HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Liana Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction), dan tingkat berat (very severe reaction). Tingkat ringan terjadi apabila persentase parasitemia kurang dari 1%, tingkat sedang terjadi apabila persentase parasitemia 1-5%, dan tingkat berat apabila persentase parasitemia lebih dari 5%. Persentase parasitemia Babesia sp. pada anjing yang diperiksa disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Persentase parasitemia anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. No Anjing Ras Persentase Parasit (%) 1 Labrador Retriever Rotweiller Labrador Retriever Belgian Malinois German Shepherd German Shepherd Rotweiller Rotweiller German Shepherd Golden Retriever Belgian Malinois Golden Retriever Beagle 0.19 Rata-rata ± SD 0.53±0.35 Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata persentase parasitemia anjing yang diperiksa mengalami infeksi sebesar 0.53±0.35%, dengan kisaran nilai antara %. Nilai ini menunjukkan anjing yang diperiksa mengalami infeksi Babesia sp. dalam tingkatan ringan (< 1%). Stockham dan Scott (2008) menyatakan bahwa Babesia sp. berada dalam jumlah yang sangat sedikit saat infeksi berlangsung kronis. Persentase parasitemia yang rendah tidak mengakibatkan munculnya gejala klinis yang nyata seperti jaundice, peningkatan suhu tubuh, anoreksia, lesu, dan kurang aktif (Subronto 2006). Selain persentase parasitemia yang rendah, tidak munculnya gejala klinis juga dipengaruhi oleh lingkungan kandang yang baik, status nutrisi yang terjaga, dan faktor imunitas tubuh yang baik. Parameter Eritrosit Jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit merupakan parameter penting dalam pemeriksaan eritrosit anjing. Penurunan salah satu dari ketiga parameter tersebut dapat menjadi indikasi adanya anemia yang terjadi pada
2 anjing (Cowell 2004). Penelitian yang telah dilakukan pada anjing pelacak yang terinfeksi Babesia sp. secara kronis menghasilkan gambaran eritrosit yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Rataan jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. Parameter Kisaran nilai (n=13) Rata-rata±SD Nilai normal Eritrosit (x 10 6 /µl) ± Hemoglobin (g/dl) ± Hematokrit (%) ± Sumber : Weiss dan Wardrop (2010) 9 Jumlah Eritrosit Penurunan jumlah eritrosit karena hemolisis dapat terjadi secara fisiologis akibat kematian eritrosit yang sudah tua. Namun, peningkatan jumlah eritrosit yang mengalami hemolisis mengindikasikan adanya kondisi patologis yang terjadi dalam tubuh seperti adanya infeksi parasit dalam eritrosit (Stockham dan Scott 2008). Rendahnya jumlah eritrosit pada anjing yang terinfeksi Babesia sp. terjadi karena adanya hemolisis (Stockham dan Scott 2008). Hemolisis yang disebabkan oleh Babesia sp. dapat berupa hemolisis intravaskular, hemolisis ekstravaskular, dan hemolisis yang diperantarai oleh kekebalan (immune mediated hemolytic anemia). Hemolisis intravaskular terjadi karena eritrosit anjing mengalami kerusakan (lisis) di dalam sistem sirkulasi. Kerusakan terjadi saat Babesia sp. keluar dari dalam eritrosit setelah melakukan pembelahan, yaitu dalam bentuk merozoit. Hemolisis ekstravaskular terjadi karena eritrosit yang terinfeksi Babesia sp. keluar dari sistem sirkulasi akibat kebocoran pembuluh darah yang disebabkan oleh turunnya jumlah trombosit. Hemolisis yang diperantarai oleh kekebalan terjadi karena eritrosit yang mengandung Babesia sp. difagosit oleh makrofag (Weiss dan Wardrop 2010). Tabel 3 menunjukkan jumlah eritrosit anjing yang terinfeksi Babesia sp. mempunyai rataan sebesar 5.38±0.44x10 6 /µl. Nilai ini berada di bawah nilai normal menurut Weiss dan Wardrop (2010), yaitu sebesar x10 6 /µl. Jumlah eritrosit yang relatif lebih rendah dibandingkan nilai normal menunjukkan anjing mengalami anemia yang bersifat ringan (mild anemia). Menurut Stockham dan Scott (2008), anemia yang ringan terjadi karena infeksi Babesia sp. yang bersifat kronis. Wulansari (2002) menyatakan bahwa infeksi Babesia sp. yang bersifat kronis akan menyebabkan hewan dalam kondisi premunition, yaitu keseimbangan yang terjadi antara respon imun hewan yang terinfeksi dengan kemampuan parasit untuk memunculkan gejala klinis. Jumlah eritrosit masing-masing anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. dapat dilihat pada Gambar 2.
3 10 9,00 8,00 jumlah eritrosit (x10 6 /µl) 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 5,90 4,80 5,40 5,50 5,60 5,60 4,60 5,60 5,60 4,60 5,20 5,70 5,80 1,00 0, nomor anjing Gambar 2. Grafik jumlah eritrosit anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. (Daerah diantara tanda menunjukkan rentang jumlah eritrosit normal) Gambar 2 menunjukkan semua anjing memiliki kisaran jumlah eritrosit yang rendah. Anjing nomor 7 dan nomor 10 memiliki jumlah eritrosit terendah, yaitu sebesar 4.6x10 6 /µl, dengan persentase parasitemia masing-masing sebesar 0.60% dan 0.19% (Tabel 2). Anjing nomor 1 mempunyai jumlah eritrosit tertinggi diantara anjing yang lain yaitu sebesar 5.9x10 6 /µl, sedangkan persentase parasitemia anjing nomor 1 sebesar 1.36% (Tabel 2). Menurut Soulsby (1982), saat infeksi berlangsung kronis tidak ada hubungan langsung antara persentase parasitemia dengan derajat anemia dan gejala klinis yang muncul. Penurunan jumlah eritrosit saat terjadi infeksi Babesia sp. yang berlangsung kronis disebabkan oleh makrofag yang memfagosit eritrosit, baik eritrosit yang berparasit maupun tidak. Konsentrasi Hemoglobin Faktor lain yang mempengaruhi derajat anemia anjing selain jumlah eritrosit adalah konsentrasi hemoglobin yang ada dalam darah anjing tersebut. Hemoglobin merupakan komponen utama penyusun eritrosit yang berfungsi mengangkut oksigen dan karbon dioksida (Price dan Wilson 2006). Menurut Weiss dan Wardrop (2010), konsentrasi hemoglobin normal anjing adalah g/dl. Anjing yang diperiksa mempunyai konsentrasi hemoglobin rata-rata sebesar 13.19±1.43 g/dl (Tabel 3). Konsentrasi hemoglobin ini berada dalam rentang yang normal. Besarnya konsentrasi hemoglobin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya nutrisi, ras, umur, waktu pengambilan sampel, dan antikoagulan yang dipakai dalam pengambilan sampel (Mbassa dan Poulsen
4 1993). Konsentrasi hemoglobin masing-masing anjing yang terinfeksi Babesia sp. dapat dilihat pada Gambar konsentrasi hemoglobin (g/dl) 20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 14,40 14,80 14,20 14,00 14,00 14,30 13,30 12,60 13,30 13,80 11,60 10,40 10, nomor anjing Gambar 3. Grafik nilai hemoglobin anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. (Daerah diantara tanda menunjukkan rentang nilai hemoglobin normal) Gambar 3 menunjukkan sebagian besar anjing mempunyai konsentrasi hemoglobin yang normal rendah. Akan tetapi, ada tiga anjing yang mempunyai konsentrasi hemoglobin di bawah normal, yaitu anjing nomor 2, nomor 7, dan nomor 10, dengan konsentrasi hemoglobin masing-masing sebesar g/dl, g/dl, dan g/dl. Nilai hemoglobin yang rendah ini berkorelasi positif dengan jumlah eritrosit anjing tersebut yang berada di bawah jumlah normal, yaitu sebesar 4.80x10 6 g/µl, 4.60x10 6 g/µl, dan 4.60x10 6 g/µl (Gambar 2). Rendahnya jumlah hemoglobin diakibatkan oleh jumlah eritrosit yang rendah, karena hemoglobin merupakan komponen utama pengisi eritrosit (Guyton dan Hall 1997). Nilai Hematokrit Nilai hematokrit menggambarkan perbandingan persentase eritrosit dengan komponen darah lain dalam volume tertentu darah utuh (whole blood). Nilai hematokrit merupakan salah satu unsur yang dapat digunakan untuk menentukan derajat anemia selain jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin. Jumlah eritrosit yang rendah dan ukuran eritrosit yang kecil akan menyebabkan nilai hematokrit menjadi rendah. Sebaliknya, nilai hematokrit yang tinggi dapat mengindikasikan terjadinya dehidrasi. Pada anjing yang mengalami dehidrasi, total plasma darah akan berkurang sehingga persentase nilai hematokrit terlihat meningkat (Colville dan Bassert 2002). Nilai hematokrit normal anjing menurut Weiss dan Wardrop (2010) berada pada kisaran %. Apabila nilai hematokrit berada di bawah 37.00% maka anjing mengalami anemia. Sebaliknya, apabila nilai hematokrit melebihi
5 %, maka anjing mengalami polisitemia. Nilai hematokrit masing-masing anjing yang terinfeksi Babesia sp. dapat dilihat pada Gambar 4. nilai hematokrit (%) 60,00 55,00 50,00 45,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 38,00 38,00 36,00 37,00 38,00 35,00 33,00 31,00 30, nomor anjing Gambar 4. Grafik Nilai hematokrit anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. (Daerah diantara tanda menunjukkan rentang nilai hematokrit normal) Gambar 4 menunjukkan anjing yang diperiksa mempunyai kisaran nilai hematokrit antara %. Lima anjing yang diperiksa mempunyai nilai hematokrit di bawah normal, yaitu anjing nomor 2 (33%), nomor 4 (36%), nomor 7 (31%), nomor 10 (30%), dan nomor 11 (35%). Perbandingan antara nilai hematokrit anjing yang berada di bawah normal dengan jumlah eritrosit yang ditampilkan pada Gambar 2 menunjukkan adanya korelasi positif antara keduanya, yaitu semakin rendah jumlah eritrosit maka nilai hematokrit juga semakin rendah. Menurut Swenson (1984), perubahan volume eritrosit dan plasma darah yang tidak seimbang dalam sirkulasi darah akan mengubah nilai hematokrit. Jumlah eritrosit yang terlalu tinggi (polisitemia) akan menyebabkan kenaikan nilai hematokrit, sehingga viskositas darah meningkat (Cunningham 2002). Indeks Eritrosit Indeks eritrosit terdiri atas MCV, MCH, dan MCHC. Indeks eritrosit dapat digunakan untuk mengetahui jenis anemia yang terjadi pada hewan berdasarkan morfologi eritrosit (Price dan Wilson 2006). Kenaikan nilai MCV mengindikasikan eritrosit berukuran lebih besar dari normal (makrositik), sebaliknya penurunan nilai MCV mengindikasikan eritrosit berukuran lebih kecil dari normal (mikrositik), dan penurunan nilai MCHC mengindikasikan
6 konsentrasi hemoglobin yang rendah (hipokromik). Indeks eritrosit anjing yang terinfeksi Babesia sp. dapat dilihat pada Tabel Tabel 4. Nilai MCV dan MCHC pada anjing yang terinfeksi kronis Babesia sp. MCV (fl) MCHC (%) No Anjing nilai normal ( ) nilai normal ( ) Rata-rata ± SD 68.05± ±1.22 Sumber : Weiss dan Wardrop (2010) Tabel 4 menunjukkan nilai MCV anjing yang terinfeksi Babesia sp. berada dalam kisaran fl dengan nilai rata-rata sebesar 68.05±2.07 fl. Nilai MCHC berada pada kisaran % dengan nilai rata-rata sebesar 36.00±1.22%. Nilai MCV dan MCHC ini berada dalam kisaran normal menurut Weiss dan Wardrop (2010). Beberapa anjing mempunyai nilai MCHC yang lebih tinggi dari batas atas nilai normal. Hal ini diduga karena kondisi hemoglobinemia yang menyebabkan hemoglobin dalam plasma darah akan ikut terhitung saat pengukuran konsentrasi hemoglobin sehingga menyebabkan nilai MCHC cenderung lebih tinggi dari normal (Stockham dan Scott 2008). Menurut Stockham dan Scott (2008), infeksi akut terjadi selama 3-4 hari setelah Babesia sp. masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan terjadinya hemolisis intravaskular. Kondisi ini menyebabkan penurunan jumlah eritrosit yang beredar dalam pembuluh darah. Penurunan jumlah eritrosit yang beredar dalam pembuluh darah mengakibatkan kondisi anemia normositik normokromik karena diperlukan waktu bagi sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit muda (retikulosit). Setelah terjadi anemia normositik normokromik, sumsum tulang akan melepaskan retikulosit ke dalam pembuluh darah. Retikulosit mulai muncul dalam peredaran darah pada hari ke-4 setelah infeksi. Munculnya retikulosit dalam pembuluh darah mengakibatkan perubahan anemia menjadi makrositik hipokromik. Hal ini disebabkan karena ukuran retikulosit lebih besar dari eritrosit normal dengan konsentrasi hemoglobin yang ada di dalamnya belum optimal. Infeksi akut Babesia sp. akan mengakibatkan peningkatan limfosit sebagai bentuk respon imun tubuh. Respon imun tubuh yang baik akan mengakibatkan Babesia sp. tidak aktif, sehingga eritrosit anjing yang lisis akan berkurang dan
7 14 anjing mampu bertahan hidup. Babesia sp. akan terus berada dalam eritrosit dengan bentuk tidak aktif. Hal ini mengakibatkan infeksi berlangsung kronis. Infeksi yang berlangsung kronis menyebabkan sumsum tulang melakukan penyesuaian fisiologis dengan tidak menstimulasi pengeluaran retikulosit ke dalam peredaran darah. Hal ini menyebabkan tubuh tetap berada dalam kondisi anemia karena eritrosit yang telah dikeluarkan tidak dapat bekerja secara optimal akibat infestasi Babesia sp. di dalamnya. Kondisi ini terjadi akibat adanya depresi eritrogenesis (Schalm et al. 1975). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa anjing yang terinfeksi Babesia sp. secara kronis cenderung mengalami anemia normositik normokromik karena terjadi depresi eritrogenesis. Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjut pada anjing yang terinfeksi Babesia sp. dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan ras anjing yang lebih beragam. DAFTAR PUSTAKA Brown BA Essentials of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea & Febiger Colville T, Bassert JM Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. Missouri: Mosby. Cowell RL Veterinary Clinical Pathology Secrets. St.Louis: Elsevier Mosby. Cunningham JG Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia: Saunders Company Guyton AC, Hall JE Textbook of Medical Physiology. Philadelphia: Saunders Company. Hatmosrojo R, Budiana NS Melatih Anjing Penjaga. Depok: Penebar Swadaya. Levine ND Buku Pelajaran Parasitology Veteriner. Terjemahan G. Ashadi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lobetti, RG The pathophysiology of renal and cardiac changes in canine babesiosis. [tesis]. Faculty of Veterinary Science University of Pretoria. Mbassa GK, Poulsen JSD Reference Ranges for Hematological Value in Landrace Goats. Small Rum Res.
PROFIL ERITROSIT ANJING YANG TERINFEKSI KRONIS Babesia sp. CHANIFATUS SOLIHAH
PROFIL ERITROSIT ANJING YANG TERINFEKSI KRONIS Babesia sp. CHANIFATUS SOLIHAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Babesia sp. dan Haemobartonella sp. Identifikasi Babesia sp. dan Haemobartonella sp. dilakukan melalui pembuatan preparat ulas darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
11 Adaptasi (kelompok AP,AIS,AIP) H H + 2 H - 14 Pengambilan darah simpan (kelompok AP) pre post Perdarahan 30% via splenektomi + autotransfusi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 7 Panen (kelompok AP,AIS,AIP) Gambar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Anjing (Canis familiaris)
5 TINJAUAN PUSTAKA Anjing (Canis familiaris) Anjing merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara karena mempunyai hubungan erat dengan manusia. Beberapa tujuan dari pemeliharaan anjing antara lain
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Karakteristik Kucing
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Kucing kampung (Felis domestica) termasuk dalam ordo karnivora (pemakan daging). Fowler (1993) mengklasifikasikan kucing kampung (Felis domestica) sebagai berikut: kingdom
Lebih terperinciPROFIL ERITROSIT SAPI PERAH YANG TERINFEKSI HERU WIRZAL KESATRIA
PROFIL ERITROSIT SAPI PERAH YANG TERINFEKSI Babesia sp. KRONIS HERU WIRZAL KESATRIA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan penelitian dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciINTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING
PATOLOGI KLINIK VETERINER INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING OLEH: Drh. Anak Agung Sagung Kendran, M.Kes. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciIndek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)
Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
Lebih terperinciSURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf)
PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf) Hanung Dhidhik Arifin 1) Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciPROFIL HEMATOLOGI DAN KIMIA DARAH ANJING YANG TERINFEKSI KOMBINASI LENI MAYLINA
PROFIL HEMATOLOGI DAN KIMIA DARAH ANJING YANG TERINFEKSI KOMBINASI Babesia sp. DAN Haemobartonella sp. KRONIS LENI MAYLINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Hasil penghitungan jumlah sel darah merah setiap bulan selama lima bulan dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda seperti terlihat
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 3 Waktu : 50 menit Pokok Bahasan : 1. Evaluasi Eritrosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok Bahasan : a. Fase fase proses pembentukan eritrosit.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensio Plasenta 1. Definisi Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit setelah bayi lahir pada manajemen aktif kala tiga. 1 2. Patologi Penyebab retensio plasenta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ERITROSIT PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI VIRUS DENGUE DI MANADO
Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015 KARAKTERISTIK ERITROSIT PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI VIRUS DENGUE DI MANADO 1 Indah R. A. Kewo 2 Glady Rambert 2 Firginia Manoppo 1 Kandidat
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Rokok bukan sekedar asap yang ditelan, nikotin yang terkandung pada asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan
Lebih terperinciPERUBAHAN PROFIL ERITROSIT SAPI PERAH AKIBAT INFEKSI Babesia sp. DI LEMBANG, BANDUNG MUHAMMAD RIZQI
PERUBAHAN PROFIL ERITROSIT SAPI PERAH AKIBAT INFEKSI Babesia sp. DI LEMBANG, BANDUNG MUHAMMAD RIZQI DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciPerumusan Masalah. Tujuan Penelitian
2 Perumusan Masalah Diperlukan penelitian untuk melihat besarnya perubahan dalam tubuh pasien sebagai bentuk respon terhadap proses autotransfusi. Respon tubuh pasien diantaranya berupa kemampuan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk satu tahun. Pada tahun 2013, secara nasional terdapat kekurangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Sel Darah Merah Pemeriksaan darah dilakukan selama tiga puluh hari dari awal kebuntingan, yaitu hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 30. Pemilihan waktu pemeriksaan dilakukan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciPROFIL HEMATOLOGI SAPI PERAH FH (Freisian Holstein) PERIODE KERING KANDANG DI KUNAK CIBUNGBULANG BOGOR DEKA PERMANA PUTERA
PROFIL HEMATOLOGI SAPI PERAH FH (Freisian Holstein) PERIODE KERING KANDANG DI KUNAK CIBUNGBULANG BOGOR DEKA PERMANA PUTERA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk
Lebih terperinciJurnal Kajian Veteriner Volume 3 Nomor 1 : ISSN: Gambaran Hematologi pada Rusa Timor (Cervus timorensis)
Gambaran Hematologi pada Rusa Timor (Cervus timorensis) (Hematologic Description of Timor Deer (Cervus timorensis) Yanse Yane Rumlaklak 1) dan Novianti Neliyani Toelle 1) 1) Program Studi Kesehatan Hewan,
Lebih terperinciABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI
ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI Vivin Maria, 2006, Pembimbing I : Penny Setyawati M,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang digunakan secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Rentang referensi hematologi yang sesuai sangatlah diperlukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa
Lebih terperinciPAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT
PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT OLEH: KELOMPOK I (GENAP) ANGGOTA: 1. NI NYOMAN MELINDAWATI (P07134013 002) 2. NI MADE INKI ARIANTI (P07134013 004) 3. NI KADEK SUCAHYANINGSIH (P07134013 006)
Lebih terperinciGAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI
GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN GITA WIDARTI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Parasit
4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena atau arteri yang mengangkat oksigen dan bahan makanan ke seluruh
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis suatu penyakit. Salah satu pelayanan laboratorium adalah pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama mata kuliah : HEMATOLOGI VETERINER Kode/SKS : Patologi Klinik Veteriner (KH-354/SKS 3/1) Prasarat : MK. Biokimia (KH-220) MK. Patologi Umum (KH--350)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sel-sel darah 1. Sel darah merah (eritrosit) Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada gambaran prevalensi dan penyebab anemia pada pasien penyakit ginjal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinciGAMBARAN ANEMIA PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA TAHUN 2013 ABSTRACT
GAMBARAN ANEMIA PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA TAHUN 2013 Hieronymus Rayi Prasetya 1, Sistiyono 2, Maria Elisabeth Enjel Naur 3 1 STIKes Guna Bangsa Yogyakarta, 2 Poltekkes
Lebih terperinciBAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Pengertian Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O 2 ) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil perkawinan silang, seleksi dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi, terutama
Lebih terperinciGDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :
Seorang laki laki 54 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki dan seluruh tubuh lemas. Penderita juga merasa berdebar-debar, keluar keringat dingin (+) di seluruh tubuh dan sulit diajak berkomunikasi. Sesak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir
Lebih terperinciTujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.
Tujuan Pembelajaran 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia. 2. Dapat menjelaskan fungsi jantung dalam sistem peredaran darah. 3. Dapat menjelaskan fungsi pembuluh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem
Lebih terperinciINDEKS ERITROSIT PADA ITIK BETINA TEGAL, MOJOSARI DAN MAGELANG YANG PAKANNYA DI SUPLEMENTASI PROBIOTIK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA
INDEKS ERITROSIT PADA ITIK BETINA TEGAL, MOJOSARI DAN MAGELANG YANG PAKANNYA DI SUPLEMENTASI PROBIOTIK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA (ERYTHROCYTE INDEX OF FEMALES TEGAL DUCKS, MOJOSARI DUCKS AND MAGELANG DUCKS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah Sel darah merah berperan membawa oksigen dalam sirkulasi darah untuk dibawa menuju sel dan jaringan. Jumlah sel darah merah
Lebih terperinciKONSENTRASI BILIRUBIN, AKTIVITAS ASPARTAT AMINOTRANSFERASE DAN ALANIN AMINOTRANSFERASE PADA ANJING YANG TERINFEKSI Babesia sp.
KONSENTRASI BILIRUBIN, AKTIVITAS ASPARTAT AMINOTRANSFERASE DAN ALANIN AMINOTRANSFERASE PADA ANJING YANG TERINFEKSI Babesia sp. KRONIS CINTHYARINDI TIFFANI LESTARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciGAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
GAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada R. Suhartati, Yusrizal Alwi Email : rsuhartati@yahoo.com Prodi DIII Analis Kesehatan, STIKes Bakti Tunas Husada
Lebih terperinciTOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus
TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinci3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kucing Kampung Kucing kampung (Felis domestica)
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kucing Kampung Kucing kampung (Felis domestica) merupakan salah satu jenis hewan kesayangan yang dimiliki banyak orang. Hewan ini dimasukan dalam ordo karnivora (pemakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan. reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan. Dua tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan jaringan yang sangat penting bagi kehidupan, yang tersusun atas plasma darah dan sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) (Silbernagl & Despopoulos,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang
Lebih terperinciMEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS. Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1
MEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1 1 Post Graduate Student of Veterinary Science, Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Babesiosis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerbau Lumpur Kerbau domestik di Asia memiliki nama ilmiah Bubalus bubalis. Menurut Roth (2004) susunan taksonomi kerbau domestik adalah kerajaan animalia, filum chordata, kelas
Lebih terperinciApa itu Darah? Plasma Vs. serum
Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,
Lebih terperinciStatus Kesehatan Ayam Pedaging yang Diberi Limbah Kulit Buah Naga (Hylocereus Undatus) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan
Status Kesehatan Ayam Pedaging yang Diberi Limbah Kulit Buah Naga (Hylocereus Undatus) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan 1 Abstract The Broiler Health Status Given Waste Dragon Skin Fruit (Hylocereus
Lebih terperinci