PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH ANJING RAS DOBERMAN DAN LABRADOR RETRIEVER NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH ANJING RAS DOBERMAN DAN LABRADOR RETRIEVER NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH"

Transkripsi

1 PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH ANJING RAS DOBERMAN DAN LABRADOR RETRIEVER NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Parasit Dalam Sel Darah Merah Anjing Ras Doberman dan Labrador Retiever adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian belakang skripsi ini. Bogor, Oktober2012 Nurfitrah Andriani Abdullah NIM B

3 ABSTRAK NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH. Parasit Dalam Sel Darah Merah Anjing Ras Doberman dan Labrador Retriever. Dibimbing oleh UMI CAHYANINGSIH dan ARYANI S. SATYANINGTIJAS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui infeksi parasit darah yang terdapat pada preparat ulas darah dari anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok. Penelitian ini menggunakan tujuh preparat ulas darah anjing Ras Doberman dan tujuh preparat ulas darah anjing ras Labrador retriever dengan pewarnaan Giemsa 10% dan diamati pada pembesaran 1000 X. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jenis parasit yang teridentifikasi yaitu Babesia sp. (0.6857± )% dan Theileria sp. (0.6486± )% pada anjing ras Doberman. Rata-rata persentase parasit Babesia sp. dan Theileria sp. pada anjing ras Labrador Retriever yaitu (0.6771± )% dan (0.6857± )%. Secara umum tingkat parasitemia pada kedua jenis anjing berada pada tingkat yang rendah atau mild reaction (<1%). Kata kunci : Doberman, Labrador retriever, Babesia sp., Theileria sp. ABSTRACT NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH. Parasite in Erythrocyte of Doberman and Labrador Retriever Dog. Under guidance of UMI CAHYANINGSIH and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS. This research was conducted to know infection of parasite in erythrocyte of Doberman and Labrador Retriever dogs at Kelapa Dua Depok. Seven Doberman s blood smear and seven Labrador Retriver s blood smear were stained by Giemsa 10% and examined under 1000 X magnificence. The result of examination showed that the dog were positively infected by Babesia sp. and Theileria sp. The average percentation of Babesia sp. and Theileria sp. in Doberman dogs were (0.6857± )% and (0.6486± )%, respectively. Meanwhile the average percentation of Babesia sp.,and Theileria sp. in Labrador Retriever dogs were (0.6771± )% and (0.6857± )%. In general, the parasitemia in those dogs were in mild reaction (<1%). Keyword: Doberman, Labrador retriever, Babesia sp., Theileria sp.

4 iii Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

5 PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH ANJING RAS DOBERMAN DAN LABRADOR RETRIEVER NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 v LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Parasit Dalam Sel Darah Merah Anjing Ras Doberman dan Labrador Retriever Nama : Nurfitrah Andriani Abdullah NIM : B Disetujui Dr.drh.Hj.Umi Cahyaningsih, M.S. Pembimbing I Dr.drh.Aryani S. Satyaningtijas. M.Sc., AIF. Pembimbing II Diketahui Drh. Agus Setiyono, M,S, Ph.D.,APVet. WakilDekanFakultasKedokteranHewan Tanggal lulus :

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Berkehendak dan Maha Besar, atas segala karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Parasit Dalam Sel Darah Merah Anjing Ras Doberman dan Labrador Retriever ini merupakan salah satu syarat kelulusan studi program sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Atas segala dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr.drh.Hj. Umi Cahyaningsih, M.S sebagai dosen pembimbing pertama yang dengan sabar telah mencurahkan waktu, pikiran, dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis. Dr. drh. Aryani S. Satyaningtijas, M.Sc., AIF sebagai dosen pembimbing kedua sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing penulis selama perkuliahan di FKH IPB dan selalu menyemangati penulis dalam menjalani hari-hari yang berat selama di FKH IPB. Kedua orang tua tercinta Ayah tercinta Drs. Abdullah S, M.M dan ibunda tercinta Hendrawati yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis serta adik-adikku tersayang yang selalu menghibur penulis dengan canda tawa. Teknisi Laboratorium yang senantiasa membantu dalam pelaksanaan penelitian ini dan teman-teman Avenzoar 45, teman-teman Gianuzzi 44, dan kakak kelas yang selalu memberikan semangat. Semua pihak yang turut memberikan arti penting dalam perjalanan hidup penulis termasuk penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang membangun agar karya penulis menjadi lebih sempurna sangat penulis harapkan. Bogor, Oktober 2012 Nurfitrah Andriani Abdullah

8 vii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Belajen, Kabupaten Enrekang pada tanggal 31 Maret 1989 dari ayah Drs. Abdullah, M.M dan ibu Hendrawati.Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Anggeraja dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada tahun Penulis juga merupakan anggota aktif himpunan profesi (Himpro) ruminansia sejak tahun

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Parasit... 4 Rhipicephalus sanguineus... 4 Babesia sp Morfologi... 6 Siklus Hidup... 6 Gejala Klinis... 8 Theileria sp Morfologi... 9 Siklus Hidup... 9 Gejala Klinis Darah METODE Waktu dan Tempat Penelitian Objek Penelitian Pengambilan Sampel Darah Pembuatan Preparat Ulas Darah Pengamatan Ulas Darah Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Babesiasp Theileria sp Persentase Parasitemia... 18

10 ix SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... 21

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anjing merupakan mamalia yang paling banyak dipelihara orang dan yang pertama kali didomestikasi atau disosialisasikan penggunaannya dalam kehidupan manusia. Menurut penelitian ilmiah dan bukti dilapangan, dewasa ini anjing banyak dipelihara karena anjing dianggap hewan pintar, mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi. Tingkat kecerdasan anjing tergantung dari jenis ras dan individu anjing itu sendiri (Untung 1999). Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialisasi dengan manusia dan anjing lain. Anjing memiliki posisi unik dalam hubungan antarspesies. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukan anjing sangat mirip dengan konsep manusia tentang cinta dan persahabatan (Grossman 1993). Dewasa ini anjing difungsikan sebagai hewan pelacak untuk membantu aparat keamanan (polisi) dalam memecahkan kasus kriminal, terutama di Indonesia, seperti pelacak bahan peledak, narkotik, kasus pencurian, pembunuhan, dan kasus kriminal lainnya. Jenis anjing yang sering digunakan sebagai anjing pelacak di Indonesia diantaranya yaitu anjing Labrador Retriever, Gembala Jerman, Rotweiller Retriever, Doberman Pincher, Belgian Melanois, dan Beagle (Larkin dan Stockman 2001). Gambar 1 Anjing ras Doberman (Horowitz 2009).

12 2 Gambar 2 Anjing ras Labrador Retriever (Horowitz 2009). Anjing tersebut dipilih sebagai anjing pelacak karena memiliki penampilan yang sangat baik, fisik yang sehat, dan daya intelegensi yang tinggi dibandingkan anjing lain serta memiliki daya penciuman yang sangat tajam. Anjing mempunyai sel-sel penciuman yang lebih banyak dari manusia dan lebih sensitif (Horowitz 2009), oleh karena fungsinya itu anjing sangat perlu untuk diperhatikan kesehatannya. Darah memiliki peranan yang sangat penting dan kompleks dalam sistem sirkulasi tubuh yaitu sebagai media transpor nutrisi, oksigen, karbondioksida, hormon, dan zat-zat hasil metabolisme. Disamping itu darah juga berperan dalam sistem pertahanan tubuh terhadap agen penyakit (Martini et.al 1992). Darah adalah salah satu parameter yang dapat dipakai untuk menentukan status kesehatan hewan. Sebagian besar penyakit diketahui dapat menyebabkan perubahan gambaran nilai darah (Ganong 2001). Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan hingga yang berbahaya. Beberapa penyakit diantaranya juga merupakan penyakit pada manusia, tapi sebagian lainnya merupakan penyakit khusus anjing. Salah satu gejala penyakit berupa anemia pada anjing bisa berdampak fatal hingga kematian. Anemia bisa disebabkan oleh adanya parasit darah yang hidup di dalam tubuh anjing, gejala anemia pada anjing dapat di diagnosa melalui pemeriksaan seperti warna pink pucat pada bagian ginggiva dan konjungtiva serta anjing memiliki stamina yang kurang baik atau lethargi atau lemah (Lienden 2007). Pentingnya parasit darah pada anjing, yaitu akan menyerap nutrisi darah sehingga anjing kekurangan darah (anemia). Parasit yang biasanya menyerang anjing adalah jenis Babesia sp. dan Theileria sp. (Cleveland et. al 2002). Penelitian ini akan melakukan pemeriksaan parasit darah yang berasal dari anjing ras Doberman dan

13 3 Labrador Retriever di kepolisian Kelapa Dua Depok. Anjing tersebut memperlihatkan gambaran darah yang mengarah pada anemia (Patmawati 2007; Anggayasti 2007). Beberapa dari anjing tersebut diantaranya telah mati. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap darah anemia ini dianggap sangat penting. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi parasit dalam sel darah merah yang dapat dilihat dengan preparat ulas darah dari anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang keberadaan dan jenis protozoa yang menginfeksi anjing ras Doberman dan Labrador Retriever. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan pengobatan serta pencegahan secara berkala guna mengurangi kemungkinan terjadi penularan protozoa pada anjing.

14 4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host), contohnya jenis nyamuk (Culicidae), lalat (Muscidae), kecoa (Dictipotera), tungau (Parasitoformes), caplak (Acariformes), kutu (Pthiraptera), kutu busuk (Hemiptera), dan pinjal (Siphonaptera). Endoparasit adalah parasit yang dapat hidup di dalam tubuh inangnya diantaranya cacing dan protozoa (Gandahusada et. al 1998). Menurut Levine (1995), anjing dapat terinfeksi berbagai jenis protozoa yang beredar di dalam sel darah merah, antara lain Trypanosoma rangeli, Hepatozoon canis, dan Babesia canis dan Theileria sp. Parasit ini ditularkan oleh caplak coklat anjing, Rhipicephalus sanguineus. Babesia canis terdapat pada anjing di seluruh dunia, tetapi jarang di Amerika Serikat. Parasit ini ditularkan oleh gigitan caplak dan lebih sering ditularkan oleh Rhipicephalus sanguineus, akan tetapi dapat juga ditularkan oleh Dermacentor sp., Haemaphysalis sp., dan Hyalomma sp. (Kumar et. al 2008). Babesiosis dapat bersifat kronis, namun terkadang dapat juga bersifat akut dan menyebabkan kematian pada hewan yang terinfeksi. Infeksi parasit pada hewan dapat menyebabkan hewan kehilangan darah yang berdampak serius pada hewan tersebut (Soulsby1982) sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan, dan daya kerja. Penularan parasit ini tergantung dari populasi caplak yang menjadi vektor dari penyebaran parasit (Soulsby1982). Rhipicephalus sanguineus Rhipicephalus sanguineus adalah ektoparasit penghisap darah yang mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan hewan. Caplak dari spesies Rhipicephalus sanguineus disebut juga the brown dog tick dan merupakan jenis caplak yang paling sering pada anjing (Gambar 3). Secara umum tubuh caplak terbagi menjadi dua bagian yaitu gnatosoma (kepala dan toraks) dan idiosoma (abdomen) (Wijayanti 2007).

15 5 Gambar 3 Caplak Rhipicephalus sanguineus (Sumber: Ruedisueli dan Manship 2002). Caplak ini dapat bertahan hidup pada inangnya dengan melengkapi siklus hidupnya pada lingkungan sekitar yang sesuai inang. Caplak masih dapat bertahan hidup pada suhu udara yang kurang mendukung baik suhu tinggi maupun rendah. Populasi caplak akan meningkat drastis bila suhu hangat. Caplak ini memiliki sifat toleransi terhadap perubahan cuaca (Lord 2001, Sugiarto 2005). Siklus hidup R. sanguineus membutuhkan tiga induk semang mulai dari penetasan telur hingga menjadi caplak dewasa. Induk semang yang diperlukan bisa dalam ras anjing yang sama ataupun ras anjing yang berbeda. Seluruh stadium hidup caplak ini dapat menghisap darah atau cairan tubuh kecuali pada stadium telur. Caplak dewasa akan lepas dari tubuh anjing setelah menghisap darah kemudian merayap mencari tempat berlindung di celah-celah hingga telurnya siap untuk dikeluarkan, kemudian caplak dewasa akan siap untuk bertelur di tanah. Apabila caplak tersebut mengandung protozoa (Babesia sp. dan Theileria sp.) dalam tubuhnya, kemudian caplak ini menggigit anjing maka anjing tersebut kemungkinan akan mengalami infeksi protozoa (James dan Leah 2001). Dewasa Betin a Nimfa Telur Larva Nimfa Larva Gambar 4Siklus hidup Rhipicephalus sanguineus(sumber: James dan Leah 2001).

16 6 Babesia sp. Menurut Levine (1995) Babesia diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum III Subclass Ordo Family Genus Spesies : Apicomplexa : Piroplasmia : Piroplasmida : Babesiidae : Babesia : Babesia sp. Morfologi Babesia sp. Merupakan parasit obligat intraseluler dengan induk semang adalah anjing, ruminansia, dan satwa liar. Pada induk semang Babesia sp. berhabitat di dalam sel darah merah, biasanya bentuknya berpasangan seperti buah pir yang membentuk sudut pada kedua ujungnya, kadang-kadang dapat juga dijumpai yang tidak berpasangan (Gambar 6). Menurut OIE (2010), ukuran Babesia sp. diperkirakan panjang µm dan lebar µm. Ada dua bentuk Babesia yaitu bentuk yang besar (sudutnya kecil) misalnya Babesia bigemina dan Babesia motasi serta Babesia bentuk yang kecil (sudutnya lebih besar daripada bentuk yang besar). Babesia divergens dan Babesia ovis (Levine1995). Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis, subtropis, dan beriklim sedang (Astyawati et. al 2010). Babesia canis dan Babesia gibsoni paling sering ditemukan pada anjing (Cleveland et. al 2002; OIE 2010). Siklus Hidup Secara umum Babesia sp. dalam siklus perkembangbiakannya dilakukan secara aseksual (skizogoni) yang terjadi pada induk semang dan seksual (gametogoni dan sporogoni) yang terjadi pada caplak (Gambar 5). Penyebaran babesia dimulai ketika inang tergigit caplak yang mengandung babesia dalam bentuk gametosit. Dalam tubuh caplak, babesia mengalami periode gametogoni yaitu terjadi perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet lalu membentuk

17 7 zigot. Tahap selanjutnya zigot berkembang menjadi ookinet (Uilenberg 2006). Ookinet dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding lambung, ookinet akan membesar di tempat ini dan disebut ookista. Di dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit (ini yang disebut dengan periode sporogoni). Beberapa sporozoit menembus kelenjar ludah caplak dan bila caplak menggigit anjing makas porozoit masuk kedalam darah anjing dan mulailah siklus pre eritrositik. tropozoit Infeksi tropozoit Bentuk amoboid Vektor caplak Infeksi pada usus Sirkulasi pada induk semang vertebrata Bentuk piriforom merozoit pembelahan Bentuk criciform Gambar 5 Siklus Hidup Babesia sp. (Sumber: Gardiner et. al 2002). Perkembangan secara aseksual pada tubuh induk semang (anjing) dimulai pada saat caplak mengisap darah, dengan menginokulasikan sporozoit Babesia sp. melalui kelenjar ludah ke dalam tubuh anjing sebagai hospes perantaranya. Sporozoit kemudian akan mengikuti sistem limfe dan membentuk trofozoit dan selanjutnya menginfeksi sel parenkim hati, dan dalam beberapa hari membentuk badan yang berinti banyak disebut skizont. Dalam perkembangannya skizont akan membentuk merozoit di dalamnya. Semakin banyak jumlah merozoit dalam skizont akan menyebabkan skizont ini pecah. Skizont yang pecah kemudian melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran darah. Merozoit lalu menginfeksi eritrosit, kemudian berubah menjadi trofozoit muda yang kemudian matang dan

18 8 berubah menjadi skizont. Skizont kembali pecah dan kembali melepaskan merozoit yang akan menginfeksi eritrosit lain (Gardiner et. al 2002). Gejala Klinis Pada anjing, Babesia memasuki eritrosit dan dapat menyebabkan kenaikan suhu dan frekuensi nafas (Skotarczak 2008; Duh et. al 2004). Gejala yang tampak adalah, hemoglobinuria, ikterus, dan splenomegali (Yatim dan Herman 2006; Skotarczak 2008; Crnogaj et. al 2010). Gejala infeksi kronis yang nampak adalah demam, kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan sehingga anjing menjadi lemah, anoreksia (Skotarczak 2008; Sugiarto 2005; Crnogaj et. al 2010). Gejala infeksi akut yang nampak adalah ikterus dan anemia. Anemia terjadi ketika sel darah merah diinfestasi oleh parasit sehingga menyebabkan kelainan pada sel darah merah berupa permukaan yang tidak teratur. Bentuk sel darah merah yang tidak teratur ini akan mempengaruhi kandungan hemoglobin yang mengikat oksigen. Kemudian sel darah merah yang mengalami kelainan tersebut akan dikeluarkan dari sirkulasi oleh limpa (Price dan Wilson 2003). Adanya infestasi parasit juga dapat menyebabkan terjadinya hemolisis (intravaskuler) yang kemudian menyebabkan terjadinya anemia (Taylor et. al 2007). Berikut adalah gambaran infeksi Babesia sp. dalam darah: A B Gambar 6 Babesia canis (A) dan Babesia gibsoni (B) pada sel darah merah anjing (Sumber: Cleveland et. al2002). Theileriasp. Menurut Levine (1995) Theileria diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Class : Apicomplexa : Sporozoa

19 9 Subclass : Piroplasmodia Ordo Family Genus Spesies : Piroplasma : Theileriidae : Theileria : Theileria sp. Morfologi Bentuk Theileria sp. yang paling dominan adalah bentuk batang yang memiliki ukuran diperkirakan x µm. Bentuk lain yang sering dijumpai pada eritrosit yaitu bentuk oval, bundar, dan bentuk menyerupai koma (Gambar 7) (Soulsby 1982). Gambar 7 Bentuk Theileria parva (bentuk-bentuk piroplasma dalam eritrosit) (Sumber:Soulsby 1982). Siklus Hidup Daur hidup Theileria sp. selain terjadi dalam tubuh caplak juga terjadi pada tubuh induk semang (Gambar 8). Daur hidup terdiri dari stadium sporozoit, skizon, merozoit, dan gamon. Sporozoit merupakan bentuk infektif yang masuk ke dalam tubuh anjing melalui gigitan caplak. Sporozoit menginfeksi inang melalui sistem limfe menuju jaringan limfoid terutama limfonodus dan limpa yang berkembang membentuk badan berinti yang banyak disebut skizont. Skizont ini berada dalam sitoplasma limfosit membentuk merozoit. Merozoit bergerak masuk ke dalam eritrosit kemudian terjadi binnary fussion di dalam eritrosit.

20 10 Beberapa merozoit masuk ke dalam eritrosit lain membentuk gamon (Siegel et. al 2006). Selanjutnya gamon memasuki daerah intestinal nimfa caplak membentuk mikrogamon. Mikrogamon ini berinti empat, kemudian membelah membentuk mikrogamet dengan satu inti kemudian bergabung dengan makrogamet membentuk zigot. Zigot akan masuk ke dalam epitel usus dan mengalami transformasi membentuk kinet. Kemudian kinet bergerak mengikuti aliran limfe dan memasuki kelenjar saliva caplak dan mengalami perubahan menjadi sporoblast (Bishop et. al 2004). Sporoblast akan menghasilkan ribuan sporozoit. Sporozoit inilah yang kemudian menginfeksi mamalia melalui gigitan caplak yang terinfeksi (Siegel et. al 2006). Sporozoit Sporozoit Limfosit Limfoblast Sporoblast Kelenjar saliva Skizon tropozoit Parasit menyebar ke dalam sel Kinet Merogoni Zigot Pencernaan caplak Merozoit Gamet Piroplasma dalam eritrosit Gambar 8 Siklus hidup Theileria sp. (Sumber : IRLI 2006). Gejala Klinis Theileria sp. merupakan parasit pada hewan yang dapat menyebabkan theileriosis. Theileriosis adalah kondisi tubuh yang terinfeksi Theileria dan dapat

21 11 menyebabkan terjadinya anemia yang disertai demam, diarre dan pembengkakan kelenjar-kelenjar limfe. Menurut Morzaria (1990) patogenesitas Theileria untuk setiap spesies berbeda-beda tergantung kepada strain parasit, tingkat kepekaan inang dan jumlah parasit. Theileria mutans adalah salah satu jenis yang dikenal benign. Theileria mutans mengalami limfositik merogoni, pembelahan terjadi di eritrosit dan menyebabkan piroplasma parasitemia dan hemolitik anemia pada inang. Gejala klinis pada hewan yang terinfeksi Theileria yaitu letargi, anoreksia, membran pucat, hipertermia, hiperglobinuria, splenomegali, trombocytopenia, dan anemia (Simoes et. al 2011). Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah (Evelyn 2006). Darah berfungsi sebagai media transportasi, yaitu membawa nutrisi dari saluran pencernaan menuju jaringan, produk akhir metabolisme dari sel menuju organ eksresi, oksigen dari paru-paru menuju jaringan, karbondioksida dari jaringan menuju paru-paru, berperan dalam mengatur suhu tubuh, menjaga konsentrasi ion hidrogen tubuh dan pertahanan terhadap serangan mikroorganisme (Cunningham 2002). Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan. Sel darah terdiri dari tiga jenis eritrosit, leukosit, dan trombosit. Unsur ekstraseluler darah termasuk air, elektrolit, protein, glukosa, enzim, dan hormon terdapat dalam plasma. Eritrosit memiliki fungsi dalam pengangkutan oksigen ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan pada tubuh karena adanya hemoglobin di dalam butir darah merah (Colville dan Joanna 2002). Tekanan oksigen yang tinggi, temperatur yang rendah, dan ph yang tinggi dalam kapiler paru-paru menyebabkan pembentukan oxyhemoglobin. Sedangkan pada saat tekanan oksigen yang rendah, temperatur yang tinggi, dan ph yang rendah di jaringan menyebabkan pelepasan oksigen dari hemoglobbin (Ganong 2001). Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk dibawah ke jaringan. Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh.

22 12 Anemia adalah suatu kondisi dimana jaringan kekurangan oksigen. Jaringan yang kekurangan oksigen bisa disebabkan oleh karena penurunan jumlah butir darahmerah (BDM), penurunan kadar hemoglobin, dan penurunan nilai hematokrit (PCV). Pada anemia dengan penurunan kadar hemoglobin disebut anemia defisiensi zat besi, dimana eritrosit menjadi berukuran kecil, mungkin dapat diperkirakan bahwa jangka hidupnya diperpanjang karena sel yang lebih muda memiliki ukuran lebih besar dibandingkan sel tua. Sebaliknya anemia tipe mikrositik adalah akibat dari sel-sel darah muda yang tidak dilepaskan ke dalam darah bersirkulasi dalam jumlah yang cukup untuk menggantikan sel-sel yang telah mati (Guyton dan Hall 2007). Jika tubuh hewan mengalami gangguan fisiologi maka gambaran darah dapat mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dapat disebabkan faktor internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, siklus estrus, dan suhu tubuh. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan perubahan gambaran darah antara lain infeksi kuman, perubahan suhu lingkungan dan fraktura terbuka. Hal lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya jumlah eritrosit adalah investasi parasit kronis. Bila investasi parasit terjadi dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, maka sangat mungkin anjing mengalami anemia. Investasi ini terjadi akibat faktor kebersihan kandang yang kurang baik. Selain itu seringnya kontak antar anjing semakin mempermudah penularan parasit dari satu anjung ke anjing lainnya.

23 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli2011 di Laboratorium Protozoologi, bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB. Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan anjing ras Doberman dan ras Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok. Jumlah anjing yang digunakan dalam penelitian ini adalah tujuh ekor ras Doberman (empat ekor jantan dan tiga ekor betina yang berumur lebih dari tiga tahun) dan tujuh ekor ras Labrador Retriever (lima ekor jantan-dua ekor betina yang berumur lebih dari tiga tahun) anjing-anjing tersebut merupakan anjing impor yang sudah didomestikasi tanpa diberikan perlakuan apapun dan sebelum melakukan aktivitas rutin pelatihan anjing pelacak (Patmawati 2007; Aggayasti 2007). Pengambilan Sampel Darah Pengambilan darah dengan spuit pada anjing melalui vena cephalica antibrachii lateralis dan vena femoralis sebanyak 2 ml setelah dilakukan pemeriksan klinis terhadap anjing tersebut (Patmawati 2007; Anggayasti 2007).Setelah semua sampel darah diperoleh, sampel darah langsung dibawa dengan menggunakan termos dingin ke laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi & Farmakologi FKH IPB untuk langsung dilakukan pengamatan. Lama perjalanan dari Kennel Subdit Satwa POLRI sampai Laboratorium Fisiologi FKH IPB adalah 2-3 jam (Patmawati 2007; Anggayasti 2007). Pembuatan Preparat Ulas Darah Pembuatan preparat ulas darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Darah yang telah disiapkan diteteskan ke atas object glass/gelas objek, kemudian ditempelkan ujung gelas objek yang lain dengan membentuk sudut kurang lebih 45 o, setelah itu gelas objek didorong dengan

24 14 kecepatan konstan sehingga didapatkan ulasan yang tidak terlalu tebal. Ulasan yang didapat dikeringkan di udara selama 3-5menit, setelah kering dilakukan fiksasi ulasan dalam metanol selama 5 menit. Ulasan kemudian dicelupkan ke dalam pewarna giemsa selama kurang lebih 30 menit. Ulasan kemudian diangkat dan dicuci menggunakan air yang mengalir sampai air bilasan tidak membawa warna giemsa dan dikeringkan di udara. Pengamatan Ulas Darah Hasil preparat ulas darah yang telah diwarnai, dengan Giemsa 10%, diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 X dengan minyak emersi. Selanjutnya dilakukan penghitungan dengan rumus: Jumlah parasit/500 RBC x 100% (Alamzan et. al 2008). Penghitungan darah mulai dilakukan jika ditemukan parasit pada satu lapang pandang, jika dalam satu lapang pandang tersebut jumlah eritrosit belum mencapai jumlah lima ratus maka penghitungan dilanjutkan terhadap eritrosit pada lapang pandang yang lain meskipun dalam lapang pandang tersebut tidak ditemukan lagi parasit. Dalam penghitungan eritrosit rata-rata dilakukan pada 3-4 lapang pandang untuk mencapai angka lima ratus eritrosit. Analisis Data Setelah dilakukan penghitungan rataan persentase parasit dalam darah selanjutnya dilakukan analisa statistik menggunakan softwere SPSS 16 dengan Uji t berpasangan (Dahlan 2001).

25 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan dua jenis parasit darah yang mempunyai habitat di dalam sel darah merah (intraseluler) yaitu Babesia sp. dan Theileria sp., keduanya merupakan parasit darah yang sering menginfeksi hewan kecil diantaranya anjing. Phenzhorn (2006) melaporkan bahwa jenis parasit dalam sel darah merah hewan liar yang biasa ditemukan adalah jenis Babesia sp. dan Theileria sp. Dari ketujuh preparat ulas darah anjing ras Doberman ditemukan protozoa parasit darah dan dari setiap preparat ulas darah dapat ditemukan lebih dari satu jenis parasit darah yaitu Babesia sp. dan Theileria sp., begitupun dengan anjing ras Labrador Retriever dari ketujuh ekor anjing ditemukan protozoa parasit darah dan dari preparat ulas darah dapat ditemukan lebih dari satu jenis parasit Babesia sp. maupun Theileria sp. dari pemeriksaan tersebut semua anjing terinfeksi parasit Babesia sp. dan Theileria sp. Protozoa parasit yang terlihat pada pemeriksaan preparat ulas darah merupakan protozoa intraeritrositik berbentuk seperti buah pir berpasangan dengan warna yang lebih gelap dibandingkan sitoplasma dari sel darah merah. Karakteristik ini sesuai dengan morfologi Babesia sp. (Cleveland et. al 2002) dan merupakan parasit eritrositik (Gambar 9). Selain Babesia sp. ditemukan pula protozoa parasit yang mengarah pada morfologi dari Theileria sp. pada preparat ulas darah yang diperiksa terlihat parasit yang berbentuk batang dan dan bentuk yang menyerupai koma dengan warna yang lebih gelap dibandingkan sitoplasma dari sel darah merah (Gambar 10). Karakteristik ini sesuai dengan morfologi Theileria sp. Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria sp. yang paling dominan adalah bentuk batang. Infeksi parasit ini dapat menyebabkan perubahan gambaran darah pada hewan yang terinfeksi. Menurut Bandini (2001), jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat infeksi parasit. Akan tetapi jika ditemukan parasit dengan jumlah yang lebih banyak pada salah satu jenis kelamin maka kemungkinan hal

26 16 tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, antara lain faktor stres pada hewan. Tingkat stres pada hewan akan mempermudah infeksi parasit darah, karena kondisi yang menurun akan menyebabkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh akan menurun pula sehingga lebih rentan terhadap infeksi parasit. Babesia sp. Babesia sp. merupakan salah satu jenis parasit darah yang berasal dari filum apicomplexa dan famili Babesiidae. Dalam sel darah merah bentuk Babesia sp. berpasangan seperti buah pir berbentuk sudut pada kedua ujungnya, akan tetapi kadang-kadang dijumpai bentuk yang tidak berpasangan. Ukuran Babesia sp. diperkirakan memiliki panjang µm dan panjang µm (Soulsby 1982). Dua spesies dari genus Babesia yang dominan menginfeksi anjing, yaitu Babesia canis dan Babesia gibsoni. Babesia canis ini terbagi lagi menjadi tiga subspesies, yaitu Babesia canis canis, Babesia canis vogeli dan Babesia canis rossi (Caccio et. al 2002). Babesia canis memiliki bentuk menyerupai buah pir dan memiliki diameter mikron, meruncing pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain tumpul, dan berpasangan (Hunfeld et. al 2008). Masing-masing subspesies ini dapat dibedakan berdasarkan analisis rangkaian gen rrna dan perbedaan sifat alami dan virulensinya pada anjing. Babesia canis canis dilaporkan paling sering menginfeksi anjing ras Doberman (Chauvin et. al 2009). Gejala klinis yang biasanya terlihat pada anjing yang terinfeksi babesia berupa gejala demam, hemoglobinuria, ikterus, dan splenomegali (Yatim dan Herman 2006; Skotarczak 2008; Crnogaj et. al 2010). Gejala kronis yang yang biasanya terlihat adalah demam, kehilangan nafsu makan hingga menyebabkan bobot badan menurun (Skotarczak 2008; Sugiarto 2005; Crnogaj et. al 2010). Infeksi babesia dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kematian pada hewan (Nasution 2007).

27 17 A B Gambar 9 Babesia sp.(a) hasil pengamatan dan Babesia sp. dengan pembesaran 1000 X dan Babesia sp.(b) berdasarkan literatur (Cleveland et. al 2002). Theileria sp. Theileria merupakan parasit darah yang berasal dari filum apicomplexa dan famili Theileriidae. Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria yang paling dominan adalah bentuk batang yang memiliki ukuran diperkirakan x µm (Kaufmann 2001). Akan tetapi sering juga ditemukan bentuk lain yang sering dijumpai pada eritrosit yaitu bentuk oval, bundar, dan bentuk yang menyerupai koma 0.5 x 2.0 µm (Kaufmann 2001). Jenis Theileria yang sering menginveksi anjing yaitu Theileria annae (Dixit 2010). Simoes et. al (2011) menyatakan bahwa gejala klinis pada hewan yang terinfeksi Theileria sp. dapat berupa letargi, anoreksia, membran pucat, hipetermia, hiperglobinuria, splenomegali, trombositopenia, dan anemia. A Gambar 10 Theileria sp. (A) hasil pengamatan dengan pembesaran 1000 X dan Theileria sp. (B) berdasarkan literatur (Kaufmann 2001). B

28 18 Presentase Parasitemia Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai parasitemia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan persentase parasit pada anjing ras Doberman dan Labrador retriever. Jenis anjing n Persentase parasit Babesia Persentase parasit Theileria Doberman ± ± Labrador Retriever ± ± Keterangan: Hasil menunjukan hubungan yang tidak berbeda nyata ( p>0.1). Tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah tingkat ringan (mild reaction) yaitu bila ditemukan 1-4 parasit darah per 500 eritrosit (parasitosis <1%), tingkatan kedua adalah tingkat lebih berat (servere reaction) bila ditemukan 5-10 parasit per 500 eritrosit (parasitosis 3%), sedangkan tingkatan yang ketiga adalah tingkat berat sekali (very servere reaction) yaitu bila ditemukan lebih dari sepuluh parasit per 500 eritrosit (parasitosisnya 5-9%) (Birkenheuer et. al 2003; Camacho 2004). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tingkat parasitemia Theileria sp. dan Babesia sp. pada anjing ras Doberman dan ras Labrador Retriever, nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat parasitemia masih dalam stadium ringan (mild reaction) yaitu kurang dari 1 %. Mengacu dari referensi di atas, tingkat parasitemia yang kurang dari 1% hanya menyebabkan terjadinya parasitiasis (Soulsby 1982). Parasitiasis adalah keadaan dimana infeksi parasit belum menimbulkan lesi jelas atau tanda klinis pada induk semangnya. Menurut Simoes et. al (2011), gejala klinis dapat terjadi jika tingkat parasitemia dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi jika infeksi parasit terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi antar parasit dalam darah, tingkat parasitemia yang rendah (<1%) dapat memicu timbulnya gejala klinis (Birkenheuer et. al 2003). Faktor yang dapat memicu timbulnya gejala klinis yaitu faktor eksternal misalnya tatalaksana pemeliharaan, suhu, dan musim, sedangkan faktor internal yang dapat memicu timbulnya suatu gejala klinis misalnya status imunitas individu dan status nutrisi seperti defisiensi vitamin dan asam folat (Guyton dan

29 19 Hall 2007). Tingkat stres pada hewan juga akan mempermudah infeksi parasit darah, karena kondisi yang menurun akan menyebabkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh akan menurun pula sehingga lebih rentan terhadap infeksi parasit. Penularan parasit darah dari satu hewan ke hewan lainnya dapat diperantarai oleh vektor seperti caplak. Infestasi caplak dalam jumlah banyak dapat menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa anemia, karena caplak ini akan menghisap darah (James dan Leah 2001). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Patmawati (2007) dan Anggayasti (2007) melaporkan bahwa anjing-anjing yang diambil darahnya ditemukan investasi caplak dalam jumlah yang banyak. Caplak merupakan vektor dari parasit darah Babesia sp. dan Theileria sp. Peningkatan jumlah caplak diduga dapat mengindikasikan peningkatan jumlah parasit pada eritrosit. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa hasil pemeriksaan parasit darah memperlihatkan adanya infeksi Babesia sp. dan Theileria sp. dengan stadium ringan yaitu kurang dari 1% walaupun dengan investasi caplak yang cukup tinggi. Tingkat parasit yang rendah dengan infestasi caplak yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa pada saat dilakukan pengambilan darah infeksi parasit telah berjalan kronis (Altay et. al 2008) dan mencapai stadium penyembuhan (Bakken et. al 2006). Pada masa penyembuhan ini hewan yang terinfeksi parasit akan menjadi carrier (OIE 2012) dan dapat menjadi sumber infeksi bagi caplak yang berperan sebagai vektor (Oliveira et. al 1995).

30 20 SIMPULAN Semua preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever dari Satwa POLRI-Depok ditemukan dua jenis parasit dalam sel darah merah yaitu Theileria sp. dan Babesia sp. dengan tingkat infeksi ringan (< 1%).

31 21 DAFTAR PUSTAKA Alamzan C, Mendrano C, Ortiz M, Fuente JDL Genetic Diversity of Anaplasma Marginale Straine From an Outbreak of Bovine Anaplasmosis endemic area. Vet Parasitology. 158: Altay K, Fatih A, Nazir D, Munir A Molecular detection of Theileria and Babesia infections in cattle. Vet Parasitol. 158: Anggayasti GW Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever Di Subdit Satwa Polri-Depok. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor. Hlm 61. Astyawati T, Wulansarai R, Cahyono, Ardhiansyah F, Rumekso A, Dhetty Konsentrasi Serum Anjing yang Optimum untuk Menumbuhkan dan Memelihara Babesia canis dalam Biakan. J Vet (4): Bakken S, Dumler S, Chen SM, Eckman, Marak R, Van etta L, Walker H Human granulocytic ehrlichiosis in the upper midwest United States. JAMA. 129: Bandini Y Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta. Birkenheuer AJ, Levy MG, Breitschwerdt EB Development and Evaluation a Seminested PCR for Detection and Differentiation of Babesia gibsoni (Asian Genotype) and Babesia canis DNA in canine Blood Samples. J.Clin Microbiol. 41 (9): Bishop R, Musoke A, Morzaria S, Gardner M, Nene V Theileria: Intracellular Protozoan Parasites of Wild and Domestic Ruminan Transmitted by Ixodod ticks. Parasitol. 129: Caccio SM, Antunovic B, Moretti A, Moretti A, Mangili V, Marinculic A, Baric RR,Slemenda SB,Pieniazek NJ Molecullar characterisation of Babesia canis canis, babesia vogeli, from naturally infected Europen Dog. (Abstrak) Vet parasitology. (106) Camacho T Roles of the Maltese Cross Form of Babesia micorti in the Development of Parasitemia in B. micorti Infection..A.S.M. 72 (8) : Chauvin A, Moreau E, Bonnet S, Plantard O, Malandrin M Babesia and its hosts: adaptasion to long-lasting interaction as away to achieve efficient transmission. Vet Res. 40 (2): 37. Cleveland CW, Peterson DS, Latimer KS An Overview of Canine Babesiosis. [terhubung berkala] Athens Departement of Medical Microbiology and Parasitology, and Departement of Pathology, Collage of Veterinary Medicine. University of Georgia. (17 April 2012).

32 22 Cunningham JG Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia London: Saunders Company. Hlm Colville T, Joanna MB Clinical Anatomy and Physiology For Veterinary Technicians. Criado A, Martinez J, Buling A, Barba JC, Merino S, Jefferies R, Irwin PJ. (2006) New data on epizootiology and genetics of piroplasms based on sequences of small ribosomal subunit and cytochrome b genes. Vet Parasitol. 142 (7): Crnogaj M, Petlevski R, Mrljak V, Kis I, Torti M, Kucer N, Matijatko V, Sacer I, Stokovic I Melondialdehyde Levels in Serum of Dogs Infected with Babesia canis. Vet Med 55 (4): Dahlan SM Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika. Dixit P, Dixit AK, Varshney JP Evidence of New Phatogenic Theileria Species in Dog. J Parasit Dis. 34 (1) : Duh D, Natasa T, Miroslav P, Katja S, Tatjana AZ Canine babesiosis in Slovenia: Molecular Evidence of Babesia canis canis and Babesia canis vogeli. Vet Res. 35: Evelyn PC Anatomis dan Fisiologis untuk Paramedis, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hlm Gandahusada S, Ilahude H, Pribadi W Parasitologi Kedokteran Ed ke-3. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm Ganong WF Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20.jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm Gardiner CH, Fayer R, Dubey JP An Atlas of Protozoa Parasites in Animal Tissue. [terhubung berkala]. (28 Mei 2012). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm Grossman L The Dog s Tale. BBC Books. London. Hlm 51. Horowitz A Inside of a Dog: What Dogs See Smeel and Know. New York. Scribner a Division of Simon & Sehuster Inc. Hlm Hunfeld KP, A Hildebrandt, JS Gray Babesiosis: recent insights into an ancient disease. Int J. Parasitol. 38:

33 23 [ILRI] International Livestock Research Institut Theileriosis. [terhubung berkala] Januari 2012). James N,Leah L Life Cycle of the Brown Dog Tick, Rhipicephalus sanguineus. [terhubung berkala]. University of Florida. Kaufmann J Parasitic Infections of Domestic Animals- a Diagnostic Manual. Berlin: Birkhauser. Kumar M, Pallay S, Haque S, Mahto D Feline Babesiosis. Veterinary World. 1 (4): Larkin P, Stockman M The Ultimate Encyclopedia of Dogs Breeds and Dog Care. London: Annes Publishing. Hlm 142. LevineN D.1995.Parasitologi Veteriner. Terjemahan G. Ashadi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Lienden RV Anemia in Dogs. [terhubung berkala] Http// April 2012). Lord CC National Public Health Pest Control Manual. Departement of Entomology and Nematology. Departement of Agriculture and Consumer Services. Division of Plant Industry. University of Florida. [terhubung berkala]http ://creatures.ifas.ufl.edu/urban/medical/brown_dog_tick.htm. (28 april 2012). Martini FH, Ober WC, Garrison C, dan Weleh K Fundamental of Anatomy and physiology. Ed ke-2. New Jersey : Prentice Hall, Englewood Cliffs. Hlm Morzaria SP Identification of Theleria spesies and characterization of Theileria parva stocks. International laboratory for Research on Animal Disease. Kenya. [OIE] Office International des Epizooties Bovine Babesiosis. [terhubung berkala.]france Word Organisation for Animal Health. en_chapitre_ pdf. [28 Jan 2012]. Chapter Hlm 1-3. [OIE] Office International des Epizooties Bovine Anaplasmosis. [terhubung berkala]. [19 Agustus 2012]. Oliveira C, Marjo VDW, Miguel A, Philippe J, Frans J Detection of Theileria Annulata in blood samples of carrier cattle by PCR. J. Clinic Microbial. 33(10):

34 24 Price SA, Wilson LM Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed ke-6. Buku 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 258. Patmawati F Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Doberman Di Subdit Satwa Polri Depok. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hlm Penzhorn BL Babesiosis of wild carnivores and angulates. Vet Parasitol. 138: Ruedisueli FL, Manship B. Tick Identification Key [terhubung berkala] University of Lincoln K/tick-key/backround_rhipicephalus.htm. Siegel S. Howert E. Leroy BE East coast Fever (Theileria Parva). A review. Veterinary Clinical Pathology Clerkship Program. Departemen of Pathology. Collego of Veterinary Medicine. University of Geo Athens. Simoes PB, cardodo L, Araujo M, Mekuzas YY, Baneth G Babesiosis due to the Canine Babesia micorti-like small Piroplasm in Dogs-First Report from Portugal and Possible Vertical Transmision. BioMed Central. (4):50. Skotarczak B Babesiosis as a Disease of people and Dogs Molecullar Diagnostic: a Review. Vet Med 53(5): Sugiarto Potensi Caplak Anjing Rhipicephalus sanguineus sebagai Vektor Penyakit. [Skripsi]. Bogor; Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Soulsby EJL Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. New York. Taylor MA, RL Coop, RL Wall Veterinary Parasitology. 3th Edition. Hongkong : Graphicraft Limited. Uilenberg G Babesia- a historical overview. Vet Parasitol. 138: Untung O Merawat dan Memelihara Anjing. Jakarta : Penebar Swadaya. Hlm Wijayanti DN Studi Investasi Caplak pada Anjing Yang Dipelihara Di Subdit Satwa Dit Samapta Babinkam Polri Kelapa Dua Depok. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Yatim F, Herman R Babebiosis (Piroplasmosis). Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 39 No 2.

35 25 LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis data menggunakan Program SPSS 16 dengan metode Uji T EXAMINE VARIABLES=td bd tl bl /PLOT BOXPLOT STEMLEAF

36 26 /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL. Explore [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent theileria doberman % 0.0% % babesia doberman % 0.0% % theileria labrador % 0.0% % theileria babesia % 0.0% % Descriptives Statistic Std. Error theileria doberman Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.3776 Upper Bound % Trimmed Mean.6573 Median.8000 Variance.086 Std. Deviation Minimum.14 Maximum 1.00 Range.86 Interquartile Range.40 Skewness Kurtosis babesia doberman Mean % Confidence Interval for Lower Bound.5052

37 27 Mean Upper Bound % Trimmed Mean.6841 Median.6000 Variance.038 Std. Deviation Minimum.40 Maximum 1.00 Range.60 Interquartile Range.20 Skewness Kurtosis theileria labrador Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.4504 Upper Bound % Trimmed Mean.6841 Median.6000 Variance.065 Std. Deviation Minimum.40 Maximum 1.00 Range.60 Interquartile Range.60 Skewness Kurtosis theileria babesia Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.4239 Upper Bound % Trimmed Mean.6890 Median.8000 Variance.075 Std. Deviation Minimum.14 Maximum 1.00

38 28 Range.86 Interquartile Range.20 Skewness Kurtosis theileria doberman theileria doberman Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 2, , , Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)

39 29 theileria labrador theileria labrador Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 2, , , Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s) theileria babesia

40 30 theileria babesia Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 1,00 Extremes (=<,1) 5, , Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s) EXAMINE VARIABLES=td bd tl bl /PLOT NONE /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

41 31 Explore [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent theileria doberman % 0.0% % babesia doberman % 0.0% % theileria labrador % 0.0% % theileria babesia % 0.0% % Descriptives Statistic Std. Error theileria doberman Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.3776 Upper Bound % Trimmed Mean.6573 Median.8000 Variance.086 Std. Deviation Minimum.14 Maximum 1.00 Range.86 Interquartile Range.40 Skewness Kurtosis babesia doberman Mean

42 32 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound.5052 Upper Bound % Trimmed Mean.6841 Median.6000 Variance.038 Std. Deviation Minimum.40 Maximum 1.00 Range.60 Interquartile Range.20 Skewness Kurtosis theileria labrador Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.4504 Upper Bound % Trimmed Mean.6841 Median.6000 Variance.065 Std. Deviation Minimum.40 Maximum 1.00 Range.60 Interquartile Range.60 Skewness Kurtosis theileria babesia Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.4239 Upper Bound % Trimmed Mean.6890 Median.8000 Variance.075 Std. Deviation Minimum.14

43 33 T-TEST GROUPS=bd(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=td /CRITERIA=CI(.9500). T-Test [DataSet0] Maximum 1.00 Range.86 Interquartile Range.20 Skewness Kurtosis Warnings The Independent Samples table is not produced. Group Statistics babesia doberm an N Mean Std. Deviation Std. Error Mean theileria doberman a... a. t cannot be computed because at least one of the groups is empty. T-TEST PAIRS=td WITH bd (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS. [DataSet0] Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 theileria doberman babesia doberman T-Test Paired Samples Correlations N Correlation Sig.

44 34 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 theileria doberman & babesia doberman Paired Differences Paired Samples Test 95% Confidence Std. Deviati Std. Error Interval of the Difference Mean on Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Pair 1 theileria doberman - babesia doberman T-TEST PAIRS=td tl WITH bd bl (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS. T-Test [DataSet0] Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 theileria doberman babesia doberman Pair 2 theileria labrador theileria babesia Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Pair 2 theileria doberman & babesia doberman theileria labrador & theileria babesia

45 35 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Deviati Std. Error Interval of the Difference Mean on Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed) Pair 1 theileria doberman - babesia doberman Pair 2 theileria labrador - theileria babesia Lampiran 2 Tabel Hasil uji t berpasangan ras Doberman dengan melaporkan nilai p parasit n Rata-rata±standar p deviasi theileria ± babesia ±19518 Tabel Hasil uji t berpasangan ras Labrador Retriever dengan melaporkan nilai p parasit n Rata-rata±standar deviasi p theileria ± babesia ±

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit 4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),

Lebih terperinci

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B04103159 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN GITA WIDARTI

Lebih terperinci

THEII..ERIOSIS PADA SAPI AKIBAT INFEKSI THEILERIA MUTANS

THEII..ERIOSIS PADA SAPI AKIBAT INFEKSI THEILERIA MUTANS ~.. Dan kami bersyukur kepada Tuhan Yang telah melebarkan gerbang tua ini Dan kami bersyukur pada ibu bapa. Yang sepanjang malam Selalu berdoa tulus dan terbungkuk membiayai kami Dorongan kasih sepenuh

Lebih terperinci

Case Processing Summary

Case Processing Summary Lampiran 1 EXAMINE VARIABLES=PD_2 PD_24 PD_72 PD_2mgg /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL. Explore [DataSet0] G:\REVISI PROPOSAL\Gipsum

Lebih terperinci

128 LAMPIRAN - LAMPIRAN

128 LAMPIRAN - LAMPIRAN 128 LAMPIRAN - LAMPIRAN 129 FOAM PEMERIKSAAN PENGARUH PEMBERIAN SENAM BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI POSYANDU PERUMAHAN KEMANG TIMUR JAKARTA SELATAN IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

MEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS. Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1

MEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS. Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1 MEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1 1 Post Graduate Student of Veterinary Science, Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Babesiosis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ethical Clearence LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical Clearence LAMPIRAN Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Lampiran 3. Spreadsheet Data umur jenis kelamin tipe operasi BMI trombosit 1 trombosit 2 trombosit 3 29 Perempuan post obs 25 191000

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA 1 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus)

PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus) PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus) R. DANG PINA MANGGUNG FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran. ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,

Lebih terperinci

1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan

1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan Lampiran 1 PROSEDUR PELAKSANAAN DENGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM 1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan 2. Mengkaji intensitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Langkah Penelitian. Air Limbah dengan kadar phosphate tinggi. Pengukuran Suhu dan ph sebelum perlakuan

Lampiran 1. Langkah Penelitian. Air Limbah dengan kadar phosphate tinggi. Pengukuran Suhu dan ph sebelum perlakuan Lampiran 1. Langkah Penelitian Air Limbah dengan kadar phosphate tinggi Pengukuran Suhu dan ph sebelum perlakuan Masukkan dalam wadah sebanyak 1 liter Masukkan Poly Aluminium Chloride (PAC). Proses Koagulasi

Lebih terperinci

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin LAMPIRAN Karakteristik Responden Frequencies Statistics usia jenis_kelamin N Valid 38 38 Missing 0 0 Frequency Table usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 9 17 44.7 44.7 44.7 10

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO KAJIAN PENYAKIT PROTOZOA DARAH PADA SAPI DI KABUPATEN GORONTALO 1 Tri Ananda Erwin Nugroho ababil.nugroho@gmail.com 2 Rinaldi Usman rinaldyusman01@yahoo.com 3 Risman A. Kasim risman.kasim@yahoo.com 4 Muhammad

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN Analisis Kadar Timbal (Pb) dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput

KUESIONER PENELITIAN Analisis Kadar Timbal (Pb) dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Analisis Kadar Timbal (Pb) dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Indriati E. Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi dan. olahraga. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama; 2009.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Indriati E. Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi dan. olahraga. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama; 2009. 33 DAFTAR PUSTAKA 1. Indriati E. Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi dan olahraga. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama; 2009. 2. Wicaksono S. et al,. Distribusi lemak pada mahasiswa antropologi

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth : Responden Di Tempat. Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Robisani Nasution NIM : 10.02.093 Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum LAMPIRAN Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum 1. Data Persentase Kontraksi Otot Polos Ileum Akibat Pemberian Log Konsentrasi Konsentrasi Asetilkolin (Kontrol) % Respon

Lebih terperinci

PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) DI JAWA MARITRANA PUTRI

PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) DI JAWA MARITRANA PUTRI PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) DI JAWA MARITRANA PUTRI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PROFIL ERITROSIT ANJING YANG TERINFEKSI KRONIS Babesia sp. CHANIFATUS SOLIHAH

PROFIL ERITROSIT ANJING YANG TERINFEKSI KRONIS Babesia sp. CHANIFATUS SOLIHAH PROFIL ERITROSIT ANJING YANG TERINFEKSI KRONIS Babesia sp. CHANIFATUS SOLIHAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Pengaruh Teknik Orang Ketiga terhadap Eksplorasi Perasaan Anak Usia

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Pengaruh Teknik Orang Ketiga terhadap Eksplorasi Perasaan Anak Usia LAMPIRAN 1 1 Peneliti : Eliza Hafni LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Pengaruh Teknik Orang Ketiga terhadap Eksplorasi Perasaan Anak Usia Sekolah selama dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan

Lebih terperinci

ESTIMASI. A. Dasar Teori

ESTIMASI. A. Dasar Teori ESTIMASI A. Dasar Teori 1. Penaksiran atau Estimasi Penaksiran atau estimasi adalah metode untuk memperkirakan nilai populasi dengan menggunakan nilai sampel. Nilai penduga disebut estimator, estimator

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung: PT Remaja Rosdakarya; h

DAFTAR PUSTAKA. 1. Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung: PT Remaja Rosdakarya; h DAFTAR PUSTAKA 1. Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2012. h. 7-71. 2. Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN LEMBAR KUESIONER PENELITIAN Assalamu'alaikum Wr. Wb. Kuesioner ini merupakan intrumen penelitian tentang "faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif Carpal Tunnel Syndrome pada aktivitas sehari-hari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Ethical clearance

LAMPIRAN. Lampiran 1. Ethical clearance 55 LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical clearance Lampiran 2. Surat Izin Penelitian 56 57 58 Lampiran 3. Informed Consent JUDUL PENELITIAN :Perbandingan Kadar Glukosa Darah Setelah Mengonsumsi Coca-cola Reguler

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN SKALA PENELITIAN A SKALA KEPUASAN NASABAH Usia : Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan (lingkari huruf yang sesuai) PETUNJUK PENGISIAN 1. Kami memohon bantuan Bapak/Ibu untuk penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Desember 2010, hlm. 172-177 ISSN 0853-421 7 GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN (HEMATOLOGICAL CONDITION OF SHEEP DURING TRANSPORTATION

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. : Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan RuangRawat Intensif

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. : Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan RuangRawat Intensif 55 Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Judul : Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan RuangRawat Intensif RSUD dr. Pirngadi Medan Peneliti : Beby Veri Andani Saya adalah mahasiswa Program

Lebih terperinci

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya bertandatangan dibawah ini : Nama : Jenis Kelamin : Umur : Alamat : No Tlp/HP : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan penelitian tentang

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Nama Lengkap : Intan Mariam Tahirah Tempat/Tanggal Lahir : Kelantan / 19 Augustus 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Nama Lengkap : Intan Mariam Tahirah Tempat/Tanggal Lahir : Kelantan / 19 Augustus 1988 Jenis Kelamin : Perempuan 50 51 52 LAMPIRAN 3 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Intan Mariam Tahirah Tempat/Tanggal Lahir : Kelantan / 19 Augustus 1988 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Dr. Sumarsono, No. 30,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS FARMASI Terakreditasi "A" SK. BAN. PT. No. : 029/BAN-PT/Ak-XI/S1/XI/2008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS FARMASI Terakreditasi A SK. BAN. PT. No. : 029/BAN-PT/Ak-XI/S1/XI/2008 LAMPIRAN 35 36 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS FARMASI Terakreditasi "A" SK. BAN. PT. No. : 029/BAN-PT/Ak-XI/S1/XI/2008 Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan. Kartasura Telp. (0271) 717417-719483

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Distribusi Frekuensi Frequency Table

LAMPIRAN. Tabel Distribusi Frekuensi Frequency Table LAMPIRAN Tabel Distribusi Frekuensi Frequency Table Umur Penderita Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 15 tahun 8 3.1 3.1 3.1 15-54 tahun 155 59.8 59.8 62.9 > 54 tahun 96 37.1 37.1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 1 Lampiran 2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 2 3 Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Ibu / Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan menjadi Responden. T. Tangan Responden : Peneliti : Restiana Simorangkir

Lembar Persetujuan menjadi Responden. T. Tangan Responden : Peneliti : Restiana Simorangkir Lampiran 1 Lembar Persetujuan menjadi Responden Saya mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Kecerdasan Emosional Perawat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Alat Ukur Penelitian

LAMPIRAN A. Alat Ukur Penelitian LAMPIRAN A Alat Ukur Penelitian 62 LAMPIRAN A-1 Skala Dukungan Ibu 63 Nomor urut : Nama : Usia : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacakan masing-masing pernyataan dengan jelas dan mintalah anak untuk menjawab

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PENGARUH SENAM AYUNAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA KADU JAYA CURUG TANGERANG

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PENGARUH SENAM AYUNAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA KADU JAYA CURUG TANGERANG Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PENGARUH SENAM AYUNAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA KADU JAYA CURUG TANGERANG Saya yang bernama di bawah ini : Nama :

Lebih terperinci

Medan, (Purnama Anggi) ( ) Universitas Sumatera Utara

Medan, (Purnama Anggi) ( ) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 No. Kode Responden : (Diisi oleh peneliti) Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Efektivitas Akupresur Terhadap Pemurunan Mual dan Muntah pada Ibu Hamil Trimester Pertama oleh : Purnama

Lebih terperinci

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 FORMULIR INFORMASI PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Eva Kurnia Widi Agustin NIM : 2012-33-161 Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK SITI RUKAYAH. Gambaran Sel

Lebih terperinci

PENGUKURAN VERTICAL JUMP

PENGUKURAN VERTICAL JUMP PENGUKURAN VERTICAL JUMP GAMBAR SAMPEL LATIHAN TUCK JUMP GAMBAR LATIHAN DEPTH JUMP Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilk Test [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid

Lebih terperinci

Uji Validitas I. Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a Total Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Uji Validitas I. Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a Total Reliability Statistics Cronbach's Alpha Uji Validitas I Case Processing Summary N % Cases Valid 19 95.0 Excluded a 1 5.0 Total 20 100.0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.971 41 Item Statistics Mean Std. Deviation N PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan ii EFEKTIFITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN PELARUT AIR HANGAT TANPA EVAPORASI DAN KAJIAN DIFFERENSIAL LEUKOSIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN Eimeria tenella DENY HERMAWAN

Lebih terperinci

KUESIONER. Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kanker Serviks Dan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Di SMA Negeri 1 Kei Kecil

KUESIONER. Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kanker Serviks Dan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Di SMA Negeri 1 Kei Kecil KUESIONER Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kanker Serviks Dan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Di SMA Negeri 1 Kei Kecil Pengantar : Kuesioner ini adalah untuk penulisan skripsi, yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali ABSTRAK Fascioliosis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica yang berpredileksi di saluran empedu dan hati. Infeksi cacing ini menyebabkan gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran

Lebih terperinci

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung PREVALENSI NEMATODA GASTROINTESTINAL AT SAPI BALI IN SENTRA PEMBIBITAN DESA SOBANGAN, MENGWI, BADUNG

Lebih terperinci

Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian

Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian 53 LAMPIRAN 1 Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, saya dr. Wan Tisya Muhaira yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Anjing (Canis familiaris)

TINJAUAN PUSTAKA. Anjing (Canis familiaris) 5 TINJAUAN PUSTAKA Anjing (Canis familiaris) Anjing merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara karena mempunyai hubungan erat dengan manusia. Beberapa tujuan dari pemeliharaan anjing antara lain

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Esa Unggul

LAMPIRAN. Universitas Esa Unggul LAMPIRAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Lampiran 1 Judul Penelitian : Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Rawat Inap Eka Hospital BSD Tangerang Peneliti : Hayuningtiyas

Lebih terperinci

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman L A M P I R A N Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman No Sampel Aquades Susu bubuk Susu cair Susu kental manis d 1 d 2 D VHN d 1 d 2 D VHN d 1 d 2 d VHN d 1 d 2 d VHN 1 27 31.75 29.375

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Lampiran I No. Urut Responden SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI SEIMBANG PADA SISWA TK ISLAM NUR HABIB Peneliti adalah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya Kismi asih Adethia, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya Kismi asih Adethia, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr.Wb/Salam Sejahtera Dengan Hormat, Nama saya Kismi asih Adethia, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA : Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke 15, Jakarta:Dian Rakyat

DAFTAR PUSTAKA : Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke 15, Jakarta:Dian Rakyat DAFTAR PUSTAKA : Brunzel AN, 2004. Fundamental on urine & Blood Analysis. 2 nd ed. USA: Saunders,. Brunsel N.A, 2013. Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 th USA:Elsevier Saunders,,. edition

Lebih terperinci

Hubungan status gizi..., Ratih Agustin P., FKMUI, Lampiran 3. Surat Kerjasama Pemeriksaan Osteoporosis

Hubungan status gizi..., Ratih Agustin P., FKMUI, Lampiran 3. Surat Kerjasama Pemeriksaan Osteoporosis Lampiran 3. Surat Kerjasama Pemeriksaan Osteoporosis Lanjutan Lanjutan Lampiran 5. Kuesioner KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN UMUR, STATUS GIZI, GAYA HIDUP, DAN KEBIASAAN KONSUMSI KALSIUM DAN VITAMIN D DENGAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Protozoa Parasitik Menurut Subronto (2006) protozoa dalam darah yang sering ditemukan pada anjing, antara lain dari genus Babesia, Hepatozoon dan Trypanosoma. Seringkali

Lebih terperinci

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA SPSS menyediakan fasilitas untuk melakukan analisis deskriptif data seperti uji deskriptif, validitas dan normalitas data. Uji deskriptif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items LAMPIRAN A Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.960 49 Item Statistics Mean Std. Deviation N VAR00001 3.0667.94443 30 VAR00002 3.1000.92289 30 VAR00004 3.1000.71197 30 VAR00005 2.8000.61026

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Umur Alamat :... :.. :.. Bahwa telah mendapat penjelasan yang lengkap dan jelas tentang penelitian dengan judul

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

PARASIT DARAH PADA TERNAK SAPI dan KAMBING DI LIMA KECAMATAN, KOTA JAMBI ANGGA YUKA ALTA NASUTION

PARASIT DARAH PADA TERNAK SAPI dan KAMBING DI LIMA KECAMATAN, KOTA JAMBI ANGGA YUKA ALTA NASUTION PARASIT DARAH PADA TERNAK SAPI dan KAMBING DI LIMA KECAMATAN, KOTA JAMBI ANGGA YUKA ALTA NASUTION FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 PARASIT DARAH PADA TERNAK SAPI dan KAMBING DI LIMA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas 36 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari DIY 37 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Magelang 38 Lampiran 4. Surat Keterangan Melakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar IDENTIFY OOCYST OF ISOSPORA SPP. IN FAECAL CATS AT DENPASAR Maria Mentari Ginting 1, Ida Ayu Pasti Apsari 2, dan I Made Dwinata 2 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN POLA MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA BANGUN REJO, TANJUNG MORAWA Tanggal : Kode : I. KARAKTERISTK RESPONDEN

Lebih terperinci

PREVALENSI, DERAJAT INFEKSI, DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI PARASIT DARAH PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN CIKALONG, TASIKMALAYA HERY NUR ICHSAN

PREVALENSI, DERAJAT INFEKSI, DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI PARASIT DARAH PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN CIKALONG, TASIKMALAYA HERY NUR ICHSAN PREVALENSI, DERAJAT INFEKSI, DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI PARASIT DARAH PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN CIKALONG, TASIKMALAYA HERY NUR ICHSAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT Lampiran 1: Geografi Kabupaten Bandung Barat PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT Sumber: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat Wilayah Administratif Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat

Lebih terperinci

INFEKSI PARASIT DARAH PADA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA TERNAK (KUNAK) CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR MURSALIM KALMAN

INFEKSI PARASIT DARAH PADA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA TERNAK (KUNAK) CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR MURSALIM KALMAN INFEKSI PARASIT DARAH PADA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA TERNAK (KUNAK) CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR MURSALIM KALMAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA PENGUKURAN BMI BERDASAR TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN PADA 30 SUBJEK PENELITIAN. NO TINGGI BADAN (cm) B. BADAN ( kg) BMI ( kg/m2)

LAMPIRAN DATA PENGUKURAN BMI BERDASAR TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN PADA 30 SUBJEK PENELITIAN. NO TINGGI BADAN (cm) B. BADAN ( kg) BMI ( kg/m2) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN DATA PENGUKURAN BMI BERDASAR TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN PADA 30 SUBJEK PENELITIAN NO TINGGI BADAN (cm) B. BADAN ( kg) BMI ( kg/m2) 1 157 46 18,66 2 163 60 22,58 3 155 50 20,81 4 164

Lebih terperinci

LEMBAR ASSESMENT. a) Fleksi Lumbal aktif : Nyeri +/-, terbatas +/- b) Ekstensi lumbal pasif : Nyeri +/-, terbatas +/-

LEMBAR ASSESMENT. a) Fleksi Lumbal aktif : Nyeri +/-, terbatas +/- b) Ekstensi lumbal pasif : Nyeri +/-, terbatas +/- LEMBAR ASSESMENT 1. Anamnesa a. Anamnesa Umum b. Anamnesa Khusus 1) KU 2) RPS 3) RPD 2. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan Umum Vital Sign : HR, RR, BP, dan Suhu b. Pemeriksaan Khusus 1) Inspeksi : 2) Tes

Lebih terperinci

LAMPIRAN Descriptives Pre Sistolik Deep Breathing Exercise Post Sistolik Deep Breathing Exercise Selisih Sistolik Deep Pre Diastolik Deep Breathing Exercise Post Diastolik Deep Selisih Diastolik

Lebih terperinci

TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983)

TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983) TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983) Ismu Prastyawati Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor PENDAHULUAN Tulisan ini merupakan hasil kunjungan

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat Bersama ini kami mohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Sdr selaku orangtua dari anak di Pesantren

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN KEPUASAAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT LOYALITAS PASIEN DI POLI KEBIDANAN SILOAM HOSPITAL

KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN KEPUASAAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT LOYALITAS PASIEN DI POLI KEBIDANAN SILOAM HOSPITAL KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN KEPUASAAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT LOYALITAS PASIEN DI POLI KEBIDANAN SILOAM HOSPITAL Identitas Peneliti Nama : Elisabeth Peni Wulandari Nim : 2010-31-101 Program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk 85 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu pengaruh atau tidaknya Bimbingan Dan

Lebih terperinci

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares)

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares) Lampiran 1 Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares) Memakai rumus : Y= a + bx Jumlah Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur tubuh hewan merupakan keseimbangan antara produksi panas tubuh yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi/Siang, Saya Desi Khairunnisa, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan melakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran. Surat Izin Penelitian Lampiran. Surat selesai Penelitian Lampiran 3. Surat Persetujuan Sampel PERSETUJUAN TINDAKAN FISIOTERAPI DAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN DAN KUESIONER (INFORMED CONSENT)

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Sesudah Olahraga Renang Selama Dua Belas Minggu Almeidaa VP, Guimarães FS, Moco VJR, Menezes SLS, Mafort TT, Lopes AJ.

DAFTAR PUSTAKA. Sesudah Olahraga Renang Selama Dua Belas Minggu Almeidaa VP, Guimarães FS, Moco VJR, Menezes SLS, Mafort TT, Lopes AJ. DAFTAR PUSTAKA 1. Rosetya MI. Perbedaan Antara Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Olahraga Renang Selama Dua Belas Minggu. 2011. 2. Hall JE. Guyton and Hall buku ajar fisiologi kedokteran,

Lebih terperinci

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fera Kristiyani Pasaribu Status : Mahasiswi Program Sarjana (S1) Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan NIM : 2012-33-104

Lebih terperinci

Proporsi pneumonia yang terpajan periodontal 41 OR = = = 0,21 Proporsi tidak pneumonia yang terpajan periodontal 193

Proporsi pneumonia yang terpajan periodontal 41 OR = = = 0,21 Proporsi tidak pneumonia yang terpajan periodontal 193 Perhitungan Besar Sampel n = [ Z 1-α/2 2P(1-P) + Z β P 1 (1-P 1 ) +P 2 (1-P 2 ) ] 2 (P 1 -P 2 ) 2 Keterangan rumus: n: jumlah sampel α: tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini,

Lebih terperinci

58 Perpustakaan Unika LAMPIRAN 58

58 Perpustakaan Unika LAMPIRAN 58 58 LAMPIRAN 58 59 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA SELF INJURY A-2 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA DAN ORANGTUA 59 60 LAMPIRAN A-1 SKALA PENELITIAN SKALA SELF INJURY 60 61 No skala : Kelas :

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN No. Responden : A. Data umum : 1. Nama : 2. Tempat, tanggal lahir: 3. Umur : Tahun 4. Jenis kelamin : 5. Alamat : 6. Nomor Hp : 7. Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A UJI DAYA BEDA AITEM DAN RELIABILITAS. a) Hasiluji daya beda aitem dan reliabilitas skala continuance commitment N % Item-Total Statistics

LAMPIRAN A UJI DAYA BEDA AITEM DAN RELIABILITAS. a) Hasiluji daya beda aitem dan reliabilitas skala continuance commitment N % Item-Total Statistics LAMPIRAN A UJI DAYA BEDA AITEM DAN RELIABILITAS a) Hasiluji daya beda aitem dan reliabilitas skala continuance commitment PENGOLAHAN I Reliability [DataSet0] Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

Lebih terperinci