BAB IV PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Strategi Perusahaan Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi analisis awal yang digunakan untuk menilai kondisi ekonomis dari suatu perusahaan secara realitas. Dengan analisis strategi perusahaan, analis dapat melihat sejauh mana tingkat internal dan eksternal perusahaan mampu memberikan kontribusi pada keberlangsungan bisnis perusahaan. Untuk melihat tingkat kualitatif dari ekonomi PT XL Axiata Tbk yang didasarkan pada realitas bisnis, penulis melakukan analisis SWOT dan analisis Porter. IV.1.1 Analisis SWOT Adapun analisis SWOT ini berdasarkan dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan dengan tujuan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman apa yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. 1. Analisis Lingkungan Internal a. Kekuatan Kekuatan perusahaan merupakan salah satu faktor internal yang membantu perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitor lainnya. 44

2 Kekuatan PT XL Axiata Tbk: 1. Memiliki lebih dari Base Transceiver Station (BTS) diseluruh Indonesia, tersebar melalui Sumatra termasuk Aceh, jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dengan cakupan populasi 90%. 2. Jaringan antara kombinasi fiber optic dan transmisi microwave untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan komunikasi. 3. XL mengadopsi kerangka ISO yang dijalankan melalui Manajemen Resiko Perusahaan untuk menghadapi potensi berbagai resiko. 4. Menetapkan tiga tujuan utama yang dicapai yaitu cakupan wilayah yang lebih luas, kapasitas data yang lebih besar, dan kualitas layanan yang lebih baik. 5. XL berhasil meraih 4 dari 7 penghargaan untuk kategori operator, yakni Best GSM Operator, Best Customer Growth, Best Value Added Service, serta Best BlackBerry Package dalam penghargaan Indonesia Cellular Award (ICA) yang diselenggarakan oleh Tabloid Sinyal pada bulan juni Meraih Brand Choice Award 2012 untuk kategori Operator BlackBerry pilihan wanita yang diselenggarakan oleh Majalah Kartini bekerjasama dengan Lembaga Riset Pemasaran Woman Insight Center (WIC). 7. Pada 21 September 2006 PT XL Axiata meluncurkan layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia. 8. XL menghadirkan layanan XL 3G Rood, yakni merupakan kemuktahiran dari layanan 3G yang sudah ada, sehingga layanan 3G lebih maksimal dan optimal. 45

3 b. Kelemahan Kelemahan perusahaan yang terdapat pada PT XL Axiata Tbk: 1. PT XL Axiata Tbk. (tahun 1989) tidak setua dua kompetitor pendahulunya yakni PT Telkom Tbk (Persero) yang berdiri tahun 1856 dan PT Indosat Tbk yang berdiri tahun 1967 dalam hal kehadirannya tetapi XL memiliki kelebihan dibanding kedua kompetitornya tersebut yakni kecepatan akses internet dengan didukung area penyebaran menara pemancar sebesar 90% di seluruh Indonesia. 2. Gangguan sinyal pada saat cuaca buruk hampir merupakan menjadi masalah bagi semua operator seluler. Hal ini karena teknologi merupakan buatan manusia yang tentu tidak luput dari kelemahan seperti sinyal yang bermasalah saat cuaca buruk. Namun dengan kelemahan ini, perusahaan berupaya untuk dapat memperbaiki kinerja teknologi mereka secara berkelanjutan. 2. Analisis Lingkungan Eksternal a. Peluang Peluang perusahaan: 1. Menurut Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) yang penulis akses melalui menunjukkan bahwa jumlah pelanggan seluler di Indonesia per tahun 2011 telah mencapai lebih dari 240 juta pelanggan, naik 60 juta pelanggan dibanding tahun Hal ini berarti ada kenaikan sebesar 33% dari tahun Tingginya jumlah pelanggan seluler di Indonesia jelas menjadi peluang yang baik bagi perusahaan, sebab dengan melihat survei dari ATSI 46

4 tersebut bisa diperkirakaan bahwa pengguna jasa telekomunikasi seluler semakin meningkat. Peluang tersebut dimanfaatkan perusahaan dengan baik, terbukti dengan meningkatnya pendapatan usaha di tahun 2011 yakni sebesar Rp juta atau naik sebesar Rp juta dari tahun sebelumnya. 2. Pengiriman uang secara cepat menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari masyarakat sekarang ini. PT XL Axiata Tbk (XL) meluncurkan XL Tunai Pengiriman Uang Domestik, sebuah fitur baru aplikasi layanan virtual XL Tunai yang memudahkan pelanggan untuk dapat mengirimkan uang dengan mudah melalui ponsel. b. Ancaman Ancaman yang dihadapi perusahaan: 1. Perusahaan telekomunikasi merupakan perusahaan yang memerlukan modal besar baik berupa modal awal, aset lancar seperti kas dan setara kas, aset tetap seperti perlengkapan, maupun tenaga kerja. Oleh karena itu peluang akan ancaman dari kompetitor baru terbilang kecil, selain itu jangka waktu berdirinya perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia terbilang panjang yakni di atas sepuluh tahun. 2. Promosi yang dilakukan oleh para kompetitor perusahaan merupakan ancaman yang perlu diperhatikan. Ketertarikan konsumen terhadap produk dari kompetitor lain memungkinkan beralihnya konsumen perusahaan ke produk lain. Hal ini perlu diantisipasi perusahaan untuk menjaga kesetiaan konsumen pada produk perusahaan. Sebagai contoh saat ini Indosat tengah melakukan 47

5 promosi untuk paket blackberry Rp untuk tiga bulan. Promosi tersebut dapat menjadi ancaman bagi perusahaan, itu sebabnya perusahaan harus memanfaatkan ancaman dari promosi ini sebagai peluang dengan mengeluarkan promosi yang tidak kalah menarik dengan kompetitor lainnya. Berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan, dapat dibuat Matriks SWOT untuk mengembangkan strategi bisnis perusahaan: Strategi SO (Strengths-Opportunity) 1. Melakukan promosi secara intens baik di pulau jawa maupun di luar wilayah pulau jawa guna Strategi WO (Weakness-Opportunity) 1. Mengurangi beban operasional pemeliharaan infrastruktur jaringan dengan menjual menara BTS. meningkatkan jumlah pelanggan perusahaan. 2. Meningkatkan kerjasama dengan media cetak maupun elektronik untuk lebih memperkenalkan program XL-Tunai. 2. Memperkerjakan karyawan yang kompeten dalam menyelesaikan masalah pada menara sehingga kualitas jaringan tetap stabil. Strategi ST (Strengths-Threats) 1. Dalam merespon promosi yang dilakukan pihak kompetitor melalui Strategi WT (Weakness-Threats) 1. Mengontrol biaya-biaya yang berhubungan dengan operasional 48

6 media elektronik, ada baiknya perusahaan mengalihkan bentuk sehingga laba yang dihasilkan dapat maksimal. promosi yang tadinya saling menjatuhkan dengan perang tarif, diganti dengan lebih menonjolkan sisi sosial dari perusahaan. 2. Mempertahankan pelanggan lama dengan memberikan feed back atas loyalitas mereka misalnya dengan memberikan gratis RBT selama 1 2. Mengontrol harga jual terhadap distributor sehingga harga yang sampai ke tangan konsumen dapat bersaing dengan kompetitor. minggu. IV.1.2 Analisis Porter Selain analisis SWOT, penulis juga menganalisa strategi perusahaan dengan analisis Porter. Analisa ini bertujuan mengembangkan strategi berdasarkan lima hal yakni: 1. Kemungkinan masuknya pesaing baru PT Telkom Tbk berdiri tahun 1884 PT Indosat Tbk berdiri tahun 1967 PT XL Axiata Tbk berdiri tahun 1989 PT Bakrie Telecom Tbk berdiri tahun 1993 dan PT Smartfren Telecom Tbk berdiri tahun

7 Dilihat dari tahun berdirinya lima perusahaan telekomunikasi tersebut, masuknya pesaing baru cukup memungkinkan namun tampaknya tidak dalam jangka waktu satu hingga lima tahun ke depan, namun PT XL Axiata Tbk harus tetap mengantisipasi akan masuknya pesaing baru dengan memberikan pelayanan yang lebih mukhtakir dibidang jasa telekomunikasi karena pesaing masuk tidak hanya sebagai kompetitor baru namun bisa juga dengan cara penggabungan perusahaan. 2. Persaingan antar perusahaan sejenis Persaingan antar perusahaan sejenis sangat terasa dibidang telekomunikasi. Dapat dilihat bagaimana perusahaan telekomunikasi saling melakukan promosi melalui media televisi berupa iklan, bahkan tak jarang iklan-iklan perusahaan tersebut saling menyindir atau persuasif untuk pindah operator. PT XL Axiata Tbk juga gencar melakukan promosi melalui iklan, hal ini bertujuan melalui iklan para konsumen akan tertarik untuk menggunakan produk perusahaan. Persaingan iklan dan perang tarif antar perusahaan menunjukkan gambaran kerasnya persaingan jasa telekomunikasi dalam menarik minat konsumen. Persaingan lebih terlihat dengan penawaran produk-produk paket telepon, sms, internet, atau blackberry. Seperti Simpati ( produk Telkomsel ) yang menawarkan Talkmania yaitu layanan gratis telepon selama detik dengan tarif Rp per sekali registrasi untuk satu hari. Perusahaan menghadapi ancaman ini dengan mengeluarkan layanan Bayar 1 menit Gratis 1 jam dengan dengan membayar Rp untuk menelepon selama 40 detik pertama. 50

8 3. Ancaman dari produk substitusi Ancaman produk substitusi tampaknya relatif kecil karena di jaman sekarang ini telekomunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Adapun produk substitusi seperti surat lebih sedikit yang menggunakan dibanding telekomunikasi berupa sms, dan telepon. Surat di jaman sekarang mayoritas digunakan perusahaan untuk mengirim berkasberkas dokumen, lain hal dengan telekomunikasi yang digunakan pada setiap lapisan baik itu individu, perusahaan maupun instansi-instansi pemerintah. 4. Kekuatan tawar-menawar pemasok PT XL Axiata Tbk telah bekerja sama dengan pihak-pihak yang kompeten dibidangnya untuk memberikan pelayanan jasa telekomunikasi bagi konsumenya. Perusahaan melakukan kontrak dengan beberapa perusahaan diantaranya Ericsson AB untuk pengadaan peralatan jaringan dan berbagai jenis jasa jaringan yang terkait dan PT Huawei Tech Investment untuk penyediaan dan instalasi jaringan 3G serta pembelian dan pemasangan berbagai macam produk dan jasa. Itu sebabnya PT XL Axiata Tbk dapat mempertahankan keberlangsungan bisnisnya hingga saat ini. 5. Kekuatan tawar-menawar pembeli Hadirnya blackberry di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan telekomunikasi semakin gencar terkhusus untuk layanan paket blackberry. Konsumen menginginkan paket layanan blackberry yang dapat dijangkau. PT XL Axiata Tbk memberikan tarif Rp ,00 untuk layanan Blackberry Full Service per bulan, untuk layanan sejenis Telkmosel (PT Telkom Tbk) memasang tarif Rp 51

9 99.000,00, PT Indosat Tbk memberi tarif Rp , PT Smartfren Telecom Tbk memasang tarif Rp ,00 sementara PT Bakrie Telecom Tbk tidak mengeluarkan layanan sejenis. Dilihat dari tarif yang diberikan tidak terlalu jauh perbedaannya, hal ini membuat perusahaan telekomunikasi tersebut bersaing melalui promosi, seperti Telkomsel (PT Telkom Tbk) pernah melakukan promosi Rp untuk tiga bulan, PT Indosat memberikan promosi Rp untuk tiga bulan dan PT XL Axiata memberikan promosi Rp untuk tiga bulan, hal ini dilakukan mengingat kecenderungan konsumen Indonesia yang lebih menyukai tarif murah. IV.2 Analisis Akuntansi 1. Aset Lancar Terjadi peningkatan untuk piutang usaha, hal ini dapat mengkhawatirkan akan adanya piutang tak tertagih namun dengan penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp di tahun 2011, penyisihan ini lebih rendah karena sebelumnya di tahun 2010 penyisihan piutang ragu-ragu dibebankan sebesar Rp , hal ini menunjukkan tingkat optimisme yang cukup tinggi dari perusahaan bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha. Walau ada kenaikan aset lancar di tahun 2011 dibanding tahun 2010 namun kenaikan ini tidak memberi dampak yang baik bagi rasio likuiditas perusahaan sebab kenaikan aset lancar ini tidak disertai dengan penurunan liabilitas lancar. 52

10 2. Aset Tetap Perusahaan memiliki tanah yang tersebar di Indonesia berdasarkan Hak Guna Bangunan (HGB) yang mempunyai masa manfaat antara tahun yang akan berakhir antara tahun 2012 sampai dengan Pada tanggal 31 Desember 2011 terdapat 83 lokasi tanah (tidak diaudit) dengan nilai buku sebesar Rp yang sertifikat HGB-nya masih dalam proses pengurusan, manajemen berkeyakinan bahwa hak atas tanah dapat diperbaharui. Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tetap perusahaan diasuransikan terhadap resiko kerugian dengan nilai pertanggungan sejumlah USD kepada pihak ketiga, yaitu PT MAA General Assurance, yang menurut pendapat manajemen cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang seandainya terjadi. Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat penurunan nilai aset tetap pada tanggal-tanggal pelaporan. Perusahaan memutuskan untuk mengganti beberapa peralatan jaringan di beberapa daerah. Pembelian aset tetap tersebut menggunakan pinjaman jangka panjang. 3. Liabilitas Lancar Pada tahun 2011 perusahaan melakukan kebijakan untuk membeli aset tetap sebesar Rp dengan menambah pinjaman jangka panjang pada pihak ketiga. Adapun kenaikan hutang usaha dan hutang usaha lain-lain pada liabilitas lancar merupakan bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun yang berasal dari pinjaman jangka panjang. Pada bulan Agusutus 2011 perusahaan memutuskan untuk mengelola kegiatan operasi lapangan layanan jaringannya melalui pemasok pihak ketiga. Sehubungan 53

11 dengan itu, perusahaan bermaksud memberhentikan dan memindahkan karyawan terkait kegiatan operasional lapangan layanan jaringan kepada pemasok yang akan ditunjuk efektif kuartal pertama Pada tanggal 31 Desember 2011 perusahaan mengakui pesangon pemutusan kontrak kerja yang merupakan estimasi pembayaran pesangon. Kebijakan-kebijakan tersebut memberi dampak pada penurunan rasio likuiditas sebesar 10% sehingga posisi rasio likuiditas PT XL Axiata di tahun 2011 menjadi illikuid. Besarnya porsi likuiditas lancar dibanding aset lancar memberi gambaran bahwa manajemen belum optimal dalam mengelola liabilitas lancar mereka sehingga liabilitas lancar menjadi lebih besar dibanding aset lancar. 4. Liabilitas Tetap Terjadi penurunan untuk liabilitas tetap di tahun 2011 dibanding Pinjaman jangka panjang perusahaan mengalami penurunan menunjukan bahwa manajemen perusahaan memenuhi persyaratan pinjaman jangka panjang pada setiap tanggal pelaporan. Terjadi kenaikan liabilitas diestimasi pada tahun 2010 dan 2011, hal ini disebabkan oleh kebijakan perusahaan menaikkan imbalan pasca kerja di tahun 2010 dan mengestimasikan pesangon pemutusan kontrak kerja di tahun Beban Operasional Mulai tahun 2010 perusahaan menggabungkan beban infrastruktur, beban penjualan dan pemsaran, serta beban perlengkapan dan overhead menjadi beban operasional lainnya. Hal itu menyebabkan beban operasional lainnya menjadi tinggi. Salah satu kontribusi penyebab naiknya beban operasional ialah pemeliharan dan 54

12 perbaikan infrastruktur jaringan. Untuk menekan biaya pemeliharan dan perbaikan infrastruktur jaringan tersebut, perusahaan berniat melepas menara milik perusahaan senilai Rp triliun yang nantinya akan disewa kembali oleh perusahaan. Kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk menekan biaya operasional pemeliharaan menara BTS (Base Transceiver Station). Selain itu perusahaan ingin fokus dan mempercayakan perbaikan dan pemeliharan menara kepada pihak yang tepat dan ahli sehingga perusahaan dapat fokus terhadap bisnis inti. IV.3 Analisis Keuangan IV.3.1 Analisis Rasio Horizontal Analisis rasio horizontal merupakan analisis yang membandingkan akun-akun pada periode bersangkutan dengan periode sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menilai kemampuan manajemen dalam mengelolan keuangan perusahan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis rasio horizontal pada neraca: 1. Aset Lancar Walaupun sempat mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar Rp juta dari Rp juta namun kas dan setara kas perusahaan dapat kembali naik di tahun 2011 menjadi Rp juta. Piutang usaha mengalami kenaikan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 25,30% setelah pada periode sebelumnya yakni 2009 ke 2010 mengalami kenaikan sebesar 56,44%. 55

13 Tahun 2010 terjadi kenaikan yang sangat tinggi pada akun persediaan sebesar 206,97% sementara dari tahun 2010 ke 2011 hanya naik 9,09%. Secara keseluruhan aset lancar mengalami peningkatan yang baik dari tahun 2009 ke 2011 dimana di tahun 2011 perusahaan mampu menaikkan aset lancar mereka sebesar 52,03% dari tahun 2010 sementara untuk tahun 2009 ke 2010 kenaikan aset lancar sebesar 11%. 2. Aset Tidak Lancar Walau sempat mengalami penurunan dari tahun 2009 ke 2010 namun aset tidak lancar perusahaan dapat kembali naik sebesar 11,03%. Penurunan paling drastis terjadi pada akun piutang derivatif, dari tahun 2009 ke 2010 piutang derivatif mengalami penurunan sebesar 70,71% dan naik sebesar 258,18% dari tahun 2010 ke Untuk aset tetap, sama halnya dengan akun aset tidak lancar lainnya, terjadi penurunan di tahun 2010 yaitu dari Rp juta menjadi Rp juta dan kembali naik di tahun 2011 sebesar Rp juta. 3. Liabilitas Jangka Pendek Pada tahun 2010 hutang usaha dan hutang lain-lainnya sempat menunjukkan penurunan, namun kenaikan hutang di tahun 2011 cukup besar lebih dari separuh hutang di tahun sebelumnya yaitu Rp juta atau naik 69,58%. Hutang pajak perusahaan menunjukkan penurunan di tahun 2011 dari Rp juta menjadi Rp juta sementara sebelumnya hutang pajak mengalami kenaikan di tahun 2010 dari tahun 2009 sebesar 229,67%. 56

14 Selain itu terjadi pula penurunan beban yang masih harus dibayar sebesar 5,98% dari tahun 2010 ke 2011 dimana sebelumnya dari tahun 2009 ke 2010 terjadi kenaikan sebesar 71,58%. 4. Liabilitas Jangka Panjang Terjadi penurunan pinjaman jangka panjang dari tahun 2009 hingga 2011, hal ini berarti perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan ketentuan. Kenaikan terjadi pada liabilitas pajak tangguhan, dimana di tahun 2009 liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp juta naik menjadi Rp juta dan di tahun 2011 terjadi naik sebesar 5,70%. Analisis horizontal pada laba rugi: 1. Pendapatan usaha Tingkat pertumbuhan pendapatan usaha mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke 2010 sebesar Rp juta atau setara 27,38% dan naik menjadi Rp juta. 2. Beban usaha Behan usaha terjadi kenaikan dari tahun 2009 hingga Untuk 2009 ke 2010 terjadi kenaikan sebesar 12,74% yaitu dari Rp juta menjadi Rp juta sementara periode berikutnya yakni perusahaan mulai mengoptimalkan beban usahanya sehingga kenaikan beban usaha hanya hanya mencapai 12,12%. 57

15 3. Laba usaha Laba usaha mengalami kenaikan di tahun namun menurun di tahun Kenaikan beban usaha untuk periode memberi kontribusi yang berarti terhadap penurunan laba usaha , hal ini dikarenakan pendapatan usaha yang naik tidak melebihi kenaikan pendapatan usaha pada periode Beban / penghasilan lain-lain Periode beban lain-lain milik perusahaan menunjukkan kenaikan yang sangat drastis yaitu sebesas 808,55% dan di periode perusahaan mampu menekan beban perusahaan menjadi Rp juta atau turun 30,38%. IV.3.2 Analisis Vertikal Analisis vertikal merupakan analisis untuk menilai akun yang satu dengan akun yang lain dalam periode yang sama dalam laporan keuangan. Analisis vertikal pada neraca: 1. Aset Lancar Tahun 2009 aset lancar perusahaan sangat kecil dalam komposisi total aset secara keseluruhan yakni sebesar 7,33% yang mana kontribusi kas dan setara kas paling besar dalam akun aset lancar sebesar 2,73%. Walaupun setiap tahun dari tahun 2009 hingga 2011 terjadi kenaikan aset lancar namun komposisi aset lancar dalam total aset masih tergolong kecil. 58

16 Tampaknya perusahaan masih belum bisa mengoptimalkan akun-akun pada aset lancar sehingga di tahun 2011 aset lancar perusahaan hanya memberikan kontribusi sebesar 10,87% dari keseluruhan total aset. 2. Aset Tidak Lancar Aset tidak lancar memiliki komposisi paling besar dalam total aset keseluruhan, hal ini ditunjukkan dari besarnya porsi aset tidak lancar dari tahun 2009 hingga Tahun 2009 kontribusi aset tidak lancar sebesar 92,67% atau setara Rp juta, untuk tahun 2010 terjadi penurunan aset tidak lancar sebesar Rp juta dan terjadi kenaikan aset tidak lancar di tahun 2011 namun porsi aset tidak lancar mengalami penurunan yakni menjadi 89,13%. Penurunan porsi aset tidak lancar disebabkan meningkatnya porsi aset lancar namun kenaikan porsi aset lancar tidak terlalu memberi dampak berarti sebab aset tidak lancar tetap mendominasi di atas 80% dari total aset secara keseluruhan. 3. Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas jangka pendek mengalami keadaan fluktuatif dari tahun ke tahun yang mengakibatkan porsi liabilitas jangka pendek dalam pasiva mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun, tahun 2009 porsi liabilitas adalah sebesar 21,95% dari keseluruhan pasiva dan mengalami penurunan porsi di tahun 2010 menjadi 16,74% dan naik pada tahun 2011 menjadi 28%. 4. Liabilitas Jangka Panjang Tahun 2009 hingga 2010 porsi liabilitas jangka panjang mencapai di atas 40% namun porsi ini menurun menjadi 28,07%, perubahan ini terjadi karena liabilitas jangka panjang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Walaupun liabilitas 59

17 jangka panjang mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun porsi total liabilitas masih lebih besar dari porsi ekuitas dalam pasiva dimana total liabilitas mencapai lebih dari 50% dari total pasiva secara keseluruhan. Analisis vertikal pada laba rugi: 1. Beban Usaha Walau terjadi peningkatan untuk beban usaha dari tahun ke tahun namun porsi beban usaha mengalami perubahan fluktuatif dibandingkan dengan porsi pendapatan. Beban usaha di tahun 2009 memiliki porsi 82,02%, porsi ini menurun di tahun 2010 sebesar menjadi 72,60% dan kembali porsi ini naik menjadi 75,94% di tahun Laba Usaha Laba usaha merupakan selisih dari pendapata dengan beban usaha. Kontribusi yang diberikan laba usaha PT XL Axiata dari tahun 2009 hingga 2011 masih di bawah 30%, hal ini dipengaruhi faktor porsi beban usaha yang masih di atas 70% tiap tahunnya. Perubahan fluktuatif dari beban usaha menyebabkan perubahan fluktuatif pada laba usaha, seperti tahun 2009 laba usaha mencapai porsi 17,98% dan naik di tahun 2010 menjadi 27,40% dan turun menjadi 24,06% di tahun Beban Lain-lain Perubahan fluktuatif juga terjadi pada beban lain-lain. Tahun 2009 kontribusi beban lain-lain adalah sebesar 0,74% sementara 2010 beban lain-lain memiliki porsi sebesar 5,25%, dan turun di 2011 menjadi 3,41%. 60

18 4. Laba Bersih Akibat perubahan fluktuatif yang terjaid pada akun beban usaha, laba usaha dan beban lain-lain, perubahana fluktuatif juga terjadi pada akun laba bersih. Laba bersih mengalami kenaikan porsi di tahun 2010 menjadi 16,56% dibanding tahun sebelumnya yaitu 12,47% dan turun menjadi 15,12% di tahun IV.3.3 Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang dikatakan likuid atau memiliki likuiditas sehat setidaknya memiliki rasio lancar sebesar 100%. 1. Rasio Lancar Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya menggunakan aset lancar. Tabel IV.1 Rasio Lancar PT XL Axiata Tbk 0,39 0,49 0,33 Rata-rata Industri 0,67 0,71 0,56 Dari tahun 2009 sampai tahun 2010, rasio lancar mengalami peningkatan sementara di tahun 2010 hingga tahun 2011 terjadi penurunan rasio lancar baik pada PT XL Axiata Tbk maupun perusahaan pembanding. PT XL Axiata Tbk mengalami kenaikan rasio lancar sebesar 16% dari 33% menjadi 49% untuk tahun 2009 ke Walau angka ini masih lebih kecil dibanding rasio lancar rata-rata industri sejenis namun dibandingkan dengan pertumbuhan raiso lancar rata-rata industri sejenis untuk periode yang sama, perusahaan masih lebih baik karena 61

19 perusahaan mengalami kenaikan sebesar 16% sementara rata-rata industri hanya 15%. Walaupun PT XL Axiata mengalami kenaikan rasio lancar 1% lebih tinggi dari kenaikan rasio lancar rata-rata industri, namun baik PT XL Axiata maupun ratarata industri sejenis bisa dikatakan dalam posisi illikuid ditambah lagi dengan performa rasio lancar di tahun 2011 milik PT XL Axiata yang turun hingga 10% begitupun dengan rata-rata indutri sejenis turun sebesar 4%, hal ini disebabkan adanya kenaikan liabilitas lancar di tahun 2011 milik PT XL Axiata Tbk yang meningkat hampir dua kali lipat (sebesar 92%) dari tahun sebelumnya sementara aset lancar hanya naik sekitar 52%. 2. Rasio Cepat Rasio cepat adalah kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya menggunakan aset lancar namun mengurangi persediaan dari akun aset lancar. Tabel IV.2 Rasio Cepat PT XL Axiata Tbk 0,38 0,47 0,33 Rata-rata Industri 0,65 0,69 0,55 Sama halnya dilihat dari rasio lancar, untuk rasio cepat baik PT XL Axiata maupun rata-rata industri berada pada posisi illikuid sebab dari tahun 2009 sampai 2011 keduanya menunjukan nilai rasio cepat yang kurang dari 100%. Tahun 2009 ke 2010 terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 14% untuk rata-rata industri sejenis dan kenaikan serupa juga dialami PT XL Axiata, hal ini berarti PT 62

20 XL Axiata mampu mengikuti tren kenaikan rasio cepat, kenaikan tersebut sebesar 14%. Di tahun 2011 terjadi penurunan rasio cepat dari rata-rata industri sebesar 4% yang tadinya 69% menjadi 65%. Penurunan rasio cepat pun juga terjadi pada PT XL Axiata di tahun % yang tadinya 47% menjadi 38% atau lebih besar 5% dibanding penurunan rasio cepat rata-rata industri sejenis. Sejauh ini rasio likuiditas dari PT XL Axiata mampu mengikuti tren kenaikan maupun penurunan rasio likuiditas rata-rata industri sejenis. Kemampuan likuiditas ini menunjukkan bahwa PT XL Axiata walau memiliki angka-angka rasio likuiditas yang tidak besar namun tetap bisa mengikuti tren rasio likuiditas yang ada. IV.3.4 Analisis Rasio Manajemen Aset 1. Perputaran Piutang Perputaran piutang dilakukan untuk mengetahui berapa kali piutang rata-rata ditagih dalam suatu periode. Tabel IV.3 Rasio Perputaran Piutang PT XL Axiata Tbk 29,36 38,60 41,77 Rata-rata Industri 16,10 17,00 18,57 Dari tahun 2009 hingga tahun 2011 terjadi penurunan perputaran piutang baik untuk PT XL Axiata maupun rata-rata indutri sejenis. Berdasarkan bagan lampiran dapat dilihat bahwa perputaran piutang PT XL Axiata Tbk masih lebih besar dari rata-rata industri sejenis, seperti tahun 2009 perputaran piutang rata-rata industri 63

21 sebesar 18,57 kali sementara PT XL jauh lebih besar yakni 41,77 kali. Begitupun dengan tahun 2010 perputaran piutang PT XL sebesar 38,60 kali sementara ratarata industri sejenis menunjukkan angka 17 kali dan untuk tahun 2011 perputaran piutang PT XL sebesar 29,36 kali sementara rata-rata industri sebesar 16,10 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang PT XL Axiata Tbk masih lebih baik dari rata-rata industri sejenis dimana piutang PT XL Axiata lebih kecil dari rata-rata industri. Namun jika melihat besaran tingkat penurunan dari tahun ke tahun, PT XL mengalami penurunan perputaran piutang sebesar 3,17 kali dari tahun 2009 ke 2010 sementara rata-rata indutri untuk periode yang sama mengalami penurunan sebesar 1,57 kali. Untuk penurunan perputaran piutang tahun 2011, PT XL menunjukkan penurunan sebesar 9,24 kali dari tahun 2010 sementara rata-rata industri hanya 0,9 kali. Jika ditinjau dari pergerakan penurunan perputaran piutang dari tahun 2009 ke Perputaran Total Aktiva Perputaran total aktiva mengukur perputaran dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Tabel IV.4 Rasio Perputaran Total Aktiva PT XL Axiata Tbk 0,61 0,65 0,51 Rata-rata Industri 0,54 0,56 0,53 Di tahun 2009 perputaran total aktiva PT XL di bawah perputaran total aktiva rata-rata industri yakni sebesar 0,51 kali sementara rata-rata industri sebesar 0,53 64

22 kali. Namun di tahun 2010 PT XL mampu melampaui rata-rata industri untuk menaikkan perputaran total aktiva sebesar 0,14 kali dari tahun 2009 sementara rata-rata industri hanya mampu menaikkan sebesar 0,03 kali sehingga perputaran total aktiva PT XL di tahun 2010 lebih besar dibandingkan rata-rata industri untuk tahun yang sama. Di tahun 2011 terjadi penurunan perputaran total aktiva dari tahun tahun 2010 baik untuk PT XL maupun rata-rata industri, PT XL mengalami penurunan sebesar 0,04 kali sedangkan rata-rata industri sebesar 0,02 kali, walaupun PT XL mengalami penurunan lebih besar dari rata-rata indutri namun perputaran total aktiva PT XL di tahun 2011 lebih besar dibanding rata-rata industri yakni 0,61 kali untuk PT XL dan 0,54 kali untuk rata-rata industri. IV.3.5 Analisis Rasio Leverage 1. Rasio Hutang Rasio hutang mengindikasikan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjangnya. Tabel IV.5 Rasio Hutang PT XL Axiata Tbk 0,56 0,57 0,68 Rata-rata Industri 0,52 0,54 0,58 Dari tahun 2009 hingga 2011 terlihat bahwa rasio hutang milik PT XL masih di atas rata-rata industri hal ini menunjukkan bahwa PT XL menggunakan hutang lebih besar dari rata-rata industri untuk melakukan pendanaan perusahaan. Di tahun % hutang PT XL digunakan untuk pendanaan sementara ratarata industri hanya sebesar 58% artinya 10% lebih tinggi dari rata-rata industri. 65

23 Di tahun 2010 terjadi penurunan atas total hutang dan total aset PT XL sehingga terjadi penurunan rasio hutang sebesar 11% dari tahun sebelumnya. Namun di tahun 2011 penurunan rasio hutang PT XL masih lebih kecil dari ratarata industri, jika rata-rata industri bisa menurunkan rasio hutangnya menjadi 2% maka PT XL hanya mampu menurunkan rasio hutang sebesar 1% di tahun yang sama. 2. Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas Rasio ini mengukur struktur modal dengan membandingkan dana dari kreditur dengan investor. Tabel IV.6 Rasio Hutang Atas Ekuitas PT XL Axiata Tbk 1,28 1,33 2,11 Rata-rata Industri 1,09 1,16 1,60 Tahun 2009 hingga 2011 terjadi penurunan rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas. Di tahun 2009 rasio hutang jangka panjang atas ekuitas menunjukkan angka 211% dan terjadi penurunan sebesar 78% di tahun 2010 sehingga menjadi 133% begitu pun di tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 5% sehingga menjadi 128%. Sementara untuk rata-rata industri tahun 2009 rasio hutang jangka panjang tehadap ekuitas sebesar 160% dan tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 44% sehingga menjadi 116% dan tahun 2011 turun 7% menjadi 109%. 66

24 IV.3.6 Analisis Rasio Profitabilitas 1. Margin Laba Bersih Rasio ini mengukur berapa besar bagian pendapat yang menjadi laba. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar. Tabel IV.7 Margin Laba Bersih PT XL Axiata Tbk 0,15 0,16 0,12 Rata-rata Industri 0,14 0,16 0,13 Rasio margin laba bersih milik PT XL Axiata maupun rata-rata industri cukup berfluktuatif. Hal ini terlihat dari naik turunnya margin laba bersih dari tahun 2009 hingga Kenaikan margin laba bersih rata-rata industri sejenis dari tahun 2009 ke 2010 yakni sebesar 3% sementara PT XL Axiata mengalami kenaikan sebesar 4%. Pertumbuhan margin laba bersih milik PT XL Axiata ini dikarenakan naiknya laba bersih yakni dari Rp juta menjadi Rp juta selain itu kenaikan juga terjadi pada pendapatan untuk periode yang sama yaitu dari Rp juta menjadi Rp Penurunan rasio margin laba bersih dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi pada PT XL Axiata Tbk maupun rata-rata industri sejenis, penurunan rata-rata industri sejenis sebesar 2% sementara PT XL Axiata sebesar 1%. Penurunan pada PT XL Axiata ini diakibatkan menurunnya laba bersih sementara pendapat naik, hal ini karena beban operasional pada PT XL Axiata meningkat sebesar Rp juta sementara kenaikan beban operasional untuk periode dari 2009 ke 2010 sebesar Rp juta. 67

25 2. ROA Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Tabel IV.8 ROA PT XL Axiata Tbk 0,09 0,11 0,06 Rata-rata Industri 0,08 0,09 0,07 Untuk ROA tahun 2009 ke 2010 baik PT XL Axiata maupun rata-rata industri sejenis mengalami kenaikan sementara tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan. Kenaikan maupun penurunan ROA ini tidak terlalu signifikan, hal itu terlihtat periode 2009 ke 2010 terjadi kenaikan ROA dari 6% ke 11% untuk PT XL Axiata sementara rata-rata industri sejenis naik sebesar 2% dari 7% ke 9%. Sementara untuk 2010 ke 2011 terjadi penurunan ROA pada PT XL sebesar 2% dan rata-rata indutri sejenis turun 1%. Sampai tahun 2011 ROA PT XL Axiata hanya mampu menghasilkan 9% artinya laba bersih yang dihasilkan dari pengelolaan total aset tidak lebih hanya 9%. 68

26 3. ROE Rasio ini membandingkan laba bersih dengan jumlah modal. Tabel IV.9 ROE PT XL Axiata Tbk 0,21 0,25 0,19 Rata-rata Industri 0,16 0,20 0,20 Rasio menunjukkan kemampuan efisiensi modal yang ditanam dengan laba yang dihasilkan, jika rasio ini menunjukkan semakin besar maka semakin tinggi keuntungan investor sebab modal yang ditanamkan efisien. Tahun 2009 tingkat ROE PT XL Axiata masih dibawah rata-rata industri sejenis namun di tahun 2010 dan 2011 tingkat ROE PT XL Axiata berada di atas rata-rata industri sejenis. Tahun 2009 rata-rata industri menghasilkan ROE sebesar 20% sementara PT XL Axiata 1% dibawa rata-rata industri sejenis. Tahun 2010 terjadi kenaikan ROE baik rata-rata industri sejenis maupun PT XL Axiata, bahkan PT XL Axiata mampu menghasilkan ROE 25% atau 5% lebih tinggi dari rata-rata industri dan kenaikan ROE ini dikontribusikan oleh naiknya laba bersih PT XL Axiata pada tahun yang sama. Penurunan ROE sebesar 4% baik pada PT XL Axiata maupun rata-rata industri sejenis terjadi dari tahun 2010 hingga 2011, namun tingkat ROE PT XL Axiata masih lebih diatas rata-rata industri sejenis yaitu 21% untuk PT XL Axiata dan 16% untuk rata-rata industri sejenis. 69

27 IV.4 Analisis Prospektif : Proyeksi Analisis proyeksi merupakan analisis perkiraan yang digunakan untuk memberi gambaran bagaimana kondisi atau kinerja perusahaan ke depan dengan menggunakan analisis-analisis laporan keuangan sebelumnya. Sebagai dasar dalam pembuatan analisis proyeksi dilakukan dengan melihat kenaikan atau penurunan atas akun-akun dalam laporan keuangan sebelumnya sehingga dihasilkan perkiraan atas laporan keuangan ke depan yang dapat dijadikan acuan dalam membuat strategi-strategi operasional maupun kebijakan perusahaan. Dalam skripsi ini proyeksi laporan keuangan yang dilakukan adalah proyeksi atas laporan laba rugi dan neraca milik PT XL Axiata Tbk dengan mengesampingkan faktor makro ekonomi salah satunya ialah inflasi. IV.4.1 Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laba rugi yang dibuat oleh penulis berdasarkan atas rata-rata rasio horizontal perusahaan periode , dimana terdapat kenaikan ataupun penurunan atas akun-akun laporan laba rugi tersebut. 70

28 Tabel IV.10 Dasar Perhitungan Proyeksi Laba Rugi Pertumbuhan Analisis Rata-rata Horizontal Pertumbuhan Pendapatan Usaha 7,18% 27,38% 17,28% Beban Usaha 12,12% 12,74% 12,43% (Beban) / Penghasilan lain-lain - bersih -30,38% 808,55% -30,38% Beban pajak penghasilan 5,92% 49,44% 27,68% Diproyeksikan bahwa untuk pendapatan perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar rata-rata 17,28% per tahun sehingga terlihat pendapatan akan terus meningkat dan di tahun 2016 pendapatan akan mencapai Rp juta. Kenaikan pendapatan juga diikuti dengan kenaikan beban usaha, dimana dalam proyeksi laba rugi, beban usaha akan naik dengan rata-rata tingkat kenaikan 12,43%. Untuk beban lain-lain, penulis membuat asumsi yaitu dengan tingkat penurunan sebesar 30,38%. Hal ini dilakukan mengingat besarnya lonjakan beban lain-lain yang terjadi dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 808,55%. Besarnya beban ini akan mempengaruhi laba bersih perusahaan yang pastinya akan mengalami kerugiaan secara besar-besaran, itu sebabnya penulis mengasumsikan besarnya beban lain-lain adalah sebesar penurunan beban lain-lain di tahun Selain itu asumsi ini juga dilandasi dengan adanya rencana perusahaan untuk menjual menara BTS untuk menekan beban operasional perusahaan. Meningkatnya pendapatan dan beban usaha dan menurunnya beban lain-lain serta naiknya beban pajak penghasilan sebesar 27,68%, memberi pengaruh terhadap laba bersih perusahaan. Pengaruh yang diberikan cukup positif, dimana 71

29 setiap tahunnya terjadi kenaikan laba bersih perusahaan. Diperkirakan laba bersih perusahaan di tahun 2016 akan mencapai Rp juta. IV.4.2 Proyeksi Neraca Proyeksi neraca yang dibuat oleh penulis berdasarkan atas analisis rasio perusahaan. Proyeksi dilakukan dengan terlebih dahulu memproyeksikan akun total aset dengan menggunakan rata-rata tingkat kenaikan atau penurunan Rasio Tingkat Pengembalian Total Aset (ROA) yaitu sebesar 32,58%. Dengan tingkat pertumbuhan 32,58% per tahun maka terlihat di tahun 2016 total aset akan mencapai Rp juta. Proyeksi dilanjutkan ke akun total liabilitas dengan menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan atau penurunan rasio hutang atas aset sebesar -8,97%. Dengan tingkat penurunan sebesar -8,97% diharapkan perusahaan akan mampu mengurangi total kewajiban mereka hingga mencapai Rp juta. Selanjutnya selisih total aset dengan total liabilitas akan menjadi total ekuitas. Untuk memproyeksikan liabilitas jangka pendek, terlebih dahulu dilakukan dengan memproyeksikan liabilitas jangka panjang. Proyeksi liabilitas jangka panjang dilakukan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan rasio hutang jangka panjang atas ekuitas sebesar -20,36%. Selanjutnya liabilitas jangka pendek bisa di ketahui dengan menghitung selisish total liabilitas dengan liabilitas jangka panjang. Selanjutnya perhitungan untuk akun-akun pada aset lancar dan aset tidak lancar. Untuk total aset tidak lancar dapat dihitung dengan menghitung selisih total aset dengan total aset lancar. Total aset lancar diproyeksikan berdasarkan rata-rata tingkat pertumbuhan rasio lancar yakni sebesar 14,04% sehingga diperkirakan 72

30 akan terjadi kenaikan aset lancar perusahaan sebesar 14,04% per tahunnya. Setelah itu dilakukan perhitungan total aset tidak lancar dengan menggunakan selisih total aset dengan total aset lancar. Untuk proyeksi kas dan setara kas dilakukan dengan menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan rasio cepat yaitu sebesar 11,64% per tahunnya. Dengan demikian di harapkan di tahun 2016, perusahaan dapat mecapai kas dan setara kas sebesar Rp juta. Proyeksi piutang dihitung berdasarkan rata-rata tingkat perputaran piutang yaitu sebesar -15,76%. Semakin menurunnya piutang diharapkan pula dapat menurunkan resiko piutang tidak tertagih. Selanjutnya memproyeksikan persediaan, persediaan diproyeksi dengan menggunaka rata-rata tingkat pertumbuhan rasio perputaran persediaan yaitu sebesar 1,90%. 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. XL Axiata Tbk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. XL Axiata Tbk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan analisis-analisis yang dilakukan oleh penulis atas laporan keuangan PT XL Axiata Tbk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: V.1.1 Analisis Strategi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semarak bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. semarak bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan jasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, industi telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

Bab 1. Latar belakang dan Taktik perusahaan

Bab 1. Latar belakang dan Taktik perusahaan Bab 1 Latar belakang dan Taktik perusahaan Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996, XL Axiata menjadi yang terbaik di wilayah Asia, dan dimiliki secara mayoritas oleh Axiata Group Berhad

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Analisis Lingkungan Adapun analisis lingkungan yang dilakukan yaitu berdasarkan factor eksternal dan factor internal.

LANDASAN TEORI Analisis Lingkungan Adapun analisis lingkungan yang dilakukan yaitu berdasarkan factor eksternal dan factor internal. I. 1. LANDASAN TEORI Analisis Lingkungan Adapun analisis lingkungan yang dilakukan yaitu berdasarkan factor eksternal dan factor internal. 1.1 Faktor Eksternal Analisis eksternal dilakukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan Analisis SWOT

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan Analisis SWOT BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan 4.1.1 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perancangan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis laporan keuangan atas laporan keuangan tahunan PT Indosat Tbk tahun 2004-2008, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi merupakan bagian yang penting di dalam kehidupan manusia dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Handphone menjadi salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Kalbe Farma Tbk Periode di atas,

BAB V PENUTUP. Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Kalbe Farma Tbk Periode di atas, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penilitian terkait Analisis Keuangan Sebagai Alat untuk Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Kalbe Farma Tbk di atas, dapat disimpulkan dari kelima rasio: 1. Likuiditas

Lebih terperinci

PENILAIAN BISNIS PADA PT MATAHARI DEPARTMENT STORE TBK, PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK, DAN PT RIMO CATUR LESTARI TBK TAHUN

PENILAIAN BISNIS PADA PT MATAHARI DEPARTMENT STORE TBK, PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK, DAN PT RIMO CATUR LESTARI TBK TAHUN PENILAIAN BISNIS PADA PT MATAHARI DEPARTMENT STORE TBK, PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK, DAN PT RIMO CATUR LESTARI TBK TAHUN 2009-2011 Oleh: Soraya Imaniar N. H. (26210661) Pembimbing: Agustin Rusiana

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010 80 BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010 sampai tahun 2014 setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Walaupun berfluktuasi, rasio lancar cenderung menurun

Lebih terperinci

Bab 1. Latar belakang dan Taktik perusahaan

Bab 1. Latar belakang dan Taktik perusahaan Bab 1 Latar belakang dan Taktik perusahaan Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996, XL Axiata menjadi yang terbaik di wilayah Asia, dan dimiliki secara mayoritas oleh Axiata Group Berhad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini industri telekomunikasi sangat berkembang dengan pesat. Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini industri telekomunikasi sangat berkembang dengan pesat. Telekomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini industri telekomunikasi sangat berkembang dengan pesat. Telekomunikasi penting bagi semua lapisan masyarakat. Telekomunikasi dapat memudahkan kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat dihindari, terutama dalam dunia bisnis atau perusahaan. Oleh karena itu, sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Liquidity Ratios IV.1.1 Current Ratio Rasio lancar (current ratio), dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Berlakang Negara Indonesia saat ini sedang mengalami pembangunan ekonomi di berbagai bidang. Keberhasilan dalam bidang perekonomian disuatu negara akan terlihat dari tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami perkembangan dan mengarah pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaanperusahaan semakin terdorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang go public dan peminat yang semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang dilakukan penulis pada bab IV, hasil penelitian pada PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk. L1 Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk. Periode Analisis Horisontal Analisis Vertikal 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 ASET ASET LANCAR Kas dan Setara Kas

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Analisis strategi kompetitif Analisis strategi kompetitif merupakan titik awal yang penting untuk penilaian bisnis dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat berbicara, melakukan transaksi, dan masih banyak lagi. Menurut Laios

BAB I PENDAHULUAN. pada saat berbicara, melakukan transaksi, dan masih banyak lagi. Menurut Laios BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi digunakan pada saat berbicara, melakukan transaksi, dan masih banyak lagi. Menurut Laios dan Theodorakism (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini berbagai aspek kehidupan mengalami perkembangan dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah pendanaan yang sangat vital bagi perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menunjang jalannya aktifitas perusahaan,

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah membawa perubahan dan perkembangan di berbagai bidang, salah satunya semakin canggihnya alat

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015)

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Dalam industri telekomunikasi, terdapat enam pemain yang terlibat dalam menggunakan, menyediakan, dan mengawasi layanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha

BAB I PENDAHULUAN. di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan khususnya di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang terjadi saat ini sangat bergantung pada penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Industri Telekomunikasi Persaingan industri telekomunikasi, beberapa tahun terakhir semakin ketat. Hal ini terbukti dari budget belanja iklan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai suatu organisasi bisnis, tujuan utama dari korporasi adalah profit atau keuntungan. Mengingat banyak pemangku kepentingan terutama pemegang saham yang merupakan

Lebih terperinci

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f, NERACA KONSOLIDASIAN (UNAUDITED) AKTIVA Catatan 2008 2007 AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4,43 10.942.829 10.828.433 Penyertaan sementara 2c,2f,43 182.685 188.139 Piutang usaha 2c,2g,5,36,43 Pihak

Lebih terperinci

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont LAMPIRAN 72 73 Faktor-faktor internal yg berpengaruh Dapat dikendalikan : HPP, Hutang perusahaan Existing Problem Kinerja keuangan yang fluktuatif Faktor-faktor eksternal yg berpengaruh & tidak dpt dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia, dalam sepuluh tahun terakhir banyak bermunculan perusahaan yang bergerak dalam bidang

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 121.433.163.880 119.658.017.889 Deposito berjangka 5 2.135.930.652 2.424.600.790 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, serta

percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan media komunikasi mendukung percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, serta menjadi alasan untuk berinvestasi di industri

Lebih terperinci

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan

Lebih terperinci

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900 NERACA KONSOLIDASI` PER 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 3 CATATAN ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c, 2l, 4, 24 Rp 3,111,393,145 Rp 1,677,351,069 Investasi jangka pendek 2d, 5 5,348,940,000 6,606,593,125

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 71 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai analisis rasio keuangan dan analisis arus kas terhadap penilaian kinerja pada PT Indofood Sukses Makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir telah mendukung perkembangan kegiatan pemasaran dan mendorong percepatan

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2a,2c,3,27 103.317.329.165 92.942.187.030 Deposito berjangka 2a,4 1.971.891.997 2.643.566.861 Piutang usaha (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1 Rasio keuangan perusahaan sektor jasa telekomunikasi di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan telepon selular di Indonesia diprediksikan mengalami peningkatan dengan jumlah yang cukup tajam. Hal ini merupakan dampak dari semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 70.490.918.058 100.111.129.147 Deposito berjangka 5 2.062.615.652 2.179.143.834 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perilaku dan sikap konsumen dalam menggunakan

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV terhadap perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Rp Penyertaan sementara Rp Piutang usaha

ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Rp Penyertaan sementara Rp Piutang usaha PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. TELKOM INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Angka dinyatakan dalam jutaan Rupiah) 2010 2009 ASET ASET LANCAR Kas dan setara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Di Indonesia pun telepon

Lebih terperinci

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, July 2014, 45-54 p-issn: 2337-7887 Article History Received May, 2014 Accepted June, 2014 Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam industri tersebut semakin meningkat. Persaingan yang terjadi tidak terlepas dari ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG Suatu perusahaan didirikan untuk menghasilkan laba yang optimal, dengan adanya laba yang diperoleh tersebut, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS Disusun oleh : Danar Nurtyaga Prasanna Danny Ariesta Nur Ardianto Herlin Amahorseya FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2016 Lapora Laba Rugi PT Gudang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, teknologi merupakan suatu hal yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari segi

BAB IV PEMBAHASAN. Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari segi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Strategi Bisnis Perusahaan IV.1.1 Analisis SWOT Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau Strength, Weakness, Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang makin meningkat seiring perkembangan teknologi dan era

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang makin meningkat seiring perkembangan teknologi dan era I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di dalam industri telekomunikasi menunjukan peningkatan yang semakin tinggi baik antara operator jaringan seluler yang berbasis GSM dan operator jaringan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE PADA PT BAKRIE TELECOM TBK PERIODE

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE PADA PT BAKRIE TELECOM TBK PERIODE 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada kuartal ketigatahun 2014 Indonesia merupakan salah satunegara pengguna handphone terbesar di dunia, jumlah pengguna handphone di Indonesia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan beberapa bagian lainnya yang meliputi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

Oleh Deddy Kurniawan Sugeng Rianto Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Oleh Deddy Kurniawan Sugeng Rianto Fakultas Ekonomi Universitas Semarang PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI PADA PERIODE TAHUN 2007-2010 (Study Pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., PT. Indosat Tbk., PT. Bakrie

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi ANALISIS PROSPEKTIF Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat. Analis prospektif merupakan inti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi merupakan sebuah fenomena yang memberikan tantangan besar pagi perusahaan untuk terus bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat, dengan banyaknya perusahaan - perusahaan baru yang bermunculan, hal ini mendorong perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE 2008-2012 DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE NAMA : Heri Kurniawan NPM : 23210252 JURUSAN : Akuntansi PEMBIMBING : Erna Kustyarini, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan yang sangat pesat saat ini. Setiap perusahaan bersaing untuk memberikan yang terbaik agar

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan 2007 PT Asahimas Flat Glass Tbk Rusli Pranadi Manager Corporate Finance Samuel Rumbajan Direktur Keuangan NERACA (Tidak diaudit) 30 September 2008

Lebih terperinci

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75 1. Likuiditas Perusahaan 2009 2010 2011 2012 Rasio Lancar 2.35 2.43 2.75 2.8 Rasio Cepat 1.5 1.6 1.76 1.82 Periode penagihan rata-rata 34.15 42.26 41.13 45.4 Perputaran piutang usaha 10.69 8.64 8.88 8.04

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Telekomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999, definisi penyelenggara telekomunikasi adalah perseorangan, koperasi, badan usaha milik daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, pasar modal sangatlah membawa peranan yang cukup penting didalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat dipandang sebagai

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS BAB VI ANALISA STRATEGI BERSAING AXIS Telekom Indonesia 6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS AXIS saat ini merupakan perusahaan telekomunikasi selular no 4 di Indonesia, di atasnya adalah Telkomsel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini industri telekomunikasi Indonesia telah memasuki babak baru. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi dan regulasi pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat penting, apalagi dalam hal usaha komunikasi sangat dibutuhkan. Banyak alat komunikasi pada

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN - 2 Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak

KEWIRAUSAHAAN - 2 Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: LAPORAN KEUANGAN Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan transaksi yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi di tengah perekonomian memberikan dampak bagi dunia usaha. Salah satu industri yang terkena efek globalisasi yaitu industri telekomunikasi.

Lebih terperinci

PRESS RELEASE No. TEL.45/PR.000/COP-A /2012

PRESS RELEASE No. TEL.45/PR.000/COP-A /2012 PRESS RELEASE No. TEL.45/PR.000/COP-A0070000/2012 TELKOM HARI INI MENYAMPAIKAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI TAHUN 2011 (AUDITED) DAN LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2011 Jakarta, 2 April 2012 Pada tanggal 30 Maret

Lebih terperinci

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 2007 (DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2006) (MATA UANG INDONESIA) 1 MUSTIKA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 119 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan terhadap penggunaan kartu prabayar XL bebas dan Telkomsel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam mencapai tujuannya perusahaan harus selalu terlibat dalam perencanaan jangka panjang dan beroperasi pada saat sekarang. Maka perlu kiranya melihat dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan pendek (short message service), kini telah memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. pesan pendek (short message service), kini telah memberikan kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak diciptakannya telepon genggam, kemajuan teknologi komunikasi dalam satu dekade terakhir berkembang semakin pesat,. Telepon genggam yang semula hanya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan baik skala kecil maupun besar senantiasa berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan baik skala kecil maupun besar senantiasa berhadapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik skala kecil maupun besar senantiasa berhadapan dengan situasi persaingan. Namun perusahaan dapat bersaing dan berkembang menjadi besar,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat berkompetisi sangat ditentukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat berkompetisi sangat ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat berkompetisi sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Bakrie Telecom, Mobile-8, Natrindo, Sampoerna

BAB I PENDAHULUAN. Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Bakrie Telecom, Mobile-8, Natrindo, Sampoerna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri di bidang telepon seluler di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut catatan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia), Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi memunculkan banyaknya perubahan, khususnya di bidang teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1984,

Lebih terperinci