BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Matematika. Matematika sendiri berasal dari bahasa latin manhenern atau mathema yang berarti belajar atau hal yang harus dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Jadi matematika itu memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, terstruktur yang berkaitan antara konsep yang kuat (Diknas, 2005: 215). Secara etimologi kata matematika berasal dari istilah mathematics, berasal dari kata lain mathematica diambil dari bahasa Yunani mathematika artinya pengetahuan, kata kerja manthanei artinya belajar. Jadi secara luas matimatika adalah ilmu cara mempelajari ilmu pengetahuan, Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan serta operasi. Melainkan juga aturan yang menerapkan langkah langkah operasinya. Lebih dari itu matematika juga berkenaan dengan ide ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya secara deduktif, sehingga matematika juga merupakan ilmu yang bersifat abstarak yang mempelajari ruang dan bilangan yang keduanya berhubungan secara teratur. Matematika berkenaan dengan ide ide (gagasangagasan) struktur dan hubungan hubunganya yang diatur secara logika sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep konsep abtrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas logika dengan pembuktian deduktif. Selanjutnya Hudojo, mengemukakan bahwa matematika memiliki dua cara penting, yaitu obyek kajian yang abstrak dan berpola deduktif yang konsisten Pengertian Belajar Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa yang sedang belajar itu sendiri. Pentingnya proses belajar ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah mencurahkan perhatian

2 6 terhadap masalah belajar. Ini terlihat dengan banyaknya definisi belajar yang berbeda beda. Kimble dalam Simanjuntak (1993: 222) menjelaskan belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan perubahan karena kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan syaraf atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar. Adapun dalam Sudjana (1991: 5) belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan. Hal ini seperti dikemukakan dalam Djamarah (2002: 11) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, bersifat permanen sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi hasil dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku Proses Belajar Mengajar Matematika. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal, tetapi memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku. Sejalan dengan itu Sudjana dalam Djamarah (2002 : 45) mengemukakan bahwa mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga dapat

3 7 menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar mengajar. Nasution dalam Syah (2002: 182) mengemukakan bahwa mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasikan lingkungannya sebaik baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar matematika merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dengan sadar dan terarah dimana individu belajar matematika dengan tujuan untuk melatih cara berfikir dan bernalar serta melatih kemampuan memecahkan masalah Hasil Belajar Matematika. Istilah prestasi dalam kamus Bahasa Indonesia berarti hasil yang dicapai. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha belajar. Prestasi belajar matematika merupakan salah satu ukuran mengenai tingkat keberhasilan siswa setelah mengalami belajar. Proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan menghasilkan suatu perubahan atau pemahaman dalam bidang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa. Menurut Djamarah (1997: 119) prestasi adalah tingkat keberhasilan dimana seluruh bahan pelajaran yang diberikan dapat dikuasai oleh siswa atau minimal bahan pelajaran diajarkan 60 % telah dikuasai siswa. Prestasi belajar siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Menurut Simanjuntak (1993: 229) bahwa salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya pengajaran matematika adalah menguasai teori belajar mengajar matematika. Teori belajar mengajar matematika yang dikuasai para tenaga pendidik akan dapat diterapkan pada peserta didik jika dapat memilih strategi mengajar yang tepat, mengetahui tujuan pendidikan dan pengajaran atau pendekatan serta dapat melihat apakah anak atau peserta didik sudah mempunyai kesiapan atau kemampuan belajar.

4 8 Dengan tercapainya tujuan pembelajaran maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dan seperangkat item soal sesuai dengan rumusan beberapa indikator hasil belajar. Jadi prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran dengan waktu tertentu. Setiap proses belajar mengajar, keberhasilannya diukur dari sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa, disamping itu diukur juga dari segi prosesnya Model Pembelajaran Problem posing Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Indonesia. Suryanto (1998:1) dan As ari (2000:4) memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso (1999:16) menggunakan istilah membuat soal, Siswono (1999:7) menggunakan istilah pengajuan soal, dan Suharta (2000:4) menggunakan istilah pengkonstruksian masalah. Problem posing memiliki beberapa pengertian, yaitu : Problem posing ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit. Problem posing ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (Silver & Cai, 1996:294). Problem posing ialah perumusan soal dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian suatu soal (Silver & Cai, 1996:523). Menurut Brown dan Walter (1993:15) informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. Selanjutnya Suryanto (1998:3) menyatakan bahwa soal dapat dibentuk melalui soal-soal yang ada dalam buku. Stoyanova (1996) mengklasifikasikan informasi atau situasi problem posing menjadi situasi problem posing yang bebas, semiterstuktur, dan terstruktur. Pada situasi problem posing yang bebas, siswa tidak diberikan suatu informasi yang harus ia patuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membentuk soal sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam

5 9 kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam pembentukan soal. Sedangkan dalam situasi problem posing yang semi terstruktur, siswa diberi situasi atau informasi yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengaitkan informasi itu dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang diketahuinya untuk membentuk soal. Pada situasi problem posing yang terstuktur, informasi atau situasinya berupa soal atau selesaian dari suatu soal (Yuhasriati, 2002:12). Pada penelitian ini, problem posing yang digunakan adalah perumusan soal yang sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar menjadi lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran. Penelitian ini menggunakan informasi problem posing yang terstruktur, yaitu informasi berupa soal yang perlu diselesaikan oleh siswa. Berdasarkan soal cerita yang diberikan, siswa menyusun informasi dan kemudian membuat soal berdasarkan informasi yang telah disusun. Selanjutnya, soal-soal tersebut diselesaikan dalam rangka mencari selesaian sebenarnya dari pertanyaan soal cerita yang diberikan. Respon siswa yang diharapkan dari situasi atau informasi problem posing adalah respon berupa soal buatan siswa. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan siswa membuat yang lain, misalnya siswa hanya membuat pernyataan. Silver dan Cai (1996:526) mengklasifikasikan respon tersebut menurut jenisnya menjadi tiga kelompok, yaitu pertanyaan matematika, pertanyaan non matematika, dan pernyataan. Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang memuat masalah matematika dan mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Pertanyaan matematika ini, selanjutnya diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan dan pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan. Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan adalah pertanyaan yang memuat informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan, atau jika pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan informasi yang ada. Selanjutnya pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan juga dibedakan

6 10 atas dua hal, yaitu pertanyaan yang memuat informasi baru dan pertanyaan yang tidak memuat informasi baru. Pertanyaan non matematika adalah pertanyaan yang tidak memuat masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Sedangkan pernyataan adalah kalimat yang bersifat ungkapan atau berita yang tidak memuat pertanyaan, tetapi sekedar ungkapan yang bernilai benar atau salah. Respon yang dihasilkan siswa mungkin lebih dari satu pertanyaan matematika. Antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lainnya dapat dilihat hubungan yang terjadi. Menurut Silver dan Cai (1996:302) ada dua jenis hubungan antara respon-respon tersebut, yaitu hubungan simetrik dan berantai. Respon yang mempunyai hubungan simetrik disebut respon simetrik yaitu serangkaian respon yang objek-objeknya mempunyai hubungan. Sedangkan respon yang mempunyai hubungan berantai disebut respon berantai. Pada respon berantai, untuk menyelesiakan respon berikutnya diperlukan penyelesaian respon sebelumnya. Sehubungan itu, Kilpatrik (dalam Siver & Cai, 1996:354) menyatakan bahwa salah satu dasar kosep koginitif yang terlibat dalam pengajuan soal adalah assosiasi, yaitu kecendrungan siswa menggunakan respon pertama sebagai pijakan untuk mengajukan soal kedua, ketiga, dan seterusnya. Berdasarkan tingkat kesukarannya, Silver dan Cai (1996:526), mengklasifikasikan respon siswa menjadi dua kelompok, yaitu: Tingkat kesukaran respon terkait dengan stuktur bahasa (sintaksis), dan tingkat kesukaran respon terkait dengan stuktur matematika (semantik). Tingkat kesukaran respon yang berkaitan dengan sintaksis dapat dilihat dari proposisi yang dikandungnya. Proposisi yang digunakan dibedakan menjadi tiga, yaitu proposisi penugasan, proposisi hubungan, dan proposisi pengandaian. Proposisi penugasan adalah pertanyaan (soal) yang memuat tugas untuk dikerjakan. Proposisi hubungan adalah pertanyaan yang memuat tugas untuk membandingkan. Sedangkan proposisi pengandaian adalah pertanyaan yang menggunakan informasi tambahan. Tingkat kesukaran respon berkaitan dengan stuktur semantik, dapat diketahui dari hubungan semantiknya.

7 11 Menurut Marshall (dalam Silver & Cai, 1996:528) hubungan semantik respon siswa dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu mengubah, mengelompokkan, membandingkan, menyatakan kembali, dan memvariasikan Model Pembelajaran Problem posing dalam Pembelajaran Matematika Problem posing adalah pembelajaran yang menekankan pada pengajuan soal oleh siswa. Oleh karena itu, problem posing dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan berpikir matematis atau pola pikir matematis. Menurut Brown dan Walter dalam Kadir (2006:7), pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) sebagai bagian dari national program for redirection of mathematics education (reformasi pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika. Problem posing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata problem dan pose. Problem diartikan sebagai soal, masalah atau persoalan, dan pose yang diartikan sebagai mengajukan (Echols dan Shadily, 1990:439 dan 448). Beberapa peneliti menggunakan istilah lain sebagai padanan kata problem posing dalam penelitiannya seperti pembentukan soal, pembuatan soal, dan pengajuan soal (Yansen, 2005:9) Suryanto (1998:3) juga mengemukakan bahwa merumuskan soal merupakan salah satu dari tujuh kriteria berpikir atau pola berpikir matematis. Dewasa ini, problem posing merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran matematika. Silver dan Cai (1996:293) juga menyarankan agar pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kegiatan problem posing. Menurut Cars (dalam Suryanto, 1998:9) untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan cara membiasakan siswa mengajukan soal. Sejalan dengan itu, Suparno (1997:83) menyatakan bahwa mengungkapkan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan yang dapat menantang siswa untuk lebih berpikir dan membangun pengetahuan mereka. Sedangkan The Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics merumuskan secara eksplisit bahwa siswa harus mempunyai pengalaman

8 12 mengenal dan memformulasikan soal-soal (masalah) mereka sendiri. Lebih jauh The Professional Standards for Teaching Mathematics menyarankan hal yang penting bagi guru-guru untuk menyusun soal-soal mereka sendiri. Siswa perlu diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut. Problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM) (2002: 2) mengatakan bahwa: 1. Adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk soal dan kemampuan membentuk masalah. 2. Latihan membentuk soal merupakan cara efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam memecahkan suatu masalah. Adapun masalah dalam matematika diklasifikasikan dalam dua jenis antara lain: 1. Soal mencari (problem to find) yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (condition) dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah. 2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan (Depdiknas, 2005: 219). Menurut Killpatrich (dalam Silver dan Cai, 1996:530) salah satu dasar kognitif yang ada dalam problem posing adalah asosiasi. Selanjutnya, menurut As ari (2000:9) dalam kegiatan problem posing, ketika terjadi proses asosiasi antara informasi baru dengan struktur kognitif yang

9 13 dimiliki seseorang, maka proses selanjutnya yang terjadi adalah proses asimilasi dan akomodasi. Di samping itu, Brown dan Walter (1996:15) yang menyatakan pembuatan soal dalam pembelajaran matematika melalui dua tahap kegiatan kognitif, yaitu accepting (menerima) dan challenging (menantang). Menerima terjadi ketika siswa membaca situasi atau informasi yang diberika guru dan menantang terjadi ketika siswa berusaha untuk mengajukan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut, As ari (2000:9) menegaskan bahwa proses kognitif menerima memungkinkan siswa untuk menempatkan suatu informasi pada suatu jaringan struktur kognitif sehingga struktur kognitif tersebut makin kaya, sementara proses kognitif menantang memungkinkan jaringan stuktur kognitif yang ada menjadi semakin kuat hubungannya. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing akan menambah kemampuan dan penguatan konsep dan prinsip matematika siswa. Silver dkk dalam Surtini (2004: 48) mengemukakan bahwa sebenarnya sudah sejak lama para tokoh pendidikan matematika menunjukkan pembentukan soal merupakan bagian penting dalam pengalaman matematis siswa dan menyarankan agar dalam pembelajaran matematika ditekankan kegiatan pembentukan soal. Begitupun yang ditekankan English bahwa pembentukan soal merupakan inti kegiatan matematis dan merupakan komponen penting dalam kurikulum matematika. Hasil penelitian Silver dan Cai dalam Surtini (2004: 49) menunjukkan bahwa kemampuan pembentukan soal berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. Serta pengablikasiannya dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut: (a). Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya,(b). Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah

10 14 diselesaikan sebelumnya. jadi, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan, (c). Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis. Dengan demikian kemampuan pembentukan soal sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah sebagai usaha meningkatkan hasil pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dari sini kita peroleh bahwa pembentukan soal penting dalam pelajaran matematika guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan membuat siswa aktif dan kreatif. Pendidikan matematika dengan pendekatan problem posing merupakan pendekatan yang efektif karena kegiatan problem posing sesuai dengan pola pikir matematika yang artinya: a. Pengembangan matematika sering terjadi dari problem posing b. Problem posing merupakan salah satu tahap dalam berpikir matematis. Adapun langkah langkah pembelajaran dalam metode pengajuan soal sebagai berikut : a. Pendahuluan Pada tahap kegiatan yang dilakukan adalah memotivasi siswa, menjelaskan tujuan pemelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi yang relevan. Selain itu juga dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan sebelunnya. b. Tahap pengembangan Tahap ini merupakan tahap inti kegiatan pembelajaran. Guru menyajikan konsep dan prinsip serta contoh-contoh kepada siswa. Kemudian siswa diarahkan bagaimana membuat soal dan menyelesaikannya yang sesuai dengan contoh contoh yang diberikan sebelumnya. c. Tahap penerapan

11 15 Tahap ini siswa diminta untuk menerapkan materi yang telah dipelajari pada materi yang lebih luas. Bentuk kegiatannya seperti mengerjakan soal soal latihan atau membuat tugas tugas tertentu. d. Penutup Guru bersama siswa membuat rangkuman pengajaran. Rangkuman disusun berdasarkan aspek aspek penting dari materi yang telah dipelajari Kajian Hasil Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat penelitian yang pernah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini, diantaranya : 1. Bharata ( 2002 ) pada siswa kelas V SDN Labuan Ratu, Bandar Lampung. Dengan judul Pembelajaran Problem posing Dibandingkan Dengan Pembelajaran Biasa Terhadap Hasil Belajar Aritmatika menunjukan bahwa siswa yang menggunakan pendekatan problem posing mencapai ketuntasan ebih dari 75% dari skor ideal tes, dan memberikan pengaruh baik dibandingkan dengan proses pembelajaran biasa terhadap hasil belajara aritmatika SD. 2. Hamzah ( 2003 ) dalam penelitianya terhadap siswa SMP di Bandung mengenaii pembelajaran dengan model problem posing, dengan judul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Di Bandung Melalui Pendekatan Pengajuan Masalah memberikan kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran problem posing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvesional Kerangka Pikir Matematika merupakan mata pelajaran yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari- hari. Keterampilan berhitung tidak dimiliki dengan sendirinya dan memerlukan waktu yang tidak sebenta runtuk memperolehnya. Keterampilan menuntut latihan yang cukup dan teratur. Semakin sering seorang berlatih berhitung, maka akan semakin menguasai keterampilan tersebut. Keterampilan menyelasikan soal- soal matematika dapat dimiliki dengan baik apabila

12 16 pembelajaran berhitung yang diberikan lebih intensif dan berlangsung secara terus menerus. Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasan teori matematika siswa, guru perlu mengedepankan proses belajar mengajar dengan menerapkan media dan strategi pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa. Guru harus mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran serta produktif dalam menulis. Penelitian akan model pembelajaran problem posing untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sekaligus menciptakan suasana baru yang lebih kondusif. KONDISI AWAL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL Prosentase Ketuntasan < 50 % SKLUS I Prosentase Ketuntasan > 50 % TINDAKAN PROBLEM POSSING SIKLUS II Prosentase Ketuntasan > 80 % KONDISI AKHIR PROSENTASE KETUNTASAN DIHARAPKAN 80% Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

13 Hipotesis Tindakan Dalam skripsi ini, hipotesis yang peneliti ajukan yaitu model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sambong 01 Kecamatan Batang Kabupaten Batang Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Abdussakir 13 Februari 2009 A. Belajar Matematika dengan Pemahaman Menurut Hudojo (1990:5), dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Problem Posing Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose, sehingga dapat diartikan sebagai pengajuan masalah, dalam artian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mata Pelajaran Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai jenjang perguruan tinggi. Selain itu matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Problem Posing, Prestasi, aktivitas Belajar.

Kata Kunci : Problem Posing, Prestasi, aktivitas Belajar. PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DANPERTIDAKSAMAAN LINIER SISWA KELAS X/TPM SMK MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TEACHING GRANT PROGRAM HIBAH KOMPETISI A-2 Tahun Anggaran 2009

LAPORAN PENELITIAN TEACHING GRANT PROGRAM HIBAH KOMPETISI A-2 Tahun Anggaran 2009 LAPORAN PENELITIAN TEACHING GRANT PROGRAM HIBAH KOMPETISI A-2 Tahun Anggaran 2009 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FT UNY MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung 58 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya

Lebih terperinci

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M.

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN 2 TALAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO. Penulis : Zenab L. Danial Nim : 151

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, 6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pendekatan Problem Posing, Pembelajaran Biasa, Pemahaman Konsep Matematik, Teori Sikap 1. Pendekatan Problem Posing Pendekatan adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N 2 Widodaren Ngawi)

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA Oleh Sendi Ramdhani Universitas Suryakancana Cianjur e-mail:sendiramdhani@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu negara ditentukan oleh masyarakatnya karena produk dari pendidikan itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas menjadi penentu keberhasilan suatu bangsa dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran dan keberanian bertanya penting didalam proses pembelajaran matematika. yang diharapkan agar siswa dapat memahami pembelajaran yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat (Miarso,

Lebih terperinci

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016 Volume 2 Nomer 1 Juli 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING Arlin Astriyani Universitas Muhammadiyah Jakarta arlin_0717@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN BALONG PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DISUSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu hal yang penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Proses Belajar Proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar 8 Keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang penting, banyak aktivitas yang dilakukan manusia berhubungan dengan matematika, sebagaimana pendapat Niss (dalam Risna,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang mampu mengembangkan diri dan memiliki kreativitas yang tinggi. Siswa yang memiliki kreativitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar 1.1.Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING Karmila 1, Darma Ekawati 2 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura ABSTRAK Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan

Lebih terperinci

Drs. H. Nawawi, M. Si

Drs. H. Nawawi, M. Si MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KONSEP PEMBAGIAN DAN PERKALIAN MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS II SDN CAKUNG BARAT 03 PAGI JAKARTA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 Drs.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan di SD N 02 Karangrejo Selomerto Wonosobo pada kelas IV mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui interview

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, p.636 PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA Harry Dwi Putra Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi harrydp.mpd@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa Inggris yang artinya merumuskan masalah atau membuat masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa Inggris yang artinya merumuskan masalah atau membuat masalah. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengajuan Masalah (Problem Posing) Suyatno menjelaskan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang artinya merumuskan masalah atau membuat masalah. Problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman membawa dampak perubahan pada proses pembelajaran matematika, antara lain adanya perubahan pola pikir (mind set), perubahan guru dalam mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMPN 1 PRAMBON KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR THE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir, logis, kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Sedangkan Hudojo (dalam Hasratuddin : 2006)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Menurut Sumarmo (2005)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN:

MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN: MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN: 2528-4363 PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 6 MEDAN PADA BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TABUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk juga aspek pendidikan. Aspek ini memungkinkan kita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Belajar Matematika Berbagai studi tentang perkembangan intelektual manusia telah menghasilkan sejumlah teori belajar yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peranan penting dalam berbagai ilmu serta berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peranan penting dalam berbagai ilmu serta berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peranan penting dalam berbagai ilmu serta berperan dalam mengembangkan daya pikir manusia. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran meliputi dua aktivitas yaitu mengajar yang dilakukan guru dan belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran itu sendiri menekankan pada membelajarkan

Lebih terperinci

53 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TEORI BILANGAN BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN AKADEMIK 05/06 Yunita Septriana Anwar, Abdillah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk dihafal oleh siswa tetapi guru harus melibatkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini dunia sedang memasuki era globalisasi yang merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan yang melanda ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas maka dari itu sudah sejak lama pemerintah telah melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sudah ada semenjak zaman sebelum masehi. Banyak ilmuwan-ilmuwan zaman dahulu yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi yang perubahannya begitu cepat dan dramatis, hal ini merupakan fakta dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan

Lebih terperinci

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK Implementasi Model Pembelajaran Penalaran dan Pemecahan Masalah Terbuka Untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VII SMPN 1 ToliToli Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan yang dimiliki sosok pendidik untuk siswanya di sekolah masing masing. Sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. Proses Berpikir Siswa dalam Pengajuan Soal Tatag Yuli Eko Siswono Universitas Negeri Surabaya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa dalam mengajukan soal-soal pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan arti dan makna kehidupan serta perilaku individu. Belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan arti dan makna kehidupan serta perilaku individu. Belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Sanjaya (2011:56) pengalaman belajar adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan serta perilaku individu. Belajar adalah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, motivasi belajar, dan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (teaching approach). Pendekatan materi (material approach) adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (teaching approach). Pendekatan materi (material approach) adalah proses 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran Matematika 1. Pendekatan Pembelajaran Approach atau pendekatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) pendekatan materi (material approach) dan (2) pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam matematika saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti wawasan pengetahuan yang

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu proses dan tujuan yang penting dalam pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: 1), kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304, PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE SILIH TANYA PADA MATERI POKOK LINGKARAN Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) 8296427, 8290009 Ps. 304, 0318297677 email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fauzi Yuberta, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fauzi Yuberta, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAJUAN MASALAH DAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPI KAMPUS TASIKMALAYA Yusuf Suryana Abstrak

Lebih terperinci