PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA JARINGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA JARINGAN"

Transkripsi

1 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA JARINGAN Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA JARINGAN Edisi Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Semua hak cipta terpelihara Hanya untuk kalangan sendiri Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik, mekanik, foto kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya. 2

3 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA JARINGAN TIM PENYUSUN: Dra. Tjut Mariam Zanaria, MS dr. Rachmat Hidayat, M.Si Dr. dr. Rer.Nat Muhsin dr. Safarianti, M.Ked.Trop 3

4 Kata Pengantar Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di antara keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi ditentukan oleh organisme dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology tidak dapat dipisahkan dengan cabang ilmu biologi lainnya seperti biologi sel, bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi, genetika, evolusi dan ekologi. Praktikum adalah suatu cara untuk mahasiswa dapat lebih memahami apa yang didapatkan dari teori. Dalam praktikum mahasiswa melakukan suatu rangkaian latihan-latihan praktis untuk lebih memahami isi dan tujuan perkuliahan yang diberikan pada kuliah-kuliah parasitologi. Dengan praktikum juga mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama dengan teman-temannya secara disiplin serta mampu meninjau secara kritis masalah-masalah yang dihadapi. Belajar bertukar pikiran dengan teman atau asisten serta melihat langsung spesimen parasit akan menuntun mahasiswa dalam berdiskusi untuk memecahkan persoalan, terutama berkaitan dengan penyakit-penyakit akibat parasitik. Keterbatasan sarana dan prasarana mengharuskan penyesuaian dalam pemilihan topik-topik praktikum, sehingga hanya sebagian kecil topik yang dapat dipraktikumkan jika dibandingkan dengan luasnya pengetahuan tentang parasitologi. Oleh karena itu, pada praktikum Protozoa Jaringan ini, kami hanya membatasi pada 4 jenis Protozoa yang paling sering menginfestasi jaringan tubuh manusia yaitu; Trichomonas vaginalis, Toxoplasma gondii, Leishmania dan Trypanosoma. Penuntun praktikum parasitologi ini dibuat sebagai dokumentasi dan bahan evaluasi dalam menjalankan praktikum parasitologi, khususnya praktikum Protozoa Jaringan dengan baik. Mengingat waktu yang sangat terbatas dalam mempersiapkan penuntun ini, kami menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam penuntun praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan penuntun praktikum ini. Hanya kepada Allah SWT sajalah kita meminta pertolongan dan harapan semoga Penuntun Praktikum Protozoa Jaringan ini bermanfaat hendaknya. Banda Aceh, Mei 2016 Tim Penyusun 4

5 Daftar Isi Lembaran Judul... 1 Tim Penyusun... 3 Kata Pengantar... 4 Daftar Isi... 5 Mekanisme Pelaksanaan Praktikum Protozoa Jaringan... 6 Tata Tertib Praktikum... 7 Materi Praktikum I. Pendahuluan II. Protozoa jaringan penyebab penyakit pada manusia Genus Trichomonas Genus Leishmania dan Trypanosoma Genus Toxoplasma III. Teknik dan spesimen untuk identifikasi protozoa jaringan Cara pemeriksaan Daftar Pustaka

6 MEKANISME PELAKSANAAN PRAKTIKUM PROTOZOA JARINGAN BLOK 6. HEMATOLOGI, IMUNOLOGI, DAN PROSES INFEKSI DAN INFLAMASI BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Mahasiswa (Praktikan) sudah mendapatkan Penuntun Praktikum dengan format.pdf minimal sehari sebelum praktikum dimulai. Pada hari praktikum, laboran akan melakukan pengecekan spesimen di tiap mikroskop untuk memastikan materi praktikum sesuai dan tidak bergeser. Praktikan memasuki ruang laboratorium setelah mengenakan jas lab dengan rapi dan benar. Akan dilakukan pretest selama 10 menit sebelum materi praktikum diberikan. Praktikan yang mendapatkan nilai prestest dibawah 60 tidak dibenarkan mengikuti praktikum dan disarankan untuk mengikuti Inhal. Salah seorang Staf Pengajar Bagian Parasitologi kemudian memberikan teori praktikum selama 15 menit. Absensi kemudian diedarkan dan wajib ditandatangani oleh semua praktikan. Praktikan diwajibkan untuk menggambar dan memberi catatan untuk tiap spesimen di dalam buku catatan yang telah dibawa. Post test akan diberikan sekitar 10 menit sebelum praktikum berakhir Setelah Praktikum selesai mahasiswa keluar dari ruangan laboratorium dengan teratur setelah terlebih dahulu memastikan daerah sekitar meja dan tempat duduk praktikan dalam keadaan bersih. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum yang berisi gambar-gambar mikroskopis yang telah dibuat dengan menggunakan pensil bewarna maksimal 1x24 jam. 6

7 TATA TERTIB PRAKTIKUM BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Praktikum parasitologi Protozoa Jaringan ini menggunakan spesimen darah yang mengandung kontaminan patogen mupun non patogen. Oleh sebab itu setiap praktikan harus mengutamakan perlindungan dan keselamatan diri dengan mengikuti peraturan di bawah ini: 1. Praktikan wajib memakai jas lab dengan tag nama terpasang, serta sarung tangan pada saat bekerja di laboratorium, agar terhindar dari kontaminan yang mungkin terbawa oleh tinja. 2. Praktikan wajib meletakkan barang pada bagian khusus yang telah disediakan bukan di atas meja praktikum yang dapat menganggu kegiatan praktikum. 3. Praktikan perempuan wajib memasukkan jilbab ke dalam jas lab untuk menghindari kontaminan. 4. Setiap praktikan harus telat membaca dan memiliki pengetahuan tentang materi praktikum sebelum praktikum dimulai. 5. Gambarlah semua jenis parasit yang telah disiapkan pada mikroskop dan lengkapi dengan keterangan yang jelas. 6. Setelah praktikum, meja praktikum dan daerah sekitar tempat duduk praktikan harus dibersihkan. 7. Laporan praktikum berisi gambar sediaan yang diamati melalui mikroskop beserta keterangan gambar harus dikumpulkan maksimal 1x24 jam setelah praktikum selesai. 8. Dilarang membawa makanan dan minuman serta dilarang makan atau minum selama praktikum berlangsung 9. Dilarang ribut dan menerima telepon selama praktikum berlangsung. 10. Bagi praktikan yang tidak mematuhi tata tertib praktikum akan diberikan peringatan selama satu kali dan akan dikeluarkan dari ruang laboratorium jika masih melakukan pelanggaran tata tertib. 7

8 MATERI PRAKTIKUM : PROTOZOA JARINGAN I. PENDAHULUAN Protozoa jaringan adalah protozoa yang hidup parasitic dalam sel-sel jaringan atau system organ tertentu Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus genus Trichomonas, Leishmania, dan Trypanosoma sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini terdapat 3 spesies yang dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani, Leishmania tropica, dan Leishmania braziliensis. Pada genus Trypanosoma terdapat tiga spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia yaitu Trypanosoma rhodesiense, trypanosome gambiense dan Trypanosoma cruzi. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. Trychomonas vaginalis juga penting peranannya dalam menyebabkan vaginitis dan urethritis pada manusia. Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berubah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Pada modul praktikum ini kita akan membahas empat jenis protozoa jaringan yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia. II. PROTOZOA JARINGAN PENYEBAB PENYAKIT PADA MANUSIA 1. Genus Trychomonas a. Taksonomi, Hospes, dan nama penyakit Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari super-class mastigophora, class Zoomastigophora, ordo Tricomonadina dan famili Trichomonadidae. Famili trichomonadidae (dengan genus trichomonas dan pentatrichomonas) dan tritichomonadinae. Manusia merupakan hospes parasit ini. Parasit ini menyebabkan trikomoniasis vagina dan prostatitis pada pria. b. Morfologi Protozoa ini berbentuk oval, panjang 4-32 µm dan lebar 2,4-14,4 µm, memiliki flagella dan undulating membrane yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang ini terdapat blefaroplas sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung di ujungnya sebagai alat geraknya yang maju mundur. Flagella kelima melekat ke undulating membran dan menjuntai 8

9 ke belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai axostil. Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya dengan cara membelah diri (binary vision), dan inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Tidak seperti protozoa lainnya, Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista. Gambar 1. Morfologi Trichomonas vaginalis c. Siklus hidup Untuk hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan temperature sekitar C, ph antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik pertumbuhannya pada ph berkisar 5,5 dan 6. sangat sensitive terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati. Sangat sensitive terhadap tekanan osmotic dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau dikeringkan. Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasanya tidak ditemukan. Hal ini berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja. Cara menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran urogenital pria belum diketahui pasti, tetapi mungkin organisme hilang secara mekanik pada waktu buang air kecil dan adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan cepat membunuh trichomonas vaginalis. Gambar 2. Siklus hidup Trichomonas vaginalis 9

10 Meskipun penularan Trichomonas vaginalis secara non veneral sangat jarang, ternyata organisme ini dapat hidup beberapa jam di lingkungan yang sesuai dengan lingkungannya.trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih segar, dimana kita dapat melihat bentuk tropozoit secara jelas beserta pergerakannya. Selain dari sekret vagina, protozoa ini dapat juga kita temukan dalam urin. Tetapi sediaan dari sekret vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati, apalagi pada urin bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk membedakannya. 2. Genus Leishmania dan Trypanosoma Genus Leishmania dan Trypanosoma tergolong kedalam hemoflagellata yang memiliki empat stadium dalam daur hidupnya, yaitu: 1) Stadium amastigot atau stadium leishmania, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dengan kariosom, satu kinetoplas di bagian anterior yang terdiri dari benda parabasal dan blefaroplas dan satu aksonema. Besarnya 2-3 mikron dan hisupnya intraseluler. 2) Stadium promastigot atau stadium leptomonas, berbentuk bujur memanjang, mempunyai satu inti, satu kinetoplas dibagian anterior dan satu flagel. Bentuk ini biasanya kira-kira 15 mikron. 3) Stadium epimastigot atau stadium kritidia dengan bentuk bujur memanjang, mempunyai satu inti, satu kinetoplas di bagian anterior, satu flagel, dan satu membrane bergelombang. Ukurannya mikron dan hidupnya diluar sel. 4) Stadium tripomastigot atau stadium tripanosoma dengan bentuk bujur memanjang, mempunyai satu inti, satu kinetoplas dibagian posterior dan satu flagel yang dimulai dari bagian posterior dan keluar di bagian anterior. Besarnya mikron dan hidupnya ekstraseluler. Spesies hemoflagellata mempunyai dua stadium atau empat stadium. Gambar 3. Stadium daur hidup genus Leishmania dan Trypanosoma 10

11 2.1. Genus Leishmania a. Klasifikasi dan hospes Pada genus Leishmania, hanya ada tiga spesies penting bagi manusia yaitu : 1) Leishmania donovani yang menyebabkan leismaniasis visceral atau kala azar, 2) Leishmania tropica yang menyebabkan leismaniasis kulit atau oriental sore dan 3) Leishmania braziliensis yang menyebabkan leismaniasis muko-kutan. Manusia sebagai hospes definitif parasit ini dan lalat Phlebotomus sebagai hospes perantara atau vektor. b. Morfologi dan daur hidup Genus Leishmania mempunyai dua stadium yaitu: a) Stadium amastigot atau stadium leismania yang terdapat pada manusia b) Stadium promastigot atau stadium leptomonas yang terdapat pada hospes perantara (lalat Phlebotomus) Gambar 4. Gambar stadium promastigot Pada waktu lalat Phlebotomus menghisap darah penderita leismaniasis, stadium amastigot terisap dan dalam lambung lalat tersebut berubah menjadi stadium promastigot, berkembang biak dengan cepat secara belah pasang longitudinal, dan menjadi banyak dalam waktu 3-5 hari. Kemudian stadium promastigot bermigrasi melalui esophagus dan faring ke saluran hipofaring yang terdapat dalam probosis. Stadium promastigot ini adalah stadium infektif dan dapat ditularkan kepada manusia, bila lalat tersebut menghisap darahnya. Pada manusia stadium promastigot masuk ke dalam sel makrofag dan berubah menjadi stadium amastigot. Stadium amastigot berkembangbiak lagi secara belah pasang longitudinal dan hidup intraseluler. Gambar 5. Daur hidup leishmania 11

12 2.2. Genus Trypanosoma Trypanosoma rhodesiense dan Trypanosoma gambiense a. Hospes dan nama penyakit Manusia merupakan hospes dari kedua spesies parasit ini. Hospes reservoir T.rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop dan horpes reservoir T.gambiense adalah binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing dan sebagainya. Lalat Glossina berperan sebagai hospes perantara. Penyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau sleeping sickness. b. Morfologi dan daur hidup Antara spesies T.rhodesiense dan T.gambiense tidak terdapat perbedaan morfologi. a. b. Gambar 6. a. Stadium Tripomastigot. b. stadium epimastigot Trypanosoma rhodisiense/t. gambiense Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigot yang hidup dalam darah. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk panjang (32 mikron) dan bentuk pendek (16 mikron) yang tidak mempunyai flagel. Oleh karena itu parasit ini disebut mempunyai sifat polimorf. Stadium tripomastigot ini hidup di luar sel (ekstraselulera) dalam darah, limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini berkembangbiak secara belah pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk-bentuk yang membelah. Dalam tubuh Glossina, stadium tripomastigot yang terisap dengan darah berkembangbiak di usus tengah dan usus belakang (midgut dan hindgut) secara belah pasang longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing (proventricular form) yang membelah lagi dan kemudian bermigrasi melalui esophagus, faring, ruang mulut, untuk kemudian masuk ke dalam kelenjar ludahnya. Dalam kelenjar ludah, parasite ini melekat pada epitel dan berubah menjadi stadium epimastigot. Stadium epimastigot ini berkembangbiak berkalikali dan kemudian berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu ke probosis dan dari sini dapat ditularkan kepada manusia. Untuk T.gambiense, lalat menjadi infektif sesudah 20 hari, sedangkan untuk T.rhodesiense sesudah 14 hari. 12

13 Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Glossina yang mengandung stadium tripomastigot metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan ini disebut anterior inoculative. Gambar 7. Daur hidup Trypanosoma gambiense/rhodisiense Trypanosoma cruzi a. Hospes dan nama penyakit Manusia merupakan hospes parasit ini dan hospes reservoir adalah binatang peliharaan (anjing dan kucing) atau binatang liar (tupai, armadillo, kera dan lain-lain). Triatoma berperan sebagai hospes perantara. b. Morfologi dan daur hidup Dalam badan manusia, parasit ini terdapat dalam dua stadium yaitu stadium tripomastigot dan stadium amastigot. Stadium tripomastigot hidup di luar sel (ekstraselular) dalam darah dan tidak berkembangbiak, sehingga di dalam darah tidak ditemukan bentuk yang membelah. Parasit ini panjangnya 20 mikron dan menyerupai huruf C atau huruf S dengan kinetoplas yang besar. Stadium amastigot, yang besarnya hanya 2 3 mikron, terdapat intraseluler dalam sel RE dan berkembangbiak secara belah pasang longitudinal. Setelah penuh, sel RE pecah dan stadium amastigot melalui stadium promastigot yang masuk kembali ke dalam darah. Stadium mastigot ditemukan dalam sel RE limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot jantung dan sel otak. Bila Triatoma mengisap darah seorang penderita tripanosomiasis, stadium tripomastigot dan stadium amastigot berubah menjadi stadium epimastigot dalam usus tengah (midgut), kemudian stadium epimastigot ini berkembangbiak secara belah pasang longitudinal dan kemudian bermigrasi ke bagian posterior (hindgut) untuk berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang merupakan bentuk infektif. Siklus ini berlangsung selama kira-kira 10 hari. Waktu menusuk orang lain untuk mengisap darahnya, Triatoma mengeluarkan pula sedikit tinjanya yang mengandung bentuk infektif dan diletakkan pada kulit. Oleh karena tusukanterasa gatal, maka orang menggaruk sehingga parasite masuk ke dalam luka dan terjadilah infeksi. Cara infeksi ini disebut posterior contaminative. 13

14 Gambar 7. Daur hidup Trypanosoma cruzi 3. Genus Toxoplasma a. Hospes dan nama penyakit Hospes definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mammalia lainnya dan burung. Parasit ini menyebabkan toksoplasmosis akuisita dan toksoplasmosis kongenital. b. Morfologi dan Klasifikasi Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kirakira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Gambar 8. a. Stadium ookista. b. Stadium takizoit Toxoplasma gondii 14

15 c. Daur Hidup Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit sporogoni. Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan terbentuk lagi. Jika hospes perantara yang dimakan kucing mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2-3 hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista. Gambar 9. Daur hidup Toxoplasma gondii 15

16 III. TEKNIK DAN SPESIMEN UNTUK IDENTIFIKASI PROTOZOA JARINGAN Terdapat beberapa cara untuk diagnosis infeksi protozoa jaringan secara mikroskopis. Diantaranya adalah a. Melalui pemeriksaan mikroskopis Hampir sebagian besar parasit darah, traktus urinarius dan genital dan jaringan lainnya dapat dideteksi secara mikroskopis dengan preparat yang diwarnai dengan pewarnaan khusus maupun tidak baik secara langsung maupun dengan kosentrasi tertentu. b. Melalui teknik kultur Hanya sebagian kecil infeksi parasit yang didiagnosis secara rutin dengan teknik kultur. c. Melalui imunodiagnosis Dengan semakin berkembangnya reagen yang lebih spesifik dan sensitive, teknik imunodiagnostik menjadi semakin banyak digunakan unruk diagnosis dan untuk penelitian control penyakit parasit. Berikut beberapa spesimen yang digunakan untuk identifikasi parasit protozoa yang menginfestasi jaringan tubuh manusia. Tabel 1. Spesimen yang digunakan untuk identifikasi parasit NO SPESIMEN - Darah - Cairan cerebrospinal - Aspirat kelenjar limfe - Aspirat kelenjar limfe - Aspirat limpa - Aspirat hati - Sumsum tulang - Urine - Discharge uretra - Kulit - Aspirat limpa - Aspirat hati - Aspirat kelenjar limfe - sumsum tulang JENIS PARASIT Trypanosoma spp STADIUM trypomastigot Toxoplasma gondii Takizoit/tropozoit T. vaginalis Tropozoit - Leishmania spp - L. donovani - L. donovani - L. donovani - L. donovani - Amastigot - Amastigot - Amastigot - Amastigot - Amastigot 16

17 Cara pemeriksaan Untuk diagnostik mikroskopis protozoa jaringan pada umumnya menggunakan pewarnaan Giemsa (Giemsa staining) untuk identifikasi parasit penyebab. Teknik pewarnaan Giemsa yang digunakan adalah berupa thin film (sediaan apusan tipis). Spesimen yang digunakan antara lain darah, cairan aspirat dan cairan discharge urethra. Adapun prosedur pewarnaan Giemsa apusan tipis adalah sebagai berikut: a) Pembuatan sediaan apusan tipis (thin film) a. Spesimen baik berupa darah, cairan aspirat atau cairan discharge urethra diteteskan di kaca objek b. Dengan menggunakan kaca benda yang lain atau khusus, yaitu kaca benda yang pada salah satu ujung di kedua bagian lateralnya dipotong sedikit dalam bentuk segitiga, cairan spesimen tersebut dibuat apusan dengan bagian ujung yang terpotong dari kaca benda tadi, sehingga cairan spesimen tersebar rata dan merupakan lapisan yang tipis. c. Keringkan. b) Teknik Pembuatan Larutan Giemsa a. Larutan Giemsa adalah larutan yang digunakan untuk pewarnaan spesimen. b. Untuk membuat larutan Giemsa dibutuhkan cairan buffer ph 7,2. c. Cairan buffer ph 7,2 dibuat dengan cara melarutkan 1 tablet buffer forte ke dalam 1000 ml air jernih dan bersih. Cairan buffer ini bisa juga diganti dengan air mineral yang mempunyai ph 7,2. d. Larutan Giemsa dibuat dengan melarutkan cairan Giemsa dengan cairan buffer ph 7,2 dengan perbandingan 1 : 30 (1,5 ml cairan Giemsa dan 50 ml cairan buffer ph 7,2) c)teknik pewarnaan giemsa untuk sediaan apusan tipis a. Fiksasi sediaan apusan tipis (thin film) dengan methanol (metil alkohol) selama kira-kira 1-2 menit. b. Cuci dengan air pet, lalu keringkan di udara. c. Letakkan sediaan darah di atas rak secara horizontal dan tuangkan larutan giemsa yang digunakan. d. Lamanya pulasan 30 menit. e. Cuci sebentar dengan air pet tanpa membuang lebih banyak larutan giemsa, tetapi larutan giemsa itu hanya dihanyutkan dengan air pet. Jadi posisi sediaan harus tidak horizontal tetapi membentuk sudut dengan garis cakrawala, baru diairi supaya larutan hanyut. Bila tidak dilakukan, endapan yang terdapat dalam larutan itu mungkin melekat pada sediaan darah sehingga menyulitkan pemeriksaan. f. Keringkan; untuk pekerjaan ini, sandarkan sediaan apusan tipis (thin film) pada dinding meja yang diberi alas kertas saring atau pada dinding bak cuci, sehingga air dapat mengalir turun. b. Periksa di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran objektif 40x dan 100x (minyak imersi). 17

18 DAFTAR PUSTAKA 1. Barker JR, Muller R Trichomonas vaginalis. Tropical Parasitic Disease. Academic Press. London. 2. Chiodini PL, Moody AH, manser DW, 2003, Atlas of Medical Helminthology and Protozoology, 4th Ed, Churchill Livingstone, Edinburgh 3. Gandahusada S, Hery I, Pribadi W Trichomonas vaginalis. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Edisi Kelima. 4. Gandahusada S, Hery I, Pribadi W Falgellata darah dan Jaringan. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Edisi Kelima. 5. Guerrant RL, Trichomonas vaginalis. Tropical Infectious Disease: Principle, Patogen and Practice. Elsevier. London Hiswani Toxoplasmosis: Penyakit Zoonosis yang Perlu Diwaspadai oleh Ibu Hamil. USU Digital Library Press. 7. Pearson RD, Gillespie S Trichomonas vaginalis. Principle and Practice of Parasitology. John Wiley & Son Ltd. Newyork. USA. 8. Rochman S Toxoplasmosis: Penyebab Keguguran dan Kelainan Bayi. Airlangga University Press, Surabaya. 18

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR Adrial Department of Parasitolgy Medical Faculty Andalas of University Jl.Perintis Kemerdekaan Padang 25127 West Sumatera-Indonesia e-mail : adrial_63@yahoo.com PARASIT Parasit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonis yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Parasit tersebut mampu menginfeksi hampir semua jenis sel berinti (nucleated

Lebih terperinci

Trichomonas Vaginalis

Trichomonas Vaginalis Trichomonas Vaginalis Trichomonas vaginalis tidak mempunyai stadium kista. Stadium trofozoit berukuran 10-25 mikron x 7-8 mikron mempunyai 4 flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi merupakan cabang biologi (dan mikrobiologi) yang mengkhususkan diri dalam mempelajari kehidupan dan klasifikasi Protozoa. Secara klasik, objek pengkajiannya

Lebih terperinci

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata yang pipih panjang(kira-kira 15-20 mikron), berujung runcing di bagian posterior, mempunyai flagel kurang dari

Lebih terperinci

Blok 11 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA USUS BLOK 11. DIGESTIF, ENDOKRIN DAN METABOLIK KLINIS

Blok 11 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA USUS BLOK 11. DIGESTIF, ENDOKRIN DAN METABOLIK KLINIS Blok 11 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA USUS BLOK 11. DIGESTIF, ENDOKRIN DAN METABOLIK KLINIS BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2016 PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA USUS Edisi pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersial (PSK) Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa sebutan terhadap seseorang yang memberikan pelayanan jasa pemuas kebutuhan

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh T.gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kucing Kucing pertama kali didomestikasi sekitar 5000 tahun yang lalu di lembah sungai Nil ( Driscollet al., 2009). Evolusi kucing dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi PROTOZOA Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme

Lebih terperinci

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1. Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BAB VI PROTOZOA. Struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian:

BAB VI PROTOZOA. Struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian: BAB VI PROTOZOA Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Pengertian protozoa 2. Morfologi, struktur & Penularan 3. Patologi klinis 4. Klasifikasi protozoa 5. Protozoa sebagai penyebab penyakit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasmosis 2.1.1 Definisi Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, yang merupakan parasit obligat intraselular yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Toxoplasma gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan oleh

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127 Telp.: 0751-31746 Fax: 0751-32838 Email: fk2unand@pdg.vision.net.id PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 (DARAH 7) BAGIAN

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,

Lebih terperinci

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Karya Ilmiah Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Dr. RACHMAT HIDAYAT, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015 i LEMBAR PENGESAHAN Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

TRYPANOSOMIASIS GAMBIA LAMBOK SIAHAAN. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TRYPANOSOMIASIS GAMBIA LAMBOK SIAHAAN. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TRYPANOSOMIASIS GAMBIA LAMBOK SIAHAAN Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Abstract : The Gambian trypanosomiasis is transmitted by bitting flies of the genus Glossina (commonly

Lebih terperinci

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kucing terbagi dalam 3 kelompok, yaitu panthera, acinonyx dan felis. Panthera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kucing terbagi dalam 3 kelompok, yaitu panthera, acinonyx dan felis. Panthera BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kucing (Felis silvestris catus) Dahulu kucing adalah binatang liar yang berasal dari miacis (sejenis musang yang hidup liar pada 60 juta tahun silam). Selama evolusinya keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine,

Lebih terperinci

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004).

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004). PENDAHULUAN Produk farmasi yang ada di pasaran tidak hanya sediaan untuk manusia saja, tetapi juga untuk hewan yang diternakkan. Hewan yang diternakkan membutuhkan suatu sediaan farmasi untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Trichomonas vaginalis 1. Sejarah Donne pada tahun 1836 pertama kali menemukan parasit ini dalam secret vagina seorang penderita wanita dengan vaginitis. Dan pada tahun

Lebih terperinci

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat

Lebih terperinci

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM, > ' SKRIPSI Oleh: OSYE SYANITA ALAMSARI B01496142 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Toksoplasmosis Epidemiologi Penyakit Toksoplasmosis Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini termasuk protozoa subfilum apicomplexa, kelas sporozoa, sub

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus Schistosoma. Ada tiga spesies Schistosoma yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit 4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

PROTISTA a. Protista Mirip Tumbuhan 1. Diatomae 2. Dinoflagellata. 3. Euglenoid b. Protista Mirip Hewan

PROTISTA a. Protista Mirip Tumbuhan 1. Diatomae 2. Dinoflagellata. 3. Euglenoid b. Protista Mirip Hewan PROTISTA PROTISTA Protista adalah organisme prokaritik yang paling sederhana, uniseluler, beberapa berkoloni dan multiseluler.. Kebanyakan berkembangbiak secara aseksual melalui pembelahan sel, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

MAKALAH PARASITOLOGI TOXOPLASMA GONDII

MAKALAH PARASITOLOGI TOXOPLASMA GONDII MAKALAH PARASITOLOGI TOXOPLASMA GONDII DISUSUN OLEH : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) ELSA ELFIYANA (1204015148) KHORISMAN ADE SAMPA (1204015220) OKA TANNIA PURNASITA (1204015323) OKTAVIANI HERDIANA (1204015324)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Filariasis 1. Filariasis Filariasis adalah suatu infeksi cacing filaria yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk dan dapat menimbulkan pembesaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional dengan desain cross sectional (potong lintang). Dalam penelitian ini dilakukan pembandingan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA 1 KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, wahyunim@indosat.net.id INDIKASI

Lebih terperinci

ARTIKEL PARASITOLOGI. Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016

ARTIKEL PARASITOLOGI. Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 1 ARTIKEL PARASITOLOGI Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C015020 PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 1 2 PARASITOLOGI Defisini parasitologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul DETEKSI PROTOZOA SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING PELIHARAAN

UCAPAN TERIMA KASIH. sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul DETEKSI PROTOZOA SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING PELIHARAAN UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur, Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLATIHAN SOAL BAB 10

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLATIHAN SOAL BAB 10 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLATIHAN SOAL BAB 10 1. Urutan organisasi kehidupan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi adalah A. B. C. D. Sel-jaringan-organ-sistem organ-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Infeksi protozoa Toxoplasma gondii adalah salah satu yang paling umum dari pada infeksi parasit manusia dan hewan berdarah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

Bioassay Toxoplasma Gondii pada Kucing

Bioassay Toxoplasma Gondii pada Kucing Bioassay Toxoplasma Gondii pada Kucing Agus manahan manik, Ida bagus made oka, I made dwinata Lab Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl. P.B.Sudirman Denpasar Bali tlp, 0361-223791

Lebih terperinci

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar IDENTIFY OOCYST OF ISOSPORA SPP. IN FAECAL CATS AT DENPASAR Maria Mentari Ginting 1, Ida Ayu Pasti Apsari 2, dan I Made Dwinata 2 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 16 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional (potong lintang) untuk membandingkan pemeriksaan mikroskopik dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing Menurut Linnaeus (1758), secara umum anjing dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur Jenis-jenis penyakit akibat mikroba: PROTOZOAN Program Alih Jenjang D4 Bidang Konsentrasi Akuakultur Penyakit Budidaya Perikanan akibat

Lebih terperinci

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Tri Wijayanti, SKM, M.Sc Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Epidemiologi Host Agent Environment Diagnosis Ibu Hamil Penderita +++ / - -- RDT (Serologis) Mikroskopis Gold standart Asal

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1)

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1) BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1) BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robi, atas segala rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi banyak juga yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO infeksi Toxoplasmosis sudah ada sejak tahun 1975, juga menurut survei WHO tahun 2009 Toxoplasmosis telah menyebar diseluruh dunia dan sekitar 300

Lebih terperinci

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Malaria 2.1.1. Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat menjadi serius dan menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. 20,21 Setiap

Lebih terperinci

PARASIT. Disusun untuk memenuhi tugas MATAKULIAH PARASITOLOGI. Oleh. Kelompok V FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

PARASIT. Disusun untuk memenuhi tugas MATAKULIAH PARASITOLOGI. Oleh. Kelompok V FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA PARASIT Disusun untuk memenuhi tugas MATAKULIAH PARASITOLOGI Oleh Kelompok V Zulfikar Rini Irma suryani Aulia Agustina Anggi Widyanza Vanessa Miftahul Jannah FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan pada tahun 1909 oleh Nicelle dan Manceaux yang pada saat itu menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara (Hiswani, 2003).

Lebih terperinci

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( )

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( ) DI SUSUN OLEH KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza (0806103050078) 2. Nevri Isnaliza (0806103010039) 3. Siti wardana (0806103010061) Ciliata (Ciliophora) 1. Silia berfungsi sebagai alat gerak dan membantu

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR

PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR NEKROPSI IKAN PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR Sebelum dilakukan pengirisan/insisi terlebih dahulu periksalah keadaan luar tubuh ikan tersebut. Periksalah keadaan kulit termasuk sirip-siripnya dan lubang-lubang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan mengenai anatomi mikroskopis baik tentang hewan maupun tumbuhan banyak diperoleh dari hasil pengembangan sediaan mikroteknik atau yang juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Oosista Toxoplasma Gondii pada Feses Kucing dengan Metode Pengapungan Gula Sheater

Isolasi dan Identifikasi Oosista Toxoplasma Gondii pada Feses Kucing dengan Metode Pengapungan Gula Sheater Isolasi dan Identifikasi Oosista Toxoplasma Gondii pada Feses Kucing dengan Metode Pengapungan Gula Sheater ISOLATION AND IDENTIFICATION OF TOXOPLASMA GONDIIOOCYSTS IN CAT FECES IN DENPASAR WITH SUGAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci