EFEK VOLUME SERUM, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP DAYA HIDUP Sarcoptes scabiei SECARA IN VITRO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEK VOLUME SERUM, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP DAYA HIDUP Sarcoptes scabiei SECARA IN VITRO"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 7 EFEK VOLUME SERUM, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP DAYA HIDUP Sarcoptes scabiei SECARA IN VITRO (The Effect of Serum Volume, Temperature and Humidity on Off-Host Survival of Sarcoptes scabiei) DYAH HARYUNINGTYAS dan RIZA Z. AHMAD Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 3, Bogor ABSTRACT Sarcoptes scabiei is an obligate ectoparasite causing sarcoptic mange at various species of livestock, especially small ruminant (goat and sheep). These mites make tunnel that causing intens pruritis, inflammation, limfe eksudation and alopecia. The most commonly method for the control of sheep scab is the direct aplication of synthetic acariside. Beside its price costly synthetic acariside also can cause resistance. Research of Herbal drugs as a botanical acariside will be developed to this parasite. One of the constraint is not yet known the optimal condition how long the mites can live on the off-host. This research aimed to know the effect of serum volume, temperature and humidity on off host of Sarcoptes scabiei at goat serum. Result of this research indicated that at goat serum Sarcoptes scabiei has the longest survival time (RT and RH, 27 C, 7%) at volume 1 µl with the significance difference at LT 5 (P <,5) compared to other volume as long as 4,6 day. At combination of temperature and humidity (25 C, %) having the longest survival time with LT 5 as long as 5,3 day (P <,5). Key Word: Sarcoptes scabiei, Goat, Temperature, Humidity, Serum volume, Invitro ABSTRAK Sarcoptes scabiei adalah ektoparasit obligat yang menyebabkan scabies pada berbagai spesies hewan ternak, terutama adalah ruminansia kecil (kambing dan domba). Tungau ini membuat terowongan pada kulit menyebabkan gatal, inflamasi kulit, eksudasi limfe dan cairan serosa sehingga menyebakan terjadinya iritasi dan kerontokan bulu. Selama ini pengendalian dilakukan dengan akarisida sintetik disamping harganya yang mahal juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Penelitian tanaman obat yang dapat digunakan sebagai akarisida botanis akan dikembangkan terhadap parasit ini. Salah satu kendala yang terjadi adalah belum diketahuinya kondisi optimal daya hidup tungau Sarcoptes scabiei di luar induk semangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek volume serum, temperatur dan kelembaban terhadap daya hidup tungau Sarcoptes scabiei secara in vitro pada medium serum kambing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada medium serum kambing tungau Sarcoptes scabiei mempunyai daya hidup terpanjang (suhu dan kelembaban ruang, 27 C, 7%) pada volume serum 1 µl dengan perbedaan signifikan pada LT 5 (P <,5) dibandingkan dengan volume serum yang lain yaitu selama 4,6 hari. Pada kombinasi temperatur dan kelembaban 25 C dan % mempunyai daya hidup terpanjang dengan perbedaan yang signifikan pada LT 5 (P <,5) dibandingkan dengan kombinasi suhu dan kelembaban yang lain selama 5,3 hari. Kata Kunci: Sarcoptes scabiei, Kambing, Temperatur, Kelembaban, Volume Serum, In vitro PENDAHULUAN Tungau Sarcoptes scabiei mempunyai distribusi geografi yang luas diseluruh dunia termasuk Indonesia. Tungau ini menyerang berbagai spesies termasuk sapi, babi, kuda, kerbau, kambing, domba, anjing, kucing dan beberapa spesies hewan liar. Telinga dan sekitar mulut adalah tempat predileksi yang paling umum dan sering merupakan tempat utama dan pertama populasi tungau yang kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyakit yang disebabkan tungau ini disebut scabies dan menyebabkan kerugian ekonomi 918

2 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 7 yang cukup besar di berbagai area di Indonesia antara lain Nusa Tenggara Barat, Bali, Lombok (BUDIANTORO, 4) serta Bukittinggi, Lampung, Yogyakarta dan Maros (BUDIANTORO, 4). Selama ini pengendalian dilakukan dengan akarisida sintetik disamping harganya yang mahal juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Beberapa kasus pada hewan yang terlambat dalam memberikan pengobatan menyebabkan terjadinya kematian disebabkan karena dehidrasi, pneumonia dan septicaemia bakterial (ROBERTS et al., 1971). Metode yang paling banyak digunakan untuk kontrol terhadap scabies pada kambing adalah dengan pemberian preparat ivermectin secara subcutan dan preparat organophospat dalam bentuk dipping atau spray (FRENCH et al., 1994; ALISON, 2). Walaupun merupakan parasit obligat parasit ini mampu hidup diluar induk semangnya pada periode waktu tertentu. Hal ini merupakan salah satu sebab kenapa parasit ini cenderung sulit diberantas. Kandang bekas hewan terinfestasi scabies akan dapat bertindak sebagai agen untuk menularkan scabies kepada hewan baru yang masuk karena tungau ini bisa bersembunyi dicelah-celah kandang (SMITH et al., 1999). Bagaimanapun, probabilitas infeksi terhadap hewan yang belum terinfeksi akan menjadi besar karena pengaruh lama waktu S. scabiei dapat hidup diluar hospes. Menurut ARLIAN et al. (1984a) scabies pada anjing dan manusia dapat bertahan hidup selama jam pada temperatur ruang (21 C dan kelembaban %) serta masih mempunyai kemampuan infeksi dan penetrasi. Pada penelitian terhadap Psoroptes ovis yang dilakukan oleh LIEBISCH et al. (1985) dan O BRIEN et al. (1994) diketahui bahwa betina dewasa dapat hidup lebih lama diluar hospes definitifnya. Menurut LIEBISCH et al. (1985) hal ini dikarenakan betina dewasa mempunyai sumber metabolik yang lebih besar dan mempunyai lapisan kitin yang lebih tebal daripada tungau jantan sehingga menjaganya terhadap kekeringan. Pada penelitian yang dilakukan oleh SMITH et al. (1999) menunjukkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan antara P.ovis dewasa jantan dan betina pada daya hidupnya di luar induk semang. Siklus hidup tungau S. scabiei dari telur menjadi dewasa memerlukan waktu 1 14 hari, tungau betina mampu hidup pada induk semang selama 3 hari (SCHMIDT dan ROBERTS, ). Tungau betina masuk ke dalam kulit dengan membentuk lorong dan bertelur. Telur menetas menjadi larva setelah 5 53 jam. Sebagian larva berkembang menjadi protonymfa selama 3 5 hari kemudian menjadi tritonympha setelah 2 3 hari. Perkembangan terakhir menjadi tungau dewasa memerlukan waktu tiga sampai enam hari (URGUHART et al., 1989; SCHMIDT dan ROBERTS, ). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh HARYUNINGTYAS et al. (6) diketahui bahwa tungau S. Scabiei pada gelas inkubasi dengan medium serum kambing mempunyai daya hidup terpanjang dengan LT 5 selama 4,3 hari dibandingkan dengan medium serum sapi, domba dan kelinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek volume serum, temperatur dan kelembaban terhadap daya hidup tungau S. scabiei secara in vitro.untuk selanjutnya hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan akarisidal botanis pada S. scabiei secara in vitro. MATERI DAN METODE Tungau dikoleksi dari keropeng kambing yang terinfeksi S. scabiei secara alami. Kerokan keropeng ditempatkan pada cawan petri, dipanasi dengan lampu 25 watt untuk memberikan kesempatan tungau keluar dari keropeng untuk selanjutnya akan diambil satu persatu menggunakan ujung lidi yang telah diruncingkan untuk dipindahkan ke gelas kamar inkubasi. Pada semua perlakuan, tungau dipindahkan pada gelas inkubasi yang dibuat dari gelas blok berukuran panjang 35 x 75mm dan ketebalan 6 mm seperti digunakan oleh SMITH et al. (1999) pada Gambar-1. Gelas inkubasi selanjutnya diletakkan pada petri dish berdiameter 9 mm. Tungau diletakkan pada bagian dasar katun dari gelas inkubasi, bagian atasnya kemudian ditutup dengan gelas obyek. 919

3 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 7 dengan tiga kali ulangan dalam setiap kombinasi temperatur dan kelembaban (6 perlakuan, masing-masing tiga kali ulangan). Pengamatan dilakukan setiap hari (interval 24 jam) sampai semua tungau mengalami kematian. Selanjutnya dilakukan penghitungan LT 5. Analisis data ] Gambar 1. Gambar gelas inkubasi yang digunakan untuk percobaan daya hidup S. scabiei secara in vitro (SMITH et al., 1999) Efek volume serum Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa medium yang dapat mempertahankan hidup tungau ini dengan LT 5 selama 4 hari pada suhu kamar adalah medium serum kambing. Penelitian ini ingin mengetahui volume serum kambing optumal yang dapat mempertahankan hidup S.scabiei secara in vitro (27 C dan 7%). S. scabiei dewasa masing-masing sebanyak ekor ditempatkan pada masingmasing gelas inkubasi dengan berbagai volume serum yaitu, 3, 5, 7, dan 1 µl. Gelas inkubasi selanjutnya ditempatkan pada stoples pada suhu kamar (27 o C) dan kelembaban 7%. Semua gelas inkubasi diamati di bawah mikroskop setiap 24 jam dan dihitung jumlah tungau yang mati untuk diketahui LT 5 -nya (waktu yang diperlukan tungau untuk mencapai 5% kematian (dalam hari)). Hasil volume serum kambing optimal untuk hidup tungau selanjutnya digunakan untuk percobaan efek temperatur dan kelembaban. Efek temperatur dan kelembaban Penelitian ini ingin mengetahui efek temperatur 25 C pada kelembaban, 85, dan 7% serta temperatur 4 C pada kelembaban 85 dan 55% terhadap daya hidup tungau S. scabiei dewasa. Tungau dewasa ditempatkan pada gelas inkubasi masingmasing sebanyak ekor. Percobaan dilakukan Parameter yang diamati pada uji ini adalah lama hidup maksimum dan LT 5 (Waktu yang diperlukan tungau untuk mencapai 5% kematian (dalam hari). Daya hidup tungau S. scabiei diamati setiap hari sampai dengan semua tungau mengalami kematian. Uji statistik regresi digunakan untuk mengetahui LT 5 daya hidup S. scabiei, selanjutnya mean LT 5 diuji dengan ANOVA. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis regresi pada pengaruh volume serum kambing terhadap S. scabiei pada suhu kamar dengan kelembaban ruang yang dilakukan setiap 24 jam sampai dengan semua tungau mengalami kematian menunjukkan hasil bahwa volume 1 µl dapat memperpanjang daya hidup S. scabiei diluar induk semang dengan LT 5 selama 4,6 hari. Percobaan dengan menggunakan akuades sebagai pengganti serum menunjukkan tungau bertahan hidup pada suhu dan kelembaban kamar selama kurang dari 3 hari (data tidak ditampilkan). Pada uji volume serum, 3, 5, 7, dan 1 µl menunjukkan bahwa daya hidup semakin panjang dengan bertambahnya volume serum dalam gelas inkubasi. Analisis dengan menggunakan ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan pada ke-6 volume serum yang dilakukan pada uji ini (P <,5). Pada volume serum kurang dari 5 µl tungau dapat bertahan hidup maksimal dua hari, hal ini disebabkan karena dalam waktu dua hari serum dalam kamar inkubasi akan kering sehingga tungau tidak memiliki sumber makanan, disamping itu karena serum yang kering menyebabkan tungau juga ikut kering. Pada volume serum lebih dari 7µl tungau dapat bertahan hidup lebih dari tiga hari dengan daya hidup terpanjang pada volume serum 1µl. 9

4 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 7 Walaupun demikian, volume serum lebih dari 1 tidak menunjukkan adanya perpanjangan waktu hidup diluar induk semang (data tidak ditampilkan). Hal ini kemungkinan karena tungau memerlukan sumber metabolik pada induk semang yang tidak tersedia di lingkungan luar. Berikut adalah grafik uji pengaruh berbagai volume serum kambing pada suhu dan kelembaban kamar y = -5,785x ,666x,974 2 R 2 =, Gambar 2. Daya hidup S. scabiei secara in vitro pada volume serum kambing µl (27 C, 7%) LT 5 : 1,3 hari 1 y = -2.48x x R 2 = Gambar 3. Daya hidup S. scabiei secara in vitro pada volume serum kambing 3 µl (27 o C, 7%) LT 5 : 1,9 hari 1 - y = -2,2714x ,729x 3,7714 R 2 =, Gambar 4. Daya hidup S. scabiei secara in vitro pada volume serum kambing 5 µl (27 o C, 7%) LT 5 : 2 hari Gambar 5. Daya hidup S. scabiei secara in vitro pada volume serum kambing 7 µl (27 C, 7%) LT 5 : 3,3 hari 1 y =,4536x ,889x 1,1214 R 2 =, y = 2,952x 2 + 3,1643x + 1,5119 R 2 =, Gambar 6. Daya hidup S. scabiei secara in vitro pada volume serum kambing µl (27 o C, 7%) LT 5 : 4,1 hari 1 - y = 2,9762x 2-3,6929x + 4,531 R 2 =, Gambar 7. Daya hidup S. scabiei secara in vitro pada volume serum kambing 1 µl (27 C, 7%) LT 5 : 4,6 hari Hasil analisis regresi pada daya hidup S. scabiei pada berbagai kelembaban (7, 85 dan %) dengan suhu 25 C menunjukkan hasil bahwa kombinasi suhu 25 C dengan kelembaban % memberikan daya hidup terpanjang yaitu dengan LT 5 selama 5,3 hari (Gambar 7). Hasil analisis ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan pada 921

5 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 7 perbedaan mean LT 5 pada suhu 25 C dan kelembaban % (P <,5) dibandingkan kombinasi suhu dan kelembaban yang lain. Penelitian pada P. ovis yang dilakukan oleh SMITH et al. (1999) menunjukkan hasil yang hampir mirip yaitu daya hidup secara in vitro adalah 5 hari pada 3 C dan 15 hari pada 9 C. Menurut SMITH et al., (1999) disamping temperatur, kelembaban juga berefek pada daya hidup S. scabiei. Pada studi ini terlihat bahwa pada temperatur 25 C dengan kelembaban % menunjukkan S. scabiei dapat hidup lebih lama diluar induk semangnya. Dengan kelembaban yang semakin menurun nilai LT 5 S. scabiei juga akan semakin menurun. Berikut adalah grafik daya hidup S. scabiei pada temperatur 25 C dengan berbagai kelembaban (Gambar 8, 9, 1). 1 - y = 2.55x x R 2 = Gambar 8. Daya hidup S. scabiei pada suhu 25 C kelembaban % (LT 5 : 5,3 hari) 1 - y = 1,871x 2 + 1,7329x,9317 R 2 =, Gambar 9. Daya hidup S. scabiei pada suhu 25 C kelembaban 85% (LT 5 : 4,8 hari) 1 y = x x R 2 = Gambar 1. Daya hidup S. scabiei pada suhu 25 C kelembaban 7% (LT 5 : 3 hari) Hasil analisis regresi pada daya hidup S. scabiei pada kelembaban 55 dan 85% dengan suhu 4 C menunjukkan hasil bahwa kombinasi suhu dan kelembaban tersebut tidak dapat memperpanjang daya hidup S. scabiei secara in vitro (Gambar 11 dan 12) yaitu dengan LT 5 kurang dari 1 hari. Hal ini disebabkan karena pada suhu 4 C serum pada gelas inkubasi menjadi dingin dan cepat kering sehingga menyebabkan S. scabiei tidak dapat bertahan hidup. Berbeda dengan S. scabiei yang masih di dalam keropeng jika diletakkan pada suhu 4 C dapat hidup kurang lebih selama 5 hari (data tidak dipublikasi). 1 y = -19,575x 2 + 9,895x + 1,745 R 2 =,991,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Gambar 11. Daya Hidup S. scabiei pada suhu 4 C kelembaban 55% (LT 5 :,6 hari) 1 y = -12.9x x R 2 = ,5 1 1, Gambar 12. Daya Hidup S. scabiei pada suhu 4 C kelembaban 85% (LT 5 :,8 hari) Menurut ARLIAN et al., 1984a pada temperatur rendah (1 15 C) dan kelembaban relatif tinggi Sarcoptes scabiei var canis hidup sampai dengan 19 hari (temperatur 1 C dan kelembaban 97%). Pada temperatur dibawah C S. scabiei adalah tidak bergerak dimana pada temperatur 35 C aktifitasnya akan meningkat secara cepat. Berbeda dengan penelitian pada P. ovis yang dilakukan oleh LIEBISCH et al. (1985) bahwa tungau dalam keropeng yang ditempatkan dalam gelas inkubasi tidak dapat memperpanjang daya hidupnya. Menurut SMITH et al. (1999) P. ovis dewasa betina yang ditempatkan pada gelas 922

6 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 7 inkubasi dengan medium air mempunyai daya hidup maksimum 7 8 hari pada o C dan hari pada 2 9 o C. Menurut SMITH et al. (1999) mengetahui daya hidup tungau diluar induk semang adalah sangat diperlukan dalam pengembangan akarisida secara in vitro, sedangkan mengetahui kondisi daya hidup optimal diluar induk semang adalah penting untuk uji akarisidal secara in vitro yang mempunyai daya bunuh yang lambat (slow acting). Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada tungau S. scabiei pada stadium larva dan nympha, disamping itu juga diperlukan design dan implementasi strategi kontrol yang efektif dalam kaitannya dengan kemampuan hidup S. scabiei diluar induk semang. KESIMPULAN Tungau S. scabiei mempunyai daya hidup terpanjang (suhu dan kelembaban ruang, 27 C, 7%) pada volume serum 1 µl dengan perbedaan signifikan pada LT 5 (P <,5) dibandingkan dengan volume serum yang lain yaitu selama 4,6 hari. Pada kombinasi temperatur dan kelembaban 25 C dan % mempunyai daya hidup terpanjang dengan perbedaan yang signifikan pada LT 5 (P <,5) dibandingkan dengan kombinasi suhu dan kelembaban yang lain selama 5,3 hari. DAFTAR PUSTAKA ALISON, M. 2. Scabies. The health Care of Homeless Persons-Part I. pp ARLIAN, L.G., R.A. RUNYAN, S. ACHAR and S.A. ESTES. 1984a. Survival and Infestivity of Sarcoptes scabiei var. canis and var. hominis. J. Am. Ac. Dermatol. 11: BUDIANTORO. 4. Kerugian Ekonomi akibat scabies dan kesulitan dalam pemberantasannya. Pros. Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner. Balitvet-DFID. Bogor, 21 April 4. hlm FRENCH, N.P., WALL, R. and MORGAN K.L., Ectoparasite control on sheep farms in England and Wales:the method, type and timing of insecticidal control. Vet. Rec. 135: HARYUNINGTYAS, D., R.Z. AHMAD, BERIAJAYA dan J. MANURUNG. 6. Uji daya hidup tungau pada berbagai macam serum. 6. Pros. Semimar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 6 September 6. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm LIEBISCH, A., S. OLBRICH and M. DEPPE Survival of P. ovis, P. cuniculi, C. bovis when separated from the host Animal. Disch. Tieraerzil. Wochenschr. 92: O BRIEN, D.J., J.S. GRAY and P.F. O REILLY Survival and Retention of infectivity of the mite psoroptes ovis off the host. Vet. Res. Commun. 18: ROBERTS, I.H., BLACHUT, K., MELENEY, W.P., Oversummering location of scab mites, Psoroptes ovis, on sheep in New Mexico. Ann. Entomol. Soc. Am. 64, SCHIMDT, G.D., AND ROBERTS, L.S.,. Foundation of Parasitology. 6 th ed. The McGraw Hill Companies, Inc. SMITH, K.E., R. WALL, E. BERRIATUA and N.P. FRENCH The effects of temperature and humidity on the off-host survival of Psoroptes ovis and Psoroptes cuniculi. Vet. Parasitol. 83: URGUHART, G.M., J. ARMOUR, J.L. DUNCANN, M. DUNN and F.W. JENNINGS Veterinary Parasitology. The faculty of veterinary medicine, The university of Glasglow, Scotland. DISKUSI Pertanyaan: Agar jenis serum yang digunakan (kambing, kelinci, dll.) dicantumkan. Jawaban: Serum kambing (hasil terbaik penelitian sebelumnya). 923

UJI DAYA HIDUP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA BERBAGAI MACAM SERUM

UJI DAYA HIDUP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA BERBAGAI MACAM SERUM UJI DAYA HIDUP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA BERBAGAI MACAM SERUM (Survival Test on the Off-host of Sarcoptes scabiei on Sera Medium) DYAH HARYUNINGTYAS, RIZA Z. AHMAD, BERIAJAYA dan J. MANURUNG Balai

Lebih terperinci

UJI IN VITRO EKSTRAK TEA TREE (Melaleuca alternifolia) TERHADAP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA KAMBING

UJI IN VITRO EKSTRAK TEA TREE (Melaleuca alternifolia) TERHADAP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA KAMBING UJI IN VITRO EKSTRAK TEA TREE (Melaleuca alternifolia) TERHADAP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA KAMBING (In Vitro Test Using Tea Tree Extract (Melaleuca alternifolia) to Sarcoptes scabiei in Goat) ARI PUSPITA

Lebih terperinci

LETHAL TIME 50 CENDAWAN Beauveria Bassiana DAN METARHIZIUM ANISOPLIAE TERHADAP SARCOPTES SCABIEI

LETHAL TIME 50 CENDAWAN Beauveria Bassiana DAN METARHIZIUM ANISOPLIAE TERHADAP SARCOPTES SCABIEI LETHAL TIME 50 CENDAWAN Beauveria Bassiana DAN METARHIZIUM ANISOPLIAE TERHADAP SARCOPTES SCABIEI (Lethal Time 50 of Beauveria bassiana and Metarhizium anisopliae Fungy on Sarcoptes scabiei) R.Z. AHMAD,

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN UPAYA PENANGGULANGAN SKABIES PADA KAMBING DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN BOGOR

PREVALENSI DAN UPAYA PENANGGULANGAN SKABIES PADA KAMBING DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN BOGOR PREVALENSI DAN UPAYA PENANGGULANGAN SKABIES PADA KAMBING DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN BOGOR Kata kunci : Kudis, kambing, ivermectin TOLIBIN ISKANDAR danjoses MANLJRUNG Balai Penelitiatt Veteriner

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) DENGAN PELARUT AIR DAN ASETON TERHADAP TUNGAU Sarcoptes scabiei SECARA IN VITRO

EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) DENGAN PELARUT AIR DAN ASETON TERHADAP TUNGAU Sarcoptes scabiei SECARA IN VITRO EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) DENGAN PELARUT AIR DAN ASETON TERHADAP TUNGAU Sarcoptes scabiei SECARA IN VITRO (Effectivity of Pachyrhizus erosus Seeds Extracted by Water and Acetone

Lebih terperinci

Parwiyati, S., W. Sumekar dan D. Mardiningsih* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Parwiyati, S., W. Sumekar dan D. Mardiningsih* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BOOKLET PADA PENINGKATAN PENGETAHUAN PETERNAK KAMBING TENTANG PENYAKIT SCABIES DI KTT NGUPOYO SATO DESA WONOSARI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENDAHULUAN Infeksi cacing hati (fasciolosis) pada ternak ruminansia (sapi dan kerbau) di Indonesia merupakan penyakit parasiter yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak Achmad Slamet Aku, S.Pt., M.Si. Drh. Yamin Yaddi Drh. Restu Libriani, M.Sc. Drh. Putu Nara Kusuma Prasanjaya Drh. Purnaning Dhian Isnaeni Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS Oleh : 1. Drh. Muhlis Natsir NIP 080 130 558 2. Drh. Sri Utami NIP 080 130 559 BALAI

Lebih terperinci

SCABIOSIS. Oleh. Laporan Kasus Mandiri Koasistensi Magang II di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-SUMUT

SCABIOSIS. Oleh. Laporan Kasus Mandiri Koasistensi Magang II di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-SUMUT Laporan Kasus Mandiri Koasistensi Magang II di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-SUMUT SCABIOSIS Oleh ESKAYANTI PASARIBU, SKH NIM. 1302101020091 Di bawah bimbingan Drh. Anwar FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung PREVALENSI NEMATODA GASTROINTESTINAL AT SAPI BALI IN SENTRA PEMBIBITAN DESA SOBANGAN, MENGWI, BADUNG

Lebih terperinci

STUDI KASUS SKABIES KERBAU DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR ANGGA PUJI NUGRAHA

STUDI KASUS SKABIES KERBAU DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR ANGGA PUJI NUGRAHA STUDI KASUS SKABIES KERBAU DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR ANGGA PUJI NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MASALAH SKABIES PADA HEWAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA

MASALAH SKABIES PADA HEWAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA MASALAH SKABIES PADA HEWAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA TOLIBIN ISKANDAR Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia ABSTRAK Skabies adalah penyakit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami tersebar di

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO A-PDF WORD TO PDF DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh Yuyun Mawaddatur Rohmah NIM 082010101034

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN GAMBARAN ANATOMIS LARVA INFEKTIF (L3) Haemonchus contortus YANG DIBIAKKAN DENGAN VERMICULLITE

PERKEMBANGAN DAN GAMBARAN ANATOMIS LARVA INFEKTIF (L3) Haemonchus contortus YANG DIBIAKKAN DENGAN VERMICULLITE ISSN : 0853-1943 PERKEMBANGAN DAN GAMBARAN ANATOMIS LARVA INFEKTIF (L3) Haemonchus contortus YANG DIBIAKKAN DENGAN VERMICULLITE Development and Anatomical Description of Infektive Larvae (L3) Haemonchus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

FUZZY EXPERT SYSTEM ANALISA TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT SCABIES PADA KAMBING

FUZZY EXPERT SYSTEM ANALISA TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT SCABIES PADA KAMBING Fredrik, Fuzzy Expert System, Hal 55-66 FUZZY EXPERT SYSTEM ANALISA TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT SCABIES PADA KAMBING Fredrik Paulus Noach 1 Abstrak Penyakit Scabies adalah salah satu jenis penyakit kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil) dengan ujung siku-siku bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KUDIS PADA KAMBING DI KECAMATAN CIGUDEG, TENJO DAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR

PENANGGULANGAN KUDIS PADA KAMBING DI KECAMATAN CIGUDEG, TENJO DAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 PENANGGULANGAN KUDIS PADA KAMBING DI KECAMATAN CIGUDEG, TENJO DAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR J. MArruRuNC, TOLIBINIsKANDAR, dan BERIAJAYA Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. peternakan skala besar saja, namun peternakan skala kecil atau tradisional pun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. peternakan skala besar saja, namun peternakan skala kecil atau tradisional pun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Peternakan merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang perekonomian bangsa Indonesia dan sektor peternak juga menjadi salah satu sektor yang menunjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penanganan Skabies di Rumah Sakit Hewan Jakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN Penanganan Skabies di Rumah Sakit Hewan Jakarta HASIL DAN PEMBAHASAN Penanganan Skabies di Rumah Sakit Hewan Jakarta Rumah Sakit Hewan Jakarta dibangun pada tanggal 25 Desember 1992, atas restu dan bantuan yang sangat besar dari Ibu Negara pada saat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017 RAHASIA MI-03 PETERNAKAN REPUBLIK INDONESIA PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Kuantitas (jumlah) komoditi yang menjadi barang modal (fixed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 RAHASIA MI-03 Peternakan REPUBLIK INDONESIA Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Kuantitas (jumlah) komoditi yang menjadi barang modal (fixed

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA Oleh FIKRI AFRIZAL NIM 1102101010049 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013 FASCIOLA GIGANTICA a. Morfologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI 2016 PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI LABORATORIUM JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI AS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR I. IDENTIFIKASI EKTOPARASIT A. Pengantar Keberhasilan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI Evelyn Susanty Siahaan, 2009 Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni 9.665.117,07 sedangkan tahun 2013 yakni 9.798.899,43 (BPS, 2014 a ). Konsumsi protein hewani asal daging tahun 2011 2,75

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFESTASI CACING Haemonchus contortus MENGGUNAKAN DAUN NENAS PADA KAMBING PE

PENGENDALIAN INFESTASI CACING Haemonchus contortus MENGGUNAKAN DAUN NENAS PADA KAMBING PE PENGENDALIAN INFESTASI CACING Haemonchus contortus MENGGUNAKAN DAUN NENAS PADA KAMBING PE (Control of Haemonchus contortus Infestation Using Pineapple Leaf in Goats) LUH GDE SRI ASTITI dan T. PANJAITAN

Lebih terperinci

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1. Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan

Lebih terperinci

PENYAKIT UTAMA YANG SERING DITEMUKAN PADA RUMINANSIA KECIL (KAMBING DAN DOMBA) (Common Diseases for Small Ruminants Goat and Sheep)

PENYAKIT UTAMA YANG SERING DITEMUKAN PADA RUMINANSIA KECIL (KAMBING DAN DOMBA) (Common Diseases for Small Ruminants Goat and Sheep) PENYAKIT UTAMA YANG SERING DITEMUKAN PADA RUMINANSIA KECIL (KAMBING DAN DOMBA) (Common Diseases for Small Ruminants Goat and Sheep) DARMONO dan HARDIMAN Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata

Lebih terperinci

Studi Kasus Infestasi Caplak Boophilus microplus pada Sapi Potong di Kota Banjarbaru

Studi Kasus Infestasi Caplak Boophilus microplus pada Sapi Potong di Kota Banjarbaru Studi Kasus Infestasi Caplak Boophilus microplus pada Sapi Potong di Kota Banjarbaru Sri Sulistyaningsih Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan E-mail: SriSulistyaningsihkwq@gmail.com Abstrak Caplak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN BAB 1. PENDAHULUAN Kebutuhan protein hewani asal ternak yang semakin terasa untuk negara berkembang, khususnya Indonesia, harus terus ditangani karena kebutuhan itu semakin bertambah disebabkan oleh pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang peternakan merupakan sektor penting dalam menunjang perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak masih mengandalkan hidupnya dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.

Lebih terperinci

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO NO JENIS MEDIA PEMBAWA PEMERIKSAAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA HEWAN PEMERIKSAAN TEKNIS MASA KARANTINA KETERANGAN 1. HPR 14 hari Bagi HPR

Lebih terperinci

Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor ABSTRACT

Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor ABSTRACT EFIKASI PEMBERIAN ANTELMINTIK GOLONGAN LEVAMISOLE DAN IVERMECTIN PADA DOMBA YANG TERINFEKSI CACING YANG RESISTEN TERHADAP ANTELMINTIK GOLONGAN BENZIMIDAZOLE BERIAJAYA dan AMIR HUSEIN Balai Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDERS REARED IN THE SOBANGAN VILLAGE, MENGWI

Lebih terperinci

Balai Penelitian Yeteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114

Balai Penelitian Yeteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 METODE PENGEMBANGBIAKAN DAN PEMANENAN TUNGAU SARCOPTES SCABIEI SIMSON TARIGAN Balai Penelitian Yeteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL ZAENAL KOSASIH Balai Penelitian Veteriner Jl. R.E. Martadinata 30 Bogor 16114 RINGKASAN Parasit cacing

Lebih terperinci

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI NURLAELA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NWUAELA. D24101054.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Persiapan Penelitian Koleksi dan Perbanyakan Parasitoid Perbanyakan Serangga Inang Corcyra cephalonica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Persiapan Penelitian Koleksi dan Perbanyakan Parasitoid Perbanyakan Serangga Inang Corcyra cephalonica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai dengan Maret 2006 bertempat di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR. PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR Kuspriyanto*) Abstrak : Skabies dikenal sebagai penyakit gudiken yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya melakukan pemeriksaan parasit cacing pada ternak sapi dan melakukan observasi lingkungan kandang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 2 Tahun 2014

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 2 Tahun 2014 Efektifitas Pemberian Perasan Bawang Putih (Allium Sativum Linn) Dosis Tunggal Terhadap Jumlah Telur Cacing Gelang (Toxocara Canis) Secara In Vivo Ratri Risky Utami 1, Anik Nuryati 2, Siti Nuryani 3 1,2,3

Lebih terperinci

Team Teknis IVasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 PENYAKIT-PENYAKIT MENULAR Penyakit Antraks Antraks atau penyakit radang limpa merupakan penyaki

Team Teknis IVasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 PENYAKIT-PENYAKIT MENULAR Penyakit Antraks Antraks atau penyakit radang limpa merupakan penyaki MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT TERNAK YANG DAPAT MENULAR PADA MANUSIA (ZOONOSIS) NANA SURYANA' DAN BAMBANG KUSHARTONO 2 'Balai Besar Penelitian Veleriner P.O.Box 52, Bogor 16114 'Balai Penelitian Ternak P.O.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN MONOLAURIN DAN OBAT ALTERNATIF LAINNYA DALAM MEMBERANTAS PENYAKIT SCABIES PADA KAMBING

EFEKTIVITAS PEMBERIAN MONOLAURIN DAN OBAT ALTERNATIF LAINNYA DALAM MEMBERANTAS PENYAKIT SCABIES PADA KAMBING EFEKTIVITAS PEMBERIAN MONOLAURIN DAN OBAT ALTERNATIF LAINNYA DALAM MEMBERANTAS PENYAKIT SCABIES PADA KAMBING (Effect of Monolaurin and Drug of Alternativ Other in Fighting Against Disease of Scabies at

Lebih terperinci

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor), Sapi ACEH 25055 25902 18002 23456 22172 19693 9931 27698 26239 35601 36014 36287 30145 11316 10986 13231 SUMATERA UTARA 22557 22578 17050 21686 20380 19275 20816 24077 19676 28901 31926 32163 21761 24434

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO Maria Y. N, 2011; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr, M.Sc Pembimbing II:

Lebih terperinci

Bab III. Hasil dan Pembahasan

Bab III. Hasil dan Pembahasan Bab III Hasil dan Pembahasan Bab 3 menguraikan formulasi model siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, pengolahan dan analisis data serta model regresi data telur nyamuk hasil pengamatan 3.1 Siklus Hidup Nyamuk

Lebih terperinci

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola) Soal metamorfosis 1. Apa yang dimaksud metamorfosis sempurna? 2. Gambarkan kejadian metamomorfosis sempurna! 3. Apa yang dimaksud dengan metamorfosis tidak sempurna? 4. Gambarkan kejadian metamorfosis

Lebih terperinci

TRANSFER INOVASI TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DAN CACING PADA PETERNAKAN KAMBING DI LAHAN MARJINAL, LOMBOK TIMUR

TRANSFER INOVASI TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DAN CACING PADA PETERNAKAN KAMBING DI LAHAN MARJINAL, LOMBOK TIMUR TRANSFER INOVASI TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DAN CACING PADA PETERNAKAN KAMBING DI LAHAN MARJINAL, LOMBOK TIMUR (A Technology Transfer for the Prevention of Parasitic Diseases in Goat in the

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Blok C Laboratorium Lapang Bagian Produksi Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ABATE (TEMEFOS) PADA LARVA NYAMUK CULEX DI DALAM DAN DI LUAR RUANGAN

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ABATE (TEMEFOS) PADA LARVA NYAMUK CULEX DI DALAM DAN DI LUAR RUANGAN ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ABATE (TEMEFOS) PADA LARVA NYAMUK CULEX DI DALAM DAN DI LUAR RUANGAN Fanny Wiliana, 2006. Pembimbing : Susy Tjahjani, dr., M.Kes Meilinah Hidayat, dr., M.Kes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

CENDAWAN Metarhizium anisopliae SEBAGAI PENGENDALI HAYATI EKTOPARASIT CAPLAK DAN TUNGAU PADA TERNAK

CENDAWAN Metarhizium anisopliae SEBAGAI PENGENDALI HAYATI EKTOPARASIT CAPLAK DAN TUNGAU PADA TERNAK CENDAWAN Metarhizium anisopliae SEBAGAI PENGENDALI HAYATI EKTOPARASIT CAPLAK DAN TUNGAU PADA TERNAK RIZA ZAINUDDIN AHMAD Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 ABSTRAK Metarhizium anisopliae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies

Lebih terperinci

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK RACHMAT HENDAYANA dan M. H. TOGATOROP Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Salak 22 Bogor ABSTRACT The Structure of Job Allocation

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

ABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO

ABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO ABSTRACT THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO Dewi Sylvia Kartika, 2005 1 st Tutor: Budi Widyarto.L,dr 2 nd Tutor:MeilinahHidayat,dr.Mkes Worm infection happen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI TELAH DIUBAH/DIGANTI DENGAN PERDA NOMOR 11 TAHUN 2004 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA Disusun Oleh: Mochamad Iqbal G1B011045 Kelompok : VII (Tujuh) LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat produksi daging domba di Jawa Barat pada tahun 2016 lebih besar 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging domba dan kambing di

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKTRAK TANAMAN NANAS TERHADAP DAYA TETAS TELUR CACING Haemonchus contortus SECARA IN VITRO

EFEKTIVITAS EKTRAK TANAMAN NANAS TERHADAP DAYA TETAS TELUR CACING Haemonchus contortus SECARA IN VITRO EFEKTIVITAS EKTRAK TANAMAN NANAS TERHADAP DAYA TETAS TELUR CACING Haemonchus contortus SECARA IN VITRO (Effectivity of Pineapple Extract on Hatchibility of Haemonchus contortus Eggs in vitro) AMIR HUSEIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI Wilma Angela, 2009, Pembimbing I : Meilinah Hidayat,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN PROFIL PROTEIN TUNGAU SARCOPTES SCABIEI PADA KAMBING DAN KELINCI

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN PROFIL PROTEIN TUNGAU SARCOPTES SCABIEI PADA KAMBING DAN KELINCI Identifikasi Morfologi dan Profil Protein Tungau (Ririen N.W., Nunuk D.R.L., Endang S.) IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN PROFIL PROTEIN TUNGAU SARCOPTES SCABIEI PADA KAMBING DAN KELINCI IDENTIFICATION OF MORPHOLOGY

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP CACING Ascaris suum SECARA IN VITRO Manasye Jutan, 2014 ; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc Askariasis adalah infeksi

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI Dwi Iriani Sutami, 2007 Pembimbing I : Budi Widyarto Lana, dr. Pembimbing II: Lusiana darsono, dr.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI KHOERUNNISSA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN KHOERUNNISSA.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Hasil penyamakan pada kulit bulu (fur)

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling

Lebih terperinci