JURNAL SKRIPSI SKRIPSI. Oleh: CHANDRA TRI WIBOWO K

Transkripsi

1 JURNAL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR PUKULAN LURUS PENCAK SILAT MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X MIA ( MATEMATIKA ILMU ALAM ) 4 SMA N 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: CHANDRA TRI WIBOWO K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user

2 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PUKULAN LURUS PENCAK SILAT MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X MIA ( MATEMATIKA ILMU ALAM ) 4 SMA N 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 CHANDRA TRI WIBOWO Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Chandra Tri Wibowo. PENINGKATAN HASIL BELAJAR PUKULAN LURUS PENCAK SILAT MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X MIA 4 SMA N 6 SURAKARTA TAHUN 2014/2015. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. November Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar pukulan lurus pencak silat siswa kelas X Mia 4 Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2014 / Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Mia 4 Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2014 / 2015 berjumlah 30 siswa. Sumber data adalah siswa,guru dan peneliti. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi dan tes. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui media audio visual dan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar pukulan lurus pencak silat dari kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan persentase ketuntasan. Ketercapaian ketuntasan hasil belajar pukulan lurus pencak silat siklus I sebesar 63,33% atau 19 dari 30 siswa. Pada siklus II ketercapaian ketuntasan hasil belajar pukulan lurus pencak silat mencapai 86,67% atau 26 dari 30 siswa, sedangkan 4 siswa tidak tuntas dengan KKM 2,66.Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II menimbulkan terjadinya proses pembelajaran yang aktif, efektif, efisien, dan menyenangkan sehingga dapat mendukung terjadinya commit suatu to user pembelajaran yang berkualitas. 2

3 Simpulan penelitian ini adalah melalui media audio visual dan peendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar pukulan lurus pencak silat pada siswa kelas X Mia 4 Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2014/ 2015 Kata Kunci: hasil belajar, pukulan lurus pencak silat, media audio visual dan pndekatan bermain. ABSTRACT Chandra Tri Wibowo. IMPROVEMENT OF LEARNING THROUGH BLOW STRAIGHT Pencak Silat AUDIO VISUAL MEDIA AND APPROACH TO PLAY IN CLASS X MIA 4 SMAN 6 Surakarta YEAR 2014/2015. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education University of March Surakarta. November The purpose of this research is to improve learning outcomes straight punch martial arts class X Mia 4 Negeri 6 Surakarta academic year 2014/2015. This research is a class action (PTK). Research conducted two cycles. Each cycle consists of planning, action,observation, and reflection. The subjects were students of class X Mia 4 Negeri 6 Surakarta academic year 2014/2015 amounted to 30 students. The data source is the students, teachers and researchers. The data collection technique is by observation and tests. The validity of the data using triangulation techniques. Data were analyzed using descriptive techniques using techniques percentage to see trends in the learning process. The results showed that through the audio-visual media and play approach can improve learning outcomes straight punch martial arts from the initial conditions to the first cycle and from the first cycle to the second cycle as indicated by the increase in the percentage of completeness. Attainment of mastery learning outcomes straight punch martial arts first cycle of 63.33% or 19 out of 30 students. In the second cycle achievement of mastery learning outcomes front punch martial arts reached 86.67% or 26 out of 30 students, while 4 students do not complete the KKM 2,66.Pelaksanaan action in the first cycle and cycle II led to an active learning process, effective, efficient, and fun to be able to support the occurrence of a quality learning. The conclusions of this research is through the audio-visual media and peendekatan play can improve learning outcomes straight punch martial arts in class X Mia 4 Negeri 6 Surakarta academic year 2014/2015. Keywords: learning outcomes, straight punch martial arts, audio-visual media and approach play. 3

4

5 A. Latar Belakang Masalah mengatasi hal tersebut, maka pembelajaran dalam olahraga Pendidikan Jasmani Olahraga hendaknya bisa diajarkan secara dan Kesehatan merupakan bervariasi dalam bentuk aktivitas pendidikan yang tidak bisa yang menyenangkan. Selain itu dipisahkan dari pendidikan secara pembelajaran juga dapat keseluruhan. Banyak manfaat yang menyenangkan apabila pembelajaran dapat diperoleh dari Pendidikan itu dilakukan dengan bermain. Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seorang guru harus mampu sehingga dapat mendukung menerapkan pendekatan tercapainya tujuan pendidikan secara pembelajaran yang baik dan tepat. keseluruhan. Artinya, di dalam Dengan pendekatan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tidak hanya pada aspek yang tepat dan baik, siswa akan mudah menerima materi pelajaran jasmani saja tetapi juga aspek yang diterapkan dan hasilnya juga kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, akan optimal. Biasanya dalam pembelajaran selalu menekankan pada pencapaian sosial, dan spiritual. Pendidikan tujuan prestasi tanpa melakukan Jasmani Olahraga dan Kesehatan modifikasi dalam pembelajaran, baik diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar modifikasi peraturan, ukuran (SD), Sekolah Menengah Pertama lapangan, alat-alat yang digunakan, (SMP), Sekolah Menengah Atas maupun jumlah pemain saat (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan melakukan permainan. Sehingga (SMK), bahkan di Perguruan Tinggi. pembelajaran ini membuat siswa Seorang guru harus kurang senang bahkan akan merasa mengetahui bahwa dalam pelajaran cepat bosan dalam melakukan pendidikan jasmani atau olahraga di kenal siswa sebagai pelajaran yang membuat capek, bosan, dan rasa kegiatan pendidikan jasmani, karena mereka tidak mampu dan sering gagal untuk melakukan tugas yang malas pada siswa/siswi. Untuk diberikan dalam bentuk yang 3

6 sesungguhnya dan membuat siswa yang diajarkan adalah tendangan, merasa malas untuk melakukan apa pukulan, tangkapan, tangkisan, yang diajarkan oleh gurunya. Untuk itu dalam pembelajaran perlu adanya modifikasi olahraga sebagai suatu jatuhan, pasang, dan guntingan. Di dalam pukulan dalam pencak silat itu terbagi menjadi beberapa bagian pendekatan yang bisa membuat yaitu, pukulan lurus, pukulan siswa atau siswi akan lebih merasa samping, pukulan sangkok, dan nyaman dan senang saat kegiatan pukulan lingkar. Berdasarkan pembelajaran dan tidak tersebut penelitian ini akan meneliti membosankan untuk siswa-siswinya. Guru harus memiliki kemampuan atau kreatifitas untuk memodifikasi keterampilan yang hendak diajarkan teknik dasar pukulan lurus dalam pencak silat. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan secara sesuai dengan tingkat perkembangan berkolaburasi dengan guru siswa. Guru harus lebih kreatif dan penjaskesrek di SMA Negeri 6 inovatif dalam menciptakan Surakarta kelas X Mia 4 Tahun pembelajaran yang menyenangkan Ajaran 2014/2015, masih banyak tanpa meninggalkan tujuan awal dari siswa-siswi di kelas tersebut pembelajaran tersebut, sehingga mengalami kesulitan dalam tercipta pembelajaran yang aktif bagi setiap siswa. melakukan teknik pukulan lurus yang mengakibatkan hasil belajar Dalam pelaksanaan siswa rendah dan tidak maksimal. pembelajaran pendidikan jasmani, diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani. Salah satu cabang olahraga yang diajarkan Total jumlah keseluruhan siswa kelas X Mia 4 adalah sebanyak 30 siswa, yang terdiri dari 10 siswa putra dan 20 siswa putri. Dengan data kondisi awal (observasi pra penelitian) 30% adalah pencak silat. Olahraga (9 siswa) dapat melakukan pukulan beladiri adalah salah satu materi pokok yang wajib diajarkan dalam lurus dengan benar sedangkan 70% ( 21 siswa) belum bisa melakukan pendidikan jasmani, adapun materi pukulan lurus dengan benar sesuai 4

7 dengan KKM (kriteria kelulusan gerakan beberapa kali lebih dari 2 minimal) yaitu 2,66(B), siswa kali. merasa masih ragu dalam melakukan Dalam penelitian ini, pukulan lurus karena belum begitu pembelajaran pendidikan jasmani mengetahui secara benar teknik difokuskan pada aspek alat bantu pukulan lurus dan hanya melakukan yaitu menggunakan video asal-asalan. Kesulitan yang sering pembelajaran dan Pendekatan dialami siswa pada gerakan pukulan di antaranya, tidak adanya lintasan, bermain. Pemilihan media video karena Proyektor LCD di dalam pukulan tidak lurus, tangan tidak kelas jarang di gunakan saat lurus sehingga dapat membahayakan pembelajaran Penjaskesrek dan tangan. tidak adanya sasaran pukulan (target/paching box) tidak adanya variasi pengajaran saat memberikan materi pukulan dan masih kurangnya pemilihan video secara tampilan akan lebih jelas pemahaman konsep mengenai gerakan pukulan lurus dicerna oleh siswa, selain itu video media pembelajaran atau modifikasi juga memberikan respon yang alat pembelajaran sehingga siswa menyenangkan bagi siswa. Adanya cepat merasa bosan. Dari gerakan tersedia media LCD proyektor pukulan lurus tidak bisa mengawali sebagai alat bantu pendukung untuk dan mengakhiri pukulan dengan tampilan video pembelajaran. sikap sempurna, dan lain sebagainya. Penayangan video pembelajaran Hal tersebut menunjukan bahwa nantinya akan dilaksanakan di kelas proses pembelajaran tersebut belum dikarenakan tempatnya melibatkan siswa secara aktif, guru menyenangkan dan nyaman.letak masih menjadi pusat pembelajaran ruang kelas dengan lapangan serta masih kurangnya media olahragapun tidak terlalu jauh pembelajaran dan modifikasi alat pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Akan tetapi para siswa di sini mau melakukan gerakan pukulan sehingga antara respon pemberian video di kelas dan saat siswa sudah melakukan pembelajaran di lapangan tidak mudah hilang atau lupa. setelah guru memberikan contoh 5

8 Pendekatan bermain adalah mengekspresikan kemampuan untuk bentuk pembelajaran yang mencapai tujuan pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dalam telah ditetapkan. Melalui bermain anak aktif bergerak sehingga akan meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan unsur kompetitif, pelaksanaan pendekatan bermain mengembangkan kerjasama, dan siswa belajar teknik suatu cabang mengembangkan keterampilan. olahraga yang dikemas dalam bentuk Untuk mengetahui seberapa permainan. Dengan bermain anakanak akan dapat mengembangkan maksimal penerapan melalui audio visual dan pendekatan bermain dapat fisik, mental, emosional, intelektual, meningkatkan hasil belajar pukulan sosial anak seusia mereka. Bermain lurus pencak silat, maka peneliti merupakan suatu kebutuhan yang tak tertarik melakukan PTK pada siswa ubah seperti kebutuhan dasar kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 lainnya, sebagian besar kehidupan Surakarta tahun ajaran 2014 / 2015 anak dihabiskan untuk bermain. dengan judul Peningkatkan Hasil Karena itu diharapkan bahwa Belajar Pukulan Lurus Pencak Silat bermain merupakan wahana anak Melalui Media Audio Visual dan bermain sambil belajar dan belajar Pendekatan Bermain Pada Siswa sambil bermain. Kelas X MIA(Matematika Ilmu Pendekatan bermain Alam) 4 SMA Negeri 6 Surakarta merupakan cara pembelajaran tahun ajaran 2014 / pukulan lurus pencak silat untuk II. LANDASAN PUSTAKA anak sekolah menengah atas. Dari A. Kajian Teori pendekatan bermain diharapkan. siswa dapat mengoptimalkan 1. Pencaksilat pembelajaran pukulan lurus pencak a. Pengertian Pencaksilat silat. Melalui pendekatan bermain Menurut Johansyah Lubis anak diberikan kebebasan untuk (2004:2) menyatakan bahwa 6

9 Pencaksilat Merupakansalah satu budaya asli indonesia, para pedekar dan para pakar pencaksilat meyakini bahwa masyarakat melayu menciptakan dan menggunakan ilmu beladiri ini sejak masa prasejaarah. b. Manfaat Pencaksilat Adapun manfaat Pencaksilat yang diutarakan oleh Sucipto (2012:20) adalah 1) Pencaksilat sebagai Pendidikan, 2) Pencaksilat sebagai Pendidikan Jasmani. c. Gerak Dasar Pencaksilat Menurut pendapat Johansyah Lubis (2004:7) menayatakan bahwa Gerak dasar pencaksilat adalah suatu gerak, terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan yaitu aspek mental spiritual, aspek bela diri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. 2. BelajardanPembelajaran a. PengertianBelajar Nana Sudjana (2000: 28) berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. b. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar Aunurrahman (2012: 35) menyatakan, Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: 1) Belajarmenunjukkansuatuak tivitaspadadiriseseorang yang disadariataudisengaja. 2) Belajarmerupakaninteraksii ndividudenganlingkunganny a. 3) Hasilbelajarditandaidenagnp erubahantingkahlaku. c. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. d. pengertian pembelajaran 7

10 Menurut Depdiknas (2003) 3.Media Pembelajaran dalam UU No. 20 Tahun 2003 a. Pengertian Media tentang siskdiknas pasal 1 ayat Pembelajaran 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (Udin S. Winaputra, dkk, 2008: 1.20). 1. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach & Ely (1971) dalam (Azhar Arsyad, e. KomponenPembelajaran Komponen-komponen 2007:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, dalam belajar dan mengajar menurut Nana Sudjana (2000: 30) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan proses pengajaran 2) Materi atau bahan pelajaran 3) Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran 4) Penilaian dalam proses pengajaran materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian dalam proses f. Hasil Belajar Dikemukakan oleh belajar mengajar cenderung diartkan sebagai alat-alat grafis, Kunandar (2013: 61) hasil photografis atau elektronis untuk belajar adalah kompetensi menangkap, memproses dan ataukemampuan tertentu baik menyusun kembali informasi kognitif, afektif maupun visual atau verbal. psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah 4.Pendekatan Bermain a. Hakikat Bermain mengikuti proses belajar Bermain merupakan mengajar. salah satu aktivitas di dunia yang paling menyenangkan. 8

11 Kesenangan akan bermain selalu ada pada setiap orang tanpa memandang usia tua maupun muda, siapapun bisa bermain. Bermain lebih sering dijumpai pada anakanak, bahkan aktivitas satusatunya bagi anak-anak adalah bermain. Dengan bermain anak akan merasa senang dan gembira. Menurut M. Furqon H. (2006: 2) Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain. Rusli Lutan dkk (1992: 2) menyatakan bahwa bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar manusia. Dalam bermain, terjadi kecenderungan pola perilaku yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan menurut Maykes S. Tedjasaputra (2001: 38) menyatakan bahwa, bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, dan menyalurkan perasaanperasaan tertekan III.METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta 2. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada bulan april sampai bulan mei Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut : B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 siswa. Yang 9

12 terdiri dari 10 siswa putra dan 20 siswa putri. Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data Data dan sumber data dalam Teknik pengumpulan data Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : (PTK) ini terdiri dari : tes dan 1. Siswa sebagai objek penelitian observasi. sekaligus untuk memperoleh data 1. Tes : digunakan untuk tentang hasil belajar pukulan lurus mendapatkan data tentang hasil pencak silat melalui metode audio gerakan pukulan lurus siswa serta visual dan pendekatan bermain hasil tes tulis yang diberikan oleh pada siswa kelas X MIA 4 SMA guru. Negeri 6 Surakarta tahun 2. Observasi : digunakan sebagai pelajaran 2014/2015. teknik untuk mengumpulkan data 2. Guru sebagai kolaborator, untuk tentang aktivitas siswa dalam melihat tingkat keberhasilan mengikuti proses belajar mengajar metode audio visual dan pukulan lurus dengan metode pendekatan bermain dalam audio visual dan pendekatan pembelajaran pukulan lurus pada bermain. siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri HASIL PENELITIAN DAN 6 Surakarta tahun pelajaran PEMBAHASAN 2014/ Peneliti sebagai Observer, untuk A. Deskripsi Kondisi Awal mengamati dan menilai tingkat Sebelum melaksanakan keberhasilan penerapan metode proses penelitian tindakan kelas, audio visual dan pendekatan terlebih dahulu peneliti melakukan bermain dalam pembelajaran kegiatan survey awal untuk pencak silat di SMA Negeri 6 mengetahui kondisi awal siswa. 10

13 Hasil kegiatan survey awal tersebut pembelajaran pukulan lurus adalah sebagai berikut. a. Siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran pencak silat. Guru kurang kreatif untuk membuat cara agar siswa tertarik dan senang mengikuti 2014/ 2015, yang mengikuti materi pukulan lurus pencak silat. materi pelajaran pendidikan Sebelum melakukan jasmani dan olahraga khususnya pukulan lurus pencak silat adalah pelaksanaan tindakan maka peneliti dan guru melakukan pengambilan 30 siswa, yang terdiri dari 12 data awal penelitian. Ini siswa putra dan 18 siswa putri. dimaksudkan untuk mengetahui Dalam pembelajaran pukulan kondisi awal keadaan kelas pada lurus pencak silat banyak siswa yang kurang tertarik sehingga materi pembelajaran pukulan lurus pencak silat. Adapun diskripsi data dapat dikatakan proses yang diambil terdiri dari; tes unjuk pembelajaran pukulan lurus kerja kemampuan pukulan lurus pencak silat dalam kategori (psikomotor), pengamatan sikap kurang berhasil. (afektif), pemahaman konsep gerak b. Dari hasil wawancara yang (kognitif) siswa kelas X MIA 4 SMA dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa cenderung bosan Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2014/ untuk melakukan gerakan pukulan lurus pencak silat. Hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan Kondisi hasil belajar secara langsung di lapangan. Saat mengikuti materi pukulan lurus, siswa menunjukkan sikap bosan pukulan lurus pencak silat siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2014/ 2015, melakukan pukulan lurus sebelum diberikan tindakan sehingga hasilnya kurang baik. penggunaan media audio visual dan c. Guru kurang bisa menarik pembelajaran bermain, disajikan perhatian siswa dalam dalam bentuk tabel sebagai berikut: 11

14 Tabel 4.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) lurus pencak silat, maka akan dilakukan penelitian berupa Kondisi Awal peningkatan hasil belajar pukulan Aspek yang Jumlah untas persentase tidak lurus prosntase pencak silat Cara melalui Mengukur media diukur Siswa ketuntasa tuntas ketidak audio visual dan pendekatan bermain n tuntasan pada siswa kelas X MIA 4 SMA iukur melalui Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran ketuntasan 2014/2015. belajar siswa pada materi Hasil belajar Dari hasil observasi awal, pukulan lurus pukulan ada dua siklus yang pencak diterapkan silat, untuk lurus silat % 21 70% menyelesaikan dan hasil menjawab penjumlahan permasalahan yang terjadi di dalam (aspek kelas. Pada setiap psikomotor, siklus masingmasing menggunakan afektif, penerapan dan kognitif) pembelajaran audio visual dan bermain dalam kegiatan belajar Berdasarkan hasil tes pra mengajar yang berlangsung. Untuk siklus, diketahui bahwa hanya ada mengetahui adanya perubahan dari beberapa siswa yang sudah mampu proses yang diakibatkan oleh melakukan pukulan lurus dengan tindakan tersebut, maka evaluasi baik atau memperoleh nilai yang dilakukan dengan cara melakukan telah mencapai KKM (Kriteria observasi dan tes unjuk kerja Ketuntasan Minimal) yang telah pukulan lurus. ditetapkan oleh sekolah, yaitu 2,66 Kegiatan selanjutnya setelah ke atas. Dari data tersebut, observasi awal yaitu perencanaan, menunjukkan bahwa hasil belajar pelaksanaan, pengamatan serta siswa dalam melakukan teknik refleksi tehadap tindakan. pukulan lurus pencak silat masih Serangkaian penelitian yang rendah. Untuk memperbaiki dan dilakukan terdiri dari dua siklus. meningkatkan hasil belajar siswa Penelitian diakhiri sampai ada dalam proses pembelajaran pukulan perubahan pada indikator partisipasi 12

15 siswa ke arah yang lebih baik. Pembahasan masing-masing siklus dapat dilihat seperti di bawah ini. diperoleh peningkatan yang cukup signifikan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil belajar pukulan lurus pencak silat siswa SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN mencapai kriteria tuntas yaitu 19 siswa dari 30 siswa atau sebesar 63,33%. Pada siklus II, terjadi A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas peningkatan hasil belajar pukulan depan pencak silat siswa dalam kriteria tuntas yaitu 26 siswa dari 30 siswa atau sebesar 86,67%. B. Implikasi Penelitian ini memberikan empat tahapan, yaitu: (1) suatu gambaran yang jelas bahwa perencanaan, (2) pelaksanaan keberhasilan proses pembelajaran tindakan, (3) observasi dan tergantung pada beberapa faktor. iterpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan pembahasan Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu yang telah dijabarkan pada BAB IV, kemampuan guru dalam diperoleh simpulan bahwa penerapan media audio visual dan pendekatan mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, bermain sangat baik untuk kemampuan guru dalam mengelola meningkatkan kemampuan pukulan lurus pencak silat dan meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran pukulan lurus pencak silat siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta pendekatan yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa Dari hasil analisis yang dilakukan, dalam mengikuti proses pembelajaran. 13

16 Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat menggunakan media audio visual dan bermain. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan dimiliki oleh guru dan siswa dalam sebagai suatu alternatif dalam proses pembelajaran yang melaksanakan proses pembelajaran berlangsung di kelas maupun di Penjasorkes khususnya yang lapangan. Apabila guru memiliki berkaitan dengan peningkatan kemampuan yang baik dalam kemampuan pukulan lurus dan hasil menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang belajar pukulan lurus pencak silat yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta sesuai, maka guru akan dapat menghapus persepsi siswa mengenai menyampaikan materi dengan baik. pembelajaran Penjasorkes yang pada Materi tersebut akan dapat diterima awalnya membosankan menjadi oleh siswa apabila siswa juga pembelajaran yang menyenangkan. memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam pembelajaran. Dengan demikian, membuat model-model pembelajaran kegiatan belajar mengajar dapat yang lebih banyak. Ia dapat berjalan dengan lancar, kondusif, menyalurkan kemampuannya efektif, dan efisien. Penelitian ini juga tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah dalam upaya memberikan deskripsi yang jelas meningkatkan kinerja sebagai bahwa dengan media audio visual seorang pendidik yang profesional dan pendekatan bermain dalam dan inovatif. pembelajaran pukulan lurus pencak Dengan diterapkannya media silat dapat meningkatkan hasil audio visual dan bermain untuk belajar siswa, sehingga penelitian ini peningkatan kemampuan pukulan dapat digunakan sebagai suatu lurus pencak silat dan hasil belajar pertimbangan bagi guru yang ingin siswa terhadap pukulan lurus pencak 14

17 silat, maka siswa memperoleh dalam pendidikan jasmani olahraga pengalaman baru dan berbeda dalam dan kesehatan. proses pembelajaran Penjasorkes. C. Saran Pembelajaran Penjasorkes yang pada awalnya membosankan bagi siswa, menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada guru SMA Negeri 6 Surakarta, sebagai berikut: Pemberian tindakan dari 1. Guru hendaknya terus berusaha siklus I memberikan deskripsi bahwa untuk meningkatkan terdapatnya kekurangan atau kemampuannya dalam kelemahan yang terjadi selama mengembangkan materi, proses pembelajaran berlangsung. menyampaikan materi, serta Namun, kekurangan-kekurangan dalam mengelola kelas, sehingga tersebut dapat diatasi pada kualitas pembelajaran yang pelaksanaan tindakan pada siklussiklus dilakukannya dapat terus berikutnya. Dari pelaksanaaan meningkat seiring dengan tindakan yang kemudian dilakukan peningkatan kemampuan yang refleksi terhadap proses dimilikinya. pembelajaran, dapat dideskripsikan 2. Guru hendaknya mau membuka terdapatnya peningkatan kualitas diri untuk menerima berbagai pembelajaran Penjasorkes dan bentuk masukan, saran, dan peningkatan hasil belajar siswa. kritikan agar dapat lebih Dalam hal ini siswa dituntut untuk memperbaiki kualitas aktif dalam pembelajaran Penjas mengajarnya. yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran 3. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk jasmani, mengembangkan kerjasama, menyampaikan materi mengembangkan skill dan pembelajaran. mengembangkan sikap kompetetif 4. Kepada guru yang belum yang kesemuanya ini sangat penting menerapkan media audio visual dan bermain hendaknya mencoba 15

18 metode tersebut dalam pembelajaran Penjas sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar anak didiknya. 5. Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain maupun di sekolah lain. Namun tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi seperlunya sesuai dengan konteks kelas ataupun sekolah masingmasing. Hal ini disebabkan meskipun sekolah-sekolah yang ada di Indonesia ini pada dasarnya hampir sama satu dengan yang lainnya, namun tetap memiliki suatu karakteristik khusus yang hanya dimiliki oleh masingmasing kelas atau sekolah sebagai akibat dari keanekaragaman yang dimiliki oleh masing-masing individu yang ada di kelas atau sekolah tersebut. Daftar Pustaka Agus Kristiyanto.(2010). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga. Surakarta: UNS Press. Asep Jihad dan Abdul Haris. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Awan Hariono. (2007). Metode Melatih Fisik PencakSilat.Yogyakar ta : FIK UNY Benny A. Pribadi. (2005). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Dahar Ratna Wilis. (2012). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama. Johansyah Lubis. (2004). Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. M. Furqon Hidayatullah. (2006). Mendidik Anak Dengan Bermain. Buku Pegangan Guru Penjas di Sekolah Dasar. Universitas Sebelas Maret. M. Sobry Sutikno. (2009). Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan 16

19 Pembelajaran Yang Berhasil. Bandung: Prospect. Azhar Asyad Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Budhi satyawan, Heru Suranto, Sunardi Media Pembelajaran Penjasorkes. Panitia Program Pendidikan Profesi Guru FKIP UNS surakarta. Daryanto Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa. Maykes S. Tedjasaputra,. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Grasindo. Munas XII IPSI.( 2012). Peraturan Pertandingan PencakSilat IPSI. Jakarta : PB. IPSI Nana Sudjana. (2000). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. R. Kotot Slamet Hariyadi. (2003). Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta: PT.Dian Rakyat. Rusli Lutan dkk. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB & FPOK/IKIP Bandung. Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineke Cipta. Sucipto. (2012). Manfaat Pencak Silat. Diperoleh 08 Agustus 2014 dari wse.php?dir=direktor i%2f&search=pencak +Silat+&search_mode =f. Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Wina Sanjaya. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 17