahan di Perkotaan Subang dengan tingkat pelayanan sebesar 344,07% sehingga sudah dapat melayani Perkotaan Subang. Rasio jumlah penduduk Perkotaan Subang terhadap ketersediaan Pasar Modern yaitu sebesar 8.719,20 jiwa/unit. Namun dengan melihat aspek radius pelayanan bahwa ketersediaan Pasar Modern sudah dapat melayani seluruh wilayah dengan jarak dekat yaitu 0,5 km. D. Pasar Tradisional Tingkat pelayanan untuk Pasar Tradisional di Perkotaan Subang dengan jumlah penduduk Perkotaan Subang yaitu jiwa dan jumlah ketersediaan Pasar Tradisional di Perkotaan Subang sebanyak 3 unit, sedangkan untuk penduduk pendukung menurut SK Menteri Tempat tinggal dan Prafasilitas No. 534/KPTS/M/2001 untuk Pasar Tradisional yaitu jiwa per unit Pasar Tradisional. Dapat dilihat dari tabel tersebut diatas bahwa ketersediaan pasar di Perkotaan Subang belum dapat melayani kebutuhan masyarakat namun dengan melihat jumlah penduduk yaitu dapat dilakukan penambahan pasar baru di Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Dangdeur, dan Kelurahan Sukamelang Temuan dari Hasil Analisis Standar Pelayanan Pada bagian ini yaitu diterangkan mengenai kesimpulan dari hasil keseluruhan analisis Standar Pelayanan tentang pelayanan fasilitas sosial yang dilihat berdasarkan ketersediaan, kebutuhan dan aspek radius pelayanan sebagai pertimbangan dalam peningkatan pelayanan fasilitas sosial. 133

10 Tabel 2. Temuan dan Hasil Analisis Standar Pelayanan 3.2 Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas Sosial Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Perkotaan Subang Analisis tingkat pelayanan fasilitas sosial berdasarkan persepsi yang dihasilkan dari kuesioner yang telah disebarkan pada masyarakat perkotaan subang yaitu dapat dilihat dari beberapa komponen yaitu diantaranya dan jarak Fasilitas Pendidikan ketersediaan, lokasi, kondisi, A. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Ketersediaan fasilitas pendidikan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas pendidikan yaitu diantaranya TK (Taman Kanak-Kanak), SD ( Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan PT (Perguruan Tinggi). Dimana ketersediaan fasilitas pendidikan ini dilihat berdasarkan fasilitas yang ada di kawasan pekotaan subang dan sudah tersedia atau belumnya dari ketersediaan fasilitas pendidikan tersebut. a) TK (Taman Kanak-Kanak) Perkotaan Subang bahwa ketersediaan TK (Taman Kanak-Kanak), Dilihat dari tabel diatas bahwa fasilitas TK (Taman Kanak- Kanak) sudah tersedia diseluruh wilayah perkotaan subang dengan hasil persepsi masyarakat sebesar 100 % yang menyebutkan bahwa TK telah ada di setiap wilayah. Jumlah fasilitas yang tersedia pun secara keseluruhan sudah cukup dengan persentase 78,79 %, namun terdapat 1 kelurahan yang menyatakan bahwa jumlah TK masih belum cukup ketersediaannya yaitu kelurahan parung dengan hasil persepsi masyarakat yang menyatakan belum cukup yaitu sebanyak 63,64 %. Tabel IV.22 Ketersediaan TK (Taman Kanak-Kanak) Menurut Persepsi Masyarakat di Perkotaan Subang b) SD (Sekolah Dasar) Perkotaan Subang bahwa ketersediaan SD (Sekolah Dasar) asilitas SD (sekolah Dasar) sudah tersedia diseluruh wilayah perkotaan subang dengan hasil persepsi masyarakat sebesar 100 % yang menyebutkan bahwa SD telah ada di setiap wilayah. Jumlah fasilitas yang tersedia pun secara 134

11 keseluruhan sudah cukup dengan persentase 57,58 %, namun terdapat 4 kelurahan yang menyatakan bahwa jumlah SD masih belum cukup ketersediaannya yaitu Kelurahan Parung yang menyebutkan bahwa 63,64 % belum cukup, Kelurahan Soklat yang menyebutkan bahwa 81,82 % belum cukup, Kelurahan Wanareja yang menyebutkan bahwa 81,82 %, dan Kelurahan Cinangsi yang menyebutkan bahwa 72,73 % belum cukup. c) SMP (Sekolah Menengah Pertama) Perkotaan Subang bahwa ketersediaan SMP (Sekolah Menengah Pertama) belum tersedia di Kelurahan Soklat, Kelurahan Dangdeur, Kelurahan Sukamelang, dan Kelurahan Cinangsi. Jumlah fasilitas yang tersedia pun secara keseluruhan belum cukup dengan persentase 70,71 %. Namun terdapat beberapa kelurahan yang menyebutkan sudah cukup dengan ketersediaan SMP yaitu Kelurahan Pasirkareumbi dengan presentase 63,64 % dan Kelurahan Karanganyar dengan presentase 100 %. d) SMA (Sekolah Menengah Atas) Perkotaan Subang bahwa ketersediaan SMA (Sekolah Menengah Pertama) di Perkotaan Subang belum cukup dengan presentase 58,59 %. Hanya terdapat beberapa kelurahan yang menyebutkan bahwa ketersediaan SMA sudah cukup yaitu Kelurahan Pasirkareumbi dengan presentase 63,64 %, Kelurahan Cigadung dengan presentase 100 %, dan Kelurahan Dangdeur dengan presentase 100 %. e) PT (Perguruan Tinggi) Perkotaan Subang bahwa ketersediaan PT (Perguruan Tinggi) bahwa di sebagian wilayah tidak tersedianya PT (Perguruan Tinggi) dengan persentase 77,78 % karena PT hanya tersedia di Kelurahan Pasirkareumbi dan Kelurahan Karanganyar yang lingkup pelayanannya sewilayah. Bila dilihat dari jumlah fasilitasnya bahwa PT di Perkotaan Subang sudah cukup dengan persentase 74,75 %. B. Lokasi Fasilitas Pendidikan Lokasi fasilitas pendidikan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas pendidikan yaitu diantaranya TK (Taman Kanak-Kanak), SD ( Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan PT (Perguruan Tinggi). Dimana lokasi fasilitas pendidikan ini terbagi menjadi 2 lingkup yaitu di dalam lingkungan tempat tinggal dan di luar lingkungan tempat tinggal. a) TK (Taman Kanak-Kanak) Perkotaan Subang bahwa lokasi TK (Taman Kanak-Kanak) bahwa secara keseluruhan sebaran lokasi TK (Taman Kanak-Kanak) di Perkotaan Subang yaitu berada di dalam lingkungan tempat tinggal. b) SD (Sekolah Dasar) Perkotaan Subang bahwa lokasi SD (Sekolah Dasar), sebaran lokasi SD (Sekolah Dasar) di Perkotaan Subang yaitu berada di dalam lingkungan tempat tinggal. c) SMP (Sekolah Menengah Pertama) Perkotaan Subang bahwa lokasi SMP (Sekolah Menengah Pertama), di Perkotaan Subang berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan 55,56 %, namun terdapat beberapa kelurahan yang menggunakan fasilitas SMP di luar tempat tinggal yaitu Keluarah Soklat, Kelurahan Dangdeur, Kelurahan Sukamelang, dan Kelurahan Cinangsi. d) SMA (Sekolah Menengah Atas) Perkotaan Subang bahwa lokasi SMA (Sekolah Menengah Atas) di Perkotaan Subang berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan 66,67 %, namun terdapat beberapa kelurahan yang menggunakan 135

12 fasilitas SMA di luar tempat tinggal yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Soklat, dan Kelurahan Cinangsi. e) PT (Perguruan Tinggi) Perkotaan Subang bahwa lokasi PT (Perguruan Tinggi), di Perkotaan Subang berada di luar lingkungan tempat tingal dengan jumlah presentase 77,78 %. C. Kondisi Bangunan Fasilitas Pendidikan Kondisi bangunan fasilitas pendidikan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas pendidikan yaitu diantaranya TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan PT (Perguruan Tinggi). Dimana kondisi fasilitas pendidikan ini dikategorikan kondisi bangunan yang berkondisi baik, cukup (masih layak pakai), dan buruk (sudah tak layak pakai). a) TK (Taman Kanak-Kanak) Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan TK (Taman Kanak-Kanak), di Perkotaan Subang secara keseluruhan masih dalam berkondisi baik dengan presentase responden yaitu sebesar 65,66 %. Kondisi bangunan TK yang berkondisi baik yaitu berada di Kelurahan Parung, Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Dangdeur, dan Kelurahan Cinangsi. Untuk TK yang berkondisi bangunan cukup yaitu berada di Kelurahan Sukamelang dan Kelurahan Wanareja. Sedangkan TK yang berkondisi buruk yaitu terdapat di Kelurahan Soklat. b) SD (Sekolah Dasar) Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan SD (Sekolah Dasar), bahwa secara keseluruhan kondisi bangunan SD (Sekolah Dasar) di Perkotaan Subang berkondisi baik dengan jumlah presentase 56,67 %. Kondisi bangunan SD yang berkondisi baik yaitu erada di Kelurahan Parung, Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Soklat, Kelurahan Karanganyar, dan Kelurahan Cigadung. Kondisi bangunan SD yang berkondisi cukup yaitu berada di Kelurahan Dangdeur, Kelurahan Wanareja, dan Kelurahan Cinangsi. Sedangkan kondisi bangunan SD yang berkondisi buruk yaitu berada di Kelurahan Sukamelang. c) SMP (Sekolah Menengah Pertama) Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan SMP (Sekolah Menengah Pertama), yaitu cukup dengan presentase 50,51 %. Kondisi bangunan SMP yang berkondisi baik yaitu terdapat di Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Cigadung, dan Kelurahan Wanareja. Sedangkan kondisi bangunan SMP yang berkondisi cukup baik yaitu berada di Kelurahan Parung, Kelurahan Soklat, Kelurahan Dangdeur, Kelurahan Sukamelang, dan Kelurahan Cinangsi. d) SMA (Sekolah Menengah Atas) Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan SMA (Sekolah Menengah Atas), di Perkotaan Subang yaitu berkondisi cukup baik dengan presentase 54,55 %. Kondisi bangunan SMA berkondisi baik yaitu berada di Kelurahan Cigadung dan Kelurahan Dangdeur. Kondisi bangunan SMA yang berkondisi cukup yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Pasirkareumbi, Keluraan Soklat, Kelurahan Kranganyar, Kelurahan Wanareja, dan Kelurahan Cinangsi. Kondisi bangunan SMA yang berkondisi buruk yaitu Kelurahan Sukamelang. e) PT (Perguruan Tinggi) Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan PT (Perguruan Tinggi), di Perkotaan Subang yaitu berkondisi baik dengan persentase sebesar 76,77 %. Seluruh kelurahan menyebutkan bahwa kondisi bangunan PT di 136

13 Perkotaan Subang berkondisi baik, namun terdapat 1 kelurahan yang menyebutkan kondisinya cukup yaitu Kelurahan Cinangsi. D. Jarak Fasilitas Pendidikan Jarak fasilitas pendidikan dari tempat tinggal masyarakat yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas pendidikan yaitu diantaranya TK (Taman Kanak-Kanak), SD ( Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan PT (Perguruan Tinggi). Dimana jarak tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Dekat dengan jarak 0,5 Km dalam waktu 15 menit, Sedang dengan jarak 1 Km dalam waktu 30 menit, dan Jauh dengan jarak >1 Km dengan waktu >30 menit. Dengan menggunakan beberapa moda yaitu berjalan kaki, kendaraan pribadi, dan kendaraan umum. a) TK (Taman Kanak-Kanak) Perkotaan Subang bahwa jarak TK (Taman Kanak-Kanak), jarak TK (Taman Kanak- Kanak) dari tempat tinggal masyarakat Perkotaan Subang yaitu dekat dengan presentase 82,83 % dan moda yang digunakan untuk mencapai TK yaitu dengan berjalan kaki dengan presentase 58,59 %. Jarak dari tempat tinggal ke TK bila dilihat perkelurahan bahwa hampir semua berjarak dekat, namun terdapat 2 kelurahan yang berjarak jauh yaitu Kelurahan Parung, dan Kelurahan Wanareja. Bila melihat moda yang digunakan yaitu hampir seluruhnya dengan berjalan kaki, namun terdapat 3 kelurahan yang menggunakan kendaraan pribadi yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Wanareja, dan Kelurahan Cinangsi. b) SD (Sekolah Dasar) Perkotaan Subang bahwa jarak SD (Sekolah Dasar), bahwa jarak SD (Sekolah Dasar) dari tempat tinggal yaitu dekat dengan persentase 45,45 % dan moda yang digunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 56,57 %. Jarak dekat dari tempat tinggal ke SD yaitu Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Soklat, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Cigadung, dan Kelurahan Dangdeur. Jarak sedang dari tempat tinggal ke SD yaitu Kelurahan Sukamelang. Jarak jauh dari tempat tinggal ke SD yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Wanareja, dan Kelurahan Cinangsi. Untuk moda yang digunakan yaitu hampir keseluruhan banyak menggunakan kendaraan pribadi, namun Kelurahan Karanganyar masih banyak yang berjalan kaki, dan yang menggunakan kendaraan umum yaitu Kelurahan Dangdeur dan Kelurahan Sukamelang. c) SMP (Sekolah Menengah Pertama) Perkotaan Subang bahwa jarak SMP (Sekolah Menengah Pertama), Bila dilihat dari tabel tersebut diatas bahwa jarak dari tempat tinggal ke SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Perkotaan Subang yaitu berjarak jauh dengan presentase 58,62 % dan moda yang digunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 73,74 %. Hampir seluruh kelurahan berjarak jauh ke SMP, namun terdapat beberapa kelurahan yang berjarak sedang untuk menuju SMP yaitu Kelurahan Karanganyar dan Kelrahan Cigadung. d) SMA (Sekolah Menengah Atas) Perkotaan Subang bahwa jarak SMA (Sekolah Menengah Atas), bahwa jarak dari tempat tinggal ke SMA (Sekolah Menengah Atas) di Perkotaan Subang yaitu berjarak jauh dengan presentase 45,45 % dan moda yang digunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 81,82 %. Hampir seluruh kelurahan berjarak jauh ke SMA, namun terdapat beberapa kelurahan yang berjarak sedang untuk menuju SMA yaitu Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Cigadung, Kelurahan dangdeur, dan Kelurahan Sukamelang. e) PT (Perguruan Tinggi) Perkotaan Subang bahwa jarak PT 137

14 (Perguruan Tinggi), jarak dari tempat tinggal menuju PT (Perguruan Tinggi) di Perkotaan Subang yaitu berjarak jauh dengan presentase 48,48 % dan moda yang diunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 94,95 %. Jarak ke PT didominasi dengan jarak sedang, namun terdapat beberapa kelurahan yang berjarak jauh yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Cigadung, dan Kelurahan Cinangsi. Moda yang digunakan oleh seluruh kelurahan yaitu kendaraan pribadi Fasilitas Kesehatan A. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Ketersediaan fasilitas kesehatan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas kesehatan yaitu diantaranya Balai Pengobatan, Apotik, Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Dimana ketersediaan fasilitas kesehatan ini dilihat berdasarkan fasilitas yang ada di kawasan pekotaan subang dan sudah tersedia atau belumnya dari ketersediaan fasilitas kesehatan tersebut. a) Balai Pengobatan Perkotaan Subang bahwa ketersediaan Balai Pengobatan.bahwa ketersediaan balai pengobatan di Perkotaan Subang sudah ada dengan presentase 88,89 % namun ketersediaan balai pengobatan tersebut dikatakan belum cukup dari hasil persepsi dengan presentase 58,59 %. Balai pengobatan sudah tersedia di seluruh kelurahan di Perkotaan Subang kecuali di Kelurahan Sukamelang. Dari jumlah balai pengobatan yang ada hampir seluruh masyarakat mengatakan belum cukup kecuali Kelurahan Soklat, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Dangdeurm dan Kelurahan Cinangsi. b) Apotik Perkotaan Subang bahwa ketersediaan Apotik, apotik di Perkotaan Subang sudah tersedia sepenuhnya diseluruh kelurahan dan jumlah apotik yang telah tersedia pun sudah cukup dengan presentase 77,78 % dan yang menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas apotik di setiap kelurahan di Perkotaan Subang sudah cukup. c) Posyandu Perkotaan Subang bahwa ketersediaan Posyandu, posyandu sudah tersedia di seluruh kelurahan di Perkotaan Subang. Bila dilihat dari jumlah posyandu yang tersedia bahwa di Perkotaan Subang sudah cukup dengan peresentase 84,85 % dan yang menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas posyandu di setiap kelurahan di Perkotaan Subang sudah cukup. d) Puskesmas Perkotaan Subang bahwa ketersediaan Puskesmas, ketersediaan puskesmas di Perkotaan Subang sudah ada hampir diseluruh kelurahan dengan presentase persepsi yaitu sebesar 66,67 %, namun terdapat beberapa kelurahan yang belum tersedia yaitu Kelurahan Soklat, Kelurahan Cigadung, dan Kelurahan Sukamelang. Jika dilihat dari jumlah puskesmasnya bahwa di Perkotaan Subang belum cukup dengan persentase 68,69 %, hanya terdapat 2 kelurahan yang menyebutkan sudah cukup dengan jumlah puskesmas yang tersedia yaitu Kelurahan Karanganyar dan Kelurahan Dangdeur. e) Rumah Sakit Perkotaan Subang bahwa ketersediaan Rumah Sakit, ketersediaan rumah sakit di Perkotaan Subang hanya terdapat di dua kelurahan saja sehingga persepsi masyarakat 77,78 % menyebutkan tidak ada karena hanya terdapat di Kelurahan Dangdeur dan Soklat. Jika dilihat dari jumlah rumah sakit yang tersedia bahwa di Perkotaan Subang belum cukup dengan persentase 74,75 %. 138

15 B. Lokasi Fasilitas Kesehatan Lokasi fasilitas kesehatan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas pendidikan yaitu diantaranya Balai Pengobatan, Apotik, Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Dimana lokasi fasilitas kesehatan ini terbagi menjadi 2 lingkup yaitu di dalam lingkungan perumahan dan di luar lingkungan perumahan. a) Balai Pengobatan Perkotaan Subang bahwa lokasi balai pengobatan, bahwa lokasi balai pengobatan di Perkotaan Subang yaitu secara keseluruhan berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan persentase 88,89 %, namun masih ada yang diluar tempat tinggal yaitu Kelurahan Sukamelang. b) Apotik Perkotaan Subang bahwa lokasi apotik, bahwa di Perkotaan Subang lokasi apotik berada diseluruh kelurahan yaitu berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan hasil persepsi 100 %. c) Posyandu Perkotaan Subang bahwa lokasi posyandu, bahwa di Perkotaan Subang lokasi posyandu berada diseluruh kelurahan yaitu berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan hasil persepsi 100 %. d) Puskesmas Perkotaan Subang bahwa lokasi puskesmas, lokasi puskesmas di Perkotaan Subang dominan berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan persentase 66,67 %, Namun terdapat beberapa kelurahan yang lokasi puskesmasnya berada di luar tempat tinggal yaitu Kelurahan Soklat, Kelurahan Cigadung, dan Kelurahan Sukamelang. e) Rumah Sakit Perkotaan Subang bahwa lokasi rumah sakit, lokasi rumah sakit di Perkotaan Subang berada di luar tempat tinggal yaitu masih harus keluar kelurahan dengan persentase 77,78 %, yang berada di dalam lingkungan tempat tinggal hanya Kelurahan Soklat dan Kelurahan Dangdeur. C. Kondisi Bangunan Fasilitas Kesehatan Kondisi bangunan fasilitas kesehatan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas kesehatan yaitu diantaranya Balai Pengobatan, Apotik, Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Dimana kondisi fasilitas kesehatan ini dikategorikan kondisi bangunan yang berkondisi baik, cukup (masih layak pakai), dan buruk (sudah tak layak pakai). a) Balai Pengobatan Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan balai pengobatanbahwa kondisi bangunan balai pengobatan di Perkotaan Subang banyak yang berpersepsi berkondisi baik dengan persentase 39,39 %, namun terdapat kelurahan yang menyebutkan bahwa kondisi bangunan balai pengobatan berkondisi cukup baik yaitu Kelurahan Soklat dan Kelurahan Cigadung. Sedangkan yang berpersepsi bahwa kondisi bangunan balai pengobatan buruk yaitu Kelurahan Parung dan Kelurahan Sukamelang. b) Apotik Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan apotik, kondisi bangunan apotik di Perkotaan Subang secara keseluruhan sudah dalam kondisi baik dengan persentase 76,77 % dan sebagian lagi menyebutkan cukup dengan persentase 23,23 %. 139

16 c) Posyandu Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan posyandu, kondisi bangunan posyandu di Perkotaan secara keseluruhan sudah dalam kondisi baik dengan persentase 53,54 %, karena dapat dilihat bahwa keseluruhan masyarakat di seluruh keluruhan dominan menyebutkan bahwa kondisi bangunan posyandu berkondisi baik. d) Puskesmas Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan puskesmas, kondisi bangunan puskesmas di Perkotaan Subang berkondisi baik dengan persentase 39,39 % yaitu Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Dangdeur, dan kelurahan Cinangsi. Kondisi cukup baik dengan persentase 34,34 % yaitu Kelurahan Soklat, dan kondisi buruk dengan persentase 26,26 % yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Cigadung, dan Kelurahan Wanareja. e) Rumah Sakit Perkotaan Subang bahwa kondisi bangunan rumah sakit, kondisi bangunan rumah sakit di Perkotaan Subang sudah dalam kondisi cukup baik dengan persentase 58,59 %, namun terdapat beberapa kelurahan yang menyebutkan kondisi bangunan buruk yaitu Kelurahan Cigadung dan Kelurahan Dangdeur. D. Jarak Fasilitas Kesehatan Jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal masyarakat yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas pendidikan yaitu diantaranya Balai Pengobatan, Apotik, Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Dimana jarak tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Dekat dengan jarak 0,5 Km dalam waktu 15 menit, Sedang dengan jarak 1 Km dalam waktu 30 menit, dan Jauh dengan jarak >1 Km dengan waktu >30 menit. Dengan menggunakan beberapa moda yaitu berjalan kaki, kendaraan pribadi, dan kendaraan umum. a) Balai Pengobatan Perkotaan Subang bahwa jarak dari tempat tinggal ke balai pengobatan, jarak dari tempat tinggal ke balai pengobatan berjarak sedang dengan persentase 58,59 % yaitu Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Soklat, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Dangdeur, dan Kelurahan Cinangs, namun yang terdapat kelurahan yang dekat dari tempat tinggal ke balai pengobatan yaitu Kelurahan Parung, dan kelurahan ang berjarak jauh dari tempat tinggal ke balai pengobatan yaitu Kelurahan Sukamelang dan Kelurahan Wanareja. Sedangkan moda yang banyak digunakan untuk menuju balai pengobatan yaitu kendaraan pribadi dengan persentase 93,94 %. b) Apotik Perkotaan Subang bahwa jarak dari tempat tinggal ke apotik, jarak dari tempat tinggal ke apotik di Perkotaan Subang secara umum berjarak dekat dengan persentase 49,49 % yaitu Kelurahan Soklat, Kelurahan Dangdeur, dan Kelurahan Cinangsi. Berjarak sedang dengan persentase 37,37 % yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Pasirkareumbi, Kelurahan Karanganyar, dan Kelurahan Cigadung. c) Posyandu Perkotaan Subang bahwa jarak dari tempat tinggal ke posyandu, ahwa jarak dari tempat tinggal ke posyandu di Perkotaan Subang secara umum berjarak sedang dengan persentase 54,55 % dan moda yang digunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 55,56 %. d) Puskesmas Perkotaan Subang bahwa jarak dari tempat 140

17 tinggal ke puskesmas, bahwa jarak dari tempat tinggal ke puskesmas di Perkotaan Subang secara umum berjarak sedang dengan persentase 41,41 % dan moda yang digunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 79,80 %. e) Rumah Sakit Perkotaan Subang bahwa jarak dari tempat tinggal ke rumah sakit, bahwa jarak dari tempat tinggal ke Rumah Sakit di Perkotaan Subang secara umum berjarak jauh dengan persentase 52,53 % dan moda yang digunakan yaitu kendaraan pribadi dengan presentase 86,87 % Fasilitas Perdagangan A. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan Ketersediaan fasilitas perdagangan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas perdagangan diantaranya Warung, Toko, Pasar Pasar Modern, dan Pasar Tradisional. Dimana ketersediaan fasilitas perdagangan ini dilihat berdasarkan fasilitas yang ada di kawasan pekotaan subang dan sudah tersedia atau belumnya dari ketersediaan fasilitas perdagangan tersebut. a) Warung Perkotaan Subang ketersediaan warung, ketersediaan Warung di Perkotaan Subang secara umum sudah cukup dengan presentase 100 % dan sudah terdapat di seluruh kelurahan di Perkotaan Subang dengan presentase 100 %. b) Toko Perkotaan Subang ketersediaan toko, bahwa ketersediaan Toko di Perkotaan Subang secara umum sudah cukup dengan presentase 87,88 % dan sudah terdapat di seluruh kelurahan di Perkotaan Subang dengan presentase 100 %. c) Pasar Modern Perkotaan Subang ketersediaanpasar modern, bahwa ketersediaan Pasar Modern di Perkotaan Subang secara umum sudah cukup dengan presentase 81,82 % dan masyarakat di seluruh kelurahan di Perkotaan Subang menyebutkan sudah cukup dan sudah terdapat di seluruh kelurahan di Perkotaan Subang dengan presentase 100 %. d) Pasar Tradisional Perkotaan Subang ketersediaan pasar tradisional, bahwa ketersediaan Pasar Tradisional di Perkotaan Subang secara umum belum cukup dengan presentase 71,72 % dan hanya terdapat di Kelurahan Karanganyar saja, sehingga hanya Kelurahan Karanganyar yang menyatakan sudah cukup. B. Lokasi Fasilitas Perdagangan Lokasi fasilitas perdagangan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas perdagangan diantaranya Warung, Toko, Pasar Modern, dan Pasar Tradisional. Dimana lokasi fasilitas perdagangan ini terbagi menjadi 2 lingkup yaitu di dalam lingkungan perumahan dan di luar lingkungan perumahan. a) Warung Perkotaan Subang lokasi warung, diatas bahwa lokasi Warung di Perkotaan Subang secara umum berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan presentase 100 %. b) Toko Perkotaan Subang lokasi toko, lokasi Toko di Perkotaan Subang secara umum berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan presentase 100 %. 141

18 c) Pasar Modern Perkotaan Subang lokasi pasar modern, lokasi Pasar Modern di Perkotaan Subang secara umum berada di dalam lingkungan tempat tinggal dengan presentase 100 %. d) Pasar Tradisional Perkotaan Subang lokasi pasartradisional, lokasi Pasar Tradisional di Perkotaan Subang secara umum berada di luar lingkungan tempat tinggal dengan presentase 88,89 % karena lokasi pasar hanya terdapat di Kelurahan Karanganyar. C. Kondisi Bangunan Fasilitas Perdagangan Kondisi bangunan fasilitas perdagangan yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas perdagangan yaitu diantaranya Warung, Toko, Pasar Modern, dan Pasar Tradisional. Dimana kondisi fasilitas perdagangan ini dikategorikan kondisi bangunan yang berkondisi baik, cukup (masih layak pakai), dan buruk (sudah tak layak pakai). a) Warung Perkotaan Subang kondisi bangunan warung, kondisi bangunan Warung di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Warung tersebut berkondisi baik dengan presentase 66,67 % b) Toko Perkotaan Subang kondisi bangunan toko, kondisi bangunan Toko di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Toko tersebut berkondisi baik dengan presentase 81,82 %. c) Pasar Modern Perkotaan Subang kondisi pasar modern, bahwa kondisi bangunan Pasar Modern di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Pasar Modern tersebut berkondisi baik dengan presentase 88,89 % d) Pasar Tradisional Perkotaan Subang kondisi pasar tradisional, bahwa kondisi bangunan Pasar Tradisional di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Pasar Tradisional tersebut berkondisi cukup dengan presentase 62,63 %, namun terdapat kelurahan yang menyebutkan bahwa Pasar Tradisional di Perkotaan Subang berkondisi buruk yaitu Kelurahan Parung. C. Jarak Fasilitas Perdagangan Jarak fasilitas perdagangan dari tempat tinggal masyarakat yaitu dapat dilihat dari berbagai jenis fasilitas perdagangan diantaranya Warung, Toko, Pasar Modern, dan Pasar Tradisional. Dimana jarak tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Dekat dengan jarak 0,5 Km dalam waktu 15 menit, Sedang dengan jarak 1 Km dalam waktu 30 menit, dan Jauh dengan jarak >1 Km dengan waktu >30 menit. Dengan menggunakan beberapa moda yaitu berjalan kaki, kendaraan pribadi, dan kendaraan umum. a) Warung Perkotaan Subang jarak warung dari tempat tinggal, jarak Warung dari tempat tinggal di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Warung tersebut berjarak dekat dengan presentase 100 % dan moda yang digunakan yaitu berjalan kaki dengan presentase 100 %. b) Toko Perkotaan Subang jarak toko dari tempat tinggal, jarak Toko dari tempat tinggal di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan 142

19 menyatakan bahwa Toko tersebut berjarak sedang dengan presentase 66,67 % dan moda yang digunakan yaitu menggunakan kendaraan pribadu dengan presentase 69,70 %. Tabel 3. Temuan dari Hasil Analisis Persepsi Masyarakat c) Pasar Modern Perkotaan Subang jarak pasar modern dari tempat tinggal, bahwa jarak Pasar Modern dari tempat tinggal di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Pasar Modern tersebut berjarak sedang dengan presentase 54,55 %, namun terdapat beberapa kelurahan yang menyatakan bahwa jarak ke Pasar Modern jauh yaitu Kelurahan Parung, Kelurahan Pasirkareumbi, dan Kelurahan Wanareja. Moda yang digunakan yaitu menggunakan kendaraan pribadi dengan presentase 88,89 %. d) Pasar Tradisional Perkotaan Subang jarak pasar tradisional dari tempat tinggal, bahwa jarak Pasar Tradisional dari tempat tinggal di Perkotaan Subang secara umum yaitu keseluruhan penduduk kelurahan menyatakan bahwa Pasar Tradisional tersebut berjarak jauh dengan presentase 61,62 % dan moda yang digunakan yaitu menggunakan kendaraan pribadi dengan presentase 86,87 % Temuan dari Hasil Analisis Persepsi Masyarakat Pada bagian ini yaitu diterangkan mengenai kesimpulan dari hasil keseluruhan analisis persepsi masyarakat tentang pelayanan fasilitas sosial yang dilihat berdasarkan ketersedian, lokasi, jarak, dan kondisi bangunan fasilitas sosial tersebut, sehingga dihasilkan berbagai temuan : 143

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di ibukota berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan dinamika penggunaan lahan. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan industri mendominasi

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar TEMU ILMIAH IPLBI 203 Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar Umi Kalsum (), Syahriana Syam (2) () Prodi Pengembangan Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 37 IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 4.1 Jalan Jalan merupakan infrastruktur yang penting untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain atau satu pusat perekonomian ke pusat perekonomian lainnya. Ketersediaan

Lebih terperinci

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Kawasan Mangrove Karangsong yang berlokasi di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan asas otonomi. Asas otonomi daerah

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat menggunakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis menggunakan metode yang akan membantu penulis untuk mempermudah pengerjaan penulisan skripsi ini maka penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Perpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 2 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1.

BAB III METODOLOGI. III. 2 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1. BAB III METODOLOGI III.1. Umum Metodologi adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah dalam mencari jawaban. Metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data BAB III DESAIN RISET Desain penelitian merupakan kerangka atau rancangan penelitian yang meliputi segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam memecahkan atau menjawab rumusan permasalahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

pekanbarukota.bps.go.id

pekanbarukota.bps.go.id Katalog BPS : 1101002.1471.010 2014 Statistik Daerah Kecamatan Tampan Tahun 2014 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 Katalog BPS : 1101002.1471.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh : S u y a d i L2D 301 334 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273. 1660 Katalog BPS : 9213.3273.240 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak kebijakan otonomi daerah di Indonesia dicanangkan banyak daerahdaerah yang cenderung untuk melaksanakan pemekaran wilayah. Peluang secara normatif untuk melakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S.

EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S. EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S. Sembel 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan data dipersiapkan dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan dan ciri perjuangan nasional dengan mengkaji dan memperhitungkan implikasinya dalam berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan (Hadari Nawawi dalam Pabundu Tika, 2005:2).

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. (1999:63), adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

III METODE PENELITIAN. (1999:63), adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu metode yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan secara objektif. Menurut

Lebih terperinci

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang Ir. Hery Budiyanto, MSA, PhD 1) 1) Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Merdeka Malang, E-mail: budiyantohery@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil akhir dari kajian ini akan dibahas dalam bab ini yaitu mengenai kesimpulan yang secara umum berisi tentang pokok-pokok substansi kajian dari keseluruhan studi mengenai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geogafis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Kecamatan Padangsidimpuan utara adalah salah satu kecamatan dari enam kecamatan dikota padangsidimpuan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang merupakan kesimpulan studi. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR ISI ABSTRAK..... i KATA PENGANTAR..... ii UCAPAN TERIMAKASIH..... iii DAFTAR ISI..... v DAFTAR TABEL..... viii DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Wisata Pasir Kunci, yang berada di RW 11 kelurahan

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Wisata Pasir Kunci, yang berada di RW 11 kelurahan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Wisata Pasir Kunci, yang berada di RW 11 kelurahan Pasirjati Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Kelurahan pasirjati

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi BAB III DESAIN RISET Dalam bab ini akan dibahas metodologi penelitian yang digunakan, unit analisis yang digunakan, data yang mendukung penelitian, pengumpulan data, lokasi penelitian, pemilihan sampel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN TUGAS AKHIR S i d a n g T u g a s A k h i r PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN Oleh: Ayu Yulinar K 3607.100.030 OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Hasil dan

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan tumbuhnya sebuah kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk berarti jumlah kebutuhan menjadi lebih besar, salah satunya kebutuhan pada lahan. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut M. Nazir (1998: 63), penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 63 V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN A. Luas Perubahan Lahan Perkebunan Karet yang Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa. Penulis Melakukan Penelitian di Kabupaten Kampar- Riau, lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa. Penulis Melakukan Penelitian di Kabupaten Kampar- Riau, lokasi 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui ini variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan menurut standar IKM dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, maka tipe penelitian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Gambaran Umum Perumahan Bumi Adipura Secara umum Perumahan Bumi Adipura berada pada wilayah pengembangan bagian Timur Kota Bandung, tepatnya di wilayah pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan timbulnya masalah permukiman. Masalah permukiman lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan. Masalah perumukiman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kepada responden. Data primer tersebut meliputi identitas responden, jumlah

METODE PENELITIAN. kepada responden. Data primer tersebut meliputi identitas responden, jumlah 52 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini data primer diambil berdasarkan kuesioner yang diwawancarakan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) Abstrak

Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) Abstrak Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Berdasarkan Preferensi Penghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO SULAWESI UTARA.

IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO SULAWESI UTARA. IDENTIFIKSI KETERSEDIN INFRSTRUKTUR FSILITS SOSIL DI KECMTN MLLYNG KOT MNDO SULWESI UTR. Onya rlita. Dansa, Surijadi Supardjo, ST, MSi, manda Sembel, ST, MT,MSi Fakultas Teknik, Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan konsumen dalam menggunakan jasa angkutan umum C10 Trayek Cengkareng

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER di WILAYAH KELURAHAN BARON dan JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Bruce Maldy Pratama,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Indikator-indikator keberlanjutan transportasi perkotaan dalam aspek ekonomi yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tambora yang merupakan salah satu dari dari 8 kecamatan yang berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Dengan luas

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional, karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci