BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan Analisis SWOT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan Analisis SWOT"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perancangan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh PT. Semen Indonesia (persero), Tbk dengan tujuan untuk memanfaatkan keunggulan perusahaan baik dalam hal produk ataupun jasa serta memperkecil dampak negatif yang muncul dari kekurangan perusahaan. 1. Kekuatan (Strength) : A. Jangkauan distribusi paling luas yang didukung oleh 30 unit gedung penyangga, 22 packing plant, 11 pelabuhan khusus dan 4 lokasi pabrik yang terintegrasi di lokasi yang strategis. B. Penggunaan bahan baku yang berasal dari area tambang perusahaan dengan kualitas terbaik dan dalam jumlah besar yang menjamin kelangsungan produksi semen disemua pabrik yang dimiliki perusahaan dalam jangka panjang. C. Perusahaan merupakan pemimpin pasar dengan menguasai pangsa pasar domestik sebesar 43,9%. D. Menjadi pelopor BUMN multinasional pertama di Indonesia E. Volume Penjualan domestik meningkat sebesar 13,2% dibandingkan dengan industri semen nasional yang tumbuh 5,5% pada tahun F. Sumber daya manusia yang kompetitif, dan bermotivasi tinggi dalam mencapai visi dan misi perusahaan. G. Innovasi produk untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dengan biaya yang lebih efisien. H. Penggunaan power plant baru di PT. Semen Tonasa untuk menekan biaya listrik. 27

2 28 I. Laba bersih yang terus meningkat dari tahun J. Margin laba bersih yang selalu berada diatas rata-rata industri. K. Pengembalian terhadap total aset yang berada diatas rata-rata industri. L. EPS yang cukup jauh diatas industri dan terus meningkat setiap tahunnya yang menandakan perusahaan memberikan keuntungan lebih tinggi bagi investor dibanding kompetitornya. M. Dividend payout ratio yang berada diatas rata-rata industri yang berarti perusahaan memberikan porsi pembayaran dividen dari laba bersih diatas kompetitornya. 2. Kelemahan (Weakness) : A. Saluran distribusi yang masih belum merata di beberapa daerah. B. Ketersediaan produk yang belum merata sehingga beberapa wilayah sering mengalami kekurangan pasokan. C. Biaya operasional yang tinggi. D. Rasio lancar yang berada dibawah rata-rata industri. E. Rasio cepat yang cukup jauh dibawah industri. F. Beban penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya. G. Rasio perputaran persediaan yang berada dibawah rata-rata industri yang menandakan perusahaan lambat dalam menjual persediaannya dibandingkan kompetitor. 3. Peluang (Opportunity) : A. Penjualan semen yang terus mengalami peningkatan. B. Pembangunan beberapa packing plant baru pada lokasi yang strategis untuk mengatasi masalah ketersediaan produk dan untuk meningkatkan saluran distribusi dibeberapa daerah. C. Tingginya jumlah pembangunan fasilitas umum (jalan raya, jembatan, bendungan, dll) di Indonesia yang memerlukan bahan dasar semen. D. Peningkatan jumlah investasi dibidang properti yang merupakan salah satu pasar penyerapan semen terbesar. E. Peningkatan jumlah pembangunan gedung-gedung untuk perkantoran, hotel, apartemen, dll setiap tahun.

3 29 4. Ancaman (Threat) A. Persaingan di industri semen yang sangat ketat khususnya dari PT. Indocement, tbk dan PT. Holcim, tbk yang terus menambah kapasitasnya. B. Pertumbuhan penjualan semen nasional yang kemungkinan akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. C. Kondisi perekonomian yang sedang tidak pasti yang dipengaruhi kondisi perekonomian global yang belum kuat. D. Masuknya merk-merk baru yang sangat gencar di pasar domestik serta pasar global. E. Biaya operasional seperti listrik, air dan telepon yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Melalui analisis terhadap faktor-faktor diatas, maka dapat dibuat tabel SWOT sebagai berikut : Tabel 4.1 Analisis SWOT Faktor internal Faktor eksternal Kekuatan (Strength) SO 1. Terus menciptakan inovasiinovasi produk agar dapat selalu menjadi pilihan utama bagi konsumen. Kelemahan (Weakness) WO 1. Menambah packing plant baru di beberapa daerah yang belum memiliki pasokan produk yang memadai. Peluang (Opportunity) 2. Melakukan promosi secara berkala untuk meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap produk perusahaan. 3. Menciptakan produk yang dapat dipergunakan secara optimal dalam pembangunan jalan dan fasilitas umum 2. Menekan biaya penjualan agar dapat memberikan harga yang kompetitif 3. Menambah saluran distribusi untuk meningkatkan wilayah distribusi ke daerah-daerah yang belum memiliki saluran

4 30 lainnya. distribusi yang memadai. 4. Memanfaatkan bahan baku yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan produk yang berkualitas. 4. Mengadakan iklan melalui berbagai media cetak maupun elektronik untuk meningkatkan brand awareness masyarakat Ancaman (Threat) 5. Mempergunakan jalur-jalur distribusi yang terletak diwilayah strategis yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan. ST 1. Terus menambah kapasitas produksi agar dapat selalu berada diatas para pesaing. 2. Mempergunakan power plant di Pt. semen tonasa agar dapat menekan biaya listrik perusahaan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. 3. Memperhatikan kebutuhan serta kepuasan pelanggan agar selalu menjadi brand yang dipilih dibandingkan merkmerk baru lainnya WT 1.Menekankan disiplin efisiensi biaya dengan mengurangi pemakaian listrik dan air yang tidak perlu untuk menekan biaya operasional. 2.Mengurangi persediaan untuk meningkatkan rasio cepat perusahaan. 3.Meningkatkan penetrasi pasar melalui promosi dan iklan sebagai langkah persiapan terhadap kemungkinan akan melambatnya pertumbuhan penjualan semen nasional 4. Selalu memperhatikan harga produk-produk dipasar agar dapat menetapkan harga yang kompetitif.

5 Analisis Porter Analisis Porter adalah analisis terhadap 5 unsur yang menentukan tingkat persaingan dalam suatu industri yaitu : 1. Ancaman Produk pengganti Semen merupakan bahan dasar yang dibutuhkan dalam pendirian suatu bangunan baik rumah, kantor ataupun gedung juga fasilitas umum seperti jalan raya, jembatan,dll. Produk substitusi yang ada saat ini belum mampu menyaingi semen dalam hal kualitas seperti durabilitas produk sehingga produk pengganti umumnya berumur pendek, sehingga belum dapat dipergunakan sebagai substitusi semen yang efektif. Penggunaan produk pengganti belum menjadi ancaman yang berarti bagi perusahaan pada saat ini, namun tidak tertutup kemungkinan produk pengganti akan menjadi ancaman dimasa yang akan datang oleh karena itu perusahaan tetap harus menciptakan inovasi-inovasi baru serta mengembangkan produk yang telah ada dengan tujuan sebagai persiapan agar perusahaan tidak tertinggal dikemudian hari. 2. Ancaman Pesaing dalam industri yang sama Persaingan di industri semen sangatlah ketat. Peningkatan kapasitas produksi oleh Pt. Indocement, tbk dan Pt. Holcim, tbk menjadi ancaman bagi pangsa pasar perusahaan. Iklan serta promosi yang gencar dilakukan oleh masing-masing perusahaan pesaing, khususnya Pt. Holcim, tbk yang sangat gencar dalam melakukan iklan di media elektronik (televisi) menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan produk oleh kompetitor. Oleh karena itu PT. Semen Indonesia (persero), Tbk sebagai pemimpin pasar juga harus terus melakukan promosi-promosi seperti potongan pembelian dan pemberian bonus atas pembelian sejumlah tertentu, dan menayangkan iklan secara berkala baik di media cetak maupun elektronik untuk meningkatkan brand awareness masyarakat. Perusahaan juga perlu melakukan perluasan lini produk serta peningkatan kualitas masing-masing produk yang telah ada. Perusahaan juga harus terus melakukan peningkatan kapasitas produksi agar tidak tertinggal oleh

6 32 kedua kompetitornya yang terus melakukan peningkatan kapasitas produksi setiap tahun. 3. Ancaman Pendatang baru Munculnya merk-merk semen baru memang menjadi salah satu masalah yang berarti bagi perusahaan. Karena dengan munculnya produk-produk baru tentunya akan meningkatkan persaingan di industri yang pada akhirnya akan menyebabkan harga produk menjadi sangat kompetitif sehingga margin keuntungan atas penjualan yang didapat oleh perusahaan akan berkurang. Pada saat ini, merk-merk baru yang muncul masih belum sekuat PT. Semen Indonesia dibidang distribusi, kualitas produk dan modal kerja karena pada umumnya merk baru yang muncul hanya menjangkau beberapa daerah saja dan belum dapat menyaingi lini produk perusahaan yang beraneka ragam, serta memiliki modal kerja yang jauh lebih kecil, sehingga perusahaan masih memiliki keunggulan dalam hal kesadaran masyarakat terhadap produk (brand awareness) dan kualitas (quality) serta kapasitas produksi. 4. Daya tawar pemasok Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan bersifat mudah ditemukan dan dimiliki oleh banyak supplier sehingga kemampuan supplier untuk mempengaruhi harga sangat kecil. Tingginya permintaan bahan baku oleh perusahaan juga mempengaruhi harga perolehan karena semakin tinggi pembelian bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan, harga bahan baku tersebut yang diperoleh juga semakin rendah sehingga perusahaan dapat menekan biaya produksi, yang pada akhirnya akan menjadikan harga jual produk menjadi kompetitif tanpa mengurangi margin keuntungan perusahaan. 5. Daya tawar konsumen Dengan banyaknya merk yang beredar dipasar, daya tawar konsumen secara otomatis akan meningkat karena konsumen memiliki berbagai macam pilihan produk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya, serta dengan harga yang bervariatif sehingga perusahaan diharuskan untuk menetapkan harga jual yang bersaing.

7 33 Perusahaan perlu mengadakan promosi secara berkala serta iklan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik dengan tujuan meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat terhadap kualitas produk serta menetapkan harga jual yang kompetitif sesuai dengan harga yang ada dipasar, agar konsumen lebih memilih produk yang ditawarkan oleh perusahaan Analisis PEST Analisis PEST adalah analisis mengenai lingkungan eksternal suatu bisnis, yang dapat mempengaruhi kinerja dan kegiatan usaha bisnis tersebut. Analisis PEST dilakukan terhadap 4 faktor yaitu politik, ekonomi, sosial dan teknologi. 1. Politik Kebijakan pemerintah terkait keselamatan dan kesehatan kerja telah didukung penuh oleh perusahaan dengan keterlibatan langsung dalam pelaksanaan Gerakan Nasional K3 yang diselenggarakan setiap tahun. Kegiatan ini bertujuan mengingatkan kembali pentingnya kepatuhan dan ketaatan pada prosedur K3. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan UMR setiap tahun seperti pada tahun 2013 UMR pegawai di jakarta adalah Rp meningkat menjadi Rp pada tahun 2014 juga mempengaruhi keuntungan perusahaan yang tentunya akan berkurang dengan meningkatnya gaji buruh pabrik perusahaan. Kebijakan pemerintah untuk melindungi pemegang saham salah satunya adalah pendirian lembaga khusus oleh pemerintah yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang memiliki tugas pokok untuk menyusun kebijakan nasional mengenai Good Corporate Governance (GCG). Perseroan telah memiliki infrastruktur yang diperlukan dalam rangka implementasi GCG. Di jajaran Dewan Komisaris telah dibentuk komite-komite fungsional untuk memberdayakan fungsi kepengawasan. Demikian pula di jajaran Direksi telah dibentuk unit kerja yang mengendalikan, mengawal dan bertanggung jawab atas implementasi GCG dan juga bertugas sebagai mitra kerja dari komite-komite di bawah Dewan Komisaris. 2. Ekonomi Perekonomian di indonesia hanya tumbuh 5,78% di tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 6,23%. Penurunan pertumbuhan ekonomi

8 34 tahun 2013 disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor Indonesia. Kebijakan Bank Indonesia pada semester II tahun 2013 yang menaikkan uang muka pembelian rumah dan aturan persyaratan kepemilikan rumah melalui kredit kepemilikan rumah. Kedua hal ini berpengaruh terhadap melambatnya perkembangan sektor properti yang merupakan salah satu sumber penyerapan semen terbesar yang menyebabkan pertumbuhan konsumsi semen nasional 2013 hanya meningkat 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya. 3. Sosial Dibidang sosial, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). program ini berupaya mengembangkan keberadaan usaha kecil, menengah dan koperasi (UMKM), sehingga bisa lebih banyak menyediakan lapangan kerja bagi penduduk setempat. Kepedulian perusahaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, telah ikut menaikkan peringkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Kerek yang berada di sekitar lokasi pabrik Tuban. Berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan, baik yang dilaksanakan sendiri maupun bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, telah mampu menjadikan Kecamatan Kerek berada di peringkat 6 dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tuban. Peringkat ini berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. 4. Teknologi Dibidang informasi dan komunikasi, perusahaan menerapkan Information and Communication Technology (ICT) untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan sistem informasi dan komunikasi. Peran ICT adalah mendukung strategi ekspansi, mulai dari penyediaan sistem dan data untuk riset pasar, simulasi pasar, simulasi cadangan bahan baku, project management, sinergi antar fasilitas produksi, serta monitoring, evaluasi dan konsolidasi laporan kinerja Perseroan Critical Success Factor Critical Success Factor adalah faktor-faktor penting yang menjadi penentu keberhasilan PT. Semen Indonesia (persero), Tbk. Faktor-faktor tersebut memiliki

9 35 peranan penting dalam mencapai visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. PT. Semen Indonesia (persero), Tbk merupakan pemimpin pasar dibidang industri semen. Hal ini harus dipertahankan dengan terus melakukan peningkatan kualitas produk, sehingga produk yang dimiliki tetap menjadi pilihan utama konsumen. 2. Teknologi informasi dan komunikasi yang dilengkapi dengan sistem informasi yang dapat diandalkan, yang mendukung keseluruhan kinerja perusahaan secara keseluruhan, sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik. 3. Sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi serta didukung dengan sistem manajemen yang baik yang akan membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. 4. Jaringan distribusi yang luas dan dapat mencakup sebagian besar wilayah di Indonesia. Jaringan distribusi yang dimiliki perusahaan juga terus ditingkatkan melalui penambahan packing plant setiap tahunnya untuk memenuhi permintaan di beberapa wilayah yang kekurangan pasokan produk. 5. Kebijakan penentuan harga yang ditinjau secara periodik dengan pertimbangan daya beli masyarakat, tingkat permintaan semen, tingkat persaingan dipasar, harga jual yang ditetapkan oleh kompetitor dan kenaikan biaya produksi sehingga harga jual yang dietapkan selalu sesuai dengan situasi dan kondisi di pasar. 6. Strategi pemasaran yang berfokus pada berbagai media baik cetak maupun elektronik dengan tujuan untuk meningkatkan awareness serta penguatan citra merk dimaskarakat. Selain itu perusahaan juga mengadakan survei secara berkala untuk menentukan efektifitas komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk menjamin bahwa berbagai iklan yang dibuat oleh perusahaan telah sesuai, dan dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. 7. Layanan konsumen yang siap menangani keluhan pelanggan melalui berbagai saluran seperti telepon bebas pulsa, surat, dan sms baik dari pelanggan maupun distributor. 8. Tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan mencapai 90,7% ditahun 2013 yang menandakan bahwa produk yang dimiliki perusahaan sangat

10 36 disukai oleh konsumen. Hal ini akan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk pada masa yang akan datang. 9. Kapasitas produksi pada tahun 2013 mencapai 45% dari kapasitas terpasang nasional dan terus ditingkatkan oleh perusahaan melalui program upgrading. 10. EPS yang tinggi berarti perusahaan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pemilik saham. 11. Peluncuran center of engineering untuk mengantisipasi tantangan menjadi perusahaan engineering kelas dunia. 4.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis Vertikal Analisis vertikal adalah analisis terhadap laporan keuangan dalam satu periode akuntansi dengan tujuan mengetahui keadaan keuangan perusahaan dalam periode akuntansi tersebut. Analisis vertikal neraca : 1. Aset Lancar Pada tahun 2010 aset lancar perusahaan sebesar 47,2% yang sebagian besar berasal dari kas dan setara kas sebesar 23,54% serta akun piutang dan persediaan masing-masing sebesar 11,03% dan 10,44%. Pada tahun 2011 dan 2012 terjadi penurunan terhadap aset lancar menjadi 38,89% dan 30,97% yang salah satunya disebabkan oleh menurunnya saldo akun kas dan setara kas, yang pada tahun 2010 sebesar atau 23,54% menjadi atau 17,17% dan atau 11,37% pada tahun 2011 dan Walaupun saldo aset lancar secara keseluruhan mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh meningkatnya saldo aset lancar dari pada tahun 2010 menjadi dan pada tahun 2011 dan 2012, persentasenya terhadap total aset justru mengalami penurunan yang menandakan peningkatan pada saldo total aset lebih dominan pada aset tidak lancar dibanding peningkatan saldo aset lancar.

11 37 2. Aset Tidak Lancar Aset tidak lancar memiliki peningkatan persentase yang lebih besar setiap tahunnya dibanding aset lancar. Aset lancar juga memiliki kontribusi terhadap total aset yang lebih besar dibanding aset lancar. Pada tahun 2010 aset tidak lancar memiliki persentase sebesar 52,80% yang meningkat menjadi 61,11% dan 69,03% pada tahun 2011 dan Kenaikan terbesar disebabkan oleh meningkatnya saldo aset tetap yang pada tahun 2010 sebesar atau 49,24% menjadi atau 59,21% dan atau 63,19% pada tahun 2011 dan Peningkatan tajam pada tahun 2012 juga terjadi akibat adanya akun aset tetap tak berwujud sebesar atau 3,77%. Total aset tidak lancar mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2011 dan 2012 yang secara keseluruhan sebesar 16,23%. 3. Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas jangka pendek pada tahun 2010 adalah sebesar 16,18 % yang menurun pada tahun 2011 menjadi 14,69% dikarenakan penurunan pada utang usaha(total) dari 6,24% menjadi 6,01% dan beban akrual dari 4,65% menjadi 1,12%. Pada tahun 2012 persentasenya meningkat menjadi 18,15% dikarenakan saldo utang usaha(total) mengalami peningkatan signifikan menjadi 8,18% dan terdapat akun pinjaman jangka pendek sebesar 1,32% yang tidak ada ditahun Liabilitas Jangka Panjang Liabilitas jangka panjang perusahaan memiliki bagian yang lebih kecil dari keseluruhan total liabilitas. Pada tahun 2010 saldo liabilitas jangka panjang adalah sebesar atau 5,82% meningkat menjadi atau 10,97% dan atau 13,50% pada tahun 2011 dan Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya saldo liabilitas jangka panjang(total) secara signifikan dari atau 3,85% pada tahun 2010 menjadi atau 9,22% dan atau 12,12% pada tahun 2011 dan Ekuitas Ekuitas perusahaan merupakan bagian terbesar dari total liabilitas dan ekuitas. Pada tahun 2010 total ekuitas perusahaan adalah sebesar 78%. Persentase

12 38 ini menurun pada tahun 2011 dan 2012 menjadi 74,33% dan 68,34% disebabkan oleh menurunnya saldo laba belum dicadangkan dari 62,34% menjadi 61,82% dan 56,58% serta penurunan pada tambahan modal disetor dari 9,37% menjadi 7,42% dan 5,49%. Penurunan terhadap total ekuitas yang terjadi dari tahun ini menandakan peningkatan total liabilitas lebih besar dari peningkatan total ekuitas. Analisis vertikal laba rugi: 1. Laba kotor Laba kotor pada tahun 2010 sebesar 47,48% mengalami penurunan menjadi 45,71% pada tahun 2011 yang disebabkan meningkatnya beban pokok pendapatan dari 52,52% menjadi 54,29%. Pada tahun 2012 laba kotor kembali meningkat menjadi 47,44%. diakibatkan oleh berkurangnya beban pokok pendapatan menjadi 52,56%. Walaupun saldo pendapatan pada 2011 mengalami peningkatan seiring dengan beban pokok pendapatan, pertumbuhan beban pokok pendapatan masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan sehingga laba kotor berkurang. Sementara pada tahun 2012 penurunan beban pokok pendapatan diikuti peningkatan pendapatan menyebabkan laba kotor perusahaan kembali mengalami peningkatan. 2. Beban penjualan Beban penjualan perusahaan pada tahun 2010 dan 2011 tetap stabil yaitu sebesar 16,18%. Sedangkan pada tahun 2012 angka tersebut meningkat menjadi 16,27% yang menandakan peningkatan beban penjualan perusahaan lebih tinggi dibandingkan kenaikan terhadap pendapatan perusahaan pada tahun tersebut. 3. Laba usaha Pada tahun 2010 laba perusahaan adalah sebesar 31,44% yang pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 29,87%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan menjadi 54,29% yang sebelumnya hanya sebesar 52,52% sehingga laba kotor mengalami penurunan yang berpengaruh terhadap laba usaha perusahaan. Pada tahun 2012 laba usaha meningkat menjadi 31,54% yang diakibatkan oleh menurunnya beban pokok pendapatan menjadi 52,56% serta peningkatan pada pendapatan operasi lainnya menjadi 0,37%.

13 39 4. Laba bersih Laba bersih perusahaan pada tahun 2010 sebesar 25,33% mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 23,97% yang diakibatkan oleh penurunan pada saldo laba kotor dari 47,48% ditahun 2010 menjadi 45,71% di tahun 2011 dan laba usaha dari 31,44% menjadi 29,87%. Pada tahun 2012 laba bersih kembali meningkat menjadi 24,73% karena terjadi peningkatan pada saldo laba kotor dan laba usaha menjadi 47,44% dan 31,54% Analisis Horizontal Analisis horizontal adalah analisis terhadap laporan keuangan selama beberapa periode dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Analisis horizontal neraca : 1. Aset lancar Aset lancar pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 4,09% yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan tajam pada investasi jangka pendek sebesar 118,7%, serta pajak dibayar dimuka sebesar 208,78%. Kenaikan juga terjadi pada persediaan, uang muka dan beban dibayar dimuka yakni sebesar 23,55%, 49,75% dan 90,47%. Pada tahun 2012 aset lancar kembali mengalami peningkatan sebesar 7,65% yang disebabkan oleh kenaikan pada piutang usaha sebesar 34,87% dan piutang lain-lain sebesar 58,18% serta kenaikan pada persediaan dan uang muka masingmasing sebesar 13,87% dan 25,99%. Secara keseluruhan aset lancar perusahaan meningkat sebesar 11,74% selama 2 tahun. 2. Aset tidak lancar Aset tidak lancar mengalami peningkatan tajam pada tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 46,22% dan 52,70%. Kenaikan pada aset tidak lancar disebabkan oleh kenaikan pada aset tetap yang pada tahun 2011 meningkat sebesar 51,92% dan kembali meningkat sebesar 44,27% di tahun Walaupun terjadi penurunan pada beban tangguhan pada tahun 2011 sebesar 15,62%, angka tersebut kembali meningkat drastis pada tahun 2012 menjadi 420,59%. Pada tahun

14 juga terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada saldo aset tak berwujud neto sebesar 20539,78% dibanding tahun Liabilitas jangka pendek Liabilitas jangka pendek tahun 2011 meningkat 14,76% dari tahun 2010 disebabkan oleh kenaikan pada utang usaha sebesar 21,81%, utang lain-lain sebesar 33,36%, utang pajak sebesar 30,27% dan uang muka penjualan sebesar 23,53%. Pada tahun 2012 liabilitas jangka pendek kembali mengalami peningkatan tajam sebesar 67,01% akibat terjadinya peningkatan tajam pada utang usaha, beban akrual, utang pajak dan bagian lancar atas liabilitas jangka panjang masingmasing sebesar 83,77%, 80,80%, 73,87% dan 256,92%. Secara keseluruhan liabilitas jangka pendek perusahaan mengalami peningkatan sangat tajam yaitu sebesar 81,77% dalam 2 tahun. 4. Liabilitas jangka panjang Liabilitas jangka panjang perusahaan mengalami peningkatan 138,19% pada tahun Angka tersebut kembali mengalami peningkatan sebesar 66,36% pada tahun Kenaikan terjadi karena terjadi peningkatan pada liabilitas jangka panjang(total) sebesar 202,48% dan 77,69% masing-masing pada tahun 2011 dan 2012 yang diimbangi penurunan pada liabilitas pajak tangguhan sebesar 77,98% pada tahun 2011 dan 7,73% pada tahun Ekuitas Ekuitas mengalami peningkatan sebesar 20,39% pada tahun 2011 yang disebabkan oleh peningkatan pada saldo laba belum dicadangkan sebesar 25,28% serta pendapatan komprehensif lainnya sebesar 1082,72% dan kepentingan non pengendali sebesar 23,87%. Di tahun 2012 peningkatan sebesar 24,29% kembali terjadi walaupun pendapatan komprehensif lainnya mengalami penurunan sebesar -31,73%. Penurunan tersebut diimbangi oleh kenaikan kembali pada saldo laba belum dicadangkan sebsar 23,73% dan kenaikan tajam pada kepentingan non pengendali sebesar 443,34%.

15 41 Analisis horizontal pada laba rugi: 1. Pendapatan Pendapatan perusahaan selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 pendapatan meningkat dari menjadi atau sebesar 14,18%. Angka tersebut kembali mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi atau sebesar 19,66%. 2. Laba kotor Laba kotor perusahaan juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 laba kotor mengalami peningkatan sebesar 9,94% lebih kecil dibanding peningkatan pendapatan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan yaitu sebesar 18,02% lebih tinggi dibanding peningkatan pada pendapatan yaitu sebesar 14,18%. Sedangkan pada tahun 2012 peningkatan pada laba kotor mencapai 24,18% dikarenakan kenaikan pada beban pokok pendapatan sebesar 15,84% lebih rendah dibandingkan kenaikan pendapatan sebesar 19,66%. 3. Beban penjualan Beban penjualan mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 14,4% dari menjadi peningkatan kembali terjadi pada tahun 2012 menjadi sebesar atau 20,36% yang disebabkan kenaikan pada beban-beban operasional seperti beban gaji, beban listrik dan air, telepon, dll. 4. Laba usaha Laba usaha yang didapat perusahaan meningkat di tahun 2011 sebesar 8,47% dan ditahun 2012 meningkat sebesar 26,36%. Kenaikan yang lebih tinggi di tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan laba bruto yang lebih tinggi di tahun 2012 sebesar 24,18% dibanding tahun 2011 sebesar 9,94% yang diimbangi oleh kenaikan beban penjualan yang pada tahun 2012 meningkat sebesar 20,36% sedangkan pada tahun 2011 meningkat sebesar 14,14%. Walaupun pada tahun 2011 pendapatan lainlainnya meningkat tajam sebesar 160,43% dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 33,09%, nilai saldonya tidak terlalu besar sehingga dampaknya pada laba usaha tidak terlalu signifikan.

16 42 5. Laba bersih Laba bersih yang diterima perusahaan terus mengalami peningkatan yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan secara konsisten. Laba bersih pada tahun 2011 dan 2012 meningkat sebesar 8,04% dan 23,48%. Kenaikan yang relatif rendah pada tahun 2011 dikarenakan kenaikan beban pokok pendapatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,02% sehingga laba kotor perusahaan hanya meningkat sebesar 9,94% disertai kenaikan beban penjualan yang lebih tinggi sebesar 14,14% dibandingkan kenaikan laba bruto. Sedangkan ditahun 2012 kenaikan beban pendapatan hanya sebesar 15,84% dibawah kenaikan pendapatan sebesar 19,66% yang menyebabkan peningkatan pada laba bruto sebesar 24,18% lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada beban penjualan sebesar 20,36% sehingga laba bersih perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan menggunakan laporan keuangan sebagai medium. Secara umum analisis rasio keuangan dibagi atas : Rasio likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dikatakan likuid apabila memiliki rasio lancar dan rasio cepat lebih besar dari 1,0. Rasio likuiditas terdiri dari : 1. Rasio Lancar (current ratio) Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kmampuan perusahaan dalam membayar hutang menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan.

17 43 Tabel 4.2 Rasio Lancar PT Semen indonesia Tbk 2,92 2,65 1,71 Rata-rata Industri 3,27 3,38 2,84 Melalui tabel dapat diketahui bahwa terjadi penurunan rasio lancar dari tahun ke tahun oleh Pt Semen Indonesia (persero), tbk sedangkan rata-rata industri cenderung mengalami fluktuasi yaitu kenaikan pada tahun 2011 dan penurunan pada tahun Pada tahun 2010 rasio lancar perusahaan adalah 2,92 dibawah rata-rata industri yaitu 3,27 hal ini disebabkan oleh liabilitas lancar yang tinggi dikarenakan utang lancar (total) dan utang lain-lain (total) perusahaan menurut analisis vertikal mencapai 6,24% dan 3,10%. Pada tahun 2011 rasio lancar perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,27 menjadi 2,65 disebabkan oleh kenaikan pada liabilitas lancar. berdasarkan analisis horizontal kenaikan terjadi pada utang usaha(total) sebesar 21,81% dan utang lain-lain(total) sebesar 33,36% sedangkan rata-rata industri mengalami peningkatan sebesar 0,11 menjadi 3,38. Pada tahun 2012 rasio lancar perusahaan mengalami penurunan tajam yaitu sebesar 0,94 menjadi 1,71 yang disebabkan oleh kenaikan tajam pada saldo utang usaha(total) dilihat dari analisis horizontal sebesar 83,77%, beban akrual sebesar 80,80%, utang pajak sebesar 73,87% dan bagian lancar atas liabilitas jangka panjang(total) sebesar 256,92%. Penurunan yang signifikan ini mempengaruhi rata-rata industri yang juga mengalami penurunan sebesar 0,54 menjadi 2,84. Mulai dari tahun rasio lancar PT. Semen Indonesia (persero), tbk selalu berada dibawah rata-rata industri. Hal ini dikarenakan PT. Indocement, tbk memiliki rasio lancar yang tinggi. Secara keseluruhan PT. Indocement, tbk memiliki aset lancar yang jauh lebih tinggi dibanding PT. Semen Indonesia (persero), tbk serta liabilitas lancar yang lebih rendah sehingga rasio lancarnya jauh lebih tinggi. Hal ini menyebabkan kenaikan pada rata-rata industri dan menyebabkan PT. Semen Indonesia (persero), tbk selalu berada dibawah rata-rata industri. PT. Indocement, tbk juga memiliki kenaikan aset lancar terbesar dari tahun ke tahun sehingga rasio lancarnya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan menyebabkan rata-rata industri naik pada tahun 2011, sedangkan

18 44 PT. Semen Indonesia (persero), tbk justru mengalami penurunan rasio lancar karena kenaikan liabilitas lancar yang konsisten dari tahun ke tahun khususnya di tahun 2012 dimana liabilitas lancar mengalami kenaikan tajam yang disebabkan oleh liabilitas lancar (total) yang meningkat hingga 83,77% berdasarkan analisis horizontal sehingga rasio lancar perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan. 2. Rasio Cepat Rasio cepat merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kmampuan perusahaan dalam membayar hutang menggunakan aset lancar setelah dikurangi persediaan. Tabel 4.3 Rasio Cepat PT Semen indonesia Tbk 2,27 1,95 1,23 Rata-rata Industri 2,62 2,73 2,34 Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat perusahaan juga selalu berada dibawah rata-rata industri sama seperti rasio lancar perusahaan. Rasio cepat perusahaan juga selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun sedangkan rata-rata industri kembali fluktuatif dengan mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan penurunan di tahun Pada tahun 2010 rasio cepat perusahaan 2,27 lebih rendah 0,35 dibandingkan rata-rata industri yaitu 2,62. Pada tahun 2011 rasio cepat perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,32 menjadi 1,95 sedangkan rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 0,11 menjadi 2,73. Dan pada tahun 2012 rasio cepat perusahaan kembali mengalami penurunan tajam sebesar 0,72 yang mengakibatkan rata-rata industri mengalami penurunan sebesar 0,39. Rasio cepat perusahaan selalu dibawah rata-rata industri dikarenakan persediaan barang dagang yang dimiliki oleh perusahaan lebih tinggi dibandingkan kedua kompetitornya. Berdasarkan analisis vertikal pada tahun 2010 persediaan perusahaan mencapai 10,44% dan berdasarkan anlisis horizontal mengalami peningkatan di tahun 2011 sebesar 23,55% dan kembali meningkat di tahun 2012 sebesar 13,87%. Walaupun rasio cepat dan rasio lancar perusahaan

19 45 masih dibawah rata-rata industri, perusahaan masih dapat dikatakan likuid karena rasionya masih diatas 1,00 pada akhir tahun Rasio aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari : 1. Rasio perputaran piutang Adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa sering penagihan piutang dilakukan oleh perusahaan dalam suatu periode. Tabel 4.4 Rasio Perputaran Piutang PT Semen indonesia Tbk 9,13 9,24 9,13 Rata-rata Industri 8,94 9,36 9,05 Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang perusahaan dan rata-rata industri cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan pada rasio perputaran piutang perusahaan dan rata-rata industri sedangkan di tahun 2012 keduanya mengalami penurunan. Pada tahun 2010 rasio perputaran piutang perusahaan berada diatas rata-rata industri sebanyak 0,19 yaitu sebesar 9,13 sedangkan rata-rata industri hanya sebesar 8,94. Hal ini dikarenakan pendapatan perusahaan berada diatas pendapatan kedua kompetitornya yang diimbangi oleh rata-rata piutang perusahaan yang juga lebih tinggi. Pada tahun 2011 rasio perusahaan tumbuh sebesar 0,11 sedangkan rata-rata industri tumbuh sebesar 0,42 yang menyebabkan rasio perputaran piutang perusahaan dibawah rata-rata industri sebesar 0,12. Hal ini disebabkan pertumbuhan pendapatan rata-rata industri lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan perusahaan dan ditambah dengan kenaikan rata-rata piutang perusahaan sebesar 6,52% sehingga rasio perusahaan tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2012 rasio perusahaan turun sebanyak 0,11 sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan sebanyak 0,31 yang

20 46 menyebabkan rasio perputaran piutang perusahaan kembali diatas rata-rata industri sebanyak 0,08. Penurunan pada keseluruhan rasio perputaran piutang baik perusahaan dan rata-rata industri di tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan rata-rata piutang yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan dimana berdasarkan analisis horizontal pendapatan perusahaan hanya tumbuh sebesar 19,66% sedangkan ratarata piutang tumbuh sebesar 21,14%. Hal yang sama juga terjadi pada pt indocement tbk yang mengalami kenaikan pendapatan sebesar 24,50% dibawah kenaikan rata-rata piutang sebesar 33,44% sehingga rasio perputaran piutang ratarata industri mengalami penurunan yang cukup signifikan. 2. Rasio perputaran persediaan Rasio perputaran persediaan adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui berapa kali persediaan dijual atau digunakan dalam suatu periode. Tabel 4.5 Rasio Perputaran Persediaan PT Semen indonesia Tbk 4,97 4,90 4,80 Rata-rata Industri 5,20 5,73 5,99 Rasio perputaran persediaan perusahaan dari tahun terus mengalami pernurunan sedangkan rata-rata industri terus meningkat. Pada tahun 2010 rasio perputaran persediaan perusahaan sebesar 4,97 dibawah rata-rata industri sebesar 0,23 yang disebabkan oleh tingginya rata-rata persediaan perusahaan yaitu sebesar 9,74% lebih tinggi dibandingkan rata-rata persediaan kedua kompetitornya. Pada tahun 2011 dan 2012 rata-rata persediaan perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 19,76% dan 18,20% sehingga rasionya turun menjadi 4,90 dan 4,80 sedangkan rata-rata industri terus mengalami peningkatan menjadi 5,73 dan 5,99 yang menyebabkan perusahaan berada cukup jauh dibawah industri pada tahun 2011 dan 2012.

21 47 Peningkatan pada rata-rata industri disebabkan oleh kenaikan beban pokok pendapatan yang cukup signifikan pada Pt Indocement, tbk sedangkan kenaikan rata-rata persediaannya tidak terlalu tinggi sehingga rasionya meningkat tajam yang menaikkan rata-rata industri. 3. Rasio perputaran total aset Rasio perputaran total aset adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Tabel 4.6 Rasio Perputaran Total Aset PT Semen indonesia Tbk 0,92 0,83 0,74 Rata-rata Industri 0,76 0,78 0,75 Melalui tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio perputaran total aset perusahaan terus mengalami penurunan yang cukup besar sebanyak 0,09 dari tahun 2010 hingga pada tahun 2011 pertumbuhan total aset perusahaan menurut analisis horizontal sebesar 26,34% yang dikarenakan persediaaan perusahaan meningkat sebesar 23,55% ditambah kenaikan pada aset tetap sebesar 51,92%. sedangkan pada tahun 2012 total aset perusahaan meningkat sebesar 35,18% dikarenakan kenaikan pada persediaan sebesar 13,87% dan aset tetap sebesar 44,27%. Rata-rata industri cenderung fluktuatif dengan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 0,02 dan kembali turun 0,03 pada tahun Walaupun mengalami penurunan, rasio perputaran total aset perusahaan masih berada diatas rata-rata industri pada tahun Hal ini dikarenakan pendapatan perusahaan berada diatas kedua kompetitornya ditambah dengan total asetnya tidak terlalu jauh berbeda. Pada tahun 2012 rasio perusahaan berada dibawah rata-rata industri. Hal ini dikarenakan total aset perusahaan mengalami kenaikan signifikan dibandingkan kenaikan total aset kedua kompetitornya.

22 Rasio Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kegiatan pendanaan perusahaan berasal dari hutang serta untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio leverage terdiri dari : 1. Rasio hutang terhadap total aset Rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kegiatan pendanaan total aset perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang. Tabel 4.7 Rasio Hutang Terhadap Total Aset PT Semen indonesia Tbk 0,22 0,26 0,32 Rata-rata Industri 0,22 0,22 0,25 Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio hutang terhadap total aset perusahaan terus mengalami peningkatan sedangkan rata-rata industri tetap stabil di tahun 2011 dan mengalami kenaikan di tahun Mulai dari tahun rasio perusahaan selalu setara atau berada diatas rata-rata industri. Hal ini dikarenakan total liabilitas perusahaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan total asetnya sehingga rasio perusahaan terus mengalami peningkatan signifikan sedangkan kedua kompetitornya cenderung lebih lambat dalam mempergunakan hutang dalam pembiayaan aset. Berdasarkan analisis horizontal pada tahun 2011 total liabilitas perusahaan meningkat sebesar 47,42% dikarenakan kenaikan pada liabilitas jangka panjang(total) meningkat tajam sebesar 202,43% dan utang usaha(total) meningkat sebesar 21,81% dan utang lain-lain (total) meningkat sebesar 33,36%. Pada tahun 2012 total liabilitas perusahaan meningkat sebesar 66,73% dikarenakan kenaikan pada liabilitas jangka panjang (total) meningkat sebesar 77,69% dan utang usaha (total) meningkat 83,77%. Hal ini menandakan

23 49 perusahaan terus meningkatkan pembiayaan total asetnya dengan memanfaatkan hutang dibandingkan modal sendiri. 2. Rasio hutang terhadap total ekuitas Adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar bagian hutang perusahaan dibandingkan dengan modalnya. Semakin tinggi angka ini maka semakin kecil kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan mempergunakan dana yang dimiliki. Tabel 4.8 Rasio Hutang Terhadap Total Ekuitas PT Semen indonesia Tbk 0,28 0,35 0,46 Rata-rata Industri 0,29 0,29 0,34 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio hutang terhadap total ekuitas hutang perusahaan terus mengalami peningkatan lebih signifikan dibandingkan kenaikan rata-rata industri sama seperti rasio hutang terhadap total aset, hal ini terjadi karena pertumbuhan hutang perusahaan lebih tinggi dibanding pertumbuhan modalnya. Mulai tahun rasio hutang terhadap total ekuitas perusahaan berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan kenaikan hutang perusahaan berada jauh diatas kedua kompetitornya. Berdasarkan analisis horizontal Kenaikan hutang perusahaan dikarenakan utang usaha(total) dan liabilitas jangka panjang(total) yang meningkat sebesar 21,81% dan 202,43% pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 meningkat 83,77 dan 77,69%. Walaupun angkanya terus mengalami peningkatan, tetapi secara keseluruhan perusahaan dan rata-rata industri masih lebih memanfaatkan porsi modal untuk kegiatan pendanaannya dibandingkan dengan porsi hutang Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 1. Rasio Margin laba bersih

24 50 Margin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total penjualannya. Tabel 4.9 Rasio Margin Laba Bersih PT Semen indonesia Tbk 0,25 0,24 0,25 Rata-rata Industri 0,25 0,23 0,24 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa margin laba bersih perusahaan dan rata-rata industri cenderung fluktuatif. Terjadi penurunan margin laba bersih pada tahun 2011 yang kembali meningkat pada tahun Pada tahun 2010 margin laba bersih perusahaan sama dengan rata-rata industri yaitu 25% yang menandakan setiap terjadi penjualan sebesar Rp.1 maka keuntungan berseih yang didapat adalah sebesar Rp. 0,25. Pada tahun 2011 margin laba bersih perusahaan mengalami pernurunan sebsar 1% menjadi 24% yang masih diatas rata-rata industri yang juga mengalami penurunan sebesar 2% menjadi 23%. Penurunan margin laba bersih perusahaan ditahun 2011 ini disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan yang dilihat dari analisis horizontal sebesar 18,02% lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan perusahaan sebesar 14,18%, serta peningkatan pada beban penjualan sebesar 14,14% yang mengakibatkan margin keuntungan perusahaan menurun. Pada tahun 2012 margin laba bersih perusahaan kembali meningkat sebesar 1% menjadi 25% yang juga diatas rata-rata industri yaitu 24%. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan sebesar 19,66% yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan beban pokok pendapatan yaitu sebesar 15,84%. Walaupun beban penjualan juga mengalami peningkatan sebesar 20,36%, nilai saldonya tidak terlalu besar sehingga pengaruhnya ke laba bersih tidak terlalu signifikan. Secara keseluruhan, margin laba bersih perusahaan selalu setara atau diatas rata-rata industri. Ini menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih sudah cukup baik dan perlu dipertahankan.

25 51 2. Rasio Pengembalian terhadap total aset Pengembalian terhadap total aset adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Tabel 4.10 Rasio Pengembalian Terhadap Total Aset PT Semen indonesia Tbk 0,23 0,20 0,18 Rata-rata Industri 0,19 0,18 0,18 Melalui tabel diatas dapat dilihat kecenderungan pengembalian terhadap total aset perusahaan dan rata-rata industri menurun dari tahun ke tahun. Walaupun terus mengalami penurunan, rasio pengembalian terhadap total aset perusahaan masih diatas rata-rata industri pada tahun dan setara dengan rata-rata industri di tahun Pada tahun 2010 rasio pengembalitan terhadap total aset perusahaan sebesar 0,23 lebih besar 0,04 dibandingkan dengan rata-rata industri sebesar 0,19. Pada tahun 2011 rasio perusahaan menurun 0,03 tetapi masih lebih besar 0,02 yaitu 0,20 dibandingkan rata-rata industri yang turun ke 0,18. Penurunan di tahun 2011 disebabkan kenaikan pada laba bersih sebesar 8,04% lebih rendah dibandingkan kenaikan pada total aset yang mencapai 26,34%. Pada tahun 2012 rasio perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar 0,02 persen sedangkan rata-rata industri tetap stabil sehingga rasio perusahaan setara dengan rata-rata industri. Walaupun peningkatan laba bersih ditahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup tajam sebesar 23,48%, kenaikan tersebut tetap tidak dapat mengikuti kenaikan total aset yang lebih signifikan yaitu sebesar 35,18%. Menurut analisis horizontal kenaikan yang sangat tinggi pada total aset tahun 2011 dan 2012 disebabkan kenaikan pada aset tetap yang mencapai 51,92% dan 44,27% serta kenaikan pada persediaaan sebesar 23,55% dan 13,87% di tahun 2011 dan 2012.

26 52 3. Rasio Pengembalian terhadap total ekuitas Pengembalian terhadap total ekuitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang dikeluarkan. Tabel 4.11 Rasio Pengembalian Terhadap Total Ekuitas PT Semen indonesia Tbk 0,30 0,27 0,27 Rata-rata Industri 0,24 0,23 0,24 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengembalian terhadap total aset perusahaan perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2011 dan tetap stabil di tahun Sedangkan rasio pengembalian rata-rata industri mengalami fluktuasi yaitu menurun pada tahun 2011 dan meningkat pada tahun Pada tahun 2010 rasio perusahaan berada diatas rata-rata industri sebesar 0,06 yaitu 0,30 dibandingkan rata-rata industri 0,24. Hal ini disebabkan laba bersih perusahaan berada diatas rata-rata industri yaitu sebesar dibandingkan pada tahun 2011 rasio perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,03 menjadi 0,27. Rasio rata-rata industri juga mengalami penurunan sebesar 0,01 menjadi 0,23 sehingga rasio perusahaan masih lebih besar 0,04. Berdasarkan analisis horizontal penurunan ini disebabkan oleh kenaikan sebesar 20,39% pada total ekuitas lebih tinggi dibandingkan kenaikan laba bersih sebesar 8,04%. Kenaikan pada total ekuitas ditahun 2011 disebabkan oleh peningkatan pada saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 25,28% serta pendapatan komprehensif lainnya yang meningkat tajam hingga 1082,72%. Pada tahun 2012 rasio rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 0,01 menjadi 0,24 sedangkan rasio perusahaan tetap stabil di 0,27 oleh karena itu rasio pengembalian terhadap total ekuitas perusahaan di 2012 hanya lebih besar 0,03 dibandingkan rata-rata industri. Rasio perusahaan ditahun 2012 tidak mengalami kenaikan atau penurunan karena laba bersih perusahaan ditahun 2012 yang berdasarkan analisis horizontal meningkat sebesar 23,48% hanya berada sedikit dibawah peningkatan total ekuitas sebesar 24,29% sehingga tidak terjadi perubahan yang signifikan pada rasio perusahaan. Peningkatan pada laba bersih

27 53 disebabkan oleh pendapatan yang meningkat sebesar 19,66%. Sedangkan kenaikan pada ekuitas disebabkan oleh saldo laba yang belum dicadangkan yang kembali meningkat sebesar 23,73% Rasio nilai pasar Rasio nilai pasar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai saham suatu perusahaan. 1. Earning per share (Eps) Eps adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang didapat per lembar saham yang dimiliki. Semakin besar Eps maka semakin besar keuntungan yang didapat oleh pemegang saham. Tabel 4.12 Earning Per Share (Eps) PT Semen indonesia Tbk Rata-rata Industri Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Eps perusahaan dan rata-rata industri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai Eps perusahaan juga selalu berada diatas rata-rata industri. Hal ini menandakan bahwa setiap lembar saham perusahaan menghasilkan keuntungan lebih besar bagi pemegang saham dibandingkan setiap lembar saham kompetitornya. Pada tahun 2010 Eps perusahaan adalah sebesar 613 lebih besar 168 per lembar dibandingkan rata-rata industri. Hal ini dikarenakan laba bersih yang dimiliki perusahaan lebih tinggi dari laba bersih kedua kompetitornya. Pada tahun 2011 Eps perusahaan mengalami kenaikan sebesar 49 sedangkan rata-rata industri naik sebesar 52 lebih tinggi dari kenaikan perusahaan. Pada tahun 2012 Eps perusahaan mengalami kenaikan drastis sebesar 155 sedangkan rata-rata industri mengalami kenaikan lebih kecil yaitu 138. Hal ini menandakan perusahaan mampu memberikan keuntungan lebih besar bagi pemegang sahamnya dibandingkan rata-rata industri.

28 54 2. Dividend payout ratio Dividend payout ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besarnya porsi pembayaran dividen oleh perusahaan dari keuntungan yang didapat. Tabel 4.13 Dividend Payout Ratio PT Semen indonesia Tbk 50% 50% 45% Rata-rata Industri 39% 40% 41% Selama tahun dividend payout ratio perusahaan lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri. Pada tahun 2010 dan 2011 dividend payout ratio perusahaan tetap stabil sebesar 50% diatas rata-rata industri sebesar 11% dan 10%. Hal ini menandakan pembayaran dividen perusahaan mencapai separuh dari laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dan lebih tinggi dari jumlah dividen yang dibayarkan oleh kedua kompetitornya. Pada tahun 2012 dividend payout ratio perusahaan mengalami penurunan sebanyak 5% menjadi 45% sedangkan rata-rata industri mengalami kenaikan 1% menjadi 41%. Walaupun mengalami penurunan, dividend payout ratio perusahaan masih berada diatas rata-rata industri yang berarti pembayaran dividen perusahaan masih lebih tinggi dari pembayaran dividen yang dilakukan kompetitornya Analisis Kebangkrutan Analisis kebangkutan adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan serta kemungkinan atau potensi kebangkrutan suatu perusahaan dengan mempergunakan metode Z-score yang diciptakan oleh Edward l. Altman. Metode z-score ini dapat digunakan untuk mengukur apakah perusahaan mimiliki potensi yang besar, kecil atau sangat kecil untuk mengalami kebangkrutan. Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah sebagai berikut :

29 55 Tabel 4.14 Analisis Kebangkrutan X1 0,31 0,24 0,13 X2 0,64 0,63 0,58 X3 0,30 0,26 0,24 X4 3,55 2,90 2,16 X5 0,92 0,83 0,74 Z 4,11 3,56 2,98 Z = (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) Keterangan: X1 = Working Capital/Total Assets. X2 = Retained Earnings/Total Assets. X3 = Earnings Before Interest & Tax/Total Assets. X4 = Equity/Total Liabilities. X5 = Net Sales/Total Assets. Pada tahun 2010 Z-Score Pt. Semen Indonesia (persero), Tbk adalah sebesar 4,11 yang berarti perusahaan memiliki kemungkinan sangat kecil atau tidak ada kemungkinan sama sekali untuk mengalami kebangkrutan. Pada tahun 2011, angka Z-Score perusahaan mengalami penurunan menjadi 3,56. Meskipun mengalami penurunan yang cukup drastis kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan pada tahun ini juga masih sangat kecil karena masih jauh diatas 2,9. Pada tahun 2012 Z-score perusahaan kembali menurun drastis menjadi 2,98. Angka ini masih menandakan bahwa perusahaan masih cukup aman karena masih berada diatas 2,9 sehingga sangat kecil kemungkinannya perusahaan untuk mengalami kebangkrutan. Akan tetapi perusahaan perlu waspada terhadap penurunan yang sangat drastis setiap tahun.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. XL Axiata Tbk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. XL Axiata Tbk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan analisis-analisis yang dilakukan oleh penulis atas laporan keuangan PT XL Axiata Tbk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: V.1.1 Analisis Strategi

Lebih terperinci

PENILAIAN BISNIS PERUSAHAAN PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), TBK

PENILAIAN BISNIS PERUSAHAAN PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), TBK PENILAIAN BISNIS PERUSAHAAN PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), TBK STEFANUS WIJAYA UNTORO, MURNIADI PURBOATMODJO Jurusan Akuntansi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk. L1 Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk. Periode Analisis Horisontal Analisis Vertikal 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 ASET ASET LANCAR Kas dan Setara Kas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari segi

BAB IV PEMBAHASAN. Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari segi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Strategi Bisnis Perusahaan IV.1.1 Analisis SWOT Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau Strength, Weakness, Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari Husada Tbk dengan menggunakan analisis rasio, analisis horizontal dan vertikal. Analisis horizontal dan vertikal

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penilaian bisnis yang dilakukan pada PT Summarecon Agung Tbk maka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penilaian bisnis yang dilakukan pada PT Summarecon Agung Tbk maka BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan penilaian bisnis yang dilakukan pada PT Summarecon Agung Tbk maka dapat disimpulkan 1. Berdasarkan analisis strategi Dalam analisis PESTEL, PT Summarecon

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Liquidity Ratios IV.1.1 Current Ratio Rasio lancar (current ratio), dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis laporan keuangan yang telah dilakukan penulis pada bab 4 dalam menilai kinerja keuangan pada PT Masterindo Logam Tehnik Jaya, maka pada bagian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri farmasi dimana kegiatan utamanya menyediakan produk dan jasa pelayanan

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

PT GARUDA METALINDO Tbk

PT GARUDA METALINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016 DAN 31 DESEMBER 2015 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2016 DAN 2015 (MATA UANG INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016

Lebih terperinci

METADATA INFORMASI DASAR

METADATA INFORMASI DASAR METADATA INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Indikator Sektor Korporasi 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 71 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai analisis rasio keuangan dan analisis arus kas terhadap penilaian kinerja pada PT Indofood Sukses Makmur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Nama : Syarif Saefullah NPM : 26210788 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Silvia Avira SE.,MM. bab1 Latar Belakang Banyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis laporan keuangan atas laporan keuangan tahunan PT Indosat Tbk tahun 2004-2008, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar,

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, Jakarta, 29 Maret 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk. (Stock Code: AGII.IJ) merilis laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Strategi Perusahaan Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi analisis awal yang digunakan untuk menilai kondisi ekonomis dari suatu

Lebih terperinci

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab sebelumnya di jelaskan bahwa laporan keuangan merupkan sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu badan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014.

Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014. L A M P I R A N 41 Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014. 2013 MARKET RATIO PER 31,09 31,56 DY 2% 3% PBV 1,58 6,52 2014

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi. Kegiatan akuntansi merupakan kegiatan mencatat, menganalisa, manyajikan dan menafsirkan data

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara

Lebih terperinci

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih Kuartal 1 2018 AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar Jakarta, 1 Mei 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk (Stock Code:

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

PENILAIAN BISNIS PADA PT MATAHARI DEPARTMENT STORE TBK, PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK, DAN PT RIMO CATUR LESTARI TBK TAHUN

PENILAIAN BISNIS PADA PT MATAHARI DEPARTMENT STORE TBK, PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK, DAN PT RIMO CATUR LESTARI TBK TAHUN PENILAIAN BISNIS PADA PT MATAHARI DEPARTMENT STORE TBK, PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK, DAN PT RIMO CATUR LESTARI TBK TAHUN 2009-2011 Oleh: Soraya Imaniar N. H. (26210661) Pembimbing: Agustin Rusiana

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE 2008-2012 DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE NAMA : Heri Kurniawan NPM : 23210252 JURUSAN : Akuntansi PEMBIMBING : Erna Kustyarini, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta Anak Perusahaan Periode 2007-2011 berdasarkan Analisa Rasio Keuangan Perhitungan rasio-rasio keuangan PT. BAKRIE

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Analisis strategi kompetitif Analisis strategi kompetitif merupakan titik awal yang penting untuk penilaian bisnis dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2016 Lapora Laba Rugi PT Gudang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk LAMPIRAN 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk Tabel 1.1 Neraca Konsolidasi PT. Holcim Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan (Disajikan dalam Jutaan Rupiah) AKTIVA ASET LANCAR Kas dan Setara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010 80 BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010 sampai tahun 2014 setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Walaupun berfluktuasi, rasio lancar cenderung menurun

Lebih terperinci

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII :

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII : PRESENTASI VIII : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPONEN UTAMA : RASIO KEUANGAN INFORMASI KEUANGAN SELURUH INFORMASI YANG SECARA SIGNIFIKAN MENGANDUNG DAN MENGEDEPANKAN ASPEK-ASPEK KEUANGAN DENGAN TUJUAN UNTUK

Lebih terperinci

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Analisis Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan penilaian, penelahaan atas laporan keuangan perusahaan dengan mendasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dunia perbankan dewasa ini semakin pesat, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bank pemerintah maupun swasta yang berdiri di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali) LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember 2009 2011 2010 (Disajikan kembali) ASET ASET LANCAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GambaranUmum Perusahaan Profil dan Sejarah Perusahaan ANTAM merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Didukung Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 Telp

Lebih terperinci

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan NEWS RELEASE Jakarta, 31 Agustus 2015 Informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Cameron Tough, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head cameron.tough@adaro.com DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH,

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

ASET Aset Lancar Kas dan setara kas 1.429.755 1.314.091 1.020.730 Investasi jangka pendek 83.865 47.822 38.657 Investasi mudharabah - - 352.512 Piutang usaha Pihak berelasi 14.397 20.413 30.670 Pihak ketiga

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 PT Gudang Garam Tbk Profil Perusahaan

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 PT Gudang Garam Tbk Profil Perusahaan BAB II PEMBAHASAN 2. PT Gudang Garam Tbk 2.. Profil Perusahaan PT. Gudang Garam Tbk semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam didirikan pada 30 Juni 97 di Kediri oleh Surya Wonowidjojo dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Lebih terperinci

Tabel 1. Ringkasan Laporan Laba Rugi untuk 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2012/2011

Tabel 1. Ringkasan Laporan Laba Rugi untuk 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2012/2011 Jakarta, 30 Oktober, 2012 Press Release AKRA 9M 2012 mencatat pertumbuhan yang stabil pada Pendapatan Penjualan dan Laba Neto Pendapatan Penjualan meningkat 13,4% mencapai Rp 16.3 Triliun; Laba Neto meningkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PERAMALAN KEUANGAN

PERENCANAAN & PERAMALAN KEUANGAN Modul ke: PERENCANAAN & PERAMALAN KEUANGAN Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Laporan Keuangan Pro Forma (Proyeksi) Laporan keuangan yang meramalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan pada umumnya dalam melakukan kegiatan operasional memiliki tujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

PT SKYBEE Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT SKYBEE Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT SKYBEE Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN UNTUK PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL SERTA POSISI KEUANGAN PADA TANGGAL 30 JUNI 2011 (TIDAK DIAUDIT) LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA Dwi Setia Wati, Kusni Hidayati, Achmad Usman Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 3 (2013:17) paragraf 3.12 yaitu bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat memiliki kebutuhan pokok harian yang harus dipenuhi, yakni berupa konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non makanan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012): laporan keuangan meliputi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Rasio Keuangan Sebelum Merger Pada tahun 2006 PT. Energi Mega Persada, Tbk memberitahukan kepada publik tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger dengan

Lebih terperinci

JUMLAH ASET LANCAR

JUMLAH ASET LANCAR LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KONSOLIDASI 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 30 September 2011 31Desember 2010 ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 50948250925 80968763439 Investasi 1963117500 2016231750

Lebih terperinci

30 September 31 Desember Catatan

30 September 31 Desember Catatan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 30 September 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2e, 4, 30, 33 59998597270 63710521871 Investasi 2c, 5, 30, 33 2068611000

Lebih terperinci

Laba PT TIMAH (Persero) Tbk Naik sebesar 141% pada Laporan Keuangan s/d Kuartal III Tahun 2014

Laba PT TIMAH (Persero) Tbk Naik sebesar 141% pada Laporan Keuangan s/d Kuartal III Tahun 2014 UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon : +62 (21) 23528000 faksimili : +62 (21) 3444012 e-mail : corporatesecretary@pttimah.co.id website

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Tipri Rose Kartika. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT SEPATU SATA DALAM RANGKA PENGEMSANGAN USAHA. Dibawah bimbingan DJONI TANOPRUWITO dan HARIANTO PT Sepatu Bata adalah perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

Efisiensi dan Strategi yang Tepat Berbuah Kinerja Positif pada Semester I-2015

Efisiensi dan Strategi yang Tepat Berbuah Kinerja Positif pada Semester I-2015 UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon : +62 (21) 23528000 faksimili : +62 (21) 3444012 e-mail : corporatesecretary@pttimah.co.id website

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akuntansi adalah proses dari tiga aktivitas yaitu pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian transaksi ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era persaingan industri manufaktur yang berkembang bebas saat ini, perusahaan diharapkan mampu menghasilkan produk bermutu bagi konsumen untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dividen a. Pengertian Menurut Dyckman et al (2001:439) dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Transaksi jualbeli yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri farmasi merupakan industri yang secara ketat diatur dengan pertimbangan perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi

Lebih terperinci