BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Mamasa sebagai wilayah pemekaran dari Kabupaten Polewali Mandar (Gambar 2). Waktu Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010-Juni Dimana Penelitian ini membandingkan antara daerah otonom baru yakni Kab. Mamasa dengan daerah induknya yakni Kab. Polewali Mandar 3.2 Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan 2 sumber data, yaitu Data Sekunder dan Data Primer. Data sekunder dikumpulkan dari BPS, Bappeda, lembaga-lembaga terkait, dan berbagai studi literatur. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden melalui wawancara dan menggunakan pertanyaan/kuesioner yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian, Data primer dikumpulkan dari 5 Kecamatan sampel yang diambil secara purpossive dengan mempertimbangkan karakteristik daerah di Kab. Mamasa. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data primer ini adalah kuesioner, wawancara, dan observasi lapang. Wawancara atau diskusi dilakukan dengan pemerintah daerah, anggota DPRD, Mahasiswa, dan tokoh masyarakat yang ada di Kab. Mamasa. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonprobability sampling dengan teknik judgement (Purpossive) sampling, dengan pertimbangan responden yang dipilih merupakan pihak yang berperan penting dalam pembangunan daerah baik sebelum dan sesudah pemekaran. Menurut Juanda (2008) teknik judgement (Purpossive) sampling adalah prosedur yang digunakan dalam memilih contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian

2 35 Keterangan: = Kabupaten Mamasa = Kabupaten Polman Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

3 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis indeks diversitas entropi (IDE), Analisis Regresi dengan peubah dummy, analisis skoring, analisis korespondensi dan analisis kelayakan pemekaran (Tabel 1). Tabel 1 Aspek, Variabel, Alat Analisis dan Sumber data dalam Penelitian ASPEK VARIABEL ALAT ANALISIS SUMBER DATA Mengkaji pembangunan ekonomi wilayah dan Kapasitas fiskal Mengkaji pelayanan publik dan aparatur pemerintah Mengkaji Kelayakan pemekaran Pertumbuhan PDRB, perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah, IPM Peningkatan fasilitas umum dan tingkat pendidikan dari aparatur pemerintah Kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas, pertahanan keamana, tingkat kesejahteraan Analisis deskriptif, Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE), Analisis Regresi dengan Peubah dummy, Analisis IPM Analisis Deskriptif Analisis Skoring Bappeda, BPS, Pemda BPS, Wawancara BPS, Pemda Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap pembangunan ekonomi wilayah dan kapasitas fiskal daerah. Pertumbuhan pembangunan didekati dengan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sementara pertumbuhan kapasitas fiskal daerah didekati dengan pendapatan daerah dan data anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) setelah pemekaran. Penekanan dalam analisis ini adalah pada laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan daerah. Untuk menghitung laju pertumbuhan PDRB dan Laju pertumbuhan Pendapatan Daerah maka dapat dijadikan dasar formulasi perhitungan laju pertumbuhan ekonomi (rate of economic growth) sebagai berikut (Nanga, 2001):

4 37 Yt Y g = Y t 1 t 1 100% Dimana: g Y i Y t-1 = Pertumbuhan ekonomi = Produk Domestik Bruto tahun sekarang = Produk Domestik Bruto tahun yang lalu Dari persamaan diatas dapat di transformasikan kedalam persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan PDRB dan Laju pertumbuhan Pendapatan Daerah sebagai berikut: a. Laju Pertumbuhan PDRB LPPDRB t = PDRB PDRB t PDRB t 1 t 1 Dimana: LPPDRB t = laju pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t PDRB PDRB t t-1 = angka PDRB pada tahun ke-t = angka PDRB pada tahun ke-t-1 b. Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah (PD) LPPD t = PD PD t PD t 1 t 1 100% 100% Dimana: LPPD t = laju pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun ke-t PD t = angka pendapatan daerah pada tahun ke-t PDt-1 = angka pendapatan daerah pada tahun ke-t Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE) Prinsip yang digunakan dalam analisis IDE adalah semakin beragam aktifitas ekonomi atau semakin luas jangkauan spasialnya, maka semakin tinggi nilai IDE-nya, artinya wilayah tersebut semakin berkembang, jika hasilnya semakin mendekati 1, maka wilayah tersebut semakin berkembang, jika hasilnya semakin mendekatti 0, maka wilayah tersebut semakin tidak berkembang (Rustiadi et el. 2004). Analisis IDE ini digunakan untuk data Pendapatan Daerah.

5 38 Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah sesudah pemekaran yang meliputi (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan serta (3) penerimaan lainnya, dengan ini menggunakan rumus sebagai berikut: IDE = n i= 1 Pi ln Pi Dimana: Pi = Proporsi sumber-sumber PAD terhadap total PAD n = Jumlah sektor Xi Pi = Xi Xi = Persentase masing-masing lapangan sumber-sumber PAD terhadap total PAD Untuk menjustifikasikan tingkat perkembangan, maka ada ketentuan bahwa jika Indeks Diversitas Entropy (IDE) pendapatan daerah semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin tinggi atau semakin merata Analisis Kelayakan Pemekaran Analisis ini menggunakan skoring berdasarkan peraturan pemerintah No. 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah untuk mengkaji kelayakan pemekaran suatu daerah. Dikaji berdasarkan 11 faktor dengan 35 indikator (Tabel 2). Tabel 2 Bobot 11 faktor dan 35 indikator Kelayakan Pemekaran Faktor (Bobot) Indikator (Bobot) 1. Kependudukan (20) 1. Jumlah penduduk (15) 2. Kepadatan Penduduk (5) 2. Kemampuan Ekonomi (15) 3. PDRB non migas perkapita (5) 4. Pertumbuhan ekonomi (5) 5. Kontribusi PDRB non migas (5) 3. Potensi daerah (15) 6. Rasio bank dan lembaga keuangan non bank per penduduk (2) 7. Rasio kelompok pertokoan per pernduduk (1) 8. Rasio pasar per penduduk (1) 9. Rasio sekolah SD per penduduk usia SLTP (1) 10. Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTA (1) 11. Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA (1) 12. Rasio fasilitas kesehatan per penduduk (1)

6 39 4. Kemampuan Keuangan (15) 13. Rasio tenaga medis per penduduk (1) 14. Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor atau perahu (1) 15. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga (1) 16. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor (1) 17. Persentase pekerja yang berpendidikan min SLTA terhadap penduduk 18 tahun ke atas (1) 18. Persentase pekerja yang berpendidikan min S-1 terhadap penduduk 25 th keatas (1) 19. Rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk (1) 20. Jumlah PDS (5) 21. Rasio PDS terhadap jumlah penduduk (5) 22. Rasio PDS terhadap PDRB non migas (5) 5. Sosial Budaya (5) 23. Rasio sarana peribadatan per penduduk (2) 24. Rasio fasilitas lapangan olahraga per penduduk ((2) 25. Jumlah balai pertemuan (1) 6. Sosial Politik (5) 26. Rasio penduduk yang ikut pemilu legislatif (3) 27. Jumlah organisasi kemasyarakatan (2) 7. Luas daerah (5) 28. Luas wilayah keseluruhan (2) 29. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan (3) 8. Pertahanan (5) 30. Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas wilayah (3) 31. Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan (2) 9. Keamanan (5) 32. Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah penduduk (5) 10. Tingkat Kesejahteraan 33. Indeks Pembangunan Manusia (5) Masyarakat (5) 11. Rentang Kendali (5) 34. Rata-rata jarak kab/kota atau kecamatan ke pusat (prov/kab/kota) (2) 35. Rata-rata waktu perjalanan dari kab/kota atau kecamatan ke pusat prov/kab/kota (3) Penilaian indikator: Membandingkan nilai calon daerah dan daerah induk dengan rata-rata seluruh daerah sekitar. Semakin tinggi nilai calon daerah dan daerah induk (apabila dimekarkan) dibandingkan rata-ratanya, makin besar skornya. Nilai skor 1-5 Skor 5: jika nilainya >= 0,8 rata-rata sekitar Skor 4: jika nilainya >= 0,6 rata-rata sekitar Skor 3: jika nilainya >= 0,4 rata-rata sekitar Skor 2: jika nilainya >= 0,2 rata-rata sekitar Skor 1: jika nilainya < 0,2 rata-rata sekitar Nilai indikator adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing indikator. Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan kategori (Tabel 3):

7 40 Tabel 3 Kategori pengambilan keputusan kelayakan pemekaran Kategori Total Nilai Seluruh Indikator Keterangan Sangat mampu 420 s/d 500 Rekomendasi Mampu 340 s/d 419 Rekomendasi Kurang mampu 260 s/d 339 Ditolak Tidak mampu 180 s/d 259 Ditolak Sangat tidak mampu 100 s/d 179 Ditolak Kriteria pengambilan keputusan 1. Usulan daerah baru ditolak apabila calon daerah atau daerah induknya berkategori kurang/tidak/sangat tidak mampu, atau 2. Ditolak jika: Total nilai faktor Kependudukan < 80, atau Total nilai faktor kemampuan ekonomi < 60, atau Total nilai faktor potensi daerah < 60, atau Total nilai faktor Kemampuan ekonomi < 60 Aturan pada PP No. 78 Tahun 2008 lebih ketat dari pada PP No. 129 tahun 2000 pengetatan pada poin nomor dua Analisis Regresi Dengan Peubah Dummy Dalam model regresi, variabel dependent seringkali dipengaruhi tidak hanya oleh variabel-variabel yang bersifat kuantitatif menurut skalanya untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemekaran daerah dapat digunakan dummy dengan 1 untuk daerah pemekaran dan 0 untuk bukan daerah pemekaran, model persamaan regresi dengan peubah dummy dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009): Y = b + b X b X + b 0 1 1it k kit p DP it Y it X kit DP it = Respon (PDRB non Migas/kapita; pertumbuhan ekonomi; PAD) untuk daerah ke-i pada waktu ke-t = Faktor ke k di daerah ke-i yang dapat mempengaruhi respons pada waktu ke-t = Dummy untuk daerah pemekaran ke-i pada waktu ke-t = 1, daerah pemekaran (Kabupaten Mamasa)

8 41 = 0, bukan daerah pemekaran (Kabupaten Polewali Mamasa) Analisis Potensi Pajak Daerah Analisisi potensi pajak sangat penting untuk dilakukan karena permasalahan dalam pengelolaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan unsur pada PAD yang utama adalah masih terbatasnya kemampuan daerah dalam mengidentifikasi dan menentukan potensi riil obyek pajak dan retribusi daerah yang dimilikinya. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi selama ini belum didasarkan atas perhitungan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerah yang realistis. Penghitungan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerah pada umumnya masih didasarkan pada pendekatan incremental, yaitu keinginan untuk selalu menaikkan penerimaan pajak dan retribusi daerah tanpa mempertimbankan perkembangan dan kondisi riil dari faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak dan retribusi daerah tersebut, baik faktor internal maupun eksternal. Oleh karenanya, pengembangan penghitungan potensi penerimaan pajak perlu dilakukan (Makhfatih dan Saptono, 2009). Analisis potensi pajak akan didasarkan pada Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah dimana perhitungan potensi didasarkan pada pembagian pajak dan retribusi daerah kabupaten dimana disesuaikan kondisi di daerah penelitian. Model yang dapat dijadikan acuan dalam perhitungan potensi pajak dan retribusi sebagai berikut: 1. Pajak Hotel Estimasi Potensi Pajak Hotel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Potensi Pajak Hotel 2. Pajak Restoran = Tarif x (jumlah pembayaran/yang seharusnya dibayar kepada hotel) Estimasi potensi pajak restoran dilakukan dengan menggunakan Rumus sebagai berikut: Potensi Pajak Restoran = Tarif x (jumlah pembayaran/yang seharusnya dibayar kepada Restoran)

9 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Indeks pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bagian pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar, yaitu lamanya hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Secara umum metode penghitungan IPM yang sesuai dengan metode yang digunakan the United Nasions Development Programme (UNDP) dalam menghitung HDI dimana metode yang sama juga digunakan BPS untuk menghitung IPM antar Provinsi yang hasilnya telah dipublikasikan Analisis Persepsi Stakeholder 1. Persepsi stakeholder terhadap kelayakan pembentukan Kab. Mamasa Untuk menganalisis persepsi stakeholder tentang kelayakan pembentukan Kab. Mamasa digunakan metode deskriptif dimana penentuan kelayakan didasarkan pada persentase dari tiap-tiap jawaban responden. 2. Persepsi stakeholder terhadap perubahan sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa Untuk menganalisis data primer mengenai persepsi dampak pemekaran wilayah oleh stakeholder yakni Masyarakat, Legislatif dan Eksekutif di Kab. Mamasa digunakan metode deskriptif, dimana persepsi stakeholder mengkaji tentang informasi kondisi sebelum dan setelah pemekaran dari berbagai aspek yang dikaji yakni pembangunan ekonomi, pelayanan publik dan aparatur daerah. Tiap-tiap pilihan jawaban responden di dalam kuesioner, diberikan bobot skor 1 sampai 5 dimana klasifikasi bobot skor sebagai berikut: Skor 5 : Kondisi sangat baik Skor 4 : Kondisi baik Skor 3 : Kondisi cukup baik Skor 2 : Kondisi kurang baik Skor 1 : Kondisi sangat tidak baik Untuk mengetahui sejauh mana perubahan kondisi sebelum dan setelah pemekaran dari beberapa aspek yang dikaji, digunakan formulasi sebagai berikut: pemekaran = (kondisi setelah kondisi sebelum)/jumlah responden

10 43 Makin tinggi skor untuk perubahan kondisi sebelum dan setelah pemekaran wilayah untuk persepsi masyarakat dibandingkan persepsi eksekutif dan legislatif mengindikasi bahwa perubahan terhadap aspek sangat tinggi Kerangka Analisis Penelitian Terdapat 4 hal yang ingin dilihat sebagai kajian dampak adanya pemekaran wilayah Kabupaten Mamasa yaitu kelayakan pemekaran, perkembangan struktur ekonomi, perkembangan kapasitas fiskal, perkembangan pelayanan publik dan aparatur pemerintah di Kab. Mamasa. Faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam proses perumusan kebijakan pemekaran wilayah Kabupaten Mamasa dilihat data PDRB sebelum dan setelah pemekaran untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi, data Pendapatan Daerah untuk mengetahui Pertumbuhan & Perkembangan kapasitas fiskal daerah sebelum dan setelah pemekaran, data ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan serta tenaga pengajar dan tenaga kesehatan dan infrastruktur Pembangunan untuk mengetahui gambaran tingkat pelayanan publik sebelum dan sesudah pemekaran serta data kualitas pendidikan aparatur, jumlah aparatur pendidik, jumlah aparatur medis untuk mengetahui aparatur pemerintah. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui potensi keuangan daerah, pengelolaan APBD serta untuk mengetahui kapasitas fiskal daerah, analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE), analisis korespondensi untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat berdasarkan data sekunder.

11 44 Data Pendapatan Daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun Data PDRB dan IPM Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun serta data Primer 1. Indeks Diversitas Entropy 2. Analisis Deskriptif 3. Analisis Regresi 1. Indeks Diversitas Entropy 2. Analisis Deskriptif 3. Analisis Regresi KAPASITAS FISKAL PEMBANGUNAN EKONOMI Data Jumlah siswa Per sekolah, siswa per guru, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan infrastruktur di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun Analisis Deskriptif PELAYANAN PUBLIK Data Kualitas Pendidikan Aparatur Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun Analisis Deskriptif APARATUR PEMERINTAH Data Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa: Kemampuan ekonomi, Potensi Daerah, Kemampuan Keuangan, Sosial Budaya, Sosial Politik, Kependudukan, Luas Wilayah, Pertahanan dan Keamanan dan Tingkat Kesejahteraan Analisis Skoring PP No. 78 Tahun 2007 KELAYAKAN PEMEKARAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAB. MAMASA Gambar 3 Kerangka Analisis Penelitian

12 45 BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAMASA 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Mamasa adalah daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa yang terbentuk berdasarkan UU No. 11 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002, merupakan 1 dari 5 kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamasa. Secara geografis berada pada koordinat LS dan LS serta BT dan BT. Secara umum wilayah Kabupaten Mamasa tergolong iklim tropis basah dengan suhu udara minimium 23 0 C dan suhu maksimum rata-rata berkisar 30 0 C. Kecepatan angin rata-rata setiap tahunnya km/jam. Kondisi iklim wilayah Kabupaten Mamasa bervariasi sesuai dengan geografisnya. Secara administratif Kabupaten Mamasa berbatasan dengan beberapa daerah lain, yaitu: 1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Mamuju; 2. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja; 3. Sebelah Selatan Tenggara berbatasan langsung dengan Kabupaten Pinrang; 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar; 5. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju. Luas wilayah Kabupaten Mamasa adalah 3005,88 Km 2 yang terdiri atas 15 Kecamatan, Kecamatan Tabulahan dan Kecamatan Aralle merupakan kecamatan terluas adalah 534,16 km 2 (17,77 persen) sementara luas wilayah yang terkecil adalah kecamatan Balla dengan luas 31,87 km 2 (1,06 persen). Kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota Kabupaten Mamasa adalah Kecamatan Pana yaitu sejauh 95 km sementara kecamatan yang terdekat dari ibukota kabupaten adalah kecamatan tawalian yang berjarak 3 Km. Secara topografis wilayah di Kabupaten Mamasa hampir seluruhnya mencirikan kawasan daratan tinggi atau pegunungan, hampir seluruh wilayah

13 46 Kabupaten Mamasa konturnya berbukit-bukit, juga dikisari dengan beberapa aliran sungai seperti: 1) Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamasa yang mengalir ke wilayah Bakaru Kabupaten Pinrang; 2) Daerah Aliran Sungai (DAS) Masuppu yang mengalir ke wilayah Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap; 3) Daerah Aliran Sungai (DAS) Mapilli yang mengalir ke wilayah Kabupaten Polewali Mandar; 4) Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamuju yang mengalir ke wilayah Kabupaten Mamuju; 5) Daerah Aliran Sungai (DAS) Bonehau yang mengalir ke wilayah Kabupaten Mamuju. Wilayah Kabupaten Mamasa berada pada kisaran ketinggian 100 sampai meter dari permukaan laut. Bagian-bagian wilayah dengan ketinggian lebih rendah dari 200 m di atas permukaan laut terdapat di Kecamatan Mambi dan Kecamatan Tabulahan. Bagian wilayah dengan ketinggian lebih dari m di atas permukaan laut dapat ditemukan di hampir semua wilayah kabupaten, kecuali Kecamatan Messawa, Balla, Mambi dan Rantebulahan Timur. 4.2 Sosial Kependudukan Dalam sosial kependudukan ada dua hal yang mendasar yang perlu diketahui yakni masalah kependudukan dan ketenagakerjaan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Mamasa pada tahun 2008, berjumlah jiwa, meningkat sekitar 876 jiwa dari tahun sebelumnya dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 0,70 persen. Kecamatan Mamasa merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu sekitar jiwa. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Tawalian sebesar jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Mamasa pada tahun 2008 sebanyak jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki ternyata 1,03 persen lebih banyak

14 47 daripada jumlah penduduk perempuan, dengan perbandingan jenis kelamin (sex ratio) 103 yang berarti bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat 103 lakilaki Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk adalah rasio jumlah penduduk dengan luas wilayah. Dengan luas 3005,88 km 2 atau ha dan jumlah penduduk sebesar jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Mamasa adalah sebesar 42 jiwa/km 2 pada tahun Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Mamasa dibawah ratarata, kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Rantebulahan Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 157 jiwa/km 2 sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Tabulahan dengan kapadatan penduduk sebesar 18 jiwa/km Jumlah Penduduk Menurut Angkatan Kerja Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun keatas, bedanya penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak bekerja karena alasan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Pada tahun 2008, jumlah penduduk yang angkatan kerja relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang merupakan bukan angkatan kerja, penduduk yang merupakan angkatan kerja sebanyak jiwa lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk yang merupakan bukan angkatan kerja sebanyak jiwa. Mayoritas pada jumlah penduduk pada angkatan kerja adalah bekerja sebanyak jiwa sedangkan pada jumlah penduduk bukan angkatan kerja mayoritas penduduk adalah mengurus rumah tangga yakni sebanyak jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja (penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan) dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja (10 tahun ke atas). TPAK merupakan suatu ukuran yang dapat menggambarkan partisispasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi. TPAK di Kabupaten Mamasa menurut jenis kelamin di Kabupaten Mamasa menunjukkan perbedaan yang cukup antara laki-laki dan perempuan. TPAK laki-laki tercatat sekitar 84,65 dan perempuan sekitar 64,52. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penduduk belum mempunyai kesempatan yang

15 48 sama terlibat dalam pasar tenaga kerja. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Mamasa mencapai 74,75 yang berarti 100 orang penduduk usia kerja (15 tahun keatas), sekitar 75 diantaranya termasuk angkatan kerja Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Penduduk di Kabupaten Mamasa mayoritas beragama kristen yakni sebanyak jiwa atau 77,73 persen dimana mayoritas Kristen Protestan, untuk penduduk yang beragama Islam sebanyak jiwa atau 17,26 persen dan penduduk beragama Hindu sebanyak atau 5,06 persen Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah cukup tinggi yakni sebanyak atau 35,84 persen dari jumlah penduduk berumur 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikannya sedangkan tamatan SLTA/sederajat hanya jiwa atau 13,60 persen serta untuk tamatan diploma dan sarjana sebanyak jiwa atau 3,12 persen. 4.3 Perekonomian Daerah Ekonomi Kabupaten Mamasa dapat dilihat dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Mamasa dan indikator yang bisa digunakan yaitu Pendapatan Dometik Regional Bruto (PDRB). Dari 9 (Sembilan) sektor yang memiliki kontribusi terhadap PDRB, sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian sebesar 289 miliar rupiah. Adapun sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah sektor Listrik, Gas dan Air sebesar 486 juta rupiah. Ditinjau dari PDRB Kabupaten Mamasa bahwa perekonomian daerah mamasa sangat tergantung pada sektor pertanian Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam perekonomian Kabupaten Mamasa, sesuai data tahun 2005 tentang PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Mamasa atas dasar harga konstan 2000, subsektor pertanian yang diusakan yaitu tanaman bahan makanan, tanaman

16 49 perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Tanaman bahan makanan mempunyai kontribusi tertinggi sebanyak 128 miliar rupiah atau sebesar 26,84 persen terhadap sektor pertanian. A. Tanaman Pangan 1. Padi dan Palawija Tanaman padi, jagung dan kedelai, ubi jalar dan kacang-kacangan merupakan tanaman pangan yang ada di Kabupaten Mamasa. Komoditas padi (padi sawah dan padi lading) merupakan komoditas paling banyak di Kabupaten Mamasa dengan tingkat produksi sebesar ton sedangkan jagung merupakan komoditas yang paling rendah dengan tingkat produksi sebesar ton. 2. Holtikultura Komoditas pada sub-sektor holtikultura terdiri atas 17 komoditas dimana bawang merah merupakan komoditas dengan tingkat produksi yang paling tinggi di Kabupaten Mamasa yakni 138 ton dan bawang daun yang paling rendah dengan tingkat produksi sebesar 11,75 ton. Komoditas yang lain seperti Bawang Daun, Kentang, Kubis/kol, Petsai/sawi, Kacang-kacangan, Cabe/Lombok, Tomat, Terong, Buncis, Ketimun, Labu siam, Kangkung, Bayam, Wortel. 3. Buah-buahan Komoditas sub-sektor buah-buahan terdiri atas beberapa komoditas dimana durian merupakan komoditas terbesar di Kabupaten Mamasa dengan produksi sebesar 62,90 ton sedangkan nenas dan nangka komoditas terkecil yakni sebesar 5,48 ton. B. Perikanan Berdasarkan data statistik Kabupaten Mamasa tahun 2008, menurut jenis budidayanya perikanan di Kabupaten Mamasa masih sangat rendah ini ditandai dengan pengembangan budidaya perikanan hanya terfokus pada sawah (milna padi) yakni sebesar 322 ton.

17 50 C. Perkebunan Komoditas sub-sektor perkebunan berjumlah 4 komoditas yang paling dominan di Kabupaten Mamasa, yaitu kelapa, kakao, kopi dan kemiri. Komoditas kelapa merupakan komoditas produksi perkebunan yang paling besar yakni sekitar ton dan kopi yang terdiri atas kopi robusta dan kopi arabika produksinya berkisar ton sedangkan komoditas yang paling rendah yaitu kemiri dengan produksi berkisar 41 ton. D. Peternakan Komoditas sub-sektor peternakan terdiri atas ternak dan unggas. Pada komoditas ternak terdiri atas babi, sapi, kerbau, kuda kambing, babi merupakan komoditas tertinggi dengan jumlah ekor dan komoditas terendah dengan jumlah kambing yakni 351 ekor. Pada unggas terdiri atas ayam dan itik, ayam merupakan komoditas yang jumlahnya paling banyak yakni ekor sedangkan itik sebanyak ekor. E. Perikanan Berdasarkan data statistik Kabupaten Mamasa tahun 2008, menurut jenis budidayanya perikanan di Kabupaten Mamasa masih sangat rendah ini ditandai dengan pengembangan budidaya perikanan hanya terfokus pada sawah (milna padi) yakni sebesar 322 ton Sektor Pertambangan dan Penggalian Di Kabupaten Mamasa sektor galian terdiri 8 komoditas yakni pasir, batu kali, tanah urug, batu kerikil, tanah liat, batu gunung, batu gamping, pasir batu, batu pecah. Komoditas tertinggi sektor galian yakni batu pecah sebesar M 3 sedangkan terendah pada tanah liat sebesar M Sektor Pariwisata Kabupaten Mamasa merupakan yang memiliki objek wisata yang sangat menarik sehingga Kabupaten Mamasa dijadikan sebagai daerah pariwisata di Provinsi Sulawesi Barat, walapun merupakan daerah pariwisata namun faktor pendukung untuk mendorong sektor pariwisata belum optimal adanya, adapun

18 51 pariwisata yang paling menonjol di Kabupaten mamasa yakni air terjun sarambu, ritual-ritual adat mangngaro (mengeluarkan mayat dari kubur), Kompleks makam nenek moyang masyarakat mamasa, rumah adat. 4.4 Keuangan Daerah Pendapatan Daerah Secara Keseluruhan struktur pendapatan daerah Kabupaten Mamasa masih sangat tergantung pada dana transfer dari pusat, dimana Dana Perimbangan yang teridiri atas dana alokasi umum dan dana alokasi khusus mendominasi Pendapatan daerah di Kabupaten Mamasa sebaliknya Pendapatan Asli Daerah masih sangat rendah. Pada tahun 2009 Pendapatan Daerah Kabupaten Mamasa sebanyak 323 miliar rupiah dimana terdiri atas Dana Perimbangan 286 miliar rupiah dan Pendapatan Asli Daerah sebanyak 5 miliar rupiah, tentunya menjadi tantangan bagi Kabupaten Mamasa dalam meningkatkan Pendapatan Daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah untuk menunjang pembangunan di Kabupaten Mamasa Belanja Belanja daerah dapat dibagi menjadi belanja langsung dan tidak langsung. Berdasarkan data pada tahun 2009 total Belanja Daerah sebanyak 258 miliar rupiah. Belanja tidak langsung erat kaitannya dengan belanja rutin daerah termasuk belanja pegawai sebanyak 67 miliar rupiah yang menyedot sebahagian besar pos ini. Adapun belanja langsung erat kaitannya dengan pelaksanaan program dan proyek setiap SKPD sebanyak 177 miliar rupiah. 4.5 Sarana dan Prasarana Daerah Sarana Pendidikan Sarana pendidikan di Kabupaten Mamasa jika diklasifikasikan berdasarkan jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru. Jumlah sekolah untuk SLTA sebanyak 23 buah, sedangkan jumlah murid orang sedangkan guru berjumlah 124. Pada tingkat sekolah SLTP, jumlah sekolah sebanyak 36, murid berjumlah jiwa dan guru sebanyak 487 jiwa.

19 Sarana Kesehatan Dalam rangka pemerataan pelayanan kesahatan di Kabupaten Mamasa maka diperlukan fasilitas kesehatan yang baik yang mampu menjangkau dan melayani masyarakat. Pada tahun 2008 rumah sakit di Kabupaten Mamasa berjumlah 2, sedangkan puskesmas berjumlah 15, puskesmas pembantu berjumlah 76 serta apotik hanya berjumlah 1 buah, untuk tenaga kesehatan di Kabupaten Mamasa pada tahun 2008 terdiri atas dokter berjumlah 13 orang (Dokter umum sebanyak 11 orang dan Dokter gigi berjumlah 2 orang), bidan berjumlah 34 sedangkan apoteker hanya 1 orang dan perawat sebanyak Sarana Peribadatan Karena mayoritas pendudukan di Kabupaten mamasa beragama Kristen maka jumlah gereja tersebar hampir di seluruh wilayah di Kabupaten Mamasa. Pada tahun 2008 jumlah Gereja di Kabupaten Mamasa berjumlah 485 buah, Masjid berjumlah 97 buah dan Musholla berjumlah 2 buah dan sedankan pura hanya ada 5 buah Sarana Telekomonikasi Pembangunan pos dan giro di Kabupaten mamasa untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pegiriman dan penyaluran surat pos, wesel pos, paket pos, penjualan benda-benda pos lainnya. Pada tahun 2008 jumlah kantor pos di Kabupaten Mamasa berjumlah 5 buah, yang ada di kecamatan Mamasa dan Kecamatan Sumarorong. Sarana telekomunikasi dalam hal jaringan telepon di Kabupaten Mamasa sudah mulai ada, walaupun dalam hal pelayanan masih kurang baik karena ketergantungan jaringan telepon terhadap pasokan listrik, jika listrik padam maka jaringan telepon juga terganggu Sarana Listrik Listrik merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat untuk mendorong aktivitas sehari-hari. Pemenuhan kebutuhan listrik di Kabupaten Mamasa masih belum mencukupi ini sangat dipengaruhi pasokan listrik yang ada serta oleh

20 53 kondisi geografis wilayah yang menyebabkan kerusakan terhadap tiang listrik yang menyebabkan putusnya arus listrik di Kabupaten Mamasa, sehingga sebahagian besar masyarakat di Kabuapaten Mamasa menggunakan genset sebagai sumber listrik untuk penerangan Sarana Jalan Jalan merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong kegiatan pekonomian di Kabupaten Mamasa. Pada tahun 2008 panjang jalan yang ada km yang terdiri atas 239 km jalan provinsi, 1.766,05 km jalan kabupaten. Dari kondisi mayoritas jalan di kabupaten mamasa rusak yakni sebesar 69 persen yang terdiri atas rusak parah sebesar 20 persen dan rusak sebesar 49 persen, untuk yang baik hanya 13 persen dan sedang 18 persen, ini harus menjadi perhatian penuh dari pemerintah dalam melakukan perbaikan jalan demi peningkatan kegiatan ekonomi di Kabupaten Mamasa.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kabupaten Mamasa 5.1.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kab. Mamasa Berdasarkan Syarat Teknis PP. No. 78 Tahun 2007 Pembentukan daerah otonom

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini memilih lokasi di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pertimbangan dipilihnya daerah ini sebagai studi kasus karena Kota Tangerang

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PENILAIAN SYARAT TEKNIS I. FAKTOR DAN INDIKATOR DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU www. luwukpos.blogspot.co.id I. PENDAHULUAN Otonomi daerah secara resmi telah diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2001. Pada hakekatnya

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 81 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Kebijakan dan Indikator Pemekaran Kabupaten Raja Ampat Dalam pelaksanan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mulai dilaksanakan pada tanggal 1 januari 2001, pemekaran daerah kabupaten dan kota dan juga propinsi menjadi suatu

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i STATISTIK KECAMATAN PADANG GUCI HILIR 2016 Halaman ii Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PADANG GUCI

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota : Karang Baru Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Kota langsa dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung 34 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah adalah jenis data sekunder dalam runtun waktu (time series), yaitu tahun 2006-2010 yang diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL TIMUR

STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL TIMUR STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL TIMUR 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL TIMUR 2012 ISSN : - No. Publikasi : 91080.12.33 Katalog BPS : 1101002.9108.022 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT LAUT 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT LAUT 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1614 Katalog BPS : 1101002.5314020 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR Disusun oleh: Kelompok 8 Akuntansi Pemerintahan 1. Annisa Fitri (03) 2. Lily Radhiya Ulfa (18) 3. Wisnu Noor Fahmi (37)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN DAERAH. Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN DAERAH. Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN DAERAH 5.1. Potensi Provinsi Wilayah administrasi Provinsi memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh

Lebih terperinci

PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA

PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KINERJA PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA PROVINSI PAPUA TAHUN - 2017 MISI 1 MEWUJUDKAN SUASANA AMAN, TENTRAM & NYAMAN BAGI SELURUH MASYARAKAT PAPUA DALAM KEDAULATAN NKRI ANGKA

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Tebo

RPJMD Kabupaten Tebo Halaman Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Tebo II-3 Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo II-4 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2000- II-6 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci