STUDI PENCUCIAN BATUBARA MENGGUNAKAN CHANCE CONE DENGAN MEDIA HEMATIT. Wanda Adinugraha Widyaiswara Pusdiklat Mineral dan Batubara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENCUCIAN BATUBARA MENGGUNAKAN CHANCE CONE DENGAN MEDIA HEMATIT. Wanda Adinugraha Widyaiswara Pusdiklat Mineral dan Batubara"

Transkripsi

1 STUDI PENCUCIAN BATUBARA MENGGUNAKAN CHANCE CONE DENGAN MEDIA HEMATIT Wanda Adinugraha Widyaiswara Pusdiklat Mineral dan Batubara ABSTRACT The study of coal washing was conducted by designing and creating equipment called chance cone, which was then continued by process performance test using hematite as a separating medium. The variable used for this test was in the forms of feed coal size ( mm; mm, and mm), mixer spinning speed (44, 53, 72, 96, and 120 rpm), and media relative density (suspension of water and hematite) 1.3 and 1.4. The result of sink-float test on each feed fraction showed the feed coal initial ash content of 7.91%, 5.73%, and 6.76% each. Yield composite coal for media relative densities of 1.3 and 1.4 each were 67.11% and 73.6%. While the ash content of composite coal for both of the media relative densities were 3.57% and 4.04% respectively. From the result of the experiment (process performance test), the influence of experiment variable on yield and washed coal ash is as follows: the higher the speed of mixer spin ( rpm) and the finer the size of coal grain size, the greater the yield and the ash content of washed coal. The highest efficiency for media relative densities of 1.3 and 1.4 at a mixer spinning speed of 120 rpm, each 59.82% for feed size ( mm) and % for feed size ( mm). The operation of Chance Cone was quite effective if it was conducted at spinning speed of 120 rpm with a media relative density of 1.4 which produced yield of 53.25% and efficiency of 65.56%. Keywords : yield, coal ash, mixer spin, relative density, feed size and efficiency. 362

2 ABSTRAK Studi pencucian batubara ini dilakukan dengan merancang dan membuat alat Chance Cone, yang kemudian dilanjutkan dengan uji kinerja proses menggunakan hematit sebagai media pemisah. Variabel yang digunakan adalah ukuran batubara umpan (-12,5 +5 mm; -5 +1,68 mm, dan -1,68 +0,85 mm), kecepatan putaran pengaduk (44, 53, 72, 96 dan 120 rpm), serta densitas relatif media (suspensi air dan hematit) 1,3 dan 1,4. Hasil uji endap-apung terhadap masing-masing fraksi umpan menunjukkan kadar abu awal batubara umpan masing-masing 7,91%, 5,73%, dan 6,76%. Perolehan batubara komposit untuk densitas relatif media 1,3 dan 1,4 masing-masing sebesar 67,11% dan 73,6%,sedangkan kadar abu batubara komposit untuk kedua densitas relatif media tersebut masing-masing sebesar 3,57% dan 4,04%. Dari hasil uji kinerja proses, pengaruh variabel terhadap perolehan dan abu batubara tercuci adalah sebagai berikut: semakin tinggi kecepatan putaran pengaduk ( rpm) dan semakin halus ukuran butir batubara, perolehan dan kadar abu batubara tercuci semakin besar. Efisiensi tertinggi untuk densitas relatif media 1,3 dan 1,4 pada kecepatan putaran pengaduk 120 rpm masing-masing sebesar 59,82% untuk ukuran umpan (-1,68 +0,85 mm) dan 73,00% untuk ukuran umpan (-5 +1,68 mm). Pengoperasian Chance Cone cukup efektif jika dilakukan pada kecepatan putaran 120 rpm dengan densitas relatif media 1,4 yang menghasilkan perolehan sebesar 53,25% dan efisiensi 65,56%. Kata Kunci: Perolehan, abu batubara, putaran pengaduk, densitas relatif, ukuran umpan dan efisiensi. 1. PENDAHULUAN Batubara biasanya tercampur dengan batuan pemisah (batuan berbentuk lempengan yang menyelip di dalam lapisan batubara), serpih batubara (lapisan batubara yang mengandung lanau), kayu terkersikan (kayu yang membatu berupa mineral silikat berbentuk bongkahan), atau juga batuan dari lapisan atap dan lantai (pada tambang bawah tanah). Pada saat batubara dibakar, material tersebut akan tersisa sebagai abu. Lebih banyak kandungan material tersebut dalam batubara, maka kadar abu yang terkandung akan makin tinggi, sehingga dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Upaya untuk mengurangi kadar abu tersebut bisa dilakukan dengan pencucian. Ada beberapa cara yang biasa digunakan pada pencucian batubara, diantaranya adalah operasi pemisahan menggunakan media berat. Cara ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (a) Pemisahan bak media berat (dense medium bath) seperti pada alat chance cone, Barvoy s bak, Drewboy dan Drum Wemco; (b) Pemisahan siklon media berat (dense medium cyclone). Penelitian pencucian batubara ini menerapkan cara pemisahan menggunakan media berat dengan alat chance cone, dengan pertimbangan, prosesnya relatif lebih sederhana sehingga mudah untuk disebarluaskan kepada masyarakat dan murah bila dibandingkan dengan proses lain terutama proses siklon media berat. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini selain dapat digunakan sebagai bahan ajar suatu diklat, bermanfaat pula bagi perusahaan tambang skala kecil yang mempunyai modal dan kualitas sumber daya manusia terbatas. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Chance Cone Chance Cone merupakan alat pemisah komersial pertama yang menggunakan 363

3 metode media berat dan media padatnya adalah pasir, serpih, mineral magnetit dan hematit. Pada penelitian ini media yang dipakai adalah hematit, dan karena mempunyai densitas relatif tinggi maka hematit yang dipakai cukup sedikit. Suspensi air-hematit dapat tertahan di dalam cone karena adanya arus air dari bawah ke atas. Batubara bersih terapung di permukaan media sementara amang (middling) dan material pengotor (reject) tenggelam masuk ke dasar cone. Putaran pengaduk menyebabkan gerakan air berputar melingkar, membawa fraksi batubara bersih terapung sekitar tiga perempat keliling di dalam bak sebelum akhirnya mengalir mengikuti aliran discharge. Media dipisahkan dari produk dengan cara penyemprotan. Di dasar bak terdapat sebuah ruang yang berfungsi untuk mengeluarkan material pengotor, yang dilengkapi dengan katup yang dapat terbuka dan tertutup secara pneumatik. 2.2 Teori Pengendapan Partikel untuk Operasi Konsentrasi Pada umumnya, pencucian batubara dilakukan di dalam media air (densitas relatif 1) atau media lain yang densitas relatifnya bisa diatur di antara densitas relatif pengotor dan batubara (densitas relatif ~ 1,2 1,3) di dalam suatu media (air). Apabila batubara dengan ukuran lebih kecil dari 5 cm dimasukkan ke dalam cairan yang densitas relatifnya 1,4 maka partikel batubara akan terapung dan pengotornya akan tenggelam. Prinsip ini dipakai pada pencucian batubara, karena itu teori pengendapan partikel di dalam suatu media merupakan dasar dari pencucian batubara. Teori pengendapan bebas atau free settling adalah suatu proses pengendapan partikel padat tunggal di dalam fluida yang stasioner. Pada kondisi pengendapan bebas, gerak jatuh partikel tidak boleh dipengaruhi oleh dinding ataupun partikel lain, atau jarak suatu partikel dengan partikel lain harus 10x lebih besar dari pada diameter partikel yang diamati. Kondisi ini pada umumnya dicapai pada 0,11% padatan (maksimum). Kondisi pengendapan di luar pengendapan bebas disebut pengendapan terintangi (hindered settling). Laju endap (settling velocity) partikel dalam bak media berat sebanding dengan volume partikel: Laju endap (mg m g) R = g v (δ ρ) R di mana: g = percepatan gravitasi v = volume partikel δ = densitas relatif partikel ρ = densitas relatif media R = tahanan fluida Bila v berkurang (partikel semakin kecil), gaya yang dinyatakan oleh g v (δ ρ) akan menurun dan nilainya sama dengan R sehingga laju endap akan menjadi nol atau sangat kecil. Jika R lebih besar dari nilai g v (δ ρ) laju endap akan menjadi negatif sehingga partikel akan terapung. Laju endap berbanding lurus dengan gaya yang menggerakkan partikel. 2.3 Evaluasi Uji Kinerja Proses Evaluasi uji kinerja proses dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu proses pencucian. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja proses pada pencucian batubara yaitu dengan perolehan batubara (yield coal) dan efisiensi. Perolehan batubara adalah perbandingan berat batubara bersih dengan berat batubara umpan dan dirumuskan sebagai berikut: berat batubara bersih Coal Yield x 100% berat batubara umpan 364

4 Rumus dari Fraser dan Yancey (1923) menyatakan bahwa perolehan batubara tercuci sebagai persen perolehan dari batubara mengapung dengan kandungan abu sama yang terdapat dalam umpan dari hasil analisis berat jenis dan ditulis sebagai berikut: yield batubara tercuci Effisiensi yield batubara mengapung dengan kadar abu sama x 100% Pada awal penggunaannya, rumus di atas hanya memerlukan analisis gravitasi batubara kotor dan analisis abu batubara tercuci. Ternyata dengan cara tersebut, pada beberapa kasus didapat harga lebih besar dari 100 %. Untuk batubara yang rapuh dan mengandung pengotor, proses degradasi pada proses pencucian dapat membebaskan batubara sehingga menghasilkan perolehan lebih besar daripada yang dihasilkan pada uji endapapung (sink and float testing) batubara kotor secara teoritis. Masalah ini dapat dikurangi dengan menggunakan rekonstruksi analisis berat jenis dari analisis endap-apung batubara tercuci dan pengotor (refuse). 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahap perancangan alat dan uji kinerja proses. 3.1 Perancangan Alat Sebuah pengaduk yang digerakkan oleh motor terletak di tengah-tengah cone dan berfungsi untuk menjaga suspensi dan menggerakkan air agar berputar melingkar. Pada bagian dinding terdapat pipa air masuk yang juga berfungsi menjaga agar media hematit berada di dalam suspensi. Pada bagian dasar cone terdapat sebuah ruang untuk mengeluarkan material pengotor batubara yang dilengkapi dua buah katup yang dapat terbuka dan tertutup secara cepat. Pada bagian aliran discharge batubara bersih dan pada dasar ruang material pengotor terdapat pengayak drain yang dilengkapi penandon bercorong (hopper) dan berfungsi untuk memisahkan media dari batubara bersih dan material pengotor untuk kemudian disemprot dengan air agar produk tidak terkontaminasi. Media ditampung di dalam tangki media utama dan selanjutnya disirkulasikan dengan menggunakan pompa media ke dalam cone. Laju alir pompa media diatur untuk memperoleh densitas media yang sesuai. Pada bagian atas cone terdapat drum air yang pada bagian dasarnya terdapat empat buah lubang aliran dan pada bagian sisi atas terdapat aliran luapan atas (overflow) yang berfungsi untuk menjaga tekanan air masuk cone stabil. Untuk pengaturan laju alir air masuk cone digunakan katup agar laju alir dapat disesuaikan. Aliran atas air dari tangki media utama dialirkan ke penampungan yang kemudian disirkulasikan kembali ke drum menggunakan pompa air. Untuk merangkai setiap bagian alat digunakan rangka yang terbuat dari besi siku seperti pada Gambar Uji Kinerja Proses Sebelum dilakukan uji kinerja proses, terlebih dahulu dilakukan preparasi media dan batubara umpan seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Setelah preparasi media dan batubara umpan dilakukan, selanjutnya pada batubara umpan dilakukan uji endapapung sebagai acuan untuk hasil uji kinerja proses pencucian dengan chance cone (Gambar 3). Alur dari uji proses pencucian dengan chance cone ini dapat dilihat seperti bagan alir pada Gambar 4. Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa perolehan untuk densitas relatif 1,3 dan 1,4 pada batubara tercuci (ukuran -12,5 +0,85 mm) dengan persen berat 88,99% masing- 365

5 masing adalah sebesar 67,11% dan 73,60%. Kadar abu ROM sebesar 6,98% mengalami penurunan menjadi 3,57% jika dilakukan pencucian dengan densitas relatif 1,3 dan 4,04% pada densitas relatif 1,4. Smentara nilai kalor (CV) mengalami peningkatan dari 5431 kkal/kg menjadi 5507 kkal/kg pada densitas relatif 1,3 dan 5497 kkal/kg pada densitas relatif 1,4. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN pada fraksi ukuran (-1,68 +0,85 mm) dengan putaran 120 rpm yaitu 59,75%, di mana angka ini lebih kecil dari hasil uji endap-apung batubara tercuci yaitu 67,11%. Sementara persen perolehan pada densitas relatif media 1,4 lebih besar jika dibandingkan dengan densitas relatif media 1,3. Pada Gambar 6 terlihat peningkatan persen perolehan batubara pada densitas relatif media 1,4. Dari kurva di atas dapat disimpulkan bahwa persen perolehan terbesar pada densitas relatif media 1,4 dicapai pada putaran 120 rpm untuk fraksi ukuran batubara umpan (-1,68 +0,85 mm) yaitu 71,70%. Sementara itu berdasarkan hasil uji endap-apung batubara tercuci, perolehan pada densitas relatif 1,4 sedikit lebih besar yaitu 73,6%. Berdasarkan hasil percobaan dengan chance cone untuk kedua densitas relatif media pemisahan 1,3 dan 1,4, putaran pengaduk yang semakin cepat menyebabkan persen abu batubara yang dihasilkan relatif semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan ukuran batubara umpan yang semakin halus menyebabkan semakin besarnya persen abu batubara yang dihasilkan. Pengaruh putaran pengaduk terhadap kadar abu batubara pada densitas relatif 1,3 dan 1,4 diperlihatkan pada Gambar 7 dan 8. Setelah dilakukan uji kinerja proses dengan menggunakan beberapa variabel seperti fraksi ukuran batubara umpan, kecepatan putaran pengaduk, dan densitas relatif media, diperoleh hasil seperti pada Tabel 2 dan 3. Secara umum, untuk kedua densitas relatif media pemisahan yaitu 1,3 dan 1,4 terdapat kecenderungan peningkatan perolehan batubara tercuci, seiring dengan bertambahnya kecepatan pengadukan. Ketentuan ini dibatasi untuk kisaran kecepatan pengadukan antara putaran per menit. Untuk melihat pengaruh putaran pengaduk terhadap persen perolehan pada densitas relatif media 1,3 dan 1,4 dibuat kurva seperti pada Gambar 5 dan 6. Perolehan yang dihasilkan dari percobaan dengan chance cone pada densitas relatif media 1,3 maupun 1,4 masih di bawah perolehan hasil uji endapapung Pengaruh kecepatan putaran pengaduk batubara tercuci. Hal ini disebabkan terhadap kadar abu batubara yang suspensi media padat (hematit) dan air dihasilkan untuk densitas relatif media 1,3 tidak lagi mencapai densitas relatif media terlihat cenderung meningkat, meskipun yang diharapkan yaitu 1,3 dan 1,4. pada beberapa titik ditemukan adanya Ketidakstabilan densitas relatif media ini anomali. Pada kecepatan putaran dikarenakan media berangsur-angsur pengaduk 120 rpm untuk ukuran batubara mengalami pengendapan pada kisaran (-5 +1,68 mm) kadar abu yang dihasilkan waktu tertentu, sehingga kekentalan menurun tajam menjadi 2,55%. Pada media menjadi berkurang. kecepatan putaran pengaduk 72 rpm untuk Dari Gambar 5 terlihat bahwa persen ukuran batubara (-1,68 +0,85 mm) kadar perolehan meningkat dengan abu yang dihasilkan melonjak tajam bertambahnya putaran pengaduk ( menjadi 6,5%. Pada fraksi ukuran (-1,68 rpm). Persen perolehan terbesar dicapai +0,85 mm) dengan kecepatan putaran 120 rpm, kadar abu mencapai angka tertinggi 366

6 yaitu 6,6%. Namun berdasarkan hasil uji endap-apung pada batubara tercuci untuk densitas relatif media 1,3 kadar abunya adalah 3,57%. Hal ini berarti bahwa kandungan abu batubara tercuci hasil percobaan dengan chance cone lebih besar dari hasil uji endap-apung. Gambar 8 menunjukkan pengaruh putaran pengaduk terhadap abu batubara yang dihasilkan pada densitas relatif media 1,4. Pada fraksi ukuran batubara umpan - 1,68 +0,85 mm dengan kecepatan putaran 120 rpm diperoleh persen abu yang tertinggi yaitu 6,5%. Namun berdasarkan hasil uji endap-apung batubara tercuci, persen abu yang diperoleh sebesar 4,04%. Ini berarti bahwa persen abu batubara yang dihasilkan dari chance cone lebih besar jika dibandingkan dengan hasil uji endap-apung batubara tercuci. Pada densitas relatif media 1,4 juga ditemukan anomali persen abu batubara yang dihasilkan pada kecepatan putaran pengaduk 120 rpm untuk ukuran batubara (-5 +1,68 mm) yang mengalami penurunan tajam menjadi 4,32%. Dari uraian di atas terlihat bahwa persen abu yang diperoleh dari percobaan dengan chance cone untuk kedua densitas relatif media 1,3 dan 1,4 menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada persen abu hasil uji endap-apung batubara tercuci. Keadaan ini diperkirakan karena adanya material pengotor yang ikut terbawa bersama batubara tercuci (yield), sehingga menyebabkan peningkatan kadar abu dari yang semestinya. Namun demikian, hasil pencucian batubara dengan chance cone pada kedua densitas relatif media 1,3 dan 1,4 serta ukuran butir tersebut berhasil menurunkan kadar abu batubara ROM. Efisiensi tertinggi untuk densitas relatif 1,3 dihasilkan pada kecepatan putaran pengaduk 120 rpm dan ukuran -1,68 +0,85 mm yaitu sebesar 59,82%. Sementara untuk densitas relatif 1,4 yang dihasilkan pada kecepatan putaran pengaduk 120 rpm dan ukuran -5 +1,68 mm adalah sebesar 73,00%. Berdasarkan data komposit (-12,5 +5 mm) dari hasil percobaan seperti terlihat pada Tabel 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa pencucian batubara menggunakan chance cone sangat ideal digunakan untuk mengolah batubara pada putaran 120 rpm dengan densitas media relatif 1,4. Untuk keadaan tersebut, perolehan batubara adalah sebesar 53,25% dan efisiensi 65,56%. 5. KESIMPULAN Perbedaan kecepatan putaran pengaduk dan ukuran butir umpan menyebabkan perolehan batubara (yield) dan kadar abu yang dihasilkan berbeda pula. Semakin cepat putaran pengaduk ( rpm) dan semakin halus ukuran butir umpan (pada selang ukuran -12,5 + 0,85 mm), maka perolehan dan kadar abu batubara yang dihasilkan semakin besar. Efisiensi tertinggi untuk media dengan densitas relatif 1,3 diperoleh pada kecepatan putaran 120 rpm dan ukuran butir (-1,68 +0,85 mm) yaitu sebesar 59,82%, sementara penggunaan media dengan densitas relatif 1,4 untuk ukuran butir -5 +1,68 mm efisiensi yang diperoleh adalah 73,00%. Penggunaan chance cone cukup efektif pada densitas relatif media 1,4 dan putaran pengaduk berkecepatan 120 rpm. Guna mendapatkan perolehan yang lebih besar, perlu dilakukan percobaan lanjutan dengan variabel yang berbeda menggunakan densitas relatif media 1,5; 1,55; 1,6; dan 1.7. Selain itu, diperlukan penyempurnaan alat agar dapat dioperasikan secara kontinyu pada densitas relatif media yang lebih tinggi ( 1,5). DAFTAR PUSTAKA 367

7 Brown, G.G Unit Operation, 14 th Printing, Modern Asia Edition. Japan. Burt, R.O., (assisted by Chris Mills) Gravity Concentration Technology. Elsevier. Kim H. Tan Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Leonard, J.W, & Mitchell, D.R Coal Preparation. 3 rd Ed., The American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers, Inc. New York. McCabe, W.L., Smith, J.C, Harriot, P Unit Operation of Chemical Engineering. McGraw-Hill. Osborne, D.G Coal Preparation Technology Vol. 1 & 2. Graham Trotman Limited; a Member of Kluwer Academic Publisher Group. Pryor, E.J Mineral Processing. Elsevier Publishing Co. Ltd. Essex. England. Sudarsono, A Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara. Departemen Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung. Sule, D Materi Kuliah Perancangan Pabrik Pencucian Batubara. Program Pascasarjana, Rekayasa Pertambangan ITB. Taggart, A.F Handbook of Mineral Dressing. John Wiley & Sons, Inc. 368

8 Gambar 1. Chance Cone Hematit Kominusi (Peremukan, Penggerusan) Analisis Kimia Analisis Ayak Pencucian Pengeringan Analisis Densitas Media Gambar 2. Alur persiapan media 369

9 Batubara Crusher 1 Pengayak 1-12,5 mm +12,5 mm Crusher 2 Pengayak 2-12,5 +5 mm -5 +1,68 mm -1,68 +0,85 mm -0,85 mm Uji Endap-Apung Di simpan Gambar 3. Alur persiapan batubara umpan Perancangan Alat Chance Cone Preparasi Media Preparasi Umpan PROSES PENCUCIAN (Variabel proses: ukuran umpan, kecepatan pengadukan dan densitas media) Reject Batubara Tercuci Analisis Abu Evaluasi Hasil Percobaan Kesimpulan Gambar 4. Bagan alir proses pencucian batubara menggunakan chance cone. Perolehan batubara, kadar abu dan nilai kalor pada batubara tercuci dan ROM dari uji endap-apung batubara umpan ditunjukkan pada Tabel

10 Tabel 1. Hasil perhitungan persen perolehan, kadara abu dan nilai kalor batubara tercuci dan ROM Fraksi ukuran batubara (mm) Batubara tercuci (-12,5 +0,85) 88,99 ROM (-12,5 +0) 11,01 Densitas relatif Batubara tercuci CV (kkal/kg)) Perolehan (%) Kadar abu (%) < ,41 3, ,71 4, ,59 4, ,14 4, ,53 5, ,27 5, > ,99 7, , Fraksi ukuran batubara (mm) , , ,34 Komposit -12,5 +0,85 88,99 Tabel 2. Hasil pemisahan untuk densitas relatif media 1,3 Putaran pengaduk (rpm) Batubara tercuci Berat (%) Abu (%) CV (Kkal/K g) % berat dari grafik Efisiensi 44 5,95 1, ,86 10, ,40 1, ,99 20, ,25 1, ,13 23, ,10 1, ,03 35, ,00 1, ,03 49, ,95 1, ,33 10, ,60 2, ,88 25, ,35 2, ,80 40, ,35 4, ,17 39, ,40 2, ,41 53, ,20 2, ,58 18, ,40 4, ,75 37, ,00 6, ,82 41, ,25 5, ,58 42, ,75 6, ,89 59, ,88 1, , ,86 1, , ,15 2, , ,99 3, , ,01 2, ,60 371

11 Fraksi ukuran batubara (mm) , , ,34 Composite -12,5 +0,85 88,99 Tabel 3. Hasil pemisahan untuk densitas relatif media 1,4 Putaran pengaduk (rpm) Batubara tercuci Berat (%) Abu (%) CV (Kkal/K g) % berat dari grafik Efisiensi 44 16,65 1, ,58 29, ,00 1, ,31 29, ,30 1, ,32 42, ,25 1, ,67 43, ,25 2, ,30 59, ,20 2, ,41 28, ,95 2, ,12 35, ,20 2, ,50 41, ,00 4, ,12 47, ,10 3, ,66 73, ,30 2, ,48 38, ,50 2, ,75 46, ,90 3, ,40 46, ,20 5, ,20 49, ,70 6, ,82 71, ,55 1, , ,61 2, , ,05 1, , ,55 2, , ,25 2, , Yield, % Yield, % Putaran, rpm Putaran, rpm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Gambar 5. Kurva hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan perolehan batubara pada densitas relatif media 1,3 Gambar 6. Kurva hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan perolehan batubara pada densitas relatif media 1,4 372

12 Abu, % Abu, % Putaran, rpm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Putaran, rpm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Fraksi Ukuran mm Gambar 7. Kurva hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan kadar abu batubara pada densitas relatif media 1,3 Gambar 8. Kurva hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan kadar abu batubara pada densitas relatif media 1,4. 373

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi fluid jernih (supernatant) dan slurry yang mengandung padatan jauh lebih tinggi.larutan suspensi terdiri

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG

KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG TECHNICAL STUDY ON THE INFLUENCE OF THE BED LAYER THICKNESS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR ALAT INDUSTRI KIMIA Disusun OIeh: Agus Prasetya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Juni 2004 Nama Matakuliah : Alat Industri Kimia

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) Abstract Phosphate rock containing P 2 O 5 can be used as raw material of phosphate fertilizer. Phosphate

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA (Indra Wibawa Dwi Sukma_Teknik Kimia_Universitas Lampung) 1 INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA Adapun berikut ini adalah flowsheet Industri pengolahan hasil tambang batubara. Gambar 1. Flowsheet Industri Pengolahan

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. 2. Burt, R.O. ( 1984). Gravity Concentration Technology, Elsivier, New York. 3. Chaterjee, A. (1998).

Lebih terperinci

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks. ABSTRAK Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN DAN KECEPATAN PUTAR PENGADUK TERHADAP PROSES PEMISAHAN BITUMEN DARI ASBUTON

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN DAN KECEPATAN PUTAR PENGADUK TERHADAP PROSES PEMISAHAN BITUMEN DARI ASBUTON PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN DAN KECEPATAN PUTAR PENGADUK TERHADAP PROSES PEMISAHAN BITUMEN DARI ASBUTON Nora Amelia Novitrie 1 *, Susianto2, dan Ali Altway 3 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98)

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98) ANALISIS HIDROMETER ASTM D-442-63 (98) 1. LINGKUP Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan No. 200 2. DEFINISI Silt/lanau adalah tanah dengan ukuran butir antara

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian Perancangan Tangki Pemisah Limbah Cair Fasa Minyak (Cumene) Dari Limbah Cair Untuk Dimanfaatkan Sebagai Bahan Bakar Boiler: Studi Kasus di D-Plant PT. NMC Abdul Wahid dan Deni Purnama Jurusan Teknik Gas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL) Disusun oleh: Joseph Bimandita Sunjoto Dr. Irwan Noezar Dr. Dendy Adityawarman Dr. Adriyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEKENTALAN FLUIDA AIR DAN MINYAK KELAPA PADA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL

ANALISIS PENGARUH KEKENTALAN FLUIDA AIR DAN MINYAK KELAPA PADA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL ANALISIS PENGARUH KEKENTALAN FLUIDA AIR DAN MINYAK KELAPA PADA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL *Arijanto 1, Eflita Yohana 1, Franklin T.H. Sinaga 2 1 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN AIR PADA AIR BUANGAN SEMENTASI

PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN AIR PADA AIR BUANGAN SEMENTASI PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN AIR PADA AIR BUANGAN SEMENTASI Widiatmo, Sayogo, Marheni Djoko Puspito Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

MODUL 1.06 SEDIMENTASI

MODUL 1.06 SEDIMENTASI MODUL 1.06 SEDIMENTASI Oleh : Didit A. Sigit LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.06 SEDIMENTASI I. Tujuan Praktikum :

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

Gambar 5. Ekstraksi Biodiesel

Gambar 5. Ekstraksi Biodiesel 1 Gambar 5. Ekstraksi Biodiesel 2 biodiesel plant oil vegetable oil crude plant oil pure plant oil Gambar 6. Kategori Biodiesel 3 1. Ekstraksi minyak dengan di tekan (press) 2. Pemurnian minyak 3. Esterifikasi

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina SIZE REDUCTION Isi kuliah : a. Tujuan b. Variable operasi c. Pemilihan alat dan alat-alat SR d. Kebutuhan energi dan efisiensi alat SR a. TUJUAN

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu)

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu) PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu) Benyamin Bontong* * Abstract The penatration resistance using DCPT on a type

Lebih terperinci

Pedoman Teknis Pengolahan Batubara...(2)

Pedoman Teknis Pengolahan Batubara...(2) Pedoman Teknis Pengolahan Batubara...(2) Batubara Pada awalnya, batu bara merupakan tumbuh-tumbuhan pada zaman prasejarah, yang berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Kemudian, karena adanya pergeseran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK KALIUM-FOSFAT DARI ABU KULIT KAPOK DAN TEPUNG FOSFAT SECARA GRANULASI. Aprilina Purbasari, Faleh Setia Budi*)

PEMBUATAN PUPUK KALIUM-FOSFAT DARI ABU KULIT KAPOK DAN TEPUNG FOSFAT SECARA GRANULASI. Aprilina Purbasari, Faleh Setia Budi*) PEMBUATAN PUPUK KALIUM-FOSFAT DARI ABU KULIT KAPOK DAN TEPUNG FOSFAT SECARA GRANULASI Aprilina Purbasari, Faleh Setia Budi*) Abstract Kapok-husk ash containing + 8% potassium can be used as raw material

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor Dalam operasi penambangannya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor menggunakan metoda penambangan cut and fill. Material pengisi (filling material)

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Mengenai Peningkatan Kadar Fe Total pada Bijih Besi Laterit Menggunakan Magnetic Separator di PT Aikona Bima Amarta Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Campuran agregat sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan raya sangat

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi

Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi Widayati. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta Telp/Fax: 0274486889 Email: widabambang@yahoo.com Abstrak Fenomena

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05 Edisi Spesial 2016 128 PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA Aneka Firdaus Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu NERACA ENERGI DAN EFISIENSI POMPA Oleh Rizqi Pandu Sudarmawan [0906557045], Kelompok 3 I. Neraca Energi Pompa Bila pada proses ekspansi akan menghasilkan penurunan tekanan pada aliran fluida, sebaliknya

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida MEKANIKA FLUIDA Zat dibedakan dalam 3 keadaan dasar (fase), yaitu:. Fase padat, zat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar dikerjakan pada benda padat. 2. Fase

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T.

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. KONTRAK PERKULIAHAN Mata kuliah : Proses Industri Kimia Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVWERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009 KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah

Lebih terperinci

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis PEMODELAN PADA PROSES PENGERINGAN MEKANIS TEPUNG KASAVA DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC DRYER: HUBUNGAN FINENESS MODULUS DENGAN VARIABEL PROSES PENGERINGAN Modelling on Mechanical Cassava Flour Drying Process

Lebih terperinci

PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Dijan Supramono, dan Daniel Nomara Trylucky* Departemen Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD

SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD 12 SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD Pengambilan Perak dari Limbah Pencuci Film Melalui Pengendapan Elektrolitik Mochammad Feri Hadiyanto, Agus Kuncaka Chemistry

Lebih terperinci

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini adalah membuat kurva baku hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter cairan dengan laju alir air dan kurva baku hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 3% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS (Effect of Stirring and Sampling Time CaCO 3 3% Solution To The Number Of Filter

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALL MILL KAPASITAS 200 mg

PERANCANGAN BALL MILL KAPASITAS 200 mg PERANCANGAN BALL MILL KAPASITAS 200 mg TUGAS AKHIR DIAJUKAN KEPADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK MESIN STRATA SATU (S1) DISUSUN OLEH : RIDHO ABDURACHMAN

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemisahan memiliki peran penting dalam industri seperti industri kimia, petrokimia, pengolahan pangan, farmasi, pengolahan minyak bumi, atau pengolahan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA SERBUK KAYU DAN BATU BARA TERHADAP PERFORMANSI PADA CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA SERBUK KAYU DAN BATU BARA TERHADAP PERFORMANSI PADA CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA SERBUK KAYU DAN BATU BARA TERHADAP PERFORMANSI PADA CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED Oleh : I KETUT WIJAYA NIM : 1119351025 JURUSAN TEKNIK MESIN NON REGULER FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU ALIR UDARA PADA REAKTOR GASIFIKASI BATCH TIPE DOWNDRAFT SKALA KECIL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG

PENGARUH LAJU ALIR UDARA PADA REAKTOR GASIFIKASI BATCH TIPE DOWNDRAFT SKALA KECIL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG PENGARUH LAJU ALIR UDARA PADA REAKTOR GASIFIKASI BATCH TIPE DOWNDRAFT SKALA KECIL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG Fitria Yulistiani 1 1 Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 4% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS (Effect of Stirring and Sampling Time CaCO 3 4% Solution To The Number Of Filter

Lebih terperinci

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan J. of Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No. 1 004, 63 68 Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan Basuki Widodo Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filtrasi (Penyaringan) Filtrasi (penyaringan) adalah proses pemisahan partikel zat padat dari fluida dengan jalan melewatkan fluida tersebut melalui suatu medium penyaring

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 1% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 1% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO 3 1% TERHADAP JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS (Effect of Stirring and Sampling Time CaCO 3 1% Solution Of Total Filter Press

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN Arie Putra Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Tel. 076166596, Pekanbaru 28293 Riau, E-mail: Arie_200789@yahoo.co.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 24 ISSN : 1411-4216 PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL Yanuar

Lebih terperinci

Studi Kualitas Batubara Secara Umum

Studi Kualitas Batubara Secara Umum Rencana Pengolahan Studi Kualitas Batubara Secara Umum Hasil analisis batubara PT JFL-X dengan menitik beratkan pada parameter nilai panas dan carbon tertambat didaerah Kungkilan (Blok 1) memiliki nilai

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER Nur Aklis 1), Wahyu Tri Cahyanto 2), Muhammad Akbar Riyadi 3), Ganet Rosyadi Sukarno 4) Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam Pengambilan data ini menggunakan motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR 18 ISSN 216-3128 Prayitno, dkk. KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR Prayitno, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina 2. SCREENING: (lanjutan) SCREEN di industri Tujuan kuliah : 1. dapat memilih alat dan merancang sistem screening di industri. 2. dapat mengevaluasi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T Sarif Sampurno Alumni Jurusan Teknik Mesin, FT, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT)

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Teknologi Pengendalian Emisi 1 PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Partikulat Apa itu Partikulat? adalah butiran berbentuk padat atau cair Ukuran dinyatakan dalam mikron (µm), 1µm = 10-6 m Contoh 2 > 100µm, cepat

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS SARINGAN

BAB VII ANALISIS SARINGAN BAB VII ANALISIS SARINGAN 7.1 ANALISIS SARINGAN 7.1.1 Referensi M Das, Braja.1993. Mekanika Tanah Jilid I. Jakarta: Erlangga. Bab 1 Tanah dan Batuan 17-24. 7.1.2 Tujuan Percobaan Menentukan gradasi atau

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU

ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU Jimmy Prasetya*, Dr.A.Koesdarminta Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

KINERJA MESIN PENGUPAS (PULPER) TIPE DOUBLE SILINDER PADA PROSES PENGUPASAN KULIT BUAH KOPI ROBUSTA DAN ARABIKA SKRIPSI

KINERJA MESIN PENGUPAS (PULPER) TIPE DOUBLE SILINDER PADA PROSES PENGUPASAN KULIT BUAH KOPI ROBUSTA DAN ARABIKA SKRIPSI KINERJA MESIN PENGUPAS (PULPER) TIPE DOUBLE SILINDER PADA PROSES PENGUPASAN KULIT BUAH KOPI ROBUSTA DAN ARABIKA SKRIPSI oleh : Azizah NIM 061710201062 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis untuk pembuatan pabrik pupuk organik granul yang baru, didapatkan beberapa kesimpulan antara lain: a. Jenis tata letak yang cocok untuk pabrik

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)

KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION) Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)

Lebih terperinci