PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE
|
|
- Hadian Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MT : Widi Astuti dkk. PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE Widi Astuti 1) Zulfiadi Zulhan 2) Achmad Shofi 1) Kusno Isnugroho 1) Fajar Nurjaman 1) Erik Prasetyo 1) 1) UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI, Jl. Ir. Sutami Km. 15, Tanjung Bintang, Lampung Selatan, Lampung 35364, Telp: ) Teknik Metalurgi, FTTM, ITB, Jl. Ganesha No. 10 Bandung Disajikan Nop 2012 ABSTRAK Nikel adalah salah satu logam yang paling penting dan memiliki banyak aplikasi dalam industri. Indonesia memiliki cadangan bijih nikel laterit yang cukup besar terutama di Sulawesi, Halmahera, Papua dan Kalimantan. Cadangan bijih nikel ini diperkirakan sebesar 1576 Mt atau sekitar 15% dari cadangan nikel di dunia. Tetapi dengan jumlah sebesar itu hanya ada dua perusahaan yang mengolah bijih nikel di Indonesia terutama bijih saprolit yang berkadar nikel tinggi yaitu, PT. INCO menjadi nickel matte dan PT. Antam menjadi ferronikel. Sebagian besar bijih terutama bijih limonit dengan kadar nikel yang rendah masih diekspor dalam bentuk mentah. Untuk itu diperlukan upaya untuk memanfaatkan sumber daya bijih nikel laterit yang melimpah ini melalui pemanfaatan dan pengembangan teknologi yang tepat bagi Indonesia. Penelitian kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari proses pembuatan nickel pig iron (NPI) dari bijih nikel laterit kadar rendah Indonesia dengan memanfaatkan teknologi mini blast furnace yang ada di UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI. Bahan baku bijih nikel laterit yang diteliti berasal dari wilayah pertambangan Morowali (Sulawesi Tengah). Terdapat dua jenis bijih nikel laterit yang digunakan yaitu limonit dan saprolit. Dari hasil penelitian dan kegiatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) bijih limonit yang berasal dari tambang rakyat di daerah Morowali, Sulawesi Tengah berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan nickel pig iron (NPI) dalam mini blast furnace, (2) berdasarkan hasil perhitungan neraca massa proses pembuatan NPI menggunakan mini blast furnace, dengan menambahkan proses sintering sebelum proses reduksi dan smelting, suatu mini blast furnace dapat digunakan untuk membuat NPI dari bijih nikel laterit Indonesia, (3) berdasarkan hasil percobaan pendahuluan reduksi bijih nikel laterit pada skala laboratorium dalam suatu muffle furnace diketahui bahwa proses reduksi bijih nikel laterit terjadi pada temperatur C dengan waktu reduksi selama 60 menit. Kata Kunci: Nikel, nickel pig iron (NPI), bijih nikel laterit, Indonesia, mini blast furnace I. PENDAHULUAN Nikel adalah salah satu logam yang paling penting dan memiliki banyak aplikasi dalam industri. Ada banyak jenis produk nikel seperti logam halus, bubuk, spons, dan lainlain. 62% dari logam nikel digunakan dalam baja tahan karat, 13% dikonsumsi sebagai superalloy dan paduan nirbesi karena sifatnya yang tahan korosi dan tahan tinggi suhu [1]. Bijih nikel dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu bijih sulfida dan bijih laterit (oksida dan silikat). Meskipun 70% dari tambang nikel berbasis bijih laterit, tetapi 60% dari produksi primer nikel berasal dari bijih sulfida [2,3]. Bijih nikel laterit biasanya terdapat di daerah tropis atau sub-tropis yang terdiri dari pelapukan batuan ultramafik yang mengandung zat besi dan magnesium dalam tingkat tinggi. Deposit tersebut biasanya menunjukkan lapisan yang berbeda karena kondisi cuaca. Lapisan pertama adalah lapisan yang kaya silika dan yang kedua adalah lapisan limonit didominasi oleh gutit [FeO(OH)] dan hematit (Fe2O3). Lapisan berikutnya adalah saprolit [(Ni,Mg)SiO3.nH2O)] yaitu lapisan yang kaya magnesium dan elemen basal. Lapisan terakhir adalah
2 0404: Widi Astuti dkk. MT-67 batuan dasar yang berubah dan tidak berubah. Antara lapisan saprolit dan limonit biasanya ada lapisan transisi yang kaya magnesium (10-20% Mg) dengan besi yang disebut serpentine [Mg3Si2O5(OH)] [4]. Untuk deposit laterit yang ideal, lapisan limonit sangat tidak cocok untuk ditingkatkan kadarnya, sedangkan peningkatan kadar untuk lapisan saprolit juga terbatas untuk peningkatan konsentrasi nikel. Hal ini merupakan perbedaan utama antara bijih laterit dan bijih sulfida yang dapat dibenefisiasi dari 10% menjadi 28% [4]. Kebutuhan bijih laterit semakin meningkat dengan adanya kenaikan harga nikel dan penurunan cadangan bijih sulfida. Peningkatan harga nikel internasional, khususnya pada akhir tahun 2006 dan awal tahun 2007, di mana harga mencapai USD $ /MT juga mempengaruhi harga barang jadi dengan memindahkan biaya kepada pembeli. Solusi yang dicari oleh produsen baja tahan karat untuk menghindari kehilangan pasar adalah mensubstitusi kandungan nikel secara parsial pada baja seri 300. Pada baja tahan karat seri 200 disarankan untuk menggantikan nikel dengan logam lain yang memiliki sifat baja yang sama karena mengurangi kandungan nikel akan lebih murah 30% dari biaya produk akhir [5]. Saat ini, China dan India merupakan produsen utama baja seri 200 karena harga nikel yang tinggi dan meningkatnya pasokan mineral nikel kadar rendah dari New Caledonia, Indonesia dan Filipina. Sebagai bahan baku untuk mengembangkan baja seri 200, telah dikembangkan produksi nickel pig iron (NPI) dengan kandungan nikel antara 1% dan 10%, dengan menggunakan bijih nikel laterit kadar rendah (Ni <1,6%). China telah memilih untuk menghasilkan NPI dari bijih nikel laterit, dan memanfaatkan besi dari bijih laterit. Saat ini, NPI diperoleh dengan dua proses yaitu menggunakan mini blast furnace dan menggunakan tanur listrik [5]. Produksi NPI merupakan tren baru, meskipun pertama kali dikembangkan sekitar 50 tahun yang lalu tetapi belum secara komersial digunakan hingga beberapa produsen pig iron di China mengubah metode produksi mereka ke produksi NPI. Produksi pertama NPI dimulai dengan blast furnace menggunakan bijih laterit kadar rendah. Bijih diimpor dari Indonesia, Filipina dan New Caledonia. Proses ini hampir sama dengan produksi pig iron. Perbedaannya adalah bijihnya mengandung nikel lebih banyak serta jumlah terak yang dihasilkan juga akan meningkat. Produk blast furnace mengandung 2-10% nikel [4]. Indonesia memiliki cadangan bijih nikel laterit yang cukup besar terutama di Sulawesi, Halmahera, Papua dan Kalimantan dan diperkirakan cadangan bijih nikel yang ada sebesar 1576 Mt atau sekitar 15% dari cadangan nikel di dunia. Tetapi dengan jumlah sebesar itu hanya ada dua perusahaan yang mengolah bijih nikel di Indonesia terutama bijih saprolit yang berkadar nikel tinggi yaitu, PT. INCO menjadi nickel matte dan PT. Antam menjadi ferronikel. Sebagian besar bijih terutama bijih limonit dengan kadar nikel yang rendah masih diekspor dalam bentuk mentah dan sisanya masih merupakan harta karun yang dibiarkan bagaikan barang yang tak bernilai [6]. Ekspor bijih limonit mentah secara besar-besaran ke China terjadi dalam kurun lima tahun terakhir. Kondisi ini akan terus berlangsung jika Indonesia tidak memiliki industri pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah sekalipun UU No 4 Tahun 2009 (yang diperkuat dengan Permen ESDM No 7 Tahun 2012 dan Inpres No 1 Tahun 2012) tentang Pengolahan Mineral dan Batubara telah diterapkan pada tahun Berdasarkan data Pohon Industri Baja 2009 dari Kementerian Perindustrian dan data dari IISIA (Indonesian Iron and Steel Industry Association), belum ada industri yang memproduksi pig iron maupun NPI di Indonesia. Untuk itu diperlukan upaya untuk memanfaatkan sumber daya bijih nikel laterit yang melimpah ini melalui pemanfaatan dan pengembangan teknologi yang tepat bagi Indonesia. Penelitian kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari proses pembuatan NPI dari bijih nikel laterit kadar rendah Indonesia dengan memanfaatkan teknologi mini blast furnace yang ada di UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI. II. Tabel 1. Komposisi kimia bahan baku Senyawa Limonit (%) Saprolit (%) SiO2 5,20 38,20 Al2O3 14,96 4,10 Fe2O3 61,31 22,37 TiO2 0,36 0,060 K2O 0,006 0,004 CaO 0,074 0,88 MnO 0,13 0,19 MgO 0,57 19,81 P2O5 0,035 0,003 NiO 0,72 2,53 Cr2O3 1,66 0,97 SO3 0,0046 0,0004 V2O5 0,0004 0,0002 CoO 0,0002 0,0003 ZnO 0,0003 0,0004 LOI 14,42 10,74 METODE Pada penelitian, bahan baku bijih nikel laterit berasal dari wilayah pertambangan Morowali (Sulawesi Tengah). Bijih nikel laterit yang digunakan ada dua jenis yaitu limonit dan saprolit. Sebelum digunakan dalam proses, bahan baku dianalisis dan dikarakterisasi terlebih dahulu menggunakan
3 MT : Widi Astuti dkk. analisa XRF dan analisa XRD untuk mengetahui kandungan komposisi senyawa dalam bijih. Hasil analisa XRF bijih limonit dan saprolit disajikan pada Tabel 1, sedangkan hasil analisa XRD disajikan dalam Gambar 1 dan 2. Gambar 1. Spektrum XRD bijih saprolit untuk meningkatkan rasio Ni/Fe dalam paduan dan rendahnya kandungan FeO dalam terak di mana terak sebagian besar mengandung silika dan magnesia menyebabkan temperatur leleh terak menjadi tinggi. Hal ini tidak sesuai untuk blast furnace kecil dengan temperatur udara panas yang rendah tanpa oksigen yang kaya dalam udara panas. Tetapi bahan imbuh seperti batu kapur dapat ditambahkan untuk menurunkan temperatur terak [7]. Blast furnace yang dimiliki oleh LIPI Lampung merupakan hasil modifikasi dari teknologi blast furnace yang ada di Brazil karena para peneliti yang membangun blast furnace LIPI Lampung belajar dari Brazil. Untuk mendapatkan kebutuhan material dan kebutuhan panas pada proses blast furnace untuk menghasilkan NPI, sebuah program sudah direalisasikan. Program tersebut mempertimbangkan komposisi bijih nikel untuk menghitung komposisi produk NPI, jumlah dan komposisi terak, jumlah dan komposisi gas buang serta untuk memperkirakan kebutuhan coking coal untuk proses peleburan dan reduksi. Gambar 3 menyajikan diagram alir pembuatan NPI dari bijih nikel laterit dalam blast furnace. Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan NPI dalam Blast Furnace Dengan menggunakan data bijih nikel laterit limonit dan saprolit pada Tabel 1, hasil perhitungan III. Gambar 2. Spektrum XRD bijih limonit HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Massa Pembuatan NPI dengan Mini Blast Furnace Ferronikel dengan kadar Ni 1,5-8% dapat dihasilkan dalam blast furnace dan biasa disebut dengan nickel pig iron (NPI). Blast furnace dengan arang kayu sebagai bahan bakar dan reduktor dalam ukuran sedang dan kecil telah dioperasikan di Brazil sejak beberapa dekade. Umpan yang dimasukkan dalam blast furnace adalah bijih besi atau aglomerat, arang kayu atau kokas dan bahan imbuh. Udara dipanaskan dalam stove sampai temperatur C. Dalam kasus ini, energi yang dibutuhkan untuk proses disuplai oleh karbon yang juga dikonsumsi dalam reaksi reduksi sampai reduksi besi hampir sempurna sehingga FeO dalam terak tinggal sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Dua batasan utama dapat diterima dari sini yaitu kemungkinan untuk memperkirakan konsumsi material yang dibutuhkan serta komposisi kimia dari produk serta terak untuk menghasilkan 1 ton NPI diberikan pada Tabel 2 untuk basisitas terak (%CaO+%MgO)/%SiO2 sama dengan 1,1. Dari Tabel 2 terlihat bahwa untuk bijih nikel limonit, kandungan nikel dalam produk NPI adalah 1,28% sedangkan untuk bijih nikel saprolit kandungan nikel dalam produk > 10%. Kebutuhan kokas (coke) untuk mengolah nikel saprolit lebih besar karena jumlah bahan imbuh (batukapur) yang dibutuhkan untuk mengatur komposisi terak menjadi lebih banyak dan terak yang dihasilkan juga lebih besar. Dari Tabel 2 juga terlihat bahwa kandungan sulfur dan posfor dalam produk NPI masih relatif tinggi. Kandungan posfor lebih kecil dan sulfur masing-masing lebih rendah dari 0,03% diharapkan supaya produk NPI ini dapat digunakan untuk pembuatan baja tahan karat. Sebelum digunakan, NPI perlu dimurnikan terlebih dahulu terutama untuk menurunkan kandungan sulfur dan posfor.
4 0404: Widi Astuti dkk. MT-69 Tabel 2. Hasil Perhitungan Neraca Massa Limonit Saprolit Bijih (kering) 2,30 ton 5,30 ton Bahan imbuh 0,5 ton 3,2 ton Kokas 1,28 ton 2,34 ton Produk: Ni 1,28% 10,33% C 4,68% 4,66% Tabel 3. Variabel percobaan reduksi skala laboratorium No Temperatur ( 0 C) Waktu (menit) , 40, , 40, , 40, 60 Si 0,18% 0,32% Mn 0,11% 0,06% P 0,05% 0,06% S 0,43% 0,37% Cr 1,25% 1,75% Terak: Berat terak 0,93 ton 5,48 ton CaO 26,55% 29,76% SiO2 24,81% 44,30% Al2O3 41,20% 5,76% MgO 2,20% 19,47% MnO 0,16% 0,17% P2O5 0,01% 0,00% Percobaan Reduksi Bijih Nikel Laterit dalam Muffle Furnace Percobaan reduksi bijih nikel laterit skala laboratorium secara batch menggunakan muffle furnace dilakukan sebagai percobaan pendahuluan dan dasar untuk percobaan reduksi skala besar dalam sebuah tungku berbentuk tunnel kiln. Percobaan pendahuluan ini dilakukan dengan variasi temperatur reduksi dan waktu reduksi seperti yang disajikan dalam Tabel 3. Komposisi bahan baku yang digunakan adalah 80% bijih nikel laterit jenis limonit, 15% batubara dan 5% batukapur. Berat sampel yang digunakan adalah 15 gram. Tabel 4 dan 5 menyajikan komposisi kimia batubara dan batu kapur yang digunakan. Tabel 4. Komposisi kimia batubara Parameter Nilai Moisture Total 8,93 % Moisture Content 0,08 % Volatile Matter 23,35 % Ash 26,62 % Fixed Carbon 49,95 % Tabel 5. Komposisi kimia batu kapur Parameter Nilai CaO 85,16 % SiO2 1,67 % MgO 1,33 % Berdasarkan pengamatan terhadap produk hasil reduksi tahap awal terutama didasarkan pada warna produk reduksi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur reduksi maka warna produk semakin gelap dan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat reduksi yang sudah terjadi. Selanjutnya produk hasil reduksi dianalisis menggunakan uji XRD untuk mengetahui mineral yang ada dalam produk hasil reduksi. Produk hasil reduksi yang dianalisis hanya produk dengan warna yang menunjukkan sudah terjadi reduksi pada tingkat yang cukup tinggi yaitu untuk produk reduksi pada temperatur C dan C. Hasil analisa XRD produk reduksi ditunjukkan pada Gambar 4. Dari Gambar 4 terlihat bahwa produk hasil reduksi sudah mengandung magnetit (Fe3O4) dan besi (Fe). Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur C sudah terjadi proses reduksi. Dari hasil analisa XRD di atas tidak dijumpai keberadaan ferronikel (FeNi). Hal ini dimungkinkan terjadi karena atom-atom nikel berperan sebagai atom interstisi (layaknya keberadaan atom karbon) dalam material besi Percobaan reduksi skala laboratorium juga dilakukan dengan melakukan pencampuran bahan baku jenis limonit dan jenis saprolit pada komposisi 70% bijih nikel jenis
5 MT : Widi Astuti dkk. limonit, 10% bijih nikel jenis saprolit, 15% batubara dan 5% batu kapur pada temperatur dan waktu reduksi yang sama yaitu C selama 60 menit reduksi. Produk hasil reduksi dianalisis menggunakan XRD dan diperoleh hasil seperti pada Gambar 5. IV. KESIMPULAN 1. Bijih limonit yang berasal dari tambang rakyat di daerah Morowali, Sulawesi Tengah berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan nickel pig iron (NPI) dalam blast furnace. 2. Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa proses pembuatan NPI menggunakan blast furnace, dengan menambahkan proses sintering sebelum proses reduksi dan smelting, suatu mini blast furnace dapat digunakan untuk membuat NPI dari bijih nikel laterit Indonesia. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan reduksi bijih nikel laterit pada skala laboratorium diketahui bahwa proses reduksi bijih nikel laterit terjadi pada temperatur C dengan waktu reduksi selama 60 menit SARAN Gambar 4. Spektrum XRD Produk Reduksi Skala Laboratorium 1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan komposisi bahan baku yang paling optimum sehingga menghasilkan produk dengan kadar nikel yang maksimum. 2) Kerjasama antara pemerintah dan perusahaan pertambangan nikel di daerah harus semakin ditingkatkan untuk mendukung usaha penambang lokal dalam membangun tungku-tungku skala kecil yang dapat digunakan untuk mengolah bijih nikel laterit kadar rendah menjadi NPI. DAFTAR PUSTAKA Gambar 5. Spektrum XRD Produk Reduksi Skala Laboratorium Dari Gambar 5 terlihat bahwa produk hasil reduksi sudah mengandung magnetit (Fe3O4). Terjadi sedikit perubahan spektrum XRD ketika bijih saprolit ditambahkan dalam bahan baku. Intensitas senyawa magnetit (Fe3O4) menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan produk reduksi tanpa adanya penambahan bijih saprolit. [1] Barkas J., (2010), Drivers and risks for nickel demand, 7th International China Nickel Conference, Shanghai. [2] Kim, J., Dodbiba, G., Tanno, H., Okayaa, K., Matsuo, S., Fujita, T., (2010), Calcination of low-grade laterite for concentration of Ni by magnetic separation, Minerals Engineering, 23, [3] Superiadi, A., (2007), Processing Technology vs. Nickel Laterite Ore Characteristic, PT Inco. [4] Yıldırım, H., Turan, A. and Yücel, O., (2012), Nickel Pig Iron (NPI) Production From Domestic La Teritic Nickel Ores Using Induction Furnace, International Iron & Steel Symposium, April 2012, Karabük, Türkiye, pp [5] Hernández F., Medina O., Escuarda R., Acas B. Ventanilla K. Sanchez Sh., (2008), NPI production in small blast furnace. PGMC Mindanao Philippines, May Metallurgical Process & Technical Consultant. [6] Edi Herianto, (2008), Peleburan Bijih Nikel Laterit Menggunakan Blast Furnace: Pelajaran dari China, Jurnal Metalurgi 2008, hal [7] Kruger P.V., Silva, C.A., Vieira, C.B., Araujo, F.G.S, and Seshadri, V., (2010), Relevant Aspect Related To
6 0404: Widi Astuti dkk. MT-71 sproduction of Iron Nickel Alloys (Pig Iron Containing Nickel) in Mini Blast furnace, The Twelfth International Ferroalloys Congress Sustainable Future, Finland
BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nikel merupakan salah satu bahan penting yang banyak dibutuhkan dalam bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai bahan baku pembuatan
Lebih terperinciThe third Indonesian Process Metallurgy Conference (IPM III) 2012
PERMODELAN PROSES PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DENGAN BLAST FURNACE UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN KOKAS, KOMPOSISI PRODUK DAN TERAK SERTA KAPASITAS PABRIK SEBAGAI FUNGSI DARI KANDUNGAN NIKEL DI BIJIH DAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR
PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,
Lebih terperinciMaterial dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi
Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS BAJA LATERIT TERHADAP PROSES PENGEROLAN
KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS BAJA LATERIT TERHADAP PROSES PENGEROLAN Roy Hasudungan, Erwin Siahaan, Rosehan dan Bintang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, LIPI-Metalurgi e-mail:
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERUBAHAN MINERAL SELAMA PROSES PEMANASAN PELET KOMPOSIT NIKEL DENGAN ANALISIS DIFRAKSI SINAR X
Identifikasi Perubahan Mineral Selama Proses Pemanasan Pelet Komposit Nikel dengan Analisis Difraksi Sinar X (Permatasari V., Kawigraha A., Hapid A., dan Wibowo N.) IDENTIFIKASI PERUBAHAN MINERAL SELAMA
Lebih terperinciKUPOLA UDARA PANAS UNTUK MEMPRODUKSI NPI (NICKEL PIG IRON) DARI BIJIH NIKEL LATERIT
KUPOLA UDARA PANAS UNTUK MEMPRODUKSI NPI (NICKEL PIG IRON) DARI BIJIH NIKEL LATERIT Edi Herianto dan Rahardjo Binudi Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan Banten Email
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral logam merupakan kekayaan alam tak terbarukan yang mempunyai peranan penting sebagai penopang perekonomian Indonesia. Salah satu mineral logam yang banyak dimanfaatkan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging
Lebih terperinciPROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA
PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA Muhammad Yaasiin Salam 1306368394 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 A. POTENSI BIJI BESI DI INDONESIA
Lebih terperinciMasuk tanggal : , revisi tanggal : , diterima untuk diterbitkan tanggal :
PENGARUH WAKTU REDUKSI DAN KOMPOSISI PELET TERHADAP PERSEN Fe METAL DAN PERSEN Ni FeNi SPONS DARI BIJIH NIKEL LIMONIT MENGGUNAKAN SIMULATOR ROTARY KILN Yopy Henpristian 1,*, Iwan Dwi Antoro S.T, M.Si 2
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR NIKEL (Ni) DAN BESI (Fe) DARI BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH JENIS SAPROLIT UNTUK BAHAN BAKU NICKEL CONTAINING PIG IRON (NCPI/NPI)
PENINGKATAN KADAR NIKEL (Ni) DAN BESI (Fe) DARI BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH JENIS SAPROLIT UNTUK BAHAN BAKU NICKEL CONTAINING PIG IRON (NCPI/NPI) Agus Budi Prasetyo dan Puguh Prasetiyo Pusat Penelitian
Lebih terperinciKAJIAN NERACA POSFOR DAN STUDI KEMUNGKINAN UNTUK MELAKUKAN PROSES DEPOSFORISASI DI LADLE PADA PABRIK PELEBURAN FERRONIKEL PT ANTAM TBK
KAJIAN NERACA POSFOR DAN STUDI KEMUNGKINAN UNTUK MELAKUKAN PROSES DEPOSFORISASI DI LADLE PADA PABRIK PELEBURAN FERRONIKEL PT ANTAM TBK Zulfiadi Zulhan 2), Tri Hartono 1), Faisal Alkadrie 1), Sunara Purwadaria
Lebih terperinciPENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA DENGAN METODE REDUKSI
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014 Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TINGGAL TERHADAP PRODUK FERROMANGAN HASIL SMELTING DALAM TANUR BUSUR LISTRIK MINI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 105-115 PENGARUH WAKTU TINGGAL TERHADAP PRODUK FERROMANGAN HASIL SMELTING DALAM TANUR BUSUR LISTRIK MINI Effect of Retention Time on
Lebih terperinciLampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan
LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan a a. Sampel Bijih Besi Laterit dan b. Batu bara b a b a. Briket Bijih Besi Laterit dan b. Bentuk Pelet yang akan direduksi Hasil Titrasi Analisis
Lebih terperinciPotensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam
Vol. 2, 2017 Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Muhammad Gunara Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jl.
Lebih terperinciSTUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI
STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI Oleh : Yuhandika Yusuf (2709100083) Dosen Pembimbing : Dr. Sungging Pintowantoro S.T., M.T. JURUSAN
Lebih terperinciBAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA
BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA Pengantar Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di zaman modern seperti sekarang. Kelimpahannya
Lebih terperinciLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
I.102 PENGOLAHAN BIJIH NIKEL KADAR RENDAH UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI BAJA TAHAN KARAT Dr. Solihin, M.Env., Ir. Puguh Prasetiyo, Dr. Ir. Rudi Subagja, Dedy Sufiandi ST, Immanuel Ginting ST Lembaga Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciSTUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO
STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,
Lebih terperinciMetode Evaluasi dan Penilaian. Audio/Video. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor: 0-100(PAN)
Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)
Lebih terperinciPERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA
PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA Solihin 1,* dan F. Firdiyono 2 1 Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 2 Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
Lebih terperinciStudy Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi
LOGO Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi Nur Rosid Aminudin 2708 100 012 Dosen Pembimbing: Dr. Sungging Pintowantoro,ST.,MT Jurusan Teknik
Lebih terperinciUJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciREAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI
REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI Definisi Reduksi Oksidasi menerima elektron melepas elektron Contoh : Mg Mg 2+ + 2e - (Oksidasi ) O 2 + 4e - 2O 2- (Reduksi) Senyawa pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas
Lebih terperinciMETALURGI Available online at
Metalurgi (2016) 1: 1-68 METALURGI Available online at www.ejurnalmaterialmetalurgi.com PROSES REDUKSI SELEKTIF BIJIH NIKEL LIMONIT MENGGUNAKAN ZAT ADITIF CaSO 4 Wahyu Mayangsari* dan Agus Budi Prasetyo
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING Muhammad Amin*, Suharto*, Reni**, Dini** *UPT.Balai
Lebih terperinciANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata
ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI Oleh Rosoebaktian Simarmata 04 04 04 06 58 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GANJIL
Lebih terperinciJurnal Kimia Indonesia
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (2), 2006, h. 87-92 Pengolahan Pellet Bijih Besi Halus menjadi Hot Metal di dalam Kupola Adil Jamali dan Muhammad Amin UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jln. Ir. Sutami
Lebih terperinciBAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN
BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Kondisi dan Penyebaran Singkapan. Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan dan dataran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sebaran singkapan
Lebih terperinciMANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT
MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT Fly Ash dan Bottom Ash Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.
Lebih terperinciPELINDIAN BIJIH NIKEL LATERIT SULAWESI TENGGARA DALAM MEDIA ASAM SULFAT
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014 Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia PELINDIAN BIJIH NIKEL LATERIT SULAWESI
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH CRUSHING PLANT UNTUK PEMBUATAN PIG IRON MENGGUNAKAN HOT BLAST CUPOLA YANG DIINJEKSIKAN SERBUK ARANG KAYU
Pemanfaatan Limbah Crushing... (Kusno Isnugroho) PEMANFAATAN LIMBAH CRUSHING PLANT UNTUK PEMBUATAN PIG IRON MENGGUNAKAN HOT BLAST CUPOLA YANG DIINJEKSIKAN SERBUK ARANG KAYU UTILIZATION OF IRON ORE FROM
Lebih terperinciSTUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN
Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 STUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN 1 Yayat Iman Supriyatna, 2 Muhammad
Lebih terperinci1. Fabrikasi Struktur Baja
1. Fabrikasi Struktur Baja Pengertian proses fabrikasi komponen struktur baja secara umum adalahsuatu proses pembuatan komponen-komponen struktur baja dari bahanprofil baja dan atau plat baja. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengolahan konsentrat tembaga menjadi tembaga blister di PT. Smelting dilakukan menggunakan proses Mitsubishi. Setelah melalui tiga tahapan proses secara sinambung,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Lebih terperinciPELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISIS MINEROLOGI DAN KOMPOSISI KIMIA BIJIH LIMONITE Tabel 4.1. Komposisi Kimia Bijih Limonite Awal Sampel Ni Co Fe SiO 2 CaO MgO MnO Cr 2 O 3 Al 2 O 3 TiO 2 P 2 O 5 S
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT
BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working
Lebih terperinciEFEK DISTRIBUSI PARTIKEL DAN PERLAKUAN PANAS PADA PENGOLAHAN BESI OKSIDA DARI LIMBAH INDUSTRI BAJA
EFEK DISTRIBUSI PARTIKEL DAN PERLAKUAN PANAS PADA PENGOLAHAN BESI OKSIDA DARI LIMBAH INDUSTRI BAJA Candra Kurniawan 1,a, A. Bahtiar 2, A. Maulana S. Sebayang 3, Perdamean Sebayang 1,3 1 Pusat Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan
Lebih terperinciPENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA
PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA Oleh: Iudhi Oki Prahesthi, Fitro Zamani Sub Bidang Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi SARI Penentuan proksimat merupakan
Lebih terperinciOksidasi dan Reduksi
Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining
BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan
Lebih terperinci2016 PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM TEBAL BERBASIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan salah satunya adalah mineral besi.sejauh ini pemanfaatan mineral kurang maksimal, hanya ditambang
Lebih terperinciStudi Proses Ekstraksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Waktu Radiasi Dan Jenis Reduktor
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 F-87 Studi Proses Ekstraksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Waktu Radiasi Dan Jenis Reduktor I Putu Rian Utanaya Murta,
Lebih terperinciUPT Balai Pengolahan Mineral Lampung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012
I.143 Aplikasi Material Besi Cor Paduan Khrom Tinggi (High Wear Resistant Material) pada Produk Grinding Ball Lokal untuk Mendukung Industri Pengolahan Mineral Dalam Negeri Widi Astuti, ST., MT. UPT Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan
Lebih terperinciDESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN
DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL Jakarta, 12 Februari 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Lebih terperinciBLAST FUMACE. A. Pengertian Blast Furnace (BF)
BLAST FUMACE A. Pengertian Blast Furnace (BF) Blast furnace atau (dapurtinggi) adalah tanur metalurgi digunakan untuk peleburan untuk memproduksi industri logam, umumnya ferro. Dalam dapur tinggi, bahanbakar,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.
Lebih terperinci1.2 Tujuan - Mengetahui alur proses produksi kokas batubara (coke)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga.kokas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat
81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciJurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
Girindra Abhilasa 2710 100 096 Dosen Pembimbing : Sungging Pintowantoro S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
Lebih terperinciPengaruh Temperatur dan jenis reduktor pada pembuatan sponge iron menggunakan teknologi direct reduced iron dalam rotary kiln
Pengaruh Jurnal Temperatur Teknologi Mineral dan Jenis dan Reduktor Batubara pada Volume Pembuatan 10, Nomor Spoge 1, Iron Januari... Yayat 2014 I. Supriyatna : 15 21 dkk. Pengaruh Temperatur dan jenis
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI BASISITAS DAN REDUKTOR TERHADAP PRODUK NPI (NICKEL PIG IRON) MENGGUNAKAN BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA. (Skripsi) Oleh.
PENGARUH VARIASI BASISITAS DAN REDUKTOR TERHADAP PRODUK NPI (NICKEL PIG IRON) MENGGUNAKAN BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA (Skripsi) Oleh Reza Andika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciPROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH
PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH Eko Sulistiyono*, F.Firdiyono dan Ariyo Suharyanto Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek
Lebih terperinciMETALURGI Available online at
Metalurgi (2016) 2: 103-115 METALURGI Available online at www.ejurnalmaterialmetalurgi.com PENINGKATAN KADAR NIKEL DALAM LATERIT JENIS LIMONIT DENGAN CARA PELETASI, PEMANGGANGAN REDUKSI DAN PEMISAHAN MAGNET
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan dunia akan baja, dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan tersebut khususnya datang dari negara-negara berkembang di Asia yang tengah
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN NIKEL. Siti Rochani dan Nuryadi Saleh
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN NIKEL Siti Rochani dan Nuryadi Saleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara "tekmira" rochani@tekmira.esdm.go.id S A R I Indonesia tercatat
Lebih terperinciBAB IV DATA HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1. DATA KARAKTERISASI BAHAN BAKU Proses penelitian ini diawali dengan karakterisasi sampel batu besi yang berbentuk serbuk. Sampel ini berasal dari kalimantan selatan. Karakterisasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
2 PENDAHULUAN Bijih besi merupakan komoditi tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku baja. Bijih besi banyak ditemukan di Indonesia, namun bahan baku baja masih didatangkan dari luar negeri.
Lebih terperinciKetentuan ayat (1) Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji
Lebih terperinciMODUL 9. Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2
MODUL 9 Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2 I. Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta oksidasi-reduksi.
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciASPEK TEKNOLOGI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN BIJIH BESI MENJADI PRODUK BAJA DI INDONESIA
ASPEK TEKNOLOGI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN BIJIH BESI MENJADI PRODUK BAJA DI INDONESIA Zulfiadi Zulhan Teknik Metalurgi Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang berperan penting dalam teknologi listrik, elektronik, otomotif, industri mesin, dan lain-lain.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Data & Informasi Energi Sumber Daya Mineral (2010) menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia cenderung menurun. Penurunan cadangan minyak bumi diakibatkan oleh
Lebih terperinciMATERIAL PEMBUATAN BAJA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL 2007 INTRODUCTION
MATERIAL PEMBUATAN BAJA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL 2007 DR.-ING. Bambang Suharno Ir. Bustanul Arifin M. Phil.Eng INTRODUCTION Fe metal Padat Cair : scrap, sponge
Lebih terperinciTentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri
Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar
Lebih terperincimeningkatan kekuatan, kekerasan dan keliatan produk karet. Kata kunci : bahan pengisi; komposisi kimia; industri karet
PENGGUNAAN BAHAN PENGISI ABU TERBANG DALAM INDUSTRI KARET Stefano Munir Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jenderal Sudirman No. 623, Bandung 40211 Tel. : (022) 6030483,
Lebih terperinciGambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk
Lebih terperinci22 Desember 2006 Telp. (022) , Faks. (022) s/d 21 Desember 2010 Lingkup Akreditasi
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-051-IDN Kimia Batuan dan mineral / Preparasi contoh SNI 13-3496-1994 bahan galian Clay mineral SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, MgO, K 2 O, SNI 13-3608-1994
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang signifikan pada industri dunia, diantaranya industri otomotif, konstruksi, elektronik dan industri lainnya pada beberapa dasawarsa terakhir
Lebih terperinciPROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK
PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG WIDI ASTUTI UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jl. Ir. Sutami Km. 15 Tanjungbintang, Lampung Selatan ABSTRAK Air sadah adalah air yang
Lebih terperinciTugas Akhir TL141584
Tugas Akhir TL141584 ANALISA PENGARUH VARIASI JENIS FLUKS (DOLOMITE, LIMESTONE, QUICKLIME) DALAM PROSES AGLOMERASI BIJIH NIKEL LIMONIT TERHADAP KADAR Ni DAN Fe SERTA MORFOLOGI AGLOMERAT SEBAGAI BAHAN UMPAN
Lebih terperinciMODUL 2 PEMBUATAN BESI KASAR DAN BAJA
MODUL 2 PEMBUATAN BESI KASAR DAN BAJA Materi ini membahas tentang proses pembuatan besi kasar dan baja. Tujuan Instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan sifat-sifat umum besi, (2)
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL
TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL Disusun untuk memenuhi dan syarat guna memperoleh gelar
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Ronny Mustaqiem Dosen Pembimbing Sungging Pintwantoro, Ph. D
TUGAS AKHIR Ronny Mustaqiem 2709100091 Dosen Pembimbing Sungging Pintwantoro, Ph. D JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 EKSTRAKSi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri menunjukkan suatu kemajuan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri menunjukkan suatu kemajuan yang sangat berarti bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia, namun dampak yang mungkin timbul akibat
Lebih terperinciTeknologi Pengolahan Dolomit sebagai Bahan Penunjang Industri Besi Baja
F1.75 Teknologi Pengolahan Dolomit sebagai Bahan Penunjang Industri Besi Baja Gunawan, S.Si., M.Eng., Dr.Eng. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012 LATAR BELAKANG Dolomit merupakan bahan mineral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi
Lebih terperinciKONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK
KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK Deddy Sufiandi Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan PUSPIPTEK Serpong-Tangerang 15314 E-mail : deddy.sufiandi@lipi.go.id Intisari Pasir
Lebih terperinci