Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan
|
|
- Devi Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah 150,78 km 2 dengan jumlah penduduk jiwa (BPS, 2010) yang terdiri dari pria sekitar jiwa dan wanita jiwa. Kota Tangerang Selatan sebelah utara berbatasan dengan kota Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta, di sebelah selatan berbatasan dengan kota Depok dan kabupaten Bogor dan di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tangerang. Penelitian dilaksanakan bulan Januari 2011 sampai dengan Mei Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan Bahan dan Alat Data yang digunakan terdiri dari (1) data primer, data penggunaan lahan hasil intepretasi citra dan data hasil survey cek di lapangan, (2) data sekunder berupa peta administrasi kota Tangerang Selatan, peta-peta tematik sarana
2 30 prasarana dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan, data atribut seperti data kependudukan, jumlah sarana prasarana wilayah kota. Alat yang digunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software Arc GIS 9.3, Microsoft Office serta alat penunjang lainnya yaitu kamera digital, GPS dan alat tulis. Metode Pengumpulan Data Sumber data primer diambil dari pengambilan titik lokasi sarana prasarana dengan GPS (Global Positioning System), hasil survey/cek di lapangan terkait jumlah sebaran, jarak sarana prasarana dan wilayah pelayanan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari lembaga pemerintahan (kantor Pemerintah Kota, Kecamatan), Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pendidikan Nasional Kota Tengerang, RTRW Kota Tangerang Selatan, data dari bahan bacaan, internet dan peta. Hubungan antara tujuan kegiatan penelitian, jenis data, metode analisis dan keluaran/hasil dari penelitian disajikan pada Tabel 1. Penggunaan lahan dapat dipantau dengan menggunakan intepretasi citra Diharapkan dari karakteristik penggunaan lahan dapat membantu proses identifikasi sebaran sarana prasarana wilayah di Kota Tangerang Selatan. Proses identifikasi sarana prasarana didukung data sekunder dari peta-peta tematik sebaran sarana prasarana. Hasil identifikasi sarana prasarana dievaluasi ketersediaannya dengan analisis deskriptif, kemudian dilakukan analisis spasial berkaitan dengan akses pencapaian dari permukiman menuju sarana prasarana. Hasil identifikasi, ketersediaan dan akses pencapaian di formulasikan dengan metode analisis SWOT sehingga didapatkan strategi pengembangan sarana prasarana wilayah sebagai arahan Kota Tangerang Selatan. Kerangaka bagan alir penelitian disajikan Gambar 6.
3 31 Tabel 1 Jenis data dan Metode Analisis Tujuan Kegiatan Jenis Data Metode Analisis Keluaran 1. Identifikasi sebaran sarana prasarana Penggunaan Lahan Lahan Intepretasi Citra Digital Peta Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan Peta Tematik Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan Primer Sebaran Sarana Prasarana Analisis Deskriptif Peta Sebaran Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan 2. Evaluasi ketersediaan sarana prasarana Kota Tangerang Selatan dalam Angka 2010 (BPS) Jumlah Sebaran Sarana Prasarana RTRW Kota Tangerang Selatan BAPPEDA, 2010 Analisis Deskriptif Ketersediaan Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan 3. Menganalisis akses pencapaian menuju sarana prasarana Peta Penggunaan Lahan/Tangerang Selatan Peta Jaringan Jalan Analisis Spasial Perhitungan Manual Jarak Pencapaian ke Sarana Prasarana 4. Strategi pengembangan sarana prasarana Hasil Wawancara dengan responden Hasil Analisis Sebelumnya Analisis SWOT Strategi Pengembangan Sarana Prasarana wilayah
4 32 Interpretasi citra Studi Pustaka Data BPS Peta Penutupan/ Penggunaan Lahan Wawancara Responden Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Akses Pencapaian Analisis SWOT Analisis Spasial Evaluasi Sebaran dan Ketersediaan Sarana Prasarana Arahan Pengembangan Sarana Prasarana Permukiman Gambar 6 Bagan Alir Penelitian Metode Analisis Data Metode Analisis data diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan, dan kendala yang terjadi berdasarkan data dan hasil survey di lapang. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Intepretasi Penutupan/Penggunaan Lahan Data peta penutupan dan penggunaan lahan diperoleh dari intepretasi citra satelit dengan menggunakan citra Geo Eye (Maret 2010) yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan.
5 33 Citra Satelit Intepretasi citra Peta Administrasi Peta Penggunaan Lahan Gambar 7 Bagan Alir Peta Identifikasi Sarana Prasarana Identifikasi dan Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menggambarkan dan memperlihatkan fakta-fakta data yang di analisa, digunakan untuk melihat data atribut. Kesimpulan analisis deskriptif dilakukan dengan mengestimasi melalui penjumlahan, perkalian atau pembagian secara matematis (Healey, 1999). Identifikasi dan evaluasi ketersediaan sarana prasarana dengan analisis deskriptif melalui tabulasi, mengacu kepada SNI Jumlah penduduk digunakan sebagai dasar perhitungan ratio jumlah sebaran sarana prasarana di tiap kecamatan. Sarana prasarana yang menjadi obyek penelitian adalah: 1. Sarana prasarana air bersih 2. Sarana prasarana listrik Peta Sebaran Sarana Prasarana 3. Sarana prasarana jaringan jalan 4. Sarana prasarana pendidikan dasar 5. Sarana prasarana kesehatan masyarakat 6. Sarana prasarana persampahan 7. Sarana prasarana niaga dan perdagangan
6 34 Sarana Prasarana Air Bersih Data sebaran sumber air bersih Kota Tangerang diambil dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS), wawancara dengan pengelola kantor IPA Serpong. Penggunaan analisis deskriptif untuk melihat jumlah sebaran sarana prasarana air bersih, ketersediaan dan wilayah pelayanan instalasi air bersih Kota Tangerang Selatan. Hasil analisis dibandingkan dengan SNI sebagai bahan acuan. Sarana Prasarana Listrik Ketersediaan sarana prasarana listrik di hitung secara tabulasi berdasarkan jumlah penduduk dan kegiatan rumah tangga yang memerlukan listrik (penerangan, alat-alat rumah tangga, hiburan dan informasi). Perhitungan kegiatan rumah tangga di asumsikan per 1 Kepala Keluarga (1 KK) terdiri dari 4 orang. Kebutuhan listrik per 1 KK adalah 5 Ampere, dan persamaan yang digunakan untuk menghitung daya listrik adalah sebagai berikut: P = V. I dimana P = Daya listrik (Volt Ampere) V = Tegangan (Volt) I = Arus Listrik (Ampere) Distribusi daya listrik disebarkan melalui gardu listrik yaitu: gardu tiang/portal, gardu tembok/beton, gardu cantol dan gardu kios. Pada penelitian ini yang dihitung hanya jumlah gardu listrik beton berdasarkan Peta Sebaran Gardu Listrik Kota Tangerang Selatan tahun Analisis deskriptif untuk menggambarkan jumlah sebaran gardu listrik dan jumlah kapasitas listrik. Kapasitas gardu listrik beton terdiri dari dua travo dengan besaran 630 kva (kilo Volt Ampere) atau VA per travo. Sarana Prasarana Jaringan Jalan Identifikasi jaringan jalan mengacu ke Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan Sistem Jaringan dan Geometri Jalan (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1998). Jaringan jalan berfungsi pergerakan manusia dan kendaraan, sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
7 35 Jenis prasarana dan utilitas jaringan jalan yang harus disediakan ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kelas kawasan/lingkungan perumahan. Standar kriteria jalan di sajikan dalam Tabel 2 berdasarkan SNI Tabel 2 Kualifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan Hirarki Jalan Perumah an Lokal Sekunder I Lokal Sekunder II Lokal Sekunder III Lingkung an I Perkerasan (m) (mobilmotor) (mobilmotor) 3.0 (mobilmotor) (pejalan kaki, penjual dorong) Dimensi dari Elemen-eleman Jalan Bahu Jalan (m) (darurat parkir) (darurat parkir) 0.5 (darurat parkir) Pedestrian (m) 1.5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1.5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1.2 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang Trotoar (m) Dimensi pada Daerah Jalan Damaja (m) cacat roda) Damija (m) Dawasja Min. (m) GSB Min. (m) Ket Khusus pejalan kaki Khusus pejalan kaki Lingkung an II 1.2 (pejalan kaki, penjual dorong) Khusus pejalan kaki Sumber: SNI diolah Evaluasi ketersediaan sarana prasarana jaringan jalan dilakukan melalui pengamatan. Pengamatan kondisi fisik jaringan jalan dan perhitungan panjang jalan dengan bantuan software Arc.GIS 9.3. Hasil data keduanya dianalisis dengan analisis deskriptif untuk memperlihatkan ketersediaan jaringan jalan. Sarana Pendidikan Dasar Ketersediaan sarana prasarana sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan).
8 36 Dasar penyediaan sarana pendidikan mempertimbangkan: 1. Pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. 2. Memperhatikan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. 3. Tercapainya tujuan pendidikan: mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Evaluasi ketersediaan sarana prasarana pendidikan dan pembelajaran mengacu pada SNI yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Standard dan Kriteria Sarana Pendidikan dan Pembelajaran No. 1 2 Jenis Sarana Taman Kanak- Kanak Sekolah Dasar Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Sarana Kriteria Keterangan Luas Lantai (m 2 ) Luas Lahan 2 (m ) Radius (m) Lokasi di dlm lingkungan bergabung dengan taman 3 SLTP dpt dicapai kendaraan 4 Taman Bacaan Sumber: SNI diolah ada lapangan olahraga di tengah kelompok warga tidak menyeberang jalan lingkungan. /60 murid dpt disatukan dengan sarana lain dapat digabung dengan sarana pendidikan lain SD, SMP Data sebaran sarana prasarana pendidikan dasar di tingkat kecamatan di analisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka. Sarana Kesehatan Masyarakat Identifikasi sarana prasarana kesehatan dianalisis berdasarkan data sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat per kecamatan dan peta tematik sarana prasarana kesehatan masyarakat tahun 2010 dari BAPPEDA Kota Tangerang Selatan. Standar perhitungan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu kepada SNI Standard kebutuhan dan pelayanan kesehatan masyarakat disajikan dalam Tabel 4.
9 37 No. Tabel 4 Standard Kebutuhan dan Pelayanan Sarana Kesehatan Masyarakat Jenis Sarana Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) Kebutuhan Per Satuan Sarana Luas Luas Lantai Lahan Min. Min. Standard (m 2 /jiwa) Radius pencapaian Kriteria Lokasi dan Penyelesaian (m 2 ) 2 (m ) 1. Posyandu , Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. 2. Balai Pengobatan Warga 3. BKIA / Klinik Bersalin 4. Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan 5. Puskesmas dan Balai Pengobatan 6. Tempat Praktek Dokter 7. Apotik / Rumah Obat , m Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya , m Dapat dijangkau dengan kendaraan umum Keterangan Dapat bergabung dengan balai warga atau sarana hunian/rumah Dapat bergabung dalam lokasi balai warga , m -idem- Dapat bergabung dalam lokasi kantor kelurahan , m -idem- Dapat bergabung dalam lokasi kantor kecamatan m -idem- Dapat bersatu dengan rumah , m -idem- Sumber: SNI diolah tinggal/tempat usaha/apotik Data sarana prasarana kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan dianalisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka untuk evaluasi ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat. Sarana Prasarana Persampahan Pengertian sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri bahan organik dan anorganik yang tidak berguna harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi lingkungan mengacu kepada (SNI ). Data sebaran Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) per kecamatan, peta tematik sebaran sarana prasarana
10 38 persampahan tahun 2010 dari BAPPEDA Kota Tangerang Selatan digunakan untuk identifikasi sebaran sarana prasarana persampahan. Standard kebutuhan sarana prasarana persampahan berdasarkan (SNI ) disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Standard Kebutuhan Sarana Persampahan Lingkup Prasarana Rumah (5 jiwa) RW (2500 jiwa) Kelurahan ( jiwa) Kecamatan ( jiwa) Kota (> jiwa) Sumber: SNI diolah Prasarana Sarana pelengkap Status Dimensi Keterangan Tong sampah Pribadi - -- Gerobak sampah 2 m Gerobak TPS mengangkut Bak sampah kecil 6 m 3 Jarak bebas 3x seminggu 3 TPS dengan Gerobak sampah 2 m Gerobak lingkungan TPS mengangkut Bak sampah besar 12 m 3 hunian 3x seminggu minimal Mobil sampah - Mobil TPS/TPA 30m mengangkut Bak sampah besar lokal 25 m 3 3x seminggu Bak sampah akhir - Tempat daur ulang TPA -- - sampah Data sarana prasarana persampahan di tingkat kecamatan dianalisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka untuk mengevaluasi ketersediaan sarana prasarana persampahan. Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Dasar penyediaan sarana adalah jumlah penduduk terlayani, radius area layanan terkait dengan kebutuhan pelayanan yang harus dipenuhi. Identifikasi sebaran sarana prasarana niaga dan dianalisis berdasarkan data sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan per kecamatan dan peta tematik sarana prasarana niaga dan perdagangan. Standar kebutuhan dan pelayanan sarana prasarana niaga dan perdagangan mengacu kepada (SNI ) disajikan dalam Tabel 6. Analisis deskriptif digunakan untuk evaluasi ketersediaan sarana prasarana niaga dan perdagangan meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka. 3
11 39 No Tabel 6 Standard Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga Jenis Sarana 1. Toko / Warung Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) (m 2 ) (termasu k gudang) Kebutuhan per Satuan Sarana Luas Luas Lantai Lahan Min. Min. 2 (m ) 100 (bila berdiri sendiri) Standard (m 2 /jiwa) Radius pencapaian Kriteria Lokasi dan Penyelesaian 0,4 300 m Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari sarana lain 2. Pertokoan , m Di pusat kegiatan sub lingkungan. KDB 40% Dapat berbentuk P&D 3. Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan 4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor) Sumber: SNI diolah Analisis Akses Pencapaian ,33 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum ,3 Terletak di jalan utama. Termasuk sarana parkir sesuai ketentuan setempat Skenario aksess pencapaian dengan metode analisis perhitungan jarak dan kerapatan jalan menggunakan software ArcGIS 9.3 sebagai alat bantu. Kerapatan jalan diukur dengan menghitung luas wilayah di banding dengan panjang jalan dengan persamaan sebagai berikut: R = L d dimana R : Kerapatan Jalan (km) L : Luas Wilayah (km 2 ) d : Panjang Jalan (km) Hasil kerapatan jalan menggambarkan akses pencapaian masing-masing sarana prasarana di tiap wilayah. Besaran kerapatan jalan menjadi standar jarak pencapaian menuju sarana prasarana
12 40 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis menggunakan kerangka kerja kekuatan (strength) dan meminimalkan kelemahan (weakness) mempergunakan kesempatan eksternal (opportunity) dan memperhatikan ancaman (threats). Instrumen ini merupakan metode sederhana memprediksi hasil terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi (Frieshner, 2010). Kerangka pemikiran SWOT berbentuk matriks dua kali dua melalui tahapan identifikasi faktor-faktor internal terkait dengan sarana prasarana wilayah yang menjadi kekuatan (S) dan kelemahan (W). Kemungkinan perluasan wilayah pelayanan menjadi salahsatu peluang (O) dan memprediksi ancaman (T) terkait pengembangan sarana dan prasarana wilayah menjadi faktor eksternal. Dalam setiap tahapan diberi penilaian dengan menggunakan matriks SWOT disajikan Tabel 7. Tabel 7 Matriks SWOT Eksternal Peluang (Opportunity) Internal Kekuatan (Strength) Strategi SO Kelemahan (Weakness) Strategi WO Ancaman (Threat) Strategi ST Strategi WT
Tabel 9 Standard Kriteria Kebutuhan Air
HASIL DAN PEMBAHASAN Sarana Prasarana Air Bersih Kota Tangerang Selatan Standar Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik atau rumah tangga meliputi minum, mandi, cuci dan memasak. Kegiatan rumah tangga
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan
Lebih terperinciGambar 1. Lokasi Penelitian
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO SULAWESI UTARA.
IDENTIFIKSI KETERSEDIN INFRSTRUKTUR FSILITS SOSIL DI KECMTN MLLYNG KOT MNDO SULWESI UTR. Onya rlita. Dansa, Surijadi Supardjo, ST, MSi, manda Sembel, ST, MT,MSi Fakultas Teknik, Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan
Lebih terperinciIndikator Konten Kuesioner
Indikator Konten Kuesioner No Variabel Pertanyaan 1 Internal (Kekuatan dan Kelemahan) 1. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi (positioning) kawasan jasa dan perdagangan di Jalan Pamulang Raya, Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan salah satu penyebab utama tumbuhnya kotakota di Indonesia. Salah satu kota yang memiliki populasi penduduk terbesar di dunia adalah Jakarta. Provinsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian adalah deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran
Lebih terperinciDOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI
BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran
III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sebagai sebuah kota besar yang juga berfungsi sebagai Ibukota Negara dan berbagai pusat kegiatan lainnya Jakarta sudah seharusnya menyediakan segala sarana dan
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra
67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang
Lebih terperinciADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu negara yang tingkat pembangunannya tidak merata. Fenomena urbanisasi menyebabkan timbulnya pemukimanpemukiman
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR BAGAN... xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR
KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang
Lebih terperinciSalah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak
Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK
83 BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK 4.1 Metode Pemilihan Alternatif Lokasi Pasar Lokal 4.1.1 Penentuan Titik Titik Permintaan (Demand Point) Titik permintaan
Lebih terperinciFASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?
FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA? Seringkali kita mendengar istilah fasilitas sosial fasilitas umum (fasos fasum) untuk menggambarkan fasilitas yang bisa digunakan publik. Dalam peraturan tentang
Lebih terperinciStudi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI dan RATING FAKTOR PENGENDALI. Judul penelitian
KUISIONER PENELITIAN PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI dan RATING FAKTOR PENGENDALI Judul penelitian Sebaran dan Ketersediaan Sarana dan Wilayah Pelayanan di Kota Tangerang Selatan IDENTITAS RESPONDEN N a m
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga
50 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Kecamatan Bontoala sendiri memiliki luas keseluruhan wilayah
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT
PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 DAFTAR
Lebih terperincib. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciKETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL
LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau
Lebih terperinciPENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG
PRESENTASI TESIS 1 PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG M. AGUS RAMDHAN (3310202701) PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Lebih terperinciSTRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO
STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO Oleh : EBERT FEBRIANUS TONIMBA Dosen Pembimbing : Prof. Ir. JONI HERMANA, M.Sc.ES., Ph.D. LATAR BELAKANG Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Kecamatan Tapung, Tapung Hulu, dan Tapung Hilir. Lokasi ini secara sengaja dipilih dengan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Grobogan, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
Lebih terperinciVI. PERUMUSAN STRATEGI
VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kendal, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
Lebih terperinciBAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Dasar Kebutuhan Ruang Program dasar kebutuhan ruang pada rumah susun sederhana milik di RW 01 Johar Baru dapat diuraikan sebagai
Lebih terperinciLapas Kelas I A Kedungpane
BAB V PROGRAM PERANCANGAN DAN PERENCANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA 5.1. Tapak Terpilih Lokasi tapak dipilih berdasarkan rencana pembangunan lapas wanita oleh Kemenkumham Kanwil Jawa Tengah, yaitu
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu
19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Manajemen Aset, FTSP Program Pascasarjana,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1.41%. Maka dengan wilayah Jakarta seluas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Lebih terperinciPeran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota
Peran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota bandung, 4 agustus 2008 ; disampaikan pada seminar nasional peran arsitektur perkotaan dalam mewujudkan kota tropis Universitas
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada Sondi Farm yang terletak di Kampung Jawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya
Lebih terperinciHasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016
Lampiran- Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 06 I. Air Limbah a. Identifikasi isu isu strategis NO ELEMEN INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Sudah ada dinas yang menangani
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data
15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK
IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan
Lebih terperincioleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF
PEMETAAN RESIKO BERMACAM BAHAYA LINGKUNGAN (MULTI RISK HAZARD MAPPING) DI KELURAHAN KAMPUNG MELAYU, CIPINANG BESAR UTARA DAN PENJARINGAN PROPINSI DKI JAKARTA (complement slides) oleh : Eka Rianta S. Database
Lebih terperinciRute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck
Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck TPA POOL Keterangan : BL 8041 AJ BL 8098 AH Kontainer 4. TPS Gerobak 1,5 m³ sebanyak 6 unit, bak pasangan bata terbuka 3 m³ sebanyak 1 unit, kontainer
Lebih terperinciFASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL
FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL A.1 Pengertian berdasarkan SNI 03-1733-2004 bahwa sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelegnggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Ciapus Bromel yang terletak di Ciapus Jl. Tamansari Rt 03/04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa
Lebih terperinciOptimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming
Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming Sigit Bagus Pamungkas I.0304067 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
101 BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Jumlah Unit Hunian Unit hunian dalam kampung nelayan vertikal tambak lorok ini akan dihuni oleh warga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Magelang yang merupakan salah satu kota yang ditetapkan menjadi kawasan andalan wilayah jawa tengah pada Perda Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif
Lebih terperinciEVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.
EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu limbah organik maupun non organik. Produksi sampah ini juga selalu mengalami
Lebih terperinciSarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG
KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan
Lebih terperinciLAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT
LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT Lampiran II. ANALISA SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini memilih lokasi di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pertimbangan dipilihnya daerah ini sebagai studi kasus karena Kota Tangerang
Lebih terperinciIV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh
IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA LINGKUNGAN, UTILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL PERUMAHAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan ICS 91.020; 91.040.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Muara Gading Mas, Bandar
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Muara Gading Mas, Bandar Negeri, Sriminosari, dan Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang
Standar Minimal Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar No 1. Kasiba/ Lisiba - Badan Pengelola Kawasan - Rencana terperinci tata ruang - Jumlah ijin lokasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
Hal 1 dari 5 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir RKA - SKPD 2.2 TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : Organisasi : 1.04. - Perumahan 1.04.03. - Dinas Cipta Karya dan Penataan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau 5.1.1. Identifikasi Perubahan Luas RTH di Jakarta Timur Identifikasi penyebaran dan analisis perubahan Ruang Terbuka Hijau di kawasan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPerpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan kualitas lingkungan permukiman di kota depok (studi kasus kelurahan bhaktijaya, kecamatan sukmajaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan
Lebih terperinciBAB III METODE PERENCANAAN
BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Wilayah Perencanaan Perencanan TPST ini berlokasi di Kelurahan Pemurus Dalam yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.
9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan
Lebih terperinci