BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Fanny Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten Boyolali Sapi tahap pertama masuk ke peternakan tersebut pada tanggal 18 Februari 2008 sebanyak 24 ekor, dan sapi berikutnya masuk pada tanggal 23 Februari 2010 sebanyak 32 ekor Transportasi sapi perah dari Kabupaten Boyolali ke peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor menggunakan mobil bak terbuka Kondisi sapi tersebut sedang laktasi pertama dan berumur ± 2 tahun Hal ini memungkinkan bahwa infestasi lalat Hippobosca sp sudah terjadi di daerah asal Kabupaten Boyolali memiliki kawasan peternakan dan pasar sapi perah yang besar serta menampung sapi dari daerah lain di Indonesia Pada umumnya infestasi lalat ini terjadi pada sapi potong, namun sekarang dapat ditemukan di sapi perah, Para peternak membeli sapi dari daerah lain yang tidak dilakukan pemeriksaan terhadap kesehatan ternak sehingga lalat H equina dapat terbawa pada tubuh sapi tersebut Hasil koleksi yang dilakukan selama ± 1 tahun terhadap H equina pada 15 ekor sapi perah didapatkan jumlah total lalat sebanyak 497 ekor Jumlah koleksi pupa yang berhasil didapatkan sebanyak 260 buah (Tabel 1) Berdasarkan hasil identifikasi terhadap lalat Hippobosca sp di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor terdiri dari satu jenis yaitu lalat Hippobosca equina
2 12 Tabel 1 Jumlah rata-rata lalat tertangkap dan pupa H equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor pada bulan Mei 2011 sampai dengan April 2012 Bulan Lalat tertangkap (ekor) Jumlah pupa (buah) Mei Juni Juli Agustus September 23 8 Oktober 12 8 November 2 3 Desember 0 0 Januari 0 0 Februari 0 0 Maret 0 0 April 0 0 Jumlah Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah lalat dan pupa di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor tertinggi pada pengamatan bulan Mei yaitu 232 ekor Jumlah lalat semakin menurun sampai tidak ditemukan pupa dan lalat pada pengamatan bulan Desember sampai dengan April 2012 Penurunan jumlah lalat dewasa dan pupa yang ditemukan disebabkan karena intervensi yang dilakukan oleh peternak Intervensi yang dilakukan berupa pengendalian yang dilakukan oleh peternak seperti melakukan penyemprotan menggunakan insektisida Insektisida yang digunakan oleh peternak saat pengendalian contohnya deltametrin 42 Morfologi Lalat H equina Identifikasi yang dilakukan terhadap lalat dewasa menunjukkan ciri morfologi H equina Ciri morfologi yang dimiliki oleh lalat ini berbeda dengan lalat H variegata Ciri khas yang dimiliki lalat H equina adalah ukuran yang lebih kecil dan memiliki variasi bercak pada toraks yang kurang (Gambar 4)
3 mm Gambar 4 Lalat H equina probosis (1), palpi (2), mata majemuk (3), kaki depan (4), toraks (5), abdomen (6), kuku (7), kaki tengah (8), kaki belakang (9), sayap (10) Morfologi H equina terdiri dari kepala, toraks, sayap, kaki, dan abdomen Ukuran tubuh lalat ini yaitu 10 ± 04 mm, bentuknya pipih dorsoventral, dan berwarna kuning sampai coklat kehitaman Bentuk tubuh pipih dorsoventral (gepeng) berfungsi untuk mempermudah dalam bergerak atau berpindah dengan merayap di tubuh sapi Tubuh lalat ini ditutupi oleh bulu yang pendek dan dilengkapi dengan kuku runcing yang mudah menempel pada inang yaitu memegang rambut inang atau kulit (Gambar 5) Gambar 5 Infestasi lalat H equina pada sapi perah
4 14 Gambar 6 Kepala H equina pandangan dorsal Kepala lalat H equina terdiri dari mata majemuk, orbital, vita frontalis, palpi, antena, dan probosis Mata majemuk lalat ini berwarna hitam, orbital coklat kekuningan, vitta frontalis coklat tua, dan antenanya tidak berkembang Palpi tebal, pendek, dan berwarna coklat kehitaman yang ditumbuhi rambut (Gambar 6) Palpi berfungsi untuk melindungi probosis dan membantu lalat dalam mengisap darah Probosis lalat ini langsing berwarna coklat kehitaman dengan ukuran sekitar 1 mm yang berfungsi untuk menusuk, merobek jaringan, dan mengisap darah (Gambar 7 A, 7 B) A B Gambar 7 Probosis H equina pandangan dorsal (A), ventral (B)
5 15 A B Gambar 8 Toraks H equina pandangan dorsal (A), ventral (B) prosternum (Stn1), mesosternum (Stn2), metasternum (Stn3) Toraks lalat H equina berukuran sekitar 2 mm dan memiliki variasi warna dengan bercak hitam sampai coklat kekuningan Menurut Borror et al (1992) toraks lalat H equina terdiri dari prosternum, mesosternum, dan metasternum Pada toraks lalat ini terdapat sepasang sayap dan tiga pasang kaki Warna toraks pada pandangan dorsal lebih gelap dari pandangan ventral karena pada bagian ventral kurang terpapar oleh cahaya matahari (Gambar 8 A, 8 B) Sayap H equina berukuran 6 mm, memiliki sepasang sayap transparan, lebar, dan melebihi dari abdomennya (Gambar 9, 10) Sayap H equina relatif lebih kaku dibandingkan dengan sayap lalat jenis lain Hal ini mengakibatkan H equina tidak dapat terbang jauh dari inangnya dan sebagian besar waktunya dihabiskan pada inang Kaki lalat ini terdiri dari koksa, femur, tibia, tarsus, dan kuku Pada bagian femur, tibia, dan tarsus lalat ini ditumbuhi rambut berwarna coklat kekuningan Rambut-rambut ini berfungsi sebagai alat sensorik Kuku lalat ini runcing, berwarna hitam, dan berjumlah sepasang pada setiap kaki dan berfungsi untuk menempel pada inangnya (Gambar 11, 12, dan 13)
6 16 Gambar 9 Sayap H equina pandangan dorsal sel kosta (C), vena kosta (c), vena subkosta (Sc), rangka sayap melintang humerus (h), alula (alu), calypter atau skuame (cal), vena radius (Rs), sel radius (R), vena cubitus (Cu), pertemuan cabang medius 1 dan 2 (M1+2), pertemuan cabang medius 3 dan cubitus 1 (M3+Cu1) Gambar 10 Sayap H equina pandangan ventral sel kosta (C), vena kosta (c), vena subkosta (Sc), rangka sayap melintang humerus (h), alula (alu), calypter atau skuame (cal), vena radius (Rs), sel radius (R), vena cubitus (Cu), pertemuan cabang medius 1 dan 2 (M1+2), pertemuan cabang medius 3 dan cubitus 1 (M3+Cu1)
7 17 Gambar 11 Kaki H equina pandangan ventral A B Gambar 12 Kaki bagian femur H equina pandangan dorsal (A), ventral (B) A B Gambar 13 Kaki bagian tibia H equina pandangan dorsal (A), ventral (B)
8 18 A B Gambar 14 Abdomen H equina pandangan dorsal (A), ventral (B) Abdomen lalat H equina berukuran sekitar 4 mm yang berwarna coklat kehitaman Pada bagian abdomen ditutupi oleh rambut berwarna coklat kekuningan (Gambar 14 A, 14 B) Warna abdomen yang hitam menunjukkan bahwa lalat sudah mempunyai pupa yang matang dan siap untuk dikeluarkan Pupa lalat H equina berwarna hitam yang berbentuk oval atau bulat (Gambar 15) Hal ini sesuai dengan pendapat Hutson (1984), bahwa pupa lalat H equina berwarna hitam Gambar 15 Pupa lalat H equina
9 19 Menurut Hadi & Soviana (2010) ciri morfologi dari lalat H equina adalah ukuran tubuh sekitar 10 mm dari ujung sampai abdomen, tubuhnya melebar dan dorsoventral, berwarna coklat merah dengan bercak kuning pucat pada bagian dorsal toraks Tubuh lalat ini ditutupi oleh bulu yang pendek, memiliki sepasang sayap yang kuat dengan vena anterior yang jelas, antenanya tidak berkembang Probosis lalat ini langsing yang digunakan untuk menusuk dan merobek jaringan Palpi lalat H equina tebal dan pendek untuk melindungi probosis, kaki, dan kuku lalat ini berkembang baik 43 Bioekologi Lalat H equina Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lalat H equina di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor, bahwa lalat H equina berhabitat di kandang sapi perah Lalat ini meletakkan pupa pada sudut tiang besi, dan menetaskan pupa sekitar 1-2 hari Tiang besi tersebut berpotensi sebagai tempat meletakkan pupa oleh lalat H equina Hal ini dikarenakan pada tiang tersebut terdapat celah-celah yang mampu menampung dan melindungi pupa dari gangguan dari luar Selain itu lalat H equina juga suka meletakkan pupanya pada tanaman yang berada di sekitar kandang seperti pada pelepah-pelepah pisang Gambar 16 Tempat peletakan pupa H equina, sudut tiang besi (a), kumpulan pupa pada tiang besi (b)
10 20 Menurut Quercia et al (2005) lalat H equina berhabitat di kandang kuda dan sapi serta meletakkan pupa pada makanan ternak atau tempat yang terlindung dari gangguan luar Menurut Sigit et al (1990) pada malam hari atau hujan lebat, lalat H equina kadang-kadang akan meninggalkan inangnya dan berlindung di bawah daun pakis atau pelepah pohon yang berada di dekatnya Menurut Hadi & Soviana (2010) pupa lalat H equina biasanya diletakkan oleh lalat betina pada batang atau pelepah pohon kelapa atau pohon lainnya yang terlindung, atau tanah yang berlumpur (lembab) Menurut Soulsby (1982) lalat H equina meletakkan pupa pada celah-celah kayu, ketiak tanaman, dan celah kandang Lalat H equina jarang terbang jauh dari inangnya, hal ini disebabkan lalat ini mempunyai sayap yang kaku Lalat H equina berpindah dari sapi yang satu ke sapi yang lain yang berada di dekatnya karena adanya gangguan fisik terhadap lalat tersebut Pada siang hari baik jantan maupun betina mengisap darah dan beristirahat pada tubuh sapi Lalat H equina mengisap darah sapi dengan cara menusuk dan merobek jaringan menggunakan probosis Menurut Rani et al (2011) lalat Hippobosca sp mengisap darah inangnya sebanyak µl dalam waktu 3-13 menit Bagian tubuh yang disukai oleh lalat H equina yaitu daerah leher, perineal, diantara kaki belakang, dan pubis Hal ini disebabkan oleh pada daerah tersebut terdapat kulit yang tipis, dan apabila ada gangguan maka lalat ini dapat bersembunyi di bawah ekor atau di antara kaki belakang Lalat H equina berkembang biak secara pupipara yaitu betinanya tidak menghasilkan telur tetapi langsung menghasilkan larva masak pada tubuh lalat, dan dalam waktu beberapa jam langsung berubah menjadi pupa Gambar 17 Lalat H equina pada daerah pubis
11 21 Peranan lalat H equina dalam kesehatan hewan yaitu lalat ini dapat menyebabkan iritasi, kegatalan, dan kegelisahan Selain itu, lalat tersebut dapat menyebabkan ternak tidak nyaman untuk makan dan minum, sehingga dapat mengakibatkan penurunan berat badan, produksi susu, daya kerja, merusak kulit, jaringan tubuh, dan anemia 44 Kondisi Lingkungan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lalat H equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor, bahwa penyebaran lalat H equina berhubungan dengan transportasi ternak Kondisi lingkungan kandang di kawasan usaha peternakan sapi perah mempunyai kandang yang tiangnya terbuat dari besi, beratap seng, dan berlantai semen Tiang besi tersebut berpotensi sebagai tempat meletakkan pupa oleh lalat H equina Gambar 18 Kandang sapi perah di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor
12 22 Tabel 2 Rata-rata ICH, kelembaban, dan temperatur udara di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor pada bulan Mei 2011 sampai dengan April 2012 Bulan ICH (mm) Kelembaban (%) Temperatur ( C) Mei Juni Juli Agustus September Oktober 102, November Desember Januari Februari Maret April Rata-rata Sumber: BMKG Darmaga Bogor Berdasarkan data yang di peroleh dari BMKG setempat menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara di kawasan usaha peternakan sapi perah dari bulan Mei 2011 sampai April 2012 yaitu 2594 ºC Adanya rata-rata kelembaban dan indeks curah hujan (ICH) yaitu 8167 % dan mm (Tabel 2) Kondisi iklim seperti curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara yang optimum mendukung lalat H equina dapat berkembangbiak di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor Hal ini juga didukung adanya inang, vegetasi, dan tempat peletakan pupa di daerah tersebut Hafez et al (2009) menyatakan bahwa suhu optimum lalat H equina dapat beradaptasi dan berkembangbiak yaitu 20 ºC sampai 32 ºC, sedangkan kelembaban yang optimum lalat H equina dapat beradaptasi dan berkembangbiak yaitu 75 % Adanya fluktuasi curah hujan tidak mempengaruhi keberadaan lalat H equina dan pupa di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor Hal ini dikarenakan kandang sapi perah terbuat dari besi yang kering dan beratap seng, sehingga lalat dan pupa terlindung dari hujan Perkembangan lalat H equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor berpotensi menurunkan produksi, kualitas, dan terganggunya kesehatan sapi Kerugian yang di alami peternak semakin lama
13 23 semakin besar, meskipun kerugian tersebut tidak langsung terlihat atau dirasakan oleh peternak tetapi dapat mengurangi aktifitas sapi sehingga mengurangi penghasilan peternak Penyebaran H equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor tersebut akan semakin meluas atau meningkat dikarenakan rendahnya pengetahuan peternak terhadap kesehatan hewan Penyebaran lalat H equina dapat diakibatkan dari perpindahan sapi dari peternak yang satu ke peternakan yang lain, alat-alat yang digunakan, transportasi, perpindahan pekerja, dan bahan yang digunakan 45 Rekomendasi Pengendalian Lalat H equina Lalat H equina merupakan ektoparasit pada sapi dan kuda Pengendalian lalat H equina dapat dilakukan dengan memutus siklus hidup lalat tersebut Pemutusan siklus hidup dapat dilakukan pada stadium pupa dan dewasa Pengendalian lalat H equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan Manajemen pemeliharaan yang baik merupakan usaha untuk mencegah perpindahan populasi ternak atau penyakit dari suatu daerah ke daerah lain Tindakan yang dilakukan adalah pengawasan terhadap transportasi ternak yang berasal dari daerah yang mempunyai potensi keberadaan lalat H equina yang tinggi seperti dari Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Aceh Melakukan pengawasan kesehatan hewan oleh dokter hewan sehingga kesehatan hewan yang masuk ke suatu wilayah akan terjamin kesehatannya Menjaga sanitasi lingkungan seperti membersihkan kandang ternak, ternak, dan membersihkan lingkungan di sekitar kandang Sosialisasi terkait kepentingan lalat H equina terhadap kesehatan hewan dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan peternak Sehingga peternak dapat melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap populasi lalat tersebut Penurunan populasi lalat dapat mengurangi kerugian peternak oleh lalat tersebut Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan penggunaan bahan kimia Bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian lalat Hippobosca sp yaitu insektisida golongan piretroid Jenis insektisida yang dapat digunakan misalnya
14 24 alphasipermetrin 002 g/m 2, siflutrin 003 g/m 2, sipermetrin g/m 2, deltametrin g/m 2, fenvalerat 1 g/m 2, dan permetrin g/m 2 yang penggunannya melalui penyemprotan dengan efek residu (Anonim 2012) Peternak harus memilih insektisida yang tepat dalam arti mudah didapat dan murah Selain itu juga harus efektif dan efisien, serta toksik terhadap lalat Insektisida yang digunakan tidak toksik terhadap hewan ternak, tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, dan mudah aplikasinya Aplikasi insektisida dapat dilakukan melalui penyemprotan, menggunakan hand srayer maupun mesin semprot jenis lain
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling
Lebih terperinciIDENTIFIKASI LALAT SUMBA (Hippobosca sp.) PADA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR JONI PUTRA
IDENTIFIKASI LALAT SUMBA (Hippobosca sp.) PADA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR JONI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk Nyamuk merupakan serangga yang memiliki tubuh berukuran kecil, halus, langsing, kaki-kaki atau tungkainya panjang langsing, dan mempunyai bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna
Lebih terperinciBALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK
IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciGambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinci... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat rnenciptakan
... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat rnenciptakan seek~r lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk rnenciptakannya. Dan jika lalat itu rnerarnpas sesuatu dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Iklim Kabupaten Rokan Hilir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir terletak pada garis 00 25' 20 o LU - 010 25' 41 o LU dan 1000 02' 56 o BT - 1000 56' 59 o BT dengan
Lebih terperinciMusca domestica ( Lalat rumah)
PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aedes sp Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Super Class Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4
TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama (Bractrocera dorsalis) Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : insecta
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA
ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,
Lebih terperinciBagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?
Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Upik Kesumawati Hadi *) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin
HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang
5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur
Lebih terperinciHASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan
2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciBAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua
BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes sp 1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp Nyamuk Aedes sp secara umum mempunyai klasifikasi (Womack, 1993), sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Upagenus
Lebih terperinciPenyiapan Mesin Tetas
Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Secara umum RW 3 dan RW 4 Kelurahan Pasir Kuda memiliki pemukiman yang padat dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah sampel rumah yang diambil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Capung
TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis
Lebih terperinci1b. Abdomen tidak berpetiole; terga ruas II-IV bermembran b. Terdapat 2 seta pada skutelum a. Terdapat seta pada prescutellar...
LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Identifikasi Bactrocera carambolae 1b. Abdomen tidak berpetiole; terga ruas II-IV bermembran... 12 12b. Terdapat 2 seta pada skutelum... 18 18a. Terdapat seta pada prescutellar...
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera
TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim
Lebih terperinciDINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )
DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) Diterbitkan : Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Grobogan Jl. A. Yani No.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu daerah yang berada di bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, secara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Morfologi dan Klasifikasi Nyamuk Anopheles a. Morfologi nyamuk Anopheles sp. Morfologi nyamuk menurut Horsfall (1995) : Gambar 1. Struktur morfologi nyamuk Anopheles
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum
TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan
3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah-buahan Taksonomi Tanaman Buah-buahan Tanaman buah-buahan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta atau tumbuhan biji. Biji berasal dari bakal biji yang biasa disebut makrosporangium,
Lebih terperinciKBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id
Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciHama Aggrek. Hama Anggrek
Hama Anggrek Dr. Akhmad Rizali Hama Aggrek Tungau merah (Tennuipalvus orchidarum) Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus) Kumbang penggerek (Omobaris calanthes) Kutu perisai (Parlatoria proteus) Pengorok
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Nyamuk Dalam daur kehidupan nyamuk mengalami proses metamorfosis sempurna, yaitu perubahan bentuk tubuh yang melewati tahap telur, larva, pupa, dan imago atau
Lebih terperinciSegera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati
Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati Ika Ratmawati, SP. POPT Ahli Muda Pendahuluan Alunan lagu nyiur hijau menggambarkan betapa indahnya tanaman kelapa yang berbuah lebat dan melambaikan nyiurnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciJENIS_JENIS TIKUS HAMA
JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Aedes aegypti Nyamuk Ae. aegypti termasuk dalam ordo Diptera, famili Culicidae, dan masuk ke dalam subordo Nematocera. Menurut Sembel (2009) Ae. aegypti dan Ae. albopictus
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura
S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk
16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat
Lebih terperinciTINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP
TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2013 Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah
Lebih terperinciMORFOLOGI TANAMAN KEDELAI
MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI TANAMAN KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} Klasifikasi Verdcourt genus Glycine tdr 3 sub genera: Glycine Willd, Bracteata Verde, Soja (Moench) F.J. Herm. Subgenus Soja merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Fase Pradewasa Telur Secara umum bentuk dan ukuran pradewasa Opius sp. yang diamati dalam penelitian ini hampir sama dengan yang diperikan oleh Bordat et al. (1995) pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Lebih terperinci