IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Ternak Rukun Tani 1. Keadaan Umum Kelompok Ternak Rukun Tani yang diketuai oleh Bp. Sunarjo dengan pekerjaan petani, merupakan salah satu unit usaha masyarakat dibidang peternakan yang terletak di Desa Jingglong Rt 02 Rw 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Kelompok ternak Rukun Tani berdiri sejak tahun 2010, bergerak dibidang peternakan rakyat pada sektor pembibitan dan penggemukan sapi potong yang berada di bawah bimbingan langsung dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati. Bantuan yang diberikan dari pemerintah provinsi berupa uang tunai kemudian diwujudkan dengan 30 ekor sapi oleh pemerintah daerah. Bantuan berupa sapi dikelola oleh kelompok tani ternak tersebut, yang terdapat 30 orang untuk bertanggung jawab melaksanakan peternakan. Kelompok Ternak Rukun Tani merupakan salah satu kelompok ternak yang bergerak di bidang peternakan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan. 2. Ketenagakerjaan Kelompok Ternak Rukun Tani memiliki anggota 30 orang. Anggota kelompok ternak tersebut diambil dari penduduk sekitar yang bertujuan agar mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan ternak. Pendidikan rata-rata kelompok tani ternak tersebut adalah SD, SMP, dan SMA. Semua anggota kelompok ternak tersebut tidak mendapatkan upah gaji, namun setiap satu orang anggota diberi wewenang dua ekor sapi untuk penggemukan, sehingga hasil yang didapat berupa bakalan sapi yang sudah digemukan dan siap dijual. 3. Struktur dan Sistem Organisasi Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak Rukun Tani yang dikelola oleh warga Desa Jingglong Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati dibawahi oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia, Kementerian 17

2 18 Sosial Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati Jawa Tengah, yang bergerak dibidang peternakan kerakyatan. Susunan organisasi Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Gambar 1: Pelindung Penasehat 1 Penasehat 2 Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara Anggota Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak Rukun Tani B. Lokasi Peternakan Lokasi Peternakan Rukun Tani terletak di Desa Jingglong Rt 02, Rw 02, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Peternakan ini berada pada lahan milik salah satu anggota kelompok tani ternak yang memiliki luas 450 m 2. Secara geografis lokasi peternakan berada di daerah dataran rendah dan memiliki kondisi tanah yang bergelombang. Lokasi peternakan mempunyai jarak dengan jalan raya sekitar 200 meter. Jarak dengan pemukiman penduduk sangat dekat karena lokasi tersebut langsung bersebelahan dengan rumah

3 19 penduduk. Penduduk disekitar tidak terganggu dengan adanya peternakan tersebut karena sebagian besar penduduk adalah peternak. Daerah tersebut sebagian besar tanah persawahan yang memiliki potensi pakan terutama hijauan makanan ternak serta didukung dengan lokasi sentra industri pengolahan hasil pertanian (industri tahu dan penggilingan padi). Daerah peternakan Rukun Tani mampu untuk memenuhi kebutuhan pakan dengan memanfaatkan limbah pertanian, serta dapat membantu menekan biaya produksi pakan. Sesuai dengan pendapat Soeprapto dan Abidin (2006) yaitu untuk menekan biaya pakan, maka sebaiknya lokasi peternakan tidak jauh dari sumber pakan dan sumber air berasal dari air tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pihak peternakan telah bisa menyediakan air untuk kebutuhan air minum, sanitasi dan kebutuhan lainnya. C. Kandang Model kandang sapi pada Kelompok Tani Ternak Rukun Tani menggunakan kandang sistem kelompok dengan diberi pembatas antar sapi dan penempatan sapi saling berhadapan (head to head) yang dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan dalam pemberian pakan dan minum. Keunggulan model kandang tipe kelompok yaitu mudah membersihkan kotoran di area perkandangan. Namun, ada kelemahannya yaitu antar ternak mudah bergesekan dan mengakibatkan luka. Hal ini dibenarkan oleh, Purnawan dan Cahyo (2010), kelemahan dari kandang bentuk kelompok adanya persaingan pakan yang terjadi pada ternak yang menyebabkan konsumsi pakan tidak optimal dan dapat mengakibatkan ternak terluka. Jarak kandang kelompok tani ternak ini dengan pemukiman berkisar 20 meter, dengan jumlah kandang 1 kandang yang berisi 6 line. Setiap line berukuran panjang 7,5 m x 3,5 m dan memiliki jarak antar line yaitu 1 m. Setiap satu line kandang berkapasitas 5 ekor sapi dewasa. Segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang dimiliki oleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sudah cukup baik. Sarana penunjang yang ada adalah gudang pakan, kebun hijauan pakan,

4 20 dan tempat pembuangan kotoran. Lantai kandang yang dibuat agak miring dan agak kasar memiliki dampak baik, yaitu memudahkan dalam sanitasi dan meminimalisir terjatuhnya ternak. Peralatan kandang yang digunakan untuk menunjang proses produksi antara lain sabit, sekop, cangkul, garpu, sikat, selang, dan ember. Peralatan tersebut mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan di kandang. Hal ini sependapat dengan Rianto dan Purbowati (2009) menambahkan bahwa lantai kandang harus rata, tidak licin, tidak terlalu keras atau tajam, tahan lama dan dibuat miring sekitar D. Pakan Usaha pemeliharaan sapi potong modal utama merupakan pakan yang secara kuantitas cukup dan kualitas baik untuk menunjang pertumbuhan hidup ternak. Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dalam pemberian pakan dilakukan setiap pagi, siang dan sore. Pemberian pakan Kelompok Ternak Rukun Tani dilakukan sehari tiga kali yaitu jam berupa konsentrat 3kg, siang jam berupa ampas tahu dan bekatul halus, sore jam berupa jerami padi 7 kg. Keterbatasan waktu yang terjadi pada kelompok ternak ini dikarenakan, seluruh anggota mempunyai pekerjaan di luar pemeliharaan saja. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Abidin (2002), yang menyatakan bahwa, pemberian hijauan dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari. Pemberian hijauan secara berkala bertujuan untuk meminimalisir pakan yang tercecer karena tidak dikonsumsi oleh ternak. Pakan konsentrat berasal dari daerah Kabupaten Pati, sedangkan untuk hijauan diambil dari lahan persawahan di sekitar peternakan. Pakan jerami yang digunakan oleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani berupa jerami non fermentasi sehingga mempunyai nilai kandungan nutrien yang berbeda. Pemberian pakan hijauan non fermentasi dilakukan berkala, sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan karena keterbatasan lahan peternakan dan menghemat biaya untuk proses fermentasi. Kandungan nutrien pakan konsentrat, jerami padi non fermentasi, ampas tahu dan bekatul halus

5 21 yang digunakan oleh peternakan Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, dan 4. Tabel 1. Kandungan nutrien konsentrat No Nutrien Presentase (%) 1 Bahan kering (BK) 86 2 Abu 5 3 Protein kasar (PK) 13,5 4 Lemak kasar (LK) 4,0 5 Serat kasar (SK) 12,7 6 Kalsium (Ca) 0,7 7 Total Digestible Nutrient (TDN) 67 8 (BETN) 64,0 Sumber: Kjub Puspetasari, 2013 Tabel 2. Komposisi bahan konsentrat pabrik No Jenis pakan BK % PK% LK% SK% TDN% 1 Bekatul halus 91,26 9,96 2,32 18,51 55,52 2 Onggok 90,17 2,83 0,67 8,26 77,24 3 Bungkil sawit 92,94 14,78 11,93 10,72 67,43 4 Kulit kacang 91,44 36,39 17,27 0,89 71, Molases Wheat pollard 30,23 89,56 Sumber: Kjub Puspetasari, ,30 16,41-4,00 Tabel 3. Kandungan nutrien jerami non fermentasi - 5,86 63,00 74,82 No Jenis Bahan BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%) 1 Jerami Padi 64 5,4 29,1 1,7 44,5 Sumber: Ali. et al, 2005 Tabel 4. Kandungan nutrien ampas tahu dan bekatul Halus No Jenis Bahan BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%) 1 Ampas Tahu 13,3 23,7 23,58 10,49 51,93 2 Bekatul Halus 91,26 9,96 18,51 2,32 55,52 Sumber: Tarmidi, 2009 Jadwal pemberian pakan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dilakukan tiga kali sehari. Jenis pemberian pakan juga berbeda setiap pagi, siang, dan sore. Pemberian pakan dibedakan bertujuan untuk meningkatkan kecernaan mikrobia dalam rumen sapi. Pemberian jerami padi untuk satu ekor

6 22 sapi sebanyak 7 kg dengan sisa 2 kg, jadi konsumsi jerami padi satu ekor sapi yaitu 5 kg. Jabel pemberian pakan dan jenis pakan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jadwal pemberian pakan No Waktu Jenis pakan Pemberian (kg) Konsentrat Ampas Tahu dan Bekatul Halus 3 1 dan Jerami padi 7 Sumber: Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2012 Kebutuhan nutrien antar ternak sapi potong mempunyai kebutuhan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh bobot badan sapi yang berbeda, sehingga daya konsumsi pakan juga berbeda. Analisa kecukupan nutrien ternak sapi potong dapat dihitung sebagai berikut: a. Jerami padi 5 kg/ekor/hari BK = 64 % x 5 kg = 3,2 kg TDN = 44,5% x 3,2 kg = 1,42 kg PK = 5,4% x 3,2 kg = 0,17 kg b. Konsentrat 3 kg/ekor/hari BK = 86 % x 3 kg = 2,58 kg TDN = 67 % x 2,58 kg = 1,72 kg PK = 13,5 % x 2,58 kg = 0,34 kg c. Ampas 1 kg/ekor/hari BK = 13,3 % x 1 kg = 0,13 kg TDN = 51,93 % x 0,13 kg = 0,06 kg PK = 23,7 % x 0,13 kg = 0,03 kg d. Bekatul Halus 2 kg/ekor/hari BK = 91,26 % x 2 kg = 1,82 kg TDN = 55,52 % x 1,82 kg = 1,01 kg PK = 9,96 % x 1,82 kg = 0,18 kg e. Total Pemberian BK = 3,2 kg + 2,58 kg + 0,13 kg + 1,82 kg = 7,73 kg TDN = 1,42 kg + 1,72 kg + 0,06 + 1,01 kg = 4,21 kg PK = 0,17 kg + 0,34 kg + 0,03 kg + 0,18 kg = 0,72 kg

7 23 Berdasarkan kebutuhan nutrisi sapi potong sumber dari NRC, (1984) dengan rata rata bobot badan sapi bakalan 200 kg didapat kebutuhan nutrisinya adalah bahan kering (BK) 4,80 kg, protein kasar (PK) 0,12 kg, dan total digestible nutrient (TDN) 3,10 kg. Pakan yang diberikan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani memiliki kandungan bahan kering (BK) 7,73 kg, protein kasar (PK) 0,72 kg, dan total digestible nutrient (TDN) 4,21 kg. Kandungan pakan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sudah mencukupi standart NRC. Penghitungan bobot badan dan lama pemeliharaan perlu dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan ternak yang dipelihara. Hal ini ditujukan untuk mengetahui keuntungan atau kerugian yang akan didapat selama pemeliharaan. Cara menghitung bobot badan sapi potong dengan rumus scroll sebagai berikut: Bobot badan awal = (L + 22) = ( ) = 278 kg Bobot badan setelah 3 hari = (L + 22) = (145,6 + 22) = 280 kg Berdasarkan perhitungan tersebut mendapatkan bobot badan sapi dengan lingkar dada 145 cm diperoleh berat badan sapi 278 kg. Satu ekor ternak sapi yang terdapat di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani memiliki bobot awal 206 kg dan pemeliharaan selama 90 hari memiliki bobot badan 278 kg, setelah 3 hari pengukuran lingkar dada bertambah 0,6 cm, sehingga bobot badan terakhir 280 kg dengan lama pemeliharaan 93 hari. Penghitungan PBBH dengan menggunakan rumus bobot akhir bobot awal dibagi lama pemeliharaan menghasilkan pertumbuhan bobot badan harian yaitu 0,79 kg per hari.

8 24 Hal ini menunjukkan bahwa sapi yang terdapat di Peternakan Rukun Tani memiliki pertumbuhan bobot badan yang baik dan menguntungkan bagi peternak. Menurut Parakkasi (1998), faktor faktor yang mempengaruhi berat badan yaitu umur, bangsa ternak, jenis kelamin, kekurangan pakan, dan lingkungan. Konsumsi pakan dan konversi pakan yang dihasilkan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani : Konversi pakan = Jumlah bahan kering yang dikonsumsi Pertumbuhan bobot badan harian = 7,83 0,79 = 9,91 kg Konversi pakan yang didapatkan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sebesar 9,91 kg. Kebutuhkan pakan dalam bentuk bahan kering sebanyak 9,91 kg, untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan harian sebesar 0,79 kg. Pakan dalam bentuk bahan kering yang disediakan Kelompok Tani Ternak Rukun Tani memiliki keunggulan dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian stabil. E. Pengadaan Bakalan Pengadaan bakalan merupakan salah satu unsur penting dalam usaha di bidang peternakan serta untuk menunjang perkembangan yang baik dalam peternakan. Sapi bakalan yang berada di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani terdapat 30 ekor sapi dengan perkiraan bobot badan 200 kg yang didatangkan dari pasar Wage, Pati. Jumlah bakalan yang tersedia 30 ekor untuk digemukkan. Lama penggemukan yang dilakukan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani selama 4 bulan pemeliharaan. Jenis sapi yang dipelihara oleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Populasi Ternak No Jenis Sapi Jumlah (ekor) 1 Peranakan Simmental 10 2 Peranakan Brangus 8 3 Peranakan Ongole 12 Sumber. Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016

9 25 Jenis sapi yang terdapat di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani yaitu Peranakan Ongole, Peranakan Simmental, dan Peranakan Brangus. Pemilihan bakalan yang dilakukan harus memiliki kriteria yang baik. Pemilihan bakalan ini bertujuan untuk menjamin kualitas bakalan yang akan dipelihara dan pembibitan. Salah satu ciri bakalan yang dipilih adalah bakalan sehat, tidak cacat fisik, agak kurus dan belum afkir. Hal ini dikarenakan ternak yang memiliki badan sehat dan umur antara 8 bulan sampai 1,5 tahun menunjukkan bahwa bakalan tersebut masih mempunyai tahap untuk penggemukan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1992), bahwa kriteria pemilihan bakalan selalu berdasarkan penilaian visual, silsilah, penampilan, dan pengujian produksi. F. Kesehatan Manajemen pemeliharaan yang baik, khususnya program kesehatan ternak menjadi hal yang paling mendasar untuk meningkatkan produksi dan pertumbuhan ternak. Manajemen yang kurang tepat dapat menyebabkan masalah yang menghambat dalam pertumbuhan ternak bahkan ancaman pagi keberlangsungan peternakan tersebut. Hal ini sependapat dengan Akoso (2006), yang menyatakan bahwa tingkah laku sapi memberikan gambaran tentang status kesehatan sapi tersebut. Sapi yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi disekitarnya. Peternakan Rukun Tani menjaga kesehatan mulai dari pengendalian bakalan, kandang, pakan, minum, dan sanitasi dilingkungkan perkandangan. Bakalan sapi yang baru datang diberi antibiotik untuk mencegah penyebaran penyakit atau virus. Pemberian vaksin dilakukan setelah 2 hari pemberian antibiotik yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ternak agar tidak mudah terjangkit penyakit yang diakibatkan mikroorganisme. Peternakan Rukun Tani melakukan pemberian antibiotik dan vaksin empat bulan sekali. Pemberian antibiotik, vaksin, dan obat cacing, sanitasi perkandangan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh kotoran

10 26 ternak yang menumpuk. Sanitasi kandang di Kelompok Ternak Rukun Tani ini dilakukan sehari 1 kali pada jam WIB secara bersama-sama oleh anggota kelompok. Pembersihan dimulai dari memandikan sapi, pembersihan lantai kandang, tempat pakan, minum, pembuangan kotoran dalam tempat limbah, pembersihan lantai kandang, dan pembersihan alat-alat kandang. Hal ini sesuai dengan Sugeng (2001), bahwa salah satu cara untuk menjaga agar ternak terhindar dari penyakit dengan usaha menjaga kebersihan lingkungan kandang seperti lantai yang bersih. Sapi harus dimandikan satu kali perhari dengan tujuan agar parasit kulit tidak mudah menghinggapinya. Penyakit yang sering muncul di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani antara lain: 1. Diare Diare merupakan penyakit yang disebabkan adanya perubahan fisiologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Perubahan yang disebabkan oleh fisiologis meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan. Ciri-ciri sapi yang terserang penyakit diare yaitu feses lembek sampai mencair tanpa disertai perubahan, berlendir, dan disertai bercak darah. Menurut Blakely dan Bade (1993), sapi yang terserang penyakit diare akan mengeluarkan feses yang banyak dan encer, serta dapat mengakibatkan kematian bila tidak segera ditangani. Penyakit diare dapat dicegah dengan cara tidak melakukan perpindahan pakan yang dilakukan secara mendadak dan perlu disediakan kandang karantina untuk sapi bakalan yang baru datang agar beradaptasi lingkungan terlebih dahulu. 2. Cacingan Penyakit cacingan sering menyerang ternak sapi. Ciri-ciri ternak sapi yang terserang penyakit cacingan ini yaitu nafsu makan menurun, ternak terlihat pasif, bulunya kasar dan kusam, dan ternak terlihat kurus. Menurut Arifin dan Soedarmono (1982), penyakit cacingan pada ternak sapi cukup merugikan, karena penyakit cacingan berbeda dengan penyakit ternak yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Penyakit cacingan menimbulkan kerugian antara lain gangguan pertumbuhan, penurunan daya tahan tubuh

11 27 dan gangguan metabolisme. Penyakit cacingan dapat dicegah dengan cara kandang selalu kering, sisa pakan slalu dibersihkan dan diberi obat cacing secara berkala. Ternak sapi yang terjangkit penyakit cacingan dapat diberi obat Albenol dengan cara oral atau dimasukan lewat mulut sapi. Obat yang digunakan untuk pengobatan ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Obat Nama Gejala Nama Penyakit Obat Dosis Cara Perlakuan Diare Mencret Vetedryl 10 ml Injeksi Intramuscular Cacing Konsumsi meurun dan mencret Albenol ml Sumber: Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 G. Pengolahan Limbah Oral Limbah ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang dapat diolah menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh manusia dan bersifat ramah lingkungan. Kelompok Ternak Rukun Tani memperhatikan limbah hasil peternakan yang berasal dari kotoran hewan meliputi, feses, urin, dan sisa pakan diolah menjadi biogas. Biogas dapat digunakan untuk membantu keperluan rumah tangga yaitu memasak. Keunggulan biogas yaitu mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas serta tidak berbau kotoran ternak. Hal ini sependapat dengan Setiawan (2008), yang menyatakan bahwa biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi. Selain dijadikan biogas, limbah peternakan juga dapat diolah sebagai pupuk kompos untuk tanaman. Namun, pembuatan pupuk kompos dari limbah peternakan tidak dilakukan di Peternakan Rukun Tani ini dikarenakan minimnya tempat untuk pengolahannya.

12 28 H. Aspek Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi Potong 1. Investasi Biaya investasi penggemukan sapi potong di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Investasi Investasi Biaya (Rp) Pembuatan kandang dan bangunan Rp ,00 Tanah Rp ,00 Instalasi Listrik Rp ,00 Instalasi Air Rp ,00 Peralatan Kandang Rp ,00 Jumlah Rp ,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa total jumlah investasi adalah Rp ,00. Jumlah tersebut didapat dari pembuatan kandang dan bangunan sebesar Rp ,00. Biaya pembelian tanah sebesar Rp ,00. Pemasangan instalasi listrik dan instalasi air masing - masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan sebagainya (Subagyo, 2001). 2. Biaya Operasional Biaya operasional dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan, misalnya adalah gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi sapi potong

13 29 yang diusahakan. Semakin banyak sapi potong semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total (Rasyaf, 1995). Biaya tetap di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya tetap per tahun Uraian Biaya tetap (Rp) Tenaga kerja Rp ,00 Perawatan kandang Rp ,00 Pajak Rp ,00 Rekening listrik Rp ,00 Rekening air Rp ,00 Total Jumlah Rp ,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan Tabel 9 Kelompok Tani Ternak Rukun Tani mengeluarkan biaya tetap pertahun mencapai Rp ,00. Total tersebut meliputi pemberian upah tenaga kerja satu orang per periode penggemukan 4 bulan sebesar sebesar Rp ,00. Biaya perawatan kandang sebesar Rp ,00. Biaya pajak per tahunnya sebesar Rp ,00. Biaya listrik dan air masing masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00. Biaya tidak tetap di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya tidak tetap per tahun Uraian Biaya tidak tetap (Rp) Bibit/Bakalan Rp ,00 Pakan Rp ,00 Obat Rp 3.600,000,00 Biaya Transportasi Rp ,00 Sumbangan Rp ,00 Total Jumlah Rp ,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan Tabel 6 biaya tidak tetap pertahun mencapai Rp ,00. Total tersebut meliputi biaya pembelian bakalan sejumlah 90 ekor selama 1 tahun sebesar Rp ,00. Pembelian pakan konsentrat dengan harga Rp 4.750,00 per kg, ampas tahu dengan harga Rp 3.000,00 per kg, jerami padi dengan harga Rp 350,00 per kg, dan bekatul dengan harga Rp 2.250,00 per kg, dengan total biaya pakan per

14 30 tahunnya Rp ,00. Biaya obat-obatan meliputi pembelian obat dan vitamin sebesar Rp ,00. Biaya transportasi sebesar Rp ,00. Sumbangan sukarela peternakan sebesar Rp ,00 3. Penerimaan Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR TC dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan). TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biayabiaya. Pemisahan biaya dan penerimaan dilakukan terlebih dahulu sebelum menggunakan alat analisis (Hoddi, 2011). Penerimaan usaha penggemukan sapi potong di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Penerimaan per tahun Uraian Jumlah (Rp) Penjualan ternak Rp ,00 Nilai sisa Rp ,00 Total Jumlah Rp ,00 Sumber : Kelompok Tani Ternak Rukun Tani, 2016 Berdasarkan data Tabel 7 dapat diketahui bahwa penerimaan per tahun mencapai angka Rp ,00 dengan jumlah ternak sapi 90 ekor selama 3 kali periode per tahun dan setiap pemeliharaan selama 120 hari. I. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Potong 1. Pendapatan Pendapatan adalah penambahan aktiva yang dapat mengakibatkan bertambahnya modal dari perusahaan melalui penjualan (Kusnadi, 2000). Berikut adalah perhitungan pendapatan di Kelompok Tani Ternak Rukun Tani :

15 31 Harga sapi per ekor Rp ,00 Penjualan 90 ekor sapi per tahun = Rp ,00 x 90 Keuntungan = Rp ,00 = penerimaan - biaya produksi = Rp ,00- Rp ,00 = Rp ,00 Jadi keuntungan yang diperoleh Kelompok Tani Ternak Rukun Tani sebesar Rp ,00 selama satu tahun. 2. Benefit cost ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) memperhitungkan jumlah keuntungan moneter diwujudkan dengan melakukan proyek versus jumlah biaya untuk melaksanakan proyek. Semakin tinggi BCR yang lebih baik investasi. Aturan umum praktis adalah bahwa jika manfaat lebih tinggi dari biaya proyek ini adalah investasi yang baik. BCR yang diperoleh dengan perhitungan perhitungan sebagai berikut: BCR = total NPV positif total NPV negatif = Rp ,00 Rp ,00 = 1,8 Berdasarkan hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) diatas, dapat diketahui bahwa Kelompok Tani Ternak Rukun Tani yang bergerak dalam bidang peternakan diperoleh nilai BCR 1,8. Maka usaha tersebut layak untuk dijalankan dan menguntungkan perusahaan karena BCR >1. Hal ini sesuai dengan Kadariah (1999) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio > 1 : Efisien, B/C Ratio = 1 : Impas B/C Ratio < 1 : Tidak efisien. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek atau investasi dapat dilakukan apabila laju

16 32 pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). Berdasarkan analisa finansial Kelompok Tani Ternak Rukun Tani diperoleh hasil sebagai berikut: IRR =I I + NPV I x (I II -I I ) (NPV I +NPV II ) = 12% + Rp ,00 x (13-12)% (Rp ,00+ Rp ,00) = 12% + Rp ,00 x 8% Rp ,00 = 12% + (0,83 x 0,01) = 12% + 0,008 = 12% + 0,8% = 12,8% Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa Kelompok Tani Ternak Rukun Tani layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari bunga bank yang berlaku saat ini yaitu 12,8%. Hasil tersebut sesuai dengan peryataan Soetriono (2006) yang menyatakan bahwa, jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank. 4. Payback Period of Credit (PPC) Payback periode digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi (initial investment) yang dihitung dengan membagi investasi semua dengan cash in flow (Sugiono, 2009). Payback periode dapat dihitung dengan sebagai berikut: PPC = tahun negatif terakhir + nilai negatif terakhir nilai positif pertama = 3 + Rp ,00 Rp ,00 = 3 + 0,012 = 3,01

17 33 Berdasarkan perhitungan diatas Kelompok Ternak Rukun Tani dapat mengembalikan investasi selama 3,01 tahun. 5. Net Present Value (NPV) Net present value merupakan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang. Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut : jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung (Gittinger, 1986). Discount factor yang digunakan dalam metode ini adalah 12% sesuai dengan suku bunga bank yang berlaku, sehingga nilai NPV didapatkan dengan hasil Rp ,00 Angka NPV yang lebih dari 0 atau bersifat positif berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan. 6. Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) adalah titik dimana usaha dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi (Kuswandi, 1999). Berikut adalah perhitungan Break even point (BEP) : Biaya variable per unit = biaya variable Produk dalam 1 tahun = Rp ,00 90 = Rp ,00 BEP (penjualan) = biaya tetap 1 harga variable harga jual = Rp ,00 1 Rp ,00 Rp ,00 = Rp ,00 1 0,93 = Rp ,00 0,07 = Rp ,00

18 34 Berdasarkan perhitungan data diatas titik impas usaha Kelompok Tani Ternak Rukun Tani adalah sebesar Rp ,00 selama pemeliharaan.

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Peternakan Dewi merupakan peternakan rakyat yang bergerak di bidang peternakan sapi potong (penggemukan), berlokasi Di Desa Gupit

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan BAB IV. PEMBAHASAN A. Profil Peternakan 1. Sejarah Perusahaan Kelompok Ternak Rumaket merupakan usaha yang bergerak dibidang penggemukan sapi potong. Kelompok Ternak Rumaket didirikan pada bulan Sepetember

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Perusahaan 1. Sejarah CV Sabdo Palon. Perusahaan peternakan sapi potong CV. Sabdo Palon Farm berdiri pada tahun 2008 yang berawal dari keinginan mengolah kotoran

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi Madura Jantan yang Mendapat Kuantitas Pakan Berbeda dilaksanakan pada bulan Juni September 2015. Lokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Usaha Sapi Potong di Indonesia Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura memiliki ciri-ciri antara lain berwana kecoklatan hingga merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut Sugeng(2005) sapi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi pakan dengan level (kuantitas) yang berbeda dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2013 selama 3

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa-bangsa Sapi Jenis sapi secara umum ada tiga ras yaitu Bos Taurus (berasal dari Inggris dan Eropa Daratan), Bos Indicus (berasal dari benua Asia dan Afrika) serta Bos sondaicus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING Sains Peternakan Vol. 14 (1), Maret 2016: 13-20 ISSN 1693-8828 ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Semin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang komposisi kimiawi tubuh sapi Madura jantan yang diberi level pemberian pakan berbeda dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Peternakan Gito Paraman Farm Peternakan Gito Paraman Farm merupakan salah satu peternakan sapi potong yang mengembangkan budidaya ternak sapi dengan sistem penggemukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang 57 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Lokasi dan Organisasi Perusahaan Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak 10 BAB III MATERI DAN METODE Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa. 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa. 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa PT. Widodo Makmur Perkasa (WMP) didirikan oleh Bapak Ir. Tumiyono, MBA pada tahun 1996 dengan nama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus (zebu : berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sondaikus (Sugeng, 2001). Dijelaskan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tatap muka ke 13 14 Pokok Bahasan : ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membuat analisis usaha penggemukan sapi potong. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI M. Christiyanto dan Surahmanto Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Email korespondensi: marrychristiyanto@gmail.com

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DA METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba dan Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci