PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN PERAN GENDER TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA WIWIK GUSNITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN PERAN GENDER TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA WIWIK GUSNITA"

Transkripsi

1 PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN PERAN GENDER TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat) WIWIK GUSNITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2

3 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat) adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun di perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, November 2011 Wiwik Gusnita NRP I

4

5 ABSTRACT WIWIK GUSNITA. Influence of Women Economic Contribution and Role of Gender toward Family Welfare (Case at Ampek Angkek District, Agam Regency, West Sumatera). Under the Guidance of HERIEN PUSPITAWATI and HARTOYO. The objective of this study was to analyze woman economic contribution and role of gender, also its influence towards family welfare. This cross sectional study was conducted at Ampek Angkek District, Agam Regency, West Sumatra, involved 100 women who had productive activities (formal or informal) that chosen purposively. This study revealed that woman economic contributied correlation with total family income was statistically significant, and sample s subjective family well-being was high. Based on regression test, variables that influenced subjective family well-being were: asset ownership and total family income. Total family income had positive influence toward economic contribution of woman while husband education level and number of family had negative influence on it. Factors influenced the role of gender on decision making were asset ownership, contribution economic of women (positive influence), and wife s age and education level (negative influence).. Keywords: women economic contribution, role of gender, family well-being

6

7 RINGKASAN WIWIK GUSNITA. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan HARTOYO Penelitian ini bertujuan untuk mengakaji pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terhadap kesejahteraan subjektif. Tujuan penelitian adalah (1) Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga; (2) Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan dan manajemen sumberdaya keluarga (pembagian tugas dalam keluarga, pembagian tugas dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan keluarga dan pembagian peran dalam pendapatan dan pengeluaran keluarga/manajemen keuangan keluarga); (3) Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan keluarga subjektif; (4) Menganalisis faktor-fakor yang mempengaruhi kontribusi ekonomi perempuan, peran gender, dan kesejahteraan keluarga subjektif. Disain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Waktu penelitian dari Bulan Maret sampai Juni Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei Populasi penelitian adalah seluruh keluarga yang istrinya memiliki usaha produktif (formal atau informal), sedangkan responden penelitian ini adalah istri. Penentuan contoh diambil secara pursposive yang berjumlah 100 orang. Karakteristik contoh dan keluarga dianalis secara deskriptif, sementara uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, kontribusi ekonomi perempuan, peran gender dan kesejahteran keluarga. Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan, peran gender dalam pengambilan keputusan, dan terhadap kesejahteraan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (75%) contoh berada pada kelompok umur tahun, lebih dari separuh (54%) suami contoh berada pada kelompok umur tahun. Baik contoh maupun suami contoh berpendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase yang hampir sama yaitu masing-masing (39%) dan (40%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika dilihat dari jumlah anak, maka hampir seluruhnya (92%) memiliki kurang dari sama dengan empat anak. Dilihat dari besar keluarga, separuh (51%) contoh termasuk ke dalam keluarga sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan total keluarga contoh per bulan berkisar antara Rp ,- - Rp ,- dengan rata-rata Rp ,-. Separuh (52%) suami contoh dan lebih dari sepertiga (37%) contoh memiliki pendapatan berkisar antara Rp ,- Rp ,-. Dengan demikian, sebagian contoh memiliki pendapatan di atas UMR. Kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga per bulan berkisar antara 40,1 persen sampai dengan 50,0 persen dengan rata-rata 43,3 persen dan dapat dikatakan angkanya sudah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi istri sangat besar terhadap pendapatan keluarga.

8 Berdasarkan hasil analisis regresi berganda ditemukan bahwa yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri dan kepemilikan aset. Dengan meningkatnya umur istri dan kepemilikan aset dalam rumah tangga akan meningkatnya kontribusi ekonomi perempuan. Pendapatan suami berpengaruh negatif terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Dengan meningkatnya pendapatan suami dalam keluarga maka akan terjadinya penurunan kontribusi ekonomi perempuan. Sedangkan yang berpengaruh terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan, selain itu pendidikan istri dan umur istri berpengaruh negatif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga subjektif adalah kepemilikan aset dan pendapatan total. Artinya peningkatan kepemilikan aset, pendapatan total dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga subjektif. Sedangkan faktor-faktor lain seperti pendidikan istri, umur, pendidikan suami, umur suami, pendapatan suami, jumlah anak, besar keluarga, presentasi pendapatan total istri terhadap pendapatan total, dan peran gender dalam keluarga yang tidak berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga subjektif. Kata kunci: kontribusi ekonomi perempuan, peran gender, kesejahteraan subjektif.

9 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

10

11 PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN PERAN GENDER TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat) OLEH WIWIK GUSNITA Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

12 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si

13 Judul Tesis Nama NRP Program Studi : Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat) : Wiwik Gusnita : I : Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Ketua Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Anggota Diketahui Koordinator Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Dr.Ir.Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal Ujian: 18 Oktober 2011 Tanggal lulus:

14

15 PRAKATA Alhamdulillah serta segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sekaligus tesis penulisan yang berjudul Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan Dan Peran Gender Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari dorongan semangat dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan pada kesempatan ini penulis saampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc, dan Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, nasehat, kesabaran, kesempatan, dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 2. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. atas kesediaan dan waktunya untuk menjadi penguji penulis. 3. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc. selaku wakil Koordinator Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak atas waktu dan masukan yang telah diberikan kepada penulis selama ujian tesis. 4. Seluruh staf pengajar pada Program Pasca Sarjana IPB dan khususnya pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak, yang telah membekali penulis dengan teori-teori selama perkuliahan. 5. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB serta staf yang telah memberikan pelayanan akademik selama penulis belajar di IPB. 6. Rektor, Dekan, dan Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang yang telah memberikan kesempatan dan ijinnya serta bantuan dana kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana IPB. 7. Pengelolaan bantuan dana pendidikan (BPPS) dari Dikti yang telah memberikan bantuan dana pendidikan selama penulis menempuh pendidikan. 8. Camat dan staf serta ibu-ibu yang ada di Kecamatan Ampek Angkek yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

16 9. Seluruh keluarga, terutama ayahanda, ibunda, ibu mertua, suami dan anak tercinta, serta adik-adik terutama Anyah berserta suami, yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, doa, semangat, pengorbanan serta materil yang diberikan untuk keberhasilan penulis menyelesaikan studi ini. 10. Teman-teman seangkatan 2009, Mbak Kenty, Mbak Mul, Ilham, Nia, Puji, Dian, serta Novit dan Ana teman senasib yang telah memberikan dukungan dan keceriaanya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan lebih lanjut, karena itu penulis juga mohon maaf bila masih ada yang kurang berkenan sehubungan dengan tesis ini. Tetapi bagaimanapun penulis berharap semoga tesis ini ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Bogor, November 2011 Penulis

17 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Baso, Sumatera Barat, pada tanggal 1 Agustus Penulis anak pertama dari enam bersaudara. Lahir dari pasangan Bapak Rafani dan ibu Asnida. Penulis menamatkan Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga Negeri (SMKKN) tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di IKIP Padang yang sekarang berubah menjadi Univesitas Negeri Padang (UNP) di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan pada Program Studi Tata Boga, dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun Sejak tahun 2005 penulis bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Jurusan Tata Boga. Pada tahun 2009, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak (IKA), Institut Pertanian Bogor, dengan beasiswa dari BPPS Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional RI.

18

19 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang Masalah... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 5 Manfaat Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori... 7 Pengertian Fungsi Keluarga... 7 Pendekatan dari Teori Struktural Fungsional... 9 Pendekatan Teori Pertukaran Pendekatan Teori Gender Peran Gender dalam Ekonomi Keluarga Kontribusi Ekonomi Perempuan Kesejahteraan Keluarga Karakteristik Sistem Matriarkhi KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengukuran Variabel Penelitian Pengolahan dan Analisa Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian Kabupaten Agam Kecamatan Ampek Angkek Nilai-nilai Keluarga dalam Masyarakat dan Norma Matrilineal Karakteristik Contoh dan Keluarga Umur Contoh dan Suami Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Jumlah Anak Contoh Besar Keluarga xiii xvi xvi

20 Keadaan Ekonomi Keluarga Contoh Kepemilikan Aset Pendapatan Keluarga Kontribusi Pendapatan Istri Terhadap Pendapatan Total Pembagian Peran Gender dalam Keluarga Peran Gender dalam Pelaksanaan Pekerjaan Rumah Tangga dan Sosial Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Keluarga Kesejahteraan Keluarga Subjektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Ekonomi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Pembahasan Umum KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

21 DAFTAR TABEL Halaman 1 Variabel, jenis data, cara pengumpulan data dan alat bantu Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan Sebaran contoh dan suami berdasarkan jenis pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan persentase kepemilikan aset Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan pendapatan keluarga per bulan Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita perbulan Sebaran contoh berdasarkan kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga Sebaran contoh berdasarkan persentase karakteristik keluarga dan kategori kontribusi perempuan rumah tangga Sebaran contoh berdasarkan presentase pembagian tugas rumah tangga Sebaran contoh berdasarkan kategori pembagian tugas suami dan Istri dalam keluarga Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan Sebaran contoh berdasarkan kategori pengambilan keputusan dalam keluarga Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga Subjektif Hasil analisis regeresi linear berganda terhadap kontribusi ekonomi perempuan Hasil analisis regeresi linear berganda terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan Hasil analisis regeresi linear berganda terhadap kesejahteraan Keluarga subjektif... 87

22

23 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terahadap kesejahteraan keluarga (studi kasus di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Sumatera Barat) 36 2 Metode penarikan contoh dalam penelitian.. 38 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Hasil uji Korelasi Pearson Nilai nilai keluarga contoh Aktifitas-aktifitas Perempuan

24

25 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme (UNDP) tahun 2010, kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang diukur dengan indikator pembangunan manusia masih relatif rendah di bandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Pada tahun 2007/2008, Indonesia berada pada peringkat 107 dari 177 negara. Walaupan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan pada tahun 2009, namun peringkat Indonesia mengalami penurunan menjadi 111 dari 182 negara. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan kualitas SDM di Indonesia masih belum memberikan hasil yang optimal dan cenderung kalah cepat dengan pembangunan kualitas sumberdaya manusia di negara Asia Tenggara lainnya. Pembangunan nasional belum menunjukkan hasil yang optimal dalam pengentasan kemiskinan. Jumlah dan proporsi penduduk miskin di Indonesia masih relatif tinggi yaitu sekitar 31,02 juta jiwa (13,33 persen) dari total penduduk (BPS 2011). Untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs), diperlukan program pengentasan kemiskinan yang lebih komprehensif dan efektif, baik yang diarahkankan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk meningkatkan daya beli. Pada giliranya program itu dapat meningkatkan IPM. Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat (basic unit of society), memiliki peranan yang penting dalam pencapaian target pembangunan nasional. Kualitas sumberdaya manusia dalam keluarga berkontribusi dalam penilaian Human Development Index (HDI) maupun IPM yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Perempuan berperan penting dalam rangka pembentukan kehidupan keluarga yang kokoh sehingga tidak terkena pengaruh negatif dari perubahan serta pencapaian suatu keadaan yang sehat, sejahtera dan bahagia, sehingga mendukung terhadap penciptaan masyarakat yang sejahtera, baik lahir maupun batin. Kemampuan dan potensi yang memadai dari perempuan, sebagai istri dan ibu rumahtangga merupakan aspek terpenting dalam menentukan keberhasilan

26 2 (penunjang utama strategi suksesnya) suatu rumahtangga (terutama masa depan anak-anak/generasi penerus). Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan adopsi yang berkaitan dengan strategi peningkatan kemampuan dan potensi kaum perempuan, sehingga perempuan dapat berperan optimal di sektor domestik secara profesional (Elizabeth 2007). Dengan demikian, perempuan memiliki peranan yang penting dalam pencapaian suatu keadaan yang sejahtera dalam keluarga sehingga mendukung terhadap upaya tujuan pembangunan nasional. Tekanan ekonomi yang tinggi menyebabkan banyak perempuan yang masuk ke dalam ranah publik untuk bekerja. Oleh karena itu, tak jarang, perempuan harus memikul beban ganda yaitu di sektor domestik dan di sektor publik. Dalam keluarga miskin, peran ganda perempuan ini sangat diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Penghasilan tambahan dari aktivitas perempuan di sektor produktif diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga. Selain itu, peran perempuan atau istri dalam sektor domestik untuk mengelola sumberdaya keluarga yang dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2005 menunjukkan bahwa tingkat patisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih relatih rendah yaitu 56,6 persen, dibandingkan dengan laki-laki 86,0 persen. Kontribusi penduduk perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian juga masih rendah yaitu 28,3 persen pada tahun Hal ini didukung dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa perempuan lebih dominan sebagai pekerja tidak dibayar yang mencapai 36,9 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang hanya 28,2 persen (Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia 2006). Perempuan umumnya dihargai dengan upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Seringkali upah yang dihasilkan oleh istri untuk keluarga dianggap sebagai hasil kontribusi suami terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan masih dianggap sekunder dan hanya sebagai pelengkap hasil dari laki-laki (Sobari 1992). Sebab perempuan seringkali dipandang sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat),

27 3 berpendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga (Zehra 2008). Hubeis (2010) mengatakan bahwa umumnya perempuan di pedesaan dan berusia muda bekerja karena membutuhkan pengahasilan untuk melanjutkan kelangsungan kehidupan keluarga (terutama anak-anak) bukan untuk mengejar karir sehingga menerima berbagai jenis pekerjaan apapun tanpa memperhatikan besarnya pendapatan yang ditawarkan dari lingkungan kerja. Menurut Lasswell M & Lasswell T (1987), kontribusi ekonomi perempuan dalam ekonomi keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Meskipun pekerjaan perempuan memiliki kontribusi yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan keluarga, namun pada kenyataanya perempuan masih saja dipandang sebelah mata dalam masyarakat (Zehra 2008). Selain itu produktivitas perempuan dalam pengembangan ekonomi keluarga sama sekali belum disentuh secara mendetail dan berkesinambungan. Produktivitas perempuan dalam hal ini diukur berdasarkan kontribusi pekerjaan publik yang dibayar, sedangkan pekerjaan perempuan di aspek domestik tidak diperhitungkan. Peran gender di sektor domestik melibatkan peran reproduktif atau domestik yang menyangkut aktivitas manajemen sumberdaya keluarga (materi, non-materi, waktu, pekerjaan dan keuangan), pengasuhan dan pendidikan anak serta pekerjaan dalam rumah tangga (Puspitawati 2007). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti besarnya kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terhadap kesejahteraan keluarga di Kecamatan Ampek Sumatara Barat. Perumusan Masalah Permasalahan utama pembangunan dicerminkan oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat yaitu masih besarnya jumlah penduduk miskin. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Agam masih tinggi. Pada tahun 2007 terdapat 22,81 persen rumah tangga yang ada di Kabupaten Agam berstatus miskin. Pada

28 4 tahun 2008 jumlahnya mulai menurun menjadi (18,7%). Tingkat pengangguran terbuka dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan dari angkatan kerja Kabupaten Agam, hanya 3,78 persen penduduk yang merupakan pengangguran terbuka dan didominasi oleh laki-laki. Dilihat dari lapangan usahanya, sebagian besar penduduk bekerja di sektor primer, namun persentasenya menurun dari tahun 2007 hingga tahun Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer adalah (46,22%). Persentase terbesar kedua adalah sektor tersier (46,22%) dan sekunder (12,36%) ( Statistik daerah Kabupaten Agam 2009). Belum ada perhitungan mengenai kontribusi ekonomi perempuan di Indonesia. Peran perempuan juga sangat dibutuhkan dan strategis kedudukannya dalam mengatur dan mengurus sumberdaya keluarga, terutama anak-anak. Mengurus, merawat, dan membesarkan anak-anak merupakan pekerjaan mulia, disamping suami sebagai kepala keluarga tentunya, serta sumberdaya material rumah tangga lainnya. Perlunya kesadaran tinggi bahwasanya seorang ibu (perempuan) dalam mengatur dan mengurus rumahtangga merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam rumah tangganya. Anak-anak merupakan faktor yang terpenting sumberdaya manusia utama, sebagai calon generasi penerus (Elizabeth 2007). Sistem matrilineal menyebabkan istri tidak tergantung pada suaminya, karena pola pewarisan yang diperuntukkan bagi perempuan, menyebabkan perempuan di Minangkabau, secara ekonomi relatif kuat. Dalam kaitannya dengan fenomena perempuan bekerja, tentu saja akan mempunyai pengaruh semakin kuatnya kedudukan perempuan, terutama dalam keluarga. Begitu pentingnya peran keluarga terutama perempuan dalam meningkatkan kualitas manusia maka seorang perempuan harus pandai dalam melakukan pembagian waktunya dengan optimal, pemanfaatan waktu dapat digunakan secara efektif sehingga dapat menciptakan sumberdaya manusia yang bekualitas. Selain itu pekerjaan perempuan juga belum begitu diperhitungkan dalam perekonomian regional dan kontribusinya terhadap kesejahteraan keluarga. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:

29 5 1. Seberapa besar kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga? 2. Bagaimanakah pembagian peran gender dalam keluarga (pembagian peran dalam pelaksanaan tugas keluarga dan sosial dan pembagian peran dalam pengambilan keputusan keluarga)? 3. Seberapa besar tingkat kesejahteraan keluarga? 4. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan, peran gender dalam pengambilan keputusan, dan kesejahteraan keluarga? Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terhadap kesejahteraan keluarga subjektif di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga. 2. Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga (pembagian peran dalam pelaksanaan tugas keluarga dan sosial dan pembagian peran dalam pengambilan keputusan keluarga). 3. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan keluarga. 4. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan, peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan keluarga. Manfaat Penelitian Bagi Pengembangan Ilmu 1. Memperkaya khasanah keilmuan, khususnya ekonomi keluarga dan peran gender dalam keluarga.

30 6 2. Sebagai sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keluarga mengenai kontribusi ekonomi perempuan perdesaan masyarakat ke sektor perdagangan dan home industry lainnya khususnya di Sumatra Barat. 3. Sebagai tambahan informasi yang akan memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemda Bukitinggi, dalam menetukan kebijakan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pengefektifan peran perempuan (istri) dan pria (suami) dalam keluarga. Bagi Perempuan Bekerja dan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kedudukan peran perempuan sebagai pekerja dan istri yang membantu perekonomian keluarganya dengan mengetahui kontribusi terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan pemahaman kepada para suami bahwa pekerjaan istri dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga secara signifikan, sehingga suami dapat lebih menghargai istri dan dapat berpartisipasi dalam peran domestik di keluarga.

31 7 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori Pengertian dan Fungsi Keluarga Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-angotanya untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi, serta penyemaian cinta kasih-sayang antar anggota keluarga. Pengertian keluarga menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anak. Keluarga adalah institusi yang ada dalam setiap masyarakat. Keluarga menurut U.S. Bureau of the Census (2000) diacu dalam Newman dan Grauerholz (2002) adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah tangga. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1994 tentang delapan fungsi keluarga agar dapat mengembangkan potensinya dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga. Kedelapan fungsi utama keluarga tersebut adalah: 1) Fungsi keagamaan, 2) Fungsi sosial budaya, 3) Fungsi cinta kasih, 4) Fungsi melindungi, 5) Fungsi sosialisasai dan pendidikan, 6) Fungsi reproduksi. 7) Fungsi ekonomi, dan 8) Fungsi pembinaan lingkungan. Sedangkan menurut resolusi majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), fungsi utama keluarga adalah: sebagai wahana untuk mendidik, mangasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Keluarga sebagai sebuah sistem mempunyai tugas dan fungsi dalam hal menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Keluarga, sebagai kelompok primer yang terikat oleh hubungan intim mempunyai fungsi-fungsi utama yang meliputi (Munandar 1985) : 1. Pemberian afeksi, dukungan, dan persahabatan 2. Memproduksi dan membesarkan anak 3. Meneruskan norma-norma kebudayaan, agama dan moral pada yang muda

32 8 4. Mengembangkan kepribadian 5. Membagi dan melaksanakan tuga-tugas di dalam keluarga maupun diluarnya. Keluarga inti maupun keluarga luas merupakan satu kesatuan sosial terkecil yang mempunyai fungsi sebagai berikut (Depdikbud 1995): 1. Mempersiapkan anak-anak bertingkahlaku sesuai dengan nilai dan normanorma serta aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi). 2. Mengusahakan terselenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi. 3. Melindungi anggota keluarga yang tidak produktif lagi (jompo). 4. Meneruskan keturunan (reproduksi). Menurut Guhardja et al. (1988), keluarga bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan dan mengembangkan anggota-anggotanya. Dengan demikian pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan untuk mampu bertahan, tumbuh, dan berkembang perlu tersedia, yaitu: 1. Pemenuhan akan kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kesehatan untuk perkembangan fisik dan sosial. 2. Kebutuhan akan pendidikan formal, informal, dan noformal untuk pengembangan intelektual, sosial, mental, emosional, dan spiritual. Levy mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas yang jelas pada masing-masing anggota dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi yang peranannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena adanya kesempatan siapa yang akan memerankan tugas apa. Apabila terjadi, maka keberadaan institusi keluarga tidak akan berkesinambungan (Megawangi 1999). Persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai system dapat berfungsi antara lain (Megawangi 1999): 1. Diferensiasi peran. Dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap anggota dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor.

33 9 2. Alokasi solidaritas. Distribusi relasi antaranggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan menggambarkan hubungan antaranggota. Misalnya keterikatan emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relative terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak laki-laki mungkin lebih utama daripada hubungan suami dan istri pada suatu budaya tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antar anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan. 3. Alokasi ekonomi. Distribusi barang-barang dan jasa untu mendapatkan hasil yang dinginkan. Disferensiasi tugas juga ada dalam hal ini terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dar barang dan jasa dalam keluarga. 4. Alokasi politik. Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan. 5. Alokasi integrasi dan ekspresi. Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan prilaku yang memenuhi tuntunan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Pendekatan struktural-fungsional adalah salah satu pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial yang merupakan sumber utama dari adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial yang merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Pendekatan teori struktural-fungsional dapat digunakan untuk menganalisis peran anggota keluarga agar keluarga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauerholz, 2002). Pendekatan ini mempunyai warna jelas, yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur

34 10 masyarakat. Akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah system. Misalnya, dalam sebuah organisasi sosial pasti ada segmen anggota yang mampu menjadi pemimpin, dan yang menjadi sekretaris atau anggota biasa. Tentunya kedudukan seseorang dalam struktur organisasi akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya struktur dan fungsi ini tidak akan pernah terlepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat itu (Megawangi 2001). Teori ini berkembang untuk menganalisis tentang struktur sosial masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen yang saling terkait meskipun memiliki fungsi yang berbeda. Perbedaan fungsi tersebut justru saling diperlukan untuk saling melengkapi sehingga suatu sistem yang seimbang dapat terwujud. Oleh karena itu konsep gender menurut teori struktural fungsional dibentuk menurut pembagian peran dan fungsi laki-laki maupun perempuan secara dikotomi agar tercipta keharmonisan antara laki-laki dan perempuan (Narwoko 2004). Teori struktural fungsional dalam melihat sebuah sistem dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Sebuah sistem dapat berbentuk apa saja: keluarga, kelompok, organisasi, klubklub sosial dan lain-lain. Teori yang dikembangkan oleh Parsons (1964), dan Parson dan Bales (1956) adalah teori yang paling dominan sampai akhir tahun 1960-an dalam menganalisis institusi keluarga. Penerapan teori struktural-fungsional pada keluarga oleh Parsons, adalah sebagai reaksi dari pemikiran-pemikiran tentang melunturnya atau berkurangnya fungsi keluarga karena adanya modernisasi. Bahkan menurut Parsons, fungsi keluarga pada zaman modern, terutama dalam hal sosialisasi anak dan tension management untuk masing-masing anggota keluarga, justru akan semakin terasa penting. Secara struktural, keluarga merupakan sebuah subsistem di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah sistem yang tidak statis, ia selalu berubah dan beradaptasi dengan perubahan sistem lain yang lebih besar dimana keluarga berada di dalamnya. Perubahan ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi antara subsistem dalam keluarga (anggota keluarga) dengan subsistem

35 11 lain di luar keluarga, misalnya anggota dari dari keluarga lain, lingkungan sekolah, lingkungan kantor dan sebagainya. Semua proses interaksi tersebut, baik antara anggota keluarga maupun luar keluarga berpotensi menimbulkan konflik yang pada akhirnya dapat menggagu keseimbangan keluarga sebagai sebuah system (Megawangi 2005). Pendekatan Teori Pertukaran Sosial Teori pertukaran sosial (Social Exchange Theory) merupakan salah satu pendekatan konseptual yang dapat digunakan untuk menjelaskan perkembangan individu dalam konteks keluarga. Teori pertukaran sosial didasari oleh faham utilitarianisme yang menganggap bahwa dalam menentukan pilihan, individu secara rasional menimbang antara imbalan yang akan diperoleh dan biaya yang harus dikeluarkan. Para sosiolog yang menganut teori ini menyatakan bahwa seseorang akan berinteraksi dengan pihak lain jika hal itu dianggapnya menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini keuntungan merupakan seslisih antara imbalan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh George Thomas dan Peter Blau dilandaskan pada prinsip ekonomi yang elementer. Individu menyediakan barang dan jasa sebagai imbalannya berharap memperoleh barang dan jasa yang dinginkan. Teori ini bertumpu pada asumsi bahwa individu terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Ganjaran atau hukuman tersebut dapat berbentuk ekstrinsik (barang dan jasa) maupun instrisik (perhatian, kasih sayang dan lain-lain). Thomas berpendapat bahwa individu bertindak dengan orientasi tujuan dengan memperkecil biaya dan memperbesar keuntungan (Poloma 1987). Asumsi lain yang juga merupakan bagian penting dalam teori pertukaran adalah individu-individu yang terlibat dalam suatu hubungan berusaha memelihara hubungan tersebut dalam suatu kondisi yang simetris, yaitu menguntungkan pihak-pihak yang terlibat atau minimal tidak bersifat merugikan. Teori pertukaran sosial Thomas kemudian disempurnakan oleh Peter Blau yang mengemukakan The emergence principle,prinsip ini menyatakan bahwa dalam suatu hubungan terdapat nilai-nilai kohesi dan solidaritas sosial. Nilai-nilai ini

36 12 berfungsi membantu menciptakan rasa kesatuan bersama menggantikan nilai keuntungan yang mungkin berkurang pada kondisi hubungan yang tidak simetris (Poloma 1987). Pendekatan Teori Gender Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Ada perbedaan secara biologis antara namun kebudayaan menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan dan dalam berperilaku, dan pada giliranya hakhak dan sumberdaya, dan kuasa (Bank Dunia 2000). Selanjutnya gender bukan hanya membicarakan tentang perempuan saja, namun juga membicarakan tentang laki-laki dalam kaitannya dengan kerjasama/partnership dan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan untuk,mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, gender membahas permasalahan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat (Puspitawati & Krisnatuti 2007). Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggungjawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat (Puspitawati 2009). Sedangkan menurut Kantor Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (2001), gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peranan, fungsi, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil kontruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Relasi adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan pembagian peran yang dijalankan masing-masing pada tipe dan struktur keluarga (keluarga miskin/kaya, keluarga desa/kota, keluarga lengkap/tunggal, keluarga punya anak, keluarga pada berbagai tahapan life cycle). Bahkan relasi gender ini juga diperluas secara bertahap berdasarkan luasan ekologi, mulai dari mikro, meso, ekso dan makro (keluarga inti, keluarga besar, masyarakat regional, masyarakat nasional, bangsa, dan negara serta masyarakat internasional) (Puspitawati & Krisnatuti 2007).

37 13 Mugniesyah (2007) menyatakan bahwa relasi gender adalah hubungan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki yang terlihat pada lingkup gagasan (ide), praktek dan representasi yang meliputi pembagian kerja, peranan dan alokasi sumberdaya antara laki-laki dan perempuan. Peranan dan relasi itu dinamis. Perubahan peranan gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan situasi ekonomi, sumberdaya alam, dan politik, termasuk perubahan usaha-usaha pembangunan atau penyesuaian program struktural oleh kekuatankekuatan di tingkat nasional global. Namun demikian, tidak semua perubahan peranan bermakna perubahan dalam relasi gendernya. Itu sebabnya, banyak ahli gender dan pembangunan mengemukan bahwa pembangunan yang mampu mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Keadilan gender (gender equity) diartikan sebagai keadilan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan berdasar pada kebutuhan-kebutuhannya, mencakup perlakuan setara atau perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor mempertimbangkan kesamaan dalam hak, kewajiban, kesempatan, dan manfaat. Adapun kesetaraan gender (gender equity) adalah suatu konsep yang menyatakan laki-laki dan perempuan keduanya memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal dan membuat pilihan tanpa pembatasan oleh seperangkat stereotip, prasangka dan peranan gender yang kaku. Dinyatakan lebih lanjut bahwa perbedaan perilaku, aspirasi dan kebutuhan perempuan dan laki-laki dipertimbangkan, dinilai, dan didukung secara setara bukan berarti bahwa lakilaki dan perempuan menjadi sama, akan tetapi hak-hak, tanggungjawab, dan kesempatannya tidak ditentukan karena ia terlahir sebagai laki-laki dan perempuan (ILO 2000). Analisis Gender Kerangka Moser. Terdapat lima kerangka berpikir gender yang umum digunakan dalam menganalisis gender yakni: 1. The Harvard Analytical Framework, juga dikenal dengan the Gender Roles Framework. 2. The Moser Gender Planning Framework 3. The Women s Empowerment Framework (WEP), dan 4. The Social Relations Approach 5. The Analysis Matrix (GAM)

38 14 Dalam penelitian ini analisis gender mengadopsi kerangka Moser, sehingga pembahasan akan lebih menyoroti kerangka berfikir ini. Kerangka Moser ( The Gender Planning Framework) dikenal juga sebagai the University College- London Department of Planning Unit (DPU) Framework. Secara singkat, kerangka ini mewarkan pembedaan antara kebutuhan praktis dan strategis dalam perencanaan pemberdayaan komunitas dan berfokus pada beban kerja perempuan. Uniknya, kerangka Moser tidak berfokus pada kelembagaan tertentu tetapi lebih berfokus pada rumahtangga. Tiga konsep utama dari kerangka ini adalah: 1. Peran lipat tiga (triple roles) perempuan pada tiga bidang: kerja reproduksi, kerja produktif, dan kerja komunitas. Ini berguna untuk pemetaan pembagian gender dan alokasi kerja. Moser (1993) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender (triple roles), yaitu: a. Peranan produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran/upah secara tunai dan sejenisnya. Termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumahtangga/subsistem dengan suatu nilai guna, tetapi juga sesuatu nilai tukar potensial. Contohnya, kegiatan bekerja baik di sektor formal maupun informal. b. Peranan reproduktif, yakni peranan yang berhubungan dengan tanggungjawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan hidup keluarga. Misalnya, melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, meamasak, mencuci, membersihkan rumah, memperbaiki baju dan lainya. c. Peran pengelolaan masyarakat dan politik yang dikelompokan menjadi dua kategori, yakni; a) Peranan pengelolaan masyarakat ( kegiatan sosial) yang mencakup semua aktifitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat volunteer, dan tampa upah, b) Pengelolaan masyarakat politik (kegiatan politik), yaitu peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar (langsung ataupun tidak langsung), dan meningkatkan kekuasaan status.

39 15 2. Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan transformasi status dan posisi perempuan (seperti subordinasi). 3. Pendekatan analisis kebijakan dari fokus pada pada kesejahteraan (welfare), kesamaan (equaity), anti kemiskinan, efisiensi dan pemberdayaan atau dari (Women in Development) ke GAD (Gender and Development). Salah satu program yang berupaya mengedepankan kesetaraan gender adalah program PIDRA (Participatory Integrated Development in Rainfed Area) yang merupakan program pemberdayaan bagi masyarakat miskin di pedesaan yang berdomisili pada daerah-daerah yang berlahan kritis, tadah hujan dan kurang mendapat kesempatan dalam proses pembangunan wilayah dengan pendekatan partisipatif. Diantara capaian program ini, nilai tabungan Kelompok Mandiri Wanita (KMW) lebih tinggi dibandimg Kelompok Madiri Pria (KMP) karena KMW lebih teliti dan bertanggungjawab dalam pengelolaan keuangan, serta transparan dalam pengelolaan keuangan. Dengan demikian, secara kuantitatif perempuan dalam kegiatan pembangunan ternyata cukup memberikan kontribusi yang sangat berarti (Satuan Kerja Pengembangan Partisipasi Lahan Kering Terpadu (PIDRA) Kabupaten Timur Tengah Utara (2008). Beberapa hasil penelitian mengenai peran dan relasi gender disajikan sebagai berikut: 1. Penelitian di Provinsi Jawa Tengah pada nelayan yang mempunyai keluarga lengkap menunjukkan bahwa hampir sebagian besar aktivitas domestik dilakukan oleh perempuan (ibu dan anak perempuan). Pembagian wilayah partisipasi berdasarkan peran publik dan domestik, terlihat secara jelas antara suami dan istri, sehingga istri mempunyai peran yang penting dalam keluarga nelayan contoh Prasetyo (2004). 2. Penelitian di Kalimantan Timur menunjukkan lebih dari tiga perlima istri (61,7%) berperan ganda untuk memperoleh tambahan penghasilan bagi keluarga. Persepsi tentang gender yang paling banyak dianut baik oleh suami maupun istri adalah istri dan suami menyadari bahwa perbedaan jenis kelamin tidak harus dipertentangkan dalam menghidupi keluarga, tetapi justru bersifat saling mendukung dan melengkapi. Sedangkan pilihan tugas berdasarkan

40 16 gender yang paling banyak dianut baik oleh suami maupun istri adalah tugas utama istri adalah mengurus rumahtangga, tetapi boleh membantu tugas suami dalam mencari nafkah keluarga, sedangkan tanggungjawab mencari nafkah utama tetap tugas suami Saleha (2003). 3. Sebagian besar istri melakukan kerjasama pembagian peran dalam kegiatan keluarga baik kegiatan domestik, usaha tani (produktif) maupun sosial kemasyarakatan. Jadi, kerjasama atau relasi gender antara suami istri sudah diterapkan pada keluarga contoh dengan kategori sedang. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam keluarga adalah pendapatan/kapita/perbulan, frekuensi perencanaan, dan permasalah umum keluarga yang dihadapi Fahmi (2008). Manajemen Keuangan Keluarga Uang merupakan sumberdaya dan sekaligus merupakan alat pengukur dari sumberdaya. Besarnya uang yang dimiliki oleh seseorang atau keluarga menunjukan berapa banyak sumberdaya yang dimilikinya. Sumberdaya yang dimiliki keluarga umumnya terbatas, baik dari segi kuantitas maupun kualitas Guharja, Puspitawati, Hartoyo, & Hastuti (1992). Menurut Deacon & Firebaugh (1988) uang memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai dasar perbandingan nilai, sebagai mekanisme untuk pertukaran dalam perekonomian umumnya, sebagai hak untuk kebutuhan sumberdaya masa depan, serta sebagai media pertukaran dan perpindahan dengan pemerintah, lembaga-lembaga, kelompok pribadi, dan individu. Pemilikan sumberdaya uang dalam suatu keluarga akan relatif terbatas, tergantung kepada jumlah dan kualitas orang yang berpaatisipasi dalam pencarian pendapatan, sedangkan keinginan dan kebutuhan setiap keluarga dan anggota relatif tidak terbatas. Bahkan keinginan dan kebutuhan akan barang atau jasa dari setiap keluarga dan anggotanya dari waktu ke waktu selalu berubah dan cenderung bertambah banyak. Pemenuhan dari keinginan dan kebutuhan dari setiap keluarga. Dengan demikian, agar femanfaatan sumberdaya uang yang terbatas tersebut mencapai optimum diperlukan usaha manajemen keuangan yang baik dan efektif. Walaupun manajemen tidak bisa membuat sumberdaya yang

41 17 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk item yang disetujui oleh semua anggota keluarga (Guhardja et al. 1992). Manajemen sumberdaya keluarga merupakan salah satu kegiatan yang dihadapi individu dan keluarga dalam mencari jalan terbaik untuk memenuhi harapan dan keinginan dengan sumberdaya yang relatif terbatas. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, anggota keluarga membawa pulang bagian terbesar dari hasil kerjanya. Hasil kerja ini dapat saja berupa barang yang secara langsung akan memberikan kepuasan, atau berupa uang yang nantinya digunakan atau dibutuhkan (Guhardja et al. 1992). Tujuan manajemen keuangan keluarga adalah menggunakan sumberdaya pribadi dan keuangan untuk menghasilkan tingkat kepuasan hidup sehari-hari dan membangun cadangan keuangan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan dan saat mendadak. Oleh karena itu, manajemen mempunyai tujuan saat ini dan tujuan masa depan. Tentunya tujuan tersebut harus seimbang satu sama lain. Sebuah rencana pengeluaran akan sangat membantu untuk mengontrol bagaimana, dimana, kapan, dan untuk tujuan apa uang yang ada seharusnya digunakan. Dalam membuat rencana keuangan yang tepat ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu menetapkan tujuan yang akan dicapai, mengetahui jumlah pendapatan yang dimiliki, menggunakan catatan pengeluaran, dan memperhitungkan tabungan untuk masa depan (Raines 1964). Menurut Senduk (2000), perencanaan keuangan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan merencanakan keuangan yang dimiliki. Untuk mencapai tujuantujuan tersebut bisa dilakukan dengan menabung, melakukan investasi, melakukan budgeting, atau mengatur sumberdaya keuangan yang dimiliki saat ini. Sebuah keluarga perlu melakukan perencanaan keuangan karena adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai, meningkatnya gaya hidup, keadaan peekonomian yang tidak selalu baik, kondisi fisik manusia yang tidak akan selalu sehat, dan banyaknya alternatif produk-produk keuangan. Selanjutnya Rice dan Tucker (1986) mengungkapkan adanya 12 prinsip dalam manajemen keuangan yang dapat membantu memaksimalkan hasil atau

42 18 kepuasan dengan sumberdaya yang dimiliki. Kedua belas prinsip itu adalah memprioritaskan tujuan dan menetapkan standar; menganalisis sumberdaya keuangan; menetapkan manajemen keuangan sistimatis; membuat anggaran untuk mengontrol pengeluaran dan tabungan; menyimpan catatan-catatan; menetapkan batasan kredit dan menggunakannya dengan bertanggungjawab; menggunakan waktu untuk melipatgandakan tabungan; membangun kesehatan lebih awal dan sistematis; melindungi asset secara cukup dan beralasan; menggunakan keuntungan dari pajak dan membangun untuk masa pension; memeriksa dan menyesuaikan secara teratur; dan merencanakan untuk mentrasfer pada kesehatan. Sebuah rencana keuangan (budget) merupakan rencana bagi pengeluaran yang akan datang, yang mencerminkan langkah pertama dalam proses manajemen keuangan. Agar suatu rencana keuangan dapat berhasil maka harus realistis dan fleksibel. Budget yang dibuat seteliti mungkin pun masih memiliki kekurangan, walaupun demikian, budget dapat membantu untuk menghindari penggunaan sumberdaya untuk keperluan yang kurang atau tidak penting. Rencana keuangan seperti manajemen lainnya bersifat dinamis, walaupun nilai dan kebutuhan terhadapnya bersifat tetap dalam seluruh siklus hidup yang dihadapi keluarga (Gross & Crandall, 1980). Pola Pengambilan Keputusan Keluarga Blood dan Wolfe dalam Sajogyo (1983) menyatakan bahwa aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga dilihat dari distribusi dan alokasi kekuasaan. Aspek berikutnya yang juga penting adalah pembagian peran dalam keluarga Menurut Scanzoni dan Scazoni dalam Azzachrawani (2004) pola pengambilan keputusan (decision) dalam suatu keluarga, menggambarkan bagaimana struktur/pola kekuasaan dalam keluarga tersebut. Selain itu, beberapa konsep seperti: pengaruh, control, wewenang, dan dominasi, digunakan pula untuk menggambarkan dan menjelaskan kekuasaan dalam keluarga, termasuk disini konsep pengambilan keputusan. Menurut Deacon dan Firebough (1988) pengambilan keputusan merupakan proses yang mendasari semua fungsi manajemen sumberdaya keluarga. Dalam

43 19 kehidupan keluarga sehari-hari pengambilan keputusan yang sering dilakukan, seperti mengambil keputusan dalam menetukan menu makanan, menentukan pergi liburan, menentukan membeli baju, dan lain-lain. Biasanya proses pengambilan keputusan ini bisa secara singkat ataupun mengambil waktu yang lama tergantung pada keputusan apa yang akan diambil. Menurut Guhardja et al. (1992) dilihat dari keterlibatan anggota keluarga dalam pengambilan keputusan terdapat tiga tipe pengambilan keputusan dalam keluarga, yaitu : 1. Pengambilan keputusan konsensus, yaitu pengambilan keputusan secara bersama-sama antar anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya. 2. Pengambilan keputusan akomodatif, yaitu pengambilan keputusan yang dicirikan oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil adalah dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut. 3. Pengambilan keputusan de facto, yaitu pengambilan keputusan yang diambil secara terpaksa. Sedangkan yang dimaksud dengan pola pengambilan keputusan dalam keluarga menyangkut kewenangan suami istri dalam mengambil keputusan, yaitu: 1. Pola Tradisional Pengambilan keputusan keluarga yang memberikan wewenang kepada suami untuk mengambil keputusan. Sedangkan istri hanya sebagai pendukung dari keputusan. 2. Pola Modern Pengambilan keputusan dalam keluarga secara bersama-sama, ada semacam persamaan hak istri dalam mengambil keputusan, tanpa menghilangkan peran masing-masing. Sumarwan (2003) merangkum beberapa studi yang mengidentifikasi model pengambilan keputusan produk oleh sebuah keluarga sebagai berikut : 1. Istri dominan dalam pengambilan keputusan. Istri memiliki kewenangan untuk memutuskan produk dan merek apa yang dibeli untuk dirinya dan untuk keluarganya.

44 20 2. Suami dominan dalam pengambilan keputusan. Suami memiliki kewenangan untuk memutuskan produk dan merek apa yang dibeli untuk dirinya atau anggota keluarganya. 3. Keputusan autonomi, yakni keputusan yang bisa dilakukan oleh istri atau suami tanpa tergantung dari salah satunya. Artinya istri bisa memutuskan pembelian produk tanpa bertanya kepada suami, begitu pula sebaliknya. 4. Keputusan bersama, artinya keputusan untuk membeli produk atau jasa dilakukan bersama antara suami dan istri. Menurut teori decision makers, pengambilan keputusan dalam keluarga tidak diberikan kepada satu orang anggota keluarga. Pembagiannya sesuai dengan tugas dari beberapa tingkatan diantara anggota keluarga. Keputusan dapat juga dilakukan secara kerjasama antara anggota keluarga. Perencanaan dapat berarti hal yang berbeda buat orang yang berbeda. Defenisi perencanaan bisa berbeda dan bervariasai antara penulis yang satu dengan yang lain. Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut Tarigan (2005). Jadi, perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang dinginkan dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai. Sedangkan pelaksanaan merupakan melaksanakan suatu rencana sehingga menjadi kenyataan dan mengawasinya sesuai dengan prosedur yang telah di buat Guhardja et al. (1992). Hasil Penelitian Saleha (2003) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan yang menyangkut aktivitas domestik dan publik dalam keluarga nelayan tidak mengikuti pola tertentu secara khusus terpusat pada istri atau suami, tetapi memiliki pola yang menyebar antara suami dan istri. Ditemukan fenomena bahwa kontribusi pendapatan istri yang lebih besar dari suami dapat mengubah dominasi pola pengambilan keputusan pada beberapa aspek di sektor domestik maupun publik pada keluarga nelayan. Tugas ibu menjadi lebih berat lagi karena pada keluarga Jawa pengambilan keputusan dalam urusan-urusan domestik umumnya banyak ditentukan oleh istri Molo (1994) dalam Mulyono, Martiana & Ardyanto (2001).

45 21 Menurut Beatric (1977) dalam Guhardja (1992) orang yang berhak melakukan pengambilan keputusan dalam keluarga di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: usia, kekuasaan, jenis kelamin, kompetensi, dan keakraban. Peran Gender dalam Ekonomi Keluarga Kontribusi Ekonomi Perempuan Salah satu tujuan seseorang bekerja di bidang nafkah adalah untuk memperoleh penghasilan berupa uang. Hal tersebut yang mendorong peran perempuan sebagai penunjang perekonomian rumahtangga menjadi sangat penting dan ikut serta berperan dalam sector ekonomi untuk menambah penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan Hubeis (2010). Pada umumnya peran perempuan secara ekonomi adalah menambah penghasilan keluarga. Karena itu, penghasilan tambahan dari aktivitas ekonomi perempuan dapat membantu mengentaskan keluarga dari kemiskinan Rahardjo (1995). Alokasi ekonomi dalam keluarga erat hubungannya dengan struktur lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat luas. Jika terjadi perubahan dalam faktor ekonomi suatu masyarakat, maka alokasi ekonomi dalam keluarga itu akan berubah. Hoffman dan Nye (1975) dalam Fahmi & Pusptawati (2008) berpendapat bahwa ada tiga alasan perempuan mencari penghasilan tambahan, yaitu: uang, peranan sosial dan pengembangan diri. Hampir bisa dipastikan bahwa uang merupakan alas an terbesar bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Perempuan pedesaan bekerja agar dapat bertahan hidup, sedangkan perempuan kota bekerja untuk membayar tingkat kemahalan hidup di kota. Juga menyatakan bahwa ada tiga faktor pendorong perempuan mencari penghasilan tambahan, yaitu: 1. Alasan ekonomi, yaitu untuk menambah pendapatan keluarga (family income), terutama jika pendapatan suami relatif kecil. Selain itu, juga karena istri memiliki kelebihan tertentu, sehingga merasa lebih efisien jika waktunya digunakan untuk mencari nafkah. 2. Untuk mengangkat status dirinya, agar memperoleh kekuasaan lebih besar di dalam kehidupan keluarganya.

46 22 3. Adanya motif intrinsik (dari dalam dirinya) untuk menunjukkan eksistensinya sebagai manusia, yang mampu berprestasi di dalam keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam usaha produksi, umumnya muncul penilaian yang berbeda mengenai pekerjaan laki-laki, wanita dan anak-anak. Sumber penghasilan dari usaha produksi. Menurut Levi dalam Sajogyo (1983) perlu membedakan : 1. Apakah penghasilan usaha bersama dari kesatuan keluarga, usaha perseorangan anggota keluarga ataukah beberapa orang anggota keluarga yang menggabungkan diri ke dalam kesatuan-kesatuan produktif/pencarian nafkah di luar keluarga. 2. Apakah penghasilan dikuasai oleh keluarga atau pihak luar keluarga Di bidang komsumsi, keluarga mengenal pola-pola konsumsi yang merupakan bagian dari pola-pola kebudayaan masyarakat itu. Dapat terjadi bahwa seluruh penghasilan dari semua pencari nafkah dalam suatu keluarga dikumpulkan menjadi dana bersama, yaitu dimanfaatkan untuk keperluan bersama, yaitu dimanfaatkan untuk keperluan bersama menurut kebutuhan masing-masing, disesuaikan dengan norma-norma tingkat hidup keluarga tersebut. Jadi dalam alokasi ekonomi, perlu diperhatikan antara siapa-siapa dana bersama dibentuk, siapa yang menguasainya dan bagaimana cara menjalankan wewenang itu Levi dalam Sajogyo (1983). Kerja produktif yang dilakukan pria dan wanita akan berpengaruh terhadap sumbangan mereka pada pendapatan keluarga. Menurut Armanto (1997), semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin terwujud dan terbentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia, sebaliknya semakin sulit tingkat perekonomian akan sulit mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia. Beberapa hasil penelitian mengenai kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga disajikan sebagai berikut: 1. Kesempatan perempuan dalam menunjang kesejahteraan keluarga di Kabupaten Tulang Bawang sudah tergolong tinggi. Para perempuan yang memiliki kemauan dan keterampilan kerja yang dianggap dapat meningkatkan kesejahteran keluarganya, hampir tidak mengalami hambatan, baik secara srtuktural maupun kultural, baik dari suami, keluarga maupun

47 23 dari masyarakat sekitarnya. Terdapat kontribusi nyata aktivitas kaum perempuan dalam kegiatan kerja untuk kesejahteraaan keluarga. Kontribusi tersebut dapat dilihat dari tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan keluarga. Kontribusinya tidak hanya berupa peningkatan pendapatan keluarga, tetapi juga peningkatan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat dalam upaya mempertahankan stabilitas dan keharmonisan keluarga Syani (2009). 2. Besarnya kontribusi yang diberikan oleh buru wanita terhadap pendapatan keluarga dilihat dari proporsi rata-rata upah buruh wanita terhadap rata-rata pendapatan keluarga ternyata cukup besar yakni sebesar 52,32 persen Fadah dan Yuswanto (2004). 3. Perempuan pedesaan, merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpatisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial Sajogyo (1983). Keterlibatan perempuan di pedesaan dalam kegiatan ekonomi produkti antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yaitu tidak tercukupinya kebutuhan rumahtangga mereka. Sebagai ibu rumahtangga, biasanya perempuan yang bertanggung jawab dalam mengatur rumahtangga, baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak, dan pengaturan biaya hidup keluarga. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak tercukupi, maka perempuan yang pertama merasakan dampaknya. Sehingga dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif setidaknya sebagian kebutuhan keluarga mereka terpenuhi. Fungsi Ekonomi Keluarga Setiap keluarga diharapkan mampu berfungsi meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomi produktif, sehingga tercapainya upaya peningkatan pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan hidup. Dapat juga dikatakan bahwa arti ekonomi dari suatu keluarga adalah, bagaimana keluarga itu mengelola

48 24 kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, kemudian menghitung berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa apa yang dihasilkan Raharjo (1989). Keluarga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi, yang senantiasa berinteraksi (mempengaruhi dan dipengaruhi) oleh sistem ekonomi yang lebih besar Bryant (1990). Artinya, bahwa keadaan ekonomi keluarga akan tergantung pada keberadaan ekonomi negara saat itu. Keluarga sebagai unit ekonomi merupakan alat untuk melakukan aktivitas guna memperoleh hasil yang diinginkan, seperti kepuasan, tujuan, gaya hidup, standar hidup, kesejahteraan, keamanan, kemampuan dan keterampilan untuk proses produksi dan konsumsi Bryant (1990). Aspek ekonomi merupakan salah satu fungsi keluarga yang sangat vital bagi kehidupan keluarga, yang sekaligus akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan seseorang. Pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga diantaranya pengalokasian sumberdaya untuk pelayanan kesejahteraan dengan memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi produk diantara anggota keluarga. Dengan demikian keluarga di dalam melakukan kegiatan ekonominya mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian, solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam keluarga serta meningkatkan rasa kebersamaan dan satu ikatan antara sesama anggota keluarga Soelaeman (1994). Undang-undang Nomor 16 Tahun 1974 mendefinisikan kesejahteraan sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warganegara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila dan UUD Tati (2000). Menyimak pengertian kesejahteraan di atas, maka kesejahteraan itu sifatnya subjektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga akan berbeda-beda. Pada prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar. Jika kebutuhan dasar bagi setiap individu/keluarga sudah dipenuhi, berarti dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu tersebut sudah dapat

49 25 tercapai (BPS 1994). Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesejahteraan suatu keluarga perlu ditopang antara lain dengan sedikitnya dua tiang utama yaitu: keluarga kecil agar bebannya tidak terlalu berat dan keluarga dengan ekonomi yang kuat (BKKBN 1997). Kesejahteraan Keluarga Pengertian Kesejahteraan Keluarga Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga diartikan sebagai keluarga yang dibentuk bardasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan Suyono (2006). Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warganegara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Rambe et al. (2008). Setiap orang memiliki penilaian terhadap tingkat kesejahteraan dimana antara satu sama lain tidak sama. Sejahtera bagi seseorang belum tentu sama dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pengalaman dan tingkat kepuasan yang berbeda yang sangat bergantung pada kepribadian masingmasing individu terhadap kepuasan dan persepsi yang dimilikinya akibat dari pengalaman sebelumnya Angur & Widgery (2004). Menurut Syarief dan Hartoyo (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga antara lain: 1. Faktor ekonomi. Adanya kemiskinan yang dialami oleh keluarga akan menghambat upaya peningkatan pembangunan sumberdaya yang dimiliki keluarga, yang pada gilirannya akan menghambat upaya peningkatan kesejahteraan keluarga.

50 26 2. Faktor budaya. Kualitas kesejahteraan keluarga ditandai oleh adanya kemantapan budaya yang dicerminkan dengan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kemantapan budaya ini dimaksudkan untuk menetralkan akibat dari adanya pengaruh budaya luar. Adanya kemantapan budaya diharapkan akan mampu memperkokoh keluarga dalam melaksanakan fungsinya. 3. Faktor teknologi. Peningkatan kesejahteraan juga harus didukung oleh pengembangan teknologi. Keberadaan teknologi dalam proses produksi diakui telah mampu meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi. Penguasaan dan teknologi ini berkaitan dengan tingkat pendidikan dan kepemilikan modal. 4. Faktor keamanan. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh adanya stabilitas keamanan yang terjamin. 5. Faktor kehidupan beragama. Kesejahteraan keluarga akan menyangkut masalah kesejahteraan spiritual. Setiap keluarga diberi hak untuk dapat mempelajari dan menjalankan syariat agamanya masing-masing dengan tanpa memaksakan agama yang satu kepada agama yang lain. Sehingga pemahaman keagamaan dan pelaksanaan syariat akan mampu meningkatkan spritualnya. 6. Faktor kepastian hukum. Peningkatan kesejahteraan keluarga juga menuntut adanya jaminan atau kepastian hukum. Hasil penelitian Rembe et al. (2008) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria BPS adalah pendidikan kepala rumah tangga. Sementara itu, peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan menurut persepsi subjektif adalah pendidikan kepala keluarga, umur kepala keluarga, persepsi harga dan pendapatan. Peubah yang memiliki peluang paling tinggi diantara keempat peubah tersebut adalah pendidikan kepala keluarga yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga berpeluang lebih besar untuk sejahtera. Secara nasional terdapat dua versi pengukuran keluarga, yaitu pengukuran kesejahteran yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). BPS mengukur kesejahteraan

51 27 dilihat dari konsep kebutuhan minimum (kalori) proxy pengeluaran yaitu rata-rata Rp ,00 per kapita per bulan (Susenas 2004), sedangkan BKKBN membagi kesejateraan keluarga ke dalam tiga kebutuhan, yakni: (1) Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari pangan, sandang, papan, dan kesehatan, (2) Kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri dari pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal, dan (3) Kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri dari tabungan, pendidikan khusus/kejuruan, dan kases terhadap informasi (Suandi 2005). Kesejahteraan Keluarga Subjektif Kesejahteraan secara umum diklasifikasikan menjadi dua kategori, yakni objektif dan subjektif. Kategori pertama mengukur kesejahteraan melalui faktafakta tertentu yang dapat diamati seperti ekonomi, sosial dan statistik lingkungan. Kesejahteraan diukur secara tidak langsung menggunakan ukuran ordinal. Menurut Rojas (2004) kurang tepat untuk menilai kesejahteraan hanya berdasarkan pendapatan dan indikator sosial ekonomi lainnya. Kesejahteraan manusia tergantung pada banyak faktor diluar standar hidup yang biasa seperti pendapatan, kosumsi, kekayaan, posisi sosial-ekonomi dan akses terhadap pelayanan umum. Dengan demikian, pendapatan harus dipertimbangkan sebagai satu dari banyak alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan Berdasarkan Quality of Life. Quality of Life adalah salah satu pendekatan untuk mengukur kepuasaan atau kesenangan seseorang secara subjektif. Krueger (2009) pengukuran tingkat kepuasan dan kebahagian seseorang secara subjektif terhadap keadaanya dalam waktu tertentu. Kepuasan atau kesejahteraan ini dapat berbeda antara harapan dengan kenyataan dan dapat berbeda setiap orang (Mccall 1975; Frankl 1963 dalam Anonimous 2008). Menurut Guharja et al. (1992), kepuasan merupakan keluaran yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbedabeda untuk setiap individu. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang diinginkan, nilai tersebut dapat berubah akibat banyaknya pengalaman.

52 28 Karakteristik Sistem Matrilineal Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Kata ini seringkali disamakan dengan matriarkhat atau matriarkhi, meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa Latin) yang berarti "ibu", dan linea (bahasa Latin) yang berarti "garis". Jadi, "matrilineal" berarti mengikuti "garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu". Sementara itu matriarkhat berasal dari dua kata yang lain, yaitu mater yang berarti "ibu" dan archein (bahasa Yunani) yang berarti "memerintah". Jadi, "matriarkhi" berarti "kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan. Berbicara tentang perempuan secara umum menurut Holleman dalam Pudjiwati Sajogyo (1994) kedudukan perempuan menurut golongan dan fungsinya di tentukan oleh beberapa hal antara lain : 1. Sistem susunan keluarga yang berlaku di daerah tertentu ( mengikuti garis keturunan bapak, ibu atau orang tua). 2. Faktor-faktor sosial ekonomis, terutama yang menyangkut pilihan tempat tinggal suami istri serta bentuk pernikahan yang dianut. 3. Perbedaan tingkat sosial. 4. Pengaruh salah satu diantara tiga aliran agama di dunia dalam urutan kronologis : Hindu, Islam dan Kristen. Sistem susunan keluarga sepihak menurut garis keturunan ibu di Indonesia teristimewa terdapat di Minangkabau (Sumatera Barat) dan di daerah mana orangorang Minangkabau menetap sebagai penduduk. Sistem di Minangkabau tengah masih dalam bentuk asli dan dilaksanakan secara konsekuen dan di daerah pinggiran umumnya sudah terjalin dengan sistem garis orangtua (sistem parental). Sedangkan garis keturunan bapak (patrilineal) banyak terdapat di daerah Sumatera Selatan, Batak, Maluku, Timor dan Bali. Karena itu, berbicara tentang wanita Minangkabau kita akan menemukan beberapa hal yang menarik berhubungan dengan sistem matrilinier, sistem dimana keturunan dihitung berdasarkan garis ibu yang menjadikan kaum perempuan sebagai sentral di dalam struktur keluarga. Kato (1983) mengidentifikasi ciri-ciri sistem matrilineal Minangkabau sebagai berikut :

53 29 1. Keturunan dihitung berdasarkan garis ibu. 2. Kaum sebuah kelompok keturunan yang dipimpin oleh seorang yang yang disebut pengulu. 3. Pola menetap bersifat dua lokal. 4. Wewenang kaum terletak di tangan mamak. Sistem matrilineal dengan kehidupan komonal, seperti orang Minang sampai sekarang, menempatkan perkawinan menjadi persoalan dan urausan kerabat. Mulai dari mencari pasangan, membuat persetujuan, meminang, perkawinan dan bahkan kepada segala akibat perkawinan itu sendiri. Perkawinan bukanlah masalah sepasang insan yang hendak membentuk keluarga atau membentuk rumah tangga saja. Oleh karena itu falsafah Minangkabau telah menjadikan semua hidup bersama, sehingga masalah pribadi dalam hubungan suami istri tidak terlepas dari masalah bersama. Pola perkawinan bersifat eksogami, kedua belah pihak atau salah astu pihak dari yang menikah tersebut lebur ke dalam kerabat pasangannya. Karena masih relatif menganut sistem komunal jadi suami dan istri tidak hanya berurusan dengan keluarganya sendiri, tetapi sampai jauh juga bersamasama menjadi anggota masing-masing dalam kelompok geneologisnya, tentang hubungan keluarga yang bersifat geneologis ini selanjutnya digambarkan oleh Holleman dalam Sajogyo (1994) sebagai berikut: Walaupun mereka telah kawin, masih juga membawa ikatan-ikatan yang menghubungkan mereka dengan keluarga masing-masing, sehingga mereka kerapkali tetap lebih merupakan anak perempuan dan anak laki-laki dari keluarga mereka dari pada menjadi suami istri dan karenanya jika ada perselisihan antara mereka atau jika didorong dari luar, lebih cendrung untuk mengingkari kesatuannya dalam keluarga dan memihak kepada famili sendiri dari pada rukun sebagai suami istri. Menurut struktur masyarakat Minangkabau setiap orang adalah warga kaum dan suku masing-masing yang tidak bisa dialihkan. Jadi setiap orang telah menjadi warga kaumnya, meskipun telah diikat tali perkawinan atau telah mempunyai anak. Anak yang lahir dari perkawinan menjadi anggota kaum istri. Perkawinan eksogami meletakan istri pada satus yang sama dengan suaminya. Sistem matrilineal menyebabkan istri tidak tergantung kepada suaminya, walaupun suami tetap dihargai dalam rumahtangga, ia bukanlah

54 30 pemegang kuasa atas anak dan istrinya. Dari berbagai literatur tentang Minangkabau, dijelaskan pola kewarisan yang diperuntukkan bagi perempuan, mnyebabkan perempuan di Minangkabau, secara ekonomi relatif kuat. Perempuan Minang mempunyai dua sumber penghasilan, yang pertama dari suaminya dan kedua dari saudara laki-lakinya. Dalam kaitannya dengan fenomena wanita bekerja, tentu saja akan mempunyai pengaruh semakin kuatnya kedudukan perempuan, terutama dalam keluarga. Dominasi perempuan dalam ekonomi akan mempunyai implikasi terhadap kekuasaan laki-laki (suami) dalam rumahtangga. Elifina (2001) menyatakan bahwa perempuan minang mempunyai dua sumber penghasilan, yang pertama dari suaminya dan kedua dari saudara laki-lakinya. Terutama dalam mengatasi kesulitan hidup yang tidak dapat diatasi suaminya, maka mereka akan meminta bantuan saudara-saudara laki-lakinya. Dalam kaitannya dengan fenomena perempuan bekerja, tentu saja akan mempunyai pengaruh semakin kuatnya kedudukanperempuan, terutama dalam keluarga. Dominasi perempuan dalam ekonomi akan mempunyai implikasi terhadap kekuasaan laki-laki (suami) dalam rumahtangga. Mansoer (1990) dalam penelitiannya menemukan bahwa istri yang bekerja relatif banyak terlibat dalam pengambilan keputusan dan pengaturan anggaran belanja dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja. Kedudukan Perempuan Dalam posisi matrilineal perempuan diposisikan sebagai pengikat, pemelihara dan penyimpan, sebagaimana diungkapkan pepatah adatnya amban puruak atau penyimpanan. Itulah sebabnya dalam penentuan peraturan dan perundang-undangan adat, perempuan tidak dilibatkan. Perempuan menerima bersih tentang hak dan kewajiban di dalam adat yang telah diputuskan sebelumnya oleh pihak ninik mamak (Thaib 2008). Perempuan menerima hak dan kewajibanya tanpa harus melalui sebuah prosedur apalagi bantahan. Hal ini disebabkan hak dan kewajiban perempuan itu begitu dapat menjamin keselamatan hidup dalam kondisi bagaimanapun. Semua harta pusaka menjadi milik perempuan, sedangkan laki-laki diberi hak untuk

55 31 mengatur dan mempertahankannya. Perempuan Minangkabau yang memahami konstelasi seperti ini tidak memerlukan lagi atau menuntut lagi suatu prosedur lain atas hak-haknya, dan tidak memerlukan emansipasi lagi, serta tidak perlu dengan perjuangan gender, karena sistem matrilineal telah menyediakan apa sesungguhnya diperlukan perempuan. Para ninik mamak telah membuat suatu aturan permaianan antara laki-laki dan perempuan dengan hak dan kewajiban yang berimbang antar sesamanya (Thaib 2008). Kedudukan laki-laki dan perempuan berada dalam posisi berimbang. Lakilaki punya hak untuk mengatur segala yang ada di dalam perkauman, baik pengaturan pemakaian, pembagian harta pusaka, perempuan sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil itu untuk keperluannya anak beranak. Dalam hal ini peranan laki-laki di dalam dan luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus dijalankannya dengan seimbang dan sejalan. Pada hakekatnya peranan perempuan itu sudah melebihi apa yang diperlukan perempuan itu sendiri sebagaiman yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat modern. Hanya saja, waktu itu tidak memakai kata emansipasi, persamaan hak, kesetaraan gender dan lain sebagainya sebagaimana yang sering digembar-gemborkan oleh kaum perempuan barat (Thaib 2008). Dengan demikian, bagaimana perempuan menempatkan dirinya di tengahtengah keluarga dalam masyarakat Minangkabau dapat diukur berdasarkan, sejauh mana mereka dapat menjalankan aturan adatnya dengan baik. Bila perempuan menjalankan adatnya dengan baik, maka sekaligus dia telah menjalankan ajaran islam dengan baik pula.

56 32

57 33 KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini ingin melihat seberapa jauh pelaksanaan fungsi keluarga yang dikaitkan dengan fungsi ekonomi dan kerjasama peran gender antara suami istri untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga. Dalam penelitian ini, konsep yang digunakan adalah konsep keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak serta keluarga yang berporos pada struktural fungsional Pendekatan teori struktural fungsional digunakan sebagai landasan yang berpegang bahwa sebuah struktur keluarga membentuk kemampuanya untuk berfungsi secara efektif, dan bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu rumahtangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru (Parson & Bales 1955 dalam Hill 2006). Penerapan teori struktural fungsional dicontohkan dengan adanya pembagian tugas dalam keluarga. Levi dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa tampa adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu. Hal ini bisa terjadi kalau ada satu posisi yang perannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan tejadi karena tidak adanya kesepakatan siapa yang akan memerankan tugas apa. Dengan demikian penting pembagian peran dalam keluarga antara suami dan istri segala apapun yang menyangkut urusan keluarga. Keluarga mempunyai peran yang penting bagi pembentukan sumberdaya manusia. Menurut Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya. Hal ini berarti adanya ikatan perkawinan dan ikatan darah di dalam suatu keluarga. Tujuan terbentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan keadaan kesejahteraan keluarga baik fisik, sosial, ekonomi, psikologis atau mental dan spiritual. Kesejahteran keluarga akan tercapai dengan maksimal apabila kerjasama kemitraan antara suami dan istri dalam keluarga tercipta dengan optimal. Peran gender bagi seorang istri secara tradisional adalah di sektor domestik yaitu sebagai ibu rumahtangga dengan tugas mengurus rumah dan mengasuh anak, sedangkan suami berperan sebagai kepala rumahtangga dengan tugas mencari nafkah.

58 34 Namun pada kenyataannya sudah banyak istri yang bekerja di sektor publik yang menghasilkan uang atau materi guna untuk menambah penghasilan keluarga. Oleh karena itu diperlukan saling kerjasama dan saling tolong menolong agar pembagian peran gender dapat seimbang dan adil. Menurut Lasswell & Lasswell (1987), kontribusi ekonomi perempuan dalam keluarga akan mengahasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapain rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Wiryono (1994) menyatakan bahwa keikutsertaan perempuan dalam bidang kerja (mencari nafkah) membawa dampak positif yaitu yaitu adanya peningkatan terhadap struktur sosialnya dalam rumahtangga. Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan pada adanya diferensiasi gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Dengan adanya kompromi maka individu tersebut akan mengatasi masalah dengan kreatif dan inovatif yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Adapun sikap saling membantu disini berkaitan dengan keterlibatan suami dan istri dalam peraturan rumahtangga seperti soal pekerjaan dapur, memelihara pakaian, memelihara alat rumah tangga dan kebersihan rumah, serta mengusur keluarga terutama dalam pengasuhan anak Paloma dalam Supriyantini (2002). Semakin baiknya kerjasama antara suami dan istri akan semakin meningkatkan kesejahteraan keluarga yang diharapkan. Kontribusi ekonomi perempuan dipengaruhi oleh karakteristik ibu, karakteristik keluarga, dan pembagian peran gender dalam keluarga. Peran gender dipengaruhi oleh karakteristik ibu, karakteristik keluarga, dan kontribusi ekonomi perempuan. Karakteristik ibu terdiri dari umur, lama pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik keluarga diantaranya meliputi umur suami, pekerjaan suami, jumlah anak, pendapatan, besar keluarga, dan kepemilikan aset. Karakteristik lingkungan terdiri dari nilai-nilai masyarakat dan norma matriarkhi. Dalam hal ini karakteristik lingkungan tidak diteliti secara mendalam. Semakin tinggi kerja sama antara suami dan istri akan semakin tinggi kontribusi ekonomi perempuan. Dengan demikian, melalui penelitian ini kontribusi ekonomi

59 35 perempuan dan peran gender dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Bagan kerangka pemikiran secara menyeluruh yang dapat dilihat pada Gambar 1.

60 36 Karakteristik Ibu - Umur Lama pendidikan Pekerjaan Karakteristik Keluarga: - Umur Suami - Pekerjaan suami - Jumlah anak - Pendapatan - Besar Keluarga Pemilikan aset Karakteristik Lingkungan -Nilai-nilai masyarakat dan norma matriarkhi Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Konseptual KERANGKA PEMIKIRAN Kontribusi Ekonomi Perempuan Peran Gender Pelaksanaan tugas rumah tangga dan sosial Peran Gender Pengambilan Keputusan Kesejateraan Keluarga Subjektif

61 37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain studi cross sectional yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang pada satu lokasi dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan ini dipilih dengan pertimbangan sebagian besar ibu rumah tangganya bekerja. Waktu penelitian berlangsung dari Maret sampai Mei Cara Pengambilan Contoh Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga di Kecamatan Ampek Angkek yang istrinya memiliki usaha produktif (formal & informal). Responden penelitian ini adalah ibu (istri) dengan kriteria sebagai berikut: 1) Mempunyai usaha produktif di sektor publik (on-farm dan off-farm); 2) Berasal dari keluarga lengkap yang mempunyai anak; dan 3) Bersedia untuk dijadikan contoh. Pemilihan Kecamatan Ampek Angkek dilakukan secara purposive (sengaja), kemudian dipilih dua Nagari yaitu Nagari Pasia dan Nagari Lambah, selanjutnya dari dua Nagari tersebut diambil empat Jorong dengan rincian; dua Jorong dari Nagari Pasia yaitu Jorong Cibuak Ameh dan Jorong Pincuran Tujuah, dan dari Nagari Batu Taba yaitu Jorong Tanah Nyariang dan Jorong Cangkiang. Selanjutnya, dari masing-masing Jorong diambil sebanyak 25 contoh yang diambil secara purposive. Jorong Cibuak Ameh, Pincuran Tujuah, Tanah Nyariang, dan Cangkiang dipilih berdasarkan rekomendasi dari kecamatan, Nagari dan Jorong. Proses pengambilan contoh adalah sebagai berikut: 1. Purposive berdasarkan kecamatan daerah yang banyak memiliki usaha produktif. 2. Nagari dipilih berdasarkan perbatasan kota dan desa yang memiliki banyak usaha produktif perempuan. Berdasarkan rekomendasi dari kecamatan diambil dua nagari yaitu Nagari Pasia dan Nagari Batu Taba. Dari kedua nagari

62 38 tersebut diambil empat jorong yang mewakili masing-masing dua Jorong dari Nagari pasia dan dua Jorong dari Nagari Batu Taba. 3. Jorong tersebut dipilih berdasarkan sentra usaha produktif perempuan, atas rekomendasi dari kecamatan dan nagari setempat. Masing-masing Jorong diambil 25 contoh. 4. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dibantu oleh kader keempat Jorong dengan datang kerumah keluarga yang menjadi contoh, yang sebelumnya sudah ditentukan oleh perangkat Jorong. Dengan demikian jumlah contoh keseluruhan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Kecamatan Ampek Angkek Nagari Pasia Nagari Batu Taba Purposif berdasarkan daerah perbatasan kota dan desa Jorong Cibuak Ameh Jorong Pincuran tujuah Jorong Tanah Nyariang Jorong Cangkiang Purposif berdasarkan sentra usaha produktif perempuan Purposif Gambar 2 Bagan penarikan contoh Keterangan: Kabupaten Agam terdiri 16 Kecamatan, salah satunya Kecamatan Ampek Angkek. Kecamatan Ampek Angkek ini terdiri dari 7 Nagari dan 33 Jorong. Istilah pemerintahan Kanagarian adalah lebih dahulu, kemudian berakhir pemerintahan umum. Sejak tahun 1999 pemerintahan umum kembali disebut Nagari. Nagari adalah kumpulan dari beberapa jorong, sedangkan jorong adalah asal dari desadesa lama.

63 39 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara (kuesioner) terstruktur meliputi: 1) Karakteristik contoh; 2) Karakteristik keluarga; 3) Peran gender berkaitan dengan pembagian tugas dalam keluarga dan pengambilan keputusan dalam keluarga, kuesioner ini telah disiapkan sebelumnya serta telah diujicoba dan dianggap reliabel untuk dijadikan sebagai instrument penelitian, dan 4) Tingkat kesejahteraan subjektif. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi dari Puspitawati (2009) sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data monografi dan kependudukan desa yang diperoleh dari kantor desa dan kecamatan setempat. Untuk menjamin data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dilakukan uji coba kuesioner dan dianalisis reliabilitas. Tabel 1. Variabel, Pengukuran, Jenis Data, Cara Pengumpulan Data dan Alat Bantu No Variabel Ukuran Jenis Skala Jenis Data 1. Karakteristik Umur (tahun) Rasio Primer Ibu Lama Rasio Pendidikan (tahun) Jenis Pekerjaan Nominal 2. Karakteristik Keluarga 3. Pembagian Peran Gender dalam Keluarga 4. Kesejahteraan Keluarga Umur Suami (tahun) Pekerjaan suami Jumlah anak (orang) Besar Keluarga Pendapatan (Rp/kap/bln) Pemilikan aset (skor) Pembagian Tugas dalam keluarga (skor) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga (skor) Kepuasan Keluarga subjektif (Subjective Quality of Life) (skor) 5 Monografi Desa Monografi Kecamatan dan Desa *recode: 1=1; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1 Rasio Nominal Rasio Rasio Rasio Ordinal Ordinal Ordinal Primer Primer Jumlah item Pertanyaan 31 (1-5)* 41 (1-5)* Ordinal Primer 35 (1-3) Sekunder Crombach α

64 40 Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan atas kerangka pemikiran. Pengukuran variabel penelitian disesuaikan untuk menjawab tujuan penelitian. Variabel penelitian dan pengukuranya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik contoh dan karaktristik keluarga meliputi: umur ibu dan suami ibu digolongkan ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok umur tahun, tahun, 56 65, dan 65 ke atas. Lama pendidikan ibu dan suami ibu adalah lama pendidikan dalam tahun yang ditempuh, yang terdiri dari 0 tahun, 1-6 tahun, 7-9 tahun, tahun, tahun, dan 16 tahun. Pekerjaan suami adalah pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahan. Jumlah anak dan besar keluarga digolongkan berdasarkan BKKBN (1998), yang terdiri atas tiga kategori, yaitu keluarga kecil (<4orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang). Kepemilikan aset terdiri atas tidak ada, bawaan istri, bawaan suami dan bersama. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan pokok dan sampingan suami, ditambah pendapatan istri, anak dan anggota keluarga lain yang rutin diberikan kepada keluarga ibu. Berdasarkan upah minimum rata-rata, pendapatan total keluarga per bulan. Pengkategorian pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kota Sumatera Barat Pengkategorian pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kota Sumatera Barat Peran gender dalam pelaksanaan pekerjaan rumahtangga dan sosial dalam kegiatan domestik dan kegiatan publik/kemasyarakatan dan peran gender dalam pengambilan keputusan. Peran gender dalam pelaksanaan tugas rumahtangga dan sosial terdiridiri 31 pertanyaan dan peran gender dalam pengambilan keputusan terdiri 35 pertanyaan yang menyangkut siapa yang mengerjakan dan siapa yang menyangku pengambilan keputusan dalam dalam berbagai kegiatan keluarga. Setiap butir pertanyaan disediakan lima jawaban yakni: (1) Istri saja, (2) Istri dominan, (3) Istri dan suami bersama-sama, (4) Dominan suami, dan (5) Suami saja. Selanjutnya jawaban responden diberikan skor sebagai berikut ( didopsi dari Muflikhati 2010): Skor 1 = jawaban nomor (1) Istri saja atau (5) Suami saja.

65 41 Skor 2 = jika jawaban nomor (2) Dominan istri atau (4) Dominan suami Skor 3 = jika jawaban nomor (3) Keputusan diambil bersama-sama oleh istri dan suami. Oleh karena ukuran tersebut tidak sama, maka masing-masing skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai berikut: skor yang dicapai - skor terendah Indeks = x 100% skor tertinggi - skor terendah Selanjutnya indeks peran gender diperoleh dari rata-rata indeks kerjasama dalam pembagian tugas dalam rumah tangga dan dalam pengambilan keputusan. Indeks peran gender dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Kerjasama rendah, dengan indeks < 33,3% b. Kerjasama sedang, dengan indeks 33,3 66,6% c. Kerjasama tinggi, dengan indeks 66,6% 3. Pengukuran tingkat kesejahteraan secara subjektif didasarkan atas 35 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan: tidak puas diberi skor 1, cukup puas diberi skor 2, puas diberi skor 3, dan puas. Oleh karena ukuran tersebut tidak sama, maka masing-masing skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai berikut (didopsi dari Muflikhati 2010): skor yang dicapai - skor terendah Indeks = x 100% skor tertinggi - skor terendah yaitu: Selanjutnya indeks kesejahteraan dikelompokkan menjadi tiga kategori, a. Rendah, dengan indeks < 33,3% b. Sedang, dengan indeks 33,3 66,6% c. Tinggi, dengan indeks 66,6%

66 42 Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh melalui wawancara, pengukuran dan observasi diolah melalui proses transfer, coding, editing, entrying, cleaning, dan analisis data. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Variabel dengan skala ordinal dikompositkan sehingga diperoleh total skor. Selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan interval kelas. Berdasarkan Slamet (1993) interval kelas ditentukan menggunakan rumus berikut: Interval Kelas = (Skor Maksimum Skor minimum)* Jumlah Kategori Ket : *) Skor maksimum dan minimum berdasarkan skala pertanyaan di kuesioner Uji Korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang meliputi karakteristik contoh (umur, lama pendidikan dan pekerjaan), dan karakteristik keluarga (umur suami, pekerjaan suami, jumlah anak, besar keluarga, pendapatan, kepemilikan aset), kontribusi ekonomi perempuan, peran gender dan kesejahteraan keluarga. Model koefisien (Walpole 1992) adalah sebagai berikut: r = n Σxy (Σx)(Σy) [nσx² - (Σx)²][nΣy² - (Σy)²] yang berarti: Σ = sigma kapital untuk menyatakan penjumlahan, x = variabel independen y = variabel dependent n = banyaknya elemen sampel Uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan, peran gender, dan kesejahteraaan subjektif (subjective quality of life). Rumus regresi linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi ekonomi perempuan Y=a+ß 1 X 1 + ß 2 X 2 +ß 3 X 3 + ß 4 X 4 + ß 5 X 5 + ß 6 X 6 + ß 7 X 7 +ε Keterangan: Y = kontribusi ekonomi perempuan a = konstanta ß 1-7 = koefisien regresi X 1 = pendidikan istri X 2 = umur istri X 3 = pendidikan suami

67 43 X 4 = kepemilikan aset X 5 = besar keluarga X 6 = pendapatan suami X 7 = peran gender ε = error b. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran gender dalam pengambilan keputusan Y=a+ß 1 X 1 +ß 2 X 2 + ß 3 X 3 + ß 4 X 4 + ß 5 X 5 + ß 6 X 6 + ß 7 X 7 +ε Keterangan: Y = peran gender dalam pengambilan keputusan a = konstanta ß 1-6 = koefisien regresi X 1 = pendidikan istri X 2 = umur istri X 3 = pendidikan suami X 4 = kepemilikan aset X 5 = besar keluarga X 6 = pendapatan suami X 7 = kontribusi ekonomi perempuan ε = error c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga subjektif Y=a+ß 1 X 1 +ß 2 X 2 +ß 3 X 3 +ß 4 X 4 +ß 5 X 5 +ß 6 X 6 +ß 7 X 7 +ß 8 X 8 +ε Keterangan: Y = kesejahteraan keluarga subjektif a = konstanta ß 1-8 = koefisien regresi X 1 = pendidikan istri X 2 = umur istri X 3 = pendidikan suami X 4 = kepemilikan aset X 5 = besar keluarga X 6 = pendapatan total keluarga X 7 = peran gender total X 8 = kontribusi ekonomi perempuan ε = error

68 44 Definisi Operasional Keluarga adalah unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut). Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri demografis yang dimliki keluarga, yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, jumlah anggota keluarga. Besar keluarga merupakan banyaknya jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah dan masih menjadi tanggungan orang tua. Contoh merupakan istri yang memiliki usaha produktif (formal dan informal) yang berasal dari keluarga lengkap Pendapatan total keluarga adalah pendapatan yang diterima keluarga dari suami, istri, dan anggota lainnya yang bekerja dan memperoleh gaji. Pendapatan utama suami adalah pekerjaan yang dijalankan suami dengan pemakaian waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan lainnya (tambahan). Pendidikan orangtua adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh oleh orang tua yang diukur dalam tahun. Peran gender dalam keluarga adalah pembagian peran antar suami istri dalam pembagian tugas keluarga dan pengambilan keputusan. Peran gender dalam pengambilan keputusan adalah keikutsertaan atau partisipasi suami dan istri dalam memberikan pengaruh pada saat pengambilan keputusan dalam aspek keuangan, pangan, pendidikan, kesehatan, keperluan keluarga lainnya dan strategi memenuhi kebutuhan hidup. Peran gender melaksanakan tugas rumah tangga dan sosial adalah keikutsertaan atau partisipasi suami dan istri dalam pelaksanaan pekerjaan domestik dan pekerjaan publik. Pendapatan perempuan pendapatan responden (individu) dihitung dalam rupiah berdasarkan penerimaan dalam jangka waktu sebulan. Kontribusi ekonomi perempuan adalah pendapatan yang disumbangkan perempuan terhadap keluarga.

69 45 Kesejahteraan adalah hasil dari pengelolaan sumberdaya keluarga untuk mencapai suatu keadaan yang mencukupi baik secara fisik, ekonomi maupun psikologis. Kesejahteraan keluarga fokus pada kesejahteraan subjektif merupakan tingkat kepuasan ibu rumahtangga terhadap kehidupan dan gaya manajemen sumberdaya saat ini di keluarganya, dimana semakin puas perasaan ibu terhadap kehidupan dan gaya manajemen sumberdaya saat ini di keluarganya maka keluarga tersebut dikatakan lebih sejahtera diukur dengan tidak puas, cukup puas dan sangat puas. Sistem kekerabatan matrilineal adalah suatu sistem dalam masyarakat yang menghitung garis keturunannya berdasarkan garis ibu dan dari segi hubungan sosial seorang anak lebih akrab dengan keluarga ibunya.

70 46

71 47 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian Kabupaten Agam Mayoritas (95%) penduduk Sumatera Barat berasal dari suku bangsa Minangkabau. Dikenal sebagai masyarakat yang unik, karena memadukan nilainilai adat (tradisi) dan nilai-nilai keagamaan (Islam) dalam kehidupan sehariharinya, sebab "Adat bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah", dimana "Syarak mangato (mangata), adat mamakai (menjalankan)". Masyarakat Minang adalah masyarakat matrilineal, yang menganut sistem keturunan menurut garis keturunan ibu. Suku ibu menentukan suku anak dan melekat dengan sistem kekerabatan, harta kaum dan sistem pewarisan. Kehidupan tradisional orang Minang adalah kehidupan bersama yang dipimpin oleh mamak (laki-laki) secara demokratis, baik dalam keluarga, suku, atau nagari. Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayahnya 2.232,39 km 2. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar, dan sebelah barat berbatasan dengan samudra Indonesia. Saat ini, perekonomian Kabupaten Agam dibentuk oleh sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pertambangan, pariwisata, dan industri. Kontribusi sektor-sektor tersebut cukup signifikan bagi kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Agam. Struktur perekonomian Kabupaten agam pada Tahun 2009 tidak mengalami banyak perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai daerah agraris, sektor pertanian masih mendominasi pembentukan PDRB di Kabupaten Agam. Pada Tahun 2009 peranan pertanian terhadap PDRB Kabupaten Agam sebesar 41 persen. Sektor kedua yang memberikan peranan terbesar adalah sektor perdagangan, serta hotel dan restoran. Peranannya tahun 2009 adalah 14 persen (PDRB Agam ). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada Tahun 2007 mencapai 65,31 persen, sedikit menurun pada tahun 2008 menjadi 63,98 persen kemudian

72 48 meningkat menjadi 64,19 persen pada Tahun Tingkat partisipasi perempuan angkatan kerja tercatat hanya 49,70 persen jauh tertinggal dibandingkan TPAK laki-laki yang mencapai 79,53 persen. Tingkat Pendidikan pada Tahun 2008 persentase penduduk yang menamatkan SMU/sederajat juga cukup besar yaitu 21,95 persen, hanya segelintir saja berpendidikan Diploma keatas (Statistik Kabupaten Agam 2010). Pada Tahun 2008, Kabupaten Agam memiliki 16 (enam belas) kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuh. Kecamatan Ampek Angkek Kecamatan Ampek Angkek terdiri dari 7 Nagari dan 33 Jorong. Jumlah penduduk pada akhir 2008 berjumlah jiwa dengan jumlah penduduk lakilaki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Jumlah kepala keluarga yang terdapat di Kecamatan Ampek Angkek berjumlah KK yang terdiri dari 16 Pra Keluarga Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan 500 Keluarga Sejahtera III Plus. Adapun mata pencarian penduduk Kecamatan Ampek angkek adalah petani, PNS, Industri dan kerajinan, pedagang, konstruksi, jasa angkutan, buruh, wiraswasta dan lain-lain. Nagari yang menjadi lokasi penelitian adalah Jorong Cibuak Ameh dan Jorong Pincuran Tujuah dari Nagari Pasia, dan Jorong Tanah Nyariang dan Cangkiang dari Nagari Batu Taba. Nilai-nilai Keluarga dalam Masyarakat dan Norma Matrilineal Dalam adat dan budaya Minang, agar kecintaan dan penghargaan kepada kaum perempuan selalu hidup dalam jiwa kaum pria, adat menetapkan silsilah keturunan mengambil garis keturunan Ibu, yang disebut sistem matrilinial. Sistem matrilineal itu terus dijalankan dan dikukuhkan, ditambah

73 49 lagi dengan kawalan yang ketat terutama dalam masalah pewarisan sako jo pusako, maka "mande" sebagai sosok kongkrit perempuan di dalam suatu kaum adalah "segalanya". Perempuan menjadi penentu di dalam suatu kaum atau keluarga, apakah semua anggota kaurnnya akan menjadi beradat atau tidak, akan menjadi orang beragama atau tidak, akan menjadi baik atau tidak, pendidikan awal terhadap keislaman dari seorang individu Minang bermula dari ibunya, kaum perempuan, yang sangat dominan keberadaan dalam suatu rumah gadang. Dalam pepatah-petitih, dalam kaba atau cerita-cerita rakyatnya, masyarakat Minangkabau menjuluki perempuan itu sebagai; unduang-unduang ka sarugo (pelindung untuk mendapatkan surga), induak bareh (induk beras, punca dari segala kehidupan), namban puruak (tempat penyimpanan segala yang berharga). Bahkan dalam tindak tanduk, perbuatan, secara ideal dikatakan; turun nan sakali sajumaaik, karajo manyulam jo manjaik, tahu diereang dengan gendeng, muluik manih kucindan murah, budi baiak baso katuju, urang nan galak jago lalok, urang nan indak rusuah tamu tibo dan sebagainya (Thaib 2008). Dalam pola keturunan dan pewarisan adat, suku Minang menganut pola matrilineal, yang mana hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas budaya rnanusia yang menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi dimana pola matrilineal ini sangatlah berbeda dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agarna Islam yang menjadi panutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam. Menurut sebagian ahli budaya, pola matrilineal inilah yang menjadi salah satu pemicu banyaknya laki- Iaki minang pergi merantau di masa mudanya. Disamping menganut pola matrilineal, masyarakat suku Minang juga mendasarkan adat budayanya pada syariah Islam (Thaib 2008). Berdasarkan tradisi dan sistem kekerabatan matrilineal tersebut, masyarakat Minangkabau mengenal dua bentuk keluarga: 1. Keluarga Kaum (extended family).

74 50 Keluarga besar yang terdiri dari sejumlah anggota yang terikat dalam suatu sistem keibuan. Setiap anggota kaum, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang sudah bersuami ataupun belum, akan selalu menjaga kaumnya dari segala hal. Warga yang berada dalam satu kaum tidak boleh kawin. Hubungan ini selain diikat oleh suatu sistem, juga ikatan emosionalnya sangat kuat. Kedua ikatan ini sangat mempengaruhi kehidupan keduanya. Jika terjadi penyimpangan, kepala kaum atau Penghulu keduanya akan menegur dan bila perlu memberikan hukuman. Sehingga apa yang terjadi di dalam kaum selalu dikontrol oleh sesama anggotanya. Komunalitas yang kuat seperti ini sangat memungkinkan terpeliharanya anggota kaum terhadap berbagai penyimpangan, baik penyimpangan dalam hukum adat maupun agama Islam yang dianutnya (Thaib 2008). 2. Keluarga Batih (nuclear family). Sebuah kesatuan keluarga terkecil yang terdiri dari suami, isteri dan anak, sebagaimana layaknya sebuah keluarga, keluarga batih ini pada hakekatnya adalah "sarana" tempat bertemu dan berinteraksinya antara dua buah kaum atau dua buah keluarga besar, kaum pihak suami dan kaum pihak istri, suami adalah "duta" dari kaumnya, begitupun istri "duta" dari kaumnya pula, dengan demikian ketergantungan seorang istri kepada suami tidaklah mutlak, hal ini menyebabkan kedudukan "setara". Satu tidak berada di atas atau di bawah yang lain (Thaib 2008). Oleh karena perkawinan adalah semacam jendela sosialisasi satu kaum dengan kaum yang lain, maka masing-masing kaum akan menjaga dutadutanya. Penyimpangan yang dilakukan isteri atau suami merupakan"malu" yang harus dipikul oleh kaum keduanya. Hal ini secara otomatis dapat menjaga perilaku suami, istri apalagi anak-anak. Artinya di sini, sebuah perkawinan dalam sistem matrilineal dapat melahirkan penjagaan dan pengawasan untuk setiap individu dari dua buah keluarga besar. Peranan perempuan Minangkabau dalam pembentukan keluarga yang Islami. Perempuan memegang posisi kunci dalam usaha membangun keluarga Islam. Hal ini disebabkan kedudukan perempuan yang begitu penting di dalam keluarganya, keluarga besar perkaumannya dan keluarga suaminya. Bersama

75 51 penghulu atau ninik mamak di dalam kaumnya, perempuanlah yang paling consern terhadap masalah-masalah keagamaan. Perempuan akan menjaga ketentuan-ketentuan di dalam adatnya. Maka bila perempuan begitu ketat menjaga adatnya secara otomatis pula dia begitu ketat menjalankan ajaran Islam. Maka untuk itu, masyarakat Minangkabau melalui ajaran-ajaran adatnya selalu menjaga kaum perempuannya. Hal ini tidak hanya tercermin dalam penerapan sistem matrilinealnya saja, tetapi juga di dalam ketentuan-ketentuan lain dalam sistem adatnya. Salah satu dari ketentuan adat dalarn menjaga kaum perempuan disebutkan; seorang perempuan Minang harus bersuami. Jika sebuah kaum tidak mampu mendapatkan suami untuk seorang anggota kaumnya yang perempuan, mereka dibenarkan untuk menggadaikan tanah pusaka. Di dalam adat dikatakan, tanah pusaka boleh digadai untuk tiga hal saja, salah satunya adalah; gadih gadang indak balaki. Ini berarti, seorang perempuan, bagaimanapun juga harus mempunyai suarni, atau harus dicarikan suarninya. Suami menjadi penting sesuai dengan ajaran Islam; suami adalah junjungan bagi perempuan. Junjungan menurut terminologi Minangkabau adalah; sebatang kayu yang kukuh, yang dipancangkan di tanah untuk tempat merambatnya tumbuh-tumbuhan menjalar. Tanpa junjungan, tumbuh-tumbuhan menjalar itu tidak akan sempurna hidupnya, akan busuk buahnya dan akan mudah diinjak - injak binatang. Oleh karena ltu, junjungan atau suarni menjadi sangat penting di dalam adat Minangkabau (Thaib 2008). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pengaruh bantuan suami sangat besar baik materil maupun spiritual, karena suami mendukung setiap apa saja yang dilakukan dalam keluarga, pemberi motivasi dikala lagi menghadapi permasalahan dalam setiap urusan baik dalam hal bekerja maupun dalam keluarga, bekerjasama membimbing/membesarkan anak dalam keluarga. Karena keluarga adalah tempat dimana berkumpulnya seluruh anggota keluarga, berbagi suka dan duka, tempat memperoleh ketentraman hidup, berbagi kasih dan sayang dalam membesarkan anak, karena anak adalah sumber kebahagian dan harta dan kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan apapun yang harus dijaga dan dibimbing dengan baik agar menjadi penerus keturunan keluarga untuk kehidupan nantinya.

76 52 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa: 1. Arti keluarga pada umumnya hampir sama dari seluruh contoh penelitian yaitu keluarga adalah tempat dimana berkumpulnya seluruh anggota keluarga, dalam membesarkan anak, berbagi kasih dan sayang, berbagi suka dan duka, tempat memperoleh ketemtraman hidup, sumber kebahagian dan istana yang paling berhargadan harta dan kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan apapun. 2. Arti anak bagi keluarga contoh adalah anugrah terindah/rezki yang tak ternilai dari Tuhan yang harus dijaga dan dibimbing, sebagai inspirasi dan motivasi dalam hidup, harta kekayaaan yang tidak bisa ditukar dengan apapun, dan sebagai penerus keturunan keluarga untuk kehidupan nantinya. 3. Arti karier bagi contoh pada umumnya adalah untuk menambah wawasan, ilmu dan penghasilan, menambah pendapatan keluarga, penunjang ekonomi keluarga, dan secara ekonomis tidak tergantung pada suami, menghindari kebosanan atau mengisi waktu luang, memperoleh status di masyrakat, dan untuk kebahagian keluarga, serta untuk mendisiplinkan diri dan bertanggungjawab terhadap keluarga dan orang lain. 4. Prioritas hidup bagi contoh pada umumnya adalah untuk mendidik anak-anak untuk mencapai kesuksesan dengan bisa menyekolahkan dengan setinggitingginya, membahagiakan keluarga, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan mewujudkan keluarga yang sakinah muwadah warahmah serta bahagia dunia dan akhirat. Salah satu dari contoh prioitas hidupnya adalah untuk bisa naik haji berdasarkan penuturan contoh supaya bisa menunaikan semua rukun islam, dan bisa menjalankan hidup dengan tentram dan damai. 5. Pengaruh bantuan suami bagi contoh dalam penelitian ini adalah sangat besar baik materil maupun spiritual, karena suami mendukung setiap apa saja yang dilakukan dalam keluarga, dan pemberi motivasi dikala lagi menghadapi permasalahan dalam setiap urusan baik dalam hal bekerja maupun dalam keluarga. Saling kerjasama dalam tugas keluarga, membimbing/membesarkan anak (Lampiran 2).

77 53 Karakteristik Contoh dan Keluarganya Umur Contoh dan Suami Contoh dan responden dalam penelitian ini adalah istri. Umur contoh dalam penelitian ini berkisar antara 25 tahun sampai 56 dengan rata-rata usia contoh 40,6 tahun. Umur suami ternyata tidak berbeda jauh dari umur istri yang berkisar antara 28 tahun sampai 60 tahun. Proporsi terbesar umur contoh (75,0%) dan suami (54,0%) adalah untuk kelompok umur 21 sampai 45 tahun. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur Umur (tahun) Suami Istri n % n % , , , , ,0 3 3,0 >65 0 0,0 0 0,0 Total , ,0 Kisaran (min-max) Rata-rata ± SD 44,8±7,60 40,6±7,31 P 0.00** *Umur suami dan istri berbeda secara signifikan. Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir dan prilaku oarng tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik contoh maupun suami contoh berpendidikan sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan persentase yang hampir sama yaitu 39 persen dan 40 persen yang memiliki rata-rata lama pendidikan masing-masing 11,62 tahun dan 11,15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang ditempuh oleh contoh dan suami contoh sudah cukup baik yaitu di atas program wajib belajar sembilan tahun. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.

78 54 Tabel 3 Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan Lama Pendidikan (tahun) Suami Istri n % n % , , , , , , , , ,0 2 2,0 Total , ,0 Kisaran (min-max) Rata-rata ± SD 11,15±3,16 11,62±3,16 Jenis Pekerjaan Contoh dan Suami Jenis pekerjaan akan sangat mempengaruhi besarnya pendapatan keluarga dalam rumahtangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (28%) pekerjaan utama contoh adalah pedagang sedangkan proporsi terbesar pekerjaan suami contoh (39%) adalah wiraswasta dan satu orang suami contoh yang tidak bekerja. Selebihnya baik contoh maupun suami contoh bekerja sebagai petani, PNS, buruh, karyawan, dan jasa angkutan. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan utama suami dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh dan suami berdasarkan jenis pekerjaan utama suami Jenis Pekerjaan Suami Istri n % n % Tidak bekerja 1 1,0 0 0,0 Petani 18 18,0 0 0,0 Pedagang 13 13, PNS 14 14, Buruh 6 6, Karyawan 2 2, Jasa Angkutan 8 8,0 0 0,0 Wiraswasta 38 38, Total , ,0 Jenis pekerjaan contoh adalah pedagang (dagang nasi, dagang harian, dagang pakaian, dagang makanan kecil, dan dagang makanan porsi), PNS (guru, bidan, pegawai kantor walikota, pegawai kantor camat, pegawai kantor nagari),,buruh (menyulam pakaian, selendang, jilbab, mengemas makanan ringan, dan

79 55 mengolah makanan), dan usaha wiraswasta adalah membuka usaha kue-kue, pakaian jadi, terali besi, dan lain-lain. Data dari 100 contoh diketahui terdapat satu suaminya yang tidak bekerja dan tidak menghasilkan pendapatan karena kondisi kesehatan. Jumlah Anak Contoh Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak contoh berkisar antara antara 1 sampai 6 orang dengan rata-rata 2,7 orang. Diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki keluarga kecil dengan jumlah anak ( 4 orang) dengan persentase 92 persen. Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak Kategori Jumlah Anak n % , ,0 >7 0 0,0 Total ,0 Kisaran min-max (Orang) 1-6 Rata-rata±SD (Orang) 2,73±1,17 Hal tersebut mencerminkan bahwa keluarga sudah banyak menyadari pentingnya keluarga kecil bahagia sejahtera. Menurut pengakuan contoh, jumlah anak yang semakin banyak akan semakin memberatkan dalam kebutuhan seharihari terutama akan kebutuhan untuk sekolah. Hal ini dilatarbelakangi oleh perkembangan dunia pendidikan dan perkembangan teknologi dewasa ini yang semakin maju. Keturunan kadangkala disesuaikan dengan tingkat perekonomian dalam keluarga dengan harapan dapat menciptakan keluarga yang sejahtera. Besar Keluarga Contoh Besar keluarga adalah penjumlahan anggota keluarga inti dan sanak saudara yang tinggal bersama keluarga. Besar keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga, biasanya jumlah anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar keluarga contoh berkisar antara antara 3 sampai 8 orang dengan rata-rata 5

80 56 orang. Diketahui bahwa lebih dari sebagian contoh memiliki keluarga sedang (5-7 orang) dengan persentase 51 persen dan hampir sebagian contoh memiliki keluarga kecil ( 4 orang) dengan presentase 48 persen (Tabel 6). Kecilnya jumlah keluarga mencerminkan banyak keluarga yang sudah menyadari pentingnya nilai keluarga kecil bahagia sejahtera. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Kategori Besar Keluarga 1) n % 4 (kecil) 48 48,0 5-7 (sedang) 51 51,0 >7 (besar) 1 1,0 Total ,0 Kisaran min-max (Orang) 3-8 Rata-rata±SD (Orang) 4,75± 1,17 1) Kategori menurut BKKBN (1998) Ukuran keluarga berhubungan erat dengan pengeluaran dalam rumah tangga. Apabila terjadi penambahan anggota keluarga dalam rumahtangga akan merangsang keluarga tersebut untuk lebih giat lagi bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dengan cara lebih banyak menggali sumber pendapatan lainnya. Hasil penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan pendapatan per kapita yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga semakin tinggi sehingga beban kepala keluarga cukup besar. Keadaan Ekonomi Keluarga Contoh Kepemilikan Aset Keluarga Aset dalam penelitian ini adalah sumberdaya materi yang dimiliki oleh keluarga yang bernilai ekonomi. Aset ini terdiri dari dari rumah dan tanah, kendaraan, barang elektonik, perhiasan, uang (tabungan), lahan pertanian, perikanan dan kepemilikan ternak. Pada penelitan ini kepemilikan aset dalam keluarga dibagi atas: (1) Tidak ada, (2) Bawaan istri, (3) Bawaan Suami, (4) Bersama.

81 57 Tidak seluruh contoh memiliki rumah dan tanah sendiri. Sebanyak 32 persen menempati rumah dan tanah milik saudara atau sewa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset keluarga bawaan istri adalah (rumah 57 persen, tanah 60,3 persen, emas 12 persen, dan sawah 10 persen) (Tabel 7). Dalam literatur etnografis, sejumlah studi menyebutkan bahwa sumberdaya yang dibawa ke pernikahan oleh perempuan, cendrung dikendalikan sendiri oleh perempuan, dalam hal ini emas adalah contoh aset yang umum. Aset-aset itu akan dibawa oleh perempuan bila terjadi perceraian, dan akan dikembalikan ke keluarganya bila perempuan itu meninggal dan tidak ada ahli waris (Beegle et al. 2001). Hasil penelitian Thomas et al. (1999) menunjukkan bahwa kepemilikan aset pribadi pra nikah biasa di temukan di Indonesia. Hal tersebut terutama di temukan pada keluarga di Jawa dan Sumatera, yang mempunyai tradisi membawa berbagai sumberdaya ke dalam pernikahan dan biasanya akan tetap di bawah kendalinya. Hal yang sama ditemukan pada adat yang berlaku di beberapa daerah di Kecamatan Ampek Angkek yakni istri membawa aset ke dalam pernikahan. Aset sangat mempengaruhi posisi istri dalam keluarga dan kesejahteraan keluarga. Menurut Thomas et al. (1999) seorang istri yang membawa aset ke dalam pernikahan lebih memiliki kekuasaan dalam peran pengambilan keputusan rumahtangga. Walaupun menganut sistem matrilineal dan lebih banyak membawa aset kedalam pernikahan tapi tetap masih menganggap suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama yang sama dengan sistem patriakhi. Aset keluarga bawaan suami adalah (rumah (7,4%), tanah (7,4%), sepeda motor (6%). Aset keluarga yang dimiliki atau beli bersama adalah (rumah (35,3%), tanah (32,4%), motor (74%), sepeda (100%), mobil (18%), barang elektronik barang elektronik berupa televisi (90,0%), radio (86,4%), tape/compo (86,2%), VCD (88,0%), rice cooker (89.5%) dan kulkas (92,6%), emas (85,5%), tabungan (90,6%), kambing (100,0%), ayam (76,2%), tambak (50,0%) dan kerbau (100,0%). Kepemilikan aset dalam keluarga dapat menunjukkan kemampuan atau potensi suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup dan secara sosial juga menunjukan status anggota keluarga dalam kelompok dan masyarakat luas. Menurut Yeti (1994) dalam Azzachrawani (2004) umumnya keluarga yang

82 58 kepemilikan asetnya lebih banyak, status sosialnya lebih tinggi dan keluarga yang kepemilikan asetnya lebih sedikit status sosialnya lebih rendah. Aset yang diperoleh setelah menikah menggambarkan kemandirian sebuah keluarga yang merupakan implikasi kemandirian suami dan istri. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Bryant (1990) bahwa aset adalah sumber daya atau kekayaan yang dimiliki oleh keluarga. Aset akan berperan sebagai alat pemuas kebutuhan. Oleh karena itu keluarga yang memiliki aset lebih banyak cenderung lebih sejahtera jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset terbatas. No Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan presentase status kepemilikan aset Jenis Aset Tidak ada Ada Bawaan Istri Bawaan Suami Bersama Rumah dan Tanah 1 Rumah 32,0 57,0 7,4 35,3 2 Tanah 32,0 60,3 7,4 32,4 Kendaraaan 3 Motor 16,0 4,0 6,0 74,0 4 Sepeda 63,0 0,0 0,0 100,0 5 Mobil 81,0 1,0 0,0 18,0 Barang Elektronik 6 Televisi 2,0 7,1 2,0 90,0 7 Radio 19,0 9,9 3,7 86,4 8 Tave/compo 13,0 10,3 3,4 86,2 9 VCD 13,0 8,7 3,3 88,0 10 Komputer 65,0 5,7 0,0 94,3 11 Rice cooker 9,5 1,1 1,0 89,5 12 Kulkas 5,9 1,5 1,0 92,6 13 Mesin Cuci 57,0 9,3 2,3 88,4 14 Kipas Angin/AC 78,0 13,6 0,0 86,4 Perhiasan 15 Emas 17,0 14,5 0,0 85,5 16 Perak 98,0 50,0 0,0 50,0 Tabungan 36,0 4,7 4,7 90,6 Pertanian, Perikanan dan Ternak 17 Sawah 78,0 59,1 31,8 9,1 18 Ladang/kebun 81,0 47,4 32,6 21,1 19 Kambing 96,0 0,0 0,0 100,0 20 Ayam 79,0 14,3 9,5 76,2 21 Bebek/itik 96,0 0,0 0,0 100,0 22 Tambak 98,0 0,0 50,0 50,0 23 Kerbau 94,0 0,0 0,0 100,0 Secara garis besar, kepemilikan aset pada penelitian ini baik kendaraan, barang elektronik, perhiasan, dan ternak adalah milik bersama atau beli bersama

83 59 setelah pernikahan. Aset yang diperoleh setelah menikah menggambarkan kemandirian sebuah keluarga yang merupakan kemandirian suami dan istri (Becker 1981). Suami dan istri yang mengambil tanggung jawab utama untuk beberapa sumberdaya rumahtangga adalah hal yang wajar. Hal ini terlihat dari persentase aset beli bersama yang melebihi aset yang di bawa ke pernikahan. Sementara rumah dan tanah hampir sebagian bawaan istri, karena kebanyakan yang ditemui di Minangkabau, bila terjadi pernikahan maka pihak laki-laki yang akan tinggal dirumah keluarga istri, lalu kemudian rumah tersebut bisa menjadi warisan untuk si istri dari keluarganya. Harta bawaan yang berasal dari suami ataupun istri di Minangkabau disebut harta surang (seorang). Karena harta ini milik surang atau milik pribadi, maka harta ini dapat diberikannnya kepada orang lain tanpa terikat kepada suami atau istrinya. Oleh sebab itu dalam adat dikatakan surang baragiah, pancarian dibagi (sendiri dapat diberikan, pencarian dapat dibagi). Maksudnya milik seorang dapat diberikan kepada siapa saja, tetapi harta pencarian bisa dibagi bila terjadi perceraian. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga. Pendapatan ini bisa berasal dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Besarnya pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga tersebut. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini dinyatakan dalam rupiah per bulan. Garis Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kota Sumatera Barat adalah Rp Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai batasan apakah contoh memiliki pendapatan di bawah atau diatas garis UMR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan total keluarga contoh per bulan berkisar antara Rp ,- sampai Rp ,- dengan rata-rata per bulan sebesar Rp ,-. Dilihat dari pendapatan suami contoh berkisar antara Rp 0 sampai Rp ,- per bulan dengan rata-rata total Rp ,- per bulan, dan pendapatan contoh berkisar antara Rp ,- sampai ,- dengan rata-rata total Rp ,- perbulan. Berdasarkan data

84 60 pendapatan diketahui bahwa sebagian contoh memiliki pendapatan di atas UMR. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan pendapatankeluarga per bulan. Sumber dari Sumber dari Pendapatan (Rp/Bulan) Suami Istri Total n % N % n % <= * 8 8, ,0 0 0, , , , , , , , , , ,0 1 1, ,0 >= ,0 4 4, ,0 Total , , ,0 Ket. UMR Kota Sumatera Barat menurut BPS 2010 Dilihat dari Garis Kemiskinan Sumatera Barat menurut BPS Tahun 2010, besar pendapatan per kapita perbulan keluarga contoh rata-rata diatas garis kemiskinan Sumatera Barat yaitu sebesar Rp /kap/bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mempunyai pendapatan per kapita per bulan berkisar antara Rp ,- sampai Rp ,- dengan ratarata pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp ,- Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita perbulan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita perbulan Kategori (Rp/kap/Bulan) n % * 1 1, , , ,0 Total (n) ,0 Ket: Garis Kemiskinan Kota Sumatera Barat menurut BPS 2010 Hasil ini menunjukkan secara garis besar keluarga contoh di Kecamatan Ampek Angkek tidak termasuk dalam kategori keluarga miskin di Sumatera barat, karena dilihat dari pendapatan per kapita perbulannya jauh diatas garis kemiskinan kota di Provinsi Sumatera Barat.

85 61 Kontribusi Pendapatan Istri terhadap Pendapatan Total Keluarga Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pendapatan keluarga merupakan hasil penjumlahan dari pendapatan seluruh anggota keluarga yang bekerja dan dari pendapatan lainnya. Meskipun ada satu kepala keluarga (suami) dari keluarga contoh yang tidak bekerja, namun secara keseluruhan suami memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan keluarga contoh. Hal ini sangat wajar mengingat tugas kepala keluarga (suami) adalah sebagai pencari nafkah utama (family main breadwinner). Meskipun demikian, istri juga memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga. Tabel 10 menunjukkan bahwa hampir sepertiga istri (30%) memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga per bulan pada kisaran 40.1 persen sampai dengan 50.0 persen, rata-rata 43,3 persen, dengan minimal 13,0 persen dan maksimal 100 persen. Elfina (2001) menyatakan bahwa pendapatan istri seimbang dengan suami dalam ekonomi keluarga, walaupun tingkat upah pada pekerjaan yang sama lebih murah dibanding yang diterima laki-laki. Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan sangat berperan dalam menunjang perekonomian keluarga disamping pendapatan suami. Perempuan tidak hanya berperan besar untuk keluarga tetapi juga untuk dunia luar, Erfanirad & Zamani (2011) menyatakan bahwa perempuan memiliki peran sebesar 50,0 persen dalam bidang pertanian dan perempuan juga merupakan pihak yang berperan dalam menghasilkan setengah dari ketersediaan pangan yang ada di seluruh dunia. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga Kontribusi Istri (%) n % , , , , , , , , , ,0 Total (n) ,0 Kisaran min-max (%) 13,0-100,0 Rata-rata ± SD (%) 43,3±0.16

86 62 Secara garis besar sebanyak 65,0 persen perempuan berkontribusi antara persen dari pendapatan total keluarga. Bahkan sekitar 13,0 persen perempuan mampu berkontribusi antara persen terhadap pendapatan total keluarga. Dengan demikian, contoh di lokasi penelitian menunjukkan proses kesetaraan gender dalam menyumbang pendapatan untuk keluarga. Besarnya kontribusi perempuan untuk keluarga didukung dengan banyaknya contoh yang membawa aset ke dalam pernikahan karena dalam sistem matrilineal perempuan mendapatkan aset dari keluarga besar dan juga sebagai tempat penyimpanan segala yang berharga teruatama aset. Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa peran perempuan dalam fungsi ekonomi keluarga adalah sangat signifikan bahkan menjadi main-breadwinner (pencari nafkah utama) dalam keluarga. Walaupun menganut sistem matrilineal dan mempunyai kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga, namun sampai sekarang ini suami tetap dianggap sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama keluarga (main-breadwinner) dan istri berperan dalam mengerjakan pekerjaan domestik di rumah. Namun, perkembangan zaman dewasa ini menuntut istri membantu suami sebagai pencari nafkah. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadinya pergeseran peran, sebagian suami tidak lagi berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga (main-breadwinner) dan bisa berkolaborasi dengan istri dalam memenuhi setiap kebutuhan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan terhadap keluarga kurang dari 50 persen (<50%) dikelompokkan ke dalam secondary-breadwinner, sedangkan kontribusi ekonomi lebih dari dan sama dengan 50 persen ( 50%) dikelompokkan ke dalam main-breadwinner. Hasil identifikasi lebih lanjut menunjukkan pada Tabel 11 bahwa perempuan yang mampu berperan sebagai main-breadwinner memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Rata-rata usia suami adalah 46 tahun dan rata-rata usia istri adalah 42 tahun. Dengan demikian, usia suami dan usia istri termasuk ke dalam usia produktif; 2) Rata-rata lama sekolah suami adalah 10,73 tahun dan rata-rata lama sekolah istri adalah 11,39 tahun. Hal ini berarti, baik suami maupun istri memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik karena menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun; 3) Rata-rata besar keluarga adalah 4 orang dengan 2 anak yang tergolong ke dalam keluarga kecil; 4) Rata-rata pendapatan

87 63 total keluarga adalah sebesar Rp ,00. Jika dilihat berdasarkan garis kemiskinan Sumatera Barat tahun 2010, maka pendapatan total responden berada di atas garis kemiskinan. Dengan demikian, responden tergolong keluarga sejahtera; 5) Pembagian tugas di antara suami istri sudah seimbang/setara. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata peran gender dalam pembagian tugas sebesar persen; 6) Peran gender dalam pelaksanaan tugas rumah tangga dan sosial dan peran gender dalam pengambilan keputusan aktivitas keluarga sudah seimbang antara suami dan istri. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata peran gender dalam pengambilan keputusan yang mencapai angka persen; dan 7) Memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi (rata-rata kesejahteraan subjektif sebesar 84.05%). Berdasarkan hasil uji beda antara secondary-breadwinner dan main-breadwinner, ditemukan bahwa terdapat perbedaan nyata antara usia suami dan peran gender dalam pembagian tugas (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan presentase karakteristik keluarga dan kategori kontribusi perempuan Kontribusi Variabel Uji-t (p) <50% 50% Umur Suami * Umur Istri Lama Sekolah Ayah Lama Sekolah Ibu Besar Keluarga Jumlah anak Pendapatan Total Keluarga Peran Gender dalam Pelaksanaan Tugas Keluarga dan Sosial * Peran gender dalam Pengambilan Keputusan Kesejahteraan Subjektif Berbeda nyata pada p < 0,05 Menurut Sajogyo (1992) perempuan tidak hanya bertugas sebagai ibu rumah tangga, tetapi sekaligus menjalankan fungsinya sebagai pencari nafkah keluarga. Hal tersebut sesuai pula dengan hasil penelitian Elfina (2001) tentang peranan perempuan pedesaan dalam ekonomi rumahtangga yang dilakukan di Padang bahwa pendapatan istri seimbang dengan suami dalam ekonomi keluarga,

88 64 walaupun tingkat upah pada pekerjaan yang sama lebih murah dibanding yang diterima laki-laki. Partisipasi perempuan dalam dunia kerja memberi kontribusi terhadap pendapatan keluarga dan juga pendidikan serta perawatan kesehatan anak-anak. Hasil penelitian di Ghana menunjukkan bahwa walaupun pendapatan yang didapatkan oleh perempuan dari pekerjaannya cenderung kecil, namun memainkan peranan yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan makanan keluarga, terutama saat terjadi gagal panen. Perempuan juga mampu membelikan pakaian untuk anak dan membayar biaya sekolah anak, serta perawatan sokolah anak (Amu 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan sangat berperan dalam menunjang perekonomian keluarga disamping suami. Perkembangan ini membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan keluarga, dengan adanya istri yang bekerja dapat memberikan masukan penghasilan tambahan bahkan penghasilan utama untuk kepentingan keluarga. Menurut Scheider (1986) dan juga Parker (1990) dalam Achdiani (2000) yang menyatakan bahwa alasan perempuan untuk bekerja dapat dibedakan atas tingkat kelas sosialnya. Bagi perempuan kelas atas dan menengah lebih cendrung untuk menyalurkan kreativitas, mencari persahabatan dan meluaskan wawasan serta alasan psikologis yang lain, sedangkan bagi perempuan dari kelas bawah alasan pokok adalah faktor ekonomi yaitu penopang kehidupan ekonomi. Selain itu Zamani & Efanirad (2011) mengatakan bahwa wanita memiliki peran sebesar 50,0 persen dalam bidang pertanian dan perempuan juga merupakan pihak yang berperan dalam menghasilkan setengah dari ketersediaan pangan yang ada di seluruh dunia. Kalau dilihat dari perempuan Minangkabau perkawainan memberikan banyak keuntungan bagi perempuan. Dengan perkawinan tidak saja memberikan hak pusaka bagi dirinya, tetapi dengan perkawinan juga memungkinkan perempuan memperoleh penghormatan dan kepatuhan dari anaknya, perlindungan dan bantuan finansial dari saudara laki-lakinya dan kasih sayang, finansial dan tenaga dari suaminya. Perempuan juga dapat memperoleh penghasilan sendiri lewat berjualan buah-buahan atau sayuran di pasar (Schrijvers & Els Postel-Coster 1977)

89 65 Pola kewarisan yang diperuntukkan bagi perempuan, menyebabkan perempuan di Minangkabau, secara ekonomi relatif kuat. Dengan besarnya kontribusi ekonomi perempuan terhadap keluarga akan mempunyai pengaruh semakin kuat kedudukan perempuan, terutama dalam keluarga. Walaupun menganut sistem matrilineal dan besarnya kontibusi terhadap keluarga tapi perempuan Minangkabau menganggap suami adalah kepala keluarga dan ujung tombak keluarga, dan sebagai orang yang bertanggungjawab atas kelangsungan rumahtangga secara keseluruhan. Pembagian Peran Gender dalam Keluarga Peran Gender Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Rumah Tangga dan Sosial Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan pada adanya diferensiasi gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Dengan adanya kompromi maka individu tersebut akan mengatasi masalah dengan kreatif dan inovatif yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Adapun sikap saling membantu disini berkaitan dengan keterlibatan suami dan istri dalam peraturan rumahtangga seperti soal pekerjaan dapur, memelihara pakaian, memelihara alat rumahtangga dan kebersihan rumah, serta mengusur keluarga terutama dalam pengasuhan anak Paloma dalam Supriyantini (2002). Semakin baiknya kerjasama antara suami dan istri akan semakin meningkatkan kesejahteraan keluarga yang diharapkan. Pada penelitian ini, pembagian peran gender yang diteliti adalah pembagian peran gender dalam pelaksanaan tugas keluarga dan sosial. Adapun pembagian tugas keluarga terdiri dari tiga jenis kelompok kegiatan yaitu 1) Pembagian peran dalam pekerjaan domestik seperti, perawatan fisik anak sehari-hari/pengasuhan, perawatan pada saat anak sakit, mendampingi anak belajar, memandikan anak, menyuapi anak dan menidurkan anak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, menyediakan makanan, belanja peralatan rumahtangga, mengambil air, menyapu halaman dan menata ruangan dan mencuci kendaraan,

90 66 2) Pembagian peran dalam pekerjaan publik/ekonomi (mencari nafkah), pembagian peran dalam aktivitas sosial seperti, arisan, kerja bakti, rapat desa. Hasil penelitian menunjukkan dalam pembagian tugas dan sosial dalam keluarga menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan domestik seperti perawatan fisik anak sehari-hari (45%), perawatan pada saat anak sakit (50%), mengantar anak ke sekolah (39%), belanja peralatan rumahtangga (58%), mengambil air (41%) dilakukan oleh suami dan istri (bersama-sama). Sementara mendampingi anak belajar 43%), memandikan anak (48%), menyuapi anak makan (51%), menidurkan anak (44%), membersihkan rumah (43%), mencuci pakaian (46%), dan menata ruangan (41%) menyapu halaman (38%) dilakukan oleh suami dan istri tetapi dominan istri. Sedangkan menyetrika pakaian (48%), menyediakan makanan (52%) lebih banyak dilakukan istri saja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleha (2003), Puspitawati (2008), dan Kusumo (2009) yang menunjukkan bahwa pada masyarakat berlaku pola pembagian kerja disektor domestik merupakan tanggung jawab istri, meskipun ditemukan juga beberapa kasus dimana suami bersedia berbagi pekerjaan dengan istri untuk melakukan tugas rumahtangga. Ihromi (1990) juga mengatakan bahwa pekerjaan di sektor domestik utamanya berada dalam tanggung jawab istri. Adapun aktivitas domestik yang paling banyak dilakukan oleh suami adalah mencuci kendaraan (61%). Kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan publik atau ekonomi (mencari nafkah) lebih banyak dilakukan oleh suami-istri (86%). Hal ini membuktikan bahwa sudah ada tanggung jawab bersama antara suami-istri dalam hal mencari nafkah keluarga. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas sosial seperti arisan (46%) lebih banyak dilakukan oleh istri. Aktivitas sosial lainnya seperti pengajian (44%), rapat desa (39%) dan kerja bakti (45%) dilakukan bersama antara suami istri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klein dan White (1996) bahwa pembagian peran gender dibutuhkan untuk menjaga kesimbangan keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri bersepakat dalam membagi peran dan tugas sehari-hari, bertanggung jawab terhadap peran dan tugasnya masing-masing, dan saling menjaga komitmen bersama. Peran gender adalah hubungan antara laki-laki

91 67 dan perempuan yang berkaitan dengan pembagian peran yang dijalankan masingmasing pada berbagai tipe dan struktur keluarga. Pembagian peran gender sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Berkaitan dengan gender dan pemenuhan hidup, diketahui adanya kerjasama perempuan dan laki-laki di tingkat keluarga dan masyarakat (Bappenas 2008). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan persentase pembagian peran gender dalam melaksanakan tugas keluarga Pertanyaan Skor Rataan Skor Pekerjaan Domestik Perawatan fisik anak sehar-hari 16,0 39,0 45,0 0,0 0,0 2,29 Perawatan pada saat anak sakit 10,0 37,0 50,0 0,0 0,0 2,37 Mendampingi anak belajar 22,0 43,0 34,0 1,0 0,0 2,12 Memandikan anak 29,0 47,0 23,0 1,0 0,0 1,93 Menyuapi anak makan 33,0 51,0 15,0 1,0 0,0 1,81 Mengantar anak ke sekolahan / pengajian 23,0 23,0 39,0 8,0 7,0 2,09 Menidurkan anak 33,0 44,0 23,0 0,0 0,0 1,90 Membersihkan rumah (menyapu dan 39,0 43,0 18,0 0,0 0,0 1,79 mengepel rumah) Mencuci pakaian 45,5 46,0 9,0 0,0 0,0 1,64 Menyetrika pakaian 48,0 45,0 7,0 0,0 0,0 1,59 Menyediakan makanan 52,0 42,0 6,0 0,0 0,0 1,54 Belanja kebutuhan sehari-hari 42,0 39,0 19,0 0,0 0,0 1,77 Belanja peralatan rumah tangga 22,0 20,0 58,0 0,0 0,0 2,36 Mengambil air 10,0 23,0 41,0 4,0 22,0 2,09 Menyapu halaman 26,0 38,0 32,0 4,0 0,0 2,06 Menata ruangan 18,0 41,0 38,0 2,0 1,0 2,22 Mencuci kendaraan 11,0 0,0 12,0 16,0 61,0 1,40 Pembagian Peran pekerjaan 6,0 5,0 86,0 0,0 3,0 2,77 publik/ekonomi/ Pembagian Peran Aktifitas Sosial Arisan 46,0 41,0 13,0 0,0 0,0 1,67 Pengajian 27,0 28,0 44,0 1,0 0,0 2,17 Rapat desa 27,0 17,0 39,0 7,0 10,0 2,02 Kerja bakti 3,0 3,0 45,0 10,0 39,0 2,03 Ket: 1=Istri saja, 2= Istri dominan, 3= Suami+Istri, Suami Dominan, dan 5= Suami Saja Recode 1=1, 2=2, 3=3, 4=2, 5=1 Pembagian tugas suami dan istri dalam rumahtangga dan sosial yang dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi menjelaskan bahwa: 1) Kerjasama rendah artinya baik suami atau istri kurang melakukan kerjasama dalam aktifitas domestik atau pekerjaan publik/sosial, contoh: pada pekerjaan domestik suami atau istri saja yang melakukan mengasuh anak/merawat anak dan pekerjaan rumah tangga (mencuci dan menyetrika pakaian, menyediakan makanan, belanja

92 68 kebutuhan sehari-hari), dan pada pekerjaan publik/sosial suami atau istri saja yang melakukan arisan, pengajian, rapat desa, dan kerja bakti; 2) Kerjasama sedang artinya suami dan istri mulai melakukan kerjasama namun masih didominasi oleh asalah satunya, contoh: pada pekerjaan domestik suami dan istri melakukan perawatan fisik anak, mendampingi anak belajar, membersihkan halaman, menata ruangan, dan pada pekerjaan publik/sosial contohnya: arisan, pengajian dan rapat desa. 3) Kerjasama tinggi artinya suami dan istri melakukan kerjasama secara bersama/ melakukan bersama, contoh pada pekerjaan publik adalah: merawat fisik anak, merawat pada saat anak sakit, mengantar anak ke sekolah, dan belanja peralatan rumahtangga, dan pada pekerjaan publik/sosialnya adalah: melakukan pengajian, rapat desa dan kerja bakti. Tabel 13 menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada kegiatan domestik (52,0%) termasuk kategori sedang dengan rata-rata persen. Artinya, pembagian peran keluarga contoh cukup seimbang meskipun cendrung dilakukan oleh istri. Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukan adanya differensiasi peran gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Backer (1965) dalam menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan kelamin. Perempuan akan menghabiskan waktu untuk pekerjaan rumahtangga sedangkan laki-laki untuk pekerjaan mencari nafkah. Pada kegiatan publik/sosial (41%) termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 57,60 persen. Artinya, pembagian peran dalam keluarga contoh sudah seimbang atau setara antara suami dan istri. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori pembagian peran gender dalam melaksanakan tugas keluarga Kategori Kerjasama Gender Domestik Publik/Sosial n % n % Rendah (<33%) 30 30, ,0 Sedang (33-66%) 52 52, ,0 Tinggi ( 67%) 18 18, ,0 Total (n) , ,0

93 69 Jadi secara garis besar kerjasama pada pekerjaan domestik termasuk dalam kategori sedang. Artinya, masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam semua kegiatan tugas dalam rumahtangga atau kegiatan domestik meskipun masih ada salah satu yang dominan. Keterlibatan suami dalam pekerjaan rumahtangga merupakan fenomena yang menarik karena pembagian kerja antara laki-laki dan wanita sampai sekarang masih berlaku. Apalagi pada kawasan pedesaan Minangkabau yang masih dipengaruhi oleh sistem keluarga luas matrilineal, dimana laki-laki dianggap tabu dan akan merasa malu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan kaum perempuan. Peran perempuan sebagai pencari nafkah keluarga menyebabkan keterlibatan suami semakin besar dalam pekerjaan rumahtangga. Kerjasama publik/sosial masuk dalam kategori tinggi. Artinya, bahwa dalam menentukan kegiatan keluarga ditentukan bersamasama oleh suami dan istri atau sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam kegiatan publik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klein dan White (1996) bahwa pembagian peran gender dibutuhkan untuk menjaga kesimbangan keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri bersepakat dalam membagi peran dan tugas sehari-hari, bertanggung jawab terhadap peran dan tugasnya masing-masing, dan saling menjaga komitmen bersama. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori struktural-fungsional yang menekankan keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kesatabilan sistem sosial dalam masyarakat. Levi dalam Megawangi (1999) juga menguatkan bahwa harmoni dalam pembagian peran dan penyelenggaraan fungsi-peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban, dan nilai-nilai bersama adalah kondisi utama berfungsinya keluarga. Berfungsinya keluarga akan memberikan kepuasan bagi anggotanya. Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi peran gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga ini. Eshleman (1991), Gelles (1995), serta Newman dan Grauerholz (2002) dalam Puspitawati dan Fahmi (2008) juga menyatakan bahwa pendekatan teori struktural fungsional dapat

94 70 digunakan dalam menganalisis pembagian peran keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Deacon dan Firebaugh (1988) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang mendasari semua fungsi manajemen sumberdaya keluarga. Hal ini berarti bahwa selama proses manajemen sumberdaya berlangsung, maka proses pengambilan keputusan juga terjadi. Pengambilan keputusan antara suami dan istri pada penelitian ini terdiri dari: (a) Aspek Keuangan seperti membuat rencana keuangan dengan disiplin, mengevaluasi anggota keluarga atas tindakan yang dilakukan, mengontrol keuangan keluarga, memegang keuangan keluarga dan membuat prioritas kebutuhan; (b) Aspek Pangan seperti mengatur kebutuhan pangan sehari-hari, mengatur menu makanan di rumah, menentukan pengeluaran untuk pangan, mempunyai ide untuk mengurangi kebutuhan pangan dan makan diluar; (c) Aspek Pendidikan seperti menentukan anak sekolah atau tidak, memilih pendidikan anak dan mengatur pengeluaran untuk pendidikan; (d) Aspek kesehatan seperti menentukan pengeluaran untuk keperluan kesehatan, menentukan tempat berobat dan mempunyai ide untuk menangguhkan pengobatan bila ada anggota keluarga yang sakit; (e) Aspek Keperluan keluarga lainnya seperti membeli pakaian keluarga, membeli perabot rumah, membeli peralatan dapur dan membeli perhiasan; dan (f) Strategi memenuhi kebutuhan hidup seperti mencari tambahan pekerjaan, menyuruh anak membantu pekerjaan, menyuruh istri bekerja, menjual/menggadaikan barang, menentukan tempat menabung dan menentukan mengambil tabungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan untuk aktivitas keuangan yang terdapat pada masyarakat Ampek Angkek secara umum didominasi oleh istri dan bersama-sama antara suami istri. Pengambilan keputusan oleh suami dan istri (bersama-sama) dan senilai antara suami dan istri, terlihat pada kegiatan membuat perencanaan keuangan (86%), mengatur pengeluaran keluarga (71%), mengevaluasi pengeluaran keluarga (71,7%), memegang keuangan keluarga (64%), mengontrol keluarga dalam menjalankan aktivitas

95 71 keuangan (86%), memisahkan antara pendapatan istri dan suami (85,7%), membicarakan masalah keuangan dengan keluarga (95%), mengajarkan manajemen keuangan kepada anak (51%), dan memegang keuangan untuk usaha (62,3%). Adapun untuk kegiatan mencatat biaya pengeluaran (62,5%) dan membandingkan antara pengeluaran (44,1%) didominasi oleh istri. Pengambilan keputusan untuk aktivitas pangan yang terdapat pada masyarakat Ampek Angkek didominasi oleh istri. Hal ini ini terlihat pada persentase pengambilan keputusan untuk aktivitas yang berkaitan dengan mengatur kebutuhan pangan sehari-hari (54%), mengatur menu makanan di rumah (53%), menentukan pengeluaran untuk pangan (52%), dan mempunyai ide untuk mengurangi kebutuhan pangan (42,9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Saleha (2003), Azzachrawani (2004), Puspa (2007), dan Kusumo (2009) yang menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dalam pengeluaran pangan dan urusan makanan atau pangan cenderung diambil atau didominasi oleh istri. Adanya dominasi istri pada aspek makanan karena suami menganggap istri lebih mengetahui dan menguasai bidang tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Darsono (1992) yang menyatakan bahwa pada bidang pengeluaran pangan dan pengambilan keputusan dalam urusan makanan cenderung didominasi oleh istri. Selain itu, istri secara ekonomi tidak selalu bergantung pada suami sehingga ia memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan makanan (Deacon & Firebaugh 1988). Adapun aktivitas makan di luar rumah, lebih dari separuh responden (60%) didominasi oleh keputusan bersama dan senilai antara suami istri. Pengambilan keputusan untuk aktivitas pendidikan yang terdapat pada masyarakat Ampek Angkek secara umum diputuskan bersama dan senilai antara suami dan istri seperti dalam menentukan anak sekolah atau tidak (91%), memilih tempat pendidikan anak (91%), dan mengatur pengeluaran untuk pendidikan (85%). Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumo (2009) yang menunjukkan bahwa dalam menentukan anak sekolah atau tidak, memilih tempat pendidikan anak dan mengatur pendidikan anak diputuskan bersama oleh suami dan istri. Perbedaan kondisi sosial budaya juga dapat mempengaruhi pola pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Hasil penelitian Azizah (2001) pada

96 72 masyarakat Makasar dan Saleha (2003) pada keluarga nelayan di Kalimantan Timur, menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam pendidikan anak lebih banyak dibuat oleh suami karena suami merasa bertanggung jawab sebagai pencari nafkah utama. Pengambilan keputusan untuk aktivitas kesehatan yang terdapat pada masyarakat Ampek Angkek secara umum diputuskan bersama dan senilai antara suami dan istri seperti dalam menentukan pengeluaran untuk keperluan kesehatan (92%), dan menentukan tempat berobat (89%). Hal ini terjadi karena suami dan istri ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarga. Selain itu sistem kekerabatan di Kecamatan Ampek Angkek tidak lagi cenderung ke matrialneal tapi sudah mengarah ke bilateral, dimana kedudukan suami dan istri dalam keluarga dipandang sama. Distribusi kekuasaan suami dan istri dalam keluarga cendrung seimbang, selain istri memiliki prinsip untuk menjaga kerukunan juga mendasari kebiasaan musyawarah dalam pengambilan keputusan (Magnis-Suseno 1985). Pengambilan keputusan untuk aktivitas keperluan keluarga lainnya secara umum didominasi oleh keputusan bersama dan senilai antara suami dan istri seperti membeli pakaian keluarga (68%) dan membeli perabot rumah (71%). Adapun untuk pengambilan keputusan membeli peralatan dapur (54%) dan membeli perhiasan (40,2%) dilakukan oleh suami istri tetapi lebih dominan istri. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnadi (2001) yang menyimpulkan bahwa umumnya istri yang bekerja memiliki kekuasaan untuk menentukan usahanya sendiri. Peran mereka menjadi lebih penting karena berkaitan dengan sumberdaya keluarga yaitu peningkatan penghasilan rumahtangga dibanding bila mereka hanya sebagai pengelola rumahtangga saja tanpa mengerjakan sesuatu yang sifatnya menambah keuangan keluarga. Pengambilan keputusan untuk aktivitas strategi memenuhi kebutuhan hidup secara umum didominasi oleh keputusan bersama dan senilai antara suami dan istri seperti dalam mencari tambahan pekerjaan (39,4%), menyuruh anak membantu bekerja (51,0%), dan menentukan tempat menabung (83,3%). Menentukan mengambil tabungan (83,3%). Adapun untuk pengambilan keputusan dalam menyuruh istri bekerja (44,4%) di dominasi oleh istri.

97 73 Untuk memahami status perempuan di dalam atau di luar keluarga dalam konteks pengambilan keputusan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah, distribusi dan alokasi kekuasaan serta pembagian kerja yang berlaku didalamnya. Sanday (1987) dalam Saleha (2003) menyatakan bahwa kekuasaan dinyatakan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi atau mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan suatu keluarga dan dapat tersebar dengan nilai yang sama atau tidak sama khususnya antar suami atau istri. Distribusi dan alokasi wewenang antara suami dan istri dapat dianalisis dengan lima pola pengambilan keputusan Sajogyo (1987), yaitu: (1) Keputusan diambil oleh istri seorang diri, (2) Keputusan diambil oleh suami seorang, (3) Keputusan diambil bersama oleh suami dan istri, namun dengan dominasi istri, (4) Keputusan diambil bersama oleh suami dan istri, namun dengan dominasi suami, (5) Keputusan diambil seimbang antara suami dan istri Analisis mengenai pembagian kerja baik di dalam maupun luar keluarga dapat membantu memahami status sosial dalam keluarga dan dalam komunitas. Konsep atau wewenang digunakan untuk mengungkapkan kapasitas dari seseorang atau kelompok untuk membuat keputusan. Dalam keluarga, wewenang dapat didistribusikan secara seimbang atau tidak seimbang di antara anggota keluarga, terutama diantara suami dan istri. Menurut Blood dan Wolf dalam Sajogyo (1987), aspek pembagian kerja dan wewenang merupakan masalah mendasar dalam keluarga. Dalam situasi ini, struktur keluarga dipengaruhi oleh posisi atau status keluarga dalam lingkungan budaya komunitasnya. Pengambilan keputusan dalam keluarga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Rendah artinya baik suami atau istri kurang melakukan kerjasama dalam pengambilan keputusan keluarga, contohnya: (a) Pada aktivitas keuangan, suami atau istri saja yang memutuskan untuk mencatat biaya pengeluaran, menabung di celengan, berhutang ke tetangga, memasukkan uang ke amplop-amplop yang sudah dikategorikan, dan berhutang ke keluarga; (b) pada aktivitas pangan, suami atau istri saja yang mengatur kebutuhan sehari-hari dan mengatur makanan; (c) Pada keperluan keluarga lainnya, suami atau istri saja yang memutuskan membeli perhiasan dan membeli peralatan dapur serta membeli pakaian keluarga; dan (d) Pada strategi memenuhi kebutuhan hidup, suami atau

98 74 istri saja yang memutuskan untuk menyuruh istri bekerja dan menyuruh anak membantu pekerjaan. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan persentase pembagian peran gender dalam dalam pengambilan keputusan. Pertanyaan Skor Rataan Skor Keuangan Membuat perencanaan keuangan 0,0 13,0 86,0 1,0 0, Mengatur pengeluaran keluarga 6,0 21,0 71,0 2,0 0, Mengevaluasi pengeluaran keluarga 7,1 17,2 71,7 1,0 0, Memegang keuangan keluarga 8,0 23,0 64,0 5,0 0, Membuat prioritas kebutuhan 8,0 22,0 69,0 1,0 0, Mengontrol keluarga dalam menjalankan aktivitas 4,0 9,0 86,0 1,0 0, keuangan Mencatat biaya pengeluaran 18,8 62,5 17,7 1,0 0, Membandingkan antara pengeluaran 9,7 44,1 44,1 1,1 1, Menabung di bank 14,3 12,7 60,3 4,8 7, Menabung di celengan 47,4 31,6 19,3 1,8 0, Memegang keuangan untuk usaha 2,9 15,9 62,3 14,5 4, Menggunakan kredit card 0,0 3,7 37,0 22,2 37, Berhutang ke bank 3,8 5,8 71,2 13,5 5, Berhutang ke keluarga 33,3 19,0 35,7 9,5 2, Berhutang ke tetangga 65,0 15,0 15,0 5,0 0, Memasukan uang ke dalam amplop-ampolp yang 50,0 42,0 7,9 0,0 0, sudah dikategorikan Memisahkan antara pendapatan istri dan suami 2,9 10,0 85,7 1,4 0, Membicarakan masalah keuangan dengan keluarga 1,0 4,0 95,0 0,0 0, Menyelesaikan masalah keuangan dengan keluarga 0,0 8,0 92,0 0,0 0, Mengajarkan manajemen keuangan kepada anak 2,0 45,0 51,0 2,0 0, Membeli sesuatu yang sebenarnya tidak perlu 16,1 30,4 46,4 7,1 0, Pangan Mengatur kebutuhan pangan sehari-hari 38,0 54,0 8,0 0,0 0, Mengatur menu makanan di rumah 42,0 53,0 5,0 0,0 0, Menentukan pengeluaran untuk pangan 37,0 52,0 11,0 0,0 0, Mempunyai ide untuk mengurangi kebutuhan pangan 25,5 42,9 30,0 1,1 0, Makanan di luar rumah 6,3 11,3 75,0 6,3 1, Pendidikan Menentukan anak sekolah atau tidak 0,0 7,0 91,0 2,0 0, Memilih tempat pendidikan anak 0,0 7,0 91,0 2,0 0, Mengatur pengeluaran untuk pendidikan 1,0 12,0 85,0 2,0 0, Kesehatan Menentukan pengeluaran untuk keperluan kesehatan 1,0 4,0 92,0 2,0 1, Menentukan tempat berobat 1,0 4,0 89, , Keperluan Keluarga lainnya Membeli pakaian keluarga 13,0 19,0 68,0 0,0 0, Membeli perabot rumah 7,0 21,0 71,0 1,0 0, Membeli peralatan dapur 31,0 54,0 15,0 0,0 0, Membeli perhiasan 21,7 40,2 3,0 0,0 0, Strategi Memenuhi kebutuhan hidup Mencari tambahan pekerjaan 4,0 18,2 39,4 26,3 12, Menyuruh anak membantu pekerjaan 5,1 40,8 51,0 3,1 0, Menyuruh istri bekerja 34,3 44,4 14,1 5,1 2, Menjual/menggadaikan perabot 10,3 51,7 34,5 3,4 0, Menentukan tempat menabung 2,8 11,1 83,3 4,2 0, Menentukan mengambil tabungan 1,4 11,1 83,3 3 4, Ket: 1=Istri saja, 2= Istri dominan, 3= Suami+Istri, Suami Dominan, dan 5= Suami Saja Recode 1=1, 2=2, 3=3, 4=2, 5=1

99 75 Kategori sedang artinya suami dan istri mulai melakukan kerjasama namun masih didominasi oleh salah satunya, contohnya: (a) Pada aktivitas keuangan, yaitu memutuskan untuk membuat perencanaan keuangan, memegang keuangan keluarga, mencatat biaya pengeluaran, membandingkan antara pengeluaran, dan mengajarkan manajemen keuangan pada anak; (b) Pada pangan memutuskan untuk mengatur kebutuhan pangan sehari-hari, mengatur menu makan di rumah, menentukan pengeluaran untuk pangan, dan mempunyai ide untuk mengurangi kebutuhan pangan; (c) Pada keperluan keluarga lainnya memutuskan untuk membeli perabit rumah, membeli peralatan dapur, dan membeli perhiasan; dan (d) Pada strategi memenuhi kebutuhan hidup dalam memutuskan untuk menyuruh anak membantu pekerjaan, menyuruh istri bekerja, dan menjual/menggadaikan perabot. Adapun kategori tinggi artinya, suami dan istri memutuskan secara bersama-sama/bekerjasama dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, contohnya: (a) Pada aktivitas keuangan, dalam memutuskan membuat perencanaan keuangan, mengatur keuangan keluarga, mengevaluasi pengeluaran keluarga, memegang keuangan keluarga, mengontrol keluarga dalam menjalankan aktivitas keuangan, mencatat biaya pengeluaran, menabung di bank, memegang keuangan usaha, berhutang ke bank, memisahkan pendapatan istri dan suami, menyelesaikan masalah keuangan dengan keluarga mengajarkan manajemen keuangan kepada anak, dan membeli sesuatu yang tidak perlu; (b) Pada aktivitas pangan, dalam memutuskan mengatur kebutuhan pangan sehari-hari, mengatur menu makanan, menentukan pengeluaran untuk pangan, dan mempunyai ide untuk mengurangi kebutuhan pangan; (c) Pada aktivitas pendidikan, dalam memutuskan menentukan anak sekolah atau tidak, menentukan tempat pendidikan anak, dan mengatur pengeluaran untuk pendidikan; (d) Pada kesehatan dalam memutuskan menentukan pengeluaran untuk keperluan kesehatan, dan menentukan tempat berobat; (e) Pada keperluan keluarga lainnya dalam memutuskan membeli pakaian keluarga, membeli perabot rumah, dan membeli perhiasan; dan (f) Pada strategi memenuhi kebutuhan hidup, dalam memutuskan mencari tambahan pekerjaan, menyuruh anak membantu pekerjaan, menentukan tempat menabung, dan menentukan mengambil tabungan.

100 76 Tabel 15 menunjukkan bahwa kerjasama dalam pengambilan keputusan antara suami-istri yang termasuk kategori tinggi adalah pengambilan keputusan dalam aspek pangan, pendidikan, kesehatan, dan keperluan keluarga lainnya, yaitu sebesar 57.0 persen dengan rata-rata persen. Hal ini berarti, sudah terdapat pengambilan keputusan yang seimbang/setara antara suami dan istri dalam aspek pangan, pendidikan, kesehatan dan keperluan keluarga lainnya. Adapun yang termasuk kategori sedang adalah pengambilan keputusan dalam aspek keuangan (72,0%), dan strategi memenuhi kebutuhan hidup (36,0%), dengan rata-rata pengambilan keputusan contoh keuangan persen, dan strategi memenuhi kebutuhan hidup persen. Hal ini berarti bahwa sebagian besar keluarga contoh dalam merencanakan kegiatan rumahtangganya cukup seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat diferensiasi peran dalam keluarga. Megawangi (1999) menyatakan bahwa dalam keluarga perlu ada alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem tetap ada. Tanpa ada pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu. Diferensiasi peran dalam keluarga mengindikasikan adanya kompromi dalam keluarga yang pada akhirnya dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Supriyantini (2002) menyatakan bahwa dengan adanya kompromi maka individu tersebut akan dapat mengatasi masalah dengan cara yang kreatif dan inovatif yang akan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sikap saling bantu membantu dan kompromi disini antara lain adalah membicarakan keterlibatan suami dan istri dalam peraturan rumah tangga, mengelola rumahtangga seperti soal pekerjaan dapur, memelihara pakaian, memelihara alat rumah tangga dan kebersihan rumah, serta mengurus keluarga terutama dalam pengasuhan anak. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori kerjasama gender dalam pengambilan keputusan keluarga Kategori Kerjasama KU PPKKL SMKH Gender n % n % n % Rendah (<33%) 23 23,0 2 2, ,0 Sedang (33-66%) 72 72, , ,0 Tinggi (>67%) 5 5, , ,0 Total , , ,0 Ket: KU= keuangan, PPKKL= pendidikan, pangan, kesehatan, keperluan keluarga lainnya, dan SMKH= strategi memenuhi kebutuhan hidup

101 77 Secara garis besar pengambilan keputusan keluarga sudah terlihat keterlibatan antara suami dan istri. dan mengarah pada pengambilan keputusan konsensus yaitu pengambilan keputusan secara bersama-sama antar anggota keluarga, setiap keluarga mempunyai hak untuk mengemukan pendapat, (Guhardja et al. 1992). Terutama terlihat pada pengambilan keputusan pendidikan, pangan, kesehatan, keperluan keluarga lainnya, dan pada strategi memenuhi kebutuhan hidup. Rowwatt (1990) dalam Puspitawati (2009) menyatakan bahwa suami dan istri yang terlibat berperan dalam urusan rumahtangga akan lebih mampu mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam urusan rumahtangga tampa merugikan salah satu pihak dan mengurangi adanya stress pada pasangan karier ganda akibat menumpuknya tugas-tugas dalam rumahtangga. Keterlibatan suami dalam urusan rumahtanga, sangat diharapkan untuk meringankan tugas istri. Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang suami ikut berpartisipasi dalam pekerjaan rumahtangga adalah pandangan gender yang dianut suami. Menurut William & Best (1990) pandangan peran gender merupakan kepercayaan normatif tentang bagaimana seharusnya penampilan seorang laki-laki atau perempuan, apa yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki atau perempuan, dan bagaimana keduanya berinteraksi. Levy (Megawangi, 1999) mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas yang jelas pada masing-masing anggota dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi yang peranannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena adanya kesempatan siapa yang akan memerankan tugas apa. Apabila terjadi, maka keberadaan institusi keluarga tidak akan berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi antara lain diferensiasi peran, alokasi solidaritas, alokasi ekonomi, alokasi politik, dan alokasi integrasi dan ekspresi. Selanjutnya supaya keluarga dapat berjalan dengan baik adanya pemetaan pembagian peran gender dan alokasi kerja. Moser (1993) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender yaitu: (1) Peranan produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran/upah secara tunai

102 78 dan sejenisnya. Contohnya, kegiatan bekerja baik di sektor formal maupun informal; (2) Peranan reproduktif, yakni peranan yang berhubungan dengan tanggungjawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan hidup keluarga. Misalnya, melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, memasak, mencuci, membersihkan rumah, memperbaiki baju dan lainya; (3) Peran pengelolaan masyarakat dan politik yang dikelompokan menjadi dua kategori, yakni; a) Peranan pengelolaan masyarakat ( kegiatan sosial) b) Pengelolaan masyarakat politik (kegiatan politik). Pola pengambilan keputusan dalam keluarga menyangkut kewenangan suami dan istri dalam mengambil keputusan, yaitu pola tradisinal yang mana pengambilan keputusan keluarga yang memberikan wewenang kepada suami untuk mengambil keputusan, sedangkan istri hanya sebagai pendukung dari keputusan, dan pola modern, pengambilan keputusan dalam keluarga secara bersama-sama, ada semacam persamaan hak istri dalam pengambilan keputusan, tampa menghilangkan peran masing-masing. Kesejahteraan Keluarga Subjektif Kesejahteraan subjektif adalah pengukuran tingkat kepuasan dan kebahagian seseorang secara subjektif terhadap keadaannya dalam waktu tertentu (Krueger 2009). Pendekatan subjektif didapat dari persepsi masyarakat tentang aspek kesejahteraan sehingga hasilnya merupakan perkembangan dari aspek kesejahteraan. Pendekatan dengan indikator subjektif secara filosofi berhubungan erat dengan psikologi sosial masyarakat. Penduduk mungkin mempunyai pandangan sendiri tentang apa arti kesejahteraan yang mungkin dapat berbeda dengan pandangan objektif. Konsep subjektif dapat memberikan pengertian yang mendalam tentang masalah kesejahteraan yang dihadapi keluarga. Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang menunjukkan perasaan kepuasan pribadi akan kehidupan keluarganya. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Kesejahteraan subjektif dibagi menjadi kesejahteraan materi dan non

103 79 materi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepuasan contoh semakin tinggi tingkat kesejahteraan subjektif tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian contoh puas dengan keadaan keuangan keluarga (55%), keadaan makanan keluarga (65%), keadaan tempat tinggal keluarga, perasaan istri terhadap kebersihan rumah keluarga (51%), keadaan pekerjaan istri dapat membuat rumahtangga sejahtera (53%), dan perasaan terhadap kebersihan halaman/pekerangan (47%), sedangkan cukup puas dengan keadaan materi/aset keluarga (48%), keadaan pekerjaan suami (55%) dan perasaan istri terhadap penghasilan suami (54,0%) (Tabel 16). Lebih sebagian contoh puas dengan keadaan spiritual/ mental (58%), keadaan fisiknya (60%), hubungan/komunikasi dengan saudara/ kerabat (51,0%), perasaan terhadap sekolah anak (56,0%), perasaan terhadap kesehatan mental anak (65,0%), perasaan terhadap perilaku sosial anak (52,0%), perasaan terhadap kesehatan fisik anak (61,0%), perasaan terhadap kesehatan fisik suami (57,0%), perasaan terhadap kesehatan mental suami (57,0%), perasaan terhadap komunikasi dengan suami (57,0%), perasaan terhadap kebutuhan sexual dengan suami (60,0%) (Tabel 17). Kepuasan atau kesejahteraan ini dapat berbeda antara harapan dengan kenyataan dan dapat berbeda setiap orang (Mccall 1975; Frankl 1963; Anonimous 2008 dalam Puspitawati 2010). Selain itu menurut Universitas Oklahoma, quality of life dapat dipengaruhi selain sosial ekonomi seperti keadaan keluarga, pekerjaan, tetangga, kelompok masyarakat, kesehatan fisik, tingkat pendidikan dan spiritual (agama) (Anonimous 2008 dalam Puspitawati 2010). Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh cukup puas dengan survival strategi yang dilaksanakan dalam keluarga (62%), gaya manajemen waktu (73,0%), gaya manajemen keuangan (73,0%), gaya menejemen stress (73,0%), gaya manajemen pekerjaan (75,0%). Sebagian contoh cukup puas dengan hubungan/komunikasi dengan orangtua/mertua (51,0%), hubungan/komunikasi dengan tetangga (56,0%), pembagian peran antara suamiistri pembagian peran antara suami-istri (53,0%), keterlibatan istri dalam aktivitas ekonomi keluarga (53,0%), keterlibatan istri dalam perkumpulan desa (62,0%),

104 80 dan perasaan terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan di rumah tangga (55,0%). Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan Kesejahteraan Subjektif (Subjective Quality of Life) (n=100) Pertanyaan Skor Rataan skor n % n % n % Materi Keadaan keuangan keluarga anda 8 8, ,0 2,47 Keadaan makanan keluarga anda ,0 2,63 Keadaan tempat tinggal keluarga anda 7 7, ,0 2,46 Keadaan materi/aset keluarga anda 6 6, ,0 2,40 Perasaan istri terhadap kebersihan rumah anda 0 0, ,0 2,57 Pekerjaan dapat membuat rumahtangga sejahtera 0 0, ,0 2,58 Pekerjaan suami, dapat membuat ruamahtangga sejahtera 2 2, ,0 2,30 Perasaan istri terhadap kebersihan halaman/ pekarangan rumah anda 7 7, ,0 2,21 Perasaan istri terhadap penghasilan suami anda 4 4, ,0 2,19 Non Materi Keadaan spiritual/mental anda 1 1, ,0 2,17 Keadaan kesehatan fisik anda 2 2, ,0 2,19 Survival strategi yang dilaksanakan keluarga anda 4 4, ,0 2,49 Gaya manajemen waktu anda 3 3, ,0 2,51 Gaya manajemen keuangan anda 4 4, ,0 2,48 Gaya menejemen stress anda 5 5, ,0 2,44 Gaya manajemen pekerjaan anda 3 3, ,0 2,51 Hubungan/komunikasi dengan orang tua/ mertua 0 0, ,0 2,41 Hubungan/komunikasi dengan saudara/ kerabat 0 0, ,0 2,45 Hubungan/komunikasi dengan pasangan 2 2, ,0 2,20 Hubungan/komunikasi dengan tetangga 0 0, ,0 2,50 Optimisme menyongsong masa depan 2 2, ,0 2,51 Pembagian peran antara suami-istri 3 3, ,0 2,60 Keterlibatan istri dalam aktivitas ekonomi keluarga 1 1, ,0 2,65 Keterlibatan istri dalam perkumpulan desa 9 9, ,0 2,55 Pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki 2 2, ,0 2,51 Perasaan istri terhadap kesehatan mental anak anda 0 0, ,0 2,40 Perasaan istri terhadap sekolah anak anda 1 1, ,0 2,56 Perasaan istri terhadap perilaku sosial anak anda 1 1, ,0 2,38 Perasaan istri terhadap kesehatan fisik anak anda 1 1, ,0 2,56 Perasaan istri terhadap kesehatan fisik suami anda 1 1, ,0 2,55 Perasaaan istri terhadap kesehatan mental suami anda 1 1, ,0 2,58 Perasaan istri terhadap komunikasi dengan suami 2 2, ,0 2,35 Perasaan istri terhadap kebutuhan sexual dengan suami 2 2, ,0 2,58 Perasaan istri terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan di rumah tangga 5 5, ,0 2,53 Bahagia dengan jumlah anak yang dimiliki 0 0, ,0 2,41 Ket: 1= tidak puas, 2= cukup puas, 3= puas Menurut Guhardja et al. (1992) kepuasan merupakan output yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbeda-

105 81 beda untuk setiap individu atau bersufat subjektif. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang diinginkan, nilai tersebut dapat berubah akibat banyaknya pengalaman. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan keluarga subjektif secara lengkap dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 16. Kesejahteraan subjektif dibagi menjadi kesejahteraan materi dan non materi. Berdasarkan aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan subjektif maka di kategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi, yaitu rendah (<33%), sedang (33 66%), dan tinggi (>67%). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepuasan contoh semakin tinggi tingkat kesejahteraan subjektif tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih sebagian contoh termasuk dalam kategori tinggi secara materi (66,0%) dengan rata-rata persen, secara non materi (68,0%) dengan rata-rata persen, dan secara umum /kesejahteraan total (63,0%) dengan rata-rata persen. Hal ini sejalan dengan Simanjuntak (2010) bahwa peningkatan akses terhadap sumberdaya fisik dan non fisik keluarga seperti keuangan, makanan maupun aset yang mampu memberikan kepuasan bagi contoh. Selain itu menurut Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbedabeda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang dinginkan. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif (Subjective Quallity of Life) dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif Kategori Kesejahteraan Materi Non Materi Kesejahteraan Total Subjektif n % n % n % Rendah (<33%) 0 0,0 0 0, Sedang (33-66%) 34 34, , ,0 Tinggi (>67%) 66 66, , ,0 Total , , ,0

106 82 Jadi secara garis besar dapat dikatakan bahwa lebih sebagian keluarga contoh dalam kesejahteraan subjektif tergolong dalam kategori tinggi. Artinya, menunjukkan perasaan kepuasan atau rasa syukurnya akan kehidupan keluarga, baik materi, dan non materi yang diperolehnya. Karena contoh memandang keluarga adalah tempat dimana berkumpulnya seluruh anggota keluarga, dalam membesarkan anak, berbagi kasih dan sayang, suka dan duka tempat memperoleh kebahagiaan, dan merupakan harta yang yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Oleh karena itu contoh sudah merasa puas dan sejahtera dengan apapun yang di milikinya baik segi materi maupun non materi. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kontribusi Ekonomi Perempuan Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan hanya menghasilkan nilai adjusted R-Kuadrat 0,176. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel yang ada dalam model (pendidikan istri, umur istri, pendidikan suami, kepemilikan aset, besar keluarga, pendapatan total keluarga, dan peran gender dalam pembagian tugas) sebesar 17.6 persen. Dengan demikian sebesar 82.4 persen kontribusi ekonomi perempuan dipengaruhi oleh variabel lain di luar model (Tabel 18). Tabel 18 Hasil analisis regresi linear berganda terhadap kontribusi ekonomi perempuan Variabel Unstandardized Standardized B ß T Sig (Konstanta) 0,010 0,059 0,953 Pendidikan Istri (tahun) 0,006 0,124 0,986 0,327 Umur Istri (tahun) 0,004 0,187 1,925 0,057* Pendidikan Suami (tahun) 0,001 0,012 0,088 0,930 Kepemilikan Aset (skor) 0,006 0,362 3,467 0,001** Besar Keluarga (orang) -0,014-0,113-1,182 0,240 Pendapatan Suami (Rp) 0,000-0,508-4,282 0,000** Peran Gender dalam Pembagian Tugas (skor) 0,001 0,044 0,446 0,656 Uji f (p) 4,018 (0.001) Adj R-square 0,176 *signifikan pada p<0,10 ** signifikan pada p<0,05

107 83 Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri, kepemilikan aset dan pendatan suami. Kepemilikan aset memiliki pengaruh besar terhadap kontribusi ekonomi perempuan, yaitu setiap kenaikan 1 skor kepemilikan aset maka akan terjadi kenaikan kontribusi ekonomi perempuan sebesar 0,006 persen. Semakin besar kepemilikan aset dalam keluarga, maka kontribusi ekonomi perempuan yang diberikan kepada keluarga akan semakin besar. Variabel yang kedua berpengaruh signifikan terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri, setiap kenaikan 1 tahun umur istri maka akan terjadi kenaikan kontribusi ekonomi perempuan sebesar 0,004 persen. Semakin bertambahnya umur istri maka perannya dalam kontribusi ekonomi keluarga semakin besar pula. Berdasarkan data, persentase terbesar umur contoh berada pada selang tahun. Menurut Berger (1980), bahwa pada kategori tersebut, sudah tergolong pada kelompok dewasa awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya umur contoh maka semakin berpengaruh terhadap perannya dalam kontribusi ekonomi keluarga. Ada kecendrungan bahwa umur merupakan salahsatu faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan baik fisik maupun mental guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan suami memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Setiap kenaikan 1 rupiah pendapatan suami maka akan terjadi penuruanan kontribusi ekonomi perempuan sebesar 0,000 persen (pengaruhnya sangat kecil). Semakin tinggi pendapatan suami maka kontribusi ekonomi perempuan akan semakin sedikit. Selain itu, tingginya pendidikan suami memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik sehingga suami akan lebih banyak berkontribusi ekonomi terhadap keluarga. Iskandar (2007) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan yang diterima seseorang baik suami maupun istri, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih tinggi. Yadollani at al. (2009) bahwa pendidikan adalah salah satu determinan penting yang mentukan status ekonomi dan pekerjaan seseorang.

108 84 Pendidikan istri, tidak berpengaruh signifikan terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Akan tetapi, terdapat hubungan positif antara pendidikan istri dengan kontribusi ekonomi perempuan. Semakin tinggi pendidikan istri maka peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik semakin besar. Raviv et al. (2009) menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkatan upah wanita dan status ekonomi keluarga. Peran gender dalam pelaksanaan tugas keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Akan tetapi, memiliki hubungan positif. Semakin tinggi peran gender dalam pelaksanaan tugas keluarga maka peluang untuk kontribusi ekonomi perempuan lebih besar. Urutan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah: (1) Pendapatan suami; (2) Kepemilikan aset; dan (3) Umur istri. Secara umum dapat digambarkan bahwa suami tetap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. karena dengan tingginya pendapatan suami akan akan berpengaruh terhadap ekonomi keluarga. Ada kecendrungan bahwa semakin tinggi pendapatan suami, kontribusi ekonomi perempuan akan menurun. Dengan peningkatan jumlah aset dalam keluarga akan berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan, dan berperannya perempuan dalam ekonomi keluarga secara otomatis akan meningkatkan jumlah aset dalam keluarga. Serta dengan bertambahnya umur maka semakin berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Adanya anggapan, bahwa umur seorang perempuan diduga berkaitan erat dengan tingkat kematangan diri dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu (istri) dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan baik fisik maupun mental guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Faktor faktor yang Berpengaruh terhadap Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Keluarga Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga hanya menghasilkan nilai adjusted R-Kuadrat 0,226. Hal ini menunjukkan bahwa peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga dapat diterangkan oleh variabel-variabel yang ada (pendidikan istri, umur istri, pendidikan suami,

109 85 kepemilikan aset, besar keluarga, pendapatan suami, dan kontribusi ekonomi perempuan) hanya sebesar 22,6 persen. Dengan demikian sebesar 77,4 peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga diterangkan oleh variabel lain di luar model (Tabel 19). Tabel 19 Hasil analisis regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan Variabel Unstandardized Standardized B ß T Sig (Konstanta) 70,663 7,414 0,000 Pendidikan Istri (tahun) -0,927-0,266-2,187 0,031** Umur Istri (tahun) -0,323-0,214-2,256 0,026** Pendidikan Suami (tahun) 0,165 0,047 0,368 0,714 Kepemilikan Aset (skor) 0,436 0,386 3,587 0,001** Besar Keluarga (orang) 0,186 0,022 0,240 0,811 Pendapatan Suami (Rp) 0,000 0,091 0,726 0,470 Kontribusi Ekonomi Perempuan (%) 17,647 0,264 2,617 0,010** Uji f (p) 5,136 (0.000) Adj R-square 0,226 *signifikan pada p<0,10 ** signifikan pada p<0,05 ***signifikan pada p<0,01 Variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga adalah kepemilikan aset. Setiap kenaikan 1 skor kepemilikan aset keluarga maka akan akan terjadi kenaikan peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga sebesar 0,436 skor. Variabel yang kedua berpengaruh adalah kontribusi ekonomi perempuan, yaitu setiap kenaikan 1 persen kontribusi ekonomi perempuan maka akan terjadi kenaikan peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga sebesar 17,647 skor. Artinya, Semakin tinggi kepemilkan aset dan kontribusi ekonomi perempuan maka akan semakin meningkatnya peningkatan peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga Hal ini diduga karena dengan semakin membaiknya ekonomi keluarga dengan besarnya kontribusi perempuan maka semakin baiknya kerjasama dalam keluarga. Azzachrawani (2004) mengatakan bahwa besarnya kontribusi pendapatan istri terhadap keluarga, juga adanya aset istri sebelum menikah, dan aset istri sesudah menikah merupakan nilai tambah bagi istri yang memberi pengaruh positif terhadap pola pengambilan keputusan dalam keluarga.

110 86 Hal ini sejalan dengan Puspitawati dan Fahmi (2008) yang menyatakan bahwa keluarga dengan tingkat sosial ekonomi dan demografi yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat relasi gender yang berkaitan dengan diferensiasi peran. Guharja et al. (1992) juga mendukung bahwa tingkat sosial ekonomi keluarga yang semakin tinggi memerlukan manajemen sumberdaya keluarga yang semakin kompleks yang sekaligus menuntut adanya pembagian peran dalam keluarga yang semakin baik. Pendidikan istri dan umur istri memiliki nilai koefisien regresi negatif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga. Setiap kenaikan 1 tahun pendidikan istri maka akan terjadi penurunan skor peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga sebesar -0,927, selain itu kenaikan 1 tahun umur istri maka akan terjadi penurunan peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga sebesar -0,323 skor. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan istri, dan umur istri dalam keluarga, peran gender dalam pengambilan keputusan akan menurun. Hal ini sejalan dengan hasil korelasi sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara variabel umur istri dengan peran gender dalam pengambilan keputusan meskipun tidak signifikan. Pendidikan suami dan pendapatan total keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga. Akan tetapi, terdapat hubungan positif antara pendidikan suami dengan peran gender total. Semakin tinggi pendidikan suami dan pendapatan total keluarga maka peluang untuk peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga lebih besar. Urutan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan adalah : (1) Kepemilikan aset; (2) Pendidikan istri; (3) Kontribusi ekonomi perempuan; dan (4) Umur istri. Secara garis besar bahwa kepemilikan aset dalam keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga, karena dengan membaiknya ekonomi keluarga dengan besarnya kontribusi ekonomi perempuan terhadap keluarga maka semakin baiknya kerjasama dalam keluarga. Kontribusi pendapatan ekonomi yang diperoleh perempuan berpengaruh terhadap peran serta perempuan dalam pengambilan keputusan rumahtangga. Dengan demikian, dengan masuknya wanita dalam kerja nafkah membawa

111 87 konsekuensi meningkatnnya wewenang perempuan dalam mengambil keputusan rumahtangga. Sehingga dapat dikatakan bahwa masuknya perempuan ke dalam lapangan pekerjaan bukan membuat dominasi istri sendiri dalam pengambilan keputusan keluarga tetapi akan menciptakan peran yang setara antara suami dan istri dalam mengambil keputusan keluarga. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Subjektif (Subjective Quality of Life) Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif hanya menghasilkan nilai adjusted R-Kuadrat 0,132. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel yang ada dalam model (pendidikan istri, umur istri, pendidikan suami, kepemilikan aset, besar keluarga, pendapatan total, peran gender total dan kontribusi ekonomi perempuan) hanya sebesar 13,2 persen. Dengan demikian sebesar 86,8 persen sisanya menjelaskan bahwa kesejahteraan keluarga subjektif dipengaruhi oleh variabel lain di luar model (Tabel 20). Tabel 20 Hasil analisis regeresi linear berganda faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif Variabel Unstandardized Standardized B ß T Sig (Konstanta) 64,389 4,987 0,000** Pendidikan Istri (tahun) -0,143-0,047 -,364 0,717 Umur Istri (tahun) -0,010-0,008 -,069 0,945 Pendidikan Suami (tahun) -0,585-0,191-1,377 0,172 Kepemilikan Aset (skor) 0,289 0,293 2,733 0,008** Besar Keluarga (orang) 0,555 0,076,766 0,445 Pendapatan Total (Rp) 1,283E-6 0,256 1,967 0,052* Peran Gender Total (skor) -8,116-0,139-1,361 0,177 Kontribusi Ekonomi Perempuan (%),079 0,112 1,068 0,288 Uji F (p) 2,88 (0.007) Adj R-square 0,132 *signifikan pada p 0,10 ** signifikan pada p 0,05

112 88 Variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah kepemilikan aset. Setiap kenaikan 1 skor kepemilikan aset, terjadi kenaikan kesejahteraan keluarga sebesar 0,289 skor. Variabel yang kedua berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah pendapatan total keluarga, kenaikan Rp 1 juta pendapatan total keluarga akan menyebabkan terjadi kenaikan skor kesejahteraan keluarga subjektif sebesar 1,283. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dan kepemilikkan aset bepengaruh positf terhdap tingkat kesejahteraan. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan lebih mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Iskandar (2007), Aniri (2008), dan Muflikhati (2010) bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Selain keluarga dengan nilai aset yang lebih besar berpeluang lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga aset yang lebih rendah. Menurut Bryant (1990) keluarga yang memiliki aset besar cenderung lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset terbatas. Menurut Rottwel (2011) aset merupakan hal yang penting karena aset dapat membantu seseorang menjadi lebih maju dan sebaliknya keterbatasan aset yang dimiliki akan berdampak pada kekurangan ekonomi dan stres pada keluarga. Penelitian Muflikhati (2010) menunjukkan bahwa aset keluarga merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Menurut Thomas (1999) kepemilikan aset dalam keluarga juga merupakan indikator kemandirian ekonomi keluarga. Semakin tinggi aset dan pendapatan yang dimiliki keluarga, maka keluarga semakin mandiri dalam segi ekonomi. Adanya kepemilikan aset dan pendapatan yang cukup dalam keluarga dapat mengupayakan kualitas hidup hidup lebih baik, seperti dalam hal kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, sandang dan hiburan. Hal ini sejalan dengan Simanjuntak (2010) bahwa peningkatan akses terhadap sumberdaya keluarga seperti keuangan, makanan maupun aset mampu memberikan kepuasan bagi contoh. Pendidikan istri, umur istri, pendidikan suami, dan peran gender total memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Ada

113 89 kecendrungan semakin tinggi pendidikan istri, umur istri, pendidikan suami, dan peran gender, kesejahteraan keluarga subjektif akan menurun. Hal ini diduga dengan tingginya pendidikan istri, umur istri, pendidikan suami, dan peran gender total dalam keluarga, ekspektasi (harapan) terhadap kualitas kehidupan semakin meningkat. Selain itu kontribusi ekonomi perempuan berpengaruh tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Semakin tinggi kontribusi ekonomi perempuan maka peluang contoh untuk sejahtera lebih besar. Karena kesejahteraan subjektif lebih menunjukkan perasaan kepuasan pribadi atau rasa syukurnya akan kehidupan keluarga. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Puas tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang dinginkan. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap mempunyai pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktorfaktor yang menentuka tingkat kesejahteraan. Urutan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah : (1) Kepemilikan aset dan (2) Pendapatan total keluarga. Aset adalah sumber daya atau kekayaan yang dimiliki oleh keluarga. Aset akan berperan sebagai alat pemuas kebutuhan. Oleh karena itu keluarga yang memiliki aset lebih banyak cenderung lebih sejahtera jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset terbatas. Secara garis besar bahwa contoh dalam penelitian ini kesejahteraan atau kepuasan yang dirasakan setelah memiliki aset dan pendapatan total keluarga yang besar, di duga karena dengan banyaknya kepemilikan aset dan pendapatan total keluarga maka dapat mensejahterahkan seluruh anggota keluarga, misalnya bisa memberikan pendidikan yang baik untuk anak, bisa memberikan tempat tinggal yang layak untuk anggota keluarga, dan bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga baik pangan maupun non pangan. Menurut Briyant (1990), sumberdaya yang dimiliki keluarga mencakup sumberdaya manusia, materi, dan finansial. Ketiga sumberdaya tersebut memiliki sifat terbatas, sehingga perlu dikelola dengan baik untuk mencapai tujan keluarga, yaitu kesejahteraan.

114 90 Pembahasan Umum Penelitian ini menggunakan pendekatan teori structural fungsional melalui pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga, terutama difokuskan pada kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan keluarga Penelitian ini memberikan fakta bahwa telah terjadi transisi peran perempuan. Sebelumnya perempuan hanya berperan di sektor domestik sebagai ibu rumahtangga. Jikapun perempuan berkontribusi dalam pendapatan keluarga, biasanya hanya sebagai sebagai pencari nafkah tambahan (secondarybreadwinner). Namun saat ini perempuan juga sudah mulai berperan sebagai pencari nafkah utama (main- breadwinner) bagi keluarganya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian ini bahwa Kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga perbulannya sekitar 40,1 persen sampai 50,0 persen dengan rata rata 43,3 persen, dengan minimal 13,0 persen dan maksimal persen dari pendapatan total keluarga. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peran perempuan dalam fungsi ekonomi keluarga adalah sangat signifikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hermayulis (2009) bila dihubungkan dengan perempuan di Sumatera Barat bahwa salah satu peranan perempuan Minangkabau di Sumatera Barat adalah: menyimpan hasil usaha ekonomi. Peranan ini disebut dalam adat Minangkabau sebagai umbun puruak pagangan kunci, umbun puruak aluang bunian. Maknanya perempuan berperanan sebagai pemegang kunci (orang yang menyimpan dan menjaga) hasil kegiatan ekonomi anggota keluarga. Peranan itu telah melekat pada perempuan Minangkabau, bahkan sangat tertonjol semasa lelaki merantau. Perempuan Minangkabau sudah biasa dengan peranannya sebagai ibu tunggal menjaga anak-anaknya sepanjang tempoh suaminya merantau. Dalam masa itu ekonomi keluarga akan menjadi tanggung jawab sepenuh bagi perempuan, perempuan Minangakabau sudah biasa, kerana sudah terlatih membuatnya. Di Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi, terdapat trend yang cukup progresif tentang usaha ekonomi perempuan dalam membuat pakaian, sulaman, baju kurung, kebaya, telekung dan lain-lain dijadikan home industry.

115 91 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan pekerjaan rumahtangga dan sosial, sebagian besar contoh termasuk ke dalam keluarga yang mempunyai kerjasama antara suami dan istri dengan kategori sedang begitupun dengan pengambilan keputusan dalam aktivitas keluarga juga kategori sedang. Artinya sudah mulai ada kerjasama antara suami dan istri yang baik walaupun sedikit. Hal ini membuktikan bahwa sudah ada tanggungjawab bersama antara suami-istri dalam hal mencari nafkah keluarga. Sedangkan pekerjaan domestik dominan dilakukan oleh istri. Jadi secara garis besar, terdapat pembagian peran da (differensiasi) peran gender dalam keluarga. Menurut Megawangi (1999) pembagian antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya differensiasi peran gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Backer (1965) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota keluarga rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumah tangga sedangkan laki-laki untuk pekerjaan mencari nafkah. Dalam sistem matrilineal yang ada di Sumatera Barat keterlibatan suami dalam pembagian tugas dalam rumahtangga merupakan fenomena menarik karena pembagian kerja antara suami dan istri sampai sekarang masih berlaku. Apalagi pada kawasan Minangkabau yang masih dipengaruhi oleh sistem matrilineal, yang sebetulnya sama dengan patrilineal dengan pandangan bahwa laki-laki dianggap tabu dan tidak etis jika melakukan pekerjaan domestik yang biasanya dilakukan perempuan, namun seiring dengan perkembangan zaman kebiasaan tersebut mulai luntur. Saat ini bukanlah suatu hal yang janggal jika melihat laki-laki melakukan pekerjaan rumahtangga. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri dan kepemilikan aset. Hal ini berarti, dengan peningkatan umur istri dan kepemilikan aset dalam keluarga maka akan meningkatkan kontribusi ekonomi perempuan. Adapun variabel pendapatan suami berpengaruh negatif terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Hal ini berarti, semakin tinggi pendidikan suami maka semakin rendah kontribusi ekonomi perempuan terhadap keluarga keluarga. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan

116 92 adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan, namun berpengaruh negatif dengan umur istri. Artinya, peningkatan kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan yang dimiliki suatu keluarga maka dapat meningkatkan kerjasama dalam pengambilan keputusan keluarga. Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang menunjukkan perasaan kepuasan pribadi akan kehidupan keluarganya. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Hasil penelitian juga menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah kepemilikan aset, dan pendapatan total. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya kepemilikan aset dan semakin tingginya pendapatan total keluarga maka kesejahteraan keluarga subjektif semakin besar. Keterbatasan Penelitian Hasil Uji Regresi ini tidak cukup membuktikan bahwa kontribusi ekonomi perempuan secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan keluarga subjektif. Hal ini diduga karena karakteristik dari populasi yang homogen. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisir secara luas untuk semua populasi keluarga di Kecamatan Ampek Angkek karena kerangka sampling yang dilakukan adalah secara purposive sampling. Kesimpulan dalam penelitian ini hanya berlaku untuk penduduk yang mempunyai karakteristik yang sama dengan contoh. 2. Penelitian ini hanya dilakukan di dua Nagari yang mewakili Kecamatan Ampek Angkek sehingga dari segi lokasi kurang representatif. 3. Penelitian ini menggunakan istri sebagai responden, dengan asumsi jawaban istri dapat mewakili keluarga secara keseluruhan. Pada penelitian selanjutnya disarankan yang menjadi responden adalah suami dan istri sehingga dapat dibandingkan bagaimana pandangan suami terhadap pembagian peran berdasarkan gender.

117 93 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga perbulannya berkisar antara (13,0%) sampai dengan (100,0%) dengan rata-rata (43,3% ) dan dapat dikatakan sudah signifikan. Hal ini menunjukkan kontribusi istri sangat besar terhadap pendapatan keluarga. 2. Secara garis besar, separuh dari jumlah contoh termasuk keluarga yang mempunyai kerjasama antara suami-istri dengan kategori sedang dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dan sosial. Artinya terdapat kerjasama atau kompromi antara suami-istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam hal pengambilan keputusan antara suami-istri termasuk kategori sedang. Artinya bahwa sebagian besar keluarga contoh dalam merencanakan atau melaksanakan kegiatan dalam rumahtangganya cukup seimbang meskipun cendrung dilakukan oleh istri dan hampir separuh dari jumlah contoh memiliki kesejahteraan subjektif dengan kategori tinggi. 3. Dilihat dari garis kemiskinan Sumatera Barat menurut BPS tahun 2010, besar pendapatan suami dan istri dalam keluarga contoh per kapita perbulan diatas garis kemiskinan dengan rata-rata pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp ,7143. Namun, dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga subjektif (Subjective Quallity of Life) persentase terbesar menyatakan sangat puas atas kesejahteraan keluarga subjektif. 4. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri dan kepemilikan aset. Pendapatan suami berpengaruh negatif terhadap kontribusi ekonomi perempuan. Dengan tingginya pendidikan suami maka akan terjadi penurunan kontribusi ekonomi perempuan. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan, sedang faktor yang berpengaruh negatif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan adalah dan umur istri. Faktor-faktor berpengaruh positif tehadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah kepemilikan aset dan pendapatan total keluarga.

118 94 Saran 1. Melihat kenyataan bahwa tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas di sektor domestik lebih banyak dibebankan pada pihak istri, maka dirasakan perlu dilakukan sosialisasi nilai yang menganjurkan pembagian kerja domestik antara suami dan istri dengan tujuan untuk meringankan beban kerja istri dalam keluarga tanpa mengganggu dari tujuan keluarga tersebut. 2. Diperlukan kajian lebih luas mengenai kehidupan keluarga dalam berbagai kondisi, sehingga dapat diambil suatu gambaran menyeluruh mengenai kehidupan keluarga pada berbagai corak kebudayaan dan pola kehidupan yang berbeda-beda. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat bukti bahwa peran istri di sektor domestik dan publik dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, selain itu perlu dikembangkan suatu kajian untuk mengukur nilai ekonomis dari peran di sektor domestik dan publik. 3. Diperlukan bimbingan dan penyuluhan bagi perempuan tentang meningkatkan sumberdaya keluarga, sehingga pemahaman perempuan mengenai penigkatan kerja dengan pemanfaatan waktu yang efektif akan semakin baik, khususnya yang terkait dengan peningkatan kontribusi ibu dalam keluarga. Karena dilihat dari hasil penelitian bahwa dengan besarnya kontribusi perempuan terhadap keluarga akan meningkatkan kerjasama dalam pengambilan keputusan keluarga. Selain itu, perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya peran gender dengan kerjsama yang baik antara suami dan istri untuk mengatasi permasalahan keluarga sehari-hari. 4. Bagi pihak pengambil kebijakan dan stakeholder program pembangunan perlu pemahaman yang mencakup tentang peran strategis wanita dalam keluarga dan masyarakat secara umum. Dalam beberapa hal, justru kaum perempuan yang banyak mengambil peran dan pengambilan keputusan penting rumahtangga. Untuk itu posisi dan fungsi ini harus dijadikan pertimbangan tersendiri bagi unsur-unsur terkait yang berkepentingan dalam penyusunan program-program pembangunan. Berdasarkan hasil uji regresi ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruh terhadap kesejahteraan keluarga adalah pendidikan isrti, umur istri, pendidikan suami, kepemilikan aset, besar keluarga, pendapatan total keluarga,

119 95 peran gender, dan kontribusi ekonomi perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikkan aset dan pendapatan total keluarga memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, sedangkan peran gender dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kesejahtera keluarga. Beranjak dari hasil penelitian tersebut, upaya yang harus dilakukakan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pemberdayaan gender adalah: 1. Pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya interaksi dalam keluarga (peran gender) sangat diperlukan, mengingat dengan kerjasama yang baik antara suami dan istri akan menjadikan sumberdaya keluarga menjadi optimal. Peningkatan wawasan dan pengetahuan ini bisa dilakukan misalnya dengan konseling keluarga (family counceling). Konseling keluarga dapat juga dapat dilaksanakan melalui revitalisasi posyandu. Konseling ini bisa bisa dipelopori oleh BKKBN, Kader PKK tingkat kabupaten atau kecamatan, atau LSM dan perguruan tinggi yang selanjutnya melakukan training of trainers (TOT) kepada para kader posyandu atau posdaya sehingga kegiatan konseling keluarga dapat berlanjut. 2. Mengangkat ke publik bahwa pada hakekatnya kerjasama (peran gender) dalam keluarga sangat penting untuk menjaga keutuhan rumahtangga dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga. Pada faktanya, saat ini meskipun adat Minangkabau menganut sistem matrilineal tetapi sistem kekuasaannya tidak matriakhat, baik kekuasaan formal maupun non-formal masih didominasi oleh laki-laki sehingga konsep kesetaraan gender yang ada di Minangkabau hanyalah sebatas imajinasi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan bahwa kesetaraan gender yang diberikan kepada kaum perempuan di Minangkabau tidak hanya sebatas tanggung jawab, tetapi juga dari sisi peran. Dengan demikian tidak lagi menempatkan perempuan sebagai pengikat, pemelihara, dan penyimpanan segala sesuatu dalam keluarga, sedangkan laki-laki sebagai pengatur dan mempertahankan. Kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan, menentukan, memutuskan segala sesuatu yang berurusan dalam keluarga, serta tidak hanya bekerjasama dalam urusun adat dan harta tetapi kerjasama dalam urusan/kegiatan rumahtangga. Karena bagi sebagian laki-laki minangkabau menganggap tabu mengerjakan pekerjaan domestik

120 96 yang dilakukan oleh perempuan. Namun demikian dengan adanya kerjasama yang seimbang antara suami dan istri dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Adapun langkah-langkahnya adalah: 1. Kecamatan bekerjasama dengan Kenagarian, dan Jorong atau pihak-pihak terkait dalam menyediakan bagi keluarga penyuluhan, konseling, tetang topik peran gender dalam keluarga dan yang lainnya berhubungan dengan kiat-kiat dalam mewujudkkan kesejahteraan keluarga yang berlandaskan pada peran gender/kerjasama yang seimbang dalam keluarga baik domestik maupun publik. 2. Bagi Kader PKK atau Posyandu atau binaan yang lainnya berkominikasi langsung dengan keluarga-keluarga tentang manfaat dan tujuan dari pemberdayaan gender yang seharusnya diterapkan dalam keluarga supaya terciptanya kerjasama yang seimbang tampa memberatkan salah satunya, untuk mencapai kesejahteraan yang diinginkan. 3. Merekrut, melatih, dan melibatkan keluarga sebagai relawan dalam menjelaskan betapa pentingnya kita menerapkan kerjasama peran gender dalam keluarga. Sehingga disamping mereka bisa memahaminnya dan bisa pula menerapkan dalam keluarga masing-masing. 4. Kecamatan bekerjasama dengan Kenagarian, dan Jorong mengadakan kominikasi langsung atau pertemuan dengan para pemuka adat setiap daerah tentang manfaat dan tujuan dari peran gender yang sebenarnya yang harus diterapkan dalam keluarga supaya keluarga bisa berjalan dengan harmonis dan menempatkan peran perempuan seimbang dengan laki-laki dalam berbagai kesempatan.

121 97 DAFTAR PUSTAKA Achdiani, Y Pengaruh Partisipasi Wanita dalam Kegiatan Usaha Terhadap Kesejahteraan Keluarga [Tesis]. Bandung : Universitas Padjajaran. Amu, J.D The Role of Women in Ghana s Economy. Paper Of Ghanaian Women, ISBN Aniri, N.B & Hartoyo Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pembudidaya dan Nonpembudidaya Ikan di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3(1): Azzachrawani Kontribusi Perempuan terhadap Pendapatan Keluarga dan Dampaknya terhadap Kepuasan Keluarga [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bappenas Kajian Keluarga Sejahtera dan Peran Gender diprovinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan. The Pro Door Planning and Budgeting Project, Working Paper No. 7. www. Bappenas. go.id ( 15 September 2011). Becker, G.S The Economic Approach to Human Behavior. The University of Chicago Press. Chicago USA. Becker, G.S A Treatise on the Family. Harvard University Press. Cambridge, Mass. Berger, K.S The Developing Person. Worth Publishers, New York. Bryant, W.K The Economic Organization of the Household. Cambridge Univ Pr. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Oponi Pembangunan Keluarga Sejahtera [BPS] Badan Pusat Statistik Data Informasi Kemiskinan Jakarta: Buku BPS Pusat. [BPS] Badan Pusat Statistik Perkembangan Indikator Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta. Biro Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Perkembangan Indikator Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta. Biro Pusat Statistik.

122 98 [BPS] Badan Pusat Statistik Indikator Kesejahteraan Rakyat Sumatera Barat Tahun Badan Pusat Satatistik Sumatera Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam dalam Angka 2010 Sumatera Barat Tahun Badan Pusat Satatistik Sumatera Barat. Deacon, R.E & Firebaugh, F.M Family Resource Management Principles and Applications. Ed ke-2. Massachusetts: Allyn and Bacon Inc. Elfina, M Wanita Minangkabau dan Otonomi dalam Rumah Tangga, Universitas Andalas Padang. Elizabeth, R Pengarustamaan Gender dalam Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Diversifikasi Pendapatan Rumah Tangga Petani di Pedesaan: Anatara harapan dan Kenyataan. Prosiding: Pengarustamaan Gender dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menuju Kualitas Kehidupan Berkelanjutan. ISBN Kerjasama Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Repoblik Indonesia. Erfanirad, N & Zamani, A The Role of Rural Women Empowerment in Accelerating Rural Development. Journal of Amerika Science 2011;7(4): ].(ISSN: ). Fadah, I & Yuswanti, I.B Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Buruh Wanita serta Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus pada Buruh Tembakau di Kabupaten Jember). ( 25 Januari 2011) Fahmi, S.A. & Puspitawati, H Analisis Pembagian Peran Gender Pada Keluarga Petani. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen Volume 1 Nomor 1 / Januari 2008 ISSN Fakih, M. (1996). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Guharja, S., Puspitawati, H., Hartoyo & Hastuti, D Diktat Manajemen Sumberdaya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Greenwood, N.A A Critical Review of Family Sociology Textbooks. Journal Teaching Sociology. Vol.18: Grinstein & Weiss, M Fanily and Neigh Borhood Assets Implication for Child Outcomes Society for Social Work and Research 15 th Annual Confrence: Emerging Horizons for Social Work Research.

123 99 Gross, I.H., Crandall, E.W & Knoll, M.M Management for Modern Families 4 th ed New Jersey : Prentice-Hal, Inc. Englewood cliffs. Hermayulis, Peranan dan Kedudukan Perempuan Melayu dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau di Sumatera Barat. Padang. Hubeis, A.V Studi Perempuan dari Perspektif Feminis, Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana. Hubeis, A.V Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: IPB Press Ihrom, T.O Masalah-masalah Perempuan dalam keluarga Ibu Bekera dan Ibu Tidak Bekerja dalam T.O. Ihromi (ed) Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yan Berperan Ganda, Jakarta, LP-FE Univesitas Indonesia. Iskandar, A Analisis Kesejahteraan dan Manajemen Sumberdaya Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Kato, T Nasab Ibu dan Merantau : Tradisi Minangkabau yang Berketerusan di Indonesia Malalsia : Penerbit Dewan Bahasa dan Kementrian Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Profil Gender Nasional Tahun Jakarta: Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Khodamoradi, S & Abedi, M Economic effects of rural women financial self-reliance. Journal of Amerika Science 2011;7(2): ). Kittiprapas, S Subjektif-well-being: new paradigm for measuring progress and public policies. Public Policy Development Office, Thailand. www. Happysociety.org [22 Agustus 2011) Klein, D.M & White, J.M Family Theories. An Introduction. Sage Publications. Krueger, A.B Measuring the Subjective Well-Being of Nations: Natural Accounts of Time Use and Subjective Well-Being. Chicago: University of Chicago Press. Kusnadi Kaum Perempuan Fenomenal. Humaniora Utama Press. Bandung. Kusum, A.R Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan keputusan serta Hubunganya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di Daerah Pinggir Perkotaan. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

124 100 Lasswell, M & Lasswell, T Mariage & The Family. California: Wadsworth Pub. Magnis, S.F Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafah tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Gramedia. Jakarta. Mangkuprawira, S Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Kegiatan Ekonomi Rumah tangga: Studi Kasus di Dua Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Masoer, K Prilaku Istri terhadap Suami (Perbandingan Istri yang bekerja dengan yang tidak Bekerja), Universitas Andalas Padang. Megawangi, R. 1999, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Penerbit Mizan. Midgley & James. 1995, Social Development : The Developmental Perspective In Social Welfare, London, Sage Publications Ltd. Miligan, S., Fabian, A., Coope, P & Ernington, C Family Wellbeing Indicators from the New Zealand Cencuses. New Zealand : Statistic New Zealand Mugniesyah, S.S Gender, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Dalam Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mulyono., Martiana, T & Ardiyanto, D Stress Psikososial pada Pekerja Wanita Status Kawin di PT. Tulus Tritunggal Gresik. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol.2 No.2 Agustus 2001:12-18 Oppung & Church. K A field guide to research on seven roles of women: Focused biographies, World Employment Program Working Paper, 106. Papalia, D.E & Olds, SW Human Development. Ed ke-2. USA: McGraw- Hill. Prabawa, S Sumberdaya Keluarga dan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani, Studi Desa water Jaya, Kecamatan Cijeruk. Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Poesposoetjipto & Shanti, L. (1991), Perempuan Manajer : Peluang dan Tantangan Dalam Mely G.Tan (ed), Perempuan Indonesia : Pemimpin Masa Depan?, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

125 101 Puspitawati, H Pengaruh Faktor Keluarga, lingkungan Teman dan sekolah terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor [disetasi. Bogor : Sekolah Pascasarjana, IPB. Puspitawati, H & Krisnatuti, D. 2007, Gender dan keluarga. Dalam Ekolologi Manusia. Editor: Soeryo Adiwibowo. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. Puspitawati, H & Herawati, T Sistem dan Dinamika Keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Puspitawati, H Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Puspitawati, H Teori Gender dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Puspitawati, H Pengaruh Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah tangga terhadap Kesejahteraan Keluarga Subyektif. Keluarga dan Jurnal Ilmu Konsumen. No 1 Vol 2: Hal 11 Puspitawati, H., Herawati, T & Sarma M Analisis Gender Terahadap Strategi Koping dan Kesejahteraan Keluarga. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. No. 2 Vol 15 Hal 138 Raines, M Managing Livingtime : Chas A Bannet Co. Inc. Raharjo Metode Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan. Makalah Diskusi Periodik di PSPP Lemlit UNS, Surakarta 21 Oktober Rambe, A Alokasi Pengeluaran Rumah tangga dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rambe, A., Hartoyo & Karsin, ES Analisis Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Studi di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Volume 1 N0 1/Januari. Raviv, A., Vago-Gefen, I & Fiuk, A.S The Personal Service gap: Faktors Affecting Adolescents Willingness to Seek Help. Journal of Adolescence Vol 32 (3), Ranis, G., Stewart, F & Samman, E Human Development: Beyond the Human Development Index.Juornal of Human Development. Vol.7,No. 3 London: Rotledge.

126 102 Rice, AS & Tucker, SM Family Live Management. New York: Macmillan Publishing Company. Rohaeni, S & Lokollo, E Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agroekonomi, volume 23 No.2 : Rojas, M Well-Being and the Complexity of Poverty: A Subjective Well- Being Approach. Departement of Egonomiics Universidad de Las Americas,Puebla,Mexico.Paper /rp pdf. [ 22 Agustus 201] Rothwel, D Exploring Asset and Family Stress, Centre for Research Children and Family. McGill School of Social Work. Saleha, Q Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Saleha, Q., Hartoyo & Hastuti, D Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontan Kuala. Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Volume 1 Nomor 1 / Januari 2008 ISSN Sajogyo, P Peranan Wanita dalam Pembangunan di Berbagai Lingkungan, Desa dan Kota; Suatu Tinjauan Sosiologi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sajogyo, P Peran Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa, CV. Jakarta: Rajawali. Sajogyo, P Development in The Role Of Indonesian Women in Rural Areas now Changing From an Agricultural To An Industrial Society, Laporan Penelitian. Pusat Studi Pembangunan IPB. Sajogyo, P Konsepsi dan Metodologi dalam Studi Peranan dan Status Sosial Wanita dalam Keluarga, Rumah tangga, dan Masyarakat; dalam Peranan Wanita dalam Usahatani. Prosiding Lokakarya Gender Analysis dalam Sistem Usahatani. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Senduk, S Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta: Elex Media Komputindo. Simanjuntak, M Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Peneriman Program

127 103 Keluarga Harapan, [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sitorus, F Strategi Ekonomi Keluarga Nelayan Miskin dalam Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sitorus, F Peranan Ekonomi dalam Rumah tangga Nelayan Miskin di Pedesaan Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 21 (8) Slamet, Y Analisis Kualitatif untuk Data Sosial. Solo: Dabara. Soekanto, S Sosiologi Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada Soelaeman, M.I Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta. Supriyantini, S Hubungan Antara Pandangan Peran Gender dengan Keterlibatan Suami dalam Rumah Tangga. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Suryawati Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan Anak pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu tidak Bekerja (Kasus di Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang Provinsi Banten). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Suyono, H Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat Mengantar Manusia Mandiri, Demokratis dan Berbudaya. Jakarta: Khanata. Syarief, H., & Hartoyo Aspek dalam Kesejahteraan Keluarga Seminar Menyongsong Abad 21 dan Peranannya dalam Pengembangan Sumberdaya Indonesia. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan BKKBN. Syani, A Peranan Perempuan dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga pada Masyarakat Lampung di Kabupaten Tulang Bawang. ulsyani/files/2009/08/abstrakperananperempuan,pdf+penelitian+kontribusi+e konomi+perempuan+terhadap+kesejahteraan+keluarga&hl=id&gl=id&sig=a HIEtbTNyWxj4o3YIZ_NEq5qz_OEQN6Q (25 Januari 2011) Tarigan, R Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara Tati Pengaruh Tekanan Ekonomi Keluarga, Dukungan Sosial dan Kualitas Perkawinan terhadap Pengasuhan anak. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Thaib, PR Peranan Perempuan Minagkabau dalam Membangun Keluarga yang Islami.

128 104 Thomas., Duncan., Elizabeth, F., & Dante, C. (1999). Child health and The distribution of Household resources at Marriage, mimeo, Santa Monica, CA: RAND. Ukoha, O.O Contributions of Women to Farm Family Income in Ikwuano Local Government Area of Abia State, NigeriaReza Artamevia. J Agr Food Sci. 1(2): Wiryono, B Differensiasi Peran Wanita dalam Mencari Nafkah dan Pola Pengasuhan Anak di Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Yogyakarta. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Yadollani, M.H., Paim, L., Othman, M & Suandi T Faktors Affecting Family Status. European Journal of Scientific Reasearch. ISSN X Vol. 37 No. 1 (2009), PP Zehra The Economic Contribution of Pakistan Women Through Unpaid Labour. Pakistan: Soeciety for Alternative Media and Research.

129 LAMPIRAN 93

130

131 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 107

132 Lampiran 2 Hasil Uji Korelasi Pearson 108 Korelasi Pearson X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X1 1 X X3.663(**) X (**).841(**) -.222(*) 1 X5.376(**) (**) X (*) (**) X7.240(*) (**) (**) X (**) (**) X9.370(**).293(**).488(**).213(*).771(**) (**) X (**) (*) 1 X11.279(**) (*) X (**) (**) X (*) (**) (**).236(*).645(**).801(**) 1 X (**) (**) (**) (**) ** nyata pada p<0.01 * nyata pada p<0.05 KET: X1: Pendidikan istri (Tahun) X13: Peran gender total (Skor) X2: Umur istri (Tahun) X14: Skor kesejahteraan keluarga subjektif (Skor); Semakin tinggi skor semakin tinggi kepuasan contoh X3: Pendidikan suami (Tahun) X4: Umur suami (Tahun) X5: Pendapatan suami (Rp) X6: Jumlah anak (Orang) X7: Skor kepemilikan aset (Skor) X8: Besar keluarga (Orang) X9: Pendapatan total (Rp) X10: kontribusi ekonomi perempuan(%) X11: Skor pembagian tugas (Skor); Semakin tinggi skor semakin tinggi kerjasama pembagian tuga. X12: Skor pengambilan keputusan keluarga (Skor); Semakin tinggi skor semakin tinggi kerjasama dalam pengambilan keputusan keluarga

133 Lampiran 2 Nilai-nilai Keluarga Contoh Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami 1 Sember kebahagian Harta paling berharga 2 Tempat suka dan duka, dan Amanah yang harus berbagi satu sama lain dijaga dan aset masa depan kita 3 Wadah/tempat untuk memperoleh kebahagian dan ketentraman 4 Harta dan kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan apapun, untuk mendidik anak-anak, dan membina SAMARA 5 Tempat mendidik anak-anak dan tempat berkumpul anggota keluarga supaya terjalin rasa kasih sayang Amanah Allah yang harus di didik, di bimbing, dipelihara. Anak juga dapat menjadi inspirasi dan motivasi Buah hati dan kekayaan Amanah dari Allah yang harus dipelihara dan di jaga sampai akhir hayat 6 Tempat berbagi kebahagian Generasi penerus dalam keluarga 7 Tempat membeasarkan dan Generasi penerus mendidik anak dalam keluarga 8 Tempat berkumpul anak-anak Penerus keturunan dengan orang tua Mencukupi kebutuhan keluarga Tempat mencari kebutuhan hidup/ekonomi, juga sebagai hobi. Merupakan pengaplikasian dari kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sekaligus dapat membantu keuangan keluarga tanpa melupakan/mengabaikan keluarga Untuk menunjang kebutuhan sehari-hari Modal untuk masa depan keluarga supaya kehidupan berjalan dengan baik Penunjang/menambah pendapatan keluarga Untuk menhasilkan uang Membahagiakan keluarga Bahagia dunia dan akhirat Sebagai seorang istri ingin menjadi pendamping yang terbaik untuk suami dan sebagai ibu untuk mengantarkan anak menuju masa depan yang lebih baik Bahagia dunia dan akhirat Bahagia dunia dan akhirat Bahagia dunia dan akhirat Mencapai Redhanya Allah Bahagia dunia dan akhirat Sangat besar Sangat besar tidak dapat diungkapkan Sangat besar Cukup Besar Cukup Besar Sangat besar Sangat Besar memeperlancar usaha 109

134 Lampiran 2 (Lanutan.) Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami Tempat mendidik dan membina Titipan dari Allah Untuk Menghasilkan anak uang 10 Tempat mendidik dan membina Penerus usaha orang Untuk Menghasilkan anak tua uang 11 Tempat membesarkan dan Buah hati yang tiada Untuk Menghasilkan mandidik anak ternilai uang 12 (ayah, ibu, dan anak) Penerus keturunan Untuk Menghasilkan uang 13 Berkumpul anggota keluarga Titipan Ilahi Untuk memenuhi kebutuhan 14 Membina kasih sayang Titipan Ilahi Untuk Menghasilkan uang 15 Berkumpul anggota keluarga Titipan Ilahi Untuk memenuhi kebutuhan 16 Berkumpul anggota keluarga Titipan Ilahi Untuk memenuhi kebutuhan 17 Berbagi Sedih dan bahagia Tumpuan harapan Untuk Menghasilkan masa depan uang 18 Berkumpul anggota keluarga Tumpuan harapan Untuk Menghasilkan masa depan uang 19 Berbagi kasih sayang Tumpuan harapan Untuk Menghasilkan masa depan uang 20 Mencurahkan kasih sayang Amanah Allah Untuk Menghasilkan uang 21 Membina anak-anak Buah hati yang tak Untuk mencari uang ternilai 22 Tempat membesarkan anak Penerus keluarga Untuk Menghasilkan uang 23 (suami, istri, anak-anak) Amanah dari Allah Memenuhi kebutuhan keluarga Mencapai kesele matan duania akhirat Mencapai kesele matan dunia akhirat Mencapai kesele matan dunia akhirat Menjalankan perintah Tuhan Menjalankan perintah Tuhan Bahagia dunia dan akhirat Menjalankan perintah Tuhan Untuk beramal dan berusaha Menjalankan aktifitas sehari-hari Menjalankan aktifitas sehari-hari Menjalankan aktifitas sehari-hari Untuk beribadah Melasanakan amanah dari Allah Untuk berusaha Ikhlas Tidak ada Sangat Besar Sangat besar Sangat besar Sangat Besar Sangat besar Sangat Besar Sangat Besar Cukup Besar Cukup Besar Cukup Besar Sangat besar Sangat besar tidak bisa di ungkapkan Sangat besar tidak bisa di ungkapkan Sangat besar

135 Lampiaran 2 (Lanjutan) Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami 24 Tempat membesarkan dan mendidikan anak Amanah dari Allah Memenuhi kebutuhan keluarga Berjuang 25 Membina kasih sayang Aset berharga Mencari uang Meneruskan keturunan 26 Tempat berbagi hal-hal yang baik Titipan Allah Menambah pendapatan Mendidik anak jadi senang ataupun susah penerus keluarga keluarga sholeh 27 Damai sejahtera Harta berharga Penunjang ekonomi keluarga 28 Satu kesatuan yang saling melengkapi dan membutuhkan Titipan Allah yang harus di jaga dan dibimbing Suatu tahapan untuk mencapai hidup sejahtera Hidup bahagia sampai tua saling membantu dengan saudara baik moril maupun materil 29 Berbagi/Curhat Penerus keturunan Membantu suami Bahagia dunia akhirat 30 Bahagia Berguna bagi Menyenangkan Mencari ketenangan keluarga dan kebahagian 31 Tempat berbagi Penerus keturunan Membantu ekonomi Menyekolahkan keluarga anak-anak sampai 32 Tempat berbagi, berkumpul, karena keluarga jadi bersemangat hidup Titipan Allah yang harus di jaga Membantu ekonomi keluarga 33 Berbagi hal dalam kehidupan Penyemangat hidup Membantu ekonomi keluarga 34 Berbagi senang dan susah Belahan jiwa Membantu ekonomi penyemangat hidup keluarga 35 Curhat Harta berharga Menambah pendapatan keluarga tingkat tinggi Hidup sehat, bahagia lahir dan bathin Naik haji Mempunyai rumah sendiri dan menyekolahkan anak Menyekolahkan anak-anak Sangat besar Tidak ada Sangat besar baik dalam suka maupun duka Sangat besar baik materi maupun spritual Sangat besar Cukup besar Sangat besar Sangat besar Cukup besar Sangat besar Sangat besar Sangat besar 111

136 Lampiran 2 (Lanjutan) 112 Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami 36 Berbagi Amanah Tuhan Mambantu suami Hidup bahagia dan menyekolahkan anak setinggi mungkin 37 Berbagi Harta keluarga yang Membantu suami Menjadikan anakanak lebi dari segalanya sehat dan pintar 38 Berlindung, mendidik anak dan Untuk kebahagian Menambah penghasilan Kebahagiaan dunia menyelesaikan setiap masalah keluarga akhirat 39 Berbagi suka dan duka Penerus keluarga Untuk memenuhi Kebahagiaan dunia kebutuhan hidup akhirat 40 Segala-galanya Segala-galanya Untuk sosialisasi dan Membesarkan anak ekonomi keluarga sebaik-baiknya 41 Saling membantu Penambah Menambah pendapatan Bahagia dunia kebahagian keluarga 42 Satu kesatuan yang utuh Penerus ketrurunan Penunjang keuangan keluarga 43 Tempat berbagi Tak ternilai Membantu ekonomi keluarga 44 Sumber kebahagian, karena Titipan Allah yang Menambah wawasan, dengan suami dan anak apapun hraus dijaga dan ilmu dan penghasilan masalah bisa di hadapi disiapkan untuk menghadapi masa depan 45 Sangat berarti Sumber kebahagian Menunjang kebutuhan keluarga 46 Berarti, berbagi Penyemangat hidup Untuk membahagiakan keluarga akhirat Membentuk keluarga yang sakinah muwada warahmah Hidup bahagia Memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak Bisa membantu anak tumbuh kembang dan tercapai cita-cita yang diinginkannya Membahagiankan anak Sangat besar Sangat besar Cukup besar Cukup besar Cukup besar Sangat besar Sangat besar Cukup besar Sangat besar, karena suami selalu membesarkan hati saya Sangat besar Sangat besar

137 Lampiran 2 (Lanjutan) Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami 47 Sangat penting Sangat penting Penambah kebutuhan Memberika keluarga npendidikan yang terbaik untuk anak 48 Sangat berarti Anugrah terindah Membantu suami Menyekolahkan anak sampai tinggi 49 Penting Harta yang paling Mengisi waktu luang berharga dan menambah 50 (bapak,ibu dan anak) dan menyatukan pikiran Pemberi motivasi dan semangat hidup pendapatan keluarga Menambah pengahasilan dan menyenangkan 51 Bearati Lebih berharga dari emas Menambah ekonomi keluarga 52 Sorga Rezki dan Allah Yang dilakukan sungguh-sungguh Mencipatakan keluarga sakinah mawadaha warahmah Menambah penghasilan Menciptakan keluarga yang harmonis Sangat besar Cukup besar Cukup Besar Besar Sangat besar 53 Suatu tidak bisa diabaikan Anugrah terindah Menambah penghasilan Membesarkan anakanak dengan baik Sangat baik 54 Tempat berkasih sayang Penerus generasi Menyenangkan dan Hidup bahagia Sangat besar menambah ekonomi keluarga penuh takwa 55 Yang tak bisa diabaikan Amanah Tuhan Ikhlas Sangat besar 56 Membuat hidup bahagia Rezki yang tak bisa di nilai dengan apapun 57 Sangat berarti Harta paling berharga Menghidupi keluarga Menambah penghasilan Menciptakan keluarga harmonis Mensejahterakan keluarga Sangat besar Sangat besar 113

138 Lampiran 2 (Lanjutan) 114 Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami Sorga Amanah Tuhan Menambah pengahasilan keluarga 59 Berarti lahir dan bathin Titipan Allah yang paling istemewa 60 Sorga Amanah Allah yang harus tak bisa diabaikan 61 Berbagi kasih dan sayang Bagian dari hidup dan kehidupan Menyenamgkan dan ekonomi keluarga Menyenangkan Menambah penghasilan Memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak Membahagiakan suami dan anak Membahagiakan keluarga Menambah penghasilan kesejahteraan keluarga 62 Melindungi lahir dan bathin Nafas hidup Menambah penghasilan Mensejahterakan keluarga 63 Sumber kebahagian Segalanya bagi saya Rutinitas Mensejahterakan keluarga 64 Tempat bernaung Harta yang paling Penting untuk keluarga Mensejahterakan berharga keluarga 65 Tempat berbagi cinta kasih Lebih berharga dari Ibadah Memperbanyak segalanya pengahasilan 66 Tempat mencurahkan kasih sayang 67 Hidup berkasih saya Penerus keluarga Kepuasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari 68 Sumber kehidupan lahir dan bathin keluarga Berarti sekali Sumber penghasilan Menyekolahkan anak setingginya Berbakti pada keluarga dan orang tua Titipan Tuhan yang tak ternilai Penunjang dalam menjalani kehidupan keluarga dan masyarakat Hidup sehat penuh berkah Cukup mendukung dan membantu dalam segala hal Cukup besar Cukupbesar Sangat besar Cukup besar Tidak teruangkapkan Cukup besar Cukup mendunkung dalam segalanya Sangat besar Cukup besar, selalu memberikan dukungan moril Sangat besar sekali

139 Lampiran 2 (Lanjutan) Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh Bantuan Suami 69 Kebahagian Aset keluarga yang tak ternilai 70 Tanggungjawab yang harus di Untuk kebahagian penuhi 71 Mencurahkan kasih sayang, Titipan Allah yang berbagi suka dan duka berharga 72 Kehidupan yang penuh dengan kasih sayang Anugrah dari Tuhan yang harus di didik dengan baik Menambah penghasilan Naik haji Sangat besar Menambah penghasilan keluarga Mencari uang Penunjang keluarga kebutuhan 73 Sumber kebahagiaan Nafas kehidupan Penunjang ekonomi keluarga 74 Sumber kebahagian Cahaya kehidupan Rutinitas yang harus dijalani dengan ikhlas 75 Berbagi cinta kasih Obat lelah, setiap Kewajiaban memandang anak segala beban hilang 76 Sumber cinta kasih Lentera hidup Mencukupi kebutuhan keluarga Mensejahterakan keluarga Menyesekolahkan dan membahagiakan anak-anak Hidup tentram, bahagia dan penuh berkah Sakinah muwadah warahmah Membahagiakan suami dan anak Membahagiakan keluarga Mencapai kebahagiaan, sabar dalam menjalini kehidupan Sangat besar Sangat besar sekali Sangat besar dan tidak bisa dinilai dengan apapun Tak teruangkapkan Terlalu besar dalam segala hal Cukup besar Sangat besar baik materi maupun spritual 77 Sumber Kebahagian Emas yang tak Ikhlas Dunia dan ahkirat Tidak ada ternilai 78 Penting dalam hidup Aset masa depan Sangat penting Mensejahterakan keluarga Sangat besar pengaruhnya 79 Berbagi suka dan duka, membuka Harta yang paling Pendukung/sarana hidup Menjadikan hidup wacana dan wadah dalam berharga dan tak yang bisa menopang ini berarti baik dari menjalani kehidupan baik dunia ternilai oleh apapun maupun akhirat kehidupan unsur keluarga maupun dari sisi lainnya Sangat besar, terutama dalam peningkatan kerja 115

140 Lampiran 2 (lanjutan) 116 Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami 80 Tempat saling berbagi Anugrah terindah Suatu drajat/martabat hingga kita mampu lebih dari orang dan untuk kepentingan keluarga Membahagiakan keluarga 81 Sumber kasih sayang Harta paling berharga Penting dalam hidup Mensejahterakan keluarga 82 Berbagi suka dan duka Penerus keturunan Penunjang keuangan Menuju keluarga yang keluarga sakinah 83 Anugrah yang paling berharga Amanah Tuhan Motivasi hidup yang Ikhlas, ridho dan penuh dengan harapan tawakal kepada Allah untuk meraih hari yang indah dimasa depan 84 Sangat penting Segala-galanya Menunjang kebutuhan keluarga 85 Ketentraman Amanah curahan kasih sayang dan harapan di hari kelak dunia dan akhirat 86 Tempat mencurahkan perasaan Tempat menggantungkan didi untuk hari tua nantinya Belajar disiplin, tanggungjawab terhadap diri dan orang lain Masa depan Supaya anak bisa kuliah dan mencapai citacitanya Bahagia dunia dan akhirat Hidup aman dan sejahtera Cukup besar Cukup Sangat besar Mendukung sepenuhnya terhadap apapun Cukup besar Sangat berarti 87 Penting dunia dan akhirat Untuk masa depan Mendukung keluarga Dunia dan akhirat Sangat besar 88 Berlindung Sumber kebahagian Rutinitas Masa depan yang lebih baik 89 Mencurahkan segala persoalan Tumpuan hidup masa Membantu ekonomi Hidup damai, aman, kehidupan datang keluarga sejahtera 90 Nyawa kedua Sumber kehidupan Ambisi kedua setelah Mewujudkan Keluarga keluarga SAMARA. Cukup Sangat besar sekali Sangat besar

141 Lampiran 2 (Lanjutan) Nores Arti Keluarga Arti Anak Arti Karir Prioritas Hidup Pengaruh bantuan suami 91 Berarti sekali Berati sekali Membantu pendapatan keluarga 92 Segala-galanya Segala-galanya Untuk menunjang kehidupan keluarga Mendidi anak-anak untuk mencapai kesuksesan Anak bisa sekolah dan tercapai apa yang dicita-citakan 93 Sunah rasul Kebahagiaan dunia Memenuhi keluarga Selamat dunia akhirat akhirat 94 Tempat berbagi Penerus keturunan Mendukung ekonomi Mencapai apa yang keluarga di cita-citakan anak 95 Sumber ketenangan Titipan yang harus Membantu ekonomi Bahagia lahir dan dijaga dengan baik keluarga bahtin 96 Suatu koloni/kumpulan untuk Sumber kehidupan Sumber untuk Masa depan keluarga berbagi, rasa, suka maupun duka, yang paling pendapatan ekonomi dan anak lebih baik penunjang untuk motivasi usaha berharga dari keluarga demi masa depan kehidupan apapun keluarga untuk kedepannya 97 Berarti Titipan Kuasa Membantu pendapatan keluarga 98 Segalanya Bahagian dari hidup dan sangat besar artinya bagi saya 99 Satu kesatuan yang dapat menjadi tempat berbagi suka dan duka Amanah Kuasa yang harus dijaga dan penerus keturunan 100 Berarti untuk masa depan Penerus keluarga untuk masa depan Sangat mendukung Menunjang ekonomi keluarga Untuk mendapatkan nafkah untuk keluarga Meningkatkan kesejahteraan keluarga Hidup aman dan sejahtera Mewujudkan keluarga yang sakinah dan bahagia Membahagiakan dan mencapaikan citacita anak Sangat besar Cukup besar Sangat besar dalam segala hal Cukup membantu Sangat besar Sangat besar Sangat besar Cukup besar Sangat besar Sangat Besar 117

142 Lampiran 4 Akitivitas aktivitas Perempuan 118

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori Pengertian dan Fungsi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori Pengertian dan Fungsi Keluarga 7 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori Pengertian dan Fungsi Keluarga Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-angotanya untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Staf Pengajar: Prof. Dr.

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 14 II. TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah erat kaitannya dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga. Ketahanan pangan rumahtangga sebagaimana hasil rumusan Internasional

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU TESIS. Oleh: VENESHA JOHAR /EP

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU TESIS. Oleh: VENESHA JOHAR /EP ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU TESIS Oleh: VENESHA JOHAR 127018013/EP MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebanyak 189 negara mendeklarasikan Millenium Development Goals (MDGs) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsabangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009, pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Hal

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA

PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) NOVI PUSPITASARI DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT. Nama : I Gusti Ayu Kartika Candra Sari Dewi. : Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT. Nama : I Gusti Ayu Kartika Candra Sari Dewi. : Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : I Gusti Ayu Kartika Candra Sari Dewi NIM : 1491461012 Program Studi Judul Tesis : Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY MANAJEMEN Manajemen adalah upaya untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu wilayah akan berkembang sesuai dengan cara alokasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut adalah sumber daya manusi (SDM) dan sumber daya modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA

SEKOLAH PASCASARJANA ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: Sri Martini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ANALISIS DAMPAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci