BAB II PENGELOLAAN KASUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGELOLAAN KASUS"

Transkripsi

1 BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat dan Tidur Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Potter & Patricia, 1997). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika tidak, ini dapat berpengaruh terhadap kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dapat mangalami ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Peran perawat disini adalah membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual dan lain-lain (Asmadi, 2008). Menurut Virginia Henderson (dalam Potter & Perry, 1997), kebutuhan dasar manusia tidur dan istirahat termasuk dalam urutan kelima dari empat belas komponen kebutuhan dasar manusia. Sedangkan menurut Abdellah mempertahankan aktivitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal merupakan urutan kedua dari dua puluh satu masalah keperawatan Abdellah. Sedangkan menurut NANDA internasional ( ), aktivitas / istirahat berada pada urutan domain keempat dari tiga belas domain. 1. Pengertian Istirahat dan Tidur a. Pengertian Istirahat Menurut Asmadi (2008), kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas). 5

2 6 Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2006). Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto danwartonah, 2006). Menurut Asmadi (2008), seseorang dapat benar-benar istirahat bila: 1) Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya. 2) Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor atau dimanapun. Juga ternasuk ide-idenya diterima oleh orang lain. 3) Mengetahui apa yang terjadi. 4) Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan. 5) Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya. 6) Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya. Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan partisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005). Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan (Hidayat, 2006). Pasien yang mempunyai perasaan tidak diterima tidak mungkin dapat beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, perawat harus sensitif terhadap kekhawatiran atau masalah yang dialami pasien. Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi adalah keadaan lain yang penting agar dapat beristirahat. Adanya

3 7 ketidaktahuan akan menimbulkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda dan dapat menimbulkan gangguan pada istirahat pasien sehingga perawat harus membantu memberikan penjelasan kepada pasiennya (Hidayat, 2006). Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien harus dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan sehingga pasien merasa dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien akan merasa aman jika mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan yang sesuai dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat bantuan tidak akan dapat istirahat, sehingga perawat harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak merasa terisolasi dengan cara melibatkan keluarga dan teman-teman pasien. Keluarga dan teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dengan cara membantu pasien dalam tugas sehari-hari dan dalam mengambil keputusan yang sukar (Hidayat, 2006). b. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan (Asmadi, 2008). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kasadaran yang

4 8 bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006). 2. Pengaturan tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf ferifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskletal (Robinson, 1993 dalam Potter & Perry). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata. Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir). Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprinen. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan sistem limbiks seperti emosi. 3. Tahapan tidur EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu Inonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto dan Wartonah, 2006).

5 9 Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), tahapan tidur dibagi menjadi tahapan tidur NREM, tahapan tidur REM, dan karakteristik tidur REM. a. Tahapan tidur NREM 1) NREM tahap I: a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya c) Berlangsung beberapa menit d) Mudah terbangun dengan rangsangan e) Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi 2) NREM tahap II a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung menit d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah 3) NREM tahap III a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung menit 4) NREM tahap IV a) Tidur nyenyak b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun e) Gerak bola mata cepat b. Tahapan tidur REM 1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM. 2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya. 3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi. 4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

6 10 c. Karakteristik tidur REM 1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka. 2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi. 3) Pernapasan : Tidak teratur, kadang kadang dengan apnea. 4) Nadi : Cepat dan ireguler. 5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 6) Sekresi gaster : Meningkat. 7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 8) Gelombang otak : EEG aktif. 9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan. 4. Jenis- jenis Tidur Menurut Hidayat (2006), dalam prosesnya, tidur dibagi ke dalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasireticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga non rapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradoks, atau disebut juga dengan tidur rapid eye movement (REM). Menurut Hidayat (2006), jenis-jenis tidur terdiri dari: a. Tidur Gelombang Lambat Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan cirri-ciri: betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuwensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme turun (Hidayat, 2006). b. Tidur Paradoks Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah sebagai berikut: 1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif.

7 11 2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis. 3) Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur. 4) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur. 5) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat. 6) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi. 5. Fungsi dan Tujuan Tidur Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur. Pertama, efek pada system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2006). Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung (Potter & Perry, 2005).

8 12 6. Kebutuhan Tidur Menurut Hidayat (2006), kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Tabel 2.1 Menerangkan Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur 0-1 bulan Masa neonates jam/hari 1 bulan-18 bulan Masa bayi jam/hari 18 bulan-3 tahun Masa anak jam/hari 3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari 6 tahun-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari 12 tahun- 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari 18 tahun -40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari 40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur adalah sebagai berikut: a. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan. b. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. c. Motivasi Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk. d. Kelelahan e. Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

9 13 f. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya. g. Alkohol AlKohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah. h. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain: 1) Diuretik: menyebabkan insomnia. 2) Antidepresan: supresi REM. 3) Kafein: meningkatkan saraf simpatis. 4) Beta bloker: menimbulkan insomnia. 5) Narkotika: mensupresi REM. 8. Masalah Kebutuhan Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), ada 6 masalah kebutuhan tidur antara lain: a. Insomnia Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi atas tiga jenis, yaitu: initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur; intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari dan terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stress. b. Hipersomnia Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme. c. Parasomnia Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak

10 14 terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera. d. Apnea Tidur dan Mendengkur Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur. e. Narcolepsy Narcolepsy merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis. f. Mengingau Mengingau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengingau dan terjadi sebelum tidur REM. 9. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur Menurut Asmadi (2008), aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahatdan tidur meliputi pengkajian mengenai: a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien. b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain. c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya. d. Kebiasaan tidur siang. e. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?, apakah kondisinya bising, gelap atau suhunya dingin?, dan lain-lain.

11 15 f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur. g. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stress emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stress yang dialami klien. h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti: 1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap disekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung, dan lain-lain. 2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bigung, dan lain-lain. 3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu dan lain-lain. Menurut Potter & Perry (2005), untuk meningkatkan tidur nyenyak yang normal bagi klien, perawat mengkaji pola tidur mereka dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur diantaranya adalah: a. Pengkajian tidur Pengkajian ditujukan pada pemahaman karakteristik suatu masalah tidur dan kebiasaan tidur klien yang biasa sehingga cara untuk meningkatkan tidur dapat diintegrasikan ke dalam asuhan keperawatan. Sumber untuk pengkajian tidur, biasanya klien merupakan sumber terbaik untuk menggambarkan masalah tidur dan sampai sejauh mana masalah tersebut mengubah pola tidur dan mereka yang biasa. Seringkali klien mengetahui penyebab masalah tidur tersebut, seperti kebisingan lingkungan atau kekhawatiran akan suatu hubungan. Selain itu, pasangan tidur juga dapat memberi informasi tentang pola tidur klien yang dapat mengungkapkan sifat gangguan tidur tertentu. Misalnya, pasangan klien yang mengalami apnea tidur sering mengeluh bahwa tidur

12 16 mereka terganggu oleh dengkuran klien. Perawat harus menanyakan pada pasangan tidur klien apakah klien pernah mengalami henti napas ketika tidur dan seberapa sering serangan apnea itu terjadi. Pada saat merawat anak-anak, perawat perlu mencari informasi tentang pola tidur dari orang tua karena biasanya mereka adalah sumber informasi yang baik tentang mengapa anak mereka mengalami masalah tidur. b. Riwayat tidur Menurut Potter dan Perry (2005), riwayat tidur terdiri dari: 1) Deskripsi masalah tidur. Pada saat klien mengakui atau perawat mencurigai adanya masalah tidur, riwayat keperawatan harus dibuat terperinci agar asuhan yang terapeutik dapat diberikan. Deskripsi umum tentang masalah yang diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terfokus biasanya mengungkapkan karakteristik spesifik yang dapat digunakan dalam merencanakan terapi. Untuk memulai, perawat terlebih dahulu memahami sifat dari masalah tidur, tanda dan gejala, awitan dan durasinya, keparahan, dan adanya faktor pencetus atau penyebab lain, serta efeknya secara umum pada klien. Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup: a) Sifat dari masalah: Beritahu saya jenis masalah tidur apa yang anda alami. Beritahu saya mengapa anda beranggapan bahwa tidur anda tidak adekuat. Jelaskan pada saya tentang karakteristik tidur malam anda saat ini dari tidur anda yang dulu? b) Tanda dan gejala: Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tidur, atau untuk bangun? Apakah anda pernah mendengkur keras pada saat tidur? Apakah anda sakit kepala ketika bangun? c) Awitan dan durasi: Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini? Sudah berapa lama masalah ini terjadi? d) Keparahan: Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tidur?seberapa sering dalam seminggu anda mengalami kesulitan untuk tidur? Beritahu saya berapa jam tidur malam yang anda lakukan minggu ini; bandingkan dengan tidur malam anda yang

13 17 biasa. Apa yang anda lakukan di saat terbangun di malam hari atau terbangun terlalu dini di pagi hari? e) Faktor pencetus: Beritahu saya apa yang anda lakukan sesaat sebelum tidur. Apakah baru-baru ini anda mengalami perubahan di tempat kerja atau di rumah? Obat apa yang anda gunakan secara teratur? Apakah anda meminum obat dari resep yang baru atau obat bebas? Sudah berapa lama anda menggunakan obat tersebut? Apakah anda memakan makanan (mis: makanan pedas atau berminyak) atau zat minuman (mis: minuman beralkohol atau berkafein) yang dapat mengganggu tidur anda? Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda? f) Efek pada klien: Bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi anda? apakah anda merasa kantuk yang berlebihan, sensitife, atau kesulitan berkonsentrasi selama terjaga? Apakah anda pernah tertidur di saat yang tidak tepat, misalnya, ketika mengemudi. 2) Pola tidur biasa Tidur normal sulit untuk didefenisikan karena sangat bervariasi dalam hal kuantitas dan kualitas yang dirasa adekuat pada setiap orang. Namun, meminta klien untuk menjelaskan pola tidur mereka yang biasa merupakan hal yang sangat penting, karena berguna untuk menentukan signifikasi perubahan yang ditimbulkan oleh gangguan tidur. Untuk menentukan pola tidur klien perawat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: a) Pukul berapa biasanya anda naek ke tempat tidur setiap malam? b) Pukul berapa biasanya anda tertidur? Apakah anda melakukan sesuatu yang khusus untuk membantu anda tertidur? c) Berapa kali anda terbangun di malam hari? Mengapa anda beranggapan bahwa anda terbangun? apa yang anda lakukan terhadap hal yang membuat anda bangun tersebut? d) Pukul berapa biasanya anda terbangun di pagi hari? e) Pukul berapa anda turun dari tempat tidur setelah anda terbangun? f) Berapa jam rata-rata anda tidur di setiap malam?

14 18 3) Penyakit fisik Perawat menentukan apakah klien menderita masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya, yang mungkin saja dapat mengganggu tidur. Riwayat masalah psikiatrik juga dapat menimbulkan perbedaan.klien depresi seringkali mengalami jumlah tidur yang tidak adekuat, yang terputus-putus. Penyakit kronik seperti penyakit paru obstruksi menahun dan gangguan nyeri seperti arthritis juga mengganggu tidur. Perawat juga mengkaji riwayat medis klien, termasuk deskrifsi penggunaan obat-obatan bebas dan obat-obatan yang diresepkan. Apabila klien meminum obat untuk membantu tidur, perawat mengumpulkan informasi tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan. Perawat juga dapat mengkaji asupan kafein sehari-hari. Jika klien baru saja mengalami pembedahan, perawat dapat memperkirakan bahwa klien akan mengalami gangguan tidur. Efek tidur bergantung pada keparahan nyeri yang dialami setelah pembedahan (Closs, 1992). 4) Peristiwa hidup yang baru terjadi. Perawat mempelajari apakah klien mengalami suatu perubahan gaya hidup yang mengganggu tidur. Pekerjaan seseorang dapat memberikan petunjuk tentang sifat masalah tidur. Perubahan tanggung jawab pekerjaan, rotasi jam dinas, atau kerja dalam waktu yang lama dapat menimbulkan gangguan tidur. 5) Status emosional dan mental Apabila klien merasa cemas, sensitif, atau marah, yang menarik perhatian mental dapat mengganggu tidur secara serius. Klien dapat mengalami stress emosional yang beerhubungan dengan penyakit atau krisis situasional seperti kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai. Oleh karena itu emosi klien dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. 6) Rutinitas menjelang tidur. Perawat menanyakan tentang apa yang klien lakukan untuk bersiapsiap tidur. Misalnya, klien meminum segelas susu, mengonsumsi pil tidur, memakan makanan ringan, atau menonton televisi. Perawat mengkaji kebiasaan yang menguntungkan dibandingkan dengan kebiasaan yang mengganggu tidur. Menonton televisi dapat meningkatkan tidur untuk

15 19 seseorang, sedangkan bagi orang lain hal tersebut dapat menstimulasi agar tetap terjaga. 7) Lingkungan tidur Perawat meminta klien untuk menjelaskan kondisi kamar tidur yang diinginkan. Kamar tidur dapat gelap atu terang dan pintu kamar dapat di buka atau di tutup. Klien dapat mendengarkan radio atau menonton televisi, atau memilih lingkungan yang tenang karena lingkungan yang bising dapat mencegah klien untuk tertidur. Perawat juga mengobservasi tempat tidur dan matras yang disukai (misalnya empuk). Di lingkungan pelayanan kesehatan mungkin terdapat distraksi lingkungan yang dapat mengganggu tidur seperti televisi di kamar, monitor elektronoik di koridor, atau klien lain yang menangis di malam hari. Perawat mengidentifikasikan faktorfaktor yang dapat di kurangi atau dikendalikan. 8) Perilaku deprivasi tidur Beberapa klien mungkin tidak menyadari bagaimana masalah tidur mempengaruhi perilaku mmereka. Perawat mengobservasi perilaku seperti mudah marah (irritabilitas), disorientasi, dan bicara tidak jelas. Apabila defrivasi tidak berlangsung lama dapat terjadi prilaku psikotok seperti delusi, paranoia.misalnya, klien dapat melaporkan melihat benda-benda aneh atau warna-warna di dalam ruangan. Klien dapat bersikap ketakutan pada saat perawat memasuki ruangan. 2. Analisa Data Menurut Wilkinson (2006), analisa data dari diagnosa keperawatan gangguan pola tidur dibagi menjadi data subjektif dan data objektif antara lain: a. Data subjekif Bangun lebih awal atau lebih lambat dari yang diinginkan, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat istirahat dengan baik. b. Data objektif Penurunan kemampuan berfungsi, penurunan proporsi tidur fase REM, (misalnya, mengantuk yang berlebihan, dan penurunan motivasi), penurunan proporsi tidur tahap 3dan 4 insomnia dini hari, peningkatan proporsi tidur tahap 1, total waktu tidur kurang dari usia normal, perpanjangan waktu bangun, gangguan dorongan diri untuk tidur dengan

16 20 pola normal, insomnia pada saat tidur, awitan tidur lebih dari 30 menit, bangun 3 kali atau lebih di malam hari. c. Diagnosa keperawatan Menurut Potter dan Perry (2005), diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur adalah: Gangguan pola tidur d. Intervensi Keperawatan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur adalah: Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi Rasional 1. Lakukan kajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur. 1. Memberikan informasidasardalam menentukanrencana perawatan. 2. Lakukan persiapan untuk tidur malam 2. Mengatur pola tidur. seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien. 3. Lakukan mandi air hangat sebelum 3. Meningkatkan tidur. tidur. 4. Ajarkan makan yang cukup satu jam 4. Meningkatkan tidur. sebelum tidur 5. Berikan susu hangat sebelum tidur. 6. Keadaan tempat tidur yang nyaman, 5. Meningkatkan tidur. 6. Meningkatkan tidur. bersih, dan bantal yang nyaman. 7. Bunyi telepon, alarm dikecilkan. 7. Mengurangi gangguan tidur. 8. Berikan pengobatan seperti analgetik dan sedatif setengah jam sebelum 8. Mengurangi gangguan tidur. tidur. 9. Lakukan masase pada daerah 9. Mengurangi gangguan belakang, tutupjendela/pintu jika perlu. 10. Tingkatkan aktivitas sehari-hari dan tidur. 10. Mengurangi tidur. Kurangi aktivitas sebelum tidur.

17 Pengetahuan kesehatan: jadwal tidur mengurangi stress, cemas, dan latihan relaksasi. 11. Meningkatkan pola tidur. Menurut Potter & Perry (2005), intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur adalah: Tabel 2.3. Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi Rasional 1. Anjurkan agar kafein dan 1. Kafein dan alkohol mengganggu alkohol dihilangkan dari diet siklus tidur. klien di malam hari. 2. Minta klien mengikuti ritual 2. Susu mengandung Lo-triptopan, tidur, naik ke tempat tidur pada asam amino alami yang jam yang sama setiap malam, dan minum segelas susu. merangsang tidur (Ross et al 1986) 3. Efek dari relaksasi memerlukan 3. Tentukan waktu sebelum klien penelitian lebih lanjut. Klien pergi tidur untuk latihan insomnia dapat mengalami relaksasi yang tenang, mandi, peningkatan tonus simpatik, dan atau latihan relaksasi progresif. relaksasi dapat membantu menguranginya. 4. Kendalikan sumber-sumber 4. Suara yang keras dapat kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa kamar tidur mengganggu dan mempengaruhi istirahat. sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik.

18 22 B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan (secara lengkap terdapat di lampiran 1). Pada tanggal 2 Juni 2014, mahasiswa praktek di rumah sakit Pirngadi Medan dan tiba di ruangan tulip 3 pada pukul WIB. Pukul WIB dilakukan pengkajian tentang biodata pasien kelolaan antara lain An.H (Laki-laki), berusia 17 tahun, belum menikah, dan beragama Islam. An.H adalah seorang anak dengan pendidikan SMA kelas II, tinggal di Jln. SM. Raja, Garu 1 Medan. Pada tanggal 29 Mei 2014 pasien dirawat di ruangan Tulip 3, kamar 701, dengan nomor rekam medik dan diagnosa medis dari pasien adalah Hemoptoe. Pada pukul WIB dilakukan pengkajian tentang keluhan utama pasien diantaranya pasien mengeluh sering batuk-batuk dan sesak napas. Kemudian dilakukan pengkajian tentang pola kebiasaan sehari-hari. Hasil yang didapat dari pasien adalah makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), namun sejak seminggu sebelum di rawat di rumah sakit pasien sering tidak selera makan karena penyakitnya, klien tidak ada alergi makanan. Jumlah porsi makanan satu piring setiap makan namun sering tidak dihabiskan, jenis makanan nasi keras. Biasanya klien minum sesuai dengan kebutuhan klien. Tidak ada kesulitan untuk menelan dan mengunyah saat makan dan minum. Pada pengukuran berat badan didapat hasil 50 kg dan tinggi badan 165 cm. Hal ini dialami klien sekitar seminggu yang lalu sebelum masuk RS. Pukul WIB dilakukan pemeriksaa fisik dengan hasil yang didapat pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik, dengan suhu tubuh 37,4 C, tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 80x/menit, pernapasan 24 x/menit. Kemudian dilakukan pengkajian tentang pemeriksaan thoraks/dada dan pemeriksaan jantung pada pukul dan hasil yang didapat adalah frekuensi pernapasan 24x/menit, irama irregular, klien mengatakan hari pertama masuk RS mengalami sesak dan diberikan oksigen. Saat palpasi pemeriksaan paru vokalfremitus, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara napas tidak normal. Pada pemeriksaan jantung tidak ada tanda sianosis, tampak denyut jantung pada celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal. Pada pukul WIB dengan hasil data yang didapat ditegakkan diagnosa keperawatan tentang gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Kemudian intervensi keperawatan dilakukan pada pukul WIB kepada pasien. Pukul 20.00

19 23 WIB dilakukan evaluasi kepada pasien dengan intervensi keperawatan yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil gangguan pola tidur, dan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi. Tanggal 3 Juni 2014 pukul WIB dilakukan pengkajian kembali tentang kondisi pasien. Pasien mengeluh sering mengalami batuk-batuk yang sangat sakit. Pasien juga mengatakan kadang sering batuk-batuk disertai dengan dahak berdarah dan sering mengalami demam hilang timbul. Pada pengkajian tentang riwayat kesehatan sekarang didapat pasien sering mengalami sakit demam yang hilang timbul, flu, dan batuk -batuk. Jika pasien merasa batuk-batuk, biasanya pasien langsung istirahat di tempat tidur. Saat melakukan pengkajian didapati klien dengan muka kering dan lemah, jika dilihat dari ekspresi wajahnya, pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan. Pasien mengatakan batuk ini terjadi lebih sering pada malam hari. Pada pukul WIB ditegakkan diagnosa keperawatan ketiga yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur dilakukan kembali pukul WIB, intervensi dengan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan pukul WIB dan intervensi bersihan jalan napas dilakukan pukul WIB. Pukul WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan diperoleh hasil ketidakefektifan jalan napas belum teratasi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur belum teratasi. Tanggal 4 Juni 2014 pukul WIB dilakukan pemeriksaan keadaan umum pasien dan dilakukan pengkajian lanjutan tentang riwayat kesehatan masa lalu. Hasil yang didapat adalah pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan. Pasien juga mengatakan waktu kecil klien mendapatkan imunisasi yang lengkap. Saat melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan keluarga didapati ada riwayat penyakit ginjal dari orang tua (ayah) klien, saudara kandung tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang di derita klien dan tidak ada juga riwayat keturunan dari keluarga yang lain, klien memiliki 4 saudara kandung. Pasien mengatakan yakin akan penyakit yang dideritanya akan bisa sembuh dengan total. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin berkumpul bersama keluarganya dan kawan sekolahnya. Pasien mengatakan ia adalah seorang anak SMA kelas II. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga dan orang lain. Dalam pengkajian tentang riwayat keadaan psikososial, pasien mengatakan yakin akan penyakit yang dideritanya akan sembuh

20 24 total. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin berkumpul bersama keluarganya dan temannya. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga dan orang lain. Pukul dilakukan intervensi kembali kepada pasien dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, pukul WIB dilakukan intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur, dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada pukul WIB. Pukul WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan dengan diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan pola tidur belum teratasi, evaluasi nutrisi kurang dari kebutuhan sudah teratasi dengan hasil klien sudah bisa menghabiskan porsi makanan dari RS. Pada pukul dilakukan pengkajian lanjutan tentang personal hygine didapat hasil tubuh klien tampak kurang bersih, kebersihan gigi dan mulut juga kurang, kuku kaki dan tangan tampak panjang dan kurang bersih. Pasien melakukan aktifitas makan, ganti pakaian, aktifitas mandi atau eliminasi kadang-kadang dibantu oleh keluarga klien. Kemudian dilanjutkan dengan pengkajian pada eliminasi didapat hasil pasien BAB 1 kali sehari, karakteristik feses lembek dan tidak ada perdarahan. Pasien BAK lebih dari 6-9 kali per hari dengan karakteristik urine kuning keruh karena pengaruh obat. Tanggal 5 Juni 2014 pukul WIB sampai WIB dilakukan pengkajian lanjutan tentang pemeriksaan fisik. Dengan hasil kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan atau masa, ubun-ubun tertutup dan keras, kepala terlihat bersih. Rambut tumbuh merata dengan kebersihan rambut kurang bersih. Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak kuning langsat dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada tanda peradangan di palpebra, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, pupil isokor kanan dan kiri, reflek cahaya ada (mengecil saat diberikan rangsangan), kornea tidak ada peradangan dan pengapuran katarak, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik dengan jarak 6 meter. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris, lubang hidung normal dan simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga anatomis, simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik. Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir kering, keadaan gusi baik, gigi sehat, keadaan lidah bersih tidak ada jamur, pita suara baik. Posisi trakhea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.

21 25 Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen terlihat bersih. Akral hangat, warna kulit kuning langsat, tidak ada sianosis, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, tidak ada kelainan pada kulit. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan. Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot tampak simetris, tidak ada edema dan kekuatan otot 5. Pukul WIB dilakukan intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur dan bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi. Pukul WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dengan diagnosa gangguan pola tidur dan bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi. Pada tanggal 6 Juni 2014 pukul WIB klien sudah bisa pulang. 2. Analisa Data dan Rumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 juni-6 juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek. Tabel 2.3 Analisa Data dan Rumusan Masalah Keperawatan No. Data Etiologi 1. Do: Batuk darah Pasien kelihatan kurang tidur,kurus, lemah dan sekali-kali batuk. Sesak napas, batuk, demam Masalah Keperawatan Gangguan pola tidur Ds: Pasien mengatakan pola tidurnya terganggu, pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan sering batuk berdahak, pasien mengatakan sering demam Nyeri dada Gangguan pola tidur

22 26 2. Ds: Klien mengatakan tidak nafsu makan karena penyakitnya. Peningkatan produksi sputum/batuk Nutrisi kurang dari kebutuhantubuh Do: Klien hanya menghabiskan ½ porsi dari yang disediakan oleh RS Dyspnea Anoreksia 3. Ds: Penumpukan sekret di saluran Bersihan jalan Klien mengatakan sesak bila pernapasan napas tidak beraktivitas, dan batuk efektif berdahak disertai darah. Sekresi yang kental/darah Do: Batuk berdahak bercampur darah, terdengar ronchi basah pada dada kiri dan kanan., Bersihan jalan napas tidak frekuensi napas 30x/mnt., ritme efektif tidak teratur. 3. Diagnosa keperawatan Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah dikaji. Dari hasil perumusan diperoleh diagnosa yaitu: 1) Tanggal 2 juni 2014 ditemukan diagnosa keperawatan: a) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dada ditandai dengan sesak napas, dan batuk-batuk. b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat. 2) Tanggal 3 juni 2014 ditemukan diagnosa keperawatan: a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.

23 27 4. Perencanaan keperawatan Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada An.H. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 2.4. Diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan No. Dx Perencanaan keperawatan Dx.1: Gangguan pola tidur Tujuan: Pasien Menunjukkan Tidur. Kriteria Hasil: a. Jumlah jam tidur tidak terganggu. b. Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat. c. Perasaan segar saat tidur atau istirahat, tidur siang yang sesuai usia. Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji masalah gangguan tidur Memberikan informasi dasar pasien, karakteristik dan dalam menentukan rencana penyebab kurang tidur perawatan. 2. Kaji tanda-tanda vital klien Untuk mengetahui status perkembangan pasien. 3. Berikan keaadaan tempat tidur Meningkatkan tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman. 4. Anjurkan makan yang cukup satu Meningkatkan tidur. jam sebelum tidur. 5. Anjurkan pasien untuk mandi Meningkatkan tidur. sebelum tidur. 6. Anjurkan pasien untuk membaca Meningkatkan tidur. buku. 7. Lakukan persiapan untuk tidur Mengurangi gangguan tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien.

24 28 Dx.2: Nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria Hasil: a. Nafsu makan meningkat b. Berat badan dalam batas normal Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji pola kebiasaan makan klien Mengetahui pola makan pasien Mulut yang bersih meningkatkan 2. Jaga kebersihan mulut pasien. nafsu makan. Meningkatkan nafsu makan 3. Menganjurkan pada keluarga pasien pasien untuk oral hygiene setiap 4 jam 4. Sajikan makanan yang mudah Meningkatkan selera makan dan dicerna, dalam keadaan hangat, intake makanan. tertutup, dan berikan sedikitsedikit tetapi sering. 5. Atur posisi fowler saat Mengurangi regurtasi. memberikan makanan. 6. Anjurkan selingi makan dengan Memudahkan makanan untuk minum. masuk. 7. Hindari makanan yang banyak Mengurangi rasa nyaman. mengandung gas. 8. Tingkatkan intake makanan Cara khusus untuk melalui: meningkatkan nafsu makan. a) Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain. b) Jaga privasi klien. c) Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.

25 29 Dx.3: Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan: menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif. Kriteria Hasil: a. Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya b. Perilaku mengontrol gejala-gejala secara konsisten ditunjukkan. c. Mudah untuk bernapas d. Dispnea tidak ada Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji bersihan jalan napas klien Mengetahui pola napas pasien 2. Sediakan alat suction dalam Peralatan dalam keadaan siap kondisi baik 3. Latihan pernapasan dalam dan Mengeluarkan sekret. batuk efektif 4. Berikan pendidikan kesehatan Mencegah komplikasi paru-paru. (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernapas). 5. Posisi pasien fowler Meningkatkan pengembangan paru. 6. Berikan obat ventolin, dengan Mengurangi sesak napas menggunakan nebulizer. sehingga meningkatkan kebutuhan tidur pasien. 7. Implementasi dan Evaluasi keperawatan Dari perencanaan yang dilakukan semua tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan (secara lengkap terdapat pada lampiran 2). Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan yang ditegakkan tanggal 2 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur, mengkaji tanda-tanda vital klien, memberikan keadaan tempat tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman, menganjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur, menganjurkan pasien untuk membaca buku, melakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien (Tabel 2.2). Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah mengkaji

26 30 pola kebiasaan makan klien, menjaga kebersihan mulut pasien, menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, mengatur posisi fowler saat memberikan makanan, menganjurkan selingi makan dengan minum, menghindari makanan yang banyak mengandung gas, meningkatkan intake makanan melalui: a. Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain. b. menjaga privasi klien. c. memberikan obat sebelum makan jika ada indikasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari maka pada hari keempat tanggal 5 Juni 2014 diagnosa kedua nutrisi kurang dari kebutuhan telah teratasi. Dan untuk diagnosa keperawatan pertama gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari maka pada hari keempat tanggal 5 juni 2014 masalah telah teratasi. Pasien mengatakan gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan sudah berkurang dengan tanda-tanda vital: TD= 120/80 mmhg, HR= 80x/menit, RR= 20x/menit, Temp= 36 C. Untuk diagnosa ketiga yaitu bersihan jalan napas tidak efektif yang ditegakkan tanggal 3 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji bersihan jalan napas klien, menyediakan alat suction dalam kondisi baik, melatih pernapasan dalam dan batuk efektif, memberikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernapas), memposisikan pasien posisi fowler, memberikan obat ventolin dengan menggunakan nebulizer (Tabel 2.2). Dari tindakan yang dilakukan selama 3 hari maka pada hari ketiga tanggal 5 Juni 2014 diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif telah teratasi. Pasien mengatakan sudah bisa bernapas dengan baik. Pasien tampak lebih segar,dan pasien tidak gelisah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA Identitas Pasien Nama : Tn.D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 67 Tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN Lampiran 1 A. Asuhan Keperawatan Kasus Pengkajian dalam laporan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan format yang telah ditentukan seperti berikut ini. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL A. Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur an), lantunan Al-Qur an secara fisik mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. G Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 25 tahun Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 83 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas. BAB II KAJIAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidaksadaran yang bersifat sementara dan dapat dibangunkan dengan memberikan rangsangan sensori atau rangsangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Istirahat Tidur 1. Defenisi Istirahat Tidar Istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas,

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Istirahat dan Tidur 2.1.1 Definisi Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas,

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tidur Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Jika seseorang yang sedang sakit memerlukan lebih banyak istirahat dan tidur dibandingkan pada umumnya. Seringkali,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) tejadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.Dx Hari,tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Pukul 1. Kamis, 21 Mei Pain management S : klien mengatakan Nyeri 2015 (Manajemen

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Lansia 1.1. Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun

Lebih terperinci

CATATANPERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) WIB (skala nyeri : 8)

CATATANPERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) WIB (skala nyeri : 8) Lampiran CATATANPERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.Dx Hari/ Tanggal 1 Selasa 18 Juni Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) 20.20 -Mengkaji skala nyeri klien (skala nyeri : 8) nyeri

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI Prinsip Perawat digaji untuk bekerja bukan untuk tidur Latar Belakang Saat jaga malam, banyak perawat yang

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Status perkawinan : sudah menikah

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Status perkawinan : sudah menikah Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.A Jenis kelamin : laki-laki Umur : 50 tahun Status perkawinan : sudah menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang kasus yang diambil dengan judul Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur adalah suatu keadaan dibawah sadar yang orang tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 1991).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih

BAB I PENDAHULUAN. akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gangguan tidur yang paling sering dijumpai saat ini yaitu Insomnia. Insomnia merupakan kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat terkait dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya kesehatan yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR KONSEP ISTIRAHAT TIDUR PENDAHULUAN Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang sakit seringkali membutuhkan istirahat dan tidur yang lebih banyak dari biasanya. Terganggu Peran perawat ISTIRAHAT

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN FATWA IMELDA, S.Kep, Ns PENGERTIAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. ( Tarwoto dan Wartonah,

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Implementasi dan Evaluasi keperawatan Hari/ tanggal 18 Juni 2013

LAMPIRAN. Implementasi dan Evaluasi keperawatan Hari/ tanggal 18 Juni 2013 LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Tabel 4. Catatan perkembangan asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan Implementasi dan Evaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan keseluruhan

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

TUGAS SISTEM INTEGUMEN TUGAS SISTEM INTEGUMEN PENGKAJIAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TINEA KRURIS Oleh : MUHAMMAD FAHRI NIM: 108 STYC 15 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan. Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan. Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi CATATAN PERKEMBANGAN No. Hari/tanggal Dx /pukul 1 Rabu 19 juni 2013 14.45 WIB 15.00 WIB 15.05 WIB 15.25 WIB Implementasi Keperawatan Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS Lampiran PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS I. BIODATA Nama : Ny. N Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 23 Tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Ny. S. dengan mioma uteri di ruang B-3 Gynekologi RSP Kariadi Semarang. Adapun data yang di peroleh dari wawancara,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn.R : Laki-laki : 26 tahun : Islam : SMK : Wiraswasta : Jl.Panca

Lebih terperinci