BAUKSIT yang EFISIEN. husaini dan yunita Ramanda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAUKSIT yang EFISIEN. husaini dan yunita Ramanda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara"

Transkripsi

1 rotary DruM scrubber ALAT upgrading BAUKSIT yang EFISIEN husaini dan yunita Ramanda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara SARI Dengan potensi bijih bauksit yang relatif besar (>810 juta ton), indonesia perlu melakukan optimalisasi pada pemanfaatannya. Selama puluhan tahun, bijih bauksit tersebut diekspor dalam bentuk bahan mentah dengan harga yang murah. Sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, pemilik izin Usaha Pertambangan (iup) mineral (termasuk bauksit) diwajibkan mengolah dan memurnikan mineral di dalam negeri dalam upaya untuk mendapatkan nilai tambah yang tinggi. Rotary Drum Scrubber (RDS) merupakan salah satu alat hasil inovasi yang dapat meningkatkan kadar bauksit, sebagai tahap awal dalam rantai peningkatan nilai tambah mineral menjadi produk turunannya. RDS kapasitas 1,6 ton/jam telah diuji coba dengan menggunakan crude bauxite dari berbagai lokasi tambang di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat yang menghasilkan mutu bauksit tercuci (washed bauxite) sangat baik. Hasil terbaik dengan menggunakan crude bauxite asal Tayan, yang semula memiliki kadar al 2 sekitar 47% naik menjadi lebih dari 55,5% dan silika reaktif yang semula 5,79% turun menjadi 0,47%. Dalam upaya pengembangannya, telah dibuat rancangan alat RDS kapasitas yang lebih besar (50 ton/ jam) yang akan difabrikasi dan ditempatkan di Tayan, Kalimantan Barat. Kegiatan ini dilakukan menuju ke arah proven technology, sehingga nantinya dapat meyakinkan calon pengguna atas kemampuan teknologi baru ini. Pembuatan rancangan RDS kapasitas 50 ton/jam telah selesai dilakukan pada tahun 2014 dan menghasilkan dimensi diame ter 1,7 m dan panjang 6 meter. Kata Kunci: Rotary Drum Scrubber (RDS), bauksit, pencucian bauksit, upgrading bauksit, Peningkatan Nilai Tambah (PNT), teknologi inovasi. 1. PENDAhULUAN indonesia kaya dengan endapan bijih bauksit. Untuk wilayah Kalimantan Barat saja, jumlah endapan bauksit >810 juta ton (Gambar 1). Namun, selama ini bijih bauksit indonesia belum dikelola dengan baik. Bijih bauksit hanya diekspor berupa bahan mentah tanpa proses pengolahan terlebih dahulu, sehingga harga jualnya pun masih rendah (Husaini, 2012). Namun seiring dengan dikeluarkannya Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2009 yang diikuti dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2014, semua produsen bijih bauksit (pemilik iup) harus melakukan pengolahan dan pemurnian terhadap bijih bauksit yang akan diekspor. Hal ini dimaksudkan agar potensi sumber daya bauksit yang dimiliki indonesia dengan jumlah yang relatif besar tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan nilai tambah yang tinggi. Hal ini menjadi perhatian banyak pihak termasuk Puslitbang tekmira. institusi ini berhasil mengembangkan sebuah alat upgrading bauksit yang dinamakan Rotary Drum Scubber (RDS). Dengan menggunakan RDS, proses upgrading bauksit dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. 76

2 RDS merupakan hasil modifikasi terhadap trommol screen yang selama ini digunakan untuk upgrading bijih bauksit di berbagai perusahaan tambang bauksit di indonesia (Husaini, 2014). Trommol screen yang digunakan untuk pencucian bauksit umumnya hanya difungsikan untuk mengayak/menyaring material yang berbeda-beda ukurannya. Walaupun dalam proses pengoperasiannya dilakukan juga penyemprotan dengan air, trommol screen ini masih memerlukan alat scrubbing yang terpisah darinya untuk melepaskan pengotor yang menempel pada permukaan crude bauxite (Parker, 2008). alat RDS memiliki tiga bagian/ komponen yang fungsinya masing-masing mengaduk, menyaring dan mengangkut material hasil pemrosesan, sehingga tidak memerlukan alat scrubbing karena alat RDS sekagambar 1. Endapan bauksit di Tayan, Propinsi Kalimantan Barat (Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat, 2011) 2. APA ITU rotary DruM scrubber (RDS)? ligus berfungsi sebagai alat scrubbing (Husaini dkk., 2013, Husaini, dkk., 2014). Dari aspek produk yang dihasilkan, antara trommol screen dan RDS juga terdapat perbedaan yang signifikan. Trommol screen yang bia sa digunakan oleh tambang-tambang bauksit di indonesia memiliki ukuran lubang saringan 2 mm, sehingga produk yang dihasilkan ada dua macam, yaitu material yang tertahan saringan (+2mm) dan material yang lolos sa ringan (-2mm) (Smith, 2009). Sementara alat RDS yang juga menggunakan lubang sa ringan 2mm menghasilkan tiga macam ukuran, yaitu washed bauxite (+2 mm) sebagai produk utama, tailing berukuran pasiran (-2 mm+100 mesh), dan tailing berukuran halus (-100 mesh). Hal ini bisa terjadi karena adanya sistem perendaman yang menyebabkan terbentuknya fraksi lebih halus yang selalu tersuspensi/terapung yang memberikan aliran 77

3 atas (overflow), di samping produk pasiran dan produk berukuran kasar (+2mm) tersebut. Hasil pencucian bauksit dengan RDS lebih baik dibandingkan dengan menggunakan trommol screen terutama karena adanya proses perendaman material yang selalu diputar/teraduk pada bagian bawah RDS tersebut yang tidak terdapat pada trommol screen (Husaini dan Cahyono, 2011). Washed bauxite yang dihasilkan kualitasnya sangat baik dan ini tentunya juga sangat bergantung pada kualitas crude bauxite yang diproses. Produk washed bau xite yang dihasilkan ini sudah memenuhi syarat untuk bahan baku proses Bayer (Nandi, 2004). Berdasarkan data hasil uji coba yang telah dilakukan, RDS ini menunjukkan kinerja yang sangat baik, karena selain mampu menghasilkan kualitas washed bauxite yang baik, peng operasiannya mudah, sederhana, mudah dipelihara, serta biaya investasinya relatif murah karena dapat diproduksi di dalam negeri (Cahyono, 2014). Penelitian yang dilakukan terkait dengan alat RDS ini meliputi peningkatan kadar (upgrading) bauksit mentah untuk skala pilot plant dengan kapasitas 1,6 ton/jam, pe mrosesan tailing-nya, pembuatan alumina hidrat serta pemanfaaatan bauksit residu (red mud) untuk geopolimer. 3. KELEBIhAN rotary DruM scrub Ber Sebuah inovasi tentu harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknologi terdahulu. Demikian juga dengan RDS, alat ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya, biaya investasi yang lebih kecil dan berdaya listrik rendah, sehingga hemat energi. Selain itu, mutu produk yang dihasilkan juga lebih baik, sehingga harga jualnya lebih tinggi. artinya, si pengguna dapat menangguk keuntungan lebih besar. Dari hasil uji coba atau demonstrasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengoperasian peralatan ini lebih praktis, mudah dikontrol, dapat melakukan klasifikasi berdasarkan ukuran mineral serta hasil olahan atau produk yang dihasilkan lebih bersih. Dari hasil pengujian RDS skala 1,6 ton/jam, teknologi ini dapat meningkatkan kadar al 2 bauksit asal Tayan, Kalimantan Barat dari 47,3% menjadi 55,5% dan menurunkan kadar SiO 2 reaktif dari 5,79% menjadi 0,47% (kandungan partikel sangat halus dalam washed bauxite hanya 0,8%) yang merupakan hasil terbaik yang pernah dicapai (Husaini, 2011). Menariknya lagi, dengan terbentuknya dua macam tailing yang alirannya terpisah, yaitu aliran atas (overflow) yang ukuran butirannya sebagian besar lolos 100 mesh dan aliran bawah (undersize) yang memiliki ukuran butir pasir (-2mm+100 mesh), maka akan mempermudah pemanfaatannya. Kedua jenis tailing tersebut memiliki komposisi kimia yang berbeda, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk yang berbeda-beda pula. Misalnya overflow RDS bauksit Meliau yang memiliki komposisi kimia 31,9-34,1% al 2 ; 10,06-13,66% SiO 2bbs ; 19,94-22,6% Si- O 2react ; 32,66-34,36% SiO 2ttl ; dan 12,51-13,04% Fe tot dapat diolah secara langsung tanpa penggerusan lagi menjadi berbagai macam produk kimia, antara lain zeolit sintetik, karena memang ukuran butirnya sudah relatif halus. Sementara, tailing berukuran butiran pasir (undersize) yang memiliki komposisi kimia 21,7-24,9% al 2 ; 43,9-45,6% SiO 2bbs ; 10,7-13% SiO 2react ; 54,8-56,9% SiO 2ttl ; 5,87-7,62% Fe tot antara lain dapat digunakan untuk pembuatan PaC (Polyaluminium Chloride) dan Tawas setelah mengalami penggerusan terlebih dahulu (Husaini, 2008). Jenis mineral-mineral lain yang berpotensi untuk dapat diolah dengan menggunakan RDS ini antara lain pasir kuarsa, felspar, bijih emas, zirkonia, mangan dan jenis mineral lainnya. Dengan kata lain, prospek pengembangann alat RDS ini sangat besar. Jadi, tak berlebihan jika harga satu unit alat dengan kapasitas produksi 50 ton/jam bernilai Rp. 900 juta/unit. Lingkup aplikasi ini sangat luas. Menariknya, cara pengoperasiannya pun mudah, karena bisa dipahami dan dimengerti orang awam. Pasalnya, prinsip kerjanya sudah umum dikenal, yaitu pengadukan, pengayakan dan pengangkutan. Hanya saja, jumlah air dan jumlah 78

4 umpan harus dikontrol karena sangat berpengaruh pada mutu produk yang dihasilkan. lebih tinggi dari suku bunga bank, sehingga investasi ini layak untuk dilanjutkan. 4. KEEKoNomIAN rotary DruM scrub Ber Sebuah inovasi haruslah memiliki tingkat keekonomian yang baik, sehingga dapat menarik investor karena menjanjikan keuntungan investasi. Karenanya, alat RDS ini juga telah dikaji mengenai kelayakan investasinya. Secara kasar, untuk kapasitas 50 ton/jam ( ton/tahun) diperkirakan hanya membutuhkan biaya sekitar Rp. 4 miliar (kajian keekonomian tahun 2013). indikator yang digunakan pada penilaian kelayakan ekonomi alat RDS ini adalah BEP (break even point), PaB (pay back period) serta irr (interest rate of return). Dengan kapasitas produksi sebesar ton bauksit/tahun dibutuhkan investasi sebesar $US ,50 dengan nilai keuntungan sebesar $US ,35 per tahun, nilai BEP 5,48% dari kapasitas produksi dan pay back period selama 0,84 tahun (Tabel 1). Berdasarkan nilai dari indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa alat RDS ini memiliki keekonomian yang sangat baik. Dengan jangka waktu kurang dari satu tahun, investasi yang dikeluarkan dapat balik modal dan memperoleh laba bersih yang besar, yaitu sekitar ,35 US $/tahun. Tingkat irr (%) jauh 5. RANCANgAN rotary DruM scrub Ber SKALA DeMO Setelah dilakukan pengujian RDS kapasitas 1,6 ton/jam dan diperoleh hasil yang memuaskan, maka selanjutnya akan dilakukan pengembang an RDS dengan kapasitas yang lebih besar, yaitu 50 ton/jam (Gambar 2 dan 3). Rotary Drum Scrubber dengan skala yang lebih besar dirancang untuk membuktikan apakah teknologi inovasi upgrading bauksit ini sudah proven atau belum. Hal ini tentu saja gambar 2. Gambar RDS Kapasitas 50 ton/jam Tampak Depan Tabel 1. Keekonomian Rotary Drum Scrubber Dana investasi (US $) ,50 Kapasitas produksi crude bauxite (ton/tahun) ,00 Kapasitas produksi washed bauxite (ton/tahun) ,00 Harga pokok produksi (US $/ton) 21,41 Bila harga jual produk dipatok (US $/ton) 30,00 Diperoleh nilai-nilai parameter sbb : Laba bersih (US $/tahun) ,35 Harga produksi (US $/ton) 21,41 BEP (%) 5,48 Payback period (th) 0,84 irr (%) 36,87 79

5 gambar 3. Gambar RDS Kapasitas 50 ton/jam Tampak Samping sangat penting bagi calon pengguna alat RDS. Pengembangan ini diawali dengan pembuatan rancangan RDS kapasitas 50 ton/jam pada tahun 2014 (Gambar 4; Tabel 2) yang semula akan difabrikasi dan ditempatkan di Tayan, Kalimantan Barat pada tahun alat RDS kapasitas 50 ton/jam yang sudah terpasang nantinya diuji coba di lokasi tambang bauksit yang diawali dengan comissioning. Berikut adalah data mengenai spesifikasi rancangan alat RDS kapasitas 50 ton/jam yang telah dibuat (Husaini, 2015): gambar 4. Rancangan alat RDS Kapasitas 50 ton/jam beserta spesifikasinya Tabel 2. Spesifikasi RDS Kapasitas RDS Diameter RDS Panjang RDS Tebal plat RDS Dilengkapi dengan daya penggerak 50 ton/jam 1,7 m 6 m 0,02 m 183,95 Hp 80

6 6. KESImPULAN Peningkatan kadar (upgrading) bijih bauksit (crude bauxite) kini dapat dilakukan de ngan lebih efisien menggunakan Rotary Drum Scrubber (RDS). Bauksit yang sebelumnya hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah dapat dijual lebih mahal dengan dilakukan proses upgrading terlebih dahulu. Hal ini tentu saja sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai peningkatan nilai tambah mineral. Uji validasi RDS kapasitas 1,6 ton/jam untuk upgrading crude bauxite dari berbagai lokasi tambang bauksit di indonesia menunjukkan bahwa RDS tersebut memiliki kinerja yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh kadar pengotor (butiran sangat halus) dalam washed bauxite yang rendah (dapat mencapai 0,8%) dengan kandungan SiO 2 reaktif terendah 0,47%. Kadar al 2 dan silika reaktif yang diperoleh bergantung pada bijih bauksit asalnya, dan untuk mencapai kadar yang diharapkan, ukuran washed bauxite yang diambil adalah >2 mm. Di samping itu, hasil kajian keekonomian yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa upgrading bauksit dengan alat RDS ini layak untuk diterapkan karena memberi keuntungan yang signifikan. DAFTAR PUSTAKA Husaini, (2008). Penelitian Pendahuluan Pembuatan Tawas Dari Bauksit Kijang, Jurnal Bahan Galian Industri, vol.12, no.33. Husaini dan Suryo Cahyono, (2011). Upgrading Indonesian Bauxite by Batch Washing Method, Indonesian Mining Journal, vol. 14, no. 3. Husaini, Suryo Cahyono dan Retno Damayanti, (2014). Upgrading of Tayan s Crude bauxite Using Rotary Drum Scrubber, Indonesian Mining Journal, vol. 17, no. 1. Husaini, Purnomo, H., Cahyono, S., Muta alim, Trisna Soenara, T., agung, B.,Wahyudi, a., (2012). Bauksit: Masa Depan Industri Berbasis Aluminium di Indonesia, Buku Bauksit, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Husaini, Suganal, Purnomo, H., Cahyono, S., Muta alim, Soenara, T., agung, B., Wahyudi, a., (2013). Peningkatan Kadar dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah serta Pemanfaatan Tailingnya, Laporan Akhir, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, tidak diterbitkan. Husaini, Suganal, Purnomo, H., Cahyono, S., agung, B., (2014). Pembuatan Rancangan Teknologi Upgrading Bauksit Kapasitas 50 Ton/Jam, Laporan Akhir, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, tidak diterbitkan. Husaini, Suganal, Robi S., agung, B., (2015). The design of Bauxite Washing Equipment Rotary Drum Scrubber (RDS), Prosiding Seminar di Puslitbang tekmira; Bandung Nandi, a. K., (2004). Present Status Of Bauxi te-alumina industry Of india, Minerals and Metals Division, MFC Commodities India 104-B, Suraksha apartments, 16, Hindustan Colony, amravati Road Nagpur ; india. Parker, P S., (2008). High Silica Bauxite Processing Economic Processing of High Silica Bauxites Existing and Potential Processes. Peter Smith Parker Centre. CSIRO Light Metals Flagship, p Smith, P., (2009). The processing of high silica bauxites-review of existing and potential processes, CSiRO, Light Metals Flagship, Parker Centre, CSIRO Minerals, Perth, Australia, Hydrometallurgy 98, p

Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya

Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya Husaini, Suganal, Hadi Purnomo, Stefanus Suryo Cahyono, Muta alim, Trisna Soenara, Budhy Agung Supriyanto, Agus Wahyudi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari pengamatan terhadap penambangan bijih bauksit yang terdapat di Propinsi Kalimantan Barat, ditemukan bahwa endapan bauksit di daerah ini termasuk ke dalam jenis

Lebih terperinci

Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS 50 TON/JAM

Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS 50 TON/JAM Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upgrading crude bauksit merupakan tahap awal dalam pengolahan bijih bauksit sebelum diproses lebih lanjut menjadi logam aluminium maupun bahan kimia (chemicals) [Anonim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, buhmit dan diaspor.

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi tambang mineral di Indonesia yang sangat besar dengan kualitas produk baik. Potensi ini penting diperhitungkan untuk waktu yang akan datang. Kegiatan penambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Bauksit merupakan salah satu komoditas tambang yang penting di Indonesia. Berdasarkan data dinas Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011, jumlah sumber daya bauksit

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI Muchtar Aziz Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jend.Sudirman No. 623, Bandung Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar

Lebih terperinci

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI Topik Utama Strategi Pertumbuhan Antam Melalui Penciptaan Nilai Tambah Mineral Trenggono Sutioso PT. Antam (Persero) Tbk. trenggono.sutiyoso@antam.com SARI Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMROSESAN BAUKSIT. Muchtar Aziz dan Husaini

TEKNOLOGI PEMROSESAN BAUKSIT. Muchtar Aziz dan Husaini TEKNOLOGI PEMROSESAN BAUKSIT Muchtar Aziz dan Husaini Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara "tekmira" muchtar@tekmira.esdm.go.id S A R I Bijih bauksit merupakan sumber mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan (non renewable) yang dikuasai negara, oleh karena itu pengelolaannya

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Yogyakarta, Agustus 2013 Penulis, AJI DZULIANDA DAFTAR ISI. vii

Yogyakarta, Agustus 2013 Penulis, AJI DZULIANDA DAFTAR ISI. vii PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas yang terletak di daerah Batang Belian, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kegiatan penambangan bijih bauksit.

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA Gandhi Kurnia Hudaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Gandhi.kurnia@tekmira.esdm.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

TIM KAJIAN PERCEPATAN PENERAPAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT DAN PEMANFAATAN RED MUD DI INDONESIA

TIM KAJIAN PERCEPATAN PENERAPAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT DAN PEMANFAATAN RED MUD DI INDONESIA Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN TIM KAJIAN PERCEPATAN PENERAPAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT DAN

Lebih terperinci

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DAN KANDUNGAN SILIKA TERLARUTNYA DARI BAUKSIT KALIMANTAN BARAT (SKALA LABORATORIUM)

EKSTRAKSI ALUMINA DAN KANDUNGAN SILIKA TERLARUTNYA DARI BAUKSIT KALIMANTAN BARAT (SKALA LABORATORIUM) Pengaruh Ukuran Jurnal Partikel, Teknologi Suhu, Mineral Stoikiometri dan Batubara NaOH Volume terhadap 10, Ekstraksi Nomor Alumina 2, Mei 2014 dan... : 69 Dessy 81Amalia dkk. PENGARUH UKURAN PARTIKEL,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara tempat bertemunya tiga lempeng tektonik yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Oleh karena pertemuan tiga

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol. Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol. Sumber: Hasil olahan penulis (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Cikokol yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR) Kabupaten Tangerang, memproduksi

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri keramik Indonesia merupakan salah satu sektor unggulan yang telah berkembang baik selama lebih dari 30 tahun (Kemenperin RI, 2016). Nilai penjualan

Lebih terperinci

PROSES HIDROLISIS LARUTAN NATRIUM ALUMINAT DENGAN MENGGUNAKAN BIANG ALUMINIUM HIDROKSIDA

PROSES HIDROLISIS LARUTAN NATRIUM ALUMINAT DENGAN MENGGUNAKAN BIANG ALUMINIUM HIDROKSIDA PROSES HIDROLISIS LARUTAN NATRIUM ALUMINAT DENGAN MENGGUNAKAN BIANG ALUMINIUM HIDROKSIDA Hydrolysis of Natrium Aluminate using Aluminium Hydroxide Seed HUSAINI, SUGANAL, KUKUH N. HIDAYAT dan STEFANUS S.

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia No.687, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penjualan Mineral ke Luar Negeri. Pensyaratan dan Pemberian Rekomendasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Gambar 1.1 Perbandingan biaya produksi pembangkit listrik untuk beberapa bahan bakar yang berbeda

Bab I Pendahuluan. Gambar 1.1 Perbandingan biaya produksi pembangkit listrik untuk beberapa bahan bakar yang berbeda Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di tengah semakin langkanya persediaan minyak bumi, batubara seakan menjadi primadona. Banyak industri yang mulai meninggalkan minyak bumi dan beralih ke batubara sebagai

Lebih terperinci

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Oleh : Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalimantan Barat Pada Acara Seminar dan Workshop MKI Wilayah Kalimantan Barat 2013 Pontianak. 13 Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Nawy (1995), dalam

Lebih terperinci

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Jumlah sumber daya mineral yang merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Lebih terperinci

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON Stefano Munir, Ikin Sodikin, Waluyo Sukamto, Fahmi Sulistiohadi, Tatang Koswara Engkos Kosasih, Tati Hernawati LATAR BELAKANG Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M.Eng NIP. 19580819 198503 2 003 Oleh Ricco Aditya S. W (2310 030 044) Rieska Foni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai makanan berbagai olahan, salah satu dari makanan olahan dari hasil pertanian adalah berupa nata. Nata merupakan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak menaiknya harga minyak mentah dunia maupun harga gas alam sebagai sumber bahan bakar, seluruh upaya dilakukan untuk mencari dan mengembangkan alternatif sumber

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Pengaruh penambahan kalsium klorida, kalsium hidroksida dan karbon aktif terhadap penurunan silika terlarut dalam larutan sodium aluminat

Pengaruh penambahan kalsium klorida, kalsium hidroksida dan karbon aktif terhadap penurunan silika terlarut dalam larutan sodium aluminat Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 157 164 Pengaruh penambahan kalsium klorida, kalsium hidroksida dan karbon aktif terhadap penurunan silika terlarut dalam larutan

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Yogyakarta, 19 Juni 2012 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN SUBSEKTOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN PABRIK SGA (SMELTER GRADE ALUMINA) MEMPAWAH DENGAN PROSES BAYER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN PABRIK SGA (SMELTER GRADE ALUMINA) MEMPAWAH DENGAN PROSES BAYER Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 213 : 74 87 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN PABRIK SGA (SMELTER GRADE ALUMINA) MEMPAWAH DENGAN PROSES BAYER Financial Feasibility Analysis

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. - 2 - Perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Jenis

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGIRIMAN KOMODITAS TAMBANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGIRIMAN KOMODITAS TAMBANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGIRIMAN KOMODITAS TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14111 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT GUNUNG KENDAIK OLEH PT MEGA CITRA UTAMA LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

Lebih terperinci

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 Diterbitkan Oleh: PT. Indo Analisis Copyright @ 2016 DISCALIMER Semua informasi dalam Laporan Industri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate 14 Spektrum Sipil, ISSN 58-4896 Vol. 1, No. 2 : 14-149, September 214 PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate Joedono, Mudji Wahyudi

Lebih terperinci

Agus Rusli. External Relation GM PT. Harita Prima Abadi Mineral SARI

Agus Rusli. External Relation GM PT. Harita Prima Abadi Mineral SARI KOMITMEN DAN KENDALA PEMBANGUNAN INDUSTRI ALUMINA REFINERY Agus Rusli External Relation GM PT. Harita Prima Abadi Mineral agus.rusli@haritamineral.com SARI Indonesia sekarang ini sedang berusaha keras

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup pokok karena tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung tanpa tersedianya air yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

PEMROSESAN RED MUD LIMBAH EKSTRAKSI ALU- MINA DARI BIJIH BAUKSIT BINTAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI ALUMINA DAN SODA

PEMROSESAN RED MUD LIMBAH EKSTRAKSI ALU- MINA DARI BIJIH BAUKSIT BINTAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI ALUMINA DAN SODA PEMROSESAN RED MUD LIMBAH EKSTRAKSI ALU- MINA DARI BIJIH BAUKSIT BINTAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI ALUMINA DAN SODA MUCHTAR AZIZ, MUTAALIM, DESSY AMALIA dan AGUS WAHYUDI Puslitbang Teknologi Mineral dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yang memenuhi syarat kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK WONOCAF DENGAN BAHAN BAKU UBI KAYU

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK WONOCAF DENGAN BAHAN BAKU UBI KAYU EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK WONOCAF DENGAN BAHAN BAKU UBI KAYU Oleh: ANGGRA WIDHI W NIM: 21030110151110 ARI EKO PRASETYO NIM: 21030110151116 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN PENDAHULUAN Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN AGREGAT KASAR BATU

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

TINJAUAN TAILING SEBAGAI SUMBER DAYA

TINJAUAN TAILING SEBAGAI SUMBER DAYA TINJAUAN TAILING SEBAGAI SUMBER DAYA Oleh : Sabtanto Joko Suprapto Kelompok Program Penelitian Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Tailing sebagai ampas dari pengolahan bahan tambang, dapat mempunyai

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11011 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT DWIMITRA ENGGANG KHATULISTIWA OLEH PT ANTAM (Persero) Tbk I. LATAR BELAKANG 1.1. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211

Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id Laporan Akhir Kelompok Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral PEMBUATAN

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat.

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat. 42 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dirancang bentuk alat Digambar dan ditentukan ukuran alat Dipilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siregar (2014) menyebutkan pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri dari atas kristal-kristal silika (SiO 2 ) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN RONNY PANDALEKE Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:ronny_pandaleke@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU SKRIPSI Oleh : Windi Novitasari NPM. 0333010002 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Kelayakan Ekonomi pada Pengolahan Ferro Nickel dengan Menggunakan Teknologi Blast Furnance (Studi Kasus PT Macika Mineral Industri di Desa Lalowua,

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO Hilda Utami Citra 1, Crystie Angelina Leuw 2, Antoni 3, Djwantoro Hardjito 4 ABSTRAK: Semburan lumpur

Lebih terperinci

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT. Indolakto Sukabumi dan pelaksanaan analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penduduk kota Pekanbaru mencapai sekitar satu juta jiwa. Terkait juga pertambahan penduduk dan pola konsumsi masyarakat di kota Pekanbaru telah menghasilkan sampah

Lebih terperinci