HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
|
|
- Ratna Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak. Terdapat banyak jenis kandang, baik berdasarkan tipe maupun bahan yang digunakan untuk membuat kandang tersebut, sedangkan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Secara tidak langsung, kandang juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Lantai adalah pembatas bangunan bagian bawah kandang ternak. Lantai kandang sangat penting karena menjadi tempat berpijak dan berbaring ternak sehingga dapat berdiri kokoh dan tegak, berbaring dan istirahat dengan nyaman yang kemudian akan berpengaruh terhadap performa produksi. Lantai kandang yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari bambu, kawat dan lantai tertutup beralaskan sekam. Pembuatan kandang dan lantai sangat memiliki pengaruh terhadap suhu dan kelembaban sehingga layak untuk digunakan oleh ternak. Suhu dalam kandang selama penelitian berlangsung berkisar antara 22-32,8 C dengan suhu pagi C (06.00 WIB), siang 30-32,5 C (12.00 WIB) dan sore 24-32,8 C (16.00 WIB). Kelembaban kandang juga cukup tinggi pada pagi hari 90%- 99%, siang hari 82%-90% dan sore hari 50%-80%. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lukefahr dan Cheeke (1990) bahwa pertumbuhan kelinci dapat mencapai optimal pada kondisi lingkungan dengan suhu 18 C dan tingkat kelembaban 70%. Suhu kandang yang tinggi ini disebabkan oleh konstruksi kandang yaitu bagian atap kandang yang terbuat dari asbes sehingga sangat mudah menyerap panas pada waktu siang hari dan menyebarkan panas tersebut keseluruh ruangan kandang. Konsumsi Pakan Pakan kelinci yang diberikan selama pemeliharaan adalah pellet. Pellet sebagai bentuk massa dari bahan pakan atau ransum yang dibentuk dengan cara menekan dan memadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis. Konsumsi pakan kelinci diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang diberikan pada kelinci dan zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak. Kebutuhan zat-zat makanan bagi ternak 16
2 yang sedang tumbuh akan bertambah sejalan dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas umur dimana tidak terjadi lagi pertumbuhan. Rataan konsumsi pakan kelinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi Pakan (Pelet) Kelinci Selama Pemeliharaan Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) P1 (Bambu) 66,60 ± 5,95 P2 (Sekam) 68,29 ± 6,25 P3 (Kawat) 69,56 ± 5,64 Rataan 68,15 ± 5,65 Rataan konsumsi pakan (pellet) kelinci setiap hari pada masing-masing perlakuan P1, P2 dan P3 adalah 66,60; 68,29 dan 69,56 gram/ekor/hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi pakan (pelet) yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan pemberian pakan diberikan sesuai dengan kebutuhan kelinci dan tidak ad libitum. Penggunaan jenis lantai kandang tidak menurunkan konsumsi pakan sehingga penggunaan jenis lantai kandang bambu, sekam dan kawat ini dapat digunakan untuk pemeliharaan kelinci lokal. Konsumsi Zat Makanan Konsumsi zat makanan merupakan bahan-bahan penting berupa nutrisi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Rataan konsumsi zat makanan kelinci berdasarkan BK=100% dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi Zat Makanan Kelinci Berdasarkan BK=100% Peubah P1 (Bambu) P2 (Sekam) P3 (Kawat) Rataan (g/ekor/hari) Bahan Kering 58,04 ± 5,22 59,50 ± 5,39 60,58 ± 4,92 59,37 ± 4,92 Protein Kasar 11,08 ± 0,97 11,31 ± 1,04 11,53 ± 0,94 11,31 ± 0,22 Serat Kasar 17,52 ± 1,56 17,97 ± 1,64 18,30 ± 1,49 17,93 ± 0,39 17
3 Konsumsi zat makanan sehari-hari dapat dilihat dengan mengamati konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar dan konsumsi serat kasar. Konsumsi zat makanan selaras dengan konsumsi pakan dan tidak dipengaruhi penggunaan jenis lantai kandang sehingga lantai kandang bambu, sekam dan kawat layak untuk digunakan dalam pemeliharaan kelinci lokal. Konsumsi Bahan Kering Konsumsi bahan kering kelinci pada penelitian berkisar 6% dari bobot badan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dengan lantai kandang P1, P2 dan P3 tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering (P>0,05) (Tabel 5). Penelitian Muhidin (2004) menunjukkan konsumsi bahan kering yang diberikan sebanyak 151,27 g/ekor/hari dan lebih tinggi dari penelitian ini. Hal ini disebabkan pakan diberikan secara ad libitum dan menghasilkan pertambahan bobot badan sebanyak 18,22 g/ekor/hari, sedangkan penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan bahan kering berdasarkan NRC (1977) dan Ensminger (1991) yaitu kebutuhan bahan kering kelinci muda berkisar 5,4%-6,2%. Kebutuhan ini juga sudah sesuai menurut Templeton (1968), yang menyatakan kelinci membutuhkan bahan kering 5,8%-6,7% dari bobot hidup setiap harinya. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan jenis lantai kandang bambu, sekam dan kawat dapat digunakan untuk pemeliharaan kelinci lokal karena tidak menurunkan konsumsi bahan kering. Iklim dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan dan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan rendahnya konsumsi pakan dan rendahnya pertambahan bobot badan (Anggorodi, 1990). Suhu kandang pada saat kelinci dipelihara selama penelitian berlangsung berkisar antara 22-32,8 C. Pagi C, siang 30-32,5 C dan sore 24-32,8 C. Suhu ini tidak sesuai dengan suhu lingkungan optimal pada kelinci yaitu 21 C sehingga menyebabkan kelinci menjadi stres dan dapat menyebabkan kematian. Konsumsi Protein Kasar Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi protein (P>0,05) (Tabel 5). Rataan konsumsi protein kasar harian untuk masing-masing perlakuan P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 11,08; 11,31 dan 11,53 g/ekor/hari. Persentase protein kasar yang dikonsumsi adalah 16,58%. Rataan konsumsi protein kasar tidak berbeda jauh 18
4 jika dibandingkan dengan penelitian Iman (2005) yaitu 16,27% dengan pemberian rumput 60% dan konsentrat 40%. Konsumsi protein sudah sesuai kebutuhan untuk kelinci yang sedang tumbuh yaitu sebesar 16% (Benerjee, 1982). Hal ini juga sesuai dengan kebutuhan protein kasar menurut Church (1991) yaitu berkisar 10%-20%. Penggunaan jenis lantai kandang yang berbeda seperti bambu, sekam dan kawat dapat digunakan untuk pemeliharaan karena tidak menurunkan konsumsi protein pada kelinci lokal. Namun, bahan baku dalam pembuatan lantai kandang harus disesuaikan dengan sumber daya yang ada di daerah tersebut sehingga lebih meminimalkan biaya pembuatan. Konsumsi Serat Kasar Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap konsumsi serat kasar (P>0,05). Rataan konsumsi serat kasar dapat dilihat pada Tabel 5 yaitu untuk masing-masing perlakuan P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 17,52; 167,97 dan 18,30 g/ekor/hari. Persentase serat kasar yang dikonsumsi adalah 26,31%. Konsumsi rataan serat kasar tidak sesuai dengan kebutuhan untuk kelinci yang sedang tumbuh menurut NRC (1977) yaitu berkisar 10-12%. Hal ini dapat disebabkan karena komposisi bahan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan serat kasar untuk kelinci yang sedang tumbuh. Kebutuhan serat kasar ini juga tidak sesuai menurut Lebas et al. (1968) yang menyatakan kebutuhan serat kasar berkisar 10%-20 %. Akan tetapi, perlakuan jenis kandang yang berbeda tidak menurunkan konsumsi serat kasar dalam pemeliharaan kelinci lokal sehingga penggunaan lantai kandang dari bambu, sekam dan kawat masih dapat digunakan. Performa Produksi Penampilan ternak bisa diamati dengan melihat produksi ternak yaitu dengan melihat pertambahan bobot badannya. Nilai pertambahan bobot badan yang tinggi menunjukkan bahwa ternak dapat berproduksi dengan baik. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), selama proses pertumbuhan, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, pemberian pakan, suhu, kemampuan beradaptasi dan lingkungan. Performa produksi yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan bobot badan (1520 g/ekor) untuk mencapai kelinci fryer 19
5 tidak sesuai menurut Ozimba dan Lukefahr (1991) yang menyatakan bahwa untuk mencapai kelinci fryer bobot badan sebesar 2047 g/ekor. Hasil statistik menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 tidak berpengaruh nyata terhadap performa produksi. Bobot awal, bobot akhir, konversi pakan dan mortalitas terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Performa Produksi Kelinci Parameter Produksi Performa Produksi pada Lantai Kandang Bambu Sekam Kawat Rataan Bobot Awal (g/ekor) 856±103,34 818±60,99 98±53,10 824,00±29,46 Bobot Akhir (g/ekor) 1502,5±117, ±215, ±93, ,50±96,76 PBBH (g/ekor/hari) 10,54±2,13 11±3,03 13,04±3,81 11,53±1,33 Konversi Pakan 5,64±0,87 5,69±1,27 5,04±1,71 5,46±0,36 Mortalitas (%) ,33 Aspek genetik juga berpengaruh terhadap bobot kelinci. Jenis kelinci yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci lokal. Kelinci lokal Indonesia bertubuh kecil, bobot dewasa hanya mencapai 1,8-2,3 kg (Herman, 2000). Penggunaan jenis lantai kandang pada bambu, sekam dan kawat tidak berpengaruh terhadap performa produksi. Oleh karena itu, penggunaan jenis lantai kandang yang berbeda dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pada pemeliharaan kelinci lokal. Penggunaan dengan lantai bambu sudah umum dilakukan untuk pemeliharaan ternak kelinci karena batangnya kuat, mudah dibelah, mudah dibentuk dan ringan. Bambu untuk wilayah Bogor mudah dijangkau dan harga relatif murah sehingga banyak dimanfaatkan peternak kelinci di Bogor. Lantai dengan bambu juga mudah dibersihkan dari kotoran sehingga lebih higienis dan ternak menjadi lebih nyaman untuk tinggal. Penggunaan dengan lantai tertutup beralaskan sekam masih jarang dilakukan untuk pemeliharaan kelinci lokal, tapi hal ini tidak berpengaruh terhadap performa produksi kelinci. Hal ini disebabkan sekam diganti sekali dalam dua hari sehingga kotoran tidak berada lama di kandang dan kelinci tetap merasa nyaman tinggal di kandang. 20
6 Penggunaan lantai dengan kawat masih jarang dilakukan untuk pemeliharaan kelinci lokal, tapi hal ini tidak berpengaruh terhadap performa produksi kelinci. Hal ini disebabkan kotoran dan urin langsung terbuang dan tidak tinggal di kandang sehingga ternak tetap merasa nyaman untuk tinggal di kandang. Pertambahan Bobot Badan Harian Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan rataan pertambahan bobot badan harian sebesar 11,53±1,33g/ekor/hari. Hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Kurniawati (2001) bahwa pertambahan bobot badan sekitar 12,780±2,741 dengan protein kasar 14%. Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi dengan tingginya level protein yang dikemukakan oleh Soeharsono (1979) bahwa semakin tinggi level protein yang terkandung dalam pakan maka akan meningkatkan pertambahan bobot badan kelinci. Penelitian Trocino et al. (2008) bahwa kelinci Grimaud umur 36 hari menghasilkan rata-rata pertambahan bobot badan harian sekitar 7,7 g/ekor/hari pada lantai kawat dan rataan konsumsi pakan (pellet) sebanyak 26,8 g/ekor/hari yang dipelihara selama 42 hari. Hasil statistik menunjukkan bahwa perlakuan lantai kandang P1, P2 dan P3 tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan (P>0,05). Penggunaan dengan jenis lantai kandang berbeda ini dapat digunakan oleh peternak kelinci lokal karena tidak berpengaruh negatif terhadap pertambahan bobot badan harian. Perlakuan ini dapat diterapkan dan dapat meminimalkan biaya kandang yang disesuaikan dengan bahan baku yang terdapat di daerah masing-masing. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi berdasarkan bahan kering setiap hari dibagi dengan pertambahan bobot badan hariannya. Hasil analisis statistik pada Tabel 6. menunjukkan perlakuan dengan lantai kandang yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap konversi pakan. Hal ini berarti ternak yang dikandangkan dengan lantai kandang yang berbeda P1 (bambu), P2 (sekam) dan P3 (kawat) memiliki konversi pakan yang sama. Rataan konversi pakan untuk ketiga perlakuan adalah 5,46. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap penambahan bobot badan sebesar satu satuan maka dibutuhkan pakan berdasarkan bahan kering sebanyak 5,46 satuan. Penggunaan jenis lantai kandang dari kawat menurut Trocino 21
7 et al. (2008) pada kelinci Grimaud memiliki konversi pakan 3,49 dan lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan. Hal ini tidak sesuai menurut Church (1991) dan Lebas et al. (1986) yang menyatakan bahwa rata-rata konversi pakan untuk produksi daging kelinci adalah 3 : 1 (3 kg pakan untuk 1 kg bobot hidup). Ketiga jenis lantai kandang yang digunakan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemeliharaan kelinci lokal karena tidak berpengaruh negatif terhadap pertambahan bobot badan. Namun, untuk meminimalkan biaya penggunaan lantai kandang yang berbeda seperti bambu, kawat dan sekam dapat disesuaikan dengan sumber daya yang ada pada daerah tersebut. Produksi Feses Feses merupakan produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Kelinci memiliki kebiasaan memakan kotorannya sendiri yang disebut dengan istilah coprophagy. Kelinci memiliki dua jenis feses yang keluar dari anusnya yang pertama feses kering keras dikeluarkan pada siang hari dan yang kedua feses yang lembek dan berlendir dikeluarkan pada malam dan pagi hari. Feses yang lembek berlendir inilah yang dimakan kembali oleh kelinci langsung dari duburnya. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan protein, serat kasar tumbuhan, vitamin yang terkandung dalam feses karena di dalam feses yang lembek dan berlendir tersebut mengandung banyak vitamin dan nutrisi seperti riboflavin, sianokobalamin (vitamin B12), asam pantotenat dan niasin. Dengan memakan kembali fesesnya tersebut kelinci tidak akan kekurangan nutrisi dan vitamin karena isi saluran pencernaan berdaur kembali. Rataan produksi feses selama penelitian terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Produksi Feses Perlakuan Produksi Feses (g/ekor/hari) P1 (Bambu) 30,20±3,89 P2 (Sekam) 26,18±3,33 P3 (Kawat) 36,04±1,86 Rataan 30,81±5,00 22
8 Pada penelitian ini, hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan lantai kandang yang dikeluarkan oleh kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap produksi feses (P>0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan yaitu serat kasarnya yang tinggi 22,91% sehingga pellet yang dikonsumsi tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan PBBH tetapi banyak yang terbuang melalui feses. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Benerjee (1982) bahwa kebutuhan serat kasar untuk pertumbuhan sekitar 10% 12 %. Mortalitas Mortalitas atau kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan setiap minggu dan sekaligus sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam suatu peternakan. Kelinci yang mati selama penelitian berjumlah dua ekor yang terdapat pada perlakuan P1 dan P3 dengan rataan persentase kematian sebesar 13,33%. Kematian kelinci pada bambu dan kawat disebabkan oleh kurangnya penanganan pada saat kelinci diare yaitu pembersihan lantai kandang yang kurang maksimal sehingga menyebabkan kotoran masih tersisa dan menyebabkan diare terus menerus dan menyebabkan kematian. Akan tetapi, pada lantai tertutup beralaskan sekam tidak ada kematian. Hal ini disebabkan oleh kotoran dan urin yang menempel pada sekam dibuang sehingga tidak ada kotoran yang tinggal di kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan North dan Bell (1990), tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor diantaranya, bobot badan, bangsa, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan, kandang serta penyakit. Income Over Feed Cost (IOFC) Keuntungan Analisis Ekonomi Tujuan akhir dari pemeliharaan ternak adalah untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. IOFC adalah salah satu cara dalam menentukan indikator keuntungan. IOFC biasa digunakan untuk mengukur performa pada program pemberian pakan. Analisis pendapatan dengan cara ini didasarkan pada harga beli bakalan, harga jual kelinci dan biaya pakan selama pemeliharaan. Adkinson et al. (1993) menghitung IOFC dari selisih antara penjualan kelinci dengan pembelian kelinci umur 4 bulan 23
9 yang dihasilkan dengan biaya pakan. Menurut Kasim (2002), IOFC dapat dihitung melalui pendekatan penerimaan dari nilai pertambahan bobot badan ternak dengan biaya pakan yang dikeluarkan selama penelitian. Faktor yang berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC adalah pertambahan bobot badan selama penggemukan, konsumsi pakan dan harga pakan. Pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik akan diikuti dengan konversi pakan yang baik pula serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimum (Wahju, 1997). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan lantai kandang bambu, sekam dan kawat tidak berpengaruh terhadap IOFC (P>0,05) dengan rataan nilai Rp. 5342,- Tabel 8. Income Over Feed Cost (IOFC) Perlakuan IOFC (Rp.) P1 (Bambu) 6104±1417,59 P2 (Sekam) 5210±955,04 P3 (Kawat) 4712±339,16 Rataan 5342±705 Perlakuan dengan jenis lantai kandang yang berbeda tidak berpengaruh terhadap IOFC sehingga penggunaan jenis lantai yang berbeda dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemeliharaan kelinci lokal yang dapat disesuaikan dengan bahan baku penghasil yang terdapat pada suatu daerah sehingga meminimalkan biaya kandang. 24
HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciPERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL YANG DIPELIHARA PADA JENIS LANTAI KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI VANIA MARCHIA SABBATINA LUMBAN GAOL
PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL YANG DIPELIHARA PADA JENIS LANTAI KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI VANIA MARCHIA SABBATINA LUMBAN GAOL DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan
Lebih terperinciMETODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,
Lebih terperinciGambar 2. Domba didalam Kandang Individu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Tinggi dan rendahnya konsumsi ransum dapat diperoleh dari selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan (g/ekor/hari). Konsumsi ransum dihitung setiap
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciLampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan
LAMPIRAN 38 Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan R1 R2 R3 Ulangan Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total ---------------------------------------------g/ekor/hari---------------------------------------------
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum
HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE PENELITIAN
14 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September sampai 20 Oktober 2015 di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi
22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi Madura Jantan yang Mendapat Kuantitas Pakan Berbeda dilaksanakan pada bulan Juni September 2015. Lokasi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Itik merupakan sumber daya genetik yang tinggi keanekaragamannya, baik dalam hal jenis maupun potensi produksinya. Ternak itik juga mempunyai potensi untuk dikembangkan
Lebih terperinciPEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI
Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Metode
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di
11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di kandang kambing Kelompok Tani Ternak Tunas Melati, di desa Cepoko Kuning, Batang, Jawa Tengah serta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak
8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012
20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciMATERI. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman
Lebih terperinciPENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan sebagai hewan percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan penghasil daging. Selain itu kelinci
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciGambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciKOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING
Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE
19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi pemberian pakan dan periode pemberian pakan terhadap performa ayam buras super dilaksanakan pada September 2016 sampai dengan November
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan
Lebih terperinciPERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL JANTAN PADA PEMBERIAN RUMPUT LAPANG DAN BERBAGAI LEVEL AMPAS TAHU
PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL JANTAN PADA PEMBERIAN RUMPUT LAPANG DAN BERBAGAI LEVEL AMPAS TAHU HAFIDZ RASYID D14050633 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,
21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014, di closed house PT. Rama Jaya Farm Lampung, Dusun Sidorejo,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan
21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum broiler pada penelitian
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Lebih terperinciGambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan
20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 1--23 April 2014, di peternakan Varia Agung Jaya Farm, Desa Varia, Kecamatan Seputih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada
Lebih terperinciBUDIDAYA KELINCI MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN ABSTRAK
Panduan Wirausaha Budidaya Kelinci BUDIDAYA KELINCI MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN C.M. Sri Lestari, E. Purbowati dan T. Santoso Fakultas
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga
20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga Januari 2015 di kandang peternakan Koperasi Gunung Madu Plantation,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur
14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN PERALATAN 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan ayam Sentul jantan generasi ke dua umur satu hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinci