BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan untuk merubah prilakunya.menurut Uno (2010), motivasi belajar merupakan dorongan yang ada dalam diri dan luar diri seseorang dan berusaha merubah tingkah laku yang lebih baik. Menurut Sardiman (2007), motivasi belajar yaitu usaha dalam kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, tetapi jika ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mentiadakan rasa itu. Motivasi belajar dapat diperoleh dari luar tetapi motivasi belajar tumbuh juga di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan semua penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan untuk belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Berdasarkan uraian-uraian di atasdapat disimpulkan bahwa kesanggupan dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan 8

2 sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa dan merupakan dorongan dari dalam diri maupun dari luar pada siswa untuk kegiatan belajar dan berusaha merubah tingkah lakunya yang lebih baik. Biasanya motivasi belajar yang berasal dari dalam diri seseorang akan bertahan lebih lama daripada motivasi belajar yang berasal dari luar diri seseorang. Hal ini dikarenakan motivasi belajar dari dalam merupakan kehendak asli dari dalam diri, tanpa adanya paksaan ataupun campur tangan orang lain. b. Pentingnya Motivasi dalam Belajar Menurut Mudjiono (2013) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru sebagai berikut : Bagi siswa pentingnya motivasi belajar bagi siswa yaitu (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan dalam belajar, ketika ia belum dapat belajar yang serius maka ia akan mengubahnya dalam prilaku belajarnya, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar untuk meraih keberhasilan. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru yaitu (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas beragam-ragam, (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih beberapa peran dalam mengajar

3 diantaranya menjadi penasihat, penyemangat, teman diskusi atau pendidik, (4) Memberi peluang guru untuk melaksanakan tugasnya yaitu membuat siswa belajar sampai berhasil dan mengubah siswa menjadi bersemangat belajar. c. Ciri-ciri motivasi belajar Ciri-ciri motivasi belajar menurut Sardiman (2007) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja dan tidak pernah berhenti sebelum selesai) 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk diselesaikan. 4) Lebih senang bekerja mandiri dan mecoba sendiri. 5) Cepat bosan pada tugas- tugas rutin (hal-hal yang bersifat berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya sendiri (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah

4 d. Jenis Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) jenis-jenis motivasi belajar antara lain: 1) Motivasi instrinsik yaitu motivasi belajar yang datangnya dari dalam diri peserta didik itu sendiri sebagai bentuk kesadaran diri 2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi belajar yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik. Menurut Sardiman (2007) salah satu jenis motivasi belajar yang dimiliki siswa adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1) Motivasi instrinsik adalah motivasi belajar yang tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya siswa yang belajar dirumah tanpa ada yang menyuruh tetapi dia melakukannya atas keinginan dia sendiri. 2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi belajar yang perlu dirangsang dari luar. Misalnya seseorang yang belajarnya karena ingin mendapatkan hadiah atau pujian. Jadi seseorang itu belajar karena ada sesuatu yang diinginkan, bukan dari dalam dirinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis motivasi belajar yaitu motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi

5 yang timbul karena adanya rangsangan dari luar, atau bantuan orang lain. e. Bentuk bentuk Motivasi Belajar disekolah Menurut Sardiman (2007) menyatakan ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan belajar disekolah diantaranya adalah: Memberi angka, hadiah, saingan, egoinvolment, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui. Bentuk motivasi belajar untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang akan dilakukan pada penelitian yaitu memberi angka yaitu guru memberikan nilai pada saat kegiatan belajarnya, saingan yaitu siswa bersaing dalam kegiatan belajar baik persaingan individual atau kelompok, hasrat untuk belajar yaitu adanya keinginan siswa untuk belajar. Indikator motivasi belajar yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: a) Tekun dalam menghadapi tugas. b) Ulet dalam menghadapi kesulitan. c) Adanya minat yang tinggi. d) Bekerja mandiri. e) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin. f) Mempertahankan pendapatnya sendiri. g) Tidak mudah melepas hal yang diyakini. h) Senang memecahkan masalah.

6 2. Kemampuan Pemahaman Konsep Sardiman (2007) menyatakan bahwapemahaman dapat diartikan semua yang dilakukan itu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mendalam maknanya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga dapat menyebabkan siswa memahami suatu situasi yang ada. Sedangkan konsep menurut Wardani (2008) adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokan / menggolongkan sesuatu objek. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima siswa. Pemahaman konsep menurut Heruman (2007) yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang tujuannya siswa dapat lebih memahami mengenai konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri dari atas dua pengertian, yaitu kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan serta pembelajaran penanaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pemahaman konsep menurut Wardhani (2008) adalah menjelaskan keterkaitan antara konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Jihad (2008)menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah suatu kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam

7 melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Pemahaman konsep menurut Shadiq (2009) yaitu siswa dapat mendefinisikan tentang konsep, dan dapat mengidentifikasi serta memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Berdasarkan uraian di atas,kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan dalam menguasai suatu cara untuk mengkatagorikan objek-objek tertentu menurut klasifikasinya sehingga dapat mengaplikasikannya dengan caranya sendiri sesuai yang sudah diketahuinya. Indikator- indikator pemahaman konsep menurut peraturan Dirjen Dikdasdem Depdiknas No 506 / C / PP / 2004 tanggal 11 November 2004 yaitu : 1) Menyatakan ulang sebuah konsep. 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. 3) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah

8 Indikator kemampuan pemahaman konsep yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu mampu menyebutkan definisi berdasarkan konsep esensial yang dimililki oleh sebuah objek. Contoh: Apa pengertian dari persegi panjang dan persegi! Jawab: Persegi panjang adalah segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, serta keempat sudutnya siku-siku. Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisi-sisinya sama panjang. 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya yaitu mampu menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya. Contoh: Pada gambar berikut manakah yang termasuk persegi? berikan alasanmu! A B C A B A B A Jawab : B D D C D C C

9 Gambar B, karena mempunyai sifat- sifat persegi yaitu : Keempat sisinya sama panjang. Dua pasang sisi yang saling berhadapan sejajar. Diagonal-diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling membagi dua sama panjang. Diagonal-diagonalnya berpotongan membentuk sudut siku-siku. Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri. Keempat sudutnya merupakan sudut siku-siku yang masing-masing dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. 3) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yaitu dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yang telah dipelajari. Contoh: Berikan 3 contoh benda-benda disekitarmu yang permukaannya berbentuk daerah persegi panjang. Jawab : Contoh permukaan benda yang bentuknya daerah persegi panjang yaitu buku, whiteboard, pintu. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis yaitu dapat menyajikan konsep kedalam rumus matematika, gambar, grafik, dan lain-lain.

10 Contoh: Diketahui luas belah ketupat ABCD, yaitu 36cm 2. Jika salah satu diagonalnya 8 cm, tentukan panjang diagonal yang lain dan gambarlah belah ketupat ABCD tersebut! Diketahui : Luas belah ketupat ABCD = 36 cm 2 panjang salah satu diagonalnya 8 cm. Ditanya : Tentukan panjang diagonal yang lain dan gambarlah belah ketupat ABCD tersebut! Jawab : Misal : Panjang salah satu diagonal = d 1 = 8 cm dan panjang diagonal yang lain = d 2 Luas belahketupat ABCD = 1 2 diagonal 1 diagonal 2 36 = cm d 2 36 = 4 d 2 d 2 = 36 4 = 9 cm Gambar belahketupat ABCD B A C D

11 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep yaitu dapat menentukan syarat perlu dan syarat cukup yang harus diketahui dalam soal. Contoh: a.apakah persegi juga merupakan persegi panjang? b.sebutkan sifat-sifat yang dari persegi yang tidak dimiliki persegi panjang! Jawab : a. Ya, persegi merupakan persegi panjang b.sifat-sifat persegi yang tidak dimiliki oleh persegi panjang adalah : - Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan sama. - Memiliki 4 sumbu simetri. 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu yaitu dapat memilih prosedur tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Contoh: Pada trapesium ABCD di bawah, panjang CD = 8 cm, AB = 15 cm, dan CE = 6 cm. Hitunglah luasnya! D C A Diketahui : Trapesium ABCD, dengan : E B Panjang CD = 8 cm, AB = 15 cm dan CE = 6 cm

12 Ditanya : Luas trapesium ABCD Jawab : Luas trapesium = 1 2 jumlah sisi sejajar t = 1 2 (8 + 15) cm 6 cm = cm 6 cm = 69 cm2 Jadi luas trapesium ABCD adalah 69 cm 2 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah yaitu dapat mengaitkan konsep dalam pemecahan masalah. Contoh: Sebuah taman berbentuk daerah persegi panjang dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 20 meter. Di sekeliling taman tersebut akan di pasang pagar dengan biaya pembuatan pagar Rp ,00 per meter. Tentukan besar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar tersebut! Penyelesaian Diketahui : Taman berbentuk daerah persegi panjang dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 20 meter. Di sekeliling taman tersebut akan di pasang pagar dengan biaya pembuatan pagar Rp ,00 per meter. Ditanya : Besar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar tersebut. Jawab : Dicari keliling terlebih dahulu Keliling persegi panjang = 2 (pp + ll )

13 = 2 ( ) = 2 50 = 100 m Biaya = 100 Rp ,00 = Rp ,00 Jadi biaya pembuatan pagar tersebut Rp , Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Menurut Tan dalam Rusman (2012) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul di maksimalkan melalui proses kerja bersama atau kerja kelompok, yang nantinya siswa mampu mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara terus menerus.menurut Trianto (2010) model Pembelajaran Barbasis Masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan dengan adanya permasalahan yang harus membutuhkan penyelesaian yang nyata dari permasalahan yang nyata juga. Sedangkan menurut Nata (2009) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara menghadapkan siswa tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupanya. Pembelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintetis dalam usaha pemecahan atau jawabannya kepada siswa.

14 Pada model Pembelajaran Berbasis Masalah, kelompokkelompok kecil siswa bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan yang sudah disepakati oleh guru dan siswa. Seringkali siswa berpikir kritis, berusaha dengan kemampuannya, keterampilannya, prosedur pemecahan masalah saat guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswanya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik sehingga merangsang siswa untuk belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah dalam memproses informasi yang sudah ada agar memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan dunia nyata. b. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Menurut Arends ( Trianto, 2010) yaitu : Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah : 1) Nyata dalam kehidupan siswa (Realistic dengan kehidupan siswa). 2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa. 3) Memupuk sifat ingin tahu siswa. 4) Memupuk kemampuan problem solving.

15 Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah : 1) Persiapan pembelajaran yaitu persiapan problem, alat dan konsep yang kompleks. 2) Sulitnya mencari masalah (problem) yang relevan. 3) Sering terjadi salah konsep / miss konsepsi. 4) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga memerlukan banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut. c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Trianto (2010) Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan : 1) Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Berpikir dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengritik, menganalisa, dan mencapai kesimpulan. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat memberikan suatu dorongan untuk siswa agar tidak hanya sekedar berpikir sesuai sifat yang nyata, tetapi agar berpikir lebih dari itu terhadap ide-ide yang abstrak atau tidak terlihat. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir yang tinggi. 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. Model Pembelajaran Berbasis Masalah sangat penting untuk menjembatani antara pembelajaran disekolah formal dengan aktivitas mental yang

16 lebih praktis yang dijumpai diluar sekolah. Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki implikasi mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri untuk memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri. 3) Menjadi pelajar yang mandiri. Pembelajaran Berbasis Masalah membantu siswa menjadi mandiri. Dengan bimbingan guru secara berulang dapat mendorong dan mengarahkan siswa dalam mengajukan suatu pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh siswa sendiri, siswa dapat belajar menyelesaikan tugas-tugas itu dalam kehidupan yang akan datang. d. Langkah langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2012) mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

17 Fase Indikator Tingkah Laku Guru 3 Membimbing Mendorong siswa utuk pengalaman individual / kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. 4. The Power of Two Strategi pembelajaran kekuatan dua kepala (the power of two) digunakan untuk lebih menekankan proses belajar aktif, berfikir dan bekerjasama serta menekankan pada aspek individu. Strategi The Power of Two bertujuan untuk menujukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih baik hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri. Prosedur strategi The Power of Two menurut Hamruni (2012) yaitu: Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran, mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaannya sendiri, bentuk ke dalam pasangan dan minta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan yang lain, minta pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing, ketika semua sudah menuliskan jawaban baru bandingan jawaban tersebut ke pasangan yang lain, lakukan

18 diskusi kelas dan klarifikasi hasil diskusi dengan pasangan-pasangan lainnya. Menurut Suprijono (2009) The Power of Two diawali dengan mengajukan pertanyaan. Diharapkan pertanyaan yang dikembangkan adalah pertanyaan yang kritis. Mintalah kepada peserta didik secara perorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimanya. Setelah semua menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik mencari pasangan. Individu-individu yang berpasangan diwajibkan saling menjelaskan jawaban masing-masing, kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. Setelah masing-masing pasangan menuliskan jawaban mereka, mintalah mereka membandingkan jawaban tersebut dengan pasangan lain, demikian seterusnya. Berikan waktu yang cukup agar peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya. Diakhir pelajaran buatlah rumusan-rumusan rangkuman sebagai jawaban- jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan kontruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi. Menurut Zaini (2008) prinsip strategi The Power of Two(Kekuatan dua kepala ) 1) Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan permikiran. 2) Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut secara individual.

19 3) Setelah semua peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya. 4) Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka. 5) Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan jawaban setiap pasangan didalam kelas. 5. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting The Power of Two Pembelajaran Berbasis Masalah dengan settingthe power of two adalah pembelajaran yang menggunakan sintak Pembelajaran Berbasis Masalah, sedangkan dalam proses perumusan masalah dalam pengorganisasian menggunakan the power of two.pembelajaran Berbasis Masalah menggunakan kelompok, namun dengan adanya strategi the power of two siswa diminta menjawab permasalahan atau pertanyaan dari guru secara individu setelah mempunyai jawaban mereka secara individu dilanjutkan dengan mencari pasangan dan menuliskan jawaban baru yang disepakati mereka kemudian mereka bandingan dengan pasangan lain. Melalui pengorganisasian tersebut siswa dapat mengkomunikasikan hasil jawabannya dengan baik. Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two siswa dapat lebih aktif bertanya kepada teman sendiri dan kepada guru berdasarkan hasil yang mereka dapat. Sehingga didapat sintaks Pembelajarn Berbasis Masalah dengan setting the power of two yang disajikan dalam tabel :

20 Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting The Power of Two Fase Indikator Kegiatan Guru 1 Orientasi siswa pada masalah 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dan ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan permikiran. Guru menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual. Setelah semua siswa dengan lengkap semua pertanyaan, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya. Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan pasangannya. Ketika semua pasangan telah menulis jawaban- jawaban baru guru meminta siswa untuk membandingkan jawaban dari pasangan masing didalam kelas dan menyajikan hasil diskusinya didepan pasangan lain Guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses-proses penyelidikan mereka dan membuat rangkuman atau kesimpulan.

21 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Zuliaturrochmah (2015), hasilnya adalah rata-rata motivasi belajar siswa 4,91 pada siklus I, 5,35 pada siklus II, dan 6,01 pada siklus III. Sedangkan pemahaman konsep matematika diperoleh nilai rata-rata 57,80 pada siklus I, 66,40 pada siklus II, dan 75,00 pada siklus III.Ini menunjukan bahwa motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa kelas XI Multimedia SMK Mida Pesawahan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan strategi problem posing type within solution posing meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Rudiyanto (2012),hasilnya adalah diperoleh hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus I ke siklus II meningkat baik.untuk tes pemahaman konsep dalam proses pembelajaran pada siklus I tergolong baik dengan ketuntasan 74% dan meningkat pada siklus IIketuntasan 90,4%. Ini menunjukan bahwa pembelajaran cooperative tipe the power of two meningkatkan kemampuan pemahaman konsep Penelitian penelitian yang disebutkan di atas adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menggabungkan beberapa variabel dari beberapa penelitian di atas, yaitu peneliti ingin meneliti tentang peningkatan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two.

22 C. Kerangka Berpikir Dari hasil observasi siswa diketahui motivasi siswa kelas VII F SMP N 1 Kedungbanteng masih kurang, dan kemampuan pemahaman konsepnya juga masih kurang. Salah satu pembelajaran yang diharapakan dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two terdiri dari langkah 1) orientasi pada masalah, pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah dan mengingatkan kembali pada konsep yang telah dipelajari. Dengan ini siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu pelajaran yang akan disajikan. Langkah 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dengan mengajukan pertanyaan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan permikiran serta meminta siswa untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut secara individual. Pada langkah 1) dan 2) ini dapat meningkatkan indikator pemahaman konsep menyatakan ulang sebuah konsep dan indikator motivasi belajar adanya minat yang tinggi,bekerja mandiri dan senang memecahkan masalah. Langkah 3) membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Pada tahap ini meminta siswa untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya serta meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual

23 mereka, langkah ini mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Pada langkah 3) ini dapat meningkatkan indikator pemahaman konsep mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu serta mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep dan indikator motivasi belajar tekun dalam menghadapi tugas dan ulet dalam menghadapi kesulitan. Langkah 4) yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahap ini guru meminta siswa membandingkan jawaban setiap pasangan didalam kelas kepada pasangan lain dan mempresentasikannya. Langkah 5) yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap prosesproses penyelidikan mereka dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dan membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil diskusi mereka. Pada langkah 4 dan 5 dapat meningkatkan indikator motivasi belajar cepat bosan pada tugas-tugas rutin, mempertahankan pendapatnya sendiri, tidak mudah melepas hal yang diyakini dan semua kemampuan pemahaman konsep, karena pada langkah ini siswa bebas menyampaikan ide dan pendapatnya serta mengetahui kebenaran jawaban mereka. Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengansettingthe Power of Two diduga motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kedungbanteng meningkat.

24 D. Pokok Bahasan Segiempat dan Segitiga Materi segiempat dan segitiga ini diajarkan dikelas VII SMP pada semester genap. Materi ini dapat dirinci sebagai berikut: 6. Standar Kompetensi: Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar: 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang. 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Indikator: 1. Menjelaskan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang,belah ketupat, trapesium dan layang-layang menurut sifatnya. 2. Menjelaskan sifat sifat segiempat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. 3. Menjelaskan rumus keliling bangun segitiga dan segiempat. 4. Menentukan keliling bangun segitiga dan segiempat. 5. Menjelaskan rumus luas bangun segitiga dan segiempat. 6. Menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segiempat.

25 E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesispenelitianmelaluipenerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of twodapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematikapada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kedungbanteng.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad, 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Berpikir Kritis Berpikir merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsurunsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Berpikir dapat terjadi pada seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pemahaman Konsep Pengertian pemahaman menurut Sardiman (2007:42) dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Pengertian konsep menurut Winkel (1996:82) yaitu satuan arti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah adalah suatu penyelesaian yang belum diketahui sebelumnya dengan cara penugasan sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Analisis Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2007) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep matematika adalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari. Belajar dikelas dianggap beban berat yang membosankan.

BAB I PEDAHULUAN. matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari. Belajar dikelas dianggap beban berat yang membosankan. BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu teknologi. Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung 58 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERCAYA DIRI 1. Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pemahaman Konsep Matematis Kemampuan pemahaman terhadap suatu konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar maupun pemecahan masalah dalam kehidupan sehari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Diskrip Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan komponen utama dalam matematika khususnya dalam pemecahan masalah (Bergqvist dkk, 2006). Senada dengan Bergqvist,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (dalam Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian LAMPIRAN A A. 1. Jadwal Penelitian 131 JADWAL PENELITIAN Kelas Eksperimen 1 Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 Selasa, 11 April 2017 Pretest Kamis, 13 April 2017 Kamis, 13 April 2017 Pertemuan 1

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya 42 43 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Lebih terperinci

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1 SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1 1. Perhatikan gambar di bawah ini! http://primemobile.co.id/assets/uploads/materi/123/1701_5.png Dari bangun datar di atas, maka sifat bangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar karena dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan aktif dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Permasalahan yang sering ditemukan dalam proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI

SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Lampiran 1.1 45 Lampiran 1.2 46 47 Lampiran 2.1 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di samping itu matematika juga merupakan faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang. berkedudukan dalam masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang. berkedudukan dalam masyarakat. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peran Aktif 1. Pengertian Peran Aktif Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyung. Seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Karena ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Masalah merupakan hal yang harus diselesaikan atau direspon. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Matematika 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam situasi baru, mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 10 Ratri Isharyadi 1 1 Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery Menurut Shadiq (2009) pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan zaman seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi yang melimpah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang dengan cara disegaja unntuk memperoleh

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Matematika sebagai ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Model Pembelajaran Kontekstual dengan Setting Pembelajaran Kooperatif

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Model Pembelajaran Kontekstual dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Model Pembelajaran Kontekstual dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Nama Sekolah : SMP NEGERI 2 KRETEK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini sangat pesat sehingga informasi yang terjadi di dunia dapat diketahui segera dan waktu serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Keaktifan Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:114-115) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari keadaan fisik yang mudah diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan. yang telah melalui bermacam penelitiannya. Para ahli pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan. yang telah melalui bermacam penelitiannya. Para ahli pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada zaman sekarang mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan mengemukakan teori-teori pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pandangan Piaget (Suprihatiningrum, 2013: 24) bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pandangan Piaget (Suprihatiningrum, 2013: 24) bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Belajar a. Teori Konstruktivistik Piaget Menurut pandangan Piaget (Suprihatiningrum, 2013: 24) bahwa pengetahuan datang dari tindakan. Jadi, perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas sumber daya manusia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means, BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran MEA a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means, ends dan analysis. Means berarti banyaknya cara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

LAMPIRAN VIII. :Persegi Panjang. Nama :

LAMPIRAN VIII. :Persegi Panjang. Nama : 194 LAMPIRAN VIII Materi :Persegi Panjang Nama : Kelas : Hari /Tgl : Standar Kompetensi: Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi pengertian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis Menurut Ennis (Kuswana, 2012) berpikir kritis adalah berfikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. Menurut Sardiman (2007) Pemahaman atau Comprehension adalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. Menurut Sardiman (2007) Pemahaman atau Comprehension adalah BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teoritik A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Menurut Sardiman (2007) Pemahaman atau Comprehension adalah menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaiaan matematika. Menurut Jihad (2012), ada tiga aspek penilaian matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual 1. Minat Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

47

47 46 47 48 49 50 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran : SD Laboratorium Kristen Satya Wacana : Matematika Kelas / Semester : V/ 2 Materi Pokok : Sifat sifat bangun datar Waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006). 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. Indikator

Kompetensi Dasar. Indikator Kompetensi Dasar 1. Menganalisis berbagai bangun datar segiempat dan segitiga berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan antara sisi dengan sudut. 2. Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN. A. Standar Kompetensi 6. Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN. A. Standar Kompetensi 6. Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya LAMPIRAN A.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan ke- Alokasi Waktu : SMPN 2 Padang : Matematika : VII/2 : 1 (satu) : 2 x 40 menit A. Standar

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 140

LAMPIRAN LAMPIRAN 140 LAMPIRAN LAMPIRAN 140 LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran Lampiran A.1 : RPP Kelas Eksperimen 1 (dengan model pembelajaran CORE) Lampiran A.2 : RPP Kelas Eksperimen 2 (dengan model pembelajaran STAD) Lampiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci