PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID"

Transkripsi

1 PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Maret 2006 Yang Menyatakan Mohamad Chafid NRP :G

3 ABSTRAK MOHAMAD CHAFID. Pemodelan Stok Gabah/Beras di Kabupaten Subang. Di bawah bimbingan KHAIRIL A NOTODIPUTRO, EDI ABDURACHMAN dan I MADE SUMERTAJAYA. Data stok gabah/beras sangat dibutuhkan untuk melihat kecukupan pangan di suatu wilayah. Pada saat ini informasi mengenai besarnya stok gabah/beras di suatu wilayah tidak diketahui kecuali melalui survei. Pada penelitian ini dilakukan penyusunan model stok gabah/beras pada 3 pemegang stok yaitu rumah tangga petani, penggilingan padi dan Sub Dolog. Berdasarkan model tersebut dilakukan pendugaan besarnya stok setara beras di Kabupaten Subang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendapatkan data stok gabah/beras di rumah tangga petani, penggilingan padi dan Sub Dolog; (2) menyusun model pendugaan stok gabah/beras di rumah tangga petani, penggilingan padi dan Sub Dolog, dan (3) melakukan pendugaan total stok Kabupaten Subang berdasarkan model yang dibangun. Survei dilakukan pada awal Agustus 2005 di 18 Kecamatan di Kabupaten Subang. Jumlah contoh untuk rumah tangga petani sebanyak 217 contoh, jumlah contoh untuk penggilingan sebanyak 70 contoh. Model pendugaan stok untuk rumah tangga petani dan penggilingan padi menggunakan regresi linier berganda, sebagai peubah bebas produksi padi bulanan per kecamatan. Model Sub Dolog dan Model Produksi Bulanan menggunakan model ARIMA (Autoregresive Integrated Moving Average). Hasil penelitian menunjukkan produksi padi bulanan sangat mempengaruhi besanya stok, pada saat panen raya stok cenderung meningkat. Rasio stok terhadap produksi dirumah tangga petani menunjukkan semakin jauh saat panen rasio stok semakin kecil. Rumah Tangga petani yang panen 1 bulan lalu memiliki stok rata-rata 34% dari produksi dan terus menurun, sehingga pada panen 5 bulan lalu stok hanya 7% dari produksi. Hasil penelitian menujukkan stok petani dan penggilingan sangat dipengaruhi oleh besanya produksi padi bulanan di wilayah tersebut. Model yang dihasilkan dapat menjelaskan bulan panen yang dapat meningkatkan stok dan bulan panen yang menurunkan stok. Model Stok beras di Sub Dolog Kabupaten Subang adalah dengan menggunakan model transformasi logaritma ARIMA (2,0,2) tanpa pengaruh musiman. Sedangkan model produksi padi bulanan dengan menggunakan model ARIMA (0,0,0)x(1,0,1)12 dengan faktor musiman 12 bulan. Pendugaan besarnya stok total di rumah tangga petani, penggilingan dan Sub Dolog di Kabupaten Subang pada awal Agustus 2005, berdasarkan model adalah ton setara beras. Peramalan stok setara beras di Kabupaten Subang pada bulan Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember 2005 berturut-turut sebesar ribu ton, ribu ton, ribu ton, ribu ton dan ribu ton. Pada Januari 2006 produksi diramalkan kembali menurun menjadi ribu ton setara beras, karena merupakan puncak masa paceklik.

4 PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

5 Judul Tesis : Pemodelan Stok Gabah/Beras di Kabupaten Subang Nama : Mohamad Chafid NRP : G Program Studi : Statistika Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS Ketua Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS Anggota Dr. Ir. I Made Sumertajaya, MS Anggota Diketahui Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pasca Sarjana Dr. Ir. Budi Susetyo, MS Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc. Tanggal Ujian : 3 Maret 2006 Tanggal lulus :

6 PRAKATA Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Pemodelan Stok Gabah/Beras di Kabupaten Subang ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS., Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS dan Dr.Ir. I Made Sumertajaya,MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Ibu Ariasih beserta staf perencanaan di Dinas Pertanian Subang, yang telah memberikan dukungan dan bantuan atas pelaksanaan survei stok pangan. Penulis juga sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada Bapak Edi Abdurachman sebagai Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian, Bapak Harisno sebagai Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi, Bapak Dewa Ngakan Cakrabawa sebagai Kepala Sub Tanaman Pangan dan Peternakan, serta seluruh tim stok pangan Pusat Data dan Informasi Pertanian (Heni, Hany, Anna, Budi, Ade, Tika dan Yani), atas segala bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan survei. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para pimpinan dan staf terkait di lingkup Departemen Pertanian yang telah memberikan kesempatan izin belajar. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada ibunda dan ayahanda, yang senantiasa mendorong dan mendoakan kami. Terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada istri tercinta yang senantiasa memberi kasih sayang, mendoakan, memberi semangat dan dukungan dalam kelancaran studi, serta kedua putri tercinta kami, putri kami tercinta Inez dan Inda, yang dengan caranya telah membantu kelancaran studi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2006 Mohamad Chafid

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 12 Mei 1966 sebagai putra kesembilan dari sembilan bersaudara pasangan Almarhum Bapak Haji Machmud dan Ibu Utih. Pendidikan SD, SMP ditempuh di Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Cirebon. Pendidikan Sarjana di tempuh di Institut Pertanian Bogor, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, lulus tahun Pada tahun 1998 penulis menikah dengan Gayatri Indriswari dan dikaruniai 2 orang putri yaitu Inez Nabilaswari (6 tahun) dan Indaswari Hafidzni Putri (4 tahun). Penulis mulai bekerja sejak tahun 1994 di Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian, sebagai tenaga Fungsional Statistik.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Beras Komoditas Strategis... 4 Konsep Stok... 6 Stok Petani... 8 Stok Penggilingan... 9 Survei Contoh Analisis Regresi Linier Berganda Model Deret Waktu ARIMA METODOLOGI Sumber Data Perancangan Survei Pelaksanaan Survei Pemilihan Rumah Tangga Petani Contoh Pemilihan Penggilingan Padi Contoh Pendugaan Stok Gabah/Beras di Wilayah Kabupaten Model Stok Petani 33 Model Stok Penggilingan Model Stok Sub Dolog Model Stok Wilayah Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Responden Deskripsi Pola Panen Padi Kabupaten Subang Deskripsi Luas Panen, Produktivitas dan Stok Suplai Gabah/Beras di Rumah Tangga Petani Deskripsi Rasio Stok Terhadap Produksi Deskripsi Penggilingan Padi Deskripsi Sub Dolog Model Stok Petani Model Stok Penggilingan Model Stok Sub Dolog Stok Gabah/Beras di Kabupaten Subang Peramalan Stok Setara Beras Di Kabupaten Subang KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix x xi

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Harga pembelian dan persyaratan gabah Pemilihan Kecamatan Contoh Alokasi rumah tangga contoh survei stok gabah/beras Jumlah alokasi contoh petani per desa terpilih Daftar jumlah rumah tangga petani contoh Jumlah populasi dan penggilingan contoh Konsumsi beras per kapita petani responden Produksi padi sawah di Kabupaten Subang Rasio stok terhadap produksi Kabupaten Subang Rasio stok terhadap produksi Kabupaten Subang Wilayah Non Pantura Rasio stok terhadap produksi Kabupaten Subang Wilayah Pantura Besaran stok di penggilingan pada awal Agustus Volume pembelian gabah dan penjualan beras bulan Juli Volume penjualan beras berdasarkan tujuan penjualan Deskripsi Stok Sub Dolog Subang tahun Model stok petani Pendugaan stok setara beras di rumah tangga petani Model stok penggilingan Pendugaan stok setara beras di penggilingan Penduga parameter model ARIMA (2,0,0) dan ARIMA (2,0,2) Uji kebebasan galat dengan Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Peramalan stok setara beras di Sub Dolog Kabupaten Subang dengan Model ARIMA (2,0,2) Stok setara beras pada Bulan Agustus 2005 di Kabupaten Subang Penduga parameter model ARIMA (0,0,2)x(1,0,1) Uji kebebasan galat dengan Modified Box-Pierce (Ljung-Box) model ARIMA (0,0,0)x(1,0,1) Peramalan produksi padi di Kabupaten Subang dengan model ARIMA (0,0,2)x(1,0,1) Peramalan Stok setara beras di Kabupaten Subang... 80

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tata niaga padi dari petani sampai konsumen Skema distribusi stok beras (BPS 2002) Diagram alir pengumpulan data stok petani Diagram alir pengumpulan data stok penggilingan Skema model penelitian stok Skema penggunaan produksi gabah oleh petani Skema pembelian, penjualan dan stok penggilingan Histogram pendidikan petani responden Histogram umur petani responden Diagram kotak garis konsumsi per kapita Pola panen padi di Kabupaten Subang Diagram kotak garis produktivitas padi Pola ketersediaan gabah/beras pada petani contoh Kabupaten Subang Rasio stok terhadap produksi menurut waktu panen Rasio stok terhadap produksi menurut lag waktu panen berdasarkan wilayah Diagram kotak garis stok beras di penggilingan pada awal Agustus Volume pembelian gabah oleh penggilingan bulan Juli Volume penjualan beras oleh penggilingan bulan Juli Plot pendugaan stok di petani menurut hasil survei dan model Plot pendugaan stok di penggilingan menurut hasil survei dan model Plot antara nilai aktual dan dugaan stok setara beras di Sub Dolog Nilai aktual dan dugaan produksi serta peramalan 6 bulan ke depan dengan model ARIMA (0,0,0)x(1,0,1)

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Deskripsi luas panen, produksi, produktivitas dan stok Pendugaan stok di rumah tangga petani berdasarkan hasil survei Model Stok Petani Pendugaan Stok beras di penggilingan berdasarkan hasil survei Model Stok Penggilingan Model Stok Sub Dolog Model produksi Kabupaten Subang Kuisioner survei stok gabah/beras Aplikasi perhitungan stok gabah/beras bulanan Kabupaten Subang

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras telah menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini terutama disebabkan beras telah semakin banyak diproduksi, tersedia dan mudah diperoleh di setiap saat dan setiap tempat. Dominasi beras dalam konsumsi pangan masyarakat dan kemudahannya dalam penyimpanan, distribusi dan penyajian, telah mendorong pemerintah dan masyarakat membangun cadangan pangan dalam bentuk beras atau gabah. Cadangan pangan terutama beras merupakan komponen yang sangat penting dalam penyediaan pangan, karena dapat difungsikan sebagai stabilisator pasokan pangan pada saat produksi atau pasokan tidak mencukupi. Informasi mengenai stok beras ini sangat penting untuk mengetahui situasi ketahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga maupun wilayah (kabupaten, propinsi, nasional). Informasi stok beras pemerintah relatif lebih mudah diperoleh karena dilakukan oleh instansi pemerintah (pada saat ini Bulog), sedangkan informasi mengenai stok gabah/beras di masyarakat lebih sulit diperoleh dan tidak tersedia secara rutin. Di sisi lain data stok ini sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan sektor pertanian karena menyangkut ketersediaan pangan di suatu wilayah. Mengingat informasi tersebut sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan apakah harus melakukan impor atau tidak, harus mendatangkan beras dari wilayah lain atau tidak, dan cadangan beras mencukupi atau tidak, maka diperlukan penelitian mengenai stok gabah/beras. Untuk menduga stok gabah/beras di suatu wilayah perlu dilakukan survei. Namun demikian survei membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan suatu model pendugaan stok gabah/beras di suatu wilayah. Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan mengetahui dengan mudah jumlah stok gabah/beras di wilayahnya. Hal ini penting diketahui apakah wilayah tersebut perlu mendatangkan beras dari luar wilayah atau sebaliknya jika surplus dapat menjual beras ke daerah lain. Kemudahan model pendugaan stok menjadi faktor penting, dalam memanfaatkan model tersebut.

13 2 Perumusan Masalah Informasi mengenai jumlah pangan yang tersedia dalam suatu wilayah menjadi sangat penting. Pada sisi lain informasi mengenai besarnya stok pangan ini sulit diperoleh. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam menghitung stok beras di masyarakat diantaranya adalah : 1. Siapa saja yang melakukan penyimpanan stok gabah/beras dan bagaimana pola penyimpanan stok tersebut? 2. Berapa besar stok gabah/beras yang disimpan oleh rumah tangga petani produsen, faktor-faktor apa yang menentukan besar kecilnya stok tersebut? Apakah penggilingan padi melakukan penyimpanan stok dan berapa besarnya? Berapa besar stok gabah/beras dari waktu ke waktu yang disimpan oleh Sub Dolog? 3. Metodologi survei apa yang digunakan untuk menduga besarnya stok gabah/beras di suatu wilayah? 4. Model apa yang digunakan untuk menduga besarnya stok di rumah tangga petani, penggilingan padi dan Sub Dolog? 5. Bagaimana menduga total stok di wilayah Subang dengan menggunakan model? Bagaimana meramalkan besarnya stok gabah/beras bulanan di kabupaten contoh? Berdasarkan permasalahan tersebut maka akan dilakukan penelitian stok gabah/beras di suatu wilayah, pada penelitian ini studi khusus untuk Kabupaten Subang. Penelitian dilakukan melalui survei, selanjutnya data hasil survei akan dibuat model dan dilakukan simulasi peramalan stok dari model tersebut.

14 3 Tujuan Untuk menjawab pemasalahan tersebut, maka diperlukan solusi dalam memecahkan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan data stok gabah/beras di rumah tangga petani, penggilingan dan sub Dolog. 2. Membangun model pendugaan stok gabah/beras di tingkat petani produsen, model stok gabah/beras beras di penggilingan, serta model stok gabah di pemerintah/dolog. 3. Melakukan pendugaan stok gabah/beras kabupaten contoh berdasarkan model yang telah dibangun. Ruang Lingkup Stok gabah/beras besarnya bervariasi di masyarakat. Masyarakat yang melakukan stok gabah/beras adalah : rumah tangga produsen padi, rumah tangga konsumen, penggilingan padi, pedagang beras, rumah tangga khusus (rumah makan dan hotel) dan industri pengolahan. Mengingat begitu banyaknya pemegang stok di masyarakat ini, di lain pihak adanya keterbatasan tenaga, biaya dan waktu, maka penelitian ini hanya di fokuskan kepada tiga pemegang stok utama yaitu : 1. Stok gabah/beras di rumah tangga petani produsen. 2. Stok gabah/beras di penggilingan. 3. Stok gabah/beras di Sub Dolog. Disamping itu juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Sugianto et al. (1989), yang menyatakan bahwa pemegang stok terbesar adalah petani produsen dan penggilingan. Survei dilakukan pada tiga komponen pemegang stok gabah/beras tersebut. Survei ini hanya dilakukan pada satu kabupaten saja, kabupaten yang dipilih sebagai contoh pada penelitian ini adalah Kabupaten Subang.

15 TINJAUAN PUSTAKA Beras Komoditas Strategis Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan salah satu hak bagi manusia yang paling azasi dan juga salah satu penentu bagi perwujudan ketahanan nasional. Sehubungan dengan itu, kekurangan pangan yang terjadi secara meluas di suatu negara akan menyebakan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas suatu negara. Bagi Indonesia, beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat dominan. Pengalaman menunjukkan bahwa kelangkaan penyediaan beras yang menyebabkan melonjaknya harga beras pada tahun 1966 dan 1998, secara langsung atau tidak langsung memperparah krisis ekonomi, social dan politik yang terjadi pada saat itu, yang berujung pada pergantian pemerintahan (Malian et al. 2003). Secara ekonomis, beras masih merupakan komoditas strategis dalam perekonomian nasional, karena : (1). Usaha tani padi menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga petani; (2). Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sekitar 95% penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 205 juta jiwa, dengan pangsa konsumsi energi dan protein yang berasal dari beras lebih dari 55 persen; dan (3). Sekitar 30 persen dari total pengeluaran rumah tangga miskin dialokasikan untuk beras (Malian et al. 2003). Seiring dengan berjalannya era reformasi, lingkungan strategis domestik dan global berubah secara sangat dinamis. Khusus yang terkait dengan pemantapan ketahanan pangan, perubahan yang sangat signifikan adalah : (1). Pemerintah lebih membuka perekonomian Indonesia terhadap pasar global, termasuk untuk beras; dan (2). Terjadi perubahan paradigma pelaksanaan pembangunan dari sentralisasi kearah desentralisasi dan otonomi daerah serta dari kentalnya peran pemerintah sebagai pelaku menjadi peran pemicu dan/atau pemacu pembangunan yang dilaksanakan masyarakat. Pada tanggal 2 Maret 2005 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 2/2005 tentang Kebijakan Perberasan. Dengan demikian Inpres No. 9 /2002 dinyatakan tidak berlaku. Presiden dalam inpres tersebut menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen dalam negeri sebesar

16 5 Rp 1330 per kilogram di penggilingan. Sebelumnya (tidak ditetapkan dalam inpres) Perum Bulog membeli GKP Rp 1230 per kg di tingkat petani. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) yang dalam peraturan yang lama, yaitu Inpres No. 9/2002, disebutkan harga dasar pembelian GKG petani dalam negeri oleh Bulog adalah Rp 1725 di gudang Bulog. Dalam Inpres yang baru disebutkan harga pembelian GKG dalam negeri adalah Rp 1765 per kg di gudang penyimpanan atau Rp 1740 per kg di penggilingan. Untuk beras dalam inpres yang lama disebutkan harga dasar pembelian beras petani dalam negeri oleh oleh Bulog adalah Rp 2790 per kg di gudang Bulog. Sementara dalam inpres yang baru, harga pembelian beras dalam negeri adalah Rp 2790 per kg di penggilingan. Perbedaan lainnya, dalam inpres yang lama tidak ada persyaratan kualitas beras, sedangkan di dalam inpres yang baru ada beberapa syarat kualitas beras. Dalam inpres yang baru, Presiden menginstruksikan pelaksanaan pembelian gabah oleh pemerintah secara nasional dilakukan Perum Bulog. Namun, dalam bagian lain inpres itu juga disebutkan pembelian gabah oleh pemerintah di daerah, selain dilakukan Perum Bulog, juga dapat dilakukan oleh badan pemerintah atau badan usaha di bidang pangan (Kompas 5 Maret 2005). Tabel 1 Harga Pembelian dan Persyaratan Persyaratan GKP (%) GKG (%) - Kadar air maksimun Butir hampa/kotoran maksimum Butir kuning/rusak maksimum 3 3 -Butir hijau/ mengapur maksimum Butir merah maksimum 3 3 Harga Pembelian : GKP di penggilingan Rp 1.330/kg GKG di gudang penyimpanan Rp 1.765/kg GKG di penggilingan Rp 1.740/kg Beras di penggilingan Rp 2.790/kg Sumber : Pemerintah Menurut penelitian Natawidjaja (2001) petani akan menjual hasil panen ke penebas, pedagang pengumpul atau KUD. Penebas dan pedagang pengumpul langsung menjualnya ke penggilingan. Penggilingan selanjutnya mengolah padi menjadi beras dan menjualnya ke pedagang besar, atau Pasar Induk/Kota atau bisa juga ke Dolog. Pedagang besar dan Pasar Induk selanjutnya menjual beras ke

17 6 toko/pedagang pengecer, dan pedagang pengecer menjualnya beras ke konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. P E T A N I Padi Padi Padi Penebas Pedagang pengumpul KUD Padi Padi Pedagang penampungan (Penggilingan padi) Beras DOLOG/BULOG Beras Pedagang besar Beras Pasar Induk/Kota Beras Beras Beras Toko/Kios Pengecer K O N S U M E N Gambar 1 Saluran Tata Niaga Padi dari Petani Sampai ke Konsumen (Natawidjaja 2001) Konsep Stok Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah atau swasta seperti yang ada di pabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah tangga dan pasar/pedagang, yang dimaksud sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan (Neraca Bahan Makanan 2003). Sugianto et al (1989) mengemukakan bahwa menurut tujuannya stok dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu : (1). Stok kerja atau stok saluran (2). Stok spekulasi dan (3). Stok berjaga-jaga. Stok kerja adalah stok yang

18 7 dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung. Oleh karena itu stok kerja tidak responsif terhadap keuntungan yang diharapkan dari stok tersebut. Sebaliknya stok spekulasi adalah stok yang dipupuk untuk mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dari peningkatan harga di masa depan. Oleh karena itu stok spekulasi sangat responsif terhadap keuntungan yang diharapkan dari stok. Stok berjaga-jaga adalah stok yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga. Secara umum pelaku pemupuk stok gabah/beras dibagi menjadi dua yaitu : (1). Pemerintah dan (2). Masyarakat. Besaran stok di pemerintah relatif lebih mudah diketahui, tetapi besaran stok di masyarakat tidak mudah untuk diketahui setiap saat. Untuk mengetahui dengan lebih obyektif dilakukan melalui survei yang membutuhkan dana yang tidak sedikit dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu model untuk mengestimasi stok beras di masyarakat sangat diperlukan, walaupun tingkat akurasinya tidak sebaik survei namun penyajian datanya cepat tanpa dana yang besar (Sugianto et al. 1989). Pelaku pemupukan stok di masyarakat dapat dibedakan menjadi 6 kelompok yaitu : (1). Konsumen Rumah Tangga, (2). Petani produsen, (3). Pedagang makanan/hotel, (4). Pedagang perantara, (5). Industri pengolahan dan (6). Penggilingan padi. Berdasarkan hasil penelitian tahun 1989, disimpulkan bahwa petani produsen dan penggilingan adalah merupakan pemupuk stok terbesar dibandingkan kelompok lainnya, setelah itu adalah pedagang perantara (Sugianto et al. 1989). Secara skematis, distribusi stok beras dapat digambarkan seperti Gambar 2 di bawah ini. Secara matematis, ketersediaan beras secara nasional adalah produksi dalam negeri ditambah ekspor netto (impor dikurangi ekspor) ditambah stok periode sebelumnya. Jika lingkupnya wilayah maka ketersediaan beras adalah produksi wilayah tersebut ditambah distribusi masuk dikurangi keluar dan ditambah stok periode sebelumnya. Beras yang tersedia ini digunakan untuk kebutuhan dalam negeri yang terdiri dari konsumsi penduduk, bibit, industri pengolahan dan sebagainya. Sedangkan sisanya merupakan stok yang berada di pemerintah dan masyarakat (BPS 2002).

19 8 Produksi Masuk - Keluar Stok Sebelumnya Suplai (Ketersediaan) Disimpan (stok) Penggunaan (Konsumsi, bibit, industri,dll) Masyarakat Pemerintah Petani Produsen Penggilingan Rumah makan/hotel Pedagang Industri Pengolahan Rumah Tangga Konsumen Gambar 2 Skema Distribusi Stok Beras (BPS 2002) Stok Petani Rumah tangga petani (produsen) adalah rumah tangga dimana salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengusahakan tanaman padi dan melakukan panen, sehingga mempunya kontribusi terhadap produksi padi (BPS 2004). Stok gabah/beras di rumah tangga adalah banyaknya gabah/beras yang disimpan di rumah tangga baik untuk keperluan cadangan maupun untuk konsumsi sehari-hari (BPS dan BBKP 2004). Rumah Tangga Petani merupakan salah satu pemegang stok gabah/beras. Petani setelah panen padi, pada umumnya ada sebagian gabah dijual baik untuk modal usaha tani musim berikutnya atau keperluan lain dan sebagian gabah lagi disimpan baik untuk konsumsi atau cadangan pangan (BPS 2004).

20 9 BPS dan BBKP (2002) telah mengembangkan perhitungan cadangan beras (stok beras) dengan menggunakan rumus : Stok pe tan i = l rasioi prod i= 0 i dengan: rasio n x j= 1 = i n y j = 1 ij ij dan prod i = luas i x hasil i dimana, stok petani = Stok beras di rumah tangga petani di suatu propinsi/wilayah rasio i = rasio stok beras terhadap produksi padi bulan panen lag ke-i di suatu propinsi /wilayah. prod i =produksi padi bulan panen lag ke-i di suatu propinsi/wilayah x ij y ij luas i = Stok beras rumah tangga ke-j kelompok bulan panen lag ke-i =produksi padi (GKG) rumah tangga ke-j bulan panen lag ke-i =luas panen padi bulan panen lag ke-i hasil i =hasil per hektar tanaman padi pada bulan panen lag ke-i i = banyaknya lag bulan panen dari saat pencacahan n =banyaknya rumah tangga petani contoh di suatu propinsi/wilayah Stok Penggilingan Penggilingan adalah perusahaan yang melakukan proses pengolahan padi mulai dari gabah menjadi beras. Penggilingan dimaksud adalah penggilingan yang selain melayani jasa pengolahan gabah menjadi beras juga melakukan pembelian/penjualan gabah/beras dengan pihak lain, tidak termasuk penggilingan yang hanya melayani jasa pengolahan gabah menjadi beras saja. Stok gabah/beras di penggilingan adalah banyaknya gabah beras yang disimpan di penggilingan dan dimiliki/dikuasai oleh perusahaan penggilingan. Tidak termasuk cadangan (stok) milik pihak lain yang menyimpan/menitipkan gabah/bersanya di penggilingan tersebut (BPS 2002). BPS dan BBKP (2002) telah melakukan survei untuk mendapatkan model stok beras, melalui persamaan regresi linier sederhana yaitu : Ŝ =b 0 + b 1 P dimana Ŝ estimasi total stok di penggilingan pada saat pengamatan stok, P produksi padi

21 10 selama 4 bulan sebelum pengamatan stok, bo intersep dan b1 koefisien regresi. Namun pada kenyataanya model yang diperoleh adalah Ŝ = 7,376%P. Survei Contoh Tujuan dari survei contoh adalah membuat kesimpulan mengenai suatu populasi berdasrkan contoh yang diambil dari populasi tersebut. Kesimpulan dari suatu survei contoh bertujuan untuk menduga karakteristik dari populasi seperti rataan, total atau varian (ragam) dan biasa disebut parameter (Scheaffer et al. 1990). Penduga adalah suatu fungsi dari peubah acak, yang digunakan untuk menduga suatu parameter. Sebagai contoh, rataan contoh y sebagai penduga rataan populasi µ. Rataan contoh y adalah suatu penduga karena merupakan suatu fungsi dari hasil observasi contoh. Beberapa kemungkinan yang terjadi apakah rataan y cukup dekat dengan µ ataukah cukup jauh dengan µ. Jika kita mengambil suatu contoh dan menghitung rataan untuk menentukan penduga terbaik bagi µ, kita ingin mengetahui apakah nilai rataan y cukup dekat dengan µ. Oleh karena itu kita merencanakan mengambil contoh untuk memastikan bahwa E ( y ) = µ dan V( y ) kecil. Lebih lanjut Scheaffer et al. (1990) menyatakan secara umum jika θˆ adalah suatu penduga bagi parameter?, dua sifat yang diharapakan dari penduga θˆ adalah : 1. E (θˆ) =? disebut penduga tak bias. 2. V(θˆ) =σ θ 2 kecil (minimum) Sedangkan Netter (1990) menambahkan sifat-sifat penduga : 1. Suatu penduga θˆ bagi parameter? dikatakan tidak berbias jika : E {θˆ} =? 2. Suatu penduga θˆ merupakan penduga konsisten bagi? jika: Lim P( θˆ -? =e)=0 untuk sembarang e > 0 n? ~

22 11 3. Suatu penduga θˆ merupakan penduga cukup bagi? jika fungsi peluang bersama bersyarat bagi amatan-amatan contoh, jika θˆ diketahui, tidak bergantung pada parameter?. 4. Suatu penduga θˆ merupakan penduga ragam minimum bagi? jika untuk sembarang penduga θˆ* lainnya : σ 2 2 { θˆ } σ { θˆ } untuk semua θˆ* Sumber-sumber Kesalahan dalam Survei (Scheaffer et al. 1990) 1. Sampling Error : terjadi karena suatu contoh tidak dapat memberikan informasi yang lengkap tentang suatu populasi. Kesalahan ini dapat dicegah dengan membuat design survei secara hati-hati dan benar. 2. Non Sampling Error : kesalahan ini lebih sulit untuk diatasi. Jenisjenis kesalahan non sampling error : - Non respon : responden tidak memberikan respon terhadap informasi yang diinginkan - Responden memberikan informasi yang salah. - Kesalahan pendefinisian dalam kuisioner survei atau memiliki persepsi sendiri-sendiri. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistik untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan peubah bebas (prediktor). Diantara model-model regresi, model regresi linier merupakan model yang paling sederhana dan paling sering digunakan. Suatu model linier adalah sebuah fungsi linier dalam parameter β 0, β 1,..., β m (Myers & Milton, 1991). Model Regresi yang mempunyai lebih dari satu peubah bebas dan linier dalam koefisennya disebut model regresi linier berganda. Persamaan regresi linier adalah persamaan antara satu peubah tak bebas (Y) dengan satu atau lebih peubah bebas (X 1, X 2,...,X p ), yang dinyatakan sebagai berikut : Y i = β + β X + β X β X + ε 0 1 1i 2 2i atau dalam bentuk matriks : Y = Xβ + e p pi i

23 12 dimana X = matriks peubah bebas berukuran nxk Y= vektor peubah tak bebas berukuran nx1 β = vector parameter berukuran kx1 e = vector galat (sisaan) berukuran nx1 n= banyaknya pengamatan k=p+1 adalah banyaknya parameter. Dalam model regresi klasik diasumsikan bahwa e i merupakan suatu peubah acak yang berdistribusi normal dengan nilai tengah nol; dan ragam s 2, serta e i dan e j tidak berkorelasi (bebas satu sama lain). Dengan kata lain model memiliki sifat : e i ~ N(0, s 2 ) ; E(e i ) = 0 ; V(e i ) = s 2 dan Cov(e i, e j ) = 0, i?j. Pendugaan parameter dalam model regresi biasa dilakukan dengan meminimumkan jumlah kuadrat sisaan atau : ε ε = ( Y X β ) ( Y X β ) = Y Y 2 β X Y + β X X β Sebagai nilai dugaan, maka akan dipilih β sedemikian rupa sehingga sehingga nilai ε ε akan minimum. Caranya adalah dengan mendiferensialkan persamaan tersebut terhadap β dan kemudian disamakan dengan nol, yaitu : ( ε ε) β = 2 X Y + 2X X β = 0 sehingga akan didapatkan : ˆβ = dengan 1 ( X X ) ( X Y ) X X adalah matriks non singular (berpangkat penuh). Penduga βˆ adalah penduga yang mempunyai sifat linier, tidak berbias dan memiliki ragam minimum (Myers & Milton, 1991). Apabila matriks X X tidak berpangkat penuh, maka penduga β dicari dengan matriks kebalikan umum. Penduga tersebut bersifat tidak unik, dan solusi umumnya (Kshirsagar 1983) adalah : ~ β = βˆ + ( I H )z dimana H = S S adalah matriks idempoten berukuran pxp dan mempunyai sifat H 2 =H, SH=S, pangkat H = pangkat S = pangkat X = tr H ; dan z adalah vektor sembarang; sedangkan

24 13 βˆ = S X Y dimana S adalah kebalikan umum dari S = X X. Menurut Myer (1990) selang kepercayaan dan selang pendugaan untuk regresi berganda dapat diduga dari parameter Var yˆ x = x ) dimana : x = dan vektor ( 1, x1, x2,..., xk ) x 0 = ( 1, x1,0, x2,0,..., xk, 0) ( 0 Pada saat x=x 0, diasumsikan galat menyebar normal, maka selang kepercayaan 100(1-a)% bagi E(y x=x 0 ) diberikan oleh : yˆ ( x 1 0 ) ± t α / 2, s x n p 0( X X ) x 0 1 Disini nilai s x 0 ( X X) x0 disebut galat baku pendugaan (standard error of prediction). Sedangkan selang pendugaan untuk suatu amatan yang baru pada x=x 0 dapat diperoleh dari : yˆ ( x 1 0 ) ± t α / 2, n ps 1+ x 0( X X ) x 0 Model Deret Waktu ARIMA Metode ARIMA biasa diterapkan dalam permodelan dan peramalan data deret waktu. Metode ini lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins. Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan permodelan deret waktu (Montgomery et al. 1990), yakni : Spesifikasi model berdasarkan data historis, pendugaan parameter dan diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model.tahapan selanjutnya adalah peramalan berdasarkan model yang diperoleh (Bowerman & O Connel 1987). Asumsi dalam permodelan data deret waktu didasarkan pada White Noise atau galat acak (Montgomery et al. 1990). Asumsi tersebut menyatakan bahwa : Galat atau sisaan menyebar normal dengan rataan nol dan ragam s 2 Galat atau sisaan bersifat bebas atau tidak berkorelasi.

25 14 Tahapan Model ARIMA (p,d,q) Ada tiga tahapan iterasi dalam permodelan data deret waktu : 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan analisis data historis. Tahap ini digunkan menentukan secara tentatif nilai p (proses AR), d (pembedaan) dan q (proses MA). 2. Pendugaan parameter model. Tahapan ini digunakan menentukan penduga bagi parameter model yaitu? i dan f i (i=1,2,...) sesuai dengan model tentatif di atas. 3. Analisis diagnostik (analisis sisaan) untuk mengevaluasi kelayakan model. Prosedur semacam ini sering disebut sebagai metode BOX-JENKINS. Spesifikasi Model ARIMA Alat yang digunakan dalam tahapan ini adalah fungsi korelasi diri (ACF) dan fungsi korelasi parsial (PACF). Karena fungsi autokorelasi teoritis tidak diketahui, maka tahap spesifikasi model didasarkan pada korelasi contoh (dari data yang ada). Jika? k adalah korelasi diri teoritis dan r k korelasi diri dari data, maka karakteristik r k kemudian dibandingkan dengan karakteristik? k. Karena ACF pada model ARIMA (p,d,q) bersifat khas maka r k dapat dijadikan petunjuk dalam penentuan model tentatif. Autokrelasi contoh bisa didapat dengan rumus : r n k ( Zt Z )( Zt+ k Z ) t= 1 k = n ( Zt Z ) t= 1 2 k=1,2,... dimana Z n t= = 1 Menurut Cryer (1991), karena r k berasal dari contoh (data aktual) maka diperlukan galat baku (standar error) bagi r k yaitu S rk untuk menguji apakah r k =0. Berdasarkan S rk maka r k?0 jika dan hanya jika r k > 2S rk. Sebagai pendekatan besarnya S rk adalah : 1 S rk n Fungsi Autokerelasi parsial (PACF) dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi model. Untuk AR karakteristiknya digambarkan oleh fungsi korelasi diri parsial : n Z t

26 15 φ kk = k Corr( Zt, Zt k Zt 1, Zt 2,..., Zt + 1) Korelasi antara Z t dan Z t-k dengan menghilangkan pengaruh dari Z t-1, Z t-2,..., Z t-k+1. Koefisien PACF φkk (persamaan Yule-Walker): ρ = φ... ρ j adalah koefisien ke-k dalam proses autoregresif ordo ke-k k1 ρ j 1 + φk 2ρ j φkk j k j=1,2,...,k Catatan :? j =? -j ;? 0 =1 Jika φ ˆ 2Sφˆ maka dapat disimpulkan bahwa φ ˆ 0, sementara kk kk kk 1 Sφ ˆ kk sehingga n 2 φ ˆ kk. n Pendugaan Parameter Model Setelah tahap identifikasi model maka dilakukan pendugaan parameter terhadap model tentatif yang diperoleh. Selanjutnya Cryer (1991) menyatakan ada 3 metode pendugaan parameter: a. Metode Momen: didasarkan pada perbandingan antara persamaan momen contoh dan momen teoritis. Metode ini tidak mudah diterapkan pada ARIMA (p,d,q) secara umum. b. Metode Kuadrat Terkecil (MKT): dalam metode ini terfokus pada meminimumkan galat, sementara dalam proses MA terdiri dari beberapa galat. Hal ini menimbulkan persoalan pada MKT. Oleh karena itu dilakukan pendekatan metode numerik untuk persamaan non linier. c. Metode Maximum Likelihood : dalam metode ini diperlukan adanya informasi tentang sebaran bagi a t. Jika a t ~ N (µ, s 2 ) maka hasil MKT sama dengan Maximum Likelihood, jadi MKT sebenarnya hanyalah kasus khusus dari metode Maximum Likelihood. Analisis Diagnostik Proses diagnostik dilakukan untuk memeriksa kelayakan model (goodnessof-fit) sebelum model tersebut digunakan sebagai alat peramalan. Model dikatakan layak apabila nilai aktual dapat didekati dengan baik oleh pendugaan

27 16 dari model atau dengan kata lain pemeriksaan model ini dapat distandarkan kepada galat atau dikenal dengan nama analisis sisaan (galat). Dalam pemodelan ARIMA beberapa diagnostik model dapat dilakukan (Cryer 1991): a. Analisis sisaan: pada dasarnya untuk memeriksa asumsi yang mendasari model khususnya mengenai white noise (ingar putih) a t, dimana a t menyebar saling bebas identik dengan sebaran normal E(a t )=0 dan 2 V(a t )=s a b. Pemeriksaan kelayakan model ARIMA 1. Uji Portmanteau untuk ARIMA (p, d, q) Q = n K 2 rˆ k k= 1 n k ( aˆ a )( aˆ a ) t k= 1 ˆ =, a = 0 n r k t= 1 t+ k ( aˆ a ) t r k merupakan fungsi autokorelasi galat. 2 Jika n besar Q ~? 2 (a; db= k-p-q) H 0 : Model layak (a t bebas atau tidak berkorelasi) H 1 : Model tidak layak (a t berkorelasi) Kaidah keputusan :Jika Q >? 2 (a; db= k-p-q) maka tolak H Uji Modified Box-Pierce (Ljung-Box-Pierce) Q = n K ( n + 2) rˆ 2 k k= 1 n k Penyempurnaan dari metode di atas. Hipotesis dan metode keputusan sama dengan metode Portmanteau. c. Overparameterisasi (overfitting) Pada identifikasi model misalnya diperoleh model ARIMA (1, 0, 0) kemudian dilakukan pendugaan parameter terhadap model tersebut. Selanjutnya dilakukan overfitting menggunakan ARIMA (2, 0, 0) :

28 17 Zˆ t ˆ ˆ = ε 0 + φ1zt 1 + φ2z t 2 ˆ Uji dengan menggunakan uji t untuk φ ˆ 2, jika φ ˆ 2 tidak berbeda nyata dengan nol maka model yang dipilih adalah ARIMA (1,0,0). Peramalan Tujuan utama membangun model adalah adalah untuk melakukan peramalan. Berdasarkan series data yang telah lalu sampai dengan waktu ke t, yaitu Z t, Z t-1,..., Z 1, dapat dilakukan peramalan untuk Z t+l dan l adalah unit waktu yang akan datang. Berdasarkan waktu t dari data asal, kita dapat meramalkan l waktu ke ˆ l depan. Penulisan Z t ( ) maknanya ramalan untuk waktu ke-(t+l) berdasarkan t data. Menurut Cryer (1991) metode peramalan yang digunakan adalah Minimum Mean Square Error (Kuadrat Tengah Terkecil Galat). Metode ini menyatakan ˆ l peramalan Z t ( ) diberikan oleh : ˆ t ( l ) Z =E(Z t+l Z t, Z t-1,..., Z 1 ) Lebih jauh Cryer menyatakan bahwa error pendugaan e t(l) dapat didefinisikan sebagai: ˆ l e t(l) = Z t+l - Z t ( ) Jika a t white noise model umum ARIMA berasal dari sebaran normal dan error peramalan e t(l) juga berdistribusi normal. Secara umum pada model ARIMA nilai tengah dan ragam dari e t(l) adalah : E[e t (l)]=0, l=1 Var 1 2 l [ e ( )] = t l a j= σ ψ l=1 0 2 j Untuk model non stationer pembobot? j tidak menuju nol dengan meningkatnya nilai j. Sebagai contoh untuk model langkah acak (random walk),? j =1 untuk semua nilai j; untuk model IMA (1,1)? j =1? untuk j=1; untuk model IMA(2,2)? j =1 +? 2 +(1-? 1 -? 2 )j untuk j=1 dan untuk model ARI(1,1)? j=(1-ø j+1 )/(1-Ø) (Cryer1991).

29 18 Untuk mengestimasi ragam 2 a σ, pada semua kasus pertama kita mengestimasi? 0 =Var (Z t ) dengan menggunakan varian contoh : ( ) = = n Z Z S n t t Untuk model AR(p) besarnya ragam ini : ( ) ˆ... ˆ ˆ 1 ˆ S r r r p a φ p φ φ σ = Untuk model MA(q) kita dapat menggunakan persamaan : ˆ... ˆ ˆ 1 ˆ q a S θ θ θ σ = Untuk model ARMA(1,1) penduga ragam : ˆ 2 ˆ ˆ 1 ) ˆ (1 ˆ S a θ θφ φ σ + = Lebih jauh Cryer (1991) menyatakan Selang Kepercayaan (1-a)100% untuk peramalan Z t+l adalah : ( ) [ ] l e Var Z l Z t t ) 2 (1 ) ( ˆ α ±

30 METODOLOGI Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua sumber yaitu : a. Data Primer b. Data Sekunder Data primer diperoleh melalui survei langsung pada tiga pemegang stok yaitu petani produsen, penggilingan dan Dolog setempat. Jumlah contoh yang disurvei adalah petani produsen sekitar 217 contoh, penggilingan sekitar 70 contoh dan Sub Dolog setempat. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini terutama adalah data produksi dan luas panen per bulan, data jumlah rumah tangga petani padi sawah, data konsumsi. Data ini dapat diperoleh dari Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Contoh (Kabupaten Subang). Perancangan Survei Survei dilaksanakan di Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Subang adalah salah satu kabupaten daerah penghasil padi di Jawa Barat. Dari daftar nama kecamatan di Subang diambil secara acak sejumlah kecamatan contoh. Selanjutnya dilakukan pendaftaran kelompok tani dan penggilingan bekerja sama dengan aparat setempat (PPL/KCD). Dari daftar tersebut diambil secara acak sejumlah contoh yang terdiri dari petani produsen, dan penggilingan padi untuk diwawancarai. a. Penyusunan Kerangka Contoh Terdapat beberapa kerangka contoh (frame) yang digunakan pada survei ini, yaitu: 1. Kerangka contoh untuk pemilihan kecamatan, yang merupakan daftar nama kecamatan di Kabupaten Subang. 2. Kerangka contoh untuk pemilihan desa, yaitu daftar nama desa dalam kecamatan terpilih. 3. Kerangka contoh rumah tangga petani produsen, yaitu daftar lengkap (listing) kelompok tani pada desa terpilih.

31 20 b. Alokasi Contoh Kelompok Tani dan Penggilingan Banyaknya kelompok tani terpilih dalam suatu kecamatan proporsional terhadap luas panen padi tahun 2004 pada masing-masing kecamatan. Sedangkan jumlah penggilingan padi yang menjadi contoh adalah dari hasil pendaftaran penggilingan yang ada di kecamatan contoh dipilih secara acak 3-5 penggilingan per kecamatan. c. Teknik Penarikan Contoh Pemilihan contoh dilakukan secara acak bertahap, karena dari hasil pendaftaran tidak memiliki informasi awal mengenai skala usaha petani untuk rumah tangga petani dan kapasitas giling untuk penggilingan, sehingga lebih mudah dilakukan pemilihan secara acak sehingga untuk setiap contoh memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Tahapan penarikan contoh Rumah Tangga Petani yang diterapkan meliputi: a. Tahap pertama, memilih sejumlah kecamatan berdasarkan kelompok luas panen. b. Tahap kedua, dari kecamatan terpilih dilakukan alokasi contoh kelompok tani secara proporsional terhadap luas panen padi pada tahun 2004 di masing-masing kecamatan. c. Tahap ketiga, memilih secara acak satu atau beberapa desa pada masing-masing kecamatan terpilih. d. Tahap keempat, dari hasil pendaftaran lengkap kelompok tani pada setiap desa contoh dipilih contoh Rumah tangga Kelompok Tani secara acak dan beberapa rumah tangga anggota kelompok tani. Tahapan penarikan contoh Penggilingan Padi meliputi : a. Tahap pertama, berdasarkan kecamatan contoh yang telah terpilih pada pemilihan contoh rumah tangga dilakukan pendaftaran lengkap penggilingan padi.

32 21 b. Tahap kedua, dari hasil pendaftaran penggilingan yang merangkap pedagang maka dilakukan lagi pemilihan penggilingan contoh secara acak. Mulai Penyusunan Kuisioner Penetapan Kabupaten Contoh Berdasarkan kelompok luas panen Pemilihan Kecamatan Contoh (Form SSP05-Dkec) Pengalokasian Jumlah Contoh per kecamatan (PPS) Pemilihan desa contoh (Form SSP05-Ddesa) Daftar nama kelompok tani Pembaruan Kelompok Tani (Daftar SSP05-Sptn) Pemilihan kelompok tani secara acak Data stok gabah/beras petani Wawancara terhadap ketua kelompok tani contoh dan beberapa anggota (Form SSP05-Sptn) Gambar 3 Diagram Alir Pengumpulan Data Stok Petani Oleh karena survei dilakukan pada hampir seluruh kecamatan yang memiliki produksi padi, maka perlu ada petugas khusus yang membantu yaitu KCD/PPL setempat. Pendaftaran lengkap meliputi daftar ketua kelompok tani dan daftar penggilingan padi dibantu oleh KCD/PPL. Petugas pendaftaran tersebut

33 22 telah diberikan pelatihan mengenai tata cara melakukan pendaftaran rumah tangga dan penggilingan padi. Petugas pewawancara dilakukan oleh tim survei stok pangan (Pusdatin) dibantu oleh KCD/PPL. Mulai Penyusunan Kuisioner Penetapan Kabupaten Contoh Berdasarkan kelompok luas panen Pemilihan Kecamatan Contoh (Form SSP05-Dkec) Pendaftaran penggilingan padi (Formulir SSP05-Dpgl) Pemilihan penggilingan padi merangkap pedagang secara acak Daftar contoh penggilingan padi Wawancara penggilingan padi (SSP05-Spgl) Data stok gabah/beras di penggilingan Gambar 4 Diagram Alir Pengumpulan Data Stok Penggilingan

34 23 Pelaksanaan Survei Persiapan Survei Survei mulai dilaksanakan setelah beberapa tahapan survei telah selesai dilakukan. Tahapan yang pertama adalah merancang kuisioner. Pada tahapan ini dihasilkan beberapa kusioner yang dibutuhkan yaitu : a. Daftar SSP05-Dkec Daftar ini digunakan untuk mendaftar seluruh kecamatan yang berada di kabupaten terpilih. b. Daftar SSP05-Ddesa Daftar ini digunakan untuk mendaftar seluruh desa yang berada di kecamatan terpilih. c. Daftar SSP05-Dptn Daftar ini digunakan untuk mendaftar identitas kelompok tani pada desa terpilih. d. Daftar SSP05-Dpgl Daftar ini digunakan untuk mendaftar identitas penggilingan padi pada kecamatan yang terpilih. e. Daftar SSP05-Sptn Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan pada rumah tangga petani produsen padi terpilih. f. Daftar SSP05-Spgl Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan pada penggilingan padi yang merangkap sebagai pedagang di kecamatan terpilih. g. Daftar SSP05-Sdlg Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan pada Subdolog di kabupaten terpilih. Jenis-jenis kuisioner tersebut bisa dilihat pada Lampiran 6.

35 24 Setelah kuisioner dirancang selanjutnya dirancang buku panduan tata cara pengisian. Buku panduan ini digunakan pada saat pelatihan bagi petugas lapang/kcd. Sebelum petugas lapang melakukan pembaruan (pembaruan) kelompok tani padi dan pendaftaran (pendaftaran) penggilingan, maka dilakukan pelatihan terlebih dahulu. Petugas yang telah dilatih, berdasarkan daftar yang sudah ada selanjutnya melakukan pembaruan kelompok tani pada desa contoh terpilih di kecamatan yang menjadi wilayah kerja. Pendaftaran penggilingan dilakukan terhadap seluruh penggilingan di wilayah kecamatan contoh. Waktu pelaksanaan pembaruan pada pertengahan Juli sampai Akhir Juli Pada akhir Juli 2005 hasil pendaftaran lengkap dikumpulkan, dan diambil oleh petugas pusat (Pusdatin Deptan) untuk dilakukan pengambilan contoh. Contoh yang telah terpilih dibuat daftar, sehingga pewawancara membawa daftar petani dan penggilingan terpilih untuk diwawancarai. Tempat dan Waktu Survei stok gabah/beras dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu : Tahap I : Tanggal 2 6 Agustus Lokasi : Kecamatan yang disurvei terdiri dari 8 kecamatan di Pantura yaitu Kecamatan Cikaum, Legon Kulon, Compreng, Pamanukan, Ciasem, Blanakan, Pusakanagara dan Binong. Tahap II : Tanggal 9 13 Agustus Lokasi : Kecamatan yang disurvei terdiri dari 10 kecamatan di daerah pegunungan dan dataran, yaitu Kecamatan Tanjung Siang, Sagalaherang, Jalan Cagak, Cisalak, Cijambe, Cibogo, Cipendeuy, Purwadadi, Cipunagara dan Pagaden. Petugas Survei Petugas yang terlibat dalam survei stok gabah/beras adalah : 1. Staf Pusat Data dan Informasi Pertanian bertugas pewawancara (enumerator). 2. Staf Dinas Pertanian Kabupaten Subang, bertugas penghubung dan pengantar ke kecamatan contoh. 3. Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian dan Penyuluh bertugas mengantar dan mendampingi sampai ke desa contoh dan rumah tangga contoh.

36 25 Pemilihan Rumah Tangga Petani Contoh 1. Pemilihan Kecamatan Contoh Dasar pemilihan kecamatan contoh adalah berdasarkan luas panen padi tahun Pengelompokkan kecamatan berdasarkan luas panen padi tahun 2004, dari 22 kecamatan di Kabupaten Subang dilakukan pengurutan dari terkecil sampai terbesar, kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 6 kecamatan dengan luas panen kurang dari 5000 ha, yaitu Kecamatan Kalijati, Cipendeuy, Purwadadi, Cijambe, Cibogo dan Jalan Cagak. Kelompok kedua adalah kecamatan dengan luas panen antara ha, terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Siang, Cikaum, Sagalaherang, Subang, Legonkulon, dan Cisalak. Kelompok ketiga dalah kecamatan dengan luas panen antara ha, terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Pabuaran, Cipunagara, Compreng dan Blanakan. Kelompok keempat adalah kecamatan dengan luas panen di atas ha, ada 6 kecamatan yaitu Pagaden, Pamanukan, Patokbeusi, Ciasem, Pusakanagara dan Binong. Dari setiap kelompok dipilih secara acak 1 kecamatan, kecamatan yang terpilih dikeluarkan dari daftar contoh kecamatan, sehingga dari 22 kecamatan di Subang ada 4 kecamatan yang tidak terpilih sebagai contoh, yaitu Kecamatan Kalijati (kelompok pertama), Subang ( kelompok kedua), Pabuaran (kelompok ketiga) dan Patokbeusi (kelompok keempat). Hasil pemilihan kecamatan contoh dapat dilihat pada Tabel 2. Setelah daftar kecamatan terpilih dilakukan alokasi contoh rumah tangga pertanian per kecamatan. Alokasi dilakukan secara proporsional terhadap luas panen panen padi tahun 2004 untuk di masing-masing kecamatan. Kecamatan yang luas panen makin besar akan mendapat alokasi rumah tangga contoh yang besar pula, begitu juga sebaliknya. Jumlah contoh ketua kelompok tani direncanakan sejumlah 150 contoh dan dialokasikan ke 18 kecamatan contoh. Alokasi rumah tangga anggota kelompok tani untuk setiap kecamatan direncanakan sama yaitu 3 contoh rumah tangga.

37 26 Hasil alokasi jumlah contoh untuk setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil alokasi contoh menunjukkan bahwa Kecamatan Binong memiliki luas panen yang terbesar, alokasi contoh juga paling banyak yaitu 18 rumah tangga ketua kelompok tani dan 3 rumah tangga anggota kelompok tani. Tabel 2 Pemilihan Kecamatan Contoh PEMILIHAN KECAMATAN CONTOH No. Kecamatan Luas Panen Kelompok Pemilihan kecamatan Tidak terurut (ha) Luas Panen (ha) Terpilih=v terpilih=x (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kalijati x 2 Cipeundeuy v 3 Purwadadi < 5000 v 4 Cijambe v 5 Cibogo v 6 Jalancagak v 7 Tanjungsiang v 8 Cikaum v 9 Sagalaherang v 10 Subang x 11 Legonkulon v 12 Cisalak v 13 Pabuaran x 14 Cipunagara v 15 Compreng v 16 Blanakan v 17 Pagaden v 18 Pamanukan v 19 Patokbeusi > x 20 Ciasem v 21 Pusakanagara v 22 Binong v

38 27 Tabel 3 Alokasi Rumah Tangga Contoh Survei Stok Gabah/Beras ALOKASI JUMLAH CONTOH No. Kecamatan Luas Panen 2004 Hasil Alokasi Contoh (Ha) Ketua Kelompok Anggota Tani Kel. Tani (1) (2) (3) (4) (5) 1 Cipeundeuy Purwadadi Cijambe Cibogo Jalancagak Tanjungsiang Cikaum Sagalaherang Legonkulon Cisalak Cipunagara Compreng Blanakan Pagaden Pamanukan Ciasem Pusakanagara Binong TOTAL Pemilihan Desa Contoh Berdasarkan alokasi rumah tangga contoh per kecamatan, selanjutnya dialokasikan ke sejumlah desa contoh. Pemilihan desa contoh dilakukan secara acak dari kerangka survei. Kerangka survei ini meliputi daftar kecamatan, daftar desa dan daftar kelompok tani. Jika pada pemilihan pertama desa contoh secara acak jumlah kelompok tani belum memenuhi target alokasi contoh, maka dilakukan pemilihan desa contoh yang kedua secara acak, dan seterusnya sampai target alokasi rumah tangga kelompok tani terpenuhi. Hasil pemilihan desa contoh menunjukkan ada beberapa kecamatan dengan desa contoh lebih dari satu. Hasil secara lengkap pemilihan desa contoh ini dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagai contoh Kecamatan

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

ALTERNATIF MODEL PENDUGAAN STOK GABAH/BERAS DI PENGGILINGAN PADI DAN SUB DOLOG

ALTERNATIF MODEL PENDUGAAN STOK GABAH/BERAS DI PENGGILINGAN PADI DAN SUB DOLOG ALTERNATIF MODEL PENDUGAAN STOK GABAH/BERAS DI PENGGILINGAN PADI DAN SUB DOLOG The Alternatif Modelling of Paddy/Rice Stocks in Rice Mill and Sub Dolog Mohamad Chafid Statistisi Madya pada Pusat Data dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 ABSTRAK EFI RESPATI. Analisis VAR (Vector Autoregression)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MULTIKOLINEARITAS OLEH : GUGUN M. SIMATUPANG

ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MULTIKOLINEARITAS OLEH : GUGUN M. SIMATUPANG ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MULTIKOLINEARITAS OLEH : GUGUN M. SIMATUPANG PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK GUGUN M. SIMATUPANG.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk 86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten

Lebih terperinci

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 55 69. PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA John Putra S Tampubolon, Normalina Napitupulu, Asima Manurung Abstrak.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN Latar Belakang Beras berperan besar dalam hidup dan kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya golongan menengah kebawah. Bahkan

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN 1962 1975 Jantini Trianasari Natangku dan Fitria Puspitoningrum Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 579 589. PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Raisa Ruslan, Agus Salim Harahap, Pasukat Sembiring Abstrak. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan,

Lebih terperinci

8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI

8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI 8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI 8.1 Pendahuluan Padi merupakan makanan utama sekaligus mempunyai nilai politis yang tinggi bagi orang Indonesia, yang menyediakan pendapatan secara musiman dan tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH ht tp :// yo gy ak ar ta.b ps.g o.id Katalog BPS : 7103005.34 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .id ps.g o ta.b ar

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016 Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Lodaya Jurusan Bandung-Solo Menggunakan Model Reg-ARIMA Dengan Variasi Kalender (Studi Kasus: PT. Kereta Api Indonesia) Dyah Puspita Sari*, Gumgum Darmawan, Soemartini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forceasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Untuk memajukan suatu usaha harus memiliki pandangan ke depan yakni pada masa yang akan datang. Hal seperti ini yang harus dikaji

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. Sebelum dilakukan proses pembaharuan peramalan, terlebih dahulu dilakukan proses peramalan dan uji kestabilitasan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh : RADIX ADININGAR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul 4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan METODE BOX JENKINS Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan utk semua tipe pola data. Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Program Studi Ganda Teknik Informatika-Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Program Studi Ganda Teknik Informatika-Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Program Studi Ganda Teknik Informatika-Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISIS PERBANDINGAN PEMODELAN DATA DERET WAKTU TERBAIK ANTARA

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI Oleh : DEASY CH SAGALA 070304067 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu. Definisi Runtun waktu

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N

POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2004 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH PRESIDEN, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani,

Lebih terperinci

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional,

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PERNYATAAN...

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA Oleh : ALLA ASMARA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ALLA ASMARA.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci