Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya
|
|
- Sudirman Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya Husaini, Suganal, Hadi Purnomo, Stefanus Suryo Cahyono, Muta alim, Trisna Soenara, Budhy Agung Supriyanto, Agus Wahyudi, Subiantoro, Bagja Sugandi, Suheri Pendi, Ade Setia Permana, Agus Prakosa, Sudjarwo, Kusna Wijaya, Widodo. Indonesia memiliki endapan bijih bauksit (Al2O3.3H2O) yang cukup potensial, khususnya di Kalimantan Barat, berjumlah 810 juta ton (1984). Untuk daerah Tayan dan Mempawah (PT Antam) saja, terdapat cadangan bauksit lebih dari 300 juta ton. Selama ini bijih bauksit Indonesia hanya diekspor berupa bahan mentah. Namun seiring dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.4 Tahun 2009, Pasal 103 mewajibkan pemilik IUP mineral untuk mengolah dan memurnikan mineral di dalam negeri, termasuk bijih bauksit. 9
2 Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : - Mendapatkan alat pencucian bauksit atau upgrading crude bauxite (CBX) menggunakan Rotary Drum Scrubber (RDS) kapasitas 1600 kg/jam, tervalidasi, alumina hidrat dan koagulan (PAC dan tawas) dari tailing, dan flotasi bauksit dari bauksit kadar rendah. - Mendapatkan kajian keekonomian upgrading crude bauxite dengan RDS kapasitas komersial. - Diperoleh bauksit hasil cucian atau washed bauxite (WB) yang bersih berkadar minimum 47% Al2O3.3H2O dan SiO2 reaktif maksimum 3,5% (ICA 5% SiO2 reaktif), PAC cair berkadar 9,5% Al, 9,5% Cl dan maksimum 3,5% SO4, dan tawas berkadar di atas 17% Al2O3.3H2O, dan hasil kajian keekonomian RDS ber-kapasitas 50 ton/jam ( ton/tahun). Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut : a. Validasi Telah dilakukan percobaan pencucian sebanyak 10 kali dari contoh bijih bauksit yang diambil dari daerah Mempawah yaitu lokasi Toho, Pinang, Spais dan Mentonyek. Hasil peningkatan rata-rata : Bijih bauksit Toho : dari 41,4% Al2O3 menjadi 48,6% Al2O3 Bijih bauksit Mentonyek : dari 37,1% Al2O3 menjadi 41,8% Al2O3 Bijih bauksit Pinang : dari 26,3% Al2O3 menjadi 32,4% Al2O3 Bijih bauksit Spais : dari 22,1% Al2O3 menjadi 26,5% Al2O3 Kebersihan hasil cucian ditunjukkan dengan kadar lumpur yang rendah (di bawah 1%) dan SiO2 reaktif rata-rata di bawah 5%. Kadar Al2O3 yang diperoleh sangat tergantung dari bijih bauksit asalnya, jika dilihat ukuran butirnya untuk mencapai kadar yang diharapkan, ukuran washed bauxite (WB) yang diambil lebih dari 2 mm. b. Pembuatan PAC PAC dibuat dari alumina hidrat yang dihasilkan dari hidrolisis larutan sodium aluminat hasil digesting bijih bauksit. Percobaan pembuatan 10
3 PAC cair telah dilakukan sebanyak 20 kali pada skala laboratorium dan 8 kali disertai proses pengeringan dengan alat spray drier. Bahan pembuatan PAC cair adalah Al(OH)3, H2SO4, HCl dan kapur. Perbandingan untuk hasil yang baik adalah 100:127:180:100. Dari variasi penggunaan kapur antara g, yang memberikan PAC cair yang baik adalah menggunakan kapur 135 g, dengan komposisi Al2O3 86,1% dan Cl 75,5%. Percobaan pembuatan PAC cair pada skala pilot yang dilanjutkan dengan proses pengeringan dengan menggunakan alat spray drier telah dilakukan sebanyak 4 kali. PAC powder yang dihasilkan memiliki komposisi kimia Al2O3 antara 26,8 32,3%, Cl antara 24,7 26,4 %, dan SO4 antara 8,1 14,4%. Uji daya penjernihan PAC dilakukan terhadap cairan keruh dengan menggunakan metoda jar test, kemudian hasil air jernihnya diukur kekeruhannya. Ternyata PAC hasil percobaan memberikan daya penjernihan yang lebih baik dari pada PAC pasar. c. Optimasi digesting bauksit dan hidrolisis untuk mendapatkan alumina hidrat Digesting dilakukan sebanyak 15 kali, untuk mencari optimasi penambahan ekses NaOH dan persen ekstraksi alumina yang optimal. Optimasi digesting dicapai dengan penambahan ekses NaOH ratarata 16-22%, dengan hasil ekstraksi alumina di atas 80%. Penambahan ekses NaOH sejumlah itu adalah sesuai dengan rekomendasi percobaan optimasi hidrolisis yang telah dilakukan selama 72 jam. Hasil percobaan optimasi hidrolisis ekses NaOH sekitar 15% dapat menurunkan alumina dalam larutan dari semula 166,4 g/l menjadi 62,5 g/l (larutan yang tidak menjadi kristal), dan untuk percobaan ekses NaOH lebih dari 30%, hanya dapat menurunkan alumina dalam larutan dari 161,3 g/l menjadi 119,2 g/l Untuk mempercepat proses hidrolisis ditambahkan juga seed alumina hidrat. Hidrolisis dilakukan sebanyak 2 kali. 11
4 Hasil hidrolisis berupa larutan NaOH sisa, NaAlO2 dan kristal alumina hidrat. Larutan sisa dapat digunakan (resirkulasi) untuk digesting setelah dikondisikan. Sedangkan produk kristal alumina hidratnya dibersihkan dari pengotor yang menempel dan diklasifikasi ukuran butirnya menggunakan hidrolisis, ukuran yang halus untuk bahan seed dalam proses hidrolisis. Klasifikasi dengan hidrosiklon dilaku-kan sebanyak 3 kali. d. Pembuatan Tawas Pembuatan tawas dilakukan pada kondisi konsentrasi asam sulfat 50%, persen solid 22% ( bauksit), suhu 100 o C, dengan variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit, menghasilkan produk tawas yang memenuhi syarat ditinjau dari komposisi kimianya yakni kandungan Al2O3 dapat mencapai lebih dari 17% dengan kandungan Fe2O3 relatif kecil yakni < 0,1% (persyaratan tawas pasaran Al2O3 sekitar 17% dan Fe2O3< 0,5%). Percobaan skala laboratorium telah dilakukan sebanyak 4 kali, dan untuk skala pilot plant sebanyak 3 kali, dan dikeringkan dengan spray drier menjadi bubuk sebanyak 1 kali. e. Upgrading bauksit kadar rendah dengan cara flotasi Upgrading bauksit dengan cara flotasi skala laboratorium ini menggunakan variasi ph, dosis kolektor, dan waktu gerus. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali. Contoh bauksit yang digunakan berkadar Al2O3 35,5% dan SiO2 reaktif 10.3%. Hasil terbaik yang dicapai adalah konsentat berkadar Al2O3 41,1% dan SiO2 reaktif 6,9 %, dengan perolehan 52,4%. Upgrading ini menggunakan ph 2,5; kolektor dengan perbandingan aeropromotor 801 dan 825 adalah 1:1 (325 : 325 g/ton), persen solid 25%, waktu gerus 90 detik dan waktu skimming 5 menit. 12
5 f. Kajian ekonomi Untuk kapasitas ton/tahun, diperkirakan memerlukan investasi sebesar Rp ,- (untuk peralatannya saja memerlukan dana sekitar Rp 2,6 milyar). Dari hasil analisis ekonomi, usaha pencucian bauksit ini menguntungkan dan layak untuk dilakukan ini terbukti melalui analisis finansial didapatkan NPV = Rp ,71,-, IRR sebesar 24,12% dan pengembalian modal selama 4 tahun 1 bulan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : - Hasil uji validasi menunjukan bahwa alat RDS memberikan kinerja dan hasil yang baik untuk pencucian semua jenis crude bauxite (CB), menjadi washed bauxite (WBX). - Hasil optimasi digesting dan hidrolisis, menghasilkan persen ekstraksi Al2O3 > 80%, dengan ekses NaOH 15-22% dalam waktu 72 jam. Ekses NaOH terlalu tinggi akan menghasilkan filtrat NaAlO2 yang sulit di dihidrolisis. Hidrolisis yang optimum adalah menggunakan seed alumina hidrat yang bersih dan berbutir halus, yang dapat diperoleh dengan cara klasifikasi menggunakan hidrosiklon. - Untuk mendapatkan kondisi proses pembuatan PAC cair yang optimum, komposisi bahan yang digunakan adalah Al(OH)3, H2SO4, HCl dan kapur dengan perbandingan 100:127:180:100. Penggunaan kapur 135 g, dengan komposisi Al2O3 86,1% dan Cl 75,5%. hasil uji jar test menunjukkan mutu PAC yang baik (lebih baik dari PAC pasar). - Tawas (alum) dapat diperoleh dari reaksi Al(OH)3 dengan asam sulfat, dengan perbandingan yang tepat, sehingga diperoleh tawas dengan kadungan yang memenuhi persyaratan yaitu Al2O3 > 17% dan Fe2O3 < 0,5%. - Upgrading dengan cara flotasi, hasil recovery-nya masih rendah yaitu 52,4% dengan SiO2 reaktifnya masih tinggi yaitu 6,9%. - Usaha meningkatkan kadar bauksit melalui pencucian pada kapasitas 50 ton per jam atau ton per tahun memerlukan biaya investasi peralatan sebesar Rp 2,6 milyar secara finansial cukup menguntungkan dan dapat diterima untuk dilaksanakan. 13
6 Gambar 4. Crude bauxite Gambar 5. Washed bauxite Gambar 6. Foto alat digester Gambar 7. Alumina hidrat bubuk Gambar 8. Spray drier Gambar 9. PAC bubuk hasil spray drier
7
BAUKSIT yang EFISIEN. husaini dan yunita Ramanda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
rotary DruM scrubber ALAT upgrading BAUKSIT yang EFISIEN husaini dan yunita Ramanda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara husaini@tekmira.esdm.go.id SARI Dengan potensi bijih
Lebih terperinciPROSES HIDROLISIS LARUTAN NATRIUM ALUMINAT DENGAN MENGGUNAKAN BIANG ALUMINIUM HIDROKSIDA
PROSES HIDROLISIS LARUTAN NATRIUM ALUMINAT DENGAN MENGGUNAKAN BIANG ALUMINIUM HIDROKSIDA Hydrolysis of Natrium Aluminate using Aluminium Hydroxide Seed HUSAINI, SUGANAL, KUKUH N. HIDAYAT dan STEFANUS S.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upgrading crude bauksit merupakan tahap awal dalam pengolahan bijih bauksit sebelum diproses lebih lanjut menjadi logam aluminium maupun bahan kimia (chemicals) [Anonim,
Lebih terperinciRECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)
RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012
Lebih terperinciPROSEDUR DAN PERCOBAAN
BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN
I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara tempat bertemunya tiga lempeng tektonik yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Oleh karena pertemuan tiga
Lebih terperinciPuslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS 50 TON/JAM
Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, buhmit dan diaspor.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PEMANFAATAN RED MUD-LIMBAH INDUSTRI ALUMINA SKALA BENCH Tahun Muchtar Aziz Mutaalim Husaini Agus Wahyudi Sarjono
PENGEMBANGAN PEMANFAATAN RED MUD-LIMBAH INDUSTRI ALUMINA SKALA BENCH Tahun 2009 Muchtar Aziz Mutaalim Husaini Agus Wahyudi Sarjono Kelompok Litbang Teknologi Pengolahan Mineral PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL
Lebih terperinciII. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).
II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Jenis-Jenis Proses Aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan baik dalam industri pengolahan air. Alum
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Bauksit merupakan salah satu komoditas tambang yang penting di Indonesia. Berdasarkan data dinas Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011, jumlah sumber daya bauksit
Lebih terperinciEKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI
EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI Muchtar Aziz Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jend.Sudirman No. 623, Bandung Email:
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciPEMBUATAN ALUMINIUM SULFAT DARI CLAY
PEMBUATAN ALUMINIUM SULFAT DARI CLAY Wahyu Nurcahyo 1*, Indro Sumantri 2, dan Laeli Kurnisari 1 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinciPendahuluan BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan Hasil pengujian tahap awal ini ditunjukkan pada Gambar 4.1 yaitu grafik pengaruh konsentrasi flokulan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH
PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH 3307100042 Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan Rumusan Masalah Tujuan Berapa besar dosis optimum koagulan
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL
LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS Penyusun : Muhammad Fadli (1301782) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida Serlin Oktavia Ade Amelia NST Dosen :1.Dra. Bayharti, M.Sc 2. Miftahul Khair, S.si
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari pengamatan terhadap penambangan bijih bauksit yang terdapat di Propinsi Kalimantan Barat, ditemukan bahwa endapan bauksit di daerah ini termasuk ke dalam jenis
Lebih terperinciKajian Kebijakan Pengembangan Industri Mineral Sebagai KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kajian Kebijakan Pengembangan Industri Mineral Sebagai KAWASAN EKONOMI KHUSUS KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan perkenan-nya Laporan Kajian Kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU
PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.
Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi (), Tembaga (), Dan kel () Dengan Flotasi Ozon Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo Departemen
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu
Lebih terperinciEKSTRAKSI ALUMINA DAN KANDUNGAN SILIKA TERLARUTNYA DARI BAUKSIT KALIMANTAN BARAT (SKALA LABORATORIUM)
Pengaruh Ukuran Jurnal Partikel, Teknologi Suhu, Mineral Stoikiometri dan Batubara NaOH Volume terhadap 10, Ekstraksi Nomor Alumina 2, Mei 2014 dan... : 69 Dessy 81Amalia dkk. PENGARUH UKURAN PARTIKEL,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.
Lebih terperinciPEMROSESAN RED MUD LIMBAH EKSTRAKSI ALU- MINA DARI BIJIH BAUKSIT BINTAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI ALUMINA DAN SODA
PEMROSESAN RED MUD LIMBAH EKSTRAKSI ALU- MINA DARI BIJIH BAUKSIT BINTAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI ALUMINA DAN SODA MUCHTAR AZIZ, MUTAALIM, DESSY AMALIA dan AGUS WAHYUDI Puslitbang Teknologi Mineral dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA
Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng
Lebih terperinciEKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA
EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA Riska Yudhistia A 1), Rachmat Triandi T 2), Danar Purwonugoho 3) 1) D-III Anafarma, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:
II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay
Lebih terperinciAjeng Rahmasari NIM 12/330087/TK/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk 254,9 juta orang dan akan terus meningkat setiap saatnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan
Lebih terperinci3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Maret Juni 2012 di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten.
III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Maret Juni 2012 di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga macam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia
No.687, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penjualan Mineral ke Luar Negeri. Pensyaratan dan Pemberian Rekomendasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
Lebih terperinciII.2.1. PRINSIP JAR TEST
PRAKTIKUM JAR TEST TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami laksanakan yaitu: 1. Untuk mencari/menentukan dosis alum sulfat optimum, alkali optimum, dosis kaporit pada desinfeksi dan kadar lumpur
Lebih terperinciPENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK
BAB IV PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK 4.1. Penentuan Dosis Bahan Kimia (Untuk Proses Koagulasi Flokulasi) 4.1.1. Jar Test Proses pengolahan limbah secara Koagulasi Flokulasi didasari dengan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol. Sumber: Hasil olahan penulis (2015)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Cikokol yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR) Kabupaten Tangerang, memproduksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Riset Material dan Pangan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, UPI. Penelitian ini dilakukan menggunakan sel elektrokoagulasi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi
BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria
Lebih terperinciSEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.
SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.
Lebih terperinciPuslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211
Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id Laporan Akhir Kelompok Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral PEMBUATAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap yaitu penyiapan serbuk DYT, optimasi ph ekstraksi DYT dengan pelarut aquades, dan uji efek garam pada ekstraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan dunia akan baja, dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan tersebut khususnya datang dari negara-negara berkembang di Asia yang tengah
Lebih terperinciPrestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN
STUDI PENGAMBILAN KEMBALI ALUMINA DARI LIMBAH PADAT LUMPUR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) INTAN BANJAR Retno Fitriana Sari, Winda Aryani Prasetyo, Rahmatika Nurmedia, dan Agus Mirwan Program Studi
Lebih terperinci1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,
Lebih terperinciNabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)
BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang Aluminium merupakan salah satu elemen logam yang paling melimpah keberadaannya. Secara kuantitas, aluminium menduduki urutan ketiga elemen terbanyak di bumi, di bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciRecovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi
LAPORAN PENELITIAN Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi Disusun Oleh : Mei Liana Sukarti 0931010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining
BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender. Lampiran 2, Dokumentasi Mesin Berkas Elektron (MBE) 350 kev/10 ma. Lampiran 3, Dokumentasi Pengerjaan Dilaboratorium Stirer Rami
Lebih terperinciAnalisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam
The 6 th University Research Colloquium 2017 Analisa Kuat Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam Eksi Widyananto 1*, Nurmansyah Alami 2, Yulis Setyani 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil/Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah-daerah di Indonesia. Menurut data Direktorat Jendral Hortikultura produksi pisang pada tahun 2010 adalah sebanyak 5.755.073
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F193
F193 Perbandingan Kemampuan Kitosan dari Limbah Kulit Udang dengan Aluminium Sulfat untuk Menurunkan Kekeruhan Air dari Outlet Bak Prasedimentasi IPAM Ngagel II Cecilia Dwi Triastiningrum dan Alfan Purnomo
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciMn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut
Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciKinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian
Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Gambar L.1 Uji Kuat Tekan Silinder Gambar L.2 Benda Uji Normal 7 hari Gambar L.3 Benda Uji Normal 14 hari Gambar L.4 Benda Uji Normal 28 hari Gambar L.5 Benda Uji Sukrosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu
Lebih terperinciJurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMROSESAN BAUKSIT. Muchtar Aziz dan Husaini
TEKNOLOGI PEMROSESAN BAUKSIT Muchtar Aziz dan Husaini Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara "tekmira" muchtar@tekmira.esdm.go.id S A R I Bijih bauksit merupakan sumber mineral
Lebih terperinciOleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc
Oleh: Rizqi Amalia (3307100016) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 KERANGKA PENELITIAN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen
Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis
Lebih terperinciPengaruh penambahan kalsium klorida, kalsium hidroksida dan karbon aktif terhadap penurunan silika terlarut dalam larutan sodium aluminat
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 157 164 Pengaruh penambahan kalsium klorida, kalsium hidroksida dan karbon aktif terhadap penurunan silika terlarut dalam larutan
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH
Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,
Lebih terperinciRecycle Afalan Kemasan Aluminium Foil Sebagai Koagulan Pada IPAL
JURNAL TEKNOLOGI PROSES DAN INOVASI INDUSTRI, VOL. 2, NO. 2, NOVEMBER 2017 71 Recycle Afalan Kemasan Aluminium Foil Sebagai Koagulan Pada IPAL Recycle Of Aluminium Foil Waste From Packaging As Coagulant
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.
Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat
Lebih terperinci