DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H"

Transkripsi

1 DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN DYAH AYU MARIANA HANDARI. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Di Indonesia (dibimbing oleh ALLA ASMARA). Perekonomian Indonesia semakin terpuruk sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada pertengahan tahun Menurut Kriswantriyono (2003), hal ini disebabkan karena dunia usaha cenderung melakukan investasi yang berlebihan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahan-perubahan nilai tukar dan suku bunga. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor pertanian sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih lanjut. Secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: (i) Menganalisis besarnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan struktur penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, strukur nilai tambah bruto, (ii) mengetahui besarnya keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertanian Indonesia, (iii) mengetahui besarnya koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor pertanian di Indonesia, (iv) mengetahui besarnya efek pengganda (Multiplier Effect) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian di Indonesia, serta (v) menganalisis dampak investasi yang ditimbulkan oleh sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia. Model analisis yang digunakan untuk mengkaji dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Demand side atau Analisis Input-Output sisi Permintaaan. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan struktur permintaan dan penawaran (13,60% dan 7,81%), struktur konsumsi masyarakat (13,08%), struktur investasi berupa pembentukan modal tetap (0,30%) dan perubahan stok (9,46%), struktur ekspor (2,98%) dan impor (4,63%) dan struktur nilai tambah bruto (16,81%), tetapi mempunyai kontribusi yang kecil terhadap struktur konsumsi pemerintah. Berdasarkan analisis keterkaitan, nilai keterkaitan ke depan langsung tertinggi adalah pada sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan juga memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung tertinggi. Sedangkan nilai keterkaitan langsung ke belakang tertinggi adalah pada sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor yang memiliki nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang tertinggi adalah sektor bangunan. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan menarik pertumbuhan sektor hulunya. Analisis multiplier menunjukkan bahwa kemampuan sektor pertanian untuk mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian cukup

3 kuat. Berdasarkan analisis miltiplier tipe I dan tipe II maka sub sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier paling besar dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja adalah sub sektor peternakan. Dengan asumsi bahwa investasi yang ditanamkan pada sub-sub sektor pertanian senilai Rp 18 trilyun akan berdampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang mampu menciptakan output total di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp trilyun, pendapatan sebesar Rp trilyun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak orang. Berdasarkan analisis tersebut maka dampak investasi sub sektor pertanian terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sub sektor perkebunan. Hal yang dapat disarankan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah dana investasi di sektor pertanian sebaiknya lebih dialokasikan pada sub sektor peternakan karena sub sektor ini memiliki nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi jika berdasarkan pada analisis multiplier. Jika berdasarkan analisis dampak total investasi baik dampak langsung maupun tidak langsung maka dana investasi di sektor pertanian sebaiknya dialokasikan pada sub sektor perkebunan karena sektor tersebut mempunyai dampak total investasi tertinggi terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Selain itu, diperlukan peran dari pemerintah berupa upaya yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian, dan di sisi lain sangat diperlukan peran pemerintah dalam rangka mengembangkan sumberdaya manusia khususnya di sektor pertanian. Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu asumsi kesebandingan dan koefisien teknis bersifat konstan selama periode analisis maka dalam penelitian selanjutnya, hendaknya digunakan analisis Input-Output dinamis yang menyertakan unsur waktu dan harga sebagai variabel endogen.

4 Bukankah Kami telah lapangkan dadamu? Dan Kami hilangkan bebanmu? Yang memberatkan punggungmu Dan Kami tinggikan untukmu sebutan (nama) mu. Sebab sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan. Sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan Maka jika kamu telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Dan hanya kepada Tuhanmulah kiranya engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah: 1-8 ) Karya ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, Suami dan Baby manisku Riztha

5 Bukankah Kami telah lapangkan dadamu? Dan Kami hilangkan bebanmu? Yang memberatkan punggungmu Dan Kami tinggikan untukmu sebutan (nama) mu. Sebab sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan. Sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan. Maka jika kamu telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Dan hanya kepada Tuhanmulah kiranya engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah: 1-8 ) Karya ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, Suami dan Baby manisku Riztha

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Oktober 2006 Dyah Ayu Mariana Handari H

7 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dyah Ayu Mariana Handari Nomor Registrasi Pokok : H Program studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian di Indonesia (Analisis Input-Output) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Alla Asmara, S.Pt, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr.Ir.Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan :

8 DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

9 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dyah Ayu Mariana Handari lahir pada tanggal 23 Juli 1983 di Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Penulis anak Pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Purnomo, S.Pd dan Ibu Dra. Kamsiyah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah taman kanak-kanak di TK Aisyiah Busthanul Atfal pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Karangpelem 3 dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 1 Mojogedang dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 1 Karanganyar dan lulus pada tahun Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan penulis dengan harapan besarnya dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya manusia yang berguna bagi pengembangan kota tercinta. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi, pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi seperti Hipotesa, kepengurusan tahun dan Gamasika (Gabungan Mahasiswa Karanganyar).

10 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Di Indonesia. Skripsi ini menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Alla Asmara, S.Pt, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak M.P. Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan kepada penulis. 3. Ibu Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis. 4. Bapak Ir. Joyo Winoto, Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, semangat dan dorongan kepada penulis. 5. Pihak Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Koordinasi Penanaman Modal Jakarta, serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan informasi kepada penulis. 6. Bapak Purnomo, Spd dan Ibu Dra. Kamsiyah, selaku orang tua tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, semangat, dorongan, baik moril maupun materil, serta do anya kepada penulis. 7. Setiawan S. yang selalu setia membimbing dan memberikan dukungan, semangat, masukan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.

11 8. My sweet baby Tirtha Auriza Prabha, senyummu adalah semangat bagi kami. 9. Rika Dewi Kumalasari, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis. 10. Iyas, Nungsri, Mela, Wina, Mila, Hasni, Tami, Rini, Lusi, Retno dan Agustina serta seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaanya ketika kuliah di IPB. 11. Peserta seminar yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Bogor, Oktober 2006 Dyah Ayu Mariana Handari H

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pertanian Investasi Dalam Pembangunan Investasi Di Sektor Pertanian Penggunaan Analisis Input-Output Tabel Input-Output Indonesia Struktur Tabel Input-Output Asumsi-asumsi Keterbatasan Input-Output Dampak Penyebaran Analisis Multiplier Kerangka Pemikiran Studi Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Keterkaitan Analisis Dampak Penyebaran Analisis Multiplier Koefisien Pendapatan... 39

13 3.2.5 Koefisien Tenaga Kerja Analisis Dampak Investasi Kerangka Dasar Tabel Input-Output Indonesia Tahun Konsep dan Definisi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Pertanian terhadap Struktur Perekonomian Indonesia Permintaan dan Penawaran Output Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Struktur Investasi Struktur Ekspor dan Impor Struktur Nilai Tambah Bruto Struktur Output Sektoral Analisis Keterkaitan Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang Dampak Penyebaran Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Analisis Multiplier Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Indonesia Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 75

14 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 79

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun (Milyar Rupiah) Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun (Juta dollar) Ilustrasi Tabel Input-Output Hasil Penelitian Terdahulu tentang Dampak Penyebaran Sektor Pertanian Hasil Penelitian Terdahulu tentang Multiplier Sektor Pertanian Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Pembentukan Modal Tetap, Struktur Perubahan Stok, dan Investasi Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 sektor (Juta Rupiah) Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 sektor ( Juta Rupiah) Distribusi Output Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Keterkaitan Langsung maupun Langsung dan Tak Langsung ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 10 Sektor Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Klasifikasi 10 Sektor Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 Sektor Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 27 Sektor Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang)... 64

16 18. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang)... 72

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Klasifikasi 10 Sektor dan 27 Sektor Tabel Input-Output Indonesia Updating Tahun Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun (Orang) Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 10 Sektor Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 10 Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 27 Sektor Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 27 Sektor Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 27 Sektor Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 27 Sektor... 99

18 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Di Indonesia. Skripsi ini menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Alla Asmara, S.Pt, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak M.P. Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan kepada penulis. 3. Ibu Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis. 4. Bapak Ir. Joyo Winoto, Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, semangat dan dorongan kepada penulis. 5. Pihak Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Koordinasi Penanaman Modal Jakarta, serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan informasi kepada penulis. 6. Bapak Purnomo, Spd dan Ibu Dra. Kamsiyah, selaku orang tua tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, semangat, dorongan, baik moril maupun materil, serta do anya kepada penulis. 7. Setiawan S. yang selalu setia membimbing dan memberikan dukungan, semangat, masukan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.

19 8. My sweet baby Tirtha Auriza Prabha, senyummu adalah semangat bagi kami. 9. Rika Dewi Kumalasari, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis. 10. Iyas, Nungsri, Mela, Wina, Mila, Hasni, Tami, Rini, Lusi, Retno dan Agustina serta seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaanya ketika kuliah di IPB. 11. Peserta seminar yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Bogor, Oktober 2006 Dyah Ayu Mariana Handari H

20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin terpuruk sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada pertengahan tahun Menurut Kriswantriyono (2003), hal ini disebabkan karena dunia usaha cenderung melakukan investasi yang berlebihan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahanperubahan nilai tukar dan suku bunga, seperti property dan industri berbasis impor. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor pertanian sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih lanjut. Menurut BPS (2005), laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian pada tahun 2003 sebesar 4,34 persen. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional pada tahun 2002 sebesar 15,47 persen, tahun 2003 sebesar 15,49 persen, dan tahun 2004 sebesar 15,33 persen. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa sektor pertanian yang berbasiskan pada sumber daya domestik dapat berperan sebagai salah satu pemicu bagi pemulihan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia dibandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya. Menurut BPS (2005), kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2001 sebesar 43,8 persen, tahun 2002 meningkat menjadi sekitar 44,3 persen, tahun 2003 meningkat lagi menjadi sekitar 46,3 persen. Namun pada tahun 2004 kontribusinya menurun menjadi sekitar 43,3

21 persen, sehingga diperoleh nilai rata-rata kontribusi tenaga kerja sektor pertanian selama periode tahun sebesar 44,4 persen per tahun. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional, karena sektor pertanian merupakan basis bagi perekonomian Indonesia. Saat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang mampu bertahan dengan pertumbuhan positif sebesar 0,26 persen dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 45 persen. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber devisa. Guna mengembangkan sektor pertanian dan merencanakan pembangunan yang baik dan ideal maka diperlukan suatu upaya penyebaran investasi yang merata baik dalam lingkup sektoral maupun nasional, efisiensi dalam pengalokasian dana investasi pada sektor-sektor strategis. 1.2 Permasalahan Menurut Badan Pusat Satistik (2005), kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional selama tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 225,4 trilyun, tahun 2002 meningkat menjadi Rp 232,9 trilyun, kemudian tahun 2003 sebesar Rp 243 trilyun, dan tahun 2004 meningkat lagi menjadi Rp 252,9 trilyun. Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan 2000, sektor pertanian mengalami peningkatan secara berfluktuasi.

22 Pada tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) sebesar 4,08 persen, pada tahun 2002 mengalami penurunan menjadi 3,23 persen, dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi 4,34 persen. Kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2001 adalah sekitar 39,7 juta orang (43,8 %), tahun 2002 meningkat menjadi sekitar 40,6 juta orang (44,3 %), dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi sekitar 42 juta orang (46,3 %). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mampu berperan penting dalam mengatasi permasalahan pengangguran di Indonesia. Selain itu, investasi yang ditanamkan disektor pertanian mengalami penurunan yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah investasi yang ditanamkan untuk sektor pertanian masih tertinggal jika dibandingkan dengan investasi di sektor lain. Menurut BKPM (2005), investasi dalam negeri sektor pertanian sebesar Rp milyar pada tahun 2000, pada tahun 2001 sebesar Rp 1.016,2 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 665,5 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 593,8 milyar, tahun 2004 sebesar Rp 527 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp 4.177,2 milyar (tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa investasi dalam negeri sektor industri pengolahan menempati peringkat tertinggi untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2000 sebesar Rp ,2 milyar, tahun 2001 sebesar Rp 5.856,1 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 9.370,4 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 6.229,4 milyar, tahun 2004 sebesar Rp ,9 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp ,1 milyar. Hal ini disebabkan karena setelah terjadinya krisis ekonomi Indonesia

23 mulai menggerakkan sektor industri pengolahan khususnya sektor industri yang berbasis pada sumberdaya non hayati seperti industri otomotif, industri galian dan lain-lain. Tabel 1. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun (Milyar Rupiah) No Sektor Pertanian 2.272, ,2 665,5 593,8 527, ,2 2 Pertambangan dan Penggalian 145,3 147,6 359,7 16,2 448, ,6 3 Industri Pengolahan , , , , , ,1 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 23,4 137,3 209, ,0 5 Bangunan 332,6 112,7 564,4 505, , ,7 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.113,7 950,6 126,2 554,7 452,7 360,9 7 Angkutan dan Komunikasi 192,5 433, , ,6 637,5 8 Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran 198, ,9 102,8 95 0,9 46,9 9 Jasa-jasa 96,2 0,7 33,3 384,1 214,5 724,1 Total , , , , , ,0 Sumber : BKPM (2005). Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa peringkat tertinggi untuk investasi yang berasal dari luar negeri tiap tahunnya juga ditempati oleh sektor industri pengolahan. Pada tahun 2000 sebesar Rp 4.759,9 milyar, tahun 2001 sebesar Rp 2.174,2 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 1.569,6 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 1.880,4 milyar, tahun 2004 sebesar Rp 2.803,3 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp 3.502,1 milyar. Nilai investasi luar negeri yang ditanamkan disektor pertanian mengalami penurunan yang berfluktuasi. Pada tahun 2000 investasi luar negeri di sektor pertanian sebesar US $ 106,2 juta, pada tahun 2001 sebesar US $ 90,1 juta, tahun 2002 sebesar US $ 18,1 juta, tahun 2003 sebesar US $ 221,3 juta, tahun 2004 sebesar US $ 186,5 juta, dan tahun 2005 sebesar US $ 348,9 juta (Tabel 2).

24 Tabel 2. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun (Juta dollar) No Sektor Pertanian 106,2 90,1 18,1 221,3 186,5 348,9 2 Pertambangan dan Penggalian 9,2 66,2 84,4 32, ,9 3 Industri Pengolahan 4.759, , , , , ,1 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih ,2 195,3-76,7 6,1 68,7 5 Bangunan 305,0 129,5 6,8 106,7 385,6 921,9 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,7 762,2 560,5 7 Angkutan dan Komunikasi 478,4 190, , ,5 103, ,8 8 Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran ,9 5,9 0,7 35,2 208,3 9 Jasa-jasa 224,5 397,6 47,4 77,3 196,4 298,5 Total 9.877, , , , , ,6 Sumber : BKPM (2005). Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, sehingga investasi diperlukan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, khususnya sektor pertanian, karena secara signifikan investasi akan mendorong kenaikan output, meningkatkan permintaan input, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa besar peranan sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dalam pembentukan struktur permintaan dan struktur penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, strukur nilai tambah bruto? 2. Berapa besar keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertanian Indonesia? 3. Berapa besar koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor pertanian Indonesia?

25 4. Berapa besar efek pengganda (Multiplier Effect) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian di Indonesia? 5. Berapa besar dampak investasi yang ditimbulkan oleh sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Melihat permasalahan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis besarnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan struktur penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, strukur nilai tambah bruto. 2. Mengetahui besarnya keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertanian Indonesia? 3. Mengetahui besarnya koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor pertanian di Indonesia. 4. Mengetahui besarnya efek pengganda (Multiplier Effect) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian di Indonesia. 5. Menganalisis dampak investasi yang ditimbulkan oleh sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penulis berharap, agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya maupun untuk berbagai kalangan umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

26 1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah pembangunan pertanian di Indonesia. 2. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia. 3. Sebagai acuan atau referensi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini adalah dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia, dengan menggunakan analisis Input-Output. Data yang digunakan adalah data Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (ADHP) Indonesia tahun Sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sedangkan pelaku investasi yang dikaji adalah gabungan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

27 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Pertanian Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanamaan bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional yang termasuk pula didalamnya. Sedangkan, menurut Nasoetion (2002) pertanian dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan ekosistem buatan yang bertugas untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup. Namun lama kelamaan setelah ada tuntutan kebutuhan hidup dan perkembangan lingkungan maka pertanian mulai beralih ke pertanian yang komersil. 2.2 Investasi Dalam Pembangunan Secara prinsip investasi dibedakan menjadi investasi finasial dan investasi non finansial. Investasi finansial adalah investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud kapital

28 9 atau barang modal, termasuk didalamnya inventori (persediaan). Namun demikian, investasi finansial dapat juga direlisasikan menjadi investasi fisik. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pemerintah dan kelompok masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan pemerintah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi. Menurut Muljana (1995) pembangunan ekonomi dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Dimana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pembangunan yang bersifat infrastruktur atau prasarana berupa pembangunan fisik maupun lembaga yang mempunyai fungsi esensial sebagai pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik, pemasaran barang dan jasa serta kegiatankegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan keamanan. Sementara pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya bersifat directly producing atau yang langsung menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan konsumen baik perorangan, rumah tangga, maupun industri. Semua kegiatan yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat merupakan investasi dalam pembangunan yang mampu menambah kapasitas hasil produksi, daya kreatifitas dan produktivitas masyarakat sebagai usaha untuk meningkatan nilai tambah, serta usaha pemeliharaan terhadap hasil pembangunan. Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan. Hal ini karena investasi dapat meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi

29 10 akan meningkatkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda (multiplier effect). Hal ini sesuai dengan konsep teori Keynesian yang menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah. Peningkatan pendapatan ini khususnya dalam bentuk uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau Agregat Demand (AD). Hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Y = C + S dimana : Y = Pendapatan Masyarakat C = Konsumsi S = Tabungan I = Investasi dengan asumsi keseimbangan : S = I maka : Y = C + I Adapun asumsi teori Keynesian adalah sebagai berikut : 1) Dalam masyarakat bersangkutan masih terdapat sumberdaya yang belum dimanfaatkan sehingga output dapat ditingkatkan tanpa menekan harga-harga itu ke atas, 2) Harga-harga itu relatif kaku untuk bergerak ke bawah sehingga harga-harga itu tidak jatuh, walaupun terdapat kelebihan penawaran (excess supply) dalam pasar tenaga kerja dan pasar komoditas.

30 11 Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut : Tingkat Harga (P) 45 0 AD 2 AD 1 0 Y 1 Y 2 Pendapatan (Y) Sumber : Mankiw, Keterangan : Y1 Y2 AD1 AD2 = Pendapatan awal = Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi = Permintaan agregat / agregat demand awal = Permintaam agregat setelah kenaikan konsumsi dan investasi Gambar 1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi Gambar diatas dapat menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000). Sementara itu, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan investasi adalah tingkat suku bunga. Adanya penurunan pada tingkat bunga (r 1 ke r 2 ) akan mengakibatkan jumlah investasi yang ditanamkan disuatu sektor meningkat (I 1 ke I 2 ), sehingga akan menyebabkan pengeluaran yang direncanakan naik (AE 1 ke AE 2 ). Meningkatnya pengeluaran yang direncanakan ini menyebabkan tingkat pendapatan juga mengalami peningkatan (Y 1 ke Y 2 ).

31 12 Dari rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah dengan cara menaikkan nilai investasi. Hubungan antara suku bunga (r) dan investasi (I) yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara investasi (I) dan pendapatan (Y) yang ditunjukkan oleh kurva perpotongan Keynesian diringkas dalam bentuk kurva IS (Investasi-saving) pada gambar 2 berikut : (b) Perpotongan Keynesian Harga (P) 45 0 AE 2 AE 1 0 Y 1 Y 2 Pendapatan (Y) (a) Fungsi Investasi (c) Kurva IS Tingkat Bunga (r) Tingkat Bunga (r) r 1 r 2 r 1 r 2 I(r) IS 0 (I)r 1 (I)r 2 Investasi (I) 0 Y 1 Y 2 Pendapatan (Y) Sumber : Mankiw, Gambar 2. Hubungan Tingkat Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran Yang Direncanakan, dan Pendapatan Nasional Riil

32 Investasi di Sektor Pertanian Sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Jhingan (2000), peran pertanian sangat penting dalam hal : (i) menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat, (ii) meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier, (iii) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus, (iv) meningkatkan penghasilan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah, dan (v) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan. Investasi yang dilaksanakan disektor pertanian meliputi investasi di lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Tujuan dari penanaman investasi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat petani, penciptaan lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja serta meningkatkan ketrampilan tenaga kerja dan petani, meningkatkan hasil produksi pertanian baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor sehingga akan meningkatkan penerimaan devisa negara, pengembangan dan kelestarian sumber daya alam, pengembangan wilayah dan penyebaran kegiatan pembangunan pertanian, menunjang pengembangan sektor-sektor perekonomian lainnya, pemerataan pendapatan dan

33 14 peningkatan partisipasi masyarakat tani, serta adanya pengalihan teknologi dan keahlian. Dilihat dari tujuannya, investasi di sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang cukup besar tidak hanya bagi peningkatan pembangunan pertanian itu sendiri tetapi bagi peningkatan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Namun pada kenyataannya, prospek yang cukup baik dari adanya investasi di sektor pertanian ini kurang mendapat perhatian secara khusus dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun swasta bahkan investasi di sektor pertanian ini cenderung menurun. 2.4 Penggunaan Analisis Input-Output Tabel Input-Output Indonesia Tujuan dari penyusunan Tabel Input-Output Indonesia adalah untuk menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di Indonesia. Jenis data yang disajikan pada Tabel Input-Output antara lain dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis dan proyeksi perekonomian dalam perencanaan pembangunan. Pada tahun 1974 penyusunan Tabel Input-Output Indonesia ini mulai dirintis oleh BPS Jakarta. Tabel Input-Output pertama kali disusun adalah untuk tahun 1971 dan kemudian secara berkala disusun Tabel Input-Output untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan Kerangka dasar yang digunakan pada setiap Tabel Input-Output diusahakan untuk konsisten satu sama lain. Namun demikian karena jenis dan mutu yang digunakan sebagai bahan dalam

34 15 penyusunan Tabel Input-Output juga berkembang, maka penyusunan Tabel Imput-Output pun pada prakteknya mengalami berbagai pengembangan dan penyempurnaan, khususnya dalam hal klasifikasi, metode penyusunan dan cara penyajian. Analisis Input-Ouput adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif, karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Menurut BPS (2000), Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Model ini, dibedakan atas analisis input-output tertutup dan analisis inputoutput terbuka. Pembedaan tersebut didasarkan pada komponen rumah tangga. Jika komponen rumah tangga disertakan dalam sektor produksi maka analisis input-output tersebut bersifat tertutup, sedangkan jika rumah tangga tidak disertakan dalam permintaan akhir maka analisis input-output bersifat terbuka (Nazara, 1997). Sebagai metode kuantitatif, tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang :

35 16 1) Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor, 2) Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi, 3) Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa barang produksi dalam negeri maupun barang impor, 4) Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output antara lain adalah : a. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi b. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya c. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap ouput d. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi

36 17 e. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah Ruang lingkup penggunaan analisis Input-Ouput menurut Nazara (1997) dapat menjelaskan kondisi perekonomian baik secara nasional maupun regional. Hasil dari penyusunan Tabel Input-Output ini mampu menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di suatu wilayah Struktur Tabel Input-Output Format dari Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Hubungan antar sektor perekonomian dapat disajikan dalam sebuah Tabel. Dalam Tabel tersebut, sektor produksi (sektor asal) disajikan disebelah kiri dan sektor tujuan disajikan disebelah atas Tabel. Input-input yang diperlukan oleh masing-masing sektor disajikan searah kolom, sedangkan searah baris menunjukkan output-output yang diproduksi oleh masing-masing sektor. Tabel Input-Output menunjukkan transaksi antar komponen dari suatu perekonomian, dimana terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Secara lengkap tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

37 18 Tabel 3. Ilustrasi Tabel Input-Output Sektor Produksi Permintaan Akhir (Y) Total Output (X) Sektor Produksi 1 2. : 1 2 j C I G E z 11 z 12 z 21 z 22.. : : C 1 I 1 G 1 E 1 C 2 I 2 G 2 E 2 i Nilai Tambah L L 1 L 2 L C L I L G L E L (W) N N 1 N 2 N C N I N G N E N M M 1 M 2 M C M I M G M E M Total Input (X) X X 1 X 2 C I G E X Sumber : Miller dan Blair (1985) Dalam konteks input antara, terjadi arus perpindahan barang antar sektor yaitu dari sektor i ke sektor j dan perpindahan intrasektor yaitu perpindahan yang terjadi didalam sektor itu sendiri. Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadinya arus perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, dimana i = j. Nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi z ij, total output dinotasikan dengan X i, dan total permintaan akhir sektor i dinotasikan Y i. Dengan demikian persamaannya dituliskan sebagai berikut : X i = z i1 + z i2 + + z ii z in + Y i (2.1) Persamaan (1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor I tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut adalah pelaku-pelaku ekonomi didalam perekonomian yang secara agregat bisa diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir perusahaan adalah investasi, permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah, dan permintaan X 1 X 2

38 19 akhir dari luar negeri adalah ekspor. Pada persamaan (1) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomiaan, yaitu : X 1 = z 11 + z 12 + z z 1n + Y 1 X 2 = z 12 + z 22 + z z 2n + Y 2 (2.2) X n = z n1 + z n2 + z n3 + + z nn + Y n Sesuai dengan definisi Tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linier, maka dapat dituliskan sebagai berikut : X 1 + X 2 + L + N + M = X = X 1 + X 2 + C + I + G + E (2.3) Persamaan (3) adalah identitas dari pendapatan nasional, yang ditunjukkan oleh persamaan sebelah kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian. Dalam perekonomian ini, hanya ada dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital, yang balas jasanya adalah upah atau gaji (L) dan bunga modal (N). pada persamaan sebelah kanan, menunjukkan bahwa pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam perekonomian tersebut. Dua persamaan diatas yang menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X 1 dan X 2, sehingga menjadi : L + N + M = C+ I + G + E atau L + N = C + I + G + (E-M) (2.4)

39 20 Dalam analisis Input-Output, persamaan tersebut memegang peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Secara umum matrik dalam Tabel Input-Output dapat dibagi menjadi empat kuadran, yaitu : 1) Kuadran I (Intermediate Quadran) Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2) Kuadran II (Final Demand Quadran) Kuadran ini menunjukkan adanya penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3) Kuadran III (Primary Input Quadran) Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

40 21 4) Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atas kuadran antara Asumsi-asumsi Keterbatasan Input-Output Analisis Input-Output memiliki keterbatasan terutama pada asumsiasumsinya yaitu: 1. Keseragaman (Homogenitas) Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Propotionality) Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Additivitas) Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan. Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut diatas maka model Input-Output memiliki keterbatasan dengan tidak menimbulkan kekeliruan dalam

41 22 menginterpretasikan hasil analisisnya (Febrina, 2005). Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu : a. Koefisien Input-Output yang konstan selama periode analisis, sehingga perubahan-perubahan seperti perubahan teknologi atau perubahan relatif yang mungkin terjadi selama periode analisis diabaikan. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya penyesuaian terhadap koefisien agar tidak timbul bias terhadap hasil produksi. b. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan semakin banyak informasi ekonomi yang lebih terperinci tidak terlingkup dalam analisisnya. c. Keterbatasan yang disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran berguna untuk mengetahui distribusi manfaat pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input dapat yang dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. a. Koefisien Penyebaran Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadaap perkembangan sektor-sektor lainnya

42 23 melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan hulunya. b. Kepekaan Penyebaran Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini Analisis Multiplier Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis Input-Output adalah analisis multiplier (analisis angka pengganda). Pada intinya, analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir, di dalam perekonomian. a. Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matrik invers dirumuskan dengan persamaan : α = (I - A ) 1 = [α ij ]

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH TRIYANTO WIBOWO H14053207 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H14102072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FITRI RAHAYU.

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh : GEMA SETYA ANGGARA PUTRA H14070107 FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

INDONESIA OLEH H

INDONESIA OLEH H ANALISIS DAMPAK INVESTASI PADAA SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISISS INPUT-OUTPUT) OLEH LISA PERMATASARI H14070043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H14103119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR PADI, MELINJO, DAN PERTANIAN LAINNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG: ANALISIS INPUT OUPUT

ANALISIS DAMPAK SEKTOR PADI, MELINJO, DAN PERTANIAN LAINNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG: ANALISIS INPUT OUPUT ANALISIS DAMPAK SEKTOR PADI, MELINJO, DAN PERTANIAN LAINNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG: ANALISIS INPUT OUPUT Oleh : DWI ASMORO RAMANTO H14104129 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output) ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output) OLEH BUDI PRATAMA H14053285 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN)

ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN) ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN) OLEH KEMAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN H14102121 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H14103035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H14102066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. RINGKASAN RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci