BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada pada level 19,52% dan didominasi komponen modal inti, rentabilitas relatif stabil yang tercermin dari ROA dan NIM yang relatif stabil per Agustus 2014 masing-masing sebesar 2,9% dan 4,2%, dan efisiensi relatif stabil yang tercermin dari BOPO yang relatif tidak berubah yaitu sebesar 76,4%. Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman Hadad dalam Pertemuan Tahunan Eksekutif Sektor Jasa Keuangan di Jakarta pada hari Jumat 17 Januari 2014, terdapat empat perkembangan penting yang mendukung pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang. Pertama, OJK melihat ada kemungkinan pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar uang dan pasar modal dalam upaya memperdalam instrumen keuangan di pasar keuangan domestik. Kedua, perbankan harus siap meningkatkan penyaluran kredit investasi, terutama di sektor manufaktur, energi, dan infrastruktur. Selain itu, perbankan harus siap memperbarui dan merevitalisasi kapasitas perindustrian sehingga dapat menghasilkan produk-produk dengan nilai tambah tinggi. Ketiga, perubahan lanskap regulasi industri perbankan yang menuntut reformasi yang komprehensif, mencakup antara lain struktur permodalan, likuiditas, governance, dan sekuritisasi untuk menurunkan probabilitas kegagalan institusi. Perubahan regulasi pada 1

2 struktur permodalan yaitu berdasarkan SE No. 14/21/DPNP tanggal 24 April 2013 tentang Perubahan atas SE No. 9/33/DPNP tanggal 18 Desember 2007 perihal Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dan SE No. 9/31/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Model Internal dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. Perubahan regulasi pada likuiditas dapat dilihat pada indikator likuiditas bank yang sebelumnya hanya dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) namun saat ini dapat menggunakan Loan to Funding Ratio (LFR) yang memasukkan sumber dana bank dari obligasi dan pinjaman bilateral untuk melihat indikator likuiditas bank. OJK sebelumnya telah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka, namun perubahan peraturan tersebut dimasukkan dalam prinsip-prinsip GCG G20/OECD. OJK telah mengatur adanya mekanisme penerbitan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) yang merupakan Efek Beragun Aset dalam rangka sekuritisasi yang diterbitkan oleh Penerbit, yang merupakan bukti kepemilikan secara proporsional atas Kumpulan Piutang yang dimiliki bersama oleh sejumlah pemegang EBA- SP. Pemenuhan peningkatan permodalan tidak mudah karena terbatasnya modal domestik dan kecenderungan global yang membatasi keterlibatan modal asing. Salah satu alternatif peningkatan permodalan bank adalah melalui pemupukan modal secara organik, sehingga diperlukan komitmen dari pemilik dan pengurus bank agar dapat menyeimbangkan antara kebutuhan pembagian dividen dan pemberian remunerasi dengan upaya peningkatan 2

3 permodalan institusi. Alternatif penguatan modal lainnya adalah dengan mendorong perbankan untuk memanfaatkan instrumen pasar modal. Keempat, walaupun integrasi sektor perbankan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terjadi pada tahun 2020, namun terintegrasinya pasar modal pada tahun 2015 dapat memberikan tekanan di sisi pendanaan dan pembiayaan bank karena di sisi pendanaan bank nasabah akan memiliki lebih banyak alternatif penempatan dana selain perbankan, sedangkan di sisi pembiayaan, dunia usaha akan lebih mudah untuk masuk bursa di luar negeri sehingga berpotensi mengurangi pangsa kredit domestik. Di pasar modal, terdapat istilah ASEAN CIS (ASEAN Collective Investment Scheme) yang merupakan suatu kerangka kerja yang mengizinkan negara-negara yang berpartisipasi di dalamnya untuk menawarkan produk pasar modal yang telah memenuhi standar yang ditetapkan bersama, sehingga apabila Indonesia bergabung dengan ASEAN CIS maka perusahaan pasar modal di negara lain dapat menawarkan produknya ke investor di Indonesia. Hal tersebut dapat memberikan tekanan di sisi pendanaan dan pembiayaan bank. Selanjutnya, untuk mengantisipasi integrasi perbankan ASEAN pada tahun 2020, OJK akan memperjelas arah kegiatan usaha perbankan dengan cara mengeluarkan kebijakan di sektor usaha seperti relaksasi ketentuan persyaratan kegiatan usaha penitipan dan pengelolaan bank yang dilakukan agar bank mampu untuk mengelola mata uang asing. Selain memperjelas arah kegiatan usaha perbankan, OJK juga meningkatkan daya saing perbankan agar dapat memanfaatkan pasar ASEAN (Himawan, 2014). Sementara itu, peningkatan jumlah penduduk usia produktif serta membesarnya kelompok kelas menengah mendorong konsumen perbankan untuk mendapat layanan yang lebih cepat, fleksibel, dengan produk yang semakin variatif, termasuk kemampuan 3

4 pengubahan instrumen kredit dengan instrumen pasar uang dan pasar modal. OJK akan melihat kemungkinan pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar uang dan pasar modal dalam upaya memperdalam instrumen keuangan di pasar keuangan domestik. Perbankan juga harus siap untuk meningkatkan penyaluran kredit investasi terutama di sektor manufaktur, energi, dan infrastruktur menuju produk-produk industri bernilai tambah tinggi. Pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2015 diharapkan berada pada kisaran 18% yang merupakan angka sesuai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan ekses negatif terhadap perbankan (Muhammad, 2014). Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting untuk menghimpun dana dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Peningkatan pada jumlah bank di Indonesia baik bank milik pemerintah maupun milik swasta memiliki potensi untuk mendorong bisnis sektor perbankan menjadi lebih kompetitif, berikut merupakan tabel 1.1 perkembangan bank di Indonesia: Tabel 1.1 Perkembangan Bank di Indonesia Agustus 2014 Agustus 2015 Jumlah Bank Jumlah Kantor Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Persaingan antar bank yang semakin kompetitif seperti yang terlihat dari meningkatnya jumlah bank dan jumlah kantor di Indonesia pada tabel 1.1 di atas menyebabkan para manajemen bank perlu untuk menyusun perencanaan dan strategi yang tepat sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dapat memenangkan persaingan. Penyusunan 4

5 strategi yang tepat dapat mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien baik tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang juga memiliki peran untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memiliki kegiatan usaha untuk menempatkan dana dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain. BPR juga terlibat dalam aktivitas penyusunan perencanaan dan strategi yang tepat dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Perkembangan BPR tidak lepas dari adanya kemajuan teknologi informasi yang terkait dengan dunia perbankan, pertumbuhan lembaga keuangan mikro baru, perkembangan perekonomian nasional, dan tuntutan masyarakat akan layanan perbankan yang semakin baik. Penyaluran dana oleh Bank Perkreditan Rakyat berupa kredit mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut dikarenakan oleh perekonomian Indonesia yang membaik sehingga meningkatan permintaan akan kredit pada Bank Perkreditan Rakyat pada bulan Agustus tahun 2015 sebesar Rp miliar dari hanya sebesar Rp miliar pada tahun Kredit yang disalurkan oleh Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya berupa Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, dan Kredit Konsumsi. Berikut merupakan tabel 1.2 penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan yang dihimpun dari Bank Indonesia: Tabel 1.2 Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan Agustus 2014 Agustus 2015 Kredit Modal Kerja 73,5% 74,2% Kredit Investasi 26,5% 25,8% Sumber: Laporan Perkembangan Kredit UMKM Triwulan II

6 Berdasarkan tabel 1.2 di atas, Kredit Modal Kerja mendominasi sebesar 74,2% terhadap perbankan dibandingkan Kredit Investasi yang hanya sebesar 25,8%. Kredit Modal Kerja mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dikarenakan oleh berkembangnya sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berkembangnya sektor UMKM ini dapat menjadi pendorong bagi kegiatan usaha BPR yang berupa penyaluran kredit. Bank Perkreditan Rakyat memiliki aktivitas bisnis utama seperti bank umum yaitu menghimpun dana dari pihak ketiga berupa tabungan dan deposito serta menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Berdasarkan data Bank Indonesia, berikut merupakan tabel 1.3 sumber dana Bank Perkreditan Rakyat yang berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK): Tabel 1.3 Sumber Dana Bank Perkreditan Rakyat (dalam Miliar Rupiah) Agustus 2014 Agustus 2015 Dana Pihak Ketiga Rp Rp Deposito Rp Rp Tabungan Rp Rp Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Berdasarkan tabel 1.2 penyaluran kredit dan tabel 1.3 sumber dana BPR, dapat dilihat bahwa penyaluran kredit dan penghimpunan dana berupa deposito dan tabungan mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan semakin banyaknya persaingan antar Bank Perkreditan Rakyat yang dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia seperti pada tabel 1.4 berikut: 6

7 Tabel 1.4 Perkembangan Jumlah Bank Perkreditan Rakyat Agustus 2014 Agustus 2015 Jumlah BPR Jumlah Kantor Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Adanya peningkatan dalam jumlah Bank Perkreditan Rakyat dan jumlah kantor yang terdapat pada tabel 1.4 di atas diikuti dengan perkembangan jumlah Bank Perkreditan Rakyat dan jumlah kantor di wilayah DIY seperti yang terlihat pada tabel 1.5 berikut: Tabel 1.5 Perkembangan Jumlah BPR dan Kantor BPR di DIY Agustus 2014 Agustus 2015 Kantor Pusat Kantor Cabang Kegiatan Pelayanan Kas Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Berdasarkan tabel 1.5 di atas, persaingan antar Bank Perkreditan Rakyat di DIY saat ini cukup ketat. Adanya Bank Perkreditan Rakyat di wilayah DIY tentunya memiliki peran untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat terutama pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu Bank Perkreditan Rakyat yang memiliki peran tersebut adalah BPR Universitas Gadjah Mada yang menawarkan jasa keuangan antara lain berupa tabungan, deposito, dan kredit. 1.2 Rumusan Masalah Kredit yang dikucurkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Kredit yang dikucurkan pada tahun 2014 adalah sebesar 7

8 Rp33,1 miliar dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp26,2 miliar. Adanya peningkatan pada pertumbuhan kredit yang dikucurkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada menjadi bukti bahwa PT. BPR Universitas Gadjah Mada ingin menjadi bagian dari kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Persaingan antar bank dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat ketat. Persaingan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memiliki usaha yang bergerak di bidang mikro, kecil, dan menengah ini dapat dilihat dari banyaknya pendirian Bank Perkreditan Rakyat baru maupun pembukaan kantor cabang atau kantor kas. Selain itu, bank umum juga telah memasuki bisnis pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga semakin meningkatkan persaingan antar bank. Adanya layanan branchless banking yang diatur oleh OJK pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 19/POJK.03/2014 dapat semakin menimbulkan persaingan yang ketat antara Bank Perkreditan Rakyat dengan bank umum. Hal ini dikarenakan bahwa bank umum dapat membuka agen Laku Pandai baik berupa badan hukum maupun perorangan yang tersebar di Indonesia. Laku Pandai merupakan Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif, yaitu program penyediaan layanan perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan pihak lain (agen bank) dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Bank Perkreditan Rakyat juga dapat mengikuti program Laku Pandai namun wajib untuk memenuhi beberapa persyaratan yang cukup ketat, seperti modal inti Rp100 miliar atau rasio kecukupan modal minimal 12% dengan ketentuan lembaga tersebut dinyatakan sehat secara keuangan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal ini juga dikemukakan oleh Ketua Umum Perhimpunan Bank 8

9 Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo), Joko Suyanto, yang mengemukakan bahwa peluang BPR untuk melakukan branchless banking tidak banyak (Rini, 2015). Semakin banyaknya pendirian kantor Bank Perkreditan Rakyat maupun bisnis yang dilakukan oleh bank umum yang telah memasuki sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, serta adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai layanan branchless banking perlu direspon oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dengan mengubah perilaku atau strategi yang berbeda agar tetap bertahan di industri perbankan. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dan menjaga kesinambungan strategi pencapaian visi dan misi, PT. BPR Universitas Gadjah Mada tentunya memiliki strategi tersendiri untuk menghadapi persaingan. Strategi yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dibagi menjadi dua, yaitu strategi bisnis dan strategi operasional. Strategi bisnis yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada mencakup strategi pada bidang pendanaan, perkreditan, dan permodalan. Strategi operasional yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada mencakup strategi pada bidang kepatuhan yang berdasarkan regulasi, strategi pada bidang sumber daya manusia serta strategi untuk perluasan jaringan. Namun, strategi tersebut perlu untuk ditinjau ulang apakah sesuai dengan industri perbankan saat ini. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan paparan di atas, maka pertanyaan yang menjadi fokus penelitian adalah: 1. Apa saja faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menghadapi persaingan di industri perbankan? 2. Apakah strategi yang diterapkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada telah efektif dalam menghadapi persaingan di industri perbankan? 9

10 3. Apa saja strategi alternatif yang dapat diterapkan agar PT. BPR Universitas Gadjah Mada dapat menghadapi persaingan di industri perbankan? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menghadapi persaingan di industri perbankan. 2. Mengevaluasi strategi yang diterapkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menghadapi persaingan di industri perbankan. 3. Menentukan strategi alternatif yang dapat diterapkan pada PT. BPR Universitas Gadjah Mada agar dapat menghadapi persaingan di industri perbankan. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan gambaran bagi manajemen PT. BPR Universitas Gadjah Mada untuk memperbaiki strategi yang telah dilakukan selama ini dan mencari solusi untuk dapat memaksimalkan pemberian kredit yang dapat berdampak bagi posisi perusahaan di industri perbankan Indonesia. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap PT. BPR Universitas Gadjah Mada yang bergerak dalam industri perbankan nasional. Cakupan pada penelitian ini berfokus pada evaluasi strategi bisnis yang dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam melakukan kegiatan usahanya yang berupa penyaluran kredit dan penghimpunan dana berupa deposito dan tabungan di wilayah DIY. Analisis dilakukan dengan melakukan analisis pada strategi 10

11 bisnis yang saat ini dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada, analisis lingkungan eksternal dan internal, dan analisis identifikasi strategi alternatif. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu: Data Primer Data yang didapat langsung dari BPR Universitas Gadjah Mada sebagai sumber utama. Data primer yang dikumpulkan akan digunakan untuk memahami situasi internal perusahaan serta untuk menentukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dalam analisis SWOT. Dalam pengumpulan data ini menggunakan dua metode yaitu wawancara dan observasi. Pengumpulan data dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan manajemen tingkat atas BPR Universitas Gadjah Mada yang berperan sebagai key informan pada penelitian ini yaitu Direktur Utama, Direktur, Kepala Bagian Pemasaran, dan Kepala Bagian Operasional. Pengumpulan data dengan metode observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek dan permasalahan yang akan diteliti serta melakukan eksplorasi terhadap data-data tertulis yang dimiliki oleh BPR Universitas Gadjah Mada. Data yang diperlukan antara lain data yang berkaitan dengan strategi perusahaan, pemasaran, keuangan, operasional, dan sumber daya manusia beserta tantangan yang dihadapi saat ini. 11

12 1.7.2 Data Sekunder Data lain yang didapat dengan mempelajari data yang telah diperoleh oleh pihak ketiga yang berhubungan dengan perusahaan dan industri terkait. Data sekunder ini diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, dan informasi lainnya yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis atau menghasilkan data yang akurat. 1.8 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini dengan mempertimbangkan kondisi eksternal dan internal perusahaan dengan menggunakan kerangka analisis yang dapat merumuskan strategi alternatif yang dapat digunakan oleh BPR Universitas Gadjah Mada antara lain: Analisis Lingkungan Eksternal 1. Analisis Karakteristik Industri Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik industri meliputi: a. Ukuran pasar dan tingkat pertumbuhan 1) Seberapa besar industri tersebut dan seberapa cepat tingkat pertumbuhannya. 2) Posisi industri tersebut dalam product life cycle yang mengungkapkan tentang prospek pertumbuhan industri. b. Jumlah pesaing 1) Fragmentasi industri menjadi banyak perusahaan-perusahaan kecil atau terkonsentrasi dan didominasi oleh beberapa perusahaan besar. 12

13 2) Konsolidasi industri menjadi sejumlah kecil kompetitor. c. Tingkat diferensiasi produk 1) Diferensiasi produk dengan produk pesaing. 2) Peningkatan kemiripan produk pesaing menyebabkan persaingan harga semakin tinggi. d. Laju Perubahan Teknologi 1) Peran dari teknologi maju di dalam industri. 2) Peningkatan pada fasilitas atau peralatan menjadi penting dikarenakan oleh perkembangan teknologi proses produksi. 3) Pemain dalam industri tersebut memiliki atau memerlukan kapabilitas teknologi yang kuat. 2. Analisis Porter s Five Forces Analisis ini dilakukan karena tekanan kompetisi pada suatu perusahaan dalam suatu industri berasal dari lima hal, yaitu: a. Intensitas persaingan Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persaingan dalam industri perbankan maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Pertumbuhan permintaan pembeli 2) Biaya perpindahan merek bagi pembeli 3) Diferensiasi produk 4) Hambatan untuk keluar 13

14 b. Ancaman pendatang baru Analisis yang dilakukan untuk mengetahui ancaman masuknya pendatang baru maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Persyaratan modal 2) Preferensi merek dan loyalitas pelanggan 3) Akses terhadap saluran distribusi 4) Kebijakan pemerintah c. Ancaman produk substitusi Analisis yang dilakukan untuk mengetahui ancaman dari produk substitusi maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Kemudahan memperoleh produk substitusi dan harga yang bersaing 2) Pandangan pembeli terhadap produk substitusi 3) Biaya untuk pindah ke produk substitusi bagi pembeli d. Kekuatan pemasok Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan pemasok pada industri perbankan maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Biaya untuk pindah ke pemasok lain 2) Ketersediaan produk substitusi pemasok e. Kekuatan pembeli Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan pembeli maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Kekuatan permintaan konsumen 2) Standarisasi barang industri 14

15 3) Biaya perpindahan merek bagi pembeli 4) Informasi yang dimiliki konsumen 3. Analisis Driving Forces Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi apa saja yang dapat menjadi driving forces suatu industri. Berikut merupakan hal-hal yang dapat menjadi driving forces pada suatu industri: 1. Perubahan pada Pembeli dan Penggunaan Produk 2. Perubahan teknologi dan proses pembuatan inovasi 3. Inovasi Produk dan Pemasaran 4. Perubahan Biaya dan Efisiensi 5. Pengaruh Regulasi dan Kebijakan Pemerintah 4. Analisis Key Success Factors Key Success Factors merupakan elemen strategi, atribut produk dan jasa, pendekatan operasional, sumber daya, dan kapabilitas kompetitif yang diperlukan agar sukses dalam berkompetisi dengan setiap dan semua perusahaan dalam industri (Thompson et al., 2014). Key Success Factors pada setiap industri dapat berbeda, bahkan pada industri yang sama dapat juga berbeda dari waktu ke waktu dikarenakan oleh adanya perubahan kondisi persaingan di industri tersebut. Dalam penelitian ini, key success factors yang dianalisis antara lain: 1. Sumber daya manusia 2. Kecukupan modal 3. Jaringan pelayanan 15

16 1.8.2 Analisis Lingkungan Internal Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis internal yang dilakukan adalah analisis sumber daya perusahaan baik sumber daya tangible maupun sumber daya intangible dan analisis kapabilitas bidang fungsional, yang terkait dengan kemampuan dan keahlian dari suatu bagian dalam organisasi. Analisis kapabilitas fungsional meliputi fungsi sebagai berikut: 1) Aspek pemasaran Melakukan analisis terhadap strategi pemasaran dilihat dari reputasi, pangsa pasar, kualitas produk, kualitas pelayanan, efektivitas distribusi, efektivitas promosi, kekuatan penjualan, dan cakupan geografis. 2) Aspek keuangan Melakukan analisis terhadap kemampuan keuangan perusahaan dilihat dari beberapa rasio keuangan seperti NPL, CAR, LDR, ROE, ROA, dan BOPO. 3) Aspek sumber daya manusia dan operasional Melakukan analisis reputasi manajemen tingkat atas, keterampilan dan moral karyawan, produktivitas karyawan, kepatuhan terhadap pada peraturan, efektivitas imbalan dan sanksi terhadap perusahaan. Selain itu, akan dilakukan analisis kemampuan operasional perusahaan yang dilihat dari layanan yang diberikan kepada konsumen, serta teknologi dan infrastruktur yang dimiliki perusahaan Identifikasi Strategi Alternatif Dari analisis-analisis yang telah dilakukan, maka strategi yang telah dimiliki akan dibandingkan dengan hasil analisis sehingga dapat mengetahui tingkat 16

17 efektivitas strategi. Jika strategi yang telah ada kurang efektif maka dapat dirumuskan strategi alternatif berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya Membandingkan Strategi yang Telah Dimiliki dengan Strategi Alternatif Strategi yang telah dimiliki oleh perusahaan akan dibandingkan dengan strategi alternatif sehingga dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lain. 17

18 Secara umum, metodologi analisis penelitian ini dapat dikemukakan dengan menggunakan kerangka sebagai berikut: Analisis Strategi PT. BPR Universitas Gadjah Mada Analisis Lingkungan Eksternal 1. Analisis Karakteristik Industri 2. Analisis Porter s Five Forces 3. Analisis Driving Forces 4. Analisis Key Success Factors Analisis Lingkungan Internal 1. Analisis Sumber Daya Tangible 2. Analisis Sumber Daya Intangible 3. Analisis Kapabilitas Fungsional Peluang dan Ancaman Kekuatan dan Kelemahan Evaluasi Strategi Identifikasi Strategi Alternatif Simpulan dan Saran Gambar 1.1 Kerangka Analisis Penelitian 18

19 1.9 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini berisi hal-hal yang mendasari penyusunan penelitian ini yang termuat dalam latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode analisis dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan strategi bisnis yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis penelitian. Bab III Metode Penelitian dan Profil Perusahaan Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan dangambaran umum PT. BPR Universitas Gadjah Mada seperti sejarah pendirian perusahaan, perkembangan perusahaan, strategi yang digunakan perusahaan, visi dan misi perusahaan, serta produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Evaluasi strategi dan strategi alternatif perusahaan akan dilakukan setelah analisis internal dan eksternal perusahaan. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta saran yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengembangkan strategi bersaing perusahaan. 19

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terdapat 73 Manajer Investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, yang memberikan jasa manajemen investasi kepada investornya, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan (bank) merupakan lembaga

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 2 - PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Bahwa dalam rangka mengarahkan kegiatan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5841 KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 17) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 1 - Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 18) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip semua pelaku usaha adalah mencari laba yang maksimal atau berusaha untuk meningkatkan labanya. Hal ini menyebabkan laba menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Adanya perbedaan pada rasio-rasio kinerja keuangan pada bank konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah luput dari permasalahan ekonomi. Dengan situasi yang cepat berubah, masyarakat memanfaatkan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum. No.6/44/DPNP Jakarta, 22 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 tanggal 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis perbankan di Indonesia sampai saat ini terus menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis kinerja keuangan BPR Konvensional di Jawa dan Sumatera dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan antara tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Kegiatan utama suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya; KEPALA EKSEKUTIF PENGAWASAN PERBANKAN OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR FORUM KOMUNIKASI DIREKTUR KEPATUHAN PERBANKAN PENERAPAN TATA KELOLA DAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN JAKARTA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan lembaga yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian suatu negara dan bank adalah salah satunya. Bank berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat Indonesia akan keberadaan bank sudah sangat dirasakan saat ini, bagaimana tidak karena bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan transaksi

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisi global tersebut. Dampak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup adalah dengan cara meningkatkan pendapatan melalui kegiatan perekonomian. Peningkatan ini membutuhkan suatu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

- 1 - LAPORAN REALISASI RENCANA BISNIS 1) PT Bank Periode :

- 1 - LAPORAN REALISASI RENCANA BISNIS 1) PT Bank Periode : - - LAMPIRAN XIX.A. Format Laporan Realisasi Rencana Bisnis LAPORAN REALISASI RENCANA BISNIS PT Bank a. Penjelasan mengenai pencapaian Rencana Bisnis meliputi fokus, dan prioritas pencapaian Rencana Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5842) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya untuk memperoleh laba dan memaksimumkan nilai perusahaan. Laba yang didapatkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini setiap perusahaan dan industri bertahan di dalam perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk kategori

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank

KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank Integrasi Ekonomi ASEAN 2015: Peluang atau Ancaman Bagi Perbankan Nasional DR. DARMIN NASUTION Pusat Data Analisa Tempo & Independent Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, akan mengubah intensitas kompetisi pada seluruh sektor industri. ASEAN Economic

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan

1. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah, tidak terlepas dari peran perbankan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini lembaga perbankan memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia, dibuktikan dengan adanya krisis Ekonomi Global yang baru-baru ini

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Rencana Bisnis Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Rencana Bisnis Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Rencana Bisnis Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Rencana Bisnis Bank Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Chiristin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi kuat terhadap kualitas aktiva perbankan, sehingga perbankan harus lebih berhati hati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal sangat penting pada peranan dalam sistem keuangan. Keberadaan sistem keuangan dalam sektor perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang ikut andil maupun berperan penting dalam laporan keuangan suatu perusahaan, terutama untuk mengembangkan dan mengatur perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank

BAB I PENDAHULUAN. sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan merupakan sektor yang paling rentan terkena risiko sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank yang bersifat

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas No.64, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6038) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang pernah mendapatkan pendidikan mengenai perbankan maupun yang tidak, tahu arti umum dari bank.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan perekonomian disuatu negara ditentukan oleh banyak faktor salah satunya adalah sektor perbankan sektor perbankan merupakan jantung dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat, yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA 1 No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang menjadi pendukung dalam melakukan penelitian ulang terhadap kinerja keuangan bank dengan menggunakan metode RGEC diantaranya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas di dalam dunia perbankan sangat penting baik untuk pemilik, penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci