MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN"

Transkripsi

1 MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR Disusun oleh: Kelompok 8 Akuntansi Pemerintahan 1. Annisa Fitri (03) 2. Lily Radhiya Ulfa (18) 3. Wisnu Noor Fahmi (37) 4. Yossita Ayu Hartantri (38) Kelas : 6 L POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN 2016

2 DAFTAR ISI BAB I... 1 A. Gambaran Umum Sejarah Keadaan Geografis Transportasi Demografis Potensi Wilayah Pemerintahan dan Administrasi Kantor Pemerintahan Keuangan... 5 BAB II... 6 A. Overview Realisasi Anggaran... 6 B. Pembahasan Jurnal Finansial Jurnal Anggaran Asumsi Dasar ii

3 BAB I A. Gambaran Umum DATA DAN FAKTA Kabupaten Polewali Mandar (sering disingkat Polman) adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Jumlah penduduk di kabupaten Polewali Mandar adalah jiwa. Ibu kotanya adalah Polewali yang berjarak 246 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan. 1. Sejarah Sebelum dinamai Polewali Mandar, daerah ini bernama Kabupaten Polewali Mamasa disingkat Polmas yang secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah daerah ini dimekarkan dengan berdirinya Kabupaten Mamasa sebagai kabupaten tersendiri, maka nama Polewali Mamasa pun diganti menjadi Polewali Mandar. Nama Kabupaten ini resmi digunakan dalam proses administrasi pemerintahan sejak tanggal 1 Januari 2006 setelah ditetapkan dalam bentuk PP No. 74 Tahun 2005, tanggal 27 Desember 2005 tentang perubahan nama Kabupaten Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar. Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu di antara 5 (lima) Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang terbentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran ex-daerah Swatantra (Afdeling) Mandar yang menjadi 3 kabupaten atau daerah tingkat II yang dimekarkan berdasarkan UU Nomor 29 Tahun Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan 22 Kabupaten/Kota Baru di seluruh wilayah provinsi, dua di antara kabupaten/kota itu adalah Kota Palopo dan Kabupaten Mamasa. Mamasa merupakan 1

4 hasil pemekaran dari Daerah Tingkat II Polewali Mamasa, sehingga kedua onder afdeling Polewali dan Mamasa dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah, yaitu: Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa. 2. Keadaan Geografis Luas wilayah Polewali Mandar adalah 2.022,30 km² dan secara administrasi kepemerintahan, Polewali Mandar terbagi menjadi 16 kecamatan. Secara geografis, Kabupaten Polewali Mandar terletak antara LU dan BT. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Majene, sebelah selatan berbatasan dengan laut, batas barat berbatasan dengan Kabupaten Majene, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamasa dan Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Transportasi Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Sarana jalan sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Melalui jalan, mobilitas penduduk dapat difasilitasi sehingga roda ekonomi (arus barang dan jasa) juga turut lancar. Panjang jalan yang membelah daratan Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2004 sepanjang 1.266,1 km. jumlah ini mengalami peningkatan sepanjang 151,1 km dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah kendaraan bermotor di dareah ini pada tahun 2004 mencapai unit atau meningkat sebesar 26% dibanding 2

5 tahun 2003 yang hanya sebanyak unit. Kendaraan bermotor di Polewali Mandar terdiri dari 386 unit mobil penumpang, 525 unit mobil truk, unit bus dan unit motor. Disamping transportasi darat, Kabupaten Polewali Mandar juga memiliki transportasi laut. Dinas Perhubungan mencatat bahwa kunjungan kapal di Kabupaten Polwali Mandar sepanjang tahun 2004 sebanyak 622 kunjungan yang semuanya merupakan pelayaran rakyat. Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun 2003 yang mencapai 651 ton. Pada pelayaran rakyat tahun 2004, jumlah bongkar barang mencapai ton. Jumlah ini meningkat sebesar ton atau 258% dibanding tahun 2003 yang hanya sebesar ton. Sementara jumlah muat barang pada tahun 2004 yang sebesar 277 mengalami penurunan sebesar 371 ton atau 57% dibandingkan tahun 2003 sebesar 648 ton. 4. Demografis Tahun 2004 penduduk berjumlah jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 0,58% per tahun. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam rumah tangga. Kecamatan Campalagian merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu jiwa (13,37%) sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Matangnga, jiwa (1,32%). Kepadatan penduduk rata-rata di Polewali Mandar sebesar 178 jiwa per km Potensi Wilayah 3

6 Kabupaten Polewali Mandar dalam bidang tanaman pangan berprospek cerah. Produksi padi di Polewali Mandar pada tahun 2004 sebesar ,53 ton yang di panen dari areal seluas ha atau rata-rata 5,01 ton per hektare. Yang berarti naik sekitar 6,42 % dibandingkan tahun 2003 yang menghasilkan ,57 ton padi dengan luas panen ha atau rata-rata produksi padi di daerah ini dihasilkan oleh jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 98,4 persen dari seluruh produksi padi atau sebesar ton. Sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang. Adapun produksi jagung pada tahun 2004 sebesar 3.018,27 ton dengan luas panen 902 ha atau menghasilkan rata-rata 3,35 ton/ha. Dengan kondisi wilayah yang cukup luas yang terletak di areal strategis Polewali Mandar juga memiliki potensi di sektor perkebunan. Luas areal tanaman perkebunan rakyat secara keseluruhan sebesar ,12 ha. Dari luas ini. Sebesar ,03 ha merupakan luas tanaman perkebunan rakyat yang paling menghasilkan. Data dari dinas terkait menyebutkan, bahwa pada tahun 2004 produksi tanaman perkebunan yang terbesar adalah kakao dan kelapa dalam masing-masing sebesar ton dan ,49 ton. Dalam bidang kehutanan, Polewali Mandar termaksud sukses melalui program partisipasi dan peran aktif masyarakat, tanpa mengesampingkan pentingnya menjaga hutan, masyarakat dan pemerintah bersama-sama secara sinergis memanfaatkan hasil hutan dan mengembangkannya untuk kesejahteraan bersama. Data dinas kehutanan 4

7 Polewali Mandar (2004) menunjukkan bahwa luas kawasan hutan di daerah ini seluas ha yang terdiri dari ha hutan lindung, 16,539 ha hutan produksi dan 900 ha merupakan cagar alam. Dari hutan tersebut, kayu dan rotan yang dihasilkan pada tahun 2004 masing-masing mencapai kubik dan 1,375 kubik. Selain itu Polewali Mandar juga masih memiliki banyak potensi di bidang peternakan, industri, pertambangan, serta perdagangan. 6. Pemerintahan dan Administrasi Untuk menunjang fungsi pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar dikelola Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN dan BUMD yang tersebar di berbagai dinas, kantor, badan dan sekretariat. Hingga tahun 2004, jumlah pegawai yang telah mangikuti Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan (Diklat Penjenjangan) sebanyak 595 orang, yaitu: ADUM/ADUMLA 425 orang, SPAMA/DIKLAT PIM III 120 orang dan SMAPEN/DIKLAT PIM II 50 orang. 7. Kantor Pemerintahan Keuangan Di Kabupaten Polewali Mandar, terdapat Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Polewali Mandar. KP2KP ini termasuk dalam Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara Kantor ini beralamat di Jalan Dr. Ratulangi (Poros Polewali), Kel. Darma, Kec. Polewali, Polewali Mandar. 5

8 BAB II PEMBAHASAN A. Overview Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Polewali Mandar 1. Perbandingan Anggaran dengan Realisasi Tahun 2012 a. Pendapatan Total pendapatan yang direncanakan sebesar Rp ,00 dan terealisasi sebesar Rp ,91, sisa pendapatan yang belum terealisasi sebesar Rp ,09 atau realisasi capaian adalah sebesar (94,26 %). b. Belanja Belanja yang direncanakan pada Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp ,58 dan terealisasi sebesar Rp ,96 selisih realisasi sebesar Rp ,62 atau realisasi mencapai (92,26 %). c. Pembiayaan Pembiayaan ditargetkan sebesar Rp ,58 dan terealisasi sebesar Rp ,51 kemudian sisa yang tidak terealisasi sebesar Rp ,93 atau tingkat capaian kinerja sebesar (80,52 %). 2. Perbandingan Realisasi dari Tahun 2011 ke 2012 a. Pendapatan Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau (20,13%), Dana Perimbangan mengalami kenaikan sebesar Rp. 6

9 ,00 atau (13,53%), demikian juga komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, naik sebesar Rp ,00 atau (40,71%). Sementara total pendapatan pada Tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau (20,36%). b. Belanja Belanja pada Tahun Anggaran 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp ,96 atau (20,10%), komponen belanja tidak langsung juga mengalami kenaikan sebesar Rp ,68 atau (14,12%), Sedangkan komponen belanja langsung mengalami kenaikan sebesar Rp ,28 atau (27,86%). c. Pembiayaan Namun demikian pada Pembiayaan Tahun 2012 mengalami penurunan dibanding dengan Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp ,00 atau (14,24%), komponen Penerimaan Pembiayaan Daerah mengalami penurunan sebesar Rp ,00 atau (45,24%), sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Daerah naik sebesar Rp ,00 atau (89,64%) dari tahun sebelumnya. Berbagai perubahan komposisi anggaran tersebut diatas dilatarbelakangi oleh kebijakan Pemerintah Daerah untuk melakukan penajaman prioritas program dan kegiatan pembangunan sebagai dampak meningkatnya besaran komponen belanja gaji pegawai. 7

10 Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi terkait dengan tidak tercapainya target fisik dan keuangan, adalah sebagai berikut : a. Kurang optimalnya pelaksanaan fungsi perencanaan, utamanya dalam penyusunan prediksi pendapatan asli daerah pada penyusunan perubahan anggaran tahun berjalan, sehingga realisasi pendapatan asli daerah masih sangat rendah. b. Terjadinya kenaikan belanja pegawai pada kelompok belanja tidak langsung merupakan realisasi belanja yang tidak dapat dihindari sebagai akibat kebijakan dari Pemerintah Pusat. B. Pembahasan 1. Jurnal Finansial JURNAL FINANSIAL Uraian Debit Kredit Januari Jurnal Anggaran PPKD Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah

11 Beban Bunga Kas di Kas Daerah Februari Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja pegawai langsung yang disalurkan secara UP Beban Bunga Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Belanja modal peralatan dan mesin RK SKPD ,00 Kas di Kas Daerah ,00 Belanja modal tanah Maret Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil pajak 9

12 Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO Kas di Kas Daerah Pendapatan DAK LO Penerimaan dana alokasi khusus RK SKPD Kas di Kas Daerah Beban Bunga Kas di Kas Daerah Beban Bantuan Keuangan Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja bantuan keuangan yang disalurkan secara LS April Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan pajak daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah

13 Beban Bunga Kas di Kas Daerah RK SKPD ,80 Kas di Kas Daerah ,80 Belanja Gedung dan Bangunan Mei Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja barang dan jasa yang disalurkan secara UP Beban Bunga Kas di Kas Daerah Juni Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam 11

14 Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO Kas di Kas Daerah Pendapatan DAK LO Penerimaan dana alokasi khusus Kas di Kas Daerah Pendapatan Hibah LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Hibah Kas di Kas Daerah Pendapatan Bagi Hasil Pajak LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Bagi Hasil Pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otsus - LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Dana Peny. Bagi Hasil Pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan Lain-Lain LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Lain-lain RK SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja pegawai langsung yang disalurkan secara UP Beban Bunga Kas di Kas Daerah Beban Hibah

15 Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja hibah yang disalurkan secara LS Juli Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah Beban Bunga Kas di Kas Daerah Agustus Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan pajak daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja barang dan jasa yang disalurkan secara UP Beban Bunga Kas di Kas Daerah RK SKPD ,00 13

16 Kas di Kas Daerah ,00 Belanja Peralatan dan Mesin September Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO Kas di Kas Daerah Pendapatan DAK LO Penerimaan dana alokasi khusus RK SKPD Kas di Kas Daerah Beban Bunga Kas di Kas Daerah Beban Bantuan Keuangan Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja bantuan keuangan yang disalurkan secara LS Oktober Kas di Kas Daerah

17 Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja pegawai langsung yang disalurkan secara UP Beban Bunga Kas di Kas Daerah RK SKPD ,20 Kas di Kas Daerah Belanja Modal Gedung dan Bangunan November Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO RK SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja barang dan jasa yang disalurkan secara UP Beban Bunga Kas di Kas Daerah RK SKPD ,99 Kas di Kas Daerah ,99 15

18 Belanja Modal Jalan, Irigasi,dan Jaringan RK SKPD ,00 Kas di Kas Daerah ,00 Belanja Aset Tetap Lainnya Desember Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan pajak daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah oleh SKPD Kas di Kas Daerah RK SKPD Penyetoran lain-lain PAD yang sah oleh SKPD Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan DBH LO Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Kas di Kas Daerah Pendapatan DAU LO Kas di Kas Daerah Pendapatan DAK LO Penerimaan dana alokasi khusus 16

19 Kas di Kas Daerah Pendapatan Hibah LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Hibah Kas di Kas Daerah Pendapatan Bagi Hasil Pajak LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Bagi Hasil Pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otsus - LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Dana Peny. Bagi Hasil Pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan Lain-Lain LO Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Lain-lain RK SKPD Kas di Kas Daerah Beban Bunga Kas di Kas Daerah Beban Hibah Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja hibah yang disalurkan secara LS Beban Bantuan Sosial Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk belanja bantuan sosial yang disalurkan secara LS Beban Bagi Hasil ke Pemerintah Desa Kas di Kas Daerah Pengeluaran untuk bagi hasil ke Pemerintah Desa yang disalurkan secara LS 17

20 2. Jurnal Anggaran JURNAL ANGGARAN Uraian Debit Kredit Januari Estimasi Pendapatan Estimasi Perubahan SAL Apropriasi Belanja Jurnal Anggaran PPKD , , ,00 Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Februari Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Pengeluaran untuk belanja pegawai langsung yang disalurkan secara UP Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL

21 Maret Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil pajak Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAK LRA Penerimaan dana alokasi khusus Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Belanja Bantuan Keuangan Estimasi Perubahan SAL Pengeluaran untuk belanja bantuan keuangan yang disalurkan secara LS April 19

22 Penyetoran pendapatan pajak daerah oleh SKPD Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Mei Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Pengeluaran untuk belanja barang dan jasa yang disalurkan secara UP Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Juni Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Estimasi Perubahan SAL

23 Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil pajak Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAK LRA Penerimaan dana alokasi khusus Estimasi Perubahan SAL Pendapatan Hibah LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Hibah Estimasi Perubahan SAL Pendapatan Bagi Hasil Pajak LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Bagi Hasil Pajak Estimasi Perubahan SAL Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otsus - LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Dana Peny. Bagi Hasil Pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan Lain-Lain LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Lain-lain Pengeluaran untuk belanja pegawai langsung yang disalurkan secara UP Belanja Bunga

24 Estimasi Perubahan SAL Belanja Hibah Estimasi Perubahan SAL Pengeluaran untuk belanja hibah yang disalurkan secara LS Juli Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Agustus Penyetoran pendapatan pajak daerah oleh SKPD Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Pengeluaran untuk belanja barang dan jasa yang disalurkan secara UP Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL

25 September Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil pajak Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAK LRA Penerimaan dana alokasi khusus Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Belanja Bantuan Keuangan Estimasi Perubahan SAL Pengeluaran untuk belanja bantuan keuangan yang disalurkan secara LS Oktober Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA

26 Pengeluaran untuk belanja pegawai langsung yang disalurkan secara UP Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL November Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Pengeluaran untuk belanja barang dan jasa yang disalurkan secara UP Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Desember Penyetoran pendapatan pajak daerah oleh SKPD 24

27 Penyetoran pendapatan retribusi daerah oleh SKPD Penyetoran pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah oleh SKPD Penyetoran lain-lain PAD yang sah oleh SKPD Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil pajak Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DBH LRA Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAU LRA Estimasi Perubahan SAL Pendapatan DAK LRA Penerimaan dana alokasi khusus Estimasi Perubahan SAL Pendapatan Hibah - LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Hibah Estimasi Perubahan SAL Pendapatan Bagi Hasil Pajak - LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Bagi Hasil Pajak Estimasi Perubahan SAL Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otsus - LRA Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Dana Peny. Bagi Hasil Pajak Kas di Kas Daerah Pendapatan Lain-Lain - LRA

28 Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - Lain-lain Belanja Bunga Estimasi Perubahan SAL Belanja Hibah Estimasi Perubahan SAL Pengeluaran untuk belanja hibah yang disalurkan secara LS Belanja Bantuan Sosial Estimasi Perubahan SAL Pengeluaran untuk belanja bantuan sosial yang disalurkan secara LS Belanja Bagi Hasil ke Pemerintah Desa Estimasi Perubahan SAL Pengeluaran untuk bagi hasil ke Pemerintah Desa yang disalurkan secara LS 3. Asumsi Dasar a. PENDAPATAN 1) Pendapatan Asli Daerah a) Pendapatan Pajak Daerah disetorkan oleh SKPD setiap 4 bulan sekali dengan proporsi setiap penyetoran 35%, 28%, dan 37%; b) Retribusi Daerah realisasi sebesar disetorkan oleh SKPD setiap 3 bulan sekali dengan proporsi setiap penyetoran 15%, 20%, 30%, dan 35%; c) HPKDD disetorkan oleh SKPD pada akhir tahun; dan d) Lain-lain PAD yang sah disetorkan oleh SKPD pada akhir tahun. 2) Dana Perimbangan a) DBH diterima setiap bulan 3 bulan sekali dengan proporsi 25%, 25%, 30%, dan 20% 26

29 b) DAU diterima setiap bulan c) DAK diterima setiap 3 bulan sekali dengan proporsi 30%, 25%, 25%, dan 20% 3) Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Seluruh LPDS diterima setiap 6 bulan sekali dengan proporsi 50% : 50%. b. BELANJA 1) Belanja Tidak Langsung a) Belanja Pegawai disalurkan secara LS setiap bulan kepada SKPD; b) Belanja Bunga dibayarkan setiap bulan secara LS; c) Belanja Subsidi sesuai LRA realisasi 0%; d) Belanja Hibah disalurkan secara LS setiap 6 bulan; e) Belanja Bantuan Sosial disalurkan secara LS pada akhir tahun; f) Belanja Bagi Hasil disalurkan secara LS pada akhir tahun; g) Belanja Bantuan Keuangan kepada Prop/Kab/Kota dan Pemdes realisasi sebesar 100%, disalurkan secara LS pada bulan 3 dan 9; h) Belanja Tak Terduga realisasi sebesar 0% 2) Belanja Langsung a) Belanja Pegawai realisasi sebesar 98.53% dari anggaran sebesar Rp 23,881,265,000 (lihat CALK), diberikan secara UP kepada SKPD pada bulan 2, 6, dan 10; b) Belanja Barang dan Jasa realisasi sebesar 100%, diberikan secara UP kepada SKPD pada bulan 5, 8, dan 11; c) Belanja Modal realisasi sebesar Rp 124,357,769, diberikan secara UP kepada SKPD dengan jadwal sebagai berikut: i. Belanja Modal Tanah pada bulan Februari ii. Belanja Modal Peralatan dan Mesin pada Februari sebesar Rp dan bulan Agustus sisanya 27

30 iii. Belanja Modal Gedung dan Bangunan pada bulan April dan Oktober dengan proporsi 60% dan 40% iv. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada bulan November v. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya pada bulan November 28

Pada awal 2015, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut:

Pada awal 2015, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut: B. SIMULASI AKUNTANSI PPKD Pada awal, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut: Pemerintah Kota Gemah Ripah PPKD NERACA Per 1 Januari Aktiva Kas di Kas Daerah 800.000.000

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT RENCANA KERJA ANGGARAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT RENCANA KERJA ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT RENCANA KERJA ANGGARAN ( RKA - PPKD ) TAHUN ANGGARAN 2015 : a. Nama : H. RIDWAN, SE, M.Si b. NIP : 196012311987021050 c. Jabatan : PPKD Selaku BUD KODE NAMA FORMULIR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI BARAT DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI BARAT DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI BARAT DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH DPA-SKPKD TAHUN ANGGARAN 05 URUSAN PEMERINTAHAN.0. - OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, Kata Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas penyertaan-nya maka penyusunan Buku Statistik Kinerja Keuangan Provinsi NTT Beserta SKPD 2009-2013 ini dapat diselesaikan. Dalam era

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN 2010-2012 Nama : Farah Rizki Annisa NPM : 22211696 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang Kemajuan Suatu Bangsa

Lebih terperinci

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca RALAT MODUL 3 1. Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca mor Kode Rekening Uraian Debit Kredit 14-07-15 ta Kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografi dan Demografi Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0 hingga 114,4 Bujur Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi NTB 1. Geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115'45-119 10 BT dan antara 8 5-9 5 LS. Wilayahnya di utara berbatasan dengan Laut Jawa,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 U R A I A N JUMLAH Tahun 2015 Tahun 2014 ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2015 TANGGAL : 24 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Way Kanan 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan Berdasarkan Way Kanan dalam angka (2013), Kabupaten Way Kanan adalah salah

Lebih terperinci

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 U R A I A N TARGET JUMLAH PERUBAHAN 2015 S/D BULAN INI % ( Rp ) ( Rp ) 1 2 3 4 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA AMBON LAPORAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DECEMBER DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN (%) 2014 1 PENDAPATAN 1.007.282.959.996,00 552.891.836.548,83

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, pendapatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH

AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH 1 AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH KASUS : Berikut ini diberikan data anggaran yang ada SKPD- Dinas Kesehatan di Pemda SUKAMULYA yang ditetapkan tanggal 1 Januari 2015. KETERANGAN Anggaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur LAMPIRAN C.3 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Laporan Keuangan Deskripsi Prosedur Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian dan Unsur-Unsur APBD Menurut Garrison dan Noreen (2006:402), Anggaran adalah rencana rinci

Lebih terperinci

BAB 7 AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

BAB 7 AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN Hafiez Sofyani BAB 7 AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN DEFINISI BELANJA DAN BEBAN Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dikenal 2 istilah pendapatan, yakni Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA. Pendapatan- LO adalah hak

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95 PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat penelitian Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten ini

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANGKA BELITUNG KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kondisi tanah dan keterbatasan lahan Kota Pangkal Pinang kurang memungkinkan daerah ini mengembangkan kegiatan pertanian. Dari

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 8 AKUNTANSI TRANSFER

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 8 AKUNTANSI TRANSFER LAMPIRAN B.VIII: PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 8 AKUNTANSI TRANSFER A. UMUM 1. Tujuan a. Tujuan kebijakan akuntansi transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI TRANSFER

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI TRANSFER BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI TRANSFER A. UMUM 1. Definisi a. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan

Lebih terperinci

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Maluku terletak pada 124⁰ BT - 136⁰ BT dan - 2⁰30 LS - 9⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Maluku adalah 46.914 km 2. Provinsi Maluku terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan Laporan Keuangan SKPD menyajikan informasi mengenai jumlah sumber daya

Lebih terperinci

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 ) H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada 114⁰19 13 BT - 116⁰33 28 BT dan - 1⁰21 49 LS - 4⁰10 14 LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

, ,00 10, , ,00 08,06

, ,00 10, , ,00 08,06 E. AKUNTABILITAS KEUANGAN Perkembangan realisasi pendapatan daerah selama 5 (lima) tahun terakhir sejak Tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 selalu menunjukkan peningkatan. Berdasarkan realisasi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan

3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1 Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 02 AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA. potensi jasa dalam periode pelaporan yang. pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 02 AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA. potensi jasa dalam periode pelaporan yang. pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya LAMPIRAN II. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 19 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 02 AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Beban adalah penurunan manfaat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN LAMPIRAN II PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN Kebijakan tentang LRA bertujuan untuk menetapkan perlakuan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PSAP No. 02 PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70 tahun yang lalu. Pada tahun 1945 1960, ada dibentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 13 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Anggaran Daerah Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkkan dari proses manajemen organisasi. Demikian juga

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAPORAN KEUANGAN ( SKPD ) ( Per 31 Desember 2016 ) AUDITED

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAPORAN KEUANGAN ( SKPD ) ( Per 31 Desember 2016 ) AUDITED PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAPORAN KEUANGAN ( SKPD ) ( Per 31 Desember 216 ) AUDITED BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 216 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 13 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN SKPD 5.1. PENJELASAN POS-POS NERACA BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN SKPD 5.1.1. KAS DIBENDAHARA PENGELUARAN 1 TUNAI - 2 BANK JUMLAH - 5.1.2. KAS DIBENDAHARA PENGELUARAN (Non SILPA) 1 TUNAI - 2 BANK

Lebih terperinci

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH MAKALAH SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Untuk memenuhi tugas kelompok presentasi mata kuliah Sistem Informas Akuntnasi Sektor Publik KELAS CA Fanditama Akbar Nugraha 115020307111029 Rendy Fadlan Putra

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS Lampiran III : Peraturan Daerah Nomor : 6 TAHUN 2015 Tanggal : 20 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS Per 31 Desember 2014 dan 2013 URAIAN Ref 2014 2013 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Lebih terperinci

URAIAN PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah ,00

URAIAN PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah ,00 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN : 1.07. - PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013 PENGANTAR Dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama, karena itu peranan sektor pajak sangat besar, terutama untuk menunjang keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NERACA DAERAH PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 (dalam rupiah) No Uraian 2008 2007 I ASET A. ASET LANCAR 1. Kas 26,237,044,323.93

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara BAB V ANALISIS APBD Evaluasi APBD secara keseluruhan dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang menunjukkan relevansi dan efektivitas APBD dalam penanggulangan kemiskinan. Analisis dilakukan dengan

Lebih terperinci