BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori Hakekat Kemampuan Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Menurut Ian (2010:1) Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. (online). Robbin (dalam Yusdi, 2011:1) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Kemampuan juga dapat diartikan sebagai kualitas atau keadaan dari yang mampu, kekuatan untuk melakukan baik fisik, moral maupun intelektual, serta sebuah kualitas yang memungkinkan atau memfasilitasi pencapaian prestasi (Gunawan 2010:1). Masalah dalam pembelajaran matematika menurut Novia (2011:2) merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang

2 7 tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui sipelaku. (Online) Kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah sebagai ketrampilan (skill) yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu soal matematika. Hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar menyelesaikan soal matematika maka orang tersebut memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal. Dalam penelitian ini kemampuan siswa didefinisikan sebagai kesanggupan siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar Pengertian Bangun Datar Bangun datar menurut Hambali didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal. Dalam kehidupan sehari-hari mengambil suatu benda sebagai contoh bangun datar tidaklah mudah. Misalnya saja kita ambil selembar kertas HVS atau kertas koran sebagai contoh bangun sebagai bidang datar. Kalau benar- benar kita periksa, kertas itu selain mempunyai panjang dan lebar tetapi juga mempunyai tebal maupun tinggi. Dengan alat ukur yang tinggi tebal kertas dapat diukur. Di dunia ini benda-benda yang dengan mata telanjang terlihat rata atau datar belum tentu memenuhi syarat untuk digolongkaan sebagai bangun datar. Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak. Selembar kertas yang rata, permukaan meja yang rata, lantai yang rata, tembok yang rata, permukaan kaca dan benda-benda lainnya dengan mengabaikan

3 8 ketebalannya (seolah-olah tidak mempunyai ketebalan) benda-benda tersebut disebut bangun datar atau model bangun datar Jenis- Jenis Bangun Datar. Hambali (dalam matematika1,1992:115) menuliskan bahwa Bangun datar ditinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar yang bersisi lengkung antara lain lingkaran, elips dan bangun-bangun lainnya. Bangun datar yang bersisi lurus antara lain segitiga, segi empat, segi lima, segi enam dan seterusnya. Jumlah ruas garis serta model yang dimiliki oleh sebuah bangun merupakan sifat bangun datar tersebut. Jadi sifat suatu bangun datar ditentukan oleh jumlah ruas garis, model garis, besar sudut, dan lain-lain. 1. Persegi Persegi memiliki sifat- sifat seperti berikut. a. Memiliki empat ruas garis: AB,DC,AD dan BC. b. Keempat ruas garis itu sama panjang. c. Memilki empat buah sudut sama besar ( ) Rumus persegi Keliling = 4 S Luas = S S =

4 9 2. Persegi Panjang Persegi panjang memilki sifat-sifat berikut. a. Memiliki 4 ruas garis:ab,dc, AD dan BC. b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang. c. Memiliki dua macam ukuran panjang dan lebar. d. Memiliki empat buah sudut sama besar ( ) Rumus persegi panjang Keliling = 2p 2l = 2 (p + l) Luas P l = p l = luas : lebar = luas : panjang Dengan p = panjang persegi panjang, dan l = lebar persegi panjang. 3. Segitiga Sama Kaki Bangun segitiga sama kaki memiliki sifat- sifat seperti berikut. a. Memiliki 3 ruas garis:ab,ac dan BC

5 10 b. Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC. c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. d. Memiliki tiga buah sudut lancip e. Semua sudutnya sama besar. 4. Bangun Segitiga Sama Sisi Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Memiliki 3 ruas garis: AB,AC, dan BC. b. Ketiga (semua) ruas garis sama panjang c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi d. Memiliki tiga buah sudut sama besar ( ) 5. Bangun Segitiga Siku-Siku. Bangun segitiga siku siku memiliki sifat sebagai berikut. a. Memiliki 3 ruas garis : AB,AC dan BC b. Memiliki garis tegak lurus pada alas (tinggi) c. Memiliki ukuran, alas, dan tegak.

6 11 d. Memiliki dua buah sudut lancip. e. Memiliki satu buah sudut siku- siku Rumus untuk segitiga adalah Luas = a t Dengan a = panjang alas segitiga,dan t = tinggi segitiga Panjang sisi miring untuk segitiga siku-siku dicari dengan rumus phytagoras ( + = ) 6. Belah Ketupat Bangun belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Memiliki 4 buah ruas garis AB, BC, CD, dan AD. b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang. c. Memiliki dua macam ukuran diagonal. d. Memiliki dua buah sudut lancip. e. Memiliki dua buah sudut tumpul. Rumus belah ketupat Keliling = 4 x sisi Luas = diagonal ( ) diagonal ( )

7 12 7. Trapesium Trapesium memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD b. Garis tinggi = garis tegak lurus pada garis alas. c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. d. Memiliki dua buah sudut lancip. e. Memiliki dua buah sudut tumpul. Rumus Trapesium. Keliling = jumlah panjang sisi- sisinya = AB + BC + CD + AD Luas = (s1+s2) t Dengan s1 dan s2 = sisi-sisi sejajar pada trapesium, dan t = tinggi trapesium 8. Jajar Genjang Jajar genjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD. b. Memiliki dua garis yang berhadapan sama panjang. c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

8 13 d. Memiliki dua buah sudut lancip. e. Memiliki dua buah sudut tumpul. Rumus jajar genjang Keliling = AB + BC +CD +AD Luas = a Dengan a = panjang alas jajar genjang, dan t = tinggi jajar genjang 9. Layang- Layang Bangun layang-layang memiliki sifat sebagai berikut. a. Memiliki 4 ruas garis AB,BC,CD, dan AD b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang. c. Memiliki dua macam ukuran diagonal d. Memiliki dua buah sudut lancip e. Memiliki dua buah sudut tumpul Rumus layang- layang Keliling = AB+ BC+CD+AD Luas 2

9 Lingkaran D Lingkaran memiliki sifat- sifat sebagai berikut: a. Memiliki titik pusat. b. Memiliki garis tengah (diameter = D) yang panjangnya 2 kali jari-jari. Rumus lingkaran Keliling = 2 Luas = ) Menyelesaikan Masalah (soal cerita) yang Berkaitan dengan Bangun Datar. Tahap-tahap dalam mengerjakan masalah (soal cerita). Menurut Dikdasmen (dalam pedoman pembelajaran matematika sekolah dasar, 2011:111) tahap-tahap dalam mengerjakan masalah (soal cerita) sebagai berikut: 1. Mendata hal-hal yang diketahui berdasarkan keterangan yang termuat dalam soal. 2. Mencermati apa yang ditanyakan termasuk satuan-satuan yang ditanyakan. 3. Menyelesaikan permasalahan berdasarkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

10 15 Contoh masalah (soal cerita ) yang berkaitan dengan bangun datar 1. Sawah Pak Lurah berbentuk persegi panjang. Keliling sawah itu 70 m, lebar 15 m. Berapa luas sawah Pak Lurah? 2. Sawah Pak Lukman berbentuk trapesium. Sisi-sisi sejajarnya 45 m dan 75 m, tingginya 30 m. Tanah Pak Lukman ini akan dijual dengan harga Rp ,00 tiap 1ca. Berapakah harga sawah Pak Lukman jika sudah laku terjual? 3. Sisi suatu persegi 15 cm. Sebuah jajaran genjang alasnya 20 cm dan tingginya 10 cm. Berapa kah selisih luas kedua bangun itu? Jawab 1. Diketahui : Sawah Pak Lurah berbentuk persegi panjang dengan keliling 70 m dan lebar 15 m Ditanyakan Berapa luas sawah pak Lurah? Penyelesaian: Luas = P x L Keliling = 2 x P + 2 x L 70 = 2 x P + 2x = 2 x P = 2P = 2 P = 2P 40:2 = 2P:2

11 16 20 = P P = 20 Luas Luas = P x L = 20 m x 15 m Luas = Diketahui : Sawah Pak Lukman berbentuk trapesium dengan sisi sejajar trapesium 45 m dan 75 m, tinggi 30 m Harga Rp ,00 tiap 1 ca Ditanyakan: Luas sawah = ( 45 m 75m ) 30 m = 120 m = ca = 1 m 1800 = 1800 Jadi luas tanah adalah 1800 = 1800 Harga tanah jika terjual = 1800 x Rp ,00 = Rp ,00 Jawab Diketahui : Sisi persegi 15 cm Alas dan tinggi jajaran genjang 20 cm dan 10 cm Ditanyakan :

12 17 Berapa selisih luas kedua bangun itu? Penyelesaian : Luas persegi = S X S Luas persegi = 15 = 225 = 2,25 Luas jajaran genjang = a x t Luas jajaran genjang = =200 = 2 Yang lebih luas adalah persegi, sehingga selisisih luasnya adalah 2,25-2 = 0, Pendekatan Problem Posing Pengertian Problem Posing Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang dapat merugikan siswa. Sanjaya (2006:125) menyatakan bahwa Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau suatu pandang kita terhadap proses pembelajaran. Ada dua kegiatan pokok dalam proses belajar mengajar yaitu pembelajaran pada siswa dan cara mengajar. Peran guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator sedangkan siswa sebagai subjek. Sebagai fasilitator belajar, peran guru adalah memberikan imformasi kepada siswa, menunjukkan cara belajar siswa, menyediakan bahan belajar dan sumber belajar yang diperoleh siswa, serta cara perbaikannya. Sedangkan sebagai pembimbing belajar adalah yang mendapat tempat bertanya bagi siswa yang mengalami kesulitan. Memberikan bantuan dan motivasi melalui penghargaan dan teguran. (Online).

13 18 Menurut tim MKPBM (2001:7) bahwa Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran matematika adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana pembelajaran atau materi pembelajaran itu dikelola. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat menambah tingkah laku pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah Problem Posing. Problem posing dalam Abdussakir (2009:3) merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Indonesia. Suryanto (1998:1) dan As ari (2000:4) memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso (1999:16) menggunakan istilah membuat soal, Siswono (1997:7) menggunakan istilah pengajuan soal, dan Suharta (2000:4) menggunakan istilah pengkonstruksian masalah. (Online). Problem posing dalam Abdussakir (2009:3) juga mempunyai beberapa arti, problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan problem posingessentially means creating a problem with solutions unknowin to the target problem solver the create for. Dunker describe problem posing in mathematics as the generation of new problem or the formulation of a given proble. (Online). Brown dan Walter dalam Abdussakir (2009:4) dikatakan problem posing

14 19 dapat membantu siswa dalam mencari topik baru dan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu juga, problem posing diberikan. Topik disini khususnya dalam pembelajaran matematika. problem posing can help student to see standard topic in a new light and provide them with a deeper understanding of it as well. It can also encourage the creation of new ideas derived from any given topic. Althought our focus is on the field of mathematics, the stragies we discuss can be applied to activities as diverse as trying. (online). Menurut Brown dan Walter (dalam Permana, 2011:2), pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics education (NCTM) sebagai bagian dari national program for re-direction of mathematics education (reformasi pendidikan matematika). Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyin D English, dan awal mulanya ditetapkan dalam pelajaran matematika. (Online). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata problem artinya masalah, soal/persoalan dan kata pose yang artinya mengajukan (Echols dan Shadily,1995:439 dan 448 dalam Muhfida). Jadi problem posing biasa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah.(online). Dalam Permana (2011:3) dikatakan problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk masalah (Tim PTM,2002:2). Problem posing dalam matematika mempunyai beberapa arti yaitu:

15 20 a. Perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan salah satu langkah dalam rencana pemecahan masalah/soal. b. Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan. c. Perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, saat atau setelah pemecahan suatu masalah/soal. (Online). Menurut Brown dan Walter (dalam Permana, 2011:3) mengatakan imformasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulative, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal atau selesaian dari suatu soal. Selanjutnya Suryanto menyatakan bahwa soal dapat dibentuk melalui soal-soal yang ada dalam buku. Stoyanova mengklasifikasikan imformasi atau situasai problem posing menjadi situasi problem posing yang bebas, semi terstruktur, dan terstruktur. Pada situasi problem posing yang bebas, siswa tidak diberikan suatu imformasi yang harus ia patuhi, tapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membentuk soal sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam pembentukan soal. Sedangkan problem posing yang semi terstruktur, siswa diberi situasi atau imformasi yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau menyelidiki situasi atau imformasi tersebut dengan cara menggunakan

16 21 pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengaitkan imformasi itu dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang diketahuinya untuk membentuk soal. Pada situasi problem posing yang terstruktur, imformasi atau situasinya berupa soal atau selesaian dari suatu soal. (Online). Setiawan (dalam Permana, 2011:4) mengatakan pembentukan soal atau pembentukan masalah mencakup dua kegiatan yaitu: 1. Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa. 2. Pembentukan soal dari soal yang sudah ada. Dari sini kita bisa katakan bahwa problem posing merupakan suatu cara pembentukan soal atau pengajuan soal yang dilakukan oleh siswa dengan cara membuat soal tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman siswa itu sendiri. Amin (dalam Permana, 2011:4), menjelaskan bahwa problem posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktifitas kognitif matematika sebagai berikut. a. Pre Solution Posing Pre solution Posing, yaitu siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. b. Within solution posing Within solution posing yaitu siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru. c. Post solution posing Post solution posing yaitu siswa membuat soal sejenis, seperti yang dibuat guru.

17 22 Pada prinsipnya, pembelajaran dengan pendekatan problem posing menurut Permana (2011:4) adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. (Online). Dalam pembelajaran problem posing siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika. Dengan demikian, kekuatankekuatan pembelajaran menurut Permana (2011:6) sebagai berikut: a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsepkonsep dasar. b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar. c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem posing adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika dimana siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan. Situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran Problem Posing dan Relevansinya dengan Penyelesaian Masalah Problem posing atau pembentukan soal adalah salah cara yang efektif untuk mengembangkan ketrampilam siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM) (dalam Permana, 2011:6) mengatakan bahwa:

18 23 1. Adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk soal dan kemampuan membentuk masalah. 2. Latihan membentuk soal merupakan cara efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam memecahkan suatu masalah. Menurut Brown dan Walter (dalam Permana, 2011:6), problem posing can give one a chance to develop independent thinking processes.yang artinya problem posing memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir secara bebas dan mandiri dalam menyelesaikan masalah. Masalah disini tentunya masalah dalam matematika. (Online). Adapun masalah dalam matematika menurut Permana (2011:6) diklasifikasikan dalam dua jenis antara lain: 1. Soal mencari (problem to find) yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (condition) dan data atau imformasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah. 2. Soal membuktikan (problem to prove) yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan. Silver dkk (dalam Permana, 2011:12) mengemukakan bahwa sebenarnya

19 24 sudah sejak lama para tokoh pendidikan matematika menunjukkan pembentukan soal merupakan bagian penting dalam pengalaman matematis siswa dan menyarankan agar dalam pembelajaran matematika ditekankan kegiatan pembentukan soal. Begitupun yang ditekankan English bahwa pembentukan soal merupakan inti kegiatan matematis dan merupakan komponen penting dalam kurikulum matematika (Online). Hasil penelitian Silver dan Cai (dalam Permana, 2011:12) menunjukkan bahwa kemampuan pembentukan soal berkolerasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. Dengan demikian kemampuan pembentukan soal sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah sebagai usaha meningkatkan hasil pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dari sini kita peroleh bahwa pembentukan soal penting dalam pelajaran matematika guna meningkatkan prestasi belajar matematika dengan membuat siswa aktif dan kreatif. (Online). Dalam pembelajaran matematika, pengajuan soal menempati posisi yang strategis. Pengajuan soal dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika (Silver, et, al,1996:293) Problem posing dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan berpikir matematis atau pola pikir matematis. (Online) Pendekatan problem Posing (pengajuan masalah) dapat dilakukan secara individu atau kelompok (classical), berpasangan (in pairs) atau secara berkelompok (groups). Masalah matematika yang diajukan secara individu tidak memuat intervensi atau pemikiran dari siswa yang lain. Masalah tersebut adalah

20 25 murni sebagai hasil pemikiran yang dilatar belakangi oleh situasi yang diberikan. Masalah matematika yag diajukan oleh siswa dibuat secara berpasangan dapat lebih berbobot, jika dilakukan dengan cara kolaborasi, utamanya yang berkaitan dengan tingkat ketersediaan masalah tersebut. Sama halnya dengan masalah matematika yang dirumuskan dalam satu kelompok dapat berpartisipasi dengan baik, Hamzah, (dalam Permana, 2011:9). Dalam Pelaksanaannya dikenal dengan beberapa jenis model problem posing antara lain: 1. Situasi problem posing bebas, siswa diberikan kesempatan yang seluasluasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari- hari sebagai acuan untuk mengajukan soal. 2. Situasi problem posing semi terstruktur, siswa diberikan situasi/informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu. 3. Situasi problem posing terstruktur, siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa diminta untuk mengajukan soal baru Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Problem Posing Dalam setiap pembelajaran pasti ada sisi kelebihan ataupun keunggulan dan kekurangan atau kelemahan. Begitu juga didalam pembelajaran melalui pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan, menurut Ruhayuningsih (dalam Permana, 2011:14), diantaranya adalah:

21 26 a. Kelebihan problem posing 1. Kegiatan pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa. 2. Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri. 3. Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal. 4. Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. 5. Membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasan/pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah. b. Kekurangan problem posing. 1. Persiapan guru lebih karena menyiapkan imformasi apa yang dapat disampaikan. 2. Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesainnya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit Penerapan pendekatan problem possing dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar Penerapan pembelajaran matematika untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan problem posing untuk kegiatan siswa secara berkelompok.

22 27 Ruestiah (dalam Permana, 2011:12) mengatakan bahwa keuntungan belajar kelompok adalah: 1. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi 3. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar 3. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. 4. Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usaha mencapai tujuan bersama. Untuk penerapan pembelajaran problem posing secara berkelompok dikelas yakni guru membuka kegiatan pembelajaran, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, selanjutnya guru menyajikan imformasi baik secara ceramah dan tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal dari imformasi yang diberikan. Contoh cara pembuatan soal: a. Membuat soal berdasarkan pernyataan guru Sawah Pak Lurah berbentuk persegi panjang. Keliling sawah itu 70 m, lebar 15 m. Buatlah pertanyaan berdasarkan pernyataan/permasalahan di atas dan selesaikan!

23 28 Jawab. Diketahui Keliling sawah 70 m Lebar sawah 15 m Soal yang dibuat siswa dijelaskan dapat dibuat berdasarkan hal-hal yang diketahui siswa yang diajukan dalam permasalahan tersebut. Kemungkinan soal yang dibuat oleh siswa berdasarkan pernyataan/permasalahan tersebut sebagai berikut: - Berapa keliling sawah Pak Lurah? - Berapa lebar sawah Pak Lurah? - Berapa panjang sawah Pak Lurah? - Berapa luas sawah Pak Lurah? Penyelesaian Diketahui: Sawah Pak Lurah berbentuk persegi panjang dengan: - Keliling sawah Pak Lurah = 70 m - Lebar sawah Pak Lurah = 15 m Ditanya: a. Berapa keliling sawah Pak Lurah? b. Berapa lebar sawah Pak Lurah? c. Berapa panjang sawah Pak Lurah? d. Berapa luas sawah Pak Lurah? Penyelesaian - Keliling sawah Pak Lurah = 70 m

24 29 - Lebar sawah Pak Lurah = 15 m - Panjang sawah k= 2 p +2l 70 = 2p = 2 p =2p =2p 40 = 2p 40:2 =2p:2 = P = 20 Jadi panjang sawah = 20 m - Luas sawah Pak Lurah = p x l = 20 m x 15 m = 300 b. Membuat soal berdasarkan pertanyaan guru. Sawah Pak Lukman berbentuk trapesium. Sisi-sisi sejajarnya 45 m dan 75 m, tingginya 30 m. Tanah Pak Lukman ini akan dijual dengan harga Rp ,00 tiap 1 ca. Berapakah harga sawah Pak Lukman jika sudah laku terjual? Buatlah soal yang mengarah pada pertanyaan akhir dan selesaikanlah! Jawab: Diketahui: Sisi-sisi sejajar = 45 m dan 75 m Tinggi = 30 m 1 ca = Rp ,00

25 30 Soal dibuat siswa dijelaskan dapat dibuat dari hal-hal yang diketahui siswa yang mengarah pada pertanyaan akhir. Kemungkinan soal yang dibuat siswa sebagai berikut: - Berapa panjang sisi-sisi sejajar sawah Pak Lukman? - Berapa tingginya? - Berapa harga tanah tiap 1 ca? - Berapa luas sawah Pak Lukman? - Berapa harga sawah Pak Lukman jika terjual? Penyelesaian: Diketahui: Sawah Pak Lukman berbentuk trapesium dengan: - Sisi-sisi sejajar = 45 m dan 75 m - Tinggi = 30 m - Rp ,00 1 ca Ditanya: - Berapa panjang sisi-sisi sejajar sawah Pak Lukman? - Berapa tingginya? - Berapa harga tanah tiap 1 ca? - Berapa luas sawah Pak Lukman? - Berapa harga sawah Pak Lukman jika terjual? Penyelesaian: - Panjang sisi sejajar sawah Pak Lukman = 45 m +75 m - Tinggi = 30 m

26 31 - Harga per 1 ca = ,00 - Luas sawah = x ( + ) x t = x ( 45 m + 75 m) x 30 m = (120 m) x 30 m = 60 m x 30 m = ca = 1 m = Harga tanah jika terjual = 1800 x Rp ,00 = Rp ,00 Setelah guru memberikan penjelasan lalu guru memberikan latihan soal, kemudian membentuk kelompok belajar antara 5-6 siswa tiap kelompok yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras, dan jenis kelamin. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan menyelesaikannya. Kemudian guru menilai hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaanya. Kemudian guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah menyelesaikan tugas dengan baik. Selanjutnya guru dan siswa meluruskan kesalah pahaman dan menyimpulkan materi. Kemudian guru membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa. Selanjutnya guru bertanya jawab hal-hal yang tidak dimengerti siswa dan memberikan evaluasi, akhirnya menutup kegiatan pembelajaran.

27 Kajian Relevan Adapun kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan judul : Penggunaan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Kesebangunan pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tondano oleh Angel Rorimpandey pada tahun 2011, dimana dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang mengalami pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih tinggi dari peningkatan hasil belajar yang tidak menggunakan pendekatan problem posing, dimana ratarata peningkatan hasil belajar yang mengikuti pembelajaran matematika pada materi kesebangunan dengan menggunakan pendekatan problem posing adalah 27,5 lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan pendekatan problem posing yaitu Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang berjudul Efektivitas Pendekatan Problem Posing pada pokok Bahasan Perbandingan di kelas VII SMP Negeri Kendari oleh Luwis pada tahun 2011, dimana dalam penelitian ini prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan problem posing tinggi dibanding dengan tidak menggunakan pendekatan problem posing. 2.2 Hipotesis Tindakan Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Jika melalui pendekatan problem posing, maka kemampuan siswa menyelesaikan masalah berkaitan dengan bangun datar dikelas V SDN 2 Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo akan meningkat.

28 Indikator Keberhasilan Yang dimaksud dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah; apabila minimal 75% dari 25 orang siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai KKM 69 ke atas untuk materi menyelesaikan masalah berkaitan dengan bangun datar melalui pendekatan problem posing.

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M.

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN 2 TALAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO. Penulis : Zenab L. Danial Nim : 151

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Matematika. Matematika sendiri berasal dari bahasa latin manhenern atau mathema yang berarti belajar atau hal yang harus dipelajari, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

Lebih terperinci

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1 SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1 1. Perhatikan gambar di bawah ini! http://primemobile.co.id/assets/uploads/materi/123/1701_5.png Dari bangun datar di atas, maka sifat bangun

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pendekatan Problem Posing, Pembelajaran Biasa, Pemahaman Konsep Matematik, Teori Sikap 1. Pendekatan Problem Posing Pendekatan adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

47

47 46 47 48 49 50 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran : SD Laboratorium Kristen Satya Wacana : Matematika Kelas / Semester : V/ 2 Materi Pokok : Sifat sifat bangun datar Waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Hakikat Pemahaman Konsep Luas Segitiga, Persegi Panjang dan Persegi 2.1.1.1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman Konsep terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

SD V BANGUN DATAR. Pengertian bangun datar. Luas bangun datar. Keliling bangun datar SD V

SD V BANGUN DATAR. Pengertian bangun datar. Luas bangun datar. Keliling bangun datar SD V SD V BANGUN DATAR Pengertian bangun datar Luas bangun datar Keliling bangun datar SD V Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah Subahanahu wa Ta ala, yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunianya, sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MADYA BIDANG PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH (PTJJ)

LAPORAN PENELITIAN MADYA BIDANG PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH (PTJJ) LAPORAN PENELITIAN MADYA BIDANG PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH (PTJJ) IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM KEGIATAN TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATAKULIAH PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pemahaman Matematika. 1. Pengertian Pemahaman. Pemahaman adalah suatu proses konstruktivitas sosial dalam

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pemahaman Matematika. 1. Pengertian Pemahaman. Pemahaman adalah suatu proses konstruktivitas sosial dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman Matematika 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman adalah suatu proses konstruktivitas sosial dalam memahami berbagai teks, tidak hanya semata-mata memahami makna kata-kata dan

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Abdussakir 13 Februari 2009 A. Belajar Matematika dengan Pemahaman Menurut Hudojo (1990:5), dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab

Lebih terperinci

LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LAMPIRAN 54 LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 55 56 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SDN Mangunsari 06 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : V/ 2 Alokasi Waktu : 5 x

Lebih terperinci

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Pengertian Segitiga Jika tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C

Lebih terperinci

INSTRUMEN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

INSTRUMEN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN VALIDITAS DAN RELIABILITAS 79 80 UJI VALIDITAS ANGKET Data diri Nama Lengkap : Sekolah : Kelas : Petunjuk pengisian! Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang cara-cara yang kamu gunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 76 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 77 78 79 80 81 Lampiran 2. Instrumen Soal Uji Coba Kesetaraan Sebelum Validitas. Nama : No. absen : Kelas : Kerjakanlah soal-soal pilihan berganda dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung 58 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

Segiempat. [Type the document subtitle]

Segiempat. [Type the document subtitle] Segiempat [Type the document subtitle] [Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract

Lebih terperinci

JAWABAN SOAL POST-TEST. No Keterangan Skor 1. Ada diketahui :

JAWABAN SOAL POST-TEST. No Keterangan Skor 1. Ada diketahui : Lampiran B10 226 JAWABAN SOAL POST-TEST 1. Ada diketahui : Panjang sisi taman Jarak antarpohon pelindung = 16 m = 2 m Banyaknya pohon pelindung yang akan ditanam =....? Keliling taman = keliling persegi

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya 42 43 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA. Pecahan - Pecahan Daerah yang diarsir satu bagian dari lima bagian. Satu bagian dari lima bagian artinya satu dibagi lima

Lebih terperinci

SD kelas 5 - MATEMATIKA BAB 6. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal 6.2

SD kelas 5 - MATEMATIKA BAB 6. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal 6.2 1. Perhatikan gambar berikut ini! Image not readable or empty assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/6.2%201.png SD kelas 5 - MATEMATIKA BAB 6. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal 6.2 Jajaran genjang

Lebih terperinci

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s . Keliling dan Luas angun atar 1. Persegi GEOMETRI IMENSI U s s Sifat Sifat : Keempat sisinya sama panjang, = = = Keempat sudutnya siku-siku = = = = 90 o Kedua diagonalnya sama panjang dan saling berpotongan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Uji Coba Instrumen

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 1 Surat Ijin Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 3 Surat Keterangan Melakukan Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 4 Surat Keterangan Melakukan Penelitian LAMPIRAN 5 Instrumen

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan 1.1 Latar elakang Geometri datar, merupakan studi tentang titik, garis, sudut, dan bangun-bangun geometri yang terletak pada sebuah bidang datar. erbagai mekanisme peralatan dalam kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Problem Posing Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose, sehingga dapat diartikan sebagai pengajuan masalah, dalam artian ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Bangun Datar

Sifat-Sifat Bangun Datar Sifat-Sifat Bangun Datar Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian LAMPIRAN A A. 1. Jadwal Penelitian 131 JADWAL PENELITIAN Kelas Eksperimen 1 Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 Selasa, 11 April 2017 Pretest Kamis, 13 April 2017 Kamis, 13 April 2017 Pertemuan 1

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IZIN PENELITIAN

Lampiran 1 SURAT IZIN PENELITIAN 111 112 Lampiran 1 SURAT IZIN PENELITIAN 113 114 Lampiran 2 SURAT IZIN UJI VALIDITAS INSTRUMEN 115 Lampiran 3 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN UJI VALIDITAS INSTRUMEN 116 Lampiran 4 SURAT KETERANGAN TELAH

Lebih terperinci

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Apa kabar Saudara? Semoga Anda dalam keadaan sehat dan semangat selalu. Selamat berjumpa pada inisiasi kedua pada mata kuliah Pemecahan Masalah Matematika. Kali ini topik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Matematika 1. Pengertian Matematika Menurut Depdiknas (2001), matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang

Sifat-Sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang ab 9 Sifat-Sifat angun Datar dan angun Ruang Setiap benda memiliki sifat yang menjadi ciri khas benda tersebut. oba kamu sebutkan bagaimana sifat yang dimiliki oleh benda yang terbuat dari karet! egitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mata Pelajaran Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai jenjang perguruan tinggi. Selain itu matematika

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI

SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Lampiran 1.1 45 Lampiran 1.2 46 47 Lampiran 2.1 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan 2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakekat KemampuanMengenal Geometri Kemampuan menurut Robbin (2007:67) adalah bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir, logis, kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Sedangkan Hudojo (dalam Hasratuddin : 2006)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu dapat menarik minat, antusiasme siswa, dan memotivasi siswa agar senantiasa belajar

Lebih terperinci

Kata Kunci : Problem Posing, Prestasi, aktivitas Belajar.

Kata Kunci : Problem Posing, Prestasi, aktivitas Belajar. PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DANPERTIDAKSAMAAN LINIER SISWA KELAS X/TPM SMK MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks sekolah dewasa ini, pembelajaran bukan sekedar kegiatan menyampaiakan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip atau mendemonstrasikan keterampilan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN LAMPIRAN Standar Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah : SMP Negeri Tempel Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : VII (Tujuh)/ Materi Pokok : Segitiga Alokasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana 2.1.1 Pengertian Kemampuan Sebagaimana dikemukakan pada Bab I sebelumnya bahwa kemampuan yang dimaksud dalam bahasan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan sistem pendidikan, seperti halnya terjadinya perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Deskripsi konseptual a. Berpikir kreatif Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang diciptakan agar siswa menjadi aktif dan senang dalam belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 106 107 Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian 108 109 110 111 112 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian 113 114 115 116 117 Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Validitas 118 Kisi-kisi Instrumen Tes Formatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan

Lebih terperinci

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan Definisi 1.1 Garis m dikatakan memotong garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan bertemu satu bidang datar dan bertemu pada satu titik Definisi 1.2 Garis m dikatakan sejajar dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun keinginan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING (PENGAJUAN SOAL) TIPE WITHIN SOLUTION POSING PADA HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS DI SMA NEGERI 2 BANGKALAN Fathur Rozy dan Dwikoranto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan atau membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing berbantu alat peraga di kelas VB SD Negeri 20 Kota Bengkulu dilaksanakan dalam 3 siklus.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 146-155, Desember 2002, ISSN : 1410-8518 PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Bangun Datar dan Segitiga. serta menentukan ukurannya. : 1 x 40 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Bangun Datar dan Segitiga. serta menentukan ukurannya. : 1 x 40 menit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Standar Kompetensi Waktu : SMPN 3 Sidoarjo : Matematika : VII/2 : Bangun Datar dan Segitiga : Memahami

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah 100 RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN (RPP) RPP-3 Kelas Eksperimen Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Keliling dan luas daerah daerah segiempat Sub Materi Pokok : Luas daerah daerah jajar genjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT BANGUN DATAR. 1. Yang merupakan bangun persegi adalah. a. b. c.

LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT BANGUN DATAR. 1. Yang merupakan bangun persegi adalah. a. b. c. LAMPIRAN 48 49 LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT BANGUN DATAR 1. Yang merupakan bangun persegi adalah. a. b. c. 2. Berikut ini yang bukan bangun datar adalah.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen II) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen II) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika 171 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen II) Nama Sekolah : SMP N Kubung Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII Semester : II (Dua) Jumlah Pertemuan : x Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele 1 Wahyudi, 2 Sutra Asoka Dewi 1 yudhisalatiga@gmail.com 2 sutrasoka@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Hakekat Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Bangun Datar Simetris

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Hakekat Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Bangun Datar Simetris BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Bangun Datar Simetris 2.1.1 Pengertian Upaya Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Perbandingan Aplikasi Pembelajaran. Sekolah Dasar Berbasis. (2014) Untuk Taman Kanak-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Perbandingan Aplikasi Pembelajaran. Sekolah Dasar Berbasis. (2014) Untuk Taman Kanak- BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka bertujuan untuk membantu member gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Lampiarn 6 (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : V / I Aspek : Geometri dan Pengukuran Materi Pokok : - Luas daerah trapesium Alokasi Waktu

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 140

LAMPIRAN LAMPIRAN 140 LAMPIRAN LAMPIRAN 140 LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran Lampiran A.1 : RPP Kelas Eksperimen 1 (dengan model pembelajaran CORE) Lampiran A.2 : RPP Kelas Eksperimen 2 (dengan model pembelajaran STAD) Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN PEKUWON 2

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN PEKUWON 2 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN PEKUWON 2 Li ila Guru SDN Pekuwon 3Sumberrejo Bojonegoro Email :liila.pekuwon3@gmail.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Uji Melakukan Penelitian

Lampiran 1. Surat Uji Melakukan Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Uji Melakukan Penelitian Lampiran 2 Surat Ijin Melakukan Uji Coba Instrumen Penelitian Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 5. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 5. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal 1. Luas bangun di bawah ini adalah... cm 2. SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 5. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal 5.1 http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/mt48.png C. 1.092

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan, Pelaksanaan, dan Refleksi 4.1.1 Siklus 1 4.1.1.1 Perencanaan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar segi empat (persegi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Karena, pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA Oleh Sendi Ramdhani Universitas Suryakancana Cianjur e-mail:sendiramdhani@yahoo.com

Lebih terperinci

datar Belah ketupat. 2. Menentukan keliling dan luas bangun datar Belah

datar Belah ketupat. 2. Menentukan keliling dan luas bangun datar Belah 37 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMP Kristen 2 Salatiga Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VII (tujuh) / Genap Tanggal Pertemuan : 9 April 2013 Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu hal yang penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS

KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Kisi-kisi Tes Diagnostik KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS Sekolah : SMP Negeri 1 Sleman Kelas : VIII A Tahun ajaran : 2015/2016 Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan penekanan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING Karmila 1, Darma Ekawati 2 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Wayan Memes (2000), mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/MATEMATIKA/BAB 8/MTK smil/manifest.

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/MATEMATIKA/BAB 8/MTK smil/manifest. SMP kelas 7 - MATEMATIKA BAB 8. SEGITIGA DAN SEGI EMPATLATIHAN SOAL BAB 8 1. Perhatikan gambar! Luas bangun ABCDEF adalah... 318 cm 2 278 cm 2 258 cm 2 243 cm 2 Kunci Jawaban : C Luas bangun ABCDEF =Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas kelas yang diselenggarakan di Amerika pertama- tama

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Uji Validitas

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Uji Validitas LAMPIRAN 1 Surat Ijin Uji Validitas LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 3 RPP Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SDN Sidorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas menjadi penentu keberhasilan suatu bangsa dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat tidak bisa dipungkiri lagi. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap dunia ekonomi, sosial, budaya dan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar

Lebih terperinci

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Bangun Datar Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Adalah pengukuran tentang bumi Merupakan cabang matematika yang mempelajari hubungan dalam ruang Mesir kuno & Yunani Euclid Geometri Aksioma /postulat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci