BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 60 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden PT Joey Sasmita Lencana didirikan berdasar akte notaris Sri Ambarwati SH, No. 1 tanggal 13 Juli Akte pendirian disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C -342.HT TH.2001, tanggal 15 Januari Perusahaan berdomisili di Komplek Multiguna, Jl. M.H. Thamrin Km.7 Blok C 8 9 Serpong, Tangerang PT. Joey Sasmita Lencana bergerak dalam bidang desain, manufaktur, dan pemasaran garmen melalui department store dan toko ritel yang dimiliki sendiri. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan memiliki visi yakni Untuk menjadi retailer produk garment dengan market share yang terbesar di Indonesia. Sedang ketika ditanya mengenai misi, perusahaan menjawab bahwa saat ini perusahaan baru memiliki sebuah misi jangka pendek, yakni untuk meningkatkan market share perusahaan sebanyak 20 sampai dengan 30 persen dalam jangka waktu tiga tahun kedepan. Sebenarnya selain misi yang bersifat jangka pendek, perusahaan juga memiliki misi jangka panjang namun perusahaan belum berkenan memberitahukannya dalam kesempatan ini. Pada tahun 2000 perusahaan memperoleh lisensi untuk mempergunakan karakter Popeye dari King Features Syndicate TM Hearst Holding Inc. Lalu pada bulan Oktober 2002, perusahaan menandatangani perjanjian lisensi dengan Twentieth Century Fox Licensing and Merchandising dimana perusahaan memperoleh hak untuk melakukan kegiatan manufaktur, penjualan, dan pendistribusian pakaian, alas kaki, dan tas menggunakan The Simpsons Character. Di awal tahun 2003, PT Diaskita Indocitra yang merupakan partner

2 61 dalam melakukan kegiatan manufaktur dan penjualan produk COOL dari tahun 1992, telah melakukan merger ke dalam perusahaan melalui akuisisi aset mereka. Asean Free Trade Area (AFTA) menjadi isue tersendiri bagi pihak perusahaan. Bagi perusahaan adanya AFTA akan memperketat persaingan sekaligus menciptakan peluang pasar yang baru. Persaingan yang semakin ketat akan menjadi ancaman bagi posisi perusahaan di pasar apabila tidak ditangani dengan baik. Untuk dapat tetap bersaing dan meraih kesempatan yang ada, perusahaan senantiasa mengembangkan produk dengan desain dan konsep yang menarik serta, keduanya itu dilakukan secara konsisten dan bertumpu pada kualitas terbaik. Bagaimana mengolah marketing mix (product, price, place, and promotion) yang tepat untuk pasarnya juga menjadi salah satu usaha JSL untuk dapat menjadi lebih kompetitif dalam pasar dalam negeri Produk PT.Joey Sasmita Lencana Produk yang dihasilkan oleh PT Joey Sasmita Lencana dipasarkan untuk segmen anakanak dari usia balita sampai 14 tahun. Kapasitas produksi perusahaan mencapai lusin per bulan yang mencakup semua lini produk. Produk-produk yang dihasilkan perusahaan disalurkan ke konsumen melalui dua tipe saluran distribusi yakni distribusi langsung dengan membuka toko sendiri, dan distribusi tidak langsung melalui jaringan departement store baik dalam negeri maupun luar negeri. Bauran produk tersebut diproduksi dengan proporsi lima puluh persen (50%) untuk produk anak laki-laki, dan lima puluh persen lagi diperuntukkan bagi anak perempuan. Perusahaan sendiri saat ini memasarkan produknya dengan 4 macam merek yang berbeda yakni : COOL (merek yang menjadi bahasan dalam penelitian ini), POPEYES, BART SIMPSON, dan BABY GARFIELD. Lini produk yang dihasilkan perusahaan dengan merek COOL dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.

3 62 COOL Kids Apparels Shoes Chaps and Hats Other Accessories Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana Gambar 4.1 Lini Produk COOL

4 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan 63

5 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis lingkungan diluar perusahaan yang secara langsung berdampak pada produktifitas serta kinerja perusahaan. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi baik kekuatan serta kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis lingkungan eksternal terbagi menjadi dua bagian yakni lingkungan makro seperti ekonomi, teknologi, sosial budaya dan politik, sedangkan lingkungan mikro membahas lima kekuatan yang mempengaruhi perusahaan dalam industri Lingkungan Makro a. Ekonomi Berbicara mengenai keadaan ekonomi, perusahaan saat ini sedang merasakan dampak dari perekonomian Indonesia yang belum stabil, terlebih setelah terjadi kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akhir tahun Naiknya harga BBM membuat harga-harga barang kebutuhan secara umum mengalami kenaikkan, hal ini secara tidak langsung mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Saat terjadinya inflasi konsumen cenderung untuk mengurangi pembelian produk-produk yang bukan merupakan kebutuhan pokok, akibatnya produk-produk perusahaan yang umumnya merupakan produk belanja menjadi hal yang kurang di prioritaskan. Selain mempengaruhi keputusan pembelian, keadaan perekonomian Indonesia yang fluktuatif juga membuat biaya operasional perusahaan ikut mengalami peningkatan, akibatnya perusahaan harus menerapkan efisiensi dalam beroperasi, serta mempergunakan strategi harga yang tepat untuk bisa tetap memperoleh keuntungan. Keadaan perekonomian yang kurang baik mempengaruhi juga nilai tukar rupiah, dan melemahnya nilai tukar rupiah akan berpengaruh pada meningkatnya biaya pembelian

6 65 bahan baku produksi yang sebagian masih mengandalkan produk import demi alasan kualitas. b. Teknologi Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi yang berkembang saat ini amat berperan dalam membantu aktivitas perusahaan, terlebih dalam hal pencapaian efektifitas dan efisiensi operasi. Perkembangan teknologi yang dirasa besar manfaatnya bagi perusahaan antara lain adalah, perkembangan dalam bidang Teknologi Informasi (TI) dan juga perkembangan teknologi di industri (terutama dalam hal produksi). Teknologi yang berkembang saat ini dapat dijadikan perusahaan sebagai peluang untuk memiliki keunggulan bersaing dalam industri, namun perusahaan juga menyadari bahwa penerapan teknologi yang tidak tepat dapat menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan yang akhirnya dapat dimanfaatkan pesaing untuk bisa mengungguli perusahaan. c. Sosial Budaya Sosial budaya amat mempengaruhi perusahaan dalam menciptakan dan mendistribusikan produk ke pasar. Produk yang dihasilkan perusahaan dipasarkan di beberapa wilayah yang memiliki karakteristik yang berbeda, baik secara sosial maupun budaya, hal ini menuntut perusahaan untuk bisa menciptakan serta mendistribusikan produk yang dapat diterima baik oleh masyarakat setempat. Untuk pemilihan model rancangan, ada rancangan yang dapat diterima dengan baik dalam suatu masyarakat tertentu karena sedang trend dan digandrungi oleh pasar luar negeri, namun pada kondisi masyarakat lainnya model tersebut kurang disenangi karena dianggap kurang sopan dan terlalu kebarat-baratan. Dalam pemilihan warna produk pun, perusahaan mengakui harus memperhatikan preferensi dari masyarakat setempat,

7 66 karena untuk warna hijau misalnya kurang diminati oleh pasar Singapura, sedang di Indonesia warna hijau cukup diminati. d. Politik Membahas politik, berarti kita membahas tentang kebijakan atau policy dari pemerintahan yang saat ini sedang berkuasa. Bergantinya kepemimpinan pemerintahan dalam suatu negara, turut mempengaruhi kebijakan yang berlaku, termasuk kebijakan dalam bidang industri yang ada. Politik juga akan mempengaruhi produktifitas perusahaan manakala kebijakan politik yang dibuat kurang populer, serta terjadi konflik dalam dunia politik. Kebijakan serta konflik politik secara langsung akan mempengaruhi pereknomian, dan perekonomian secara langsung akan mempengaruhi perilaku pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan Lingkungan Mikro a. Ancaman Pendatang Baru Kendala modal merupakan kendala utama dalam memasuki industri ini, modal yang cukup besar dibutuhkan pengusaha untuk membeli peralatan produksi dan untuk melakukan kegiatan seputar distribusi produk. Modal awal dan tersedianya saluran distribusi memang merupakan prasyarat utama memasuki industri ini, namun saat ini keduanya juga tidak akan menjamin keberhasilan usaha bila tidak didukung oleh faktor kualitas dan inovasi produk. Margin akan bisnis ritel garmen dan aksesoris memiliki margin yang cukup tinggi, untuk itu industri ini akan tetap menarik masuknya pesaing, terutama mengingat besarnya potensi pasar Indonesia.

8 67 b. Posisi Tawar Menawar Pemasok Sebagian produk yang dipasarkan oleh perusahaan merupakan produksi dari para pemasok. Posisi tawar menawar perusahaan dapat dikatakan cukup kuat mengingat kuantitas pemesanan perusahaan yang cukup tinggi, sehingga tidak sedikit pemasok yang mengkhususkan diri memproduksi produk pesanan perusahaan. Untuk bahan baku produksi perusahaan juga melakukan pembelian bahan baku pada perusahaan lain, namun karena jumlah pemasok yang tersedia di pasar cukup memadai, maka posisi tawar-menawar perusahaan pun relatif cukup kuat. c. Posisi Tawar Menawar Pembeli Produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan produk yang selalu mengikuti perkembangan trend, dan juga selalu diikuti oleh kualitas yang terjaga. Selain dari sisi produk, wilayah distribusi produk tersebar secara geografis sehingga memudahkan untuk konsumen mendapatkan produk perusahaan. Ditinjau dari sisi produk dan distribusi dapat dikatakan perusahaan telah memiliki posisi tawar-menawar yang sudah cukup baik dengan pembeli, terlebih untuk pembeli yang secara geografis belum dapat dijangkau oleh produk pesaing. d. Produk Substitusi Produk pengganti akan menjadi ancaman bagi produk yang dihasilkan oleh tiap perusahaan yang ada. Apabila suatu produk memiliki suatu karakteristik tersendiri, maka akan sulit bagi produk lainnya untuk menggantikan produk tersebut. Produk yang dihasilkan PT. Joey Sasmita Lencana merupakan produk garmen,maka dari itu saat ini belum tersedia produk substitusi untuk produk garmen yang dihasilkan perusahaan.

9 68 e. Persaingan Dalam Industri Persaingan dalam industri ritel produk garmen dan aksesoris di Indonesia sudah cukup demikian ketat, bahkan perusahaan saat ini juga harus bisa bersaing dengan kompetitor dari luar negeri. Persaingan dalam negeri sendiri amat mengerikan untuk produk ritel, berbagai bentuk promosi dipergunakan untuk saling menjatuhkan pesaing demi meningkatkan penjualan. Namun dengan pemilihan segmen yang baik, dimana kompetitor kuat terbilang sedikit atau bahkan tidak ada, perusahaan akan mendapat posisi bersaing yang cukup kuat. Pemilihan segmen yang tepat itulah yang menjadi kekuatan bersaing dari PT. Joey Sasmita Lencana, sehingga walaupun persaingan tetap ada, intensitasnya tidak akan terlalu besar dibanding segmen ritel yang telah dimasuki beberapa kompetitor yang relatif kuat. 4.3 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan apa sajakah yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan analisis lingkungan internal perusahaan dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi strength (kekuatan) serta weakness (kelemahan) yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan mengetahui lingkungan eksternal perusahaan diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kekuatannya serta memperkecil kelemahan yang dimiliki, sehingga dapat berkinerja dengan lebih baik lagi. Analisis lingkungan internal terdiri dari analisis pemasaran, penjualan, sumber daya keuangan, dan sumber daya manusia. a. Pemasaran Dalam memasarkan produknya, perusahaan belum memiliki strategi pemasaran yang spesifik. Produk-produk yang dihasilkan perusahaan selalu disesuaikan dengan minat

10 69 pasar dan kualitas produk selalu diperhatikan dengan sistem quality check yang ketat. Untuk harga produk, perusahaan memiliki suatu kisaran harga tersendiri yang mencerminkan segmentasi produk mereka di pasar. Harga yang ditawarkan memiliki kisaran yang disesuaikan dengan segmen perusahaan yang tidak ingin memasuki segmen high end, tetapi juga tidak memasuki segmen low end. Kegiatan pendistribusian produk dilakukan perusahaan dengan seksama, tujuan utama dari saluran distribusi perusahaan adalah bagaimana untuk bisa mendapatkan pangsa pasar seluas mungkin, karena alasan itu pulalah perluasan geografis dalam distribusi dilakukan perusahaan secara gencar. Untuk promosi, perusahaan tampaknya lebih tertarik untuk mengandalkan promosi below the line dimana pemanfaatan media iklan untuk sarana promosi tidak terlalu gencar dilakukan perusahaan. Alasan berpromosi tersebut terkait dengan brand awareness produk perusahaan yang sudah cukup baik, sehingga berpromosi di media iklan dilakukan hanya seperlunya. b. Penjualan Kondisi penjualan PT. Joey Sasmita Lencana dapat dilihat pada Tabel 4.1 Data penjualan diambil dari periode tahun 2004 dan Data penjualan disajikan didalam bentuk penjualan per unit karena alasan kerahasiaan perusahaan. Penjualan untuk produk dengan merek COOL dan dibagi menjadi empat lini yakni apparel (pakaian), shoes (sepatu), chaps and hat (penutup kepala), dan other accesories (aksesoris lainnya seperti tas, ikat pinggang, suspender, kaca mata hitam, ikat kepala, dan lainnya).

11 70

12 71 c. Sumber Daya Keuangan PT. Joey Sasmita Lencana tidak melakukan penjualan saham untuk memperoleh modal sebagai tambahan dalam melakukan usahanya. Perusahaan merupakan milik perseorangan yang sebagian besar modalnya dibiayai sendiri oleh pemilik. Untuk melakukan pengembangan usaha perusahaan mengakui mendapatkan tambahan modal dengan bekerjasama dengan bank swasta yang ada di Indonesia dalam bentuk pinjaman kredit. Namun perusahaan mengemukakan bahwa sumber keuangan utamanya berasal dari pendapatan harian yang didapatkan dari toko ritel milik perusahaan, pendapatan dari toko dapat mencapai 30% dari total pendapatan perusahaan. Untuk counter yang berada di departement store, pendapatan dapat diperoleh dengan sistem tempo, sehingga tidak dapat diambil dan dipergunakan seketika perusahaan membutuhkan dana. d. Sumber Daya Manusia PT. Joey Sasmita Lencana mempekerjakan kurang lebih 1277 karyawan, sejumlah 140 karyawan terdapat di kantor pusat, sedangkan sisanya yang merupakan bagian penjualan (sales force) tersebar merata baik di counter maupun pada toko milik perusahaan. Kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang paling dipedulikan oleh pihak manajemen perusahaan, karena dengan SDM yang berkualitas dan berkompeten, perusahaan dapat bersaing dan semakin berkembang. Tabel 4.2 Rincian Karyawan PT. Joey Sasmita Lencana No. Keterangan Jumlah Karyawan 1 Finance Department 16 2 Sales Department 32

13 72 3 Distribution Department 11 4 Accounting 8 5 Sales Adm 10 6 Production Department 20 7 Inventory Department 29 8 Sales Promotion Marketing Visual and Layout Department 3 Total 1277 Sumber: PT.Joey Sasmita Lencana 4.4 Tahap Pengumpulan Data Rekapitulasi Faktor Kekuatan Pada PT.Joey Sasmita Lencana Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner dengan perusahaan, maka diketahui faktor-faktor internal dan juga eksternal perusahaan. Berikut ini hasil rekapitulasi faktor internal perusahaan yang dikategorikan sebagai kekuatan PT.Joey Sasmita Lencana. Tabel 4.3 Rekapitulasi Faktor Kekuatan Perusahaan No. Faktor Kekuatan Perusahaan 1 Jaringan distribusi yang luas 2 Brand Awareness 3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan 4 Hubungan baik dengan pemasok 5 Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana

14 73 1. Jaringan distribusi yang luas Distribusi produk ke konsumen dilakukan dengan dua cara, yakni distribusi melalui toko ritel sendiri dan distribusi melalui jaringan department store yang telah tersedia. Untuk toko ritel,saat ini perusahaan telah memiliki tujuh puluh toko yang tersebar di 8 propinsi Indonesia, dan tiga toko terdapat di Malaysia (antara lain di wilayah Johor Baru, dan Time Square). Untuk department store, perusahaan saat ini telah memiliki 521 counter yang tersebar di beberapa department strore baik dalam maupun luar negeri. Kerjasama dengan departement store di Indonesia telah dilakukan perusahaan dengan PT. Matahari Putra Prima Tbk (Matahari), PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk (Ramayana), PT. Panen Lestari Internusa (SOGO), PT. Metro Retailmart (Metro Dept.Store), CENTRO Dept.Store, dan lainnya. Kerjasama distribusi juga dilakukan dengan department store yang berada di luar Indonesia seperti di Singapura dan Filipina. Distribusi diluar wilayah Indonesia dilakukan sebagai usaha memperluas pasar dan juga sebagai sarana untuk meningkatkan brand image produk. Tabel 4.4 Saluran Distribusi Di Indonesia Area Geografis Counter Toko Ritel Jakarta Jawa Barat 62 8 Jawa Tengah 38 5 Jawa Timur Bali 28 4 Sumatra 80 9 Kalimantan dan Sulawesi 55 Total Sumber: PT Joey Sasmita Lencana

15 74 2. Brand awareness Produk PT. Joey Sasmita Lencana dengan merek COOL merupakan produk yang sudah cukup lama diperkenalkan kepada pasar. Semenjak pertama kali diperkenalkan, perusahaan telah senantiasa mengadakan program-program promosi seperti iklan di media cetak, kegiatan sponsorship, serta mengadakan acara-acara yang secara langsung melibatkan konsumen potensial. Seiring berjalannya waktu dan disertai fokus perusahaan untuk melayani satu segmen saja, maka konsumen pun pada saat ini sudah cukup baik mengenal merek COOL. Untuk menjaga brand awareness yang ada, perusahaan selalu mengedapankan mutu produk yang berkualitas serta menjalankan cara promosi yang tepat. Selain itu perusahaan juga beranggapan bahwa dengan memasuki pasaran luar negeri, diharapkan merek perusahaan dapat ikut terangkat, sehingga konsumen yang melihatnya pun akan semakin aware akan merek yang ditawarkan perusahaan. 3. Mempertahankan kualitas dan mengembangkan produk secara berkelanjutan Untuk menjaga kepercayaan konsumen akan produk dan agar dapat bersaing di pasar, perusahaan selalu mengedepankan kualitas dari produk serta melakukan pengembangan produk secara berkelanjutan. Kualitas produk dijaga dengan cara memasok produk yang hanya berasal dari para pemasok pilihan, dan produk yang dihasilkan tersebut haruslah melewati proses quality check yang cukup ketat sebelum diproses atau dipasarkan. Pengembangan produk dilakukan perusahaan dalam hal desain, bahan baku, serta teknik berproduksi. Setiap bulannya PT. Joey Sasmita Lencana memasarkan produk dengan desain yang baru di pasaran, dan produk ini pun selalu divariasikan dengan bahan dan teknik produksi yang bervariasi.

16 75 4. Hubungan baik dengan pemasok Pemasok merupakan bagian yang terpenting bagi perusahaan, pemasok bagi perusahaan berupa pemasok untuk bahan baku produksi, serta pemasok untuk produkproduk yang hendak dilempar ke pasaran. Sekitar 90 % dari total produk yang dihasilkan perusahaan dihasilkan oleh perusahaan lain, maka tidak mengherankan hubungan baik dengan para pemasok menjadi hal yang penting bagi perusahaan. Pemasok amat berperan dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan, serta ketepatan dalam pengiriman produk ke pasar, dengan membina hubungan baik dengan pemasok, kualitas produk serta jadwal pengiriman produk dapat terjaga dengan baik. Bagi perusahaan pemasok merupakan mitra jadi semakin kemitraan dengan pemasok berjalan dengan baik, maka seiring itu pula perusahaan memberikan penghargaan lebih kepada pemasoknya dengan menambah pesanan, atau mempercepat proses pembayaran. 5. Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya Karyawan yang berkompeten merupakan karyawan yang memiliki pengetahuan serta keterampilan yang baik, dan tentunya mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan perusahaan dengan memuaskan. Untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten maka perusahaan telah memiliki suatu sistem perekrutan dan pelatihan yang baik. Untuk perekrutan, perusahaan menetapkan standar tinggi bagi calon karyawannya, terutama menyangkut karyawan bagian penjualan. Karyawan bagian penjualan melalui dua tahapan seleksi, yakni perekrutan oleh kantor pusat dan screening yang dilakukan oleh supervisor masing-masing wilayah penjualan (toko). Untuk karyawan yang menjadi kekuatan penjualan, yakni yang berhadapan langsung dengan konsumen, perusahaan juga memberikan training secara rutin untuk meningkatkan produktifitas karyawan. Untuk tenaga penjualan PT. Joey Sasmita Lencana

17 76 memberikan pelatihan pada karyawannya 2 kali dalam satu bulan, dan sebagai tambahan setiap akhir minggu karyawan selalu diberikan arahan untuk selalu bisa perform dengan baik dan maksimal. Alasan perusahaan memperhatikan pelatihan bagi karyawannya juga amat terkait dengan program pemasaran yang dijalankan perusahaan. Sebelum pelatihan diadakan, seringkali karyawan di lapangan (tenaga penjual) tidak mengetahui program pemasaran yang sedang berlangsung. Lack of knowledge dari tenaga penjual ini seringkali membuat program pemasaran tidak berjalan dengan efektif, terlebih ketika sudah berkaitan dengan konsumen. Dengan adanya pelatihan yang rutin, diharapkan karyawan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai program pemasaran yang diadakan manajemen dan kemudian karyawan mampu menyampaikan program tersebut kepada konsumen, sehingga program pemasaran yang dibuat perusahaan dapat mengenai sasaran Rekapitulasi Faktor Kelemahan Pada PT. Joey Sasmita Lencana Berikut ini adalah rekapitulasi faktor internal perusahaan yang dikategorikan sebagai kelemahan oleh PT. Joey Sasmita Lencana. Tabel 4.5 Rekapitulasi Faktor Kelemahan Perusahaan No. Faktor Kelemahan Perusahaan 1 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi 2 Munculnya masalah berulang dalam proses produksi 3 Keterlambatan pengiriman produk 4 Kegiatan promosi yang kurang 5 Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana

18 77 1. Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi Perusahaan memiliki banyak sekali aktifitas dari mulai proses produksi sampai kepada proses pendistribusian barang, keseluruhan proses tersebut membutuhkan suatu sistem yang memungkinkan perusahaan untuk bisa mengawasi aktifitasnya secara keseluruhan. Sistem yang ada saat ini belum terintergrasi, dan ini menyulitkan pengawasan perusahaan terhadap aktifitas yang mereka lakukan. Misalnya saja saat ini belum tersedia sistem untuk mencek persediaan yang terintegrasi dengan bagian produksi dan penjualan, akibatnya aktifitas produksi dan penjualan seringkali terlambat karena harus menunggu konfirmasi dari bagian persediaan. Begitu pula untuk sistem yang tersedia di masing-masing outlet yang dimiliki perusahaan, outlet-outlet tersebut belum dapat diakses secara online oleh kantor pusat, sehingga laporan penjualan harian tidak dapat langsung diketahui oleh kantor pusat. Menyadari masalah ini, maka perusahaan saat ini sedang mengembangkan suatu sistem terintergrasi yang dimulai dari logistic system, transaction processing system, sampai kepada decission support system. Investasi, itulah yang dikatakan pihak perusahaan terhadap pengembangan sistem yang sedang mereka garap. Investasi untuk suatu sistem yang terintegrasi memang tidaklah sedikit, namun dengan sistem tersebut segala aktifitas perusahaan dapat saling terhubung, dan hal ini kedepannya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan, serta membuat pengambilan keputusan oleh pihak manajemen menjadi lebih cepat dan tepat. 2. Munculnya masalah berulang dalam proses produksi Proses produksi dilakukan baik oleh perusahaan dan juga para pemasoknya. Proses produksi yang berlangsung menyangkut masalah pendesainan produk, pembuatan pola, pembuatan contoh produksi, pembelian bahan baku, proses produksi, proses packaging, sampai kepada proses quality check. Dalam proses tersebut seringkali terjadi masalah

19 78 yang berulang, dan sampai saat ini belum diketemukan solusi yang tepat untuk menghindari masalah tersebut. Masalah yang sering muncul yakni berkaitan dengan keterlambatan proses pengiriman bahan baku, keterlambatan ini lebih dikarenakan para pemasok yang seringkali kurang siap menghadapi pemesanan misal tidak tersedianya bahan baku yang diinginkan sampai keterlambatan dalam hal pengantaran pesanan. Masalah juga kerap kali muncul dalam proses produksi, masalah yang muncul diakibatkan karena tidak adanya kesesuaian jadwal pengerjaan di bagian produksi. Ketidaksesuaian jadwal ini membuat adanya proses produksi yang tertunda, dan mengakibatkan terjadinya kapasitas yang menganggur. 3. Keterlambatan pengiriman produk Produk seringkali terlambat untuk dikirim, baik dari pemasok ke gudang perusahaan dan dari gudang ke outlet-outlet penjualan. Keterlambatan proses pengiriman dari pemasok ke gudang perusahaan sering dikarenakan adanya ketidaksesuaian produk yang diinginkan perusahaan dengan produk yang diproduksi oleh pemasok atau bagian produksi, akibatnya proses produksi harus diperpanjang untuk mengatasi masalah tersebut. Sistem yang belum terintegrasi membuat persediaan di outlet penjualan harus dikontrol manual dengan baik, kontrol yang kurang teliti dan estimasi persediaan yang tidak tepat dapat membuat proses pengiriman mengalami keterlambatan. Proses penyimpanan produk di gudang yang kurang tertata membuat proses pengriman memakan waktu lebih lama dan hal ini juga seringkali menjadi penyebab terjadinya keterlambatan pengiriman. Masalah infrastruktur, terutama masalah seputar transportasi juga terkadang menjadi permasalahan tersendiri yang mengakibatkan produk dapat terlambat sampai tujuan.

20 79 4. Kegiatan promosi yang kurang Kegiatan promosi kurang dilakukan perusahaan dengan gencar. Perusahaan beranggapan brand awareness dari produknya sudah cukup baik di pasaran akibatnya kegiatan promosi pun hanya sekedarnya dilakukan perusahaan. Untuk iklan, perusahaan hanya memasang iklan di satu majalah saja yakni pada majalah Femina, namun perusahaan tetap menyediakan anggaran untuk berpartisipasi dalam acara-acara yang melibatkan sponsorship atau keikutsertaan perusahaan. Para pesaing yang semakin gencar melakukan promosi penjualan secara tidak langsung membuat perusahaan saat ini mulai untuk melakukan promosi penjualan secara lebih aktif, namun hal ini pun masih dilakukan perusahaan dalam batas yang masih wajar. Mengingat para pesaing yang semakin gencar berpromosi, maka perusahaan tampaknya akan mempertimbangkan untuk berpromosi dengan lebih gencar lagi agar pangsa pasar mereka tidak direbut pesaing. 5. Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar Banyak pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan sebelum meluncurkan suatu trend di pasar, dan pertimbangan-pertimbangan inilah yang menjadi kelemahan perusahaan, pertimbangan yang terlalu lama akan membuka jalan bagi pesaing untuk terlebih dahulu meluncurkan trend di pasar. Menurut perusahaan tidaklah mudah untuk meluncurkan trend di pasar Indonesia, konsumen Indonesia merupakan konsumen yang sulit menyukai trend baru yang tidak berasal dari trend yang sudah terkenal sebelumnya, akibatnya perusahaan harus selalu melihat produk trendsetter yang sebagian besar berasal dari luar negeri sebelum mendesain produk-produknya. Adanya ketakutan dari pihak owner juga menjadi kendala dalam meluncurkan trend baru, owner akan sulit untuk mendukung pemunculan produk dengan trend baru bila belum terbukti disukai oleh konsumen.

21 80 Desain produk juga harus diperhatikan perusahaan sebelum menciptakan trend, konsumen Indonesia juga tidak akan membeli produk yang sedang trend apabila menurut mereka desainnya kurang sesuai. Misalnya sedang digandrungi tokoh kartun tertentu, perusahaan tidak bisa hanya menampilkan tokoh tersebut dalam produknya tanpa memperhatikan desain detail dari produk semisal bahan, warna, pola jahitan, dan lainnya. Jadi selain trend, produk yang dihasilkan juga harus senantiasa dibuat berdasarkan preferensi konsumen, dan ini merupakan kesulitan dan pertimbangan tersendiri yang dihadapi perusahaan dalam menciptakan trend di pasar Rekapitulasi Faktor Kesempatan Pada PT. Joey Sasmita Lencana Berikut ini adalah rekapitulasi faktor eksternal perusahaan yang dikategorikan sebagai kesempatan oleh PT. Joey Sasmita Lencana. Tabel 4.6 Rekapitulasi Faktor Kesempatan Perusahaan No. Faktor Kesempatan Perusahaan 1 Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. 2 Perluasan pasar. 3 Berkembangnya teknologi dalam industri. 4 Trend fashion yang selalu bergulir. 5 Berkembangnya konsep penjualan baru. Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana

22 81 1. Pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit Kompetitor lokal yang menjadi saingan langsung dari PT.Joey Sasmita Lencana saat ini masih relatif sedikit dan belum menjadi ancaman serius bagi perusahaan. Kompetitor lokal merupakan kompetitor yang menurut perusahaan patut untuk dicermati, karena pemahaman pasar mereka cukup baik dibanding dengan kompetitor luar. Minimnya produk pesaing lokal membuat perusahaan dapat mudah melakukan ekspansi pasar terlebih dahulu, sehingga ketika para pemain lokal memasuki pasar, maka produk perusahaan sudah terlebih dahulu menempati posisi strategis dan hal ini merupakan kesempatan baik bagi perusahaan. Para pesaing lokal yang menjadi kompetitor perusahaan antara lain JSP (Bandung), Donita, Contempo, dan Osella. Kompetitor-kompetitor tersebut tidak semuanya menggunakan merek lokal, sehingga produk perusahaan lebih memiliki nilai tambah karena tidak perlu memperhatikan perjanjian lisensi dengan pemegang merek utama yang membatasi ruang gerak serta pendapatan perusahaan. Merek kompetitor lokal yang sedkit di pasaran juga merupakan kesempatan baik bagi perusahaan untuk semakin meningkatkan brand awareness produk COOL dengan cara melakukan ekspansi pasar, sehingga ketika merek-merek baru bermunculan, merek perusahaan akan mendapat keunggulan tersendiri dibanding merek pesaing. 2. Perluasan pasar Kesempatan untuk memperluas pasar juga terbuka lebar bagi perusahaan. Perluasan pasar tersebut dapat dilakukan perusahaan secara geografis, maupun secara segmentasi. Untuk perluasan secara geografis, otonomi daerah di Indonesia membuka kesempatan investasi yang cukup besar bagi perusahaan untuk menambah saluran distribusinya, selain itu adanya Asean Free Trade Agreement juga membuka kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan perluasan pasar di negara-negara Asean. Dengan

23 82 adanya AFTA persyaratan investasi atau memasuki pasaran di negara-negara Asean menjadi lebih mudah dan ini membuka lebar kesempatan perusahaan untuk ekspansi pasar ke luar negeri. Selain perluasan pasar secara geografis, perusahaan saati ini sedang mempertimbangkan untuk melakukan perluasan pasar dengan memasuki segmen pasar baru, diharapkan penambahan segmen ini dapat semakin memperluas pasar PT. Joey Sasmita Lencana. 3. Berkembangnya teknologi dalam industri Perkembangan teknologi juga dapat menjadi suatu kesempatan menarik bagi perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan meningkatkan produktifitas perusahaan. Teknologi yang berkembang dalam industri garmen yakni hadirnya mesinmesin jahit baru, mesin-mesin jahit ini mampu untuk melakukan teknik penjahitan yang lebih kompleks, dengan adanya mesin ini produk yang dihasilkan perusahaan akan semakin sulit untuk disaingi karena akan memiliki detail yang sulit ditiru. Selain mesin jahit, teknologi juga berkembang di bidang pewarnaan bahan. Saat ini teknologi kimia yang ada mampu menghasilkan warna-warna pakaian yang lebih bervariatif, dengan teknologi pewarnaan tersebut maka perusahaan dapat terus menghasilkan produk yang yang menarik bagi pasar. Selain berkaitan dengan proses produksi, teknologi industri garmen juga berkembang di bidang desain. Dahulu sebelum hadirnya software untuk mendesain, desain harus dilakukan secara manual dan ini memakan cukup banyak waktu ketika hendak melakukan revisi. Dengan adanya teknologi baru maka desain saat ini dapat dilakukan dengan komputer, sehingga proses desain dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat serta desain yang dihasilkan dapat lebih detail dan presisi.

24 83 4. Trend fashion yang selalu bergulir Trend fashion selalu bergulir, dan seakan tidak pernah berhenti. Trend yang selalu berganti merupakan kesempatan perusahaan untuk secara terus-menerus melakukan pengembangan dan peluncuran produk baru di pasar. Konsumen akan cenderung mengikuti trend fashion yang ada, maka daripada itulah hal ini dijadikan kesempatan bagi perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaaan konsumen. Produk yang dihasilkan perusahaan merupakan produk yang mengedepankan sisi fashion dan bukan hanya sisi fungsional dari produk, untuk itulah trend fashion yang selalu bergulir ini akan terus menciptakan kesempatan bagi perusahaan untuk mendelivery produk yang selalu up to date kepada pasar sasaran. 5. Berkembangnya konsep penjualan baru Konsep penjualan baru di bidang ritel mulai bermunculan, konsep penjualan yang banyak berasal dari luar negeri, saat ini sudah mulai diterapkan peritel di Indonesia. Konsep penjualan menyangkut desain toko, layout, lingkungan di dalam toko, sampai kepada pelayanan yang diberikan kepada konsumen, kesemuaannya itu merupakan halhal yang dapat menciptakan pengalaman berbelanja yang menarik bagi konsumen. Dengan mengadopsi konsep penjualan baru ini perusahaan dapat berkesempatan untuk meningkatkan kepuasan konsumennya dan tentunya dapat memancing konsumen potensial untuk melakukan transaksi di counter maupun toko perusahaan. Saat ini perusahaan masih mengandalkan konsep penjualan yang lama, perusahaan hanya mengadakan perubahan dalam hal desain toko dan bukan dalam hal lingkungan toko dan pengalaman berbelanja. Konsep penjualan yang baru misalnya konsep butik dimana layout toko diatur senyaman mungkin, tata letak produk diatur dengan cara yang variatif, adanya pencahayaan yang menciptakan suasana tertentu, dihadirkannya musik yang menciptakan feel tertentu, pelayanan yang lebih personal, sampai kepada

25 84 penghadiran proses pembayaran yang lebih cepat ( kasir yang dilengkapi scanner), dan memberikan bungkus belanjaan yang menarik. Selain konsep butik, konsep lainnya adalah konsep yang memadukan butik dengan one stop shooping dimana dalam toko tersebut mengedepankan kenyamanan dalam butik, namun menghadirkan produk yang memungkinkan konsumen mendapatkan barang kebutuhannya tanpa harus berganti toko Rekapitulasi Faktor Ancaman Pada PT. Joey Sasmita Lencana Berikut ini adalah rekapitulasi faktor eksternal perusahaan yang dikategorikan sebagai ancaman oleh PT. Joey Sasmita Lencana. Tabel 4.7 Rekapitulasi Faktor Ancaman Perusahaan No. Faktor Ancaman Perusahaan 1 Hadirnya pesaing baru. 2 Persaingan promosi yang kurang sehat. 3 Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 4 Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 5 Daya beli masyarakat Indonesia yang fluktuatif. Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana 1. Hadirnya pesaing baru Masuknya para pemain baru di bisnis yang sama dapat menjadi suatu bentuk ancaman tersendiri bagi PT. Joey Sasmita Lencana. Umumnya para pesaing yang muncul merupakan perusahaan-perusahaan dengan merek asing, ada beberapa merek baru yang berencana akan segera memasuki pasar Indonesia dan mengincar pasar yang sama

26 85 dengan perusahaan, beberapa merek tersebut antara lain GAP, Pumpkin, dan POLO. Masuknya para pesaing baru di pasar, membuat perusahaan harus memiliki strategi yang khusus untuk melindungi pangsa pasarnya dan mempertahankan posisi yang dimiliki perusahaan saat ini. Bila perusahaan tidak mencermati dan persaingan yang ada, maka bukannya tidak mungkin posisi perusahaan atau pangsa pasar perusahaan dapat dikalahkan dan diambil alih oleh pesaing baru. 2. Persaingan promosi yang kurang sehat Saat ini perusahaan sedang menghadapi ancaman, yakni ancaman yang berasal dari strategi promosi para pesaing yang kurang sehat. Saat ini dapat kita lihat bersama bagaimana produk-produk khususnya untuk produk ritel, dimana banyak sekali peritel yang menawarkan produknya dengan potongan harga atau discount yang besarbesaran, dan hampir tidak pernah kita lihat peritel yang menjual produknya tanpa embelembel discount. Mau tidak mau ini menjadi ancaman serius bagi produk perusahaan, karena tidak sedikit pula konsumen yang tertarik dengan program promosi pesaing dan beralih membeli produk pesaing. Untuk menghadapi pesaing, perusahaan juga dengan terpaksa melakukan strategi yang sama, namun muncul suatu kekhawatiran bahwa dengan promosi yang demikian kepercayaan konsumen terhapat produk perusahaan dapat menurun dan bukan tidak mungkin konsumen tidak akan membeli produk perusahaan jika tidak terdapat potongan harga. 3. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri Kebijakan pemerintah Indonesia saat ini dirasakan perusahaan kurang mendukung berkembangnya industri. Salah satu kebijakan yang dianggap kurang mendukung perusahaan ialah mengenai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, undang-undang ini dianggap kurang membela kepentingan

27 86 perusahaan dan bahkan memberatkan perusahaan, padahal perusahaan saat ini harus menghadapi 1277 tenaga kerja-nya. Untuk industri ritel produk garmen dan aksesoris secara kesluruhan pemerintah juga tampaknya tidak menunjukkan usaha serius untuk membantu industri ini untuk bisa berkembang dan bersaing dengan industri sejenis dari negara lain. Para pelaku ritel di Indonesia mengemukakan bahwa persaingan bisnis ritel di Indonesia makin mengkhawatirkan, sedangkan pemerintah tidak kunjung merampungkan regulasi perdagangan ritel (KOMPAS, Kamis, 9 November 2006, p21). 4. Selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi Konsumen saat ini semakin selektif dalam hal pembelian produk, terlebih karena produk yang ditawarkan perusahaan merupakan produk belanja. Selain trend, konsumen saat ini sangat memperhatikan detail dari produk, termasuk daripada kualitas bahan baku yang dipergunakan produk tersebut. Konsumen saat ini seringkali membandingkan produk yang hendak merek beli dengan produk yang ditawarkan pesaing, hal ini muncul karena didukung oleh munculnya banyak tempat perbelanjaan baru, yang memungkinkan konsumen mencari informasi sebelum membeli suatu produk. Hal ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan bila perusahaan tidak mencermai produk yang dihasilkan baik dari sisi desain maupun kualitas produk, selain itu faktor lainnya seperti proses penjualan juga turut mempengaruhi selektifitas konsumen dalam melakukan pembelian. Produk yang disertai dengan pelayanan yang baik dan situasi belanja yang menarik, membuat tingkat preferansi konsumen terhadap produk semakin tinggi. Produk pesaing juga menjadi hal selalu diamati perusahaan baik itu dari sisi desain, kualitas produk, layanan, sampai harga dari produk pesaing. Riset pemasaran untuk mengetahui keinginan konsumen juga dilakukan perusahaan agar produk perusahaan tetap menjadi pilihan bagi konsumen.

28 87 5. Daya beli masyarakat Indonesia yang fluktuatif Segmen ekonomi yang dimasuki perusahaan dan dijadikan sebagai patokan penetapan harga adalah segmen menengah keatas, hal ini membuat harga yang ditawarkan perusahaan tidak low end maupun tidak high end. Dengan penetapan harga yang demikian maka konsumen produk COOL tidak selamanya merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah keatas, karena perusahaan mengakui banyak juga konsumennya yang merupakan golongan ekonomi menengah. Bervariasinya konsumen produk perusahaan, membuat daya beli masyarakat Indonesia secara keseluruhan menjadi hal yang amat diperhatikan perusahaan. Daya beli masyarakat yang fluktuatif akan menjadi ancaman bagi pertumbuhan tingkat penjualan perusahaan. Saat ini daya beli masyarakat Indonesia melemah, melemahnya daya beli ini dikarenakan kenaikkan Bahan Bakar Minyak pada bulan Oktober tahun 2005 lalu. Kenaikkan harga BBM membuat segala macam barang pemenuhan keutuhan ikut menanjak, dan ini membuat masyarakat lebih memprioritaskan pembelian barang-barang kebutuhan utama terlebih dahulu Hasil Kuisioner Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal PT. Joey Sasmita Lencana Setelah melakukan rekapitulasi faktor internal dan eksternal perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut. Pembobotan dilakukan perusahaan dengan mengisi kuisioner, kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat preferensi perusahaan terhadap faktor-faktor internal dan juga eksternal perusahaan. Bobot yang diberikan untuk mengetahui dan mengukur pengaruh diantara 2 alternatif yang ada. Kuisioner pembobotan dilakukan dan diolah dengan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Berikut hasil kuisioner pembobotan faktor internal dan eksternal PT. Joey Sasmita Lencana.

29 88 Tabel 4.8 Hasil Kuisioner Pembobotan Faktor Internal PT. Joey Sasmita Lencana No. Keterangan Mana yang lebih berpengaruh? (a atau b) Bobot 1 a.jaringan distribusi yang luas. B 2 b.brand Awareness. 2 a.jaringan distribusi yang luas. B 3 b.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. 3 a.jaringan distribusi yang luas. B 2 b.hubungan baik dengan pemasok. 4 a.jaringan distribusi yang luas. B 3 b.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. 5 a.jaringan distribusi yang luas. A 2 b.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. 6 a.jaringan distribusi yang luas. B 2 b.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. 7 a.jaringan distribusi yang luas. B 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 8 a.jaringan distribusi yang luas. A 3 b.kegiatan Promosi yang kurang. 9 a.jaringan distribusi yang luas. A 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 10 a.brand Awareness. B 3

30 89 b.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. 11 a.brand Awareness. A 2 b.hubungan baik dengan pemasok. 12 a.brand Awareness. B 3 b.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. 13 a.brand Awareness. A 3 b.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. 14 a.brand Awareness. A 3 b.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. 15 a.brand Awareness. B 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 16 a.brand Awareness. A 3 b.kegiatan Promosi yang kurang. 17 a.brand Awareness. A 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 18 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3 b.hubungan baik dengan pemasok. 19 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3 b.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. 20 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3 b.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. 21 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3

31 90 b.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. 22 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 23 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3 b.kegiatan Promosi yang kurang. 24 a.mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan. A 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 25 a.hubungan baik dengan pemasok. B 3 b.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. 26 a.hubungan baik dengan pemasok. A 3 b.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. 27 a.hubungan baik dengan pemasok. B 3 b.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. 28 a.hubungan baik dengan pemasok. B 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 29 a.hubungan baik dengan pemasok. A 2 b.kegiatan Promosi yang kurang. 30 a.hubungan baik dengan pemasok. B 2 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 31 a.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. A 3 b.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. 32 a.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. B 3

32 91 b.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. 33 a.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. B 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 34 a.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. A 3 b.kegiatan Promosi yang kurang. 35 a.tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya. B 2 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 36 a.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 3 b.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. 37 a.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 38 a.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 2 b.kegiatan Promosi yang kurang. 39 a.pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi. B 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar 40 a.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. B 3 b.keterlambatan pengiriman produk. 41 a.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. A 3 b.kegiatan Promosi yang kurang. 42 a.munculnya masalah berulang dalam proses produksi. B 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 43 a.keterlambatan pengiriman produk. A 3

33 92 b.kegiatan Promosi yang kurang. 44 a.keterlambatan pengiriman produk. A 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. 45 a.kegiatan Promosi yang kurang. B 3 b.kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar. Sumber : PT. Joey Sasmita Lencana Tabel 4.9 Hasil Kuisioner Pembobotan Faktor Eksternal PT. Joey Sasmita Lencana No. Keterangan Mana yang lebih berpengaruh? (a atau b) Bobot 1 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3 b.perluasan pasar. 2 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. A 2 b.berkembangnya teknologi dalam industri. 3 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3 b.trend fashion yang selalu bergulir. 4 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 2 b.berkembangnya konsep penjualan baru. 5 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3 b.hadirnya pesaing baru. 6 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3 b.persaingan promosi yang kurang sehat. 7 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 2

34 93 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 8 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 1 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 9 a.pesaing lokal yang jumlahnya masih relatif sedikit. B 3 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. 10 a.perluasan pasar. A 1 b.berkembangnya teknologi dalam industri. 11 a.perluasan pasar. B 2 b.trend fashion yang selalu bergulir. 12 a.perluasan pasar. B 2 b.berkembangnya konsep penjualan baru. 13 a.perluasan pasar. B 3 b.hadirnya pesaing baru. 14 a.perluasan pasar. B 3 b.persaingan promosi yang kurang sehat. 15 a.perluasan pasar. B 3 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 16 a.perluasan pasar. B 2 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 17 a.perluasan pasar. B 3 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. 18 a.berkembangnya teknologi dalam industri. B 2 b.trend fashion yang selalu bergulir.

35 94 19 a.berkembangnya teknologi dalam industri. A 1 b.berkembangnya konsep penjualan baru. 20 a.berkembangnya teknologi dalam industri. B 3 b.hadirnya pesaing baru. 21 a.berkembangnya teknologi dalam industri. B 3 b.persaingan promosi yang kurang sehat. 22 a.berkembangnya teknologi dalam industri. B 3 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 23 a.berkembangnya teknologi dalam industri. B 2 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 24 a.berkembangnya teknologi dalam industri. B 3 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. 25 a.trend fashion yang selalu bergulir. A 2 b.berkembangnya konsep penjualan baru. 26 a.trend fashion yang selalu bergulir. B 3 b.hadirnya pesaing baru. 27 a.trend fashion yang selalu bergulir. B 3 b.persaingan promosi yang kurang sehat. 28 a.trend fashion yang selalu bergulir. B 3 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 29 a.trend fashion yang selalu bergulir. A 2 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 30 a.trend fashion yang selalu bergulir. B 3

36 95 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. 31 a.berkembangnya konsep penjualan baru. B 3 b.hadirnya pesaing baru. 32 a.berkembangnya konsep penjualan baru. B 3 b.persaingan promosi yang kurang sehat. 33 a.berkembangnya konsep penjualan baru. B 3 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 34 a.berkembangnya konsep penjualan baru. B 2 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 35 a.berkembangnya konsep penjualan baru. B 3 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. 36 a.hadirnya pesaing baru. B 3 b.persaingan promosi yang kurang sehat. 37 a.hadirnya pesaing baru. A 3 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 38 a.hadirnya pesaing baru. A 3 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. 39 a.hadirnya pesaing baru. B 3 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. 40 a.persaingan promosi yang kurang sehat. A 3 b.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. 41 a.persaingan promosi yang kurang sehat. A 3 b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi.

37 96 42 a.persaingan promosi yang kurang sehat. B 3 b.daya beli masyarakat yang fluktuatif a.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. b.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. a.kebijakan pemerintah yang kurang mendukung perkembangan industri. b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. a.selektifitas konsumen terhadap produk sejenis tinggi. b.daya beli masyarakat yang fluktuatif. A 2 B 3 B 3 Sumber : PT. Joey Sasmita Lencana Hasil Penilaian Skor Faktor Internal dan Eksternal PT.Joey Sasmita Lencana Setelah mendapatkan hasil kuisioner pembobotan faktor internal dan eksternal perusahaan, maka selanjutnya meminta pihak manajemen perusahaan untuk mengisi kuisioner penilaian skor faktor internal dan eksternal. berikut disajikan hasil kuisioner penilaian skor faktor internal dan eksternal PT. Joey Sasmita Lencana.

38 97 Tabel 4.10 Hasil Kuisioner Penilaian Skor Faktor Internal PT. Joey Sasmita Lencana No. Faktor Internal Perusahaan Skor 1 Jaringan distribusi yang luas 4 2 Brand Awareness 4 3 Mempertahankan kualitas produk dan mengembangkan produk secara berkelanjutan 4 4 Hubungan baik dengan pemasok 3 5 Tenaga kerja yang berkompetensi di bidangnya 4 6 Pengolahan data dengan sistem yang belum terintegrasi 2 7 Munculnya masalah berulang dalam proses produksi 2 8 Keterlambatan pengiriman produk 1 9 Kegiatan promosi yang kurang 2 10 Kesulitan meluncurkan trend produk baru di pasar 2 Sumber: PT. Joey Sasmita Lencana

Lampiran 1. Langkah Melakukan Pairwise Comparison

Lampiran 1. Langkah Melakukan Pairwise Comparison L-1 Lampiran 1 Langkah Melakukan Pairwise Comparison Langkah-langkah melakukan perhitungan Pairwise Comparison (perbandingan berpasangan): 1. Langkah pertama adalah melihat hasil kuisioner perbandingan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN dan SARAN

BAB 5 SIMPULAN dan SARAN 124 BAB 5 SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti memperoleh simpulan sebagai berikut : Kekuatan (strengths) PT. Joey Sasmita Lencana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini dirintis oleh suami istri Ngadiman di Jakarta. Maka tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data Data yang disajikan pada bab ini akan diuraikan secara deskriptif yang diperoleh dari hasil wawancara, yaitu 2 orang responden dan 1 orang informan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Profil Perusahaan PT. Muncul Anugerah Sakti merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 yang merupakan anak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Merek merupakan salah satu indikator kualitas sekaligus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa STP (Segmentasi, Target, Positioning) Dalam melakukan manajemen pemasaran diperlukan suatu analisa untuk mengetahui hal hal mengenai segmentasi konsumen, target

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berhati-hati dalam memilih produk pakaian yang akan mereka gunakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berhati-hati dalam memilih produk pakaian yang akan mereka gunakan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia fashion yang kini semakin berkembang dengan pesat seiring makin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap produk pakaian. Pada masa sekarang masyarakat tentunya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemain ritel yang cukup banyak di Indonesia membuat persaingan di industri ini menjadi sangat ketat. Potensi pasar yang sangat besar dan sifat konsumtif masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, kondisi dunia usaha di Indonesia dihadapkan pada keadaan persaingan yang sangat ketat. Hal ini antara lain disebabkan oleh para pesaing dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar bebas tekstil dan produk tekstil (TPT) telah dimulai seiring dihapuskannya aturan kuota tekstil. Hal ini menuntut industri TPT untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Jawaban Pemiliki CUTE Butik No. Faktor Pertanyaan Jawaban 1 SWOT Indikator: Kekuatan Apa yang menjadi kekuatan yang dimiliki CUTE Butik dalam menjalankan usahanya? Harga produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.

Lebih terperinci

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP iii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat meningkat, di iringi dengan daya beli konsumen yang meningkat. Bisnis ritel di Indonesia sendiri

Lebih terperinci

LAMPIRAN Analisis Porter

LAMPIRAN Analisis Porter L1 LAMPIRAN Analisis Porter Dengan :Bawahan langsung Kepala Unit Penjualan Asuransi Pelangi (Account Officer), Bapak Andrey Wijaya Pada tanggal : 24 Oktober 2007 1. Siapakah target pasar dari produk Asuransi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah membahas secara menyeluruh, maka penulis mengambil dan menarik kesimpulan atas evaluasi yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Pengukuran kinerja yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA TB GRAMEDIA DUTA PLAZA DI KOTA DENPASAR. Usaha meningkatkan kinerja TB Gramedia Duta Plaza secara menyeluruh sangat

ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA TB GRAMEDIA DUTA PLAZA DI KOTA DENPASAR. Usaha meningkatkan kinerja TB Gramedia Duta Plaza secara menyeluruh sangat Lampiran 1. Kuisioner ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA TB GRAMEDIA DUTA PLAZA DI KOTA DENPASAR Kepada Yth. Bapak Ibu Responden, Usaha meningkatkan kinerja TB Gramedia Duta Plaza secara menyeluruh sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hal-hal yang dianggap penting oleh konsumen dalam memilih toko sepatu JK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang

5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang 5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan, yang meliputi kegiatan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Situasi perekonomian industri diberbagai belahan dunia dewasa ini terlihat bertambah pesat, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanisme kerja bank yang menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of fund) menjadi pilar

Lebih terperinci

MENYUSUN STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. JOEY SASMITA LENCANA

MENYUSUN STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. JOEY SASMITA LENCANA MENYUSUN STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. JOEY SASMITA LENCANA Daniel Hartono 0700725184 ABSTRAK PT. Joey Sasmita adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang ritel produk garmen dan aksesoris pendukungnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

KUISIONER TAHAP KETIGA. Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan

KUISIONER TAHAP KETIGA. Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan KUISIONER TAHAP KETIGA A. Petunjuk pengisian I (untuk soal no. 1 sampai no. 2) Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda rumput ( ) pada tempat yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di negara kita yang sudah berusia dari 50 tahun ini nampak cukup pesat, khususnya dalam 25 tahun terakhir. Hal ini bisa kita lihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakter konsumen Indonesia dalam melakukan pembelian adalah tidak terencana (unplanned buying). Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam majalah MARKETING edisi

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Nama : Umur :. 3. Alamat :. 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Nama : Umur :. 3. Alamat :. 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA DAFTAR PERTANYAAN A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Alamat :. 4. Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu) 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA B. Petunjuk pengisian I (untuk soal no.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 41 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berkepanjangan di Indonesia. Akibat dari krisis moneter ini, banyak perusahaan yang mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Cipta Master Perkasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Cipta Master Perkasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Umum PT. Cipta Master Perkasa PT. Cipta Master Perkasa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan tekstil dan garment,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Riwayat PT.Groovy Mustika Sejahtera PT.Groovy Mustika Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Natatex Garmentama dirintis pada tahun 1995 dengan ide awal usaha yang bermula pada kepedulian trend fesyen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, setiap perusahaan bersaing untuk menarik pelanggan dan mempertahankan eksistensinya di pasar. Termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat BAB III Solusi Bisnis Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat disimpulkan bahwa persaingan yang terjadi sangat

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Profil

Lebih terperinci

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perlambatan ekonomi global berdampak hampir di semua negara sehingga berpengaruh terhadap target pencapaian jangka panjang, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sedang dan telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia menjadi lebih fluktuatif dan biaya-biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi merupakan bagian yang penting di dalam kehidupan manusia dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Handphone menjadi salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Central Aneka Busana (CAB) adalah salah satu perusahaan garmen di Indonesia, yang berlokasi di Poris, Tanggerang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang ini, keberadaan pasar tradisional mulai tergeser dimana masyarakat cenderung lebih memilih berbelanja di ritel modern. Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari 59 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari tiga BUMN Niaga yaitu PT. Dharma Niaga, PT. Pantja Niaga dan PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis ritel merupakan suatu bisnis yang dapat menghidupi banyak orang. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia pada akhir tahun 1997, yang kemudian berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan Peoples Businesses merupakan salah satu cabang kegiatan perdagangan jasa yang berkembang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim GFP, program Penyuluhan yang dilakukan oleh PT. EBI terbukti efektif sebagai saluran promosi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ritel atau pasar eceran yang begitu pesat, berdampak semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat terutama persaingan yang berasal dari perusahaan sejenis, perusahaan semakin dituntut agar bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. HM. Sampoerna,Tbk. di masa yang akan datang akan tetap fokus pada bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu Dji Sam Soe dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV diketahui bahwa: 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan pendatang baru yang belum memiliki

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB III EVALUASI BISNIS BAB III EVALUASI BISNIS 3.1. Evaluasi Pencapaian Bisnis Konveksi Pakaian KVKU Pola gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap performa penjualan KVKU dari tahun ke tahunnya.

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk bagi

Lebih terperinci

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas karya ilmiah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas karya ilmiah Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas karya ilmiah BISNIS Disusun oleh: NIM : 10.11.3615 RAFIKATURRAHMAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN ILMU KOMPUTER AMIKOM 2011 ABSTRAK Dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS TARGET PASAR

ANALISIS TARGET PASAR SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Pemasaran dalam Rancangan Usaha Agribisnis Wisynu Ari Gutama, SP. MMA Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

matress. PT Anugrah Utama Indonesia memproduksi matress dari bahan-bahan dasar yang

matress. PT Anugrah Utama Indonesia memproduksi matress dari bahan-bahan dasar yang BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan P.T Anugrah Utama Indonesia didirikan pada bulan Maret 2003 sebagai perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis pengolahan data pada PT Tiga Desain Indonesia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percetakan merupakan suatu proses memindahkan tulisan atau gambar pada kertas atau objek lainnya dengan melalui sebuah mesin cetak. Percetakan biasanya memproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER AWAL (UJI COBA)

LAMPIRAN 1 KUESIONER AWAL (UJI COBA) LAMPIRAN 1 KUESIONER AWAL (UJI COBA) L1-1 Lampiran 1 L1-2 KUESIONER PENELITIAN Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir pada jurusan Teknik Industri di Universitas Kristen Maranatha Bandung, kepada Bapak/Ibu/Sdr/i

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Services Marketing Marketing (pemasaran) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergeseran minat belanja dari ritel tradisional ke ritel modern semakin berkembang dari tahun ketahun. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah konsumen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut American Marketing Association adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pemasaran dewasa ini sangat pesat, yang ditunjukkan dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada konsumen. Kemudahan untuk

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT Intan Pertiwi Industri PT Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri kawat las kobe atau welding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July 19 th 2004, pp 43 ), merupakan pasar potensial yamg sangat besar bagi setiap pemasar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai cara dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat persaingan didunia industri juga semakin ketat, termasuk di industri rokok. Agar bisa bertahan di pasar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan untuk merancang dan mengaplikasikan strategi pemasaran seakurat mungkin dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION MERCHANDISING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENGELOLA BISNIS FASHION DI DEPARTMENT STORE.

INSTRUMEN PENELITIAN MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION MERCHANDISING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENGELOLA BISNIS FASHION DI DEPARTMENT STORE. 122 INSTRUMEN PENELITIAN MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION MERCHANDISING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENGELOLA BISNIS FASHION DI DEPARTMENT STORE Skripsi Oleh Ema Wijayanti 0900627 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA

Lebih terperinci

kategori Department store, Service Quality Award Excellence 2009 dan Indonesia's Most Admired Companies 2009, semakin memperkokoh PT. X Dept.

kategori Department store, Service Quality Award Excellence 2009 dan Indonesia's Most Admired Companies 2009, semakin memperkokoh PT. X Dept. I. PENDAHULUAN Saat ini banyak strategi yang digunakan oleh perusahaan di tengah-tengah persaingan yang begitu ketat, salah satunya adalah promosi. Strategi promosi sangat dibutuhkan karena konsumen sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap pembentukan Gross Domestic Product (GDP) setelah industri pertanian.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap pembentukan Gross Domestic Product (GDP) setelah industri pertanian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangannya pertumbuhan ekonomi dan kerjasama perdagangan antar negara dengan adanya perdagangan bebas membuat semakin banyaknya produk maupun jasa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangatlah ketat, karena setiap

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangatlah ketat, karena setiap 1 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangatlah ketat, karena setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan outlet-outlet baru oleh para retailer lokal maupun asing

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan outlet-outlet baru oleh para retailer lokal maupun asing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel tampak begitu berkembang yang ditandai pembukaan outlet-outlet baru oleh para retailer lokal maupun asing yang kini marak di beberapa sudut kota Jakarta

Lebih terperinci