4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Keong Mas Tubuh keong mas terdiri atas cangkang, jeroan, dan daging. Cangkang keong mas bundar dan berwarna coklat kehitaman. Cangkang ini tersusun dari kalsium karbonat sehingga bertekstur keras. Cangkang mencakup bagian operkulum yang berbentuk lingkaran dan menempel pada otot kaki. Operkulum berwarna coklat gelap, tersusun dari kitin, tipis, dan mudah dipatahkan. Jeroan keong mas yang berwarna hitam dengan bintik-bintik putih merupakan alat pencernaan, sedangkan bagian jeroan berwarna merah muda merupakan bagian gonad. Bagian jeroan ini bertekstur lunak dan mudah hancur saat ditekan. Daging keong mas bertekstur kenyal dan berwarna krem kecoklatan. Pengukuran morfometrik keong mas disajikan pada Gambar 8. Lebar Tinggi Panjang Gambar 8 Pengukuran morfometrik keong mas (Wood et al. 2006) Data berat dan ukuran dari 30 sampel keong mas yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 2. Adapun berat dan ukuran rata-rata keong mas disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Berat dan ukuran keong mas (Pomacea canaliculata) No Parameter Nilai 1. Panjang (cm) 2,56 ± 0,19 2. Lebar (cm) 1,84 ± 0,19 3. Tinggi (cm) 1,45 ± 0,13 4. Bobot (gram) 4,54 ± 0,80 Keterangan: Data diperoleh dari 30 sampel

2 Rendemen Keong Mas Rendemen merupakan perbandingan antara bobot produk yang dapat dimanfaatkan dengan bobot total keseluruhan produk. Rendemen menunjukkan efektivitas suatu bahan. Semakin besar nilai rendemen, semakin besar pula bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Rendemen daging keong mas dihitung berdasarkan persentase perbandingan bobot daging terhadap bobot keong utuh. Rendemen yang dihitung meliputi cangkang, jeroan, dan daging keong mas. Diagram lingkaran rendemen keong mas disajikan pada Gambar 9. Daging 21,84% Cangkang 53,97% Jeroan 24,19% Gambar 9 Rendemen keong mas segar Rendemen keong mas segar tertinggi yaitu pada bagian cangkang sebesar 53,97 %. Cangkang keong mas memiliki persentase terbesar karena cangkang keong pada umumnya tebal dan mengandung kalsium karbonat (CaCO 3 ) maupun zat tanduk. Rendemen jeroan keong mas memiliki persentase sebesar 24,19 % dan rendemen daging keong mas sebesar 21,84 %. Bagian jeroan keong mas memiliki persentase rendemen yang lebih besar dibandingkan rendemen daging. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan makan keong mas. Cangkang keong terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan nacre yang tipis, lapisan prismatik yang mengisi hingga 90% cangkang mengandung CaCO 3, serta lapisan periostrakum yang tersusun atas zat tanduk sehingga bobot rendemen terbesar terdapat pada cangkang keong mas (Suwignyo et al. 2005). Keong mas bersifat filter feeder dalam mengambil makanan sehingga jeroan memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan daging keong mas. Pengendapan partikel makanan

3 29 maupun partikel lain dalam saluran pencernaan dan bagian jeroan kemungkinan disebabkan oleh cara keong mas mengambil makanan tersebut (Turgeon 1988). 4.3 Penetapan Waktu Pemasakan dan Konsentrasi Garam Metode pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan. Lamanya waktu pemasakan ditentukan terlebih dahulu sehingga diperoleh waktu pemasakan terbaik hingga daging keong mas matang. Kematangan daging keong mas yang direbus maupun dikukus diperiksa setiap 5 menit sekali dan diperkirakan tingkat kematangannya hingga mencapai taraf kematangan terbaik. Keong mas yang direbus akan matang pada suhu 100 o C selama 35 menit, sedangkan keong mas yang dikukus akan matang pada suhu 100 o C selama 45 menit. Penentuan konsentrasi garam yang digunakan dalam perlakuan perebusan dalam air garam, dilakukan dengan metode uji hedonik. Uji hedonik dilakukan oleh 30 orang panelis semi terlatih. Panelis mendapatkan sampel daging keong mas yang telah mengalami proses perebusan dalam air garam dengan konsentrasi garam sebesar 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3% (Lampiran 3). Panelis kemudian menilai rasa daging keong mas secara subjektif menggunakan score sheet menurut SNI Diagram batang rata-rata uji hedonik rasa keong mas disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Diagram batang nilai rata-rata parameter rasa keong mas; angkaangka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

4 30 Gambar 10 menunjukkan bahwa uji hedonik parameter rasa daging keong mas rebus garam berkisar antara 4,57 hingga 6,20. Nilai tersebut menunjukkan bahwa panelis menilai rasa daging keong mas dengan kisaran netral hingga agak suka. Nilai rata-rata uji hedonik tertinggi terhadap rasa keong mas yaitu sebesar 6,20 (agak suka), dicapai oleh keong mas yang direbus dengan konsentrasi garam 2,5%. Hasil uji Kruskal Wallis tentang konsentrasi garam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% konsentrasi garam yang berbeda memberikan pengaruh terhadap rasa keong mas. Hasil uji Multiple Comparisson (Lampiran 5) menunjukkan bahwa konsentrasi garam 2,5% memberikan pengaruh berbeda terhadap konsentrasi garam 1%, konsentrasi 1,5%, konsentrasi 2%, dan konsentrasi 3%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka konsentrasi garam 2,5% adalah konsentrasi garam terbaik untuk perlakuan perebusan dalam air garam. Penggunaan konsentrasi garam 2,5% ini relevan dengan pernyataan bahwa penambahan garam berkonsentrasi 1-3% berfungsi sebagai bumbu yang memberi cita rasa gurih pada bahan pangan. Penambahan konsentrasi garam yang terlalu tinggi dihawatirkan memberikan efek negatif bagi tubuh (Zaitsev et al. 1969). 4.4 Komposisi Kimia Keong Mas Informasi mengenai kandungan gizi yang terdapat dalam bahan pangan dapat diketahui dengan analisis komposisi kimia atau proksimat bahan pangan tersebut. Analisis proksimat secara umum menunjukkan persentase dari unsur pokok berupa air, abu, protein, dan lemak. Kandungan gizi yang terkandung dalam suatu bahan pangan berbeda-beda karena adanya perbedaan makanan, spesies, jenis kelamin, dan umur bahan (Kusumo 1997). Hasil analisis proksimat daging keong mas disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Komposisi kimia keong mas (Pomacea canaliculata) Parameter Kandungan (% bb) Segar Rebus Rebus air garam Kukus Kadar air 77,40 68,36 67,20 64,23 Kadar abu 5,44 4,40 6,67 4,00 Kadar protein 14,04 10,86 8,36 11,71 Kadar lemak 0,99 0,70 0,40 0,79

5 31 Tabel 4 menunjukkan hasil analisis proksimat daging keong mas segar dan setelah diberikan perlakuan pengolahan. Data kemudian diuji kenormalan galatnya menggunakan metode uji kenormalan Anderson Darling. Berdasarkan uji kenormalan Anderson Darling (Lampiran 7), semua perlakuan mempunyai galat yang menyebar normal sehingga dapat dilakukan analisis ragam Kadar air Air merupakan komponen yang penting dalam bahan makanan, karena air dapat memberikan pengaruh pada penampakan, tekstur, serta cita rasa (Winarno 2008). Kadar air keong mas segar pada penelitian ini sebesar 77,40 % (bb). Hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Susanto (2010) yang menyatakan bahwa kadar air keong mas sebesar 81,19 % (bb). Hasil analisis ragam kadar air (Lampiran 8) pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pengolahan memberikan pengaruh terhadap kadar air keong mas. Nilai signifikansi < 0,05 dari analisis ragam, menunjukkan diperlukannya uji lanjut untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 9) menunjukkan bahwa kadar air keong mas segar berbeda dengan kadar air keong mas setelah dilakukan perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan. Pengolahan menyebabkan penurunan kadar air pada proses perebusan sebesar 11,68%, perebusan dalam air garam sebesar 13,18%, dan pengukusan sebesar 17,02%. Diagram batang kadar air keong mas disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 Diagram batang kadar air keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

6 32 Gambar 11 menunjukkan bahwa metode pengolahan dengan panas memberikan kadar air yang berbeda dengan keong mas segar. Pengolahan dengan perebusan memiliki kadar air yang tidak berbeda dengan perebusan dalam air garam. Metode pemasakan yang hampir mirip, yakni perebusan, membuat kadar air yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prabandari et al. (2005) bahwa waktu dan suhu pengolahan dapat mempengaruhi nilai kadar air suatu bahan pangan. Semakin lama waktu pengolahan dan semakin tinggi suhu yang digunakan akan mengakibatkan banyak air dalam bahan pangan keluar. Perebusan memberikan penurunan yang paling kecil terhadap kadar air. Pengolahan dengan perebusan membuat keong mas kontak langsung dengan air sehingga tidak terlalu banyak mengurangi kadar air. Hal ini sesuai dengan penelitian Weber et al. (2008) yang menyatakan bahwa pengolahan dengan panas menurunkan kadar air fillet ikan lele silver dan perlakuan perebusan memiliki persentase penurunan kadar air paling kecil. Metode pengolahan dengan pengukusan menurunkan kadar air paling besar dari daging keong mas segar. Hal ini sesuai dengan penelitian Jamasuta et al. (1996) yang menyatakan bahwa kadar air ikan pindang yang dikukus lebih kecil dibandingkan dengan kadar air pindang yang direbus. Pengukusan menguapkan air lebih besar dibandingkan dengan perebusan karena pengukusan menggunakan metode yang membuat bahan pangan tidak langsung bersinggungan dengan air seperti pada proses perebusan Kadar abu Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Sebagian besar bahan makanan yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yaitu zat anorganik atau yang dikenal sebagai kadar abu (Winarno 2008). Kadar abu keong mas segar dari hasil penelitian ini sebesar 5,44% (bb). Hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Susanto (2010) yang menyatakan bahwa kadar abu keong mas sebesar 4,70% (bb).

7 33 Analisis ragam kadar abu (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan metode pengolahan mempengaruhi kadar abu keong mas. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 11) menunjukkan bahwa kadar abu keong mas segar berbeda dengan kadar abu keong mas setelah dilakukan perebusan dalam air garam. Perebusan dalam air garam menyebabkan kenaikan kadar abu sebesar 22,61%. Diagram batang kadar abu keong mas disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 Diagram batang kadar abu keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Pengolahan dengan perebusan menghasilkan kadar abu yang tidak berbeda dengan pengukusan. Air mengandung beberapa mineral, sehingga saat bahan pangan diolah dan kontak langsung dengan air, penurunan kadar mineral tidak terlalu besar. Proses perebusan dan pengukusan juga menggunakan suhu pengolahan yang sama, yaitu 100 o C, sehingga menyebabkan penurunan kadar abu tidak berbeda. Besarnya penurunan kadar abu tergantung pada proses pengolahan, suhu pengolahan, dan luas permukaan produk. Mineral bersifat mantap dan pengolahan dengan panas tidak merusak struktur mineral, namun dapat menyebabkan penyusutan mineral (Harris & Karmas 1989).

8 34 Proses pengolahan dengan perebusan dalam air garam menyebabkan kadar abu dalam daging keong mas bertambah, karena garam yang mengandung beberapa mineral seperti yodium, natrium, magnesium, dan lainnya terserap oleh bahan pangan yang direbus. Kadar mineral yang bertambah ditunjukkan dengan kadar abu yang naik pula. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa kadar abu mempunyai hubungan dengan mineral suatu bahan. Garam mempunyai unsur-unsur mineral seperti NaCl, MgCl, Na 2 SO 4, CaCl 2, hingga KCl sehingga meningkatkan kadar abu bahan pangan yang ditambahkan garam (Budiono 2010). Penelitian lain yang mendukung yaitu Unlusayin et al. (2010) yang menyatakan bahwa kadar abu udang segar Penaeus semisulcatus sebesar 7,68 % (bk) meningkat menjadi 9,40 % (bk) setelah udang direbus dalam air garam Kadar protein Protein merupakan sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Lehninger 1992). Kadar protein yang didapat dari penelitian ini yaitu sebesar 14,04 % (bb), tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Budiyono (2006) bahwa kadar protein keong mas sebesar 12 %. Analisis ragam kadar protein (Lampiran 12) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% metode pengolahan yang berbeda mempengaruhi kadar protein keong mas. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan kadar protein keong mas segar berbeda dengan kadar protein setelah diberi perlakuan perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan. Pengolahan dengan panas menyebabkan penurunan kadar protein keong mas. Kadar protein mengalami penurunan pada proses perebusan sebesar 16,45 %, pada proses perebusan dalam air garam menurun hingga 23,22 %, dan pada proses pengukusan menurun sebesar 4,70 %. Diagram batang kadar protein keong mas disajikan pada Gambar 13.

9 35 Gambar 13 Diagram batang kadar protein keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Diagram batang tersebut menunjukkan bahwa metode pengolahan dengan panas memberikan kadar protein yang berbeda dengan keong mas segar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Georgiev et al. (2008) bahwa protein daging bersifat tidak stabil dan dapat terdenaturasi dengan adanya perubahan suhu lingkungan. Pengolahan dengan perebusan menghasilkan kadar protein yang tidak berbeda dengan perebusan dalam air garam. Keduanya merupakan metode pengolahan yang kontak langsung dengan air perebusnya. Protein larut air dalam daging keong mas lebih banyak keluar sehingga kadar protein daging keong yang direbus lebih kecil dibandingkan daging keong yang dikukus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Harikedua (1992) bahwa penurunan kadar protein disebabkan proses hidrolisis protein dalam air rebusan, sehingga protein keluar bersama drip daging. Hidrolisis protein terjadi karena adanya molekul air bergabung ke dalam rantai protein dan ikatan antar asam amino terputus menjadi rantai protein yang lebih pendek. Reaksi hidrolisis protein disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Reaksi hidrolisis protein (Winarno 2008) Perebusan dalam air garam menghasilkan kadar protein paling sedikit. Garam meningkatkan kadar protein larut garam yang keluar dari daging. Garam

10 36 juga dapat mengabsorbsi air dari jaringan daging, memecah ikatan molekul air, dan mengubah sifat alami protein. Hal ini didukung oleh penelitian Selcuk et al. (2010) yang menyatakan bahwa kadar protein, baik bobot basah maupun bobot kering, dapat berubah tergantung jenis spesies dan metode pengolahan. Penelitian lain yang mendukung yaitu Unlusayin et al. (2010) bahwa kadar protein udang segar Penaeus semisulcatus sebesar 83,81% (bk) menurun menjadi 79,15% (bk) setelah mendapat perlakuan perebusan dalam air garam Kadar lemak Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein karena menyumbang kalori sebesar 9 Kkal/gram atau 2 ¼ kali energi dari karbohidrat dan protein (Kusnandar 2010). Kadar lemak daging keong mas yang dianalisis dari penelitian ini yaitu sebesar 0,99% (bb). Nilai tersebut tidak terlalu berbeda dibandingkan penelitian Mulyaningtyas (2011) bahwa kandungan lemak remis sebesar 0,73% (bb). Analisis ragam kadar lemak (Lampiran 14) menunjukkan perbedaan metode pengolahan mempengaruhi kadar lemak keong mas. Uji lanjut Duncan menunjukkan kadar lemak keong mas segar berbeda dengan kadar lemak keong mas setelah dilakukan perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan. Pengolahan menyebabkan penurunan kadar lemak pada proses perebusan sebesar 29,29%, perebusan dalam air garam sebesar 59,60%, dan pengukusan sebesar 20,00%. Diagram batang kadar lemak keong mas disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Diagram batang kadar lemak keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

11 37 Gambar 15 menunjukkan bahwa metode pengolahan dengan panas menghasilkan kadar lemak berbeda dengan keong mas segar. Kadar lemak daging keong mas segar berbeda dengan kadar lemak daging keong mas yang telah mengalami perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan. Pernyataan tersebut didukung oleh Tapotubun et al. (2008) bahwa suhu dan waktu pemanasan memberikan pengaruh pada kadar lemak bahan pangan. Lemak yang berwujud padat pada suhu kamar akan mencair atau bahkan menguap saat terkena panas. Perebusan dan pengukusan diduga mengakibatkan penyusutan kadar lemak. Prabandari et al. (2005) menyatakan bahwa proses pengolahan dengan pemanasan akan memecah komponen-komponen lemak menjadi produk volatil seperti aldehid, keton, alkohol, asam, dan hidrokarbon yang akan menguap saat pemanasan. Penelitian lain yang mendukung yaitu Weber et al. (2008) yang meneliti bahwa kadar lemak silver catfish (Rhamdia quelen) mengalami penurunan sebesar 0,06% setelah direbus, dan Baker et al. (2010) meneliti bahwa ikan Scomberomorus guttatus mengalami penurunan kadar lemak sebesar 0,05% setelah dikukus. 4.5 Kandungan Asam Lemak Keong Mas Asam lemak adalah komponen penyusun lipid berantai panjang yang terdiri dari rantai hidrokarbon, gugus karboksil tunggal, dan memiliki ujung hidrokarbon non polar. Struktur asam lemak tersebut menyebabkan hampir semua lipid tampak berminyak dan tidak larut dalam air. Karakteristik asam lemak tergantung pada panjang rantai dan jumlah ikatan rangkapnya (Hames & Hooper 2005). Analisis asam lemak pada keong mas menunjukkan bahwa kandungan asam lemak pada keong mas tergolong dalam asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal, asam lemak tak jenuh jamak, dan asam lemak tak jenuh majemuk. Asam lemak jenuh tertinggi pada keong mas adalah asam stearat, asam lemak tak jenuh tunggal tertinggi adalah oleat, asam lemak tak jenuh jamak tertinggi adalah linoleat, dan asam lemak tak jenuh jamak rantai panjang tertinggi adalah asam eikosapentanoat (EPA).

12 38 Kandungan asam lemak jenuh pada daging keong mas segar yaitu 18,05%, asam lemak tak jenuh tunggal yaitu 8,65%, asam lemak tak jenuh jamak yaitu 14,16%, dan asam lemak tak jenuh jamak rantai panjang sebesar 8,00%. Metode pengolahan baik perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan menyebabkan penurunan kandungan asam lemak. Kandungan asam lemak pada daging keong mas segar dan setelah perlakuan pengolahan disajikan pada Tabel 5. Adapun kromatogram asam lemak dengan metode Gas Liquid Chromatography pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 16, 17, 18, 19, dan 20. Tabel 5 Kandungan asam lemak keong mas (Pomecea canaliculata) Asam lemak Keong segar (%) Keong rebus (%) Keong rebus garam (%) Keong kukus (%) Asam lemak jenuh tridekanoat (C13:0) 0,13 0,09 0,08 0,09 miristat (C14:0) 2,21 2,05 1,49 1,99 pentadekanoat (C15:0) 0,63 0,49 0,37 0,51 palmitat (C16:0) 4,96 4,11 3,67 4,40 heptadekanoat (C17:0) 1,94 1,67 1,23 1,72 stearat (C18:0) 5,75 4,07 3,41 4,71 arakidat (C20:0) 0,44 0,38 0,36 0,43 heneikosanoat (C21:0) 0,21 0,19 0,19 0,19 behenik (C22:0) 0,99 0,43 0,70 0,94 trikosanoat (C23:0) 0,27 0,17 0,17 0,17 lignoserat (C24:0) 0,52 0,38 0,25 0,51 Total 18,05 14,04 11,93 15,68 Asam lemak tak jenuh tunggal miristoleat (C14:1) 1,00 0,75 0,75 0,87 palmitoleat (C16:1) 0,88 0,81 0,59 0,79 oleat (C18:1) 6,44 3,27 5,30 2,37 cis-11-eikosanoat (C20:1) 0,33 0,32 0,25 0,30 Total 8,65 5,15 6,88 4,33 Asam lemak tak jenuh jamak linoleat (C18:2n6) 6,67 6,06 5,45 6,27 linolenat (C18:3n3) 2,01 1,15 1,47 1,60 arakidonat (C20:4n6) 5,48 4,15 4,04 4,75 Total 14,16 11,36 10,96 12,62 Asam lemak tak jenuh rantai panjang EPA (C20:5n3) 5,14 3,51 2,76 4,95 DHA (C22:6n3) 2,86 2,34 2,37 2,80 Total 8,00 5,84 5,13 7,75

13 39 Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang hanya memiliki ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Tabel 5 menunjukkan bahwa asam lemak jenuh tertinggi pada keong mas adalah asam stearat sebesar 5,75 %. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Fried (1992) yang menyatakan bahwa kandungan asam stearat pada gastropoda Helisoma trivolvis strain Colorado yaitu sebesar 5,9%. Diagram batang kandungan asam stearat keong mas disajikan pada Gambar 16. Gambar 16 Diagram batang kandungan asam stearat keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Hasil uji Duncan (Lampiran 24) menunjukkan bahwa metode pengolahan dengan cara perebusan dan perebusan dalam air garam memberikan pengaruh berbeda terhadap kandungan asam stearat daging keong mas segar. Diagram batang pada Gambar 16 menunjukkan bahwa metode pengolahan dengan panas menyebabkan penurunan kandungan asam stearat pada perebusan sebesar 29,22 % dan perebusan dalam air garam sebesar 39,65 %. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Saldanha & Bragagnolo (2008) bahwa asam lemak jenuh fillet ikan Merluccius hubbsi menurun hingga 39,6% setelah mendapat perlakuan pengolahan dengan panas. Asam stearat merupakan asam lemak jenuh dengan berat molekul tertinggi yang biasanya terdapat pada biji-bijian serta minyak hewan laut (Jacquot 1962).

14 40 Asam stearat merupakan asam lemak jenuh yang dapat memicu hipertensi dan obesitas apabila dikonsumsi secara berlebihan (Witjaksono 2005). Asam lemak tak jenuh tunggal adalah asam lemak yang memiliki satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak tak jenuh tunggal yang ditemukan pada daging keong mas antara lain asam miristoleat, asam palmitoleat, asam oleat, dan asam cis-11-eikosanoat. Asam lemak tak jenuh yang paling dominan dalam daging keong mas adalah asam oleat yaitu sebesar 6,44%. Asam oleat adalah asam lemak esensial yang diperlukan tubuh. Asam oleat sering dikenal dengan omega-9. Kandungan asam oleat pada keong mas tidak berbeda jauh dengan penelitian Fried et al. (1992) yang menyatakan bahwa kandungan asam oleat pada gastropoda Helisoma trivolvis strain Colorado sebesar 6,5%. Analisis ragam kandungan asam oleat (Lampiran 25) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, pengolahan dengan cara perebusan dan pengukusan memberikan pengaruh terhadap kandungan asam oleat daging keong mas segar. Marichamy et al. (2009) menyatakan bahwa komposisi asam lemak pada daging ikan setelah proses pemasakan akan berubah, tergantung pada suhu pengolahan yang digunakan, luas kontak permukaan, ukuran ikan, serta kandungan lemak awal. Diagram batang kandungan asam oleat disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Diagram batang kandungan asam oleat keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

15 41 Hasil uji Duncan (Lampiran 26) kandungan asam oleat daging keong mas segar berbeda nyata dengan daging keong mas yang mendapatkan perlakuan perebusan dan pengukusan. Kandungan asam oleat segar mengalami penurunan sebesar 49,22 % setelah mendapatkan perlakuan perebusan dan penurunan hingga 63,20 % pada perlakuan pengukusan. Penyusutan asam oleat terbesar yaitu pada proses pengukusan. Penyusutan dalam persentase yang besar ini diduga karena waktu pengukusan lebih lama dibandingkan dengan proses perebusan, sehingga kerusakan asam oleat yang terjadi pada keong yang dikukus lebih besar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa perubahan kimia yang terjadi dalam molekul lemak tergantung pada empat faktor yaitu, lamanya pemanasan, suhu pemanasan, adanya akselerator (misalnya oksigen atau hasilhasil proses oksidasi), dan komposisi campuran asam lemak serta posisi asam lemak yang terikat dalam molekul trigliserida (Ketaren 2008). Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh tunggal yang paling banyak ditemukan di alam. Asam oleat berperan sebagai prekursor untuk memproduksi sebagian besar PUFA (Akoh & Min 2008). Fungsi oleat di dalam tubuh adalah sebagai sumber energi, sebagai zat antioksidan untuk menghambat pertumbuhan sel yang tidak normal, menurunkan kadar kolesterol, serta sebagai media pelarut vitamin A, D, E, dan K. Kekurangan asam oleat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada penglihatan, menurunnya daya ingat, serta gangguan pertumbuhan sel otak pada janin dan bayi (Peddyawati 2008). Asam lemak tak jenuh majemuk merupakan asam lemak yang memiliki dua atau lebih ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak tak jenuh majemuk yang ditemukan pada daging keong mas antara lain asam linoleat, asam linolenat, dan asam arakidonat. Asam linoleat berperan sebagai prekursor untuk menghasilkan asam arakidonat. Manusia dan hewan memperoleh asupan asam linoleat dari tumbuhan yang dimakannya (Akoh & Min 2008). Kandungan asam linoleat pada penelitian ini yaitu sebesar 6,67 %. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Go et al. (2002) tentang kandungan asam lemak pada gastropoda air tawar dan laut di sekitar laut Mediterania. Pyrgulia barroisi, salah satu gastropoda air tawar dari danau Tiberias, memiliki kandungan asam linoleat sebesar 6,17 %.

16 42 Hasil analisis ragam (Lampiran 27) menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% metode pengolahan mempengaruhi kandungan asam linoleat daging keong mas. Hasil uji Duncan (Lampiran 28) menunjukkan bahwa kandungan asam linoleat keong mas segar berbeda dengan kandungan asam linoleat daging keong mas setelah mendapatkan perlakuan perebusan dalam air garam, sedangkan metode pengolahan lainnya relatif tidak menyebabkan penurunan kandungan yang signifikan. Diagram batang kandungan asam linoleat keong mas disajikan pada Gambar 18. Gambar 18 Diagram batang kandungan asam linoleat keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Gambar 18 menunjukkan metode pengolahan menyebabkan penurunan kandungan asam linoleat. Pengolahan dengan metode perebusan dalam air garam secara berbeda nyata menurunkan kandungan asam linoleat sebesar 18,29 %. Proses pengolahan dengan panas dapat meningkatkan hidrolisa lemak dan meningkatkan penguraian lemak menjadi asam lemak bebas. Kusnandar (2010) menyatakan bahwa reaksi hidrolisis lemak yang terjadi semakin besar bila ada air dan pemanasan. Hal ini didukung oleh Gladyshev et al. (2006) yang menyatakan bahwa kandungan asam lemak PUFA pada daging ikan mentah menurun secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan pengolahan dengan panas. Proses pengukusan mengakibatkan penurunan asam linoleat lebih sedikit dibandingkan perlakuan perebusan. Hal ini diduga karena metode pemasakan yang berbeda, yaitu daging keong mas pada proses perebusan mengalami kontak

17 43 langsung dengan air rebusan. Daging keong mas pada saat proses perebusan mengalami proses hidrolisis lemak yang lebih besar, sehingga kerusakan asam lemak dan penurunan kuantitas asam lemak juga besar. Metode pengolahan dengan cara pengukusan dapat meminimalisir kehilangan asam lemak linoleat. Asam linoleat merupakan asam lemak esensial sangat penting bagi tubuh manusia. Asam linoleat banyak ditemukan dalam jaringan kulit manusia, berperan memelihara kelembaban epidermis kulit dan meminimalisir hilangnya penguapan air dari epidermis. Defisiensi asam linoleat mengakibatkan kulit kering dan bersisik karena terlalu banyak cairan yang keluar dari kulit. Asam linoleat berperan dalam pertumbuhan, pemeliharaan membrane sel, pengaturan metabolisme kolesterol, dan menurunkan tekanan darah (Iskandar et al. 2010). Asam linolenat merupakan prekursor dalam memproduksi asam lemak omega-3 pada hewan. Kandungan asam linolenat keong mas pada penelitian ini yaitu sebesar 2,01 %. Hasil penelitian Ozugul et al. (2007) tentang perbandingan profil asam lemak ikan air tawar menyebutkan bahwa kandungan asam linolenat pada ikan lele (Clarias gariepinus) sebesar 2,23 %. Diagram batang kandungan asam linolenat keong mas disajikan pada Gambar 19. Gambar 19 Diagram batang kandungan asam linolenat keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Diagram batang tersebut menunjukkan bahwa metode pengolahan dengan panas mengakibatkan penurunan kandungan asam linolenat. Hasil analisis ragam (Lampiran 29) menunjukkan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh

18 44 terhadap kandungan asam linolenat keong mas. Hasil uji Duncan (Lampiran 30) menunjukkan bahwa kandungan asam linolenat keong mas segar berbeda dengan kandungan asam linolenat setelah mendapatkan metode pengolahan dengan panas. Asam linolenat mengalami penurunan setelah perebusan 42,79 %, perebusan dalam air garam garam 26,87 %, dan pengukusan 20,40 %. Penurunan kadar asam lemak dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan lemak, konfigurasi ikatan rangkap, derajat esterifikasi, oksigen, katalis, dan suhu (Kusnandar 2010). Asam linolenat merupakan asam lemak esensial yang mudah rusak oleh reaksi oksidasi dan pemanasan. Penurunan kandungan asam linolenat pada penelitian ini diduga akibat suhu pemasakan yang tinggi, sehingga asam linolenat mengalami degradasi dan membentuk asam lemak rantai pendek. Asam linolenat merupakan asam lemak esensial karena dibutuhkan tubuh, namun tubuh manusia tidak dapat mensintesisnya. Asam linolenat berfungsi menjaga struktural sel. Kekurangan asam linolenat dapat mengganggu kesehatan syaraf dan penglihatan, serta menghambat pertumbuhan. Asam linolenat juga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan vitamin (Witjaksono 2005). Asam arakidonat merupakan hasil desaturasi dan elongasi asam linoleat pada hewan. Desaturasi merupakan proses penambahan ikatan rangkap, sedangkan elongasi merupakan penambahan dua rantai karbon pada asam lemak. Asam arakidonat termasuk salah satu asam lemak esensial sebagai prekursor pembentukan hormon eikosanoid (Akoh & Min 2008). Contoh pembentukan asam lemak melalui proses desaturasi dan elongasi disajikan pada Gambar 20. a b Gambar 20 Proses pembentukan asam lemak (Akoh & Min 2008) (a) DPA (b) DHA

19 45 Kandungan asam arakidonat keong mas segar pada penelitian ini sebesar 5,48 %, tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Go et al. (2002) bahwa kandungan asam arakidonat gastropoda air tawar Thedoxus neritoides sebesar 5,72 %. Diagram batang kandungan asam arakidonat pada keong mas disajikan pada Gambar 21. Gambar 21 Diagram batang kandungan asam arakidonat keong mas; angkaangka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Hasil analisis ragam (Lampiran 31) menunjukkan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh terhadap kandungan asam arakidonat daging keong mas. Hasil uji Duncan (Lampiran 32) menunjukkan bahwa kandungan asam arakidonat keong mas segar berbeda dengan kandungan asam arakidonat keong mas setelah mendapatkan perlakuan perebusan dan perebusan dalam air garam. Pengolahan menyebabkan penurunan asam arakidonat pada proses perebusan sebesar 24,27 % dan perebusan dalam air garam sebesar 26,28 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Turkkan et al. (2008) yang menyatakan kandungan asam arakidonat ikan seabass (Dicentrachus labrax) mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan panas. Pengukusan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kandungan asam arakidonat daging keong mas segar. Pengukusan juga tidak memberikan penurunan kandungan asam arakidonat yang signifikan dibandingkan dengan metode pengolahan panas lainnya. Pengukusan dapat direkomendasikan

20 46 sebagai metode pengolahan yang dapat meminimalisir kehilangan kandungan asam arakidonat dalam bahan pangan. Asam arakidonat merupakan salah satu jenis asam lemak omega-6 yang banyak ditemukan dalam jaringan. Marichamy et al. (2009) menyebutkan bahwa asam arakidonat berperan sebagai penghubung membran fosfolipid. Asam arakidonat juga berperan sebagai prekursor prostaglandin dan tromboksan yang akan mempengaruhi pembekuan darah. Kekurangan asam arakidonat akan memperlambat penyembuhan luka pada jaringan endotel. Asam lemak tak jenuh majemuk rantai panjang yang ditemukan dalam daging keong mas adalah asam eikosapentanoat (Eicosapentanoic acid / EPA) dan asam dokosaheksanoat (Docosahexanoic acid / DHA). Asam eikosapentanoat merupakan turunan dari asam linolenat yang juga merupakan asam lemak utama penyusun minyak ikan. Menurut Mariachamy et al. (2010) perbedaan kandungan asam lemak dalam ikan disebabkan oleh pakan yang dikonsumsinya (berupa tumbuhan air dan plankton), habitat, dan suhu perairan. Kandungan EPA keong mas segar dalam penelitian ini yaitu sebesar 5,14 %, tidak jauh berbeda dengan penelitian Ozugul et al. (2007) yang menyatakan bahwa kandungan EPA pada ikan Siluris glanis sebesar 5,34 %. Diagram batang kandungan EPA keong mas disajikan pada Gambar 22. Gambar 22 Diagram batang kandungan EPA keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

21 47 Diagram batang tersebut menunjukkan bahwa metode pengolahan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan EPA. Kandungan EPA daging keong mas segar mengalami penurunan yang nyata setelah mendapatkan perlakuan dengan perebusan dan perebusan dalam air garam (Lampiran 34). Persentase penurunan kandungan EPA pada proses perebusan yaitu sebesar 31,72 % dan perebusan dalam air garam sebesar 46,30 %. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Gladyshev et al. (2007) yang menyatakan bahwa ikan segar jenis tilapia madagaskar memiliki kandungan EPA 3 % dan mengalami penurunan kandungan EPA hingga 1 % setelah mendapatkan perlakuan pemanasan. Kandungan EPA setelah pengukusan tidak berbeda nyata dengan kandungan EPA daging keong mas segar. Pengukusan dapat meminimalisir penurunan kandungan EPA, sehingga diduga metode pengolahan dengan pengukusan juga dapat mempertahankan kadar asam lemak lain dalam bahan pangan. Asam dokosaheksanoat (Docosahexanoic acid / DHA) juga merupakan asam lemak tak jenuh majemuk rantai panjang turunan dari asam linolenat. Asam lemak DHA terdapat pada beberapa jaringan tubuh, sehingga berperan membantu proses fisiologis tubuh serta menjadi komponen yang esensial bagi sel tertentu seperti sel retina dan sel otak (Akoh & Min 2008). Kandungan DHA daging keong mas pada penelitian ini yaitu sebesar 2,86 %. Nilai ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Fried et al (1992) yang menyatakan bahwa kandungan DHA pada gastropoda Helisoma trivolvis sebesar 2,00 %. Diagram batang kandungan DHA pada daging keong mas disajikan pada Gambar 23.

22 48 Gambar 23 Diagram batang kandungan DHA keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Hasil analisis ragam (Lampiran 35) menunjukkan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh terhadap kandungan DHA daging keong mas. Uji lanjut Duncan (Lampiran 36) menunjukkan bahwa kandungan DHA keong mas segar berbeda dengan kandungan DHA keong mas setelah perebusan dalam air garam. Pengolahan mengakibatkan penurunan kandungan DHA setelah perebusan dalam air garam sebesar 35,66 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gladyshev et al. (2007) bahwa ikan segar jenis tilapia madagaskar memiliki kandungan DHA cukup tinggi dan mengalami penurunan kandungan DHA 11 % setelah pengolahan. Asam lemak esensial seperti EPA dan DHA sensitif terhadap sinar, suhu, dan oksigen, sehingga EPA dan DHA menurun setelah pengolahan. Asam lemak EPA dan DHA adalah salah satu contoh asam lemak omega-3 yang esensial untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh tetap optimal. Ozugul et al. (2007) mengemukakan bahwa penambahan asam lemak tak jenuh omega-3 dapat meningkatkan nilai gizi dan melawan penyakit degeneratif. Peran lain dari EPA dan DHA yaitu dapat meningkatkan kecerdasan otak, membantu masa pertumbuhan, menjaga kesehatan mata, serta menurunkan kadar gliserida. Gladyshev et al. (2006) menyebutkan bahwa sumber EPA dan DHA didapatkan dari ikan dan kekerangan, udang, invertebrata, dan makroalga. Penelitian Mahaffey (2004) menunjukkan bahwa DHA merupakan komponen membran struktural lemak yang memperkaya komponen fosfolipid pada retina

23 49 dan membran nonmyelin pada sistem syaraf. Asam eikosapentanoat merupakan prekursor omega-3 eikosanoat yang dapat mencegah penyakit jantung koroner dan thrombosis. Bayi yang kekurangan asam lemak omega-3 akan mengalami penghambatan proses pembentukan sel neuron, sehingga bayi bisa cacat dan mengalami proses tumbuh kembang sel yang kurang optimal. Keong mas segar memiliki perbandingan asam lemak omega 3:6:9 sebesar 1 : 1,2 : 0,6. World Health Organization (2003) dalam OSU (2012) merekomendasikan rasio Omega 3:6:9 yang dikonsumsi sebesar 0,6 : 1,7 : 0,7. Rasio omega 3:6:9 keong mas lebih baik dari rasio yang dianjurkan. Konsumsi bahan pangan lain dapat membantu menyeimbangkan rasio omega 3:6:9 yang diperlukan tubuh. United Kingdom Health Department dalam HMSO (1994) merekomendasikan perbandingan omega 6:3 ideal dengan kadar maksium 40. Rasio omega 6:3 yang terkandung dalam keong mas yaitu sebesar 1,2. Kandungan asam lemak omega 6 dan omega 3 daging keong mas dalam penelitian ini sangat baik dan sesuai dengan rasio yang dianjurkan. Menurut FAO (2008), asam-asam lemak omega-6 dan omega-3 berperan sebagai prekursor atau bahan baku senyawa eikosanoid, yaitu senyawa yang sangat reaktif. Senyawa eikosanoid yang dihasilkan oleh lemak omega-6 dan omega-3 berkompetisi sebagai prekursor eikosanoid dan juga berbeda peran biologisnya sehingga keseimbangan antara kedua asam lemak tersebut dalam makanan sehari. 4.6 Kandungan Kolesterol Keong Mas Kolesterol merupakan sterol penting untuk membentuk membran sel dan komponen sel otak maupun syaraf. Tubuh manusia mengandung kolesterol sebanyak + 0,2 % dari total berat tubuh. Kolesterol berperan sebagai prekursor hormon steroid seperti progesteron, testosteron, dan kortisol. (Hames & Hooper 2005). Hasil analisis ragam (Lampiran 39) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % metode pengolahan memberikan pengaruh terhadap kandungan kolesterol keong mas. Uji Duncan (Lampiran 40) menunjukkan bahwa kandungan kolesterol keong mas segar berbeda dengan kandungan kolesterol

24 50 keong mas setelah perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan. Pengolahan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan kolesterol pada pengolahan perebusan (25 %), perebusan dalam air garam (33,33 %), dan pengukusan (58,33 %). Wells et al. (1987) mengemukakan bahwa penurunan kandungan kolesterol bahan pangan karena pemberian panas menyebabkan kolesterol terurai menjadi komponen lebih sederhana bersamaan dengan terlepasnya air dari bahan dan menguapnya senyawa volatil yang dihasilkan, meliputi alkohol dan hidrokarbon. Kandungan kolesterol daging keong mas yang mendapatkan perlakuan pengukusan mengalami penurunan paling besar terkait dengan suhu pengukusan dan lama pengukusan yang lebih lama dibandingan metode lain. Perebusan dan perebusan dalam air garam mengalami penurunan kolesterol yang lebih sedikit, karena kolesterol tidak larut dalam air. Diagram batang kandungan kolesterol keong mas disajikan pada Gambar 24. Gambar 24 Diagram batang kandungan kolesterol keong mas; angka-angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) Kandungan kolesterol keong mas segar pada penelitian ini sebesar 118,50 mg/100 gr. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Prasastyane (2009) yang menyatakan bahwa kandungan kolesterol daging kijing yaitu sebesar 83,40 mg/100 gr. Kandungan kolesterol yang berbeda ini menurut Sampaio et al. (2006) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu spesies, ketersediaan makanan, umur, seks, suhu air, lokasi geografis, dan musim. Kolesterol diperlukan dalam pembentukan asam empedu, asam folat, dan progesteron. Kolesterol dalam darah berasal dari dua sumber, yaitu makanan dan

25 51 hasil sintesis oleh tubuh. Sintesis kolesterol dalam tubuh terjadi dalam hati dengan bahan utama karbohidrat, protein, dan lemak. Kadar kolesterol yang disintesis tergantung kebutuhan dan jumlah kolesterol makanan (Achadi 2007). 4.7 Penentuan Metode Pengolahan Terbaik Pengolahan dengan panas menurunkan kandungan gizi suatu bahan pangan. Perebusan, perebusan dalam air garam, dan pengukusan menyebabkan terjadinya penurunan pada komposisi proksimat, asam lemak, dan kolesterol daging keong mas pada penelitian ini. Penurunan komposisi kimia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu adanya proses hidrolisa, kelarutan dalam air, dan penguapan komponen yang telah terurai. Proses pengolahan dengan panas dimana daging keong mas kontak langsung dengan air perebusnya, kemungkinan menurunkan komposisi kimia paling besar, karena selain terjadi proses hidrolisis, kelarutan dalam air dan penguapan yang terjadi pada komponen gizi juga besar. Pengolahan menggunakan pengukusan memiliki tingkat kehilangan nilai gizi lebih kecil, karena tingkat kelarutan komposisi kimia keong mas dalam air sangat kecil dan kehilangan komponen gizi hanya dipengaruhi tingkat penguapan komponen gizi yang telah terurai. Persentase penurunan asam lemak total pada perebusan sebesar 25,50 %, perebusan dalam air garam sebesar 28,57 %, dan pengukusan sebesar 16,13 %. Persentase penurunan kandungan kolesterol pada perebusan sebesar 25,00 %, perebusan dalam air garam sebesar 33,33 %, dan pengukusan sebesar 58,33 %. Metode pengukusan merupakan perlakuan terbaik dalam penelitian ini karena memberikan persentase penurunan asam lemak paling sedikit dan penurunan kolesterol paling tinggi. Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada masyarakat bahwa untuk memperoleh asupan asam lemak yang paling baik, namun dengan kandungan kolesterol yang kecil dari keong mas, sebaiknya masyarakat mengolah keong mas dengan cara pengukusan. Rekapitulasi perubahan kandungan asam lemak dan kolesterol pada keong mas segar dan setelah proses pengolahan disajikan pada Tabel 6.

26 Tabel 6 Kandungan asam lemak dan kolesterol serta presentase penyusutan akibat proses pengolahan pada keong mas Parameter Total (%) Metode pengolahan Segar Perebusan Perebusan dalam air garam Pengukusan Persentase penyusutan (%) Total (%) Persentase penyusutan (%) Total (%) Persentase penyusutan (%) Total (%) Persentase penyusutan (%) Asam tridekanoat 0,13-0,09 28,89 0,08 37,51 0,09 26,65 Asam miristat 2,21-2,05 7,01 1,49 32,32 1,99 9,85 Asam pentadekanoat 0,63-0,49 22,27 0,37 41,30 0,51 19,01 Asam palmitat 4,96-4,11 17,21 3,67 26,00 4,40 11,18 Asam heptadekanoat 1,94-1,67 13,64 1,23 36,79 1,72 11,27 Asam stearat 5,75-4,07 29,27 3,41 40,74 5,31 7,72 Asam arakidat 0,44-0,38 12,82 0,36 17,76 0,43 2,13 Asam heneikosanoat 0,21-0,19 9,73 0,19 7,09 0,19 5,43 Asam behenik 0,99-0,43 56,07 0,70 28,61 0,94 4,99 Asam trikosanoat 0,27-0,17 39,64 0,17 37,30 0,17 36,02 Asam lignoserat 0,52-0,38 26,19 0,25 51,68 0,51 2,59 Asam lemak jenuh 18,05-14,04 22,22 11,93 33,89 16,28 9,81 Asam miristoleat 1,00-0,75 24,61 0,75 24,90 0,87 12,71 Asam palmitoleat 0,88-0,81 8,49 0,59 33,57 0,79 10,14 Asam oleat 6,44-3,27 49,15 5,30 17,74 2,37 63,22 Asam eikosanoat 0,33-0,32 3,06 0,25 24,88 0,30 9,06 Asam lemak tak jenuh tunggal 8,65-5,15 40,42 6,88 20,46 4,33 49,92 Asam linoleat 6,67-6,06 9,11 5,45 9,11 6,27 6,03 Asam linolenat 2,01-1,15 42,90 1,47 42,90 1,60 20,61 Asam arakidonat 5,48-4,15 24,22 4,04 24,22 4,75 13,30 Asam lemak tak jenuh jamak 14,16-11,36 19,76 10,96 19,76 12,62 10,91 EPA 5,14-3,51 31,85 2,76 13,85 4,95 3,71 DHA 2,86-2,34 18,27 2,37 18,27 2,80 2,01 Asam lemak tak jenuh rantai panjang 8,00-5,84 27,00 5,13 27,00 7,75 3,10 Total asam lemak 48,86-36,40 25,51 34,90 28, ,13 Kolesterol 0,12-0,09 25,00 0,08 33,33 0,05 58,33

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Keong mas (Pomacea canaliculata) a) (Afrianty 2010) b) (Sarwoedi 2009)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Keong mas (Pomacea canaliculata) a) (Afrianty 2010) b) (Sarwoedi 2009) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Keong Mas (Pomacea canaliculata) Keong mas (Pomacea canaliculata) adalah siput sawah dengan warna cangkang keemasan yang dianggap sebagai salah satu hama

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini berwarna putih keperakan dengan sedikit warna merah di sisi sirip-siripnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran morfometrik keong matah merah Parameter No Panjang (cm) Lebar (cm) Berat (gram)

Lampiran 1. Pengukuran morfometrik keong matah merah Parameter No Panjang (cm) Lebar (cm) Berat (gram) LAMPIRAN 54 55 Lampiran 1. Pengukuran morfometrik keong matah merah Parameter No Panjang (cm) Lebar (cm) Berat (gram) Tinggi (cm) 1 3,8 1,8 5 1,3 2 3,7 1,7 5 1,8 3 3,7 1,7 4 1,7 4 4,2 2,1 7 1,7 5 3,7 1,8

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Belut Sawah Belut sawah biasanya hidup di tempat yang berlumpur tetapi pada kolam budidaya belut ditempatkan pada tong besar. Belut diberi media irisan batang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu menu makanan yang populer dan disenangi banyak kalangan. Hal ini karena ikan adalah produk strategis yaitu potensi produksi sangat besar,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 4 1.1 Ikan Teri Galer (Stolephorus indicus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang tinggi dan kesadaran masyarakat dalam pemenuhan gizi tenyata telah meninggkatkan permintaan akan daging. Beberapa alternative

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Diagram pie rendemen remis (Corbicula javanica) segar

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Diagram pie rendemen remis (Corbicula javanica) segar 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rendemen Remis (Corbicula javanica) Perhitungan rendemen berdasarkan persentase perbandingan antara berat akhir dengan berat awal proses. Semakin besar rendemennya maka semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfometrik dan Rendemen Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) Keong matah merah yang diperoleh memiliki tubuh yang simetris bilateral, cangkang berbentuk kerucut berwarna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. Protein adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh unsur atau keadaan gizi yang seimbang. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI Afifa Ayu, Farida Rahmawati, Saifudin Zukhri INTISARI Makanan jajanan sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) JENIS LIPID 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) Lipid Definisi Lipid adalah Senyawa organik yang dibentuk terutama dari alkohol dan asam lemak yang digabungkan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak PENGANTAR Latar Belakang Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan berguna bagi kesehatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Purata kadar air (% ± SE) tempe dengan penambahan tepung belut dan variasi usar tempe berkisar antara 60,37 ±

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

Gambar 1 Ikan Cobia (Rachycentron canadum) (Sumber: MFB 2008).

Gambar 1 Ikan Cobia (Rachycentron canadum) (Sumber: MFB 2008). 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan cobia (Rachycentron canadum) Ikan cobia adalah jenis ikan berukuran besar termasuk ikan pelagis besar yang terdistribusi di perairan estuari, subtropis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Pada suhu kamar : - lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna coklat. Bekatul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup serta pola konsumsi makanan pada masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, terhadap selera produk pangan yang cenderung lebih menyukai sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN Bahan baku pada penelitian ini adalah buah kelapa segar yang masih utuh, buah kelapa terdiri dari serabut, tempurung, daging buah kelapa dan air kelapa. Sabut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P Lipid Dr. Ir. Astuti,, M.P Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer Suatu molekul dikategorikan dalam lipid karena : mempunyai kelarutan yg rendah di dlm air larut dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI Nurhidajah 1, Syaiful Anwar 2, Nurrahman 2 Abstrak Pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam budidaya, Dramaga, Bogor. Ikan patin yang digunakan berupa sampel segar utuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta )

STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta ) STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta ) Ella Salamah *, Hendarwan ** dan Yunizal *** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER. Abstrack

FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER. Abstrack FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER By Jonny Alamsyah 1), Mirna Ilza 2) dan Syahrul 2) Abstrack This research was conducted to evaluate fatty acid profile of pond

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering Uji pembedaan segitiga dilakukan untuk melihat perbedaan ikan teri hasil perlakuan dengan ikan teri komersial.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi

Lebih terperinci