KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR
|
|
- Indra Doddy Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses pertumbuhan anak, dengan bermain anak-anak dapat mengeksplorasikan apa yang ada dalam diri mereka sendiri, dan bermain adalah hak setiap anak. Sebagai antisipasi keadaan ini, pemerintah menerbitkan kebijakan Kota Layak Anak melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan tahun Saat ini ketersediaan ruang bermain yang terbatas pada suatu wilayah menjadi permasalahan terutama di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi. Kelurahan Baranangsiang merupakan wilayah pusat perkotaan di Kota Bogor dengan kepadatan penduduk dan bangunan tinggi. Tujuan penilitian adalah a. mengidentifikasi tingkat pelayanan kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak, b. menilai persepsi anak dan orangtua terhadap kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif meliputi pemberian nilai indeks terhadap variabel-variabel Standar Pelayanan Minimal (SPM) ruang bermain anak guna menilai tingkatan pelayanan dari ketersedian ruang bermain anak. Metode kualitatif meliputi analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak dan aktivitas bermain anak serta kebijakan tata ruang yang ada. Penyebaran kuesioner menggunakan teknik random sampling, responden meliputi masyarakat atau orang tua dan anak-anak (5-14 tahun). Hasil analisis menunjukkan kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak sebagian besar berupa lahan-lahan yang tidak diperuntukkan secara khusus untuk ruang bermain anak dan lahannya masih bersifat milik privat. Berdasarkan 3 (tiga) variabel Standar Pelayanan Minimal (SPM), didapatkan tiga tingkatan kelas pelayanan ruang bermain yaitu kategori pelayanan tinggi meliputi RW.13, dan 14, kategori pelayanan sedang meliputi RW.04, 05, 07, 08, 09 dan 11dan kategori pelayanan rendah meliputi 01, 02, 03,06, 10 dan 12. Berdasarkan hasil pembobotan responden yang telah dikategorikan, untuk kategori anak meliputi kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas rendah, kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria kelas tinggi dan untuk kategori keamanan masuk kedalam kriteria kelas rendah. Untuk kategori orang tua meliputi kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas tinggi, sedangkan untuk kategori kegiatan dan keinginan serta kategori keamanan yaitu samasama masuk kedalam kriteria kelas rendah. Kata Kunci : Ruang Bermain Anak, Standar Pelayanan Minimal, Aktivitas Bermain Anak 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan individu yang belum matang secara fisik mental maupun sosial, yang masih tumbuh dan berkembang. Berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kondisinya rentan dan masih tergantung pada orang dewasa, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan anak sebagai hak asasi anak dari berbagai gangguan yang mungkin akan menghambat tumbuh kembangnya. Dalam rangka mentransformasikan hak anak ke dalam proses pembangunan, maka pemerintah telah mengembangkan kebijakan Kota Layak Anak. KLA merupakan upaya pemerintah untuk mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak ke dalam sebuah kebijakan pembangunan dan program yang layak anak. KLA dipandang sebagai sesuatu yang penting untuk menjadi sebuah agenda nasional mengingat masih terbatasnya kebijakan pemerintah untuk menyatuhkan isu hak anak ke dalam perencanaan pembangunan kabupaten/kota dan belum terintegrasinya hak perlindungan anak kedalam pembangunan kabupaten/kota. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadikan model KLA ini sebagai prioritas program dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya pengembangan KLA melalui penetapan 7 (tujuh) Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 1
2 aspek penting dalam pengembangan KLA, yaitu (Universitas Jambi, 2008): a) Kesehatan; b) Pendidikan; c) Sosial; d) Hak sipil dan partisipasi; e) Perlindungan hukum; f) Perlindungan ketenagakerjaan; dan g) Infrastruktur. Kondisi infrastruktur di perkotaan, belum memperlihatkan layak anak. Pembangunan infrastruktur, seperti sarana prasarana transportasi, pendidikan, kesehatan, belum menjadikan anak sebagai objek utama. Alih fungsi lahan yang terus terjadi berakibat terhadap pertumbuhan anak. Ruangruang terbuka dan lahan-lahan kosong beralih fungsi menjadi ruang terbangun. Seperti diketahui, keberadaan ruang-ruang terbuka dan lahan-lahan kosong tersebut merupakan salah satu ruang bermain anak. Padahal dengan bermain, anak dapat mengeksplorasikan apa yang ada dalam diri mereka sendiri, dan bermain adalah hak setiap anak. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 11, yang menyatakan bahwa Setiap anak berhak untuk berisitirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Dalam lingkup wilayah yang lebih kecil, menurut Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bogor Tahun , Kelurahan Baranangsiang merupakan bagian dari Kecamatan Bogor Timur dimana termasuk di Pelayanan (WP) A, WP A merupakan wilayah pusat perkotaan yang sebagaimana didominasi dengan pusat perkantoran, pusat perdagangan dan permukiman. Dengan kawasan permukiman sedang dan kepadatan penduduk sebesar 116 jiwa/ha. Pola penggunaan lahan pada kelurahan ini sebagian besar adalah permukiman padat dengan kondisi rumah yang sangat berdekatan dan kurang tertata. Berdasarkan data dari Bappeda Kota Bogor (2005), penggunaan lahan di kelurahan ini yaitu lahan terbangun 88,50% dan sekitar 11,50% merupakan lahan tidak terbangun (lahan terbuka) yang meliputi tanah kosong, RTH, dan ladang. Jumlah penduduk usia anak yaitu berkisar 0-14 tahun mencapai 22,23 % dari jumlah penduduk yang ada, ini berarti perlu perhatian lebih terhadap anak-anak. Secara kuantitatif, mengacu dari SNI , pemerintah telah membuat standar luasan minimum yang harus dipenuhi. Bila mengacu pada standar tersebut, terlihat bahwa tempat bermain anak disediakan di lingkungan masyarakat yang paling kecil, yaitu lingkup wilayah RT. Namun, kenyataan yang ada mengingat keterbatasan lahan, hal tersebut tidak pernah terpenuhi di Kelurahan Baranangsiang Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: a) Mengidentifikasi tingkat pelayanan kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. b) Menilai persepsi anak dan orangtua terhadap kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. 2. LANDASAN TEORI Anak merupakan individu yang belum matang secara fisik mental maupun sosial, yang masih tumbuh dan berkembang Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Menurut Pasal 11 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri merupakan hak anak Tempat bermain anak adalah bagian ruang yang digunakan oleh anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan bebas untuk memperoleh kesenangan, keriangan dan kegembiraan. Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 2
3 Tabel 1 : Jenis Ruang Bermain Anak Ruang Bermain No. Anak Menurut SNI Ruang Bermain Anak di Kelurahan Barangsiang 1. Taman Bermain Taman Bermain 2. Sarana Olahraga Sarana Olahraga 3. Taman Lingkungan Taman Lingkungan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Secara umum, penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Baranangsiang, Kota Bogor. Penentuan lokasi ini ditentukan untuk mengetahui ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Baranagsiang Kota Bogor. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 : Peta Orientasi Studi 3.2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer : pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan penyebaran quesioner kepada masyarakat di Kelurahan Baranangsiang, Kota Bogor. 2. Data Sekunder : Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan mencari data dari instansi terkait, baik instansi pemerintahan maupun instansi swasta. 3. Metode Pengambilan Sample Dalam penelitian ini yang digunakan adalah random sampling (Sugiarto, 2003), dengan rumus: Dimana: n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang tidak dapat ditolerir Metode Analisis Metode-metode yang digunakan dalam upaya penganalisasian data pada penelitian ini antara lain analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak. Kemudian, untuk menilai pelayanan ruang bermain anak yang ada menggunakan analisa kuantitatif. penilaian dilakukan terhadap ketersediaan ruang bermain anak, dengan kata lain secara kuantitas bukan kualitas. Metoda kuantitatif digunakan sebagai berikut : a. Menghitung kondisi fasilitas melalui 3 indikator yaitu : perkerasan, fasilitas, pemeliharaan. Cara menghitung perkerasan, fasilitas dan pemeliharaan itu dengan cara pembobotan yaitu dengan dikasih nilai pembobotan 1,3 dan 5 dan kemudian dijumlahkan untuk mencari indeks. Setelah itu indeks dari kondisi fasilitas djumlahkan dengan indeks-indeks yang lain untuk menentukaan kelas untuk tingkat pelayanan. b. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menilai tingkat pelayanan dari ketersediaan ruang bermain anak untuk menentukan variabel penilaian yang dilakukan menggunakan standar pelayanan minimal fasilitas ruang terbuka di perumahan (Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan, dan Permukiman dan Pekerjaan Umum). Untuk mengetahui tingkat pelayanan dari tiap-tiap fasilitas adalah sebagai berikut : Tingkat Pelayanan Fasilitas: Dimana: X i = Luas unit fasilitas I S i = standar kebutuhan P = Jumlah penduduk Jika nilai I 1, berarti fasilitas tersebut telah mencukupi I 1, berarti fasilitas tersebut belum mencukupi. c. Menghitung kecukupan Jumlah fasilitas: Variabel selanjutnya adalah masalah jumlah ruang bermain anak yang tersedia. Berdasarkan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan untuk lingkup RW setidaknya harus tersedia 1 (satu) unit ruang bermain. Langkah selanjutnya adalah pemberian nilai indeks Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 3
4 Dimana: I i = indeks RW i suatu kriteria P i = jumlah fasilitas di RW i P p = jumlah fasilitas terbanyak/terbesar di seluruh RW Langkah selanjutnya setelah seluruh nilai indeks dijumlahkan, dan dilakukan penghitungan nilai interval. Interval dimaksudkan untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian setiap total nilai indeks dari setiap potensi yang ada di RW baik itu yang termasuk dalam kelas tinggi, sedang, ataupun rendah dalam pelayanan anak. Adapun rumus matematisnya adalah sebagai berikut (Supranto, 2009 dalam Albar, 2010): Nilai interval dibagi 3, dengan alasan karena ada 3 kelas yaitu Tinggi (T), sedang (S) dan rendah (R) d. Menhitung Pembobotan dari Kuesioner: Perhitungan nilai untuk setiap pertanyaan pada kuesioner menggunakan nilai pembobotan di tiap jawaban diberikan nilai satu sampai dengan lima (1-5) dan untuk nilai tersebut dinilai dari fungsi jawaban masing-masing, yaitu apakah jawaban tersebut menunjukan kondisi dan ketersediaan, keingininan dan kegiatan,dan keamanan dari orangtua dan anak-anak lebih aman atau lebih nyaman untuk ruang bermain anak atau tidak. Penilaian pembobotan untuk setiap pertanyaan menggunakan rumus: Selanjutnya, menentukan kelas interval dari setiap pertanyaan dan kelompok pertanyaan dengan klasifikasi Rendah= 1, Sedang= 3, dan Tinggi= HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi dan Ketersediaan Infrastruktur Ruang Bermain Anak Status lahan hampir sebagian besar merupakan milik pribadi. Namun yang perlu diketahui, bahwa pada setiap RW masih ditemukan anak-anak bermain pada jalan/gang yang ada disekitarnya. Secara lebih jelas mengenai jenis, jumlah, luas, status lahan dan sebaran dari ruang bermain anak yang ada di Kelurahan Barangsiang disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 2 dibawah ini. Tabel 5 Jenis Ruang Bermain, Luas, dan Status Lahan di Kelurahan Barangsiang Tiap RW Jumlah Luas Ruang Jenis Ruang Ruang Bermain Yang Status Lahan Bermain Bermain Tersedia (m 2 ) RW 01 Halaman Sekolah Milik Pemerintah RW RW 03 Lapangan Milik Pemerintah RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 Halaman Sekolah Milik Pemerintah Lapangan Milik Swasta Taman Milik Swasta Halaman Sekolah Milik Pemerintah Lapangan Milik Swasta Lapangan Basket Milik Swasta Taman Milik Pemerintah Lapangan Bulutangkis Milik Swasta Halaman Rumah Milik Pribadi Halaman Sekolah Milik Pemerintah Taman Milik Pemerintah Taman Milik Swasta Madrasah Milik Swasta RW 08 Lapangan Voli Milik Swasta Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 4
5 Lanjutan Tabel 5 Jenis Ruang Bermain Jumlah Ruang Bermain Luas Ruang Bermain Yang Tersedia (m 2 ) Status Lahan Lapangan Bola Milik Pribadi Halaman Sekolah Milik Pemerintah Halaman Rumah Milik Pribadi PAUD+Taman Milik Swasta Baca Lapangan Bulutangkis Milik Swasta RW 09 Lapangan Futsal Milik Swasta Lapangan Bola Milik Pribadi Halaman Sekolah Milik Pemerintah RW 10 Lapangan Milik swasta RW 11 RW 13 Lapangan Bulutangkis Milik Swasta Taman Milik Swasta Taman Milik Pemerintah Taman Milik Pemerintah RW Halaman Sekolah Milik Pemerintah Halaman rumah Milik Pribadi Taman - RW Milik Pemerintah Taman Milik Pemerintah Warnet/Game 2 Online Milik Pribadi Lapangan Bola Milik Swasta Taman Milik Swasta Sumber: Hasil Observasi dan Analisis GIS, Tahun 2016 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini: Tabel 6 Jenis Permainan Anak di Kelurahan Baranangsiang No. Jenis Permainan Lokasi Gambar 2 : Peta Sebaran Ruang Bermain 4.2. Aktivitas Bermain Anak Aktivitas bermain anak kebanyakan dilakukan pada siang atau sore hari, karena pada pagi hari adalah saatnya anak-anak bersekolah, kecuali hari libur. Lokasi bermain sebagian besar dilakukan di lapangan. Lapangan yang dimaksud adalah berupa lahan kosong atau lapangan bulutangkis/voli/bola. Jalan menjadi salah satu lokasi bermain yang sering digunakan anak-anak. 1. Permainan Tradisional (main sondah, karet, bekel,petak Jalan/lahan kosong umpet,congklak) 2. Layang-layang Lahan Kosong/Lapangan/jalan 3. Bersepeda Jalan/lapangan 4. Sepakbola Lapangan/halaman rumah/jalan 5. Main Boneka Halaman rumah 6. Mobil-mobilan Jalan/lapangan 7. Main rumah-rumahan Halaman umah/lahan kosong 8. Main motor-motoran Jalan/lapangan 9. Main prosotan Halaman Sekolah Sumber: Hasil Pengamatan dan Tabulasi Kuesioner, Tahun 2016 Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 5
6 4.3. Tingkat Pelayanan Ruang Bermain Anak Menilai Infrastruktur Berupa Ruang Bermain Anak Terhadap Pelayanan berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 disebutkan mengenai standar pelayanan minimal fasilitas ruang terbuka di perumahan. Secara lebih rinci dijabarkan dibawah ini. a. Penilaian Jumlah Penduduk yang Terlayani: Berdasarkan luas lahan dari kondisi eksisting masing-masing ruang bermain anak, maka akan diketahui jumlah penduduk yang terlayani. Dengan standar bahwa satu penduduk membutuhkan luas 0.5 m 2 /jiwa, maka dapat dihitung jumlah penduduk yang terlayani sebagaiman dijabarkan dalam Tabel 7 dibawah ini. b. Penilaian Jumlah Ruang Bermain yang Tersedia : Pada penilaian ini, jumlah eksisting ruang bermain yang terdapat di Kelurahan Baranangsiang akan dikaitkan dengan jumlah yang telah ditetapkan sesuai dengan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Penilaian jumlah ruang bermain yang tersedia disajikan pada Tabel 8 dibawah ini. c. Penentuan Tingkat Pelayanan Anak Dalam Ruang Bermain: Variabel-variabel yaitu jumlah penduduk yang terlayani, luas dalam satu kawasan, dan jumlah yang tersedia (Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001). Variabelvariabel tersebut dikaitkan dengan standar yang terdapat pada SNI Berdasarkan penilaian indeks yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditentukan tingkatan pelayanan di masing-masing RW. Penentuan tingkat pelayanan dalam ruang bermain disajikan pada Tabel 10 dibawah ini: Tabel 7 Penilaian Jumlah Penduduk yang Terlayani Berdasarkan Luas Ruang Bermain Anak di Kelurahan Barangsiang No. Jumlah Penduduk 0-14 Tahun (jiwa) Luas Ruang Bermain Yang Tersedia (m 2 ) Standar Kebutuhan Ruang (m 2 /jiwa) Tingkat Pelayanan Indeks 1 RW RW RW RW , RW , RW RW , RW , RW , RW RW , RW RW , RW , Sumber: Hasil Analisis Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 9 dibawah RW.13 dan 14 merupakan RW dengan tingkat kelayakan tinggi berdasarkan 3 (tiga) variabel yaitu indeks kebutuhan ruang bermain, indeks ketersediaan jumlah ruang bermain dan indeks kondisi ruang bermain. Untuk tingkatan kelayakan sedang dimiliki oleh RW.04, 05, 07, 08, 09 dan 11. Selanjutnya untuk tingkatan kelayakan rendah terdapat di RW.01, 02, 03, 06, 10 dan 12. Ini berarti bahwa dari ketiga variabel tersebut belum mampu terpenuhi oleh wilayah-wilayah tersebut. Khusus untuk RW.02 dan 12 tidak tersedianya ruang bermain menjadi faktor utama wilayah ini dengan tingkat kelayakan rendah Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 6
7 Tabel 8 Penilaian Jumlah Ruang Bermain yang Tersedia di Kelurahan Baranangsiang No. Jumlah Ruang Bermain Anak Standar Kebutuhan Ruang (Unit) Tingkat Pelayanan Indeks 1 RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW Sumber: Hasil Analisis Tahun 2016 Tabel 9 Kelas Pelayanan Ruang Bermain Kelurahan Baranangsiang No. Indeks Kebutuhan Indeks Ketersediaan Indeks Kondisi Jumlah Indeks Kelas Pelayanan 1 RW R 2 RW R 3 RW R 4 RW S 5 RW S 6 RW R 7 RW S 8 RW S 9 RW S 10 RW R 11 RW S 12 RW R 13 RW T 14 RW T Sumber: Tabel 5.4, 5.5, 5.6, dan Hasil Analisis, Tahun 2016 Kelas : T = Tinggi(> 1.957) R = Rendah (<978) S = Sedang ( ) 4.4. Persepsi Terhadap Ruang Bermain Anak Sebelum melakukan analisis berdasarkan hasil pembobotan, dilakukan penyebaran kuisioner terhadap 2 (dua) kriteria responden, yaitu responden anak-anak dengan jumlah 100 responden serta responden orangtua dengan jumlah responden 100 Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 7
8 a) Klasifikasi Jawaban Pertanyaan Kuesioner berdasarkan Responden Anak Tabel 10 Kelas Interval Anak No. Kategori Anak Total Bobot Kelas 1 Kondisi dan Ketersediaan 10 R 2 Kegiatan dan Keinginan 25 T 3 Keamanan 9 R Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016 Kelas: T = Tinggi (> 21), R = Rendah (<14), S = Sedang (15 20) Berdasarkan Tabel 10 diatas yaitu merupakan tabel kelas dari ketiga kategori pertanyaan. Dimana, untuk kategori k kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria rendah. Untuk kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria tinggi dan untuk kategori keamanan masuk kedalam kriteria rendah. b) Klasifikasi Jawaban Pertanyaan Kuesioner berdasarkan Responden Orangtua Tabel 11 Kelas Interval Orangtua No Jumlah Kela Kategori Anak. Kelas s 1 Kondisi dan Ketersediaan 22 T 2 Kegiatan dan Keinginan 9 R 3 Keamanan 4 R Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016 Kelas: T = Tinggi (> 18), R = Rendah (<10), S = Sedang (11 17) Berdasarkan Tabel 11 diatas dari hasil pembobotan untuk ketiga kategori di bagian orangtua yaitu untuk kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas tinggi. Untuk kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria kelas rendah dan untuk kategori keamanan yaitu sama, masuk kedalam kriteria kelas rendah. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut: a) Berdasarkan penilaian untuk jumlah penduduk yang terlayani yaitu tingkat pelayanan tertinggi terdapat pada RW.14 sedangkan, untuk tingkat perlayanan terendah terdapat pada RW.02 dan 12. b) Untuk penilaian jumlah ruang bermain yang tersedia yaitu tingkat pelayanan tertinggi terdapat pada RW.03 sedangkan, tingkat pelayanan terendah terdapt pada RW.02 dan 12. c) Berdasarkan jumlah kelas pelayanan ruang bermain yaitu untuk kelas tertinggi terdapat di RW. 13 dan 14, untuk kelas sedang terdapat di RW. 04, 05, 07, 08, 09 dan 11 sedangkan untuk kelas rendah terdapat di RW.01, 02, 03, 06, 10, dan 12. d) Berdasarkan persepsi anak untuk kategori kondisi dan ketersediaan dan kategori keamanan masuk kedalam kriteria interval rendah sedangkan, untuk kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria interval tinggi. e) Berdasarkan persepsi Orangtua untuk kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas tinggi, sedangkan untuk kategori kegiatan dan keinginan serta kategori keamanan yaitu sama-sama masuk kedalam kriteria interval rendah Saran Usulan dan saran yang dapat dikemukakan, diantaranya adalah: a) Meningkatkan kualitas ruang bermain anak yang ada agar anak-anak aman dan nyaman dalam bermain. b) Pembebasan lahan sangat disarankan dilihat, masih terdapat lahan kosong di tiap RW yang ada di Kelurahan Barangsiang. c) Mengenai keterbatasan lahan yang menjadi penghambat, pemerintah harus berupaya untuk membangun ruang bermain yang layak untuk anak di wilayah yang berdekatan dengan wilayah yang tidak memiliki ruang bermain. misalnya RW.02 dan RW. 12 yan tidak terdapat ruang bermain anak. d) Diharapkan kepada pemerintah kota memperhatikan tempat bermain bagi anak dan Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 8
9 memberikan kontribusi yang lebih terhadap pembangunan ruang bermain anak. Pemerintah harus dapat menggali keinginan dan harapan anak-anak dalam bermain. Upaya yang bisa dilakukan, misalnya mengadakan acara atau diskusi dengan anak-anak, dimana dalam acara tersebut pemerintah diharapkan menggali keinginan anak-anak mengenai ruang bermain yang mereka impikan. e) Kecamatan Ramah Anak (CaRA) yang diimplementasikan melalui Ruang Impian Anak (RIA) atau yang lebih populer dengan si-ria adalah sebuah model sinergi antara pelayanan publik dan fasilitasi kebutuhan terbaik untuk anak dalam hal informasi dan permainan yang mengedepankan good educatif for children. Hal tersebut seperti yang sudah diterapkan di Kabupaten Sidoarjo. Kota Bogor pun tidak menutup kemungkinan bisa menerapkan hal tersebut dari tingkat lebih bawah seperti memprakarsai pembentukan Kelurahan Ramah Anak. DAFTAR PUSTAKA (Bappeda) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor Badan Standarisasi Nasional SNI Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Badan Standarisasi Nasional SNI Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Herlinawati, Dita Identifikasi Kota Layak Anak Dari Segi Keberadaan Infrastruktur (Studi Kasus : Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor). {Tugas Akhir}. Bogor : Program Studi Perencanaan Dan Kota Fakultas (Pemkot) Pemerintah Kota Bogor. Rencana Detail Tata Ruang(RDTR) Kota Bogor Tahun, Bogor: Bappeda Kota Bogor. Republik Indonesia. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum No. 534/KPTS/M/2001 Suryana. Pengetian anak, (online), ( /15/definisi-anak html, diakses 12 april 2016 ) PENULIS : 1. Joao Da Silva Gusmao, S.T, (Alumni) 2016 Program Studi Perencanaan dan Kota FT-Unpak. 2. Dr.Ir. Janthy Trilusianthy Hidayat, M.Si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan dan Kota FT-Unpak. 3. Dr.Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan dan Kota FT-Unpak Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 9
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK
IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG
KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan
Lebih terperinciKEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).
KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3). Abstrak Pada tahun 2050 penduduk perkotaan dunia didominasi oleh penduduk lansia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,
Lebih terperinciARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani
ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD Oleh : Linda Dwi Rohmadiani Abstrak Proporsi Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ;
IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR Oleh ; Dwi Prasetiyo Putra 1, Edy Mulyadi 2, Janthy. T. Hidayat 3 Abstrak Kawasan wisata di Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK
ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinci2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PARTISIPASI STAKEHOLDERS DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DEPOK TAHUN
IDENTIFIKASI PARTISIPASI STAKEHOLDERS DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DEPOK TAHUN 2012-2032 Lucky Dwi Anggoro 1) ; Janthy Trilusianthy Hidayat 2) ; Indarti Komala Dewi 2). Abstrak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
133 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi
Lebih terperinciUnisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI
62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran
Lebih terperinciKhalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani
IDENTIFIKASI PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI BESAR TERHADAP PERKEMBANGAN PERUMAHAN DI KABUPATEN TANGERANG (Studi Kasus : Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa) Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciTugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Kawasan Semanggi Surakarta Sebagai Kampung Ramah Anak : Proses, cara, perbuatan menata, pengaturan, penyusunan (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi
Lebih terperinciEVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)
EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciDAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Yulianti Samsidar 1), Indarti Komala Dewi 2), Bayu Wirawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir di setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu ada unsur bermainnya. Itulah mengapa salah
Lebih terperinciKajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah
Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Karlina 1 T.A.M. Tilaar 2, Nirmalawati 2 Mahasiswa Teknik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG
24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga
Lebih terperinciPerilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D
Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Misi Kota Bogor Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dari Misi tahap I dalam RPJMD Kota Bogor 2015-2019 dan integrasi dari sasaran
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO
PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani
Lebih terperinciPenataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciArahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara
C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciStudi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciGELANGGANG REMAJA DI JAKARTA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia membutuhkan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar hingga kebutuhan yang dapat mengaktualisasikan dirinya. Fasilitas-fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah
BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, pembahasan dan temuan yang dihasilkan dalam kasus ruang publik anak di Kota Yogyakarta ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran meliputi ringkasan temuan,
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG
bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK
i (brt\f- WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA _ WALIKOTA BANJARMASIN,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anak adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam suatu negara. Dalam Keputusan Presiden RI no 36 tahun 1990 tentang Pengesahan
Lebih terperinciBAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data
BAB III DESAIN RISET Desain penelitian merupakan kerangka atau rancangan penelitian yang meliputi segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam memecahkan atau menjawab rumusan permasalahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bakauheni yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan merupakan gerbang masuk menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Pulau Sumatera memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA
ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA Muhammad Rahman Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: rahman2911@yahoo.com Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister
Lebih terperinciPenentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development
C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan timbulnya masalah permukiman. Masalah permukiman lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan. Masalah perumukiman
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciPERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU
PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI. diperoleh kesimpulan untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian. Metodologi
BAB III. METODOLOGI A. Umum Metodologi merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan selanjutnya data tersebut akan dianalisa sehingga diperoleh kesimpulan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi sebagai satu lembaga pendidikan tinggi, memberikan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para penggunanya dalam hal ini adalah
Lebih terperinciANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN. secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai dalam
BAB V ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN 5.1 ANALISA HOME INTERVIEW Dari hasil wawancara dan kuisioner yang disampaikan kepada masyarakat, secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai
Lebih terperincikamus Besar Bahasa Indonesia, survey didefinisikan sebagai teknik risert
37 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan study yang mengkaji tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pesawaran
Lebih terperinciIdentifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah)
Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah) Fransach Adi Putra 1, Aditianata 1 1 Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)
TESIS II - RE092325 Dosen Pembimbing : I.D.A.A. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D Disampaikan Oleh : Diah Kusumaningrum NRP. 3308 202 011 EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa anak merupakan masa depan Bangsa. Anak adalah generasi penerus cita-cita kemerdekaan dan kelangsungan hajat hidup Bangsa dan Negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, yaitu meliputi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Obyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten Gianyar.
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok
Lebih terperinciLAPORAN SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2015
LAPORAN SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2015 UNIT PELAYANAN PUBLIK BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDA ACEH DISUSUN OLEH : Nurbaiti, SE Mahlinda, ST, MT BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kualitas kesehatan akan berdampak pada peningkatan angka harapan hidup suatu negara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap jumlah penduduk lanjut
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk
60 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung, yang terdiri
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MANIMPAHOI KEC. SINJAI TENGAH Alamat :JlnPoros Malino Desa Saotengnga Kec.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah merupakan salah satu Instrumen untuk mengukur tingkat kinerja masing-masing unit Pelayanan Instansi Pemerintah, juga instrument
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman lingkungan merupakan ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan di lingkungan perumahan atau permukiman, yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dan diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Metro adalah kota hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah dan memperoleh otonomi daerah pada tanggal 27 April 1999 sesuai dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu dengan cara survei untuk
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu dengan cara survei untuk menghasilkan kajian deskriptif analitis yang berupa analisis tingkat kepuasan masyarakat
Lebih terperinciKarakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang
C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Indikator. Kabupaten/ Kota. Layak Anak PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
Lebih terperinciTingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-197 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo Sisca Henlita, Ketut Dewi Martha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data
LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis
Lebih terperinciAnalisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)
Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) ANDI CHAIRUL ACHSAN 1* 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciB. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui indeks kepuasaan masyarakat (IKM) terhadap Taman Pintar.
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Taman Pintar adalah sebuah institusi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat. Institusi ini fokus pada penyediaan sarana pembelajaran sains bagi siswa yang mendukung
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sri Sutarni Arifin 1 Intisari Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salahsatu sumberdaya utama dalam pembangunan. Tata ruang menata dan merencanakan seoptimal mungkin dalam memanfaatkan lahan yang ketersediaannya
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL
Lebih terperinciIdentifikasi Ketersediaan dan Kualitas Sarana Prasarana Lingkungan di Urban Fringe Area Kelurahan Pudakpayung
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN Volume 2 Nomor 3, Desember 2014, 197-208 Identifikasi Ketersediaan dan Kualitas Sarana Prasarana Lingkungan di Urban Fringe Area Kelurahan Pudakpayung Ajeng Dwi Handayani
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA Sebagai langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja Pemerintah Kota Depok, diperlukan perumusan suatu perencanaan strategik yang merupakan integrasi antara keahlian sumber
Lebih terperinci