HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa. 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa. 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa"

Transkripsi

1 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil PT. Pandanaran Arta Perkasa 1. Sejarah PT. Pandanaran Arta Perkasa PT. Widodo Makmur Perkasa (WMP) didirikan oleh Bapak Ir. Tumiyono, MBA pada tahun 1996 dengan nama awal perusahaan ini berdiri yaitu Koperasi Majelis Taklim Widodo Makmur yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah. Seiring meningkatnya permintaan sapi potong di daerah Jabodetabek maka Koperasi Majelis Taklim Widodo Makmur melakukan perluasan usaha dengan mendirikan kandang di daerah Bogor dan berganti nama menjadi PT. Widodo Makmur Perkasa kemudian melakukan diversifikasi terhadap PT. Pandanaran Arta Perkasa yang bergerak di bidang sektor peternakan sapi potong, dengan kapasitas kandang 2.000ekor, sesuai dengan izin Menteri Pertanian No.26/Permetan/OT.140/2/2007. Koperasi ini memiliki beberapa usaha diantaranya penggemukan sapi potong, kambing dan peternakan unggas.berjalannya waktu Koperasi Majelis Taklim Widodo Makmur lebih berkonsentrasi pada penggemukan sapi potong karena lebih mudah dan lebih menguntungkan. Koperasi ini memulai usaha penggemukan sapi potong hanya 200 ekor sapi dengan jenis sapi lokal. Sapi bakalan diperoleh dari Tulungagung, Blitar, Gunung Kidul dan Yogyakarta dengan daerah pemasaran meliputi daerah di sekitar koperasi di daerah Solo, Yogyakarta dan Jakarta. Koperasi ini mulai memperluas kegiatan produksinya pada bulan Oktober 2000 di daerah Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Koperasi ini memindahkan lokasi usaha dikarenakan ada protes dari warga sekitar yang merasa terganggu dengan adanya peternakan di sekitar lingkungan mereka. Bulan April 2001 Koperasi ini memperluas usaha peternakannya di Kampung Nyalindung, DesaMampir, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Koperasi ini mengalami kesulitan dalam 16

2 17 memperoleh bakalan sapi lokal, koperasi memutuskan untuk menggunakan sapi import Australia sebagai sapi bakalan. Pengadaan sapi import berkerjasama dengan PT. Santori dan PT. Divindo. Koperasi tersebut mulai mandiri untuk mengimpor sendiri karena permintaan yang tinggi. Koperasi ini pada tahun 2002 sesuai dengan ijin Dinas Pertanian No.503/543Binus/2005 menggantinama menjadi PT. Widodo Makmur Perkasa dengan kapasitas ternak ekor dengan luas lahan seluruhnya m 2. Hal tersebut sesuai dengan meningkatnya pangsa pasar untuk daerah Jabodetabek dan Jawa Barat. PT. Widodo Makmur Perkasa mempunyai visi yaitu Besar dan Sukses Kita Gapai bersama. Misi perusahaan ini yaitu membangun perusahaan peternakan dan pakan ternak yang berdaya saing tinggi dan memperoleh keuntungan serta mensejahterakan masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja. Salah satu usaha yang dijalankan untuk dapat mencapai visi yang dikehendaki yaitu dengan pengembangan usaha penggemukan sapi potong dengan meningkatkan produktivitas ternak dan produksi pakan yang berkualitas sehingga mampu bersaing di pasar terbuka guna pemenuhan daging sapi yang berkulitas sehingga mampu menyediakan makanan bergizi bagi bangsa Indonesia. 2. Kondisi Geografis PT. Pandanaran Arta Perkasa terletak di di Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.Peternakan sapi potong ini memiliki luas areal m 2 dilengkapi dengan kandang sapi, gudang pakan, bangunan, serta bersebelahan dengan rumah potong hewan. Suhu berkisar antara C. Peternakan ini cukup dekat dari pemukiman penduduk namun agak jauh dengan jalan utama, tetapi akses jalan menuju peternakan cukup mudah dan jalannya sudah bagus.

3 18 3. Kondisi Umum Perusahaan a. Keadaan umum 1) Populasi ternak : 1000 ekor 2) Harga : Daging Rp ,00 /kg b. Kondisi produksi : Ternak sapi dijual sebanyak 2-3 ekor/ hari c. Wilayah pemasaran : Solo dan sekitarnya d. Proses produksi yang dijalankan 1) Aspek produksi : Penjualan dilakukan setiap hari sesuai dengan permintaan dari jagal. 2) Pakan : Pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari, konsentrat diformulasi sendiri dan hijauan serta jerami dari pemasok. 3) Penanganan kesehatan : Ditangani oleh supervisor 4) Prosesing hasil ternak : Penjualan daging dilakukan bila ada pemesanan atau penyembelihan untuk pembeli e. Sumberdaya yang dimiliki : Sumberdaya ternak, alat, gudang, kandang dan SDM/tenaga kerja f. Penanggulangan limbah : Dibuat jadi bahan baku pengolahan pupuk kompos g. Peran perusahaan dalam memberdayakan masyarakat sekitarnya: Merekrut warga sekitar untuk bekerja di perusahaan h. SWOT analysis : 1) Kekuatan: Manajemen pemeliharaan yang baik akan memproduksi daging yang menghasilkan produksi dengan kualitas tinggi. Kekuatan yang mendukung perusahaan ini adalah keuletan dalam usaha dan mempertahankan kelangsungan dari perusahaan itu sendiri. Dukungan personal perusahaan yang kuat mampu mengatasi masalah tersebut dengan lancar yaitu dengan menjual produk

4 19 langsung ke konsumen atau jagal dan perusahaanlah yang menentukan harga langsung. Bahan pakan yang dibuat sendiri oleh pabrik pakan sehingga kandungan nutrisi sapi dapat terpenuhi dan dapat dikembangkan oleh peternakan. 2) Kelemahan: Kelemahan yang dihadapi adalah biaya pakan yang besar sebab pakan menyebabkan pengeluaran yangbesar apalagi pada saat musim kemarau, tetapi pengeluaran yang besar tersebut bisa diimbangi dengan penjualan daging sapi berkualitas nomor satu.selain itu karenapemasaran yangbelum maksimal karena kurangnyatenaga kerja. 3) Peluang: Semakin banyaknya permintaan daging sapi yang segar dikota Solo dan sekitarnya sehingga memungkinkan untuk meningkatkan produksi daging. Lokasi perusahaan dekat dengan pusat kota dan pasar sehingga akses lebih mudah. 4) Hambatan: Belum ada pengelolaan limbah ternak secara maksimal, sehingga tidak ada pendapatan tambahan tetap dari pengolahan limbah ternak tersebut. i. Peran Pengembangan Perusahaan Struktur organisasi secara garis besar pada posisi teratas diduduki oleh owner yang diikuti oleh Direktur utama. Direktur utama tersebut membawahi Direktur Keuangan, Direktur Marketing, Direktur Teknologi dan Pembangunan serta Direktur Produksi. Struktur organisasi PT. Widodo Makmur Perkasa meliputi Presiden Direktur yang berada di posisi teratas yang bertanggung jawab kepada pemilik perusahaan. Direktur Produksi membawahi General Manager Farm dan VP Feedmill. GM farm yang mengelola bagian Breeding dan Fettening, Manager Penjualan, Manager Maintenance dan Limbah, administrasi Feedlot, keuangan dan kordinator security. Pemegang

5 20 kekuasaan tertinggi di PT. Widodo Makmur Perkasa adalah komisaris. Pelaksana kegiatan operasional dipimpin oleh Direktur Utama. Pelaksanaan operasional dilapang dipimpin oleh seorang Manager Farm yang dibantu oleh Supervisor. Perusahaan ini memiliki SOP yang baik sehingga usahanya dapat berkembang hingga saat ini. SOP perusahaan harus ditepati dan dilaksanakan seluruh pegawai. Langkah kedepannya, usaha sapi potong saat ini telah/mulai dikembangkan. Selain dari segi akan kebutuhan dagingyang semakin meningkat dan harga daging yang cukup stabil serta cenderung naik, maka perusahaan ini mempunyai peluang untuk masa depannya. Keuntungan lain adalah perusahaan ini adalah salah satu perusahaan sapi potong yang besar diantara perusahaan sapi potong lain, maka peluang untuk membuka usaha tersebut semakin besar, karena pesaingnya sedikit dan lokasinya yang mudah dijangkau yaitu di sekitar kota Solo. Sumber daya manusia yang bertempat tinggal disekitar lokasi usaha peternakan sebagai sumber kekuatan, perusahaan ini terus memperbaiki kualitas untuk dapat mengembangkan usaha agribisnis sehingga dapat memberi keuntungan secara bisnis dan peningkatan kualitas kehidupan bagi seluruh komponen yang menjadi keluarga besar PT. Pandanaran Arta Perkasa. Perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan mempunyai beberapa hal yang dapat menjadi kelemahan bagi kelangsungan perusahaannya. Kelemahan tersebut antara lain adalah adanya kondisi perekonomian yang tidak stabil, yaitu harga pakan yang terus naik dan harga daging yang tidak stabil bahkan terkadang turun, hal itu dapat menyebabkan adanya kerugian pada perusahaan. Kuota impor yang setiap tahunnya berbeda-beda. Kelemahan lain adalah produk daging yang berasal dari wilayah ataupun daerah lain yang dijual ke Solo dapat menjadi pesaing dalam proses penjualan daging.

6 21 B. Sapi Potong Bangsa sapi potong yang dipelihara PT. Pandanaran Arta Perkasa adalah sapi Brahman Cross (BX), sapi Santa Gestrudis, sapi Abeerder Angus, sapi Drugmaster, sapi Sumba Ongole (SO). Semua jenis ras mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal ini dapat dilihat dari sisi kekuatan finansial perusahaan, peruntukannya, waktu yang tepat untuk penjualannya. Alasan pemilihan sapi impor karena sapi tersebut merupakan jenis sapi potong yang memiliki kualitas daging baik dan pada umumnya pertumbuhan lebih cepat serta mempunyai pertambahan bobot badan yang tinggi. Pengelolaan yang dilakukan peternakan ini yaitu membeli sapi kurus untuk digemukkan dan dijual. Sapi yang sudah mencapai bobot yang ditentukan dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan akan segera dijual atau dikirim ke rumah potong hewan dan dilakukan penyembelihan. Menurut Santosa (1995), bahwa sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan. Contoh sapi potong yang ada di negara Indonesia dengan pertumbuhan cepat yaitu sapi Peranakan Ongole, sapi Simmental, Sapi Limousin, sapi Bali, dan sapi Madura. Abidin (2006) juga mengemukakan bahwa sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong. C. Pemilihan Bakalan Sapi Potong Kemampuan peternak memilih dan menyediakanbakalan secara berkelanjutan sangat menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan

7 22 yang diharapkan. Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan bobot sapi yang dipelihara. Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Usaha penggemukan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama 3 bulan. Usaha penggemukan sapi potong membutuhkan modal utama, yaitu tersedianya bakalan yang memenuhi syarat secara berkelanjutan. Sapi potong yang berada di PT. Pandanaran Arta Perkasa berasal dari PT. Pasir Tengah, yang diimpor dari luar negeri. Pembelian bakalan sapi potong memilih sapi yang kurus untuk dikelola dan digemukkan. Berbagai macam jenis sapi potong yang dikelola jumlahnya cukup banyak, diantaranya adalah sapi Brahman Cross (BX), Sapi Santa Gestrudis, Sapi Aberdeer Angus, Sapi Drugmaster, Sapi Sumba Ongole (SO). Pemerintah juga dikabarkan akan menambahkan kuota impor sapi potong untuk dikelola di peternakan tersebut, maka dari itu perusahaan peternakan ini menyediakan beberapa ruas kandang untuk ditempati sapi-sapi yang baru atau untuk berjaga-jaga apabila ada penambahan kuota sapi agar tidak terjadi stress akibat berdesak-desakan. Menurut Zainal (2010), bahwa pemilihan bakalan sapi yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolok ukur penampilan produksi sapi potong adalah penambahan berat badan harian (PBBH) dari bakalan genetik yang bermutu, perusahaan tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi dapat optimal.usaha penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan 2-3 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertumbuhan berat badan harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih produktif. Sugeng (1998) juga mengemukakan tentang pemilihan sapi sebagai calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan sering dirasa sulit, sebab pada saat peternak itu melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta kriteria dasar. Kriteria dasar

8 23 tersebut meliputi bangsa dan sifat genetis, bentuk luar, serta kesehatan. Setiap peternak yang akan membesarkan, menggemukkan, atau memelihara bibit pengganti harus memilih bangsa sapi yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan, baik jenis impor maupun jenis lokal. D. Manajemen Pakan Ternak Usaha penggemukan sapi potong yang dikandangkan sepanjang waktu membutuhkan pengolahan yang baik. Salah satunya dengan penyediaan pakan yang secara kuantitas cukup dan kualitas baik. PT. Pandanaran Arta Perkasa menggunakan sistem fattening yaitu penggemukan sapi dengan memprioritaskan pemberian pakan berupa konsentrat. Pakan yang diberikan di peternakan ini yaitu hijauan yang berupa rumput gajah dan konsentrat buatan sendiri. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari. Rumput gajah untuk pakan ternak tersebut berasal dari pengepul yang biasa mengirim rumput ke peternakan. Pertambahan bobot badan sapi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain genetik sapi, kemampuan mencerna makanan, pakan dan lingkungan yang mendukung, selain itu faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan sapi yaitu umur dan bangsa sapi, jenis kelamin, kebutuhan pakan, pengaruh lingkungan serta gangguan (Sugeng, 1998). Penambahan bobot badan perharinya di PT. Pandanaran Arta Perkasa yaitu sekitar 1,5 kg per ekor. Sapi harus diberi pakan yang mencukupi kualitasnya agar pertambahan bobot badan sesuai dengan harapan. Konsentrat yang diberikan pada sapi dipeternakan tersebut adalah hasil buatan sendiri. Penambahan probiotik pada konsentrat berfungsi sebagai peningkat nafsu makan sapi agar pakan yang dikonsumsi banyak, disamping itu probiotik berfungsi agar feses yang dikeluarkan oleh sapi tidak bau.

9 24 1. Jadwal Pemberian Pakan Waktu pemberian pakan di PT. Pandanaran Arta Perkasa dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Jadwal pemberian pakan sapi potong Waktu Jenis Pakan Sapi dan Konsentrat GRX dan Hijauan dan jerami Sumber : PT. Pandanaran Arta Perkasa, 2016 Pakan konsentrat grower (GRX) digunakan selama masa pemeliharaan mulai dari hari ke 1 sampai sapi dijual. Tujuan pemberian untuk memaksimalkan pertumbuhan otot dan tulang hingga mencapai ADG yang cukup dengan biaya produksi pakan yang rendah dan jangka waktu pemberian pakan yang lama saat masa penggemukan. Kebutuhan konsentrat pada sistem feedlot lebih banyak jika dibandingkan dengan kebutuhan akan jerami dan rumput, dalam sehari pemberian konsentrat sebanyak 10 kg yang diberikan 2 kali pada pagi dan siang hari. Harga konsentrat jenis GRX ini adalah Rp 2.500,00 per kilo, jadi dalam 1 kali periode pemeliharaan membutuhkan sekitar ,00 kg konsentrat atau sekitar Rp ,00 untuk 250 ekor sapi. Kandungan nutrien pakan konsentrat dan jerami padi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutrien konsentrat GR BK PK SK LK TDN ENERGI 86 % + 11,5-13% 17-20% 4-7% 69-78% Kkal Sumber : Data complete feed PT. Pasir Tengah, 2016 Tabel 3. Kandungan nutrien jerami padi BK PK SK LK TDN ENERGI 86 % 5,31 % 32,14 % 3,32 % 43% 1450 Kkal Sumber : Sarwono dan Arianto, 2002 Selain pakan konsentrat, ternak juga diberikan pakan hijauan segar yang telah dichopper dan jerami kering. Pakan hijauan yang melimpah adalah

10 25 jerami karena pada musim kemarau ketersediaan rumput kurang, sehingga pemberian rumput dilakukan secara bergilir untuk sisanya digantikan dengan jerami. Pemberian jerami dalam sehari adalah 5 kg yang diberikan 2 kali sehari. Harga jerami sekitar Rp 300,00 per kilonya, jadi kebutuhan jerami dalam 1 kali periode pemeliharaan adalah sekitar ,00 kg atau sekitar Rp ,00. Rumput yang diberikan adalah rumput gajah yang di chopper. Pemberian rumput per harinya adalah sekitar 3 kg per hari yang diberikan 2 kali dalam sehari. Harga rumput yaitu Rp 600,00. Kebutuhan rumput dalam 1 kali masa periode pemeliharaan adalah sekitar kg atau sekitar Rp ,00. Berbagai upaya seperti membuat fermentasi jerami dan amoniasi jerami telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, palatabilitas, kecernaan karena merupakan salah satu upaya yang murah, praktis dan hasilnya disukai ternak. Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap hari sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban) serta bobot badan sapi. Hal ini yang membuat setiap ekor sapi yang berbeda kondisinya membutuhkan komposisi pakan yang berbeda pula (Kartadisastra, 1997). Pemberian minum dilakukan secara adlibitum. Petugas kandang akan mengisi ulang waterbunk ketika waterbunk mulai habis. Pembersihan waterbunk dilakukan setiap 2 hari sekali. Pembersihan dilakukan dengan cara menguras isi air kemudian menyikat lantai waterbunk hingga lumut dan sisa pakan yang tercampur dalam air hilang, kemudian air diisikan hingga penuh. E. Manajemen Perkandangan Kandang sapi yang dimiliki oleh peternakan ini cukup dekat dari pemukiman penduduk namun agak jauh dengan jalan utama dan akses jalan menuju kandang mudah. Kandang ini terletak dikota Klaten, tepatnya di desa Jambakan Kec. Bayat Kab. Klatenbersebelahan dengan rumah pemilik PT.

11 26 Pandanaran Arta Perkasa yaitu H. Sunarno, SE.,M.Hum selaku adik dari bapak Tumiyono. Pemilihan letak kandang di Klaten karena udara disana dingin dan cocok untuk memelihara ternak. Kandang mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal bagi ternak tetapi juga berfungsi sebagai perlindungan terhadap beberapa aspek yang mengganggu sapi seperti cuaca, yang menyebabkan sapi tidak nyaman, kehujanan dan angin yang kencang. Cuaca akan sangat berpengaruh terhadap produksi, bila cuaca sangat panas sapi akan membutuhkan banyak minum untuk mempertahankan suhu tubuhnya, sedangkan cuaca dingin sapi membutuhkan banyak energi untuk memproduksi panas agar suhu tubuh normal. Kandang di peternakan ini sudah dibuat permanen, tempat pakan dan tempat minum sudah terbuat dari beton. Atap kandang yang digunakan di PT. Pandanaran Arta Perkasa ini adalah tipe monitor, tipe gable, dan tipe shade yang terbuat dari genting dengan luas kandang 12m x 12m terdapat sekitar 20 kandang Fattening. Lantai kandang juga dibuat agak miring dengan tujuan feses ataupun urin yang dikeluarkan oleh ternak dapat langsung masuk ke selokan pembuangan kotoran. Kandang yang ada di peternakan ini merupakan kandang terbuka.kandang seperti ini cukup baik karena sinar matahari dapat masuk ke kandang dan sirkulasi udaranya lancar serta kandang tidak terlalu lembab sehingga terhindar dari gangguan.fasilitas kandang yang tersedia yaitu tempat pakan, tempat minum, alat-alat kebersihan kandang serta timbangan sapi. Menurut Sarwono dan Arianto (2006), bahwa lokasi kandang sebaiknya cukup jauh dari pemukiman penduduk agar bau dan limbah peternakan tidak mengganggu penghuni pemukiman. Jarak kandang dari tempat pemukiman minimal 50 meter. Bangunan kandang ternak sapi sebaiknya beradadi lahan terbuka dan tidak tertutup bangunan atau pepohonan. Lokasi kandang dipilih dengan kemiringan relatif landai. Bentuk kandang di dataran rendah dan dataran tinggi dibuat berbeda karena tinggi

12 27 suhunya pun berbeda. Bangunan kandang di dataran rendah sebaiknya memiliki dinding yang lebih terbuka untuk ventilasi serta karena suhunya lebih panas dibandingkan di dataran tinggi. Sugeng (2003) juga mengemukakan bahwa secara umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, bersirkulasi udara baik. Selain itu ternak terlindungi dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh karena itu sehubungan dengan kontruksi ini perlu mendapat perhatian terutama mengenai kandang, ventilasi, atap, dinding dan lantai. Atap berfungsi untuk menghindarkan dari air hujan dan terik matahari, menjaga kehangatan ternak diwaktu malam. Lantai kandang harus kedap air dan memudahkan pembersihan, rata, tidak licin. Dinding mutlak harus ada, apalagi didaerah pegunungan dengan ketinggian lebih tinggi dari terrnak yang dipelihara. Arah kandang membujur dari utara ke selatan memungkinkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang. Sinar pagi membantu pembentukan vitamin D didalam tubuh dan mengandung unsur ultraviolet yang berfungsi sebagai disinfektan dan pembasmi bibit gangguan serta mempercepat proses pengeringan kandang. F. Penanganan Kesehatan Ternak Pengendalian penyakit merupakan hal yang sangat penting dilakukan di setiap peternakan. Penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai oleh setiap peternak, walaupun penyakit tidak secara langsung mematikan ternak namun dapat menimbulkan masalah kesehatan berkepanjangan bila tidak segera ditangani. Penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan ternak dan mengurangi produktivitas ternak. Pengendalian penyakit dilakukan dengan pencegahan penyakit misal dengan membersihkan kandang secara teratur, pemberian pakan yang baik, menjaga kebersihan kandang maupun ternak sapi itu sendiri, dan pemberian obat-obatan apabila ada ternak yang sakit. Setiap usaha pasti terdapat hambatan atau kendala yang dapat menggangu kelancaran kegiatan produksi, tidak terkecuali pada perusahaan

13 28 sapi potong. Salah satu kendala adalah mengenai kesehatan sapi yang kadang terganggu. Penyakit yang menyerang di peternakan ini pada sapi sangat jarang, namun terkadang ternak sapi mengalami gangguan seperti kembung dan diare. Gangguan ini biasanya didiagnosa oleh pihak perusahaan sendiri, karena pemilik peternakan itu telah mengerti tanda-tanda ternak terserang gangguan karena pemilik sapi tersebut telah mempunyai pengalaman memelihara sapi sudah cukup lama. Jenis gangguan yang pernah terjadi di peternakan ini adalah sebagai berikut : 1. Diare Diare merupakan gangguan yang disebabkan oleh bakteri Eschericia coli. Gangguan ini dapat menular apabila kebersihan kandang dan pengelolaan lingkungan yang kurang baik. Gejala klinis yang sering tampak adalah diare, dehidrasi, lesu yang dalam beberapa hari dapat mengakibatkan kematian pada sapi. Sapi yang terserang gangguan ini akan mengeluarkan feses yang banyak dan encer, bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan kematian. Sapi yang terserang diare akan ambruk dalam waktu jam. Pencegahan gangguan ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, serta dengan memberikan pakan yang baik untuk sapi.pengobatan kasus diare ini dengan menggunakan antibiotik. 2. Kembung (Bloat) Kembung merupakan keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar. Gejala yang tampak adalah lambung sebelah kiri atas membesar dan terasa kencang, pada bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti drum akibat rentangan perut yang begitu kencang, pernafasan berat dan kontraksi rumen sangat kuat sehingga hewan sering terhuyung-huyung atau sering berbaring dan berdiri. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pelayuan atau penjemuran hijauan, menghindarkan pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminosa yang terlalu banyak dan diusahakan penggembalaan

14 29 ternak tidak terlalu pagi karena rumput masih basah akibat embun atau air hujan. Sapi yang sudah tidak bisa diobati maka dilakukan reject atau sapi tersebut disembelih untuk dijual. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Akoso (1996), hewan sakit adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh suatu individu hidup atau oleh penyebab lainnya, baik yang diketahui maupun tidak, yang merugikan kesehatan hewan yang bersangkutan. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis pe yang dapat menyerang sapi potong adalah cacingan, penyakit mulut dan kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain. G. Manajemen Limbah Ternak Manajemen limbah ternak di peternakan PT. Pandanaran Arta Perkasa hanya dikumpulkan menjadi satu yang nantinya akan di buat bahan pembuatan pupuk kandang. Kotoran dari dalam kandang diambil dengan loader lalu dimasukkan ke dalam mobil pick up dan sisa-sisa kotoran yang masih menempel disiram dengan air yang akan mengalir ke selokan pembuangan kotoran. Limbah pada peternakan ini tidak ada pengolahan khusus seperti dibuat biogas tetapi dibuat menjadi bahan dasar pembuatan pupuk kandang untuk diperjualbelikan. Limbah khususnya di bidang peternakan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.limbah yang berupa kotoran sapi (feses dan urine) dan sisa pakan ternak merupakan media penyebarluasan mikroorganisme pathogen seperti jamur, bakteri, parasit dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun ternak itu sendiri. Penanganan dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik baik padat maupun cair perlu diadakan untukmenyelesaikan masalah tersebut. Pengolahan limbah tersebut selain untuk mengurangi atau membersihkan mikroorganisme juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan dari penjualan pupuk tersebut.

15 30 H. Aspek Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi Potong 1. Investasi Biaya investasi penggemukan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Investasi di PT. PandanaranArta Perkasa. Investasi Biaya (Rp) Kandang Kendaraan Peralatan Chopper Loader Total Jumlah Sumber : Data primer terolah, Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui total jumlah investasi adalah Rp ,00. Jumlah tersebut didapat dari biaya pembuatan kandang sebesar ,00. Kendaraan perusahaan berupa 2 unit mobil colt-diesel sebagai transportasi pendistribusian pakan ke seluruh kandang. Peralatan kandang berupa 4 unit gerobak untuk mengangkut jerami dan rumput, sekop, cangkul, selang, sapu, sepatu boot. Loader untuk membersihkan feses dengan harga Rp ,00 serta sebuah chopper pencacah rumput dengan harga Rp ,00. Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan sebagainya (Subagyo, 2001). 2. Biaya produksi

16 31 Biayaproduksidalampengertianekonomiproduksidibagiatasbiayatet apdanbiayatidaktetap.biayatetapmerupakanbiaya yang harusdikeluarkan, misalnya adalah gajipekerjabulanan, penyusutan, bungaatas modal, pajakbumidanbangunan, dan lain-lain.biayatidaktetapadalahbiaya yang dikeluarkanberhubungandenganjumlahproduksi sapi potong yang diusahakan.semakinbanyak sapi potong semakinbesar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total (Rasyaf, 1995). Biaya produksi di PT. Pandanaran Arta Perkasa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Biaya produksi per tahun di PT. Pandanaran Arta Perkasa Uraian Biaya produksi (Rp) Pembelian bakalan Pakan Kesehatan Tenaga kerja Listrik dan air Perbaikan Biaya transportasi Total Jumlah Sumber : Data primer terolah, Berdasarkan Tabel 5 biaya produksi per tahun mencapai Rp ,00. Total tersebut meliputi biaya pembelian bakalan sapi dengan total jumlah 1000 ekor selama 1 tahun atau 4 kali periode yang diambil dari Cianjur sebesar Rp ,00. Pembelian pakan konsentrat GRX dengan harga Rp 2.500,00 per kg, jerami dengan harga Rp 300,00 per kg dan rumput dengan harga Rp 600,00 per kg dengan total biaya sebesar Rp ,00. Biaya kesehatan meliputi pembelian obat-obatan dan vitamin sebesar Rp ,00. Pemberian upah tenaga kerja sebanyak 14 orang serta kepala kandang, 1 manajer, 1 supervisor dan 1 ahli kesehatan dengan jumlah Rp ,00 beserta bonusnya. Biaya listrik dan air sebesar Rp ,00 berupa lampu untuk menerangi kandang dan pompa air ke bak penampungan air serta perbaikan sebesar Rp ,00.

17 32 3. penerimaan Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR TC dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan). TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biayabiaya. Pemisahan biaya dan penerimaan dilakukan terlebih dahulu sebelum menggunakan alat analisis (Hoddi, 2011). Penerimaan usaha penggemukan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penerimaan per tahun di PT. Pandanaran Arta Perkasa Uraian Jumlah (Rp) Penjualan ternak Nilai sisa Total Jumlah Sumber : Data terolah, Berdasarkan data Tabel 6 dapat diketahui bahwa penerimaan per tahun mencapai angka Rp ,00 dengan jumlah populasi 1000 ekor dengan periode pemeliharaan 4 kali selama setahun dan setiap periode lama pemeliharaan selama 90 hari. Rata-rata bobot hidup 500 kg serta harga bobot hidup per kg Rp ,00. Sapi BX memiliki kisaran bobot kg untuk steerdan 450 kg untuk heifer. Harga bobot hidup per kilogram berdasarkan harga pasar yang sedang berlaku. Nilai sisa merupakan hasil dari penyusutan peralatan serta gedung, mobil, alat kandang, loader, chopper dengan total sebesar Rp ,00. I. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Potong Kriteria yang dapat digunakan dalm investasi antara lain NPV, IRR, BCR, PPC. Besarnya kriteria pada usaha penggemukan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa dapat dilihat pada Tabel 7.

18 33 Tabel 7. Investasi di PT. Pandanaran Arta Perkasa Uraian Hasil Net Present Value (NPV) Rp Internal Rate of Return (IRR) 17,6% Net Benefit Cost Ratio (BCR) 1,36 Payback Period of Credit (PPC) 3,17 tahun Sumber : Data terolah, Aliran cashflow dibagi menjadi 2 yaitu aliran masuk (cash inflow) dan aliran keluar (cash outflow). Cash inflow diperoleh dari penjualan ternak serta nilai sisa pada tahun terakhir yaitu Rp Cash outflow diperoleh dari biaya operasional antara lain pembelian bakalan, pakan, kesehatan, tenaga kerja, air dan listrik, serta biaya perbaikan kandang sebesar Rp ,00. Cummulatif Net Cash Flow bernilai positif sejak tahun keempat. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut : jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung (Gittinger, 2003). Discount factor yang digunakan dalam metode ini adalah 12% sesuai dengan suku bunga bank yang berlaku, sehingga nilai NPV didapatkan dengan hasil Rp Angka NPV yang lebih dari 0 atau bersifat positif berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan. IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cashflow setelah dikalikan discount factor. Hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan

19 34 jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank (Soetriono, 2006 ). Nilai IRR menunjukkan >12% yaitu 17,6% sehingga usaha penggemukan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa layak untuk dijalankan. BCR merupakan hasil perbandingan antara nilai total benefit dengan total biaya sebagai indikator bisa diterima atau tidaknya investasi yang dijalankan dalam perusahaan. Metode ini digunakan untuk menghitung present value dari cash in flow dibagi dengan present value dari cash out flow (Sugiono, 2009). Semakin besar B/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh perusahaan mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efisien (Soekartawi, 2003). Hal ini sesuai dengan analisis peternakan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa yang menghasilkan nilai BCR >1 yaitu sebesar 1,36 sehingga membuktikan bahwa perusahaan ini layak untuk dikembangkan. Payback period digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi (initial investment) yang dihitung dengan membagi investasi semua dengan cash in flow (Sugiono, 2009). Berdasarkan data diatas peternakan sapi potong di PT. Pandanaran Arta Perkasa dapat mengembalikan modal dalam kurun waktu 3 tahun mendatang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Ternak Rukun Tani 1. Keadaan Umum Kelompok Ternak Rukun Tani yang diketuai oleh Bp. Sunarjo dengan pekerjaan petani, merupakan salah satu unit usaha masyarakat

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Peternakan Dewi merupakan peternakan rakyat yang bergerak di bidang peternakan sapi potong (penggemukan), berlokasi Di Desa Gupit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan BAB IV. PEMBAHASAN A. Profil Peternakan 1. Sejarah Perusahaan Kelompok Ternak Rumaket merupakan usaha yang bergerak dibidang penggemukan sapi potong. Kelompok Ternak Rumaket didirikan pada bulan Sepetember

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa-bangsa Sapi Potong Sapi Limousin merupakan sapi tipe potong yang berasal dari prancis. Ciri-ciri dari sapi limousin adalah warna bulu merah coklat, tetapi pada sekeliling

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Usaha Sapi Potong di Indonesia Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa-bangsa Sapi Jenis sapi secara umum ada tiga ras yaitu Bos Taurus (berasal dari Inggris dan Eropa Daratan), Bos Indicus (berasal dari benua Asia dan Afrika) serta Bos sondaicus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus (zebu : berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sondaikus (Sugeng, 2001). Dijelaskan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Sapi Potong Sapi Peranakan Ongole (PO), di pasaran juga sering disebut sebagai sapi lokal atau sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Perusahaan 1. Sejarah CV Sabdo Palon. Perusahaan peternakan sapi potong CV. Sabdo Palon Farm berdiri pada tahun 2008 yang berawal dari keinginan mengolah kotoran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Peternakan Gito Paraman Farm Peternakan Gito Paraman Farm merupakan salah satu peternakan sapi potong yang mengembangkan budidaya ternak sapi dengan sistem penggemukan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi permintaan pasar daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan dan Waktu Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat waktu, rencana aksi disusun sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus untuk memudahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penggemukan sapi potong. Sapi-sapi potong disini merupakan sapi impor dengan

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penggemukan sapi potong. Sapi-sapi potong disini merupakan sapi impor dengan V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi Perusahaan Perusahaan ini bernama PT Andini Persada Sejahtera atau biasa disebut juga dengan PT APS. PT APS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Menteri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09 Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan di Indonesia. Sektor pertanian terbukti telah mampu eksis menghadapi krisis ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul)

Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul) Sains Peternakan Vol. 6 (1), Maret 2008: 1-8 ISSN 1693-8828 Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA JUDUL PROGRAM

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA JUDUL PROGRAM PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA JUDUL PROGRAM Mini Hospital Farm Sebagai upaya pengobatan dan usaha penggemukan ternak kambing Oleh : Nama Nim : Ananda Saka Prayogo : H0512010 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci