Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) Abstrak"

Transkripsi

1 Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Berdasarkan Preferensi Penghuni (Studi Kasus Rusunami Gateway, Pesanggrahan Jakarta Selatan) Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) (1) Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB (2) Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB Abstrak Semakin langkanya ketersediaan lahan di dalam/pusat kota menyebabkan nilai lahan di kawasan ini semakin tinggi. Oleh karena itu pembangunan rusunami kemudian banyak dilakukan pada kawasan pinggiran kota. Sebagai sebuah lingkungan hunian, rusunami termasuk yang berada di kawasan pinggiran kota idealnya perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya para penghuninya. Namun demikian secara umum penyediaan fasilitas pada rusunami belumlah memadai (Simanungkalit, 2009). Sementara itu diduga para penghuni rusunami akan menggunakan berbagai landasan pertimbangan yang bersifat personal, rasional atau irasional dalam mencari pemenuhan kebutuhan yang dapat memuaskannya. Ukuran kepuasan tersebut tidak hanya dapat diukur dengan pengeluaran biaya secara nyata namun oleh faktor-faktor lain yang lebih kompleks (Sutriadi, 1996) sehingga dengan demikian penghuni rusunami tidak selalu akan memilih fasilitas yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan fasilitas dan penyediaannya dengan demikian dapat terjadi dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penggunaannya. Studi ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan fasilitas lingkungan yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan fasilitas umum oleh penghuni rusunami beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan studi tersebut dilakukan observasi, wawancara kepada pengelola, penghuni rusunami, penyebaran kuesioner kepada 100 penghuni rusunami, serta pengumpulan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah pembobotan, penilaian persentase, analisa Chi-Kuadrat dan tabulasi silang. Berdasarkan hasil data primer diketahui bahwa sebagian besar penghuni rusunami memilih menggunakan fasilitas peribadatan, perdagangan dan olahraga di rusunami oleh karena faktor jarak tempuh. Sementara itu sebagian besar penghuni rusunami menggunakan fasilitas pendidikan dan kesehatan di luar rusunami karena faktor kepercayaan (trust) terhadap mutu atau kualitas pelayanan yang diberikan pada kedua fasilitas tersebut. Kata-kunci : faktor, fasilitas, penggunaan, penghuni, rusunami Pengantar Perkembangan jumlah penduduk perkotaan saat ini menyebabkan kebutuhan perumahan bagi penduduk perkotaan meningkat dengan pesat. Namun demikian peningkatan kebutuhan perumahan tidak dapat diimbangi dengan kondisi lahan perkotaan yang semakin terbatas ketersediaannya. Kondisi tersebut menyebabkan harga lahan khususnya di pusat/dalam kota semakin meningkat harganya sehingga menyulitkan sebagian penduduk perkotaan untuk memperoleh hunian yang layak dan terjangkau. Salah satu upaya untuk mengatasi Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 435

2 Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel persoalan tersebut adalah melalui pembangunan rumah susun di pusat kota. Kebijakan pembangunan rumah susun di pusat kota diambil karena zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota dan memiliki aksesibilitas tinggi sehingga dilengkapi dengan berbagai infrastruktur pendukung. Doxiadis (1972) menyebut bahwa unsur ruang pusat (central part) sebagai bagian dari permukiman merupakan bagian dari kawasan kota yang berfungsi melayani segenap bagian-bagian kawasan kota, berupa dukungan fungsi-fungsi dasar yaitu pusat administrasi kota dengan lapangan atau balai pertemuan, tempat ibadah dan pasar. Namun demikian bagi pelaku pembangunan, rusunami yang sesungguhnya diperuntukkan bagi MBR dipandang kurang menguntungkan jika dbangun di dalam/pusat kota yang nilai lahannya tinggi. Pada sisi lain Pemerintah juga membatasi harga jual rusunami sehingga dipandang semakin mengurangi margin keuntungan pelaku pembangunan. Oleh karena itu pada perkembangannya banyak rusunami yang dibangun pada kawasan pinggiran kota sehingga tidak sesuai dengan arahan dan kebijakan Pemerintah. Wilayah pinggiran kota (suburbia) atau suburban tersebut lahir akibat pertumbuhan kota keluar (Daldjoeni, 1997) dan banyak dihuni oleh orang-orang yang bekerja di dalam kota. Kondisi rusunami di kawasan pinggiran kota umumnya juga dihuni oleh penduduk perkotaan yang bekerja atau banyak melakukan aktivitasnya di dalam/pusat kota. Sebagai hunian, rusunami perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas guna memenuhi kebutuhan penghuninya dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di rumah susun. Namun pada umumnya penyediaan fasilitas pada rusunami belum memadai (Simanungkalit, 2009). Pembatasan harga jual tertinggi rusunami oleh Pemerintah untuk menjaga keterjangkauan MBR dianggap semakin mengurangi margin keuntungan pelaku pembangunan. Oleh karena itu penyediaan fasilitas lingkungan rusunami secara umum tidak dapat dipenuhi sepenuhnya karena ada beberapa fasilitas yang dikurangi bahkan ditiadakan. Sementara itu diduga para penghuni rusunami akan menggunakan berbagai landasan pertimbangan yang bersifat personal, rasional atau irasional dalam mencari pemenuhan kebutuhan yang dapat memuaskannya sehingga tidak selalu fasilitas yang terdekat yang akan digunakan oleh para penghuni rusunami tersebut. Kondisi tersebut dapat menimbulkan permasalahan dalam penggunaan fasilitas lingkungan rusunami karena adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara penyediaan fasilitas dan kebutuhan penghuni rusunami sebagai penggunanya. Teori klasik pusat pelayanan (Central Place Theory) mengatakan bahwa suatu areal pelayanan dilayani oleh satu pusat pelayanan dan luas areal pelayanan tersebut sebanding dengan hirarki skala pelayanan dan jangkauan pelayanannya. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan tersebar di dalam wilayah dengan pola berbentuk heksagon (segi enam). Gambar 2.1 Pola Berbentuk Heksagon (Segi Enam) Christaller Sumber: Alexander, 1963 dalam Jayadinata (1999) Sebagaimana dikemukakan oleh Christaller bahwa manusia akan mengalami proses dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia akan mencari suatu pusat pemenuhan kebutuhan yang terdekat, murah, dan mudah dicapai serta sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu dalam Teori Perilaku Konsumen juga dikenal mengenai konsep preferensi penduduk pada suatu fasilitas atau pusat pelayanan tertentu. Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan, selera konsumen, dan 436 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

3 harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, studi ini mengacu pada permasalahan penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang belum banyak diketahui. Pertanyaan mendasar yang dapat dikemukakan yaitu: bagaimanakah penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota dan apakah faktor-faktor yang mempengaruhinya?. Tujuan studi ini dengan demikian diarahkan untuk mengkaji penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan rumah susun sederhana milik dan perencanaan fasilitas lingkungan rusunami. Metode Studi ini menggunakan metoda penelitian kuantitatif yaitu metoda penelitian yang didasarkan pada survey. Berdasarkan tujuannya studi ini bertipe eksplanatori atau menjelaskan suatu permasalahan atau topik baru yang sangat sedikit diketahui. Dalam studi ini menggunakan sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Teknik sampling dalam menentukan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu Sampling Insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Jika penghuni yang ditemui cocok sebagai sumber data maka selanjutnya kepada penghuni tersebut diminta untuk menjadi responden dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan dalam kuesioner, namun jika penghuni sarusun yang ditemui tidak sesuai/cocok untuk dijadikan sampel penelitian maka peneliti beralih ke unit-unit sarusun lainnya hingga diperoleh sampel yang representatif. Wahyu Imam Santoso Sebelum memilih sampel penelitian terlebih dahulu ditentukan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam studi ini dengan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rumus tersebut dengan menggunakan nilai kritis (d) 10% maka besarnya jumlah sampel (n) yang diambil berjumlah minimal 86 sampel namun untuk mengantisipasi kesalahan pengambilan sampel maka jumlah sampel ditambah hingga mencapai 100 orang. Dalam studi ini menggunakan studi kasus penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni Rusunami di kawasan pinggiran kota yaitu Rusunami Gateway Pesanggrahan Jakarta Selatan. Rusunami ini diambil sebagai studi kasus dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling secara purposive. Metode Pengumpulan Data Guna menjawab tujuan dan sasaran studi dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder yang selanjutnya dapat diolah maupun dianalisa sehingga dapat berguna untuk menjawab tujuan dan sasaran studi. Data primer dalam studi ini merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari responden melalui pengisian kuesioner, pengamatan langsung di lapangan (observasi) maupun wawancara kepada pengelola rusunami. Data sekunder yang diperlukan berupa peraturan penghunian Rusunami Gateway Pesanggrahan, denah wilayah studi, peraturan maupun kebijakan Pemerintah terkait rumah susun. Metode Analisis Data Untuk mengidentifikasi penyediaan fasilitas lingkungan pada wilayah studi dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kondisi penyediaannya dan membandingkan dengan standar untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya. Teknik analisa data penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami adalah dengan cara mempersentasekan jumlah total jawaban responden atas pilihan lokasi dan frekuensi penggunaan fasilitas lingkungan. Analisa data persepsi penghuni terhadap fasilitas lingkungan yang digunakannya menggunakan persentase jawaban responden terhadap Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 437

4 Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel kriteria-kriteria jarak tempuh, waktu tempuh dan kondisi fasilitas. Data preferensi fasilitas yang dibutuhkan responden diolah menggunakan teknik pembobotan. Fasilitas lingkungan yang dipilih oleh responden sebagai prioritas pertama diberi bobot 5, prioritas kedua diberi bobot 4, prioritas ketiga diberi bobot 3, prioritas keempat diberi bobot 2, dan prioritas kelima diberi bobot 1. Bobot masing-masing fasilitas lingkungan yang diberikan oleh keseluruhan responden kemudian dijumlahkan untuk diperoleh nilai totalnya sehingga dengan demikian dapat ditentukan urutan prioritas kebutuhan fasilitas lingkungan di wilayah studi. Diskusi Berdasarkan observasi diketahui bahwa kondisi penyediaan fasilitas lingkungan di Rusunami Gateway Pesanggrahan adalah sebagai berikut: Fasilitas pendidikan yang tersedia di Rusunami Gateway Pesanggrahan berupa sebuah fasilitas pendidikan tingkat pra sekolah yang terletak di lantai dasar Blok B dengan luas lantai 40 m2 dan disediakan serta diselenggarakan oleh pemilik unit non hunian. Fasilitas kesehatan pada rusunami berupa sebuah praktik dokter umum yang terletak di lantai dasar Blok D dan praktik dokter gigi di lantai dasar Blok A yang disediakan dan dikelola oleh pemilik unit non hunian dengan luas lantai masing-masing 20 m2. Fasilitas peribadatan yang terdapat di rusunami berupa 2 (buah) mushola yang terletak masing-masing di lantai besmen Blok A dengan luas lantai 24 m2 dan lantai dasar Blok C dengan luas lantai 66 m2 dan seluruhnya disediakan oleh pelaku pembangunan. Pada rusunami tersedia fasilitas perdagangan berupa 2 (dua) buah warung di lantai dasar Blok A dan di lantai dasar Blok D yang keduanya memiliki luas lantai yang sama yaitu 17 m2 serta toko di lantai besmen Blok A dengan luas lantai 45 m2. Fasilitas umum yang disediakan oleh pelaku pembangunan rusunami berupa ruang terbuka, sebuah fasilitas olahraga kolam renang, tempat parkir kendaraan dengan jumlah total 165 lot parkir. Dengan demikian diketahui tingkat kesesuaian penyediaan fasilitas lingkungan Rusunami Gateway Pesanggrahan dengan standar perencanaannya sebagai berikut: Penyediaan fasilitas pendidikan di rusunami belum sepenuhnya memenuhi standar perencanaan. Beberapa ketentuan dalam standar tersebut telah terpenuhi yaitu lokasi, dan jarak pencapaian maksimum namun tidak memenuhi persyaratan luas lantai, kesesuaian jenis fasilitas yang perlu disediakan. Sementara itu jenis fasilitas pendidikan yang perlu disediakan belum seluruhnya dapat dipenuhi yaitu sekolah dasar. Penyediaan fasilitas kesehatan di rusunami tidak sesuai dengan standar perencanaan karena tidak sesuai antara jenis fasilitas yang perlu disediakan berupa posyandu dan balai pengobatan dengan jenis fasilitas yang tersedia yaitu fasilitas praktik dokter umum dan dokter gigi. Jika mengacu pada jumlah penghuni rusunami maka fasilitas praktik dokter umum dan praktik dokter gigi belum perlu untuk disediakan. Penyediaan fasilitas peribadatan oleh pelaku pembangunan belum sepenuhnya sesuai dengan standar perencanaan karena tidak seluruh blok rusunami dilengkapi dengan fasilitas peribadatan harian dimaksud. Sementara itu fasilitas peribadatan yang tersedia telah memenuhi persyaratan luas lantai dan lokasi. Penyediaan fasilitas perdagangan berupa warung telah sesuai dengan standar untuk lokasi dan jarak pencapaian maksimalnya. Sementara itu toko jika mempertimbangkan jumlah penghuni rusunami maka tidak termasuk fasilitas perdagangan yang perlu disediakan untuk saat ini. Penyediaan fasilitas umum berupa ruang terbuka dan tempat parkir tidak sesuai dengan standar perencanaannya sementara fasilitas olahraga berupa kolam renang sesungguhnya bukan merupakan jenis fasilitas yang dipersyaratkan bagi rumah susun sederhana. Tempat parkir kendaraan 438 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

5 tidak memenuhi ketentuan rasio dan perletakannya sementara ruang terbuka telah sesuai untuk persyaratan lokasinya namun tidak memenuhi ketentuan jumlah kapasitas pengguna yang dapat ditampung. Penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni Rusunami Gateway Pesanggrahan adalah sebagai berikut: Sejumlah 51% penghuni rusunami memilih menyekolahkan anaknya pada fasilitas pra sekolah di luar Rusunami Gateway Pesanggrahan, 34% penghuni menggunakan fasilitas pra sekolah di dalam rusunami dan 14% penghuni memilih fasilitas sejenis sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya untuk keperluan yang sama. Sejumlah 54% penghuni rusunami memilih menggunakan fasilitas kesehatan berupa dokter yang berpraktik di luar rusunami, 27% penghuni menggunakan dokter di dalam rusunami untuk keperluan yang sama dan 11% penghuni lainnya masih tetap menggunakan dokter sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Fasilitas kesehatan berupa puskesmas hanya digunakan oleh 3% penghuni, sementara 5% penghuni lainnya lebih memilih rumah sakit atau pengobatan alternatif. Berdasarkan frekuensinya, 61% penghuni mengunjungi fasilitas kesehatan yang digunakannya setiap hari bila membutuhkan, 35% penghuni menggunakannya secara sesekali dan 4% penghuni secara sering. Dalam beribadah 56% penghuni rusunami memilih beribadah di dalam unit hunian sarusunnya, 41% penghuni beribadah pada mushola di dalam rusunami dan 3% penghuni menggunakan masjid/mushola di luar rusunami. Dengan demikian tidak ada satupun penghuni rusunami yang menggunakan fasilitas peribadatan sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Sebagian besar penghuni rusunami (73%) menggunakan fasilitas peribadatan dengan sering, 21% penghuni menggunakannya setiap hari dan 6% secara sesekali. Sejumlah 76% penghuni rusunami menggunakan fasilitas perdagangan berupa Wahyu Imam Santoso warung/toko di dalam rusunami, 23% penghuni memilih fasilitas sejenis di luar rusunami dan hanya 1% penghuni menggunakan fasilitas sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Berdasarkan frekuensinya sebanyak 69% penghuni rusunami berbelanja kebutuhan pokok setiap hari, 30% melakukannya dengan sering dan hanya 1% penghuni melakukannya secara sesekali. Sejumlah 55% penghuni rusunami menggunakan fasilitas olah raga di rusunami, 40% penghuni berolah raga di luar rusunami dan 5% penghuni memanfaatkan fasilitas sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Hanya 5% penghuni rusunami yang berolah raga secara rutin setiap hari, 33% menggunakan fasilitas olah raga secara sering dan 62% memanfaatkan fasilitas olah raga yang dipilihnya secara sesekali. Persepsi penghuni Rusunami Gateway Pesanggrahan terhadap fasilitas yang digunakannya adalah sebagai berikut: Penilaian sebagian besar penghuni rusunami atas kriteria kondisi fisik, kualitas pelayanan, daya tampung dan pemeliharaan perawatan fasilitas pendidikan adalah baik dengan persentase; 50% penghuni rusunami menilai baik kriteria kondisi fisik, 51% penghuni untuk kriteria kualitas pelayanan, 37% penghuni untuk kriteria daya tampung, dan 33% penghuni untuk kriteria pemeliharaan perawatannya. Hanya kriteria kelengkapan fasilitas pendidikan yang mendapat penilaian kurang baik oleh sebagian besar penghuni rusunami (34%). Untuk fasilitas kesehatan sebagian besar penghuni rusunami tidak dapat memberikan penilaiannya terhadap kriteria kelengkapan fasilitas (35%) dan pemeliharaan perawatan (39%). Sementara itu untuk kriteria kondisi fisik (44%) dan kualitas pelayanan (38%) sebagian besar penghuni rusunami memberi penilaian baik. Untuk fasilitas peribadatan seluruh kriteria penilaiannya memperoleh penilaian baik dari sebagian besar penghuni rusunami. Sebanyak 67% penghuni menilai baik kondisi fisik dan pemeliharaan perawatan fasilitas peribadatan Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 439

6 Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel yang digunakannya, 61% untuk keleluasaan penggunaan, 59% untuk kelengkapan fasilitas dan 58% untuk daya tampungnya. Sebagian besar penghuni rusunami memberikan penilaian baik untuk kriteria kelengkapan fasilitas (53%), pemeliharaan perawatan (55%), kondisi fisik (69%) dan kualitas pelayanan (60%). Pada fasilitas olah raga sejumlah 53% penghuni rusunami menilai kurang baik untuk kelengkapan fasilitas dan pemeliharaan dan perawatannya sementara 48% penghuni memberi penilaian yang sama untuk daya tampungnya. Sementara itu sebanyak 45% penghuni rusunami memberi penilaian baik terhadap kondisi fisik fasilitas olah raga yang digunakannya dan 44% penghuni rusunami mempersepsikan baik terhadap keleluasaan penggunaan fasilitasnya. Preferensi penghuni rusunami terhadap kebutuhan fasilitas lingkungan di Rusunami Gateway Pesanggrahan adalah: Prioritas kebutuhan fasilitas lingkungan sesuai dengan preferensi penghuni berdasarkan urutan nilai pembobotan adalah fasilitas umum (328), fasilitas kesehatan (269), fasilitas peribadatan (246), fasilitas perdagangan (228), dan fasilitas pendidikan (186). Hasil tersebut menunjukkan bahwa fasilitas umum merupakan prioritas utama kebutuhan penghuni akan fasilitas lingkungan di Rusunami Gateway Pesanggrahan. Sementara itu preferensi penghuni terhadap jenis-jenis fasilitas lingkungan yang dibutuhkannya berdasarkan urutan nilai persentase dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah tempat parkir (12,29%), masjid (10,6%), mushola (8,43%), toko (8,43%), TK (7,95%), warung kebutuhan pokok (6,75%), Pre School (6,51%), warung makan (5,30%), dokter spesialis (4,82%), dokter umum (4,10%), apotik (4,10%), SD (3,61%), dokter anak (2,89%), kolam renang (2,41%), area bermain (2,17%), klinik 24 jam (2,17%), ruang terbuka (1,93%), tempat fitness (1,69%), lapangan badminton (1,69%), gereja (1,20%), dan ruang pertemuan (0,96%). Dengan demikian berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa tempat parkir adalah jenis fasilitas lingkungan yang paling dibutuhkan oleh penghuni Rusunami Gateway Pesanggrahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami yaitu: Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan lokasi fasilitas pendidikan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,595) dan waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,578). Berdasarkan alasannya diketahui bahwa pertimbangan sebagian besar penghuni rusunami memilih fasilitas pendidikan bagi putra/putrinya adalah karena jarak fasilitas pendidikan tersebut dekat dengan unit sarusunnya. Namun demikian ada faktor kepercayaan (trust) dalam penggunaan fasilitas pendidikan tersebut karena meskipun alasan utama yang mengemuka adalah kedekatan jarak namun justru sebagian besar penggunaan fasilitas tersebut tidak dilakukan pada fasilitas yang terdekat di rusunami melainkan pada fasilitas sejenis di luar rusunami. Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,467), waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,448), dan persepsi penghuni rusunami terhadap kualitas pelayanan yang diberikan di fasilitas kesehatan dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,444). Alasan terbesar penghuni rusunami memilih fasilitas kesehatan tersebut adalah karena dokter pada fasilitas kesehatan yang dipilihnya memiliki kualitas yang baik sehingga dengan demikian faktor kepercayaan (trust) adalah yang utama. Indikasinya meskipun sebagian besar penghuni rusunami lebih memilih menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih dekat dengan hunian namun hal itu tidak dilakukan pada fasilitas kesehatan di rusunami yang lebih sedikit mendapat penilaian yang baik oleh para penghuni rusunami jika 440 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

7 dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya. Faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami adalah pekerjaan dengan tingkat keeratan hubungan rendah (0,374). Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas peribadatan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,707), waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,604), kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,576) dan pemeliharaan dan perawatan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,574). Faktor-faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas peribadatan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,428), waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,593), kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,664) dan pemeliharaan dan perawatan dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,635). Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas perdagangan oleh penghuni rusunami adalah usia dengan tingkat keeratan hubungan rendah (0,295), jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,480) dan waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,457). Ditinjau dari alasan penghuni rusunami memilih lokasi fasilitas perdagangan diketahui bahwa kedekatan fasilitas dimaksud dengan unit sarusun merupakan alasan yang terbesar. Faktor-faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas perdagangan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,576) dan pekerjaan dengan tingkat keeratan hubungan rendah (0,383). Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas olah raga oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,447), kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,534) dan pemeliharaan Wahyu Imam Santoso dan perawatan dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,447). Faktor-faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas olah raga oleh penghuni rusunami adalah kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,497) dan pemeliharaan dan perawatan dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,456). Kesimpulan Pada bagian ini dapat disampaikan beberapa kesimpulan secara umum yaitu: Sebagian besar penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota memilih menggunakan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang terdapat di luar rusunami (eksternal) sementara sebagian penghuni lainnya menggunakan fasilitas sejenis yang tersedia di rusunami (internal) atau fasilitas sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Sementara itu lebih banyak penghuni rusunami yang menggunakan fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan fasilitas olah raga di dalam rusunami (internal) daripada penghuni yang memanfaatkan fasilitas sejenis di tempat lain (eksternal). Pemilihan lokasi penggunaan fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan fasilitas olah raga oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota lebih utama dipengaruhi oleh faktor jarak tempuh daripada faktor karakteristik sosial ekonomi dan persepsi penghuni rusunami terhadap kondisi fasilitas yang digunakannya. Sementara itu penggunaan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota lebih dominan dipengaruhi oleh faktor kepercayaan (trust) pada mutu dan pelayanan fasilitas yang diterimanya daripada faktor jarak dan waktu tempuh serta karakteristik sosial ekonomi penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota. Penggunaan fasilitas lingkungan rusunami oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota cukup tinggi karena kedekatan jarak fasilitas dimaksud dari unit hunian sehingga Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 441

8 Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel oleh karena itu sangat diperlukan penyediaan fasilitas lingkungan rusunami di kawasan pinggiran kota yang memenuhi standar dan lebih memperhatikan kebutuhan atau aspirasi penghuni rusunami guna mendukung pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di rusunami. Rekomendasi Berdasarkan temuan studi dan kesimpulan di atas selanjutnya diusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut: Pelaku pembangunan perlu melakukan penyesuaian dalam penyediaan fasilitas lingkungan rusunami sesuai dengan standar perencanaan dan mempertimbangkan aspirasi penghuni rusunami. Pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan penghunian rusunami bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar tepat sasaran mengingat bias sasaran kepenghunian rusunami dapat menyebabkan ketidaksesuaian (mismatch) antara penyediaan fasilitas lingkungan rusunami dan kebutuhan penggunanya. Pemerintah daerah perlu segera menjalankan mekanisme pencadangan tanah (land banking) dan didukung dengan master plan kota sehingga rusunami dapat dibangun pada lokasi yang strategis sesuai dengan rencana tata ruang kota. Perlu segera dibentuk badan pengatur rumah susun yang salah satu tugasnya membantu memasarkan unit rusunami agar lebih memastikan unit-unit sarusun bersubsidi dapat dimiliki oleh MBR sehingga mengurangi bias sasaran kepenghunian rusunami. Untuk mendorong kepenghunian rusunami oleh MBR maka Pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi peraturan dan budaya hidup pada rumah susun. Pemerintah daerah perlu menjabarkan kebijakan nasional penyelenggaraan rumah susun dalam Perda Rumah Susun yang sesuai dengan kondisi daerahnya masingmasing. Dengan demikian dapat menjadi pedoman yang operasional dalam penyelenggaraan pembangunan rumah susun di daerah. Untuk mengurangi kecenderungan pemanfaatan fasilitas-fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu maka pengelola rusunami perlu membuat peraturan pemanfaatan fasilitas lingkungan rusunami sehingga dapat digunakan untuk kepentingan bersama, mensosialisasikan peraturan tersebut serta memberi sanksi tegas bagi setiap pihak yang melanggar. Sebagaimana kajian pada bab terdahulu diketahui bahwa terdapat faktor kepercayaan (trust) dalam penggunaan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami. Hasil penelitan menunjukkan bahwa sebagian besar penghuni rusunami lebih memilih menggunakan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang terdapat di luar rusunami daripada fasilitas sejenis di rusunami. Dalam rangka meningkatkan penggunaan fasilitas pendidikan dan kesehatan di rusunami oleh penghuni maupun pengguna di luar rusunami maka pengelola kedua fasilitas tersebut perlu melakukan upaya-upaya: - Menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan yang berkualitas untuk menciptakan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih setara dengan fasilitas sejenis di luar rusunami. - Melengkapi fasilitas pendidikan dan kesehatan dengan kelengkapan atau peralatan penunjang yang lebih baik. - Meningkatkan kapasitas ruang kelas bagi fasilitas pendidikan agar dapat menampung peserta didik dengan jumlah yang lebih besar. - Menambah waktu operasional fasilitas kesehatan sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan intensitas pelayanan kesehatan. - Meningkatkan pemeliharaan dan perawatan pada fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan karena hal ini merupakan faktor yang juga dipertimbangkan oleh penghuni rusunami 442 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

9 dalam memilih kedua jenis fasilitas tersebut. - Meningkatkan promosi atau menyelenggarakan program-program yang menarik minat penghuni rusunami untuk menggunakan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan di rusunami. - Membuka akses fasilitas rusunami untuk masyarakat selain penghuni rusunami. Namun agar kenyamanan dan keamanan rumah susun tetap terjaga maka setiap akses menuju zona privat atau lantai hunian seperti lift atau tangga diberi pengamanan dari akses pihak luar yang tidak berkepentingan. Pemerintah perlu melakukan revisi terhadap SNI tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana atau membuat standar baru mengenai perencanaan PSU rumah susun sederhana yang substansinya mengacu pada Undang-Undang Rumah Susun terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Beberapa masukan terhadap SNI tersebut di atas adalah sebagai berikut: - Perlu diatur bahwa penyediaan fasilitas lingkungan merupakan kewajiban dari pelaku pembangunan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. - Penyediaan fasilitas lingkungan di rumah susun harus mempertimbangkan kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia sehingga perlu dipersyaratkan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas seperti ram atau jalur pemandu (guiding block) untuk menciptakan lingkungan rumah susun yang inklusif dan aksesibel bagi semua golongan. Persyaratan jumlah penduduk minimal (treshold) untuk penyediaan fasilitas olah raga perlu ditinjau kembali karena fasilitas ini tetap memiliki peran penting dalam menjaga kondisi kebugaran dan kesehatan penghuni rumah susun meskipun pada rumah susun yang lebih kecil jumlah penghuninya. Dalam perencanaan fasilitas olah raga perlu memperhatikan ketersediaan lahan untuk Wahyu Imam Santoso pembangunan rumah susun, sehingga jenis fasilitas yang disediakan tidak perlu membutuhkan lahan yang luas namun memiliki jumlah peminat atau pengguna yang lebih besar. Perlu diatur persyaratan penyediaan pos pemadam kebakaran sebagai upaya mitigasi bencana dan proteksi terhadap ancaman bahaya kebakaran dan pos polisi untuk penjagaan kemanan terutama bagi rumah susun yang memiliki kepadatan tinggi dan jumlah unit hunian sarusun yang besar. Guna menjaga keterjangkauan kelompok sasaran pembangunan rumah susun khususnya bagi MBR dan menjamin ketersediaan PSU rumah susun maka Pemerintah dan pemerintah daerah perlu terus mengembangkan bantuan perumahan melalui pemberian subsidi pembiayaan bagi MBR atau bantuan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) rumah susun atau kombinasi keduanya. Pemerintah perlu segera menyusun standar pelayanan minimal (SPM) PSU rumah susun sesuai dengan peraturan perundangan rumah susun yang terbaru yaitu Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun agar setidaknya pelayananan dasar PSU rumah susun dapat dirasakan oleh penghuni rusunami dan dipenuhi kewajibannya oleh pelaku pembangunan atau pemerintah daerah. Agar ketersediaan fasilitas lingkungan rumah susun dapat dipenuhi oleh pelaku pembangunan sesuai dengan ketentuan, pemerintah daerah wajib melakukan pengendalian pembangunannya melalui mekanisme Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) pada saat perencanaannya dan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung (SLF) pada paska konstruksi. Kelemahan Studi Kelemahan dalam studi ini yaitu: Dalam penelitan ini hanya menggunakan studi kasus tunggal untuk menggeneralisasikan kondisi penggunaan Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 443

10 Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Telaah preferensi penghuni terhadap fasilitas lingkungan hanya meninjau jenis fasilitas lingkungan yang dibutuhkan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota namun tidak mengeksplorasi lebih jauh mengenai bagaimana kondisi fasilitas yang diinginkannya tersebut. Tidak seluruh variabel karakteristik penghuni rusunami seperti posisi, pendidikan, selera, gaya hidup, kepribadian dan referensi keluarga dimasukkan sebagai variabel penelitian yang jika variabel-variabel tersebut digunakan tidak menutup kemungkinan dapat memberikan hasil penelitian yang berbeda. Meskipun pertanyaan-pertanyaan terkait alasan pemilihan lokasi fasilitas lingkungan pada kuesioner telah bersifat semi terbuka namun responden hanya diperbolehkan untuk memberikan 1 (satu) jawaban walaupun terdapat kemungkinan jawaban lain yang ingin disampaikan untuk mempermudah proses analisis data. Hasil studi mungkin dapat berbeda jika responden memberi jawaban lebih dari yang ditentukan. Jawaban responden terkait pertanyaan jarak tempuh dan waktu tempuh fasilitas lingkungan yang digunakannya lebih berdasarkan estimasi responden daripada pengukuran yang pasti sehingga sangat dimungkinkan adanya perbedaan hasil jawaban jika dilakukan pengukuran secara tepat atas 2 (dua) pertanyaan tersebut. Meskipun dalam pengambilan sampel menggunakan nilai kritis 10% atau tingkat kepastian 90% tidak berarti memberikan gambaran hasil studi penggunaan fasilitas lingkungan yang paling akurat mengingat dengan demikian masih terdapat kemungkinan kesalahan dalam pengambilan sampel penelitian. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Iwan Kustiwan selaku pembimbing atas bimbingan dan arahan selama penelitian. Daftar Pustaka Daldjoeni, D Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Penerbit Alumni, Bandung. Doxiadis, Constantinos A Architectural Space in Ancient Greece. Cambridge, Mass: MIT Press. Jayadinata T, Johara Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. ITB Bandung. Simanungkalit, Panangian Pemikiran Untuk Menyukseskan Program 1000 Menara Rusun Untuk Rakyat. Panangian School of Property. Jakarta. Sutriadi, Ridwan Karakteristik Pemanfaatan Fasilitas Sosial oleh Penduduk Kawasan Pinggiran Kota Bandung. Tesis. Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana ITB. 444 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, dimana perkembangannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perkembangan wilayah perkotaan. Pembangunan

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 4 No 1 Januari 2017 Halaman 19-26 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN

Lebih terperinci

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA? FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA? Seringkali kita mendengar istilah fasilitas sosial fasilitas umum (fasos fasum) untuk menggambarkan fasilitas yang bisa digunakan publik. Dalam peraturan tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa rumah merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa rumah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah mempunyai ruang lingkup dan bentuk tersendiri sesuai dengan tujuan, arah dan sifat pembahasan serta kegunaannya dalam pelaksanaan pembangunan.

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang merupakan kesimpulan studi. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan kualitas lingkungan permukiman di kota depok (studi kasus kelurahan bhaktijaya, kecamatan sukmajaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat cepat berimplikasi terhadap kepadatan suatu kota. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut mengakibatkan kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Gambaran Umum Perumahan Bumi Adipura Secara umum Perumahan Bumi Adipura berada pada wilayah pengembangan bagian Timur Kota Bandung, tepatnya di wilayah pengembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di pinggir kota Yogyakarta). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xv BAB 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI 1 MASALAH KUALITAS/ MUTU PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI 2 PENILAIAN KUALITAS/ MUTU PELAYANAN KESEHATAN 3 MUTU Tingkat kesempurnaan SUATU BARANG yang sesuai

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung Riana Viciani G. Program Magister, Jurusan Rancang Kota, Fakultas Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh : ANIARANI ANDITA 15403045 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1280, 2013 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Perumahan. Kawasan Permukiman. Hunian Berimbang. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Menurut Surakhmad (1994:143), metode atau studi komparatif adalah, Penelitian

Lebih terperinci

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan Medhiansyah P. Prawira Program Studi Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Berolahraga merupakan aktivitas

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT A. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB-SUB BIDANG PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERHITUNGAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG DIBIAYAI APBN DAN APBD Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro atau yang biasa kita sebut UNDIP merupakan salah satu universitas ternama di Jawa Tengah yang berada di Kota Semarang. Berdiri sejak tahun 1956

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemerataan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA PEMANFAATAN FASILITAS SOSIAL DI LINGKUNGAN PERUMAHAN TERENCANA

IDENTIFIKASI POLA PEMANFAATAN FASILITAS SOSIAL DI LINGKUNGAN PERUMAHAN TERENCANA IDENTIFIKASI POLA PEMANFAATAN FASILITAS SOSIAL DI LINGKUNGAN PERUMAHAN TERENCANA Dian Fivit Fitria Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG TATA BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen TEMU ILMIAH IPLBI 05 Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen Andrie I. Kartamihardja Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Apartemen merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto. EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERPANJANGAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG. Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

1.1. LATAR BELAKANG. Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010 Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI SATUAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2015 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan diketahui sebagai produk yang ada karena imbas dari kombinasi antara perkembangan infrastruktur

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memaparkan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual mendeskripsikan alur pikir peneliti mulai dari latar belakang dilakukannya penelitian, proses analisis, dan kesimpulan

Lebih terperinci

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan struktur gedung saat ini sangat pesat berkembang dikota-kota besar di Indonesia, seperti halnya kota Semarang tidak pernah berhenti dalam merancang bangunan

Lebih terperinci

Page 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA Muhammad Rahman Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: rahman2911@yahoo.com Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 4.1 Umum Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem distribusi air bersih yaitu berupa informasi mengenai kebutuhan air bersih

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

: Achmad Aldiansyah Npm : Kelas : 3 EA 32 Pembimbing : Supriyo Hartadi W, SE., MM.

: Achmad Aldiansyah Npm : Kelas : 3 EA 32 Pembimbing : Supriyo Hartadi W, SE., MM. PENGARUH FAKTOR FISIK, EKONOMI, SOSIAL, PEMERINTAH, AKSESIBILITAS, DAN FASILITAS TERHADAP HARGA JUAL TANAH DAN BANGUNAN DI PERUMAHAN MUSTIKA GRANDE SETU, BEKASI Nama : Achmad Aldiansyah Npm : 10213078

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kawasan perkotan yang semakin hari semakin pesat, mempunyai pengaruh besar pada kehidupan masyarakat di dalamnya. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KONSEP OPTIMALISASI BUILDING PERFORMANCE DALAM PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Lokasi Studi : Rumah Susun Sukaramai, Medan

KONSEP OPTIMALISASI BUILDING PERFORMANCE DALAM PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Lokasi Studi : Rumah Susun Sukaramai, Medan KONSEP OPTIMALISASI BUILDING PERFORMANCE DALAM PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Lokasi Studi : Rumah Susun Sukaramai, Medan By : ROBINHOT JEREMIA LUMBANTORUAN 3208201816 LATAR BELAKANG Rumah susun sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di tambah dengan kebutuhan hidup sehari hari yang harus terpenuhi. Suatu lahan kota akan mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan kebutuhan ruang semakin tidak terbatas. Aktivitas masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, maupun yang lainnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan kembali kawasan wisata pantai Camplong, Sampang menggunakan racangan arsitektur yang bertema rekontekstualisasi arsitektur nusantara dengan penerapan

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS KAWASAN PERUMAHAN, KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA, SERTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Rumah Susun Bersubsidi Tema : Green Architecture Lokasi : Jl. Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kel. Cengkareng Timur -

Lebih terperinci