Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol dalam pakan buatan setiap periode (minggu) menghasilkan pertambahan rata-rata bobot individu yang berbeda (Lampiran 8). Bertambahnya bobot individu menunjukan pakan uji direspon oleh benih lele Sangkuriang. Rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele Sangkuriang tertinggi sebesar 1.24 gram diperoleh dari benih Lele Sangkuriang yang diberi pakan buatan dengan tingkat penggunaan limbah ikan tongkol sebesar 25 %, sedangkan rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele Sangkuriang terendah diperoleh dari benih lele Sangkuriang yang diberi pakan buatan dengan tingkat penggunaan limbah ikan tongkol sebesar 20 %, yaitu sebesar 0,69 gram (Lampiran 9). Berdasarkan data hasil analisis ragam, menunjukan bahwa penambahan limbah ikan tongkol dalam formulasi pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian lele Sangkuriang (Lampiran 10). Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan harian pada perlakuan kontrol dan penggunaan tepung limbah ikan tongkol sebesar 25% sedangkan penggunaan limbah ikan tongkol 20% dan 30% tidak memberikan pengaruh nyata (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian Benih Lele Sangkuriang Perlakuan Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % Ikan Tongkol (%) A 0 1,15b B 20 0,69a C 25 1,24b D 30 0,74a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95 % Rata-rata bobot individu benih lele Sangkuriang pada setiap perlakuan meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan (Gambar 3). 22

2 Bobot Rata-rata Individu (g) A (0%) B (20%) C (25%) D (30%) Periode (Minggu ke-) Gambar 3. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Ikan Lele Sangkuriang pada Setiap Periode Pengamatan Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa perlakuan pakan C (penggunaan limbah ikan tongkol sebesar 25%) menghasilkan pertumbuhan yang tertinggi dengan rata-rata laju pertumbuhan lele Sangkuriang sebesar 1,24 dan kemudian diikuti oleh perlakuan A (tanpa penggunaan limbah ikan tongkol) sebesar 1,15, perlakuan D (penggunaan tepung limbah ikan tongkol 30% dalam pakan) sebesar 0,74 dan perlakuan B (penggunaan tepung limbah ikan tongkol 20% dalam pakan) sebesar 0,69. Pola peningkatan rata-rata bobot ikan mengikuti pola pertumbuhan sigmoid (Effendi, 1997), pertumbuhan pada fase awal dari hidup ikan mula-mula berjalan lambat kemudian pada fase tertentu pertumbuhan akan meningkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada periode awal, pertumbuhan berjalan lambat kemudian mulai meningkat dengan cepat pada periode-5 dan ke-6 atau pada hari ke-30 sampai hari ke-42 pemeliharaan. Hal ini diduga pada awal peiode benih lele Sangkuriang masih dalam tahap adaptasi dalam mencerna makanan yang diberikan. Perkembangan saluran pencernaan menyebabkan peningkatan kemampuan mencerna nutrient dalam pakan oleh benih lele Sangkuriang. Terjadinya penambahan bobot rata-rata benih Lele Sangkuriang mengindikasikan bahwa pakan yang diberikan telah memenuhi kebutuhan pemeliharaan (maintenance) benih lele Sangkuring. Hal ini didukung oleh Lovell (1989) yang menyatakan bahwa energi dari pakan akan digunakan oleh ikan untuk kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan selebihnya untuk pertumbuhan,

3 24 sehingga dengan terjadinya pertumbuhan maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan pemeliharaan (maintenance) ikan untuk hidup telah terpenuhi. Kenaikan bobot ikan pada setiap perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa seluruh ikan uji mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh kandungan energi dalam pakan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan ikan untuk maintenance dan aktivitas tubuh lainnya. Kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi dahulu sebelum terjadinya pertumbuhan (Lovell 1989). Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan baik bobot maupun panjang dalam satu periode tertentu. Secara fisik pertumbuhan adalah perubahan panjang, bobot dan lebar tubuh. secara kimia, perubahan dilihat dai peningkatan kandungan protein, lemak, karbohidrat abu dalam air dan air dalam tubuh ikan, Sedangkan secara energi, pertumbuhan dapat dilihat dari peningkatan energi dalam tubuh ikan (Halver, 2002). Menurut Alava dan Lim (1983) bahwa pakan yang komponennya terdiri dari dua atau lebih sumber protein dapat memicu pertumbuhan ikan selama penggabungan itu saling melengkapi sehingga akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pakan yang hanya mengandung satu sumber protein. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), untuk mencapai keseimbangan nutrisi dalam pakan, sebaiknya digunakan protein yang berasal dari sumber nabati dan hewani secara bersama-sama. Pada tingkat penggunaan tepung limbah ikan 20 % diperoleh laju pertumbuhan harian yang paling rendah. Hal ini disebabkan oleh kandungan serat kasar yang ada dalam pakan yang mengandung tepung limbah ikan tongkol sebesar 20 % berada diatas batas toleransi untuk benih lele sangkuriang yaitu sebesar 8,62 % (Tabel 7). Menurut Mudjiman (1994), toleransi serat kasar dalam pakan ikan adalah 8 %. Dengan demikian, pakan akan sulit dicerna, sehingga akan menghambat pertumbuhan walaupun kesehatan ikan tidak terganggu. Pemberian pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat mengurangi laju pertumbuhan karena penyerapan zat makanan berkurang. Menurut Sriharti dkk. (1989), ikan tidak memiliki enzim yang dapat mencerna serat, oleh karena itu pakan dengan tingkat penggunaan 20 % tepung limbah ikan tongkol memiliki

4 25 laju pertumbuhan yang paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Begitu juga dengan penggunaan tepung limbah ikan 30% diperoleh laju pertumbuhan harian menurun karena mengandung serat kasar sebesar 8, 22. Secara umum ikan dapat mentoleransi serat sebanayak 8% dalam pakan, tetapi kadar 3-5% serat merupakan kadar paling baik untuk mendukung pertumbuhan (NRC, 1993). Kadar serat yang lebih rendah akan mempermudah benih ikan lele Sangkuriang dalam mencerna dan menyerap sari-sari makanan. Serat kasar yang terdapat dalam pakan sebagian besar tidak dapat dicerna oleh ikan. Semakin kecil nilai serat kasar, maka akan lebih mudah dicerna. Serat sebenarnya tidak termasuk sebagai zat gizi yang diperlukan karena sulit dicerna, namun serat kasar dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk membantu ikan dalam sistem ekskresi yaitu membentuk gumpalan kotoran/feses sehingga mudah dikeluarkan dari usus (Mudjiman, 1998). Hal ini didukung oleh Hepher (1988) yang menyatakan bahwa serat kasar dalam pakan akan meningkatkan gerak peristaltik usus, sehingga keberadaan serat cukup membantu hingga batas tertentu. Menurut Suryanti (2002) kemampuan benih ikan dalam mencerna pakan terutama pakan buatan sangat bergantung kepada kelengkapan alat pencernaan termasuk ketersediaan enzim pencernaan, sehingga jika pemberian pakan buatan tidak pada waktu yang tepat berdasarkan ketersediaan enzim pencernaannya, maka benih tidak mampu mencerna dan memanfaatkan pakan buatan secara optimal, sehingga pada masing-masing perlakuan mengalami pertumbuhan yang lambat dan tidak optimal. Selain itu juga pakan yang diberikan mengandung kadar protein rata-rata 20% (Tabel 8). Tabel 8. Kandungan Nutrisi Pakan pada Setiap Perlakuan Kandungan Pellet Air (%) Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Energi (%) A B C D Sumber : Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak UNPAD 2013.

5 26 Menurut Mulyani (2004) pertumbuhan dan konversi pakan yang baik diperoleh apabila benih ikan diberi pakan dengan kadar protein 42%, hal ini diduga karena kadar protein pakan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan optimal benih ikan lele sangkuriang sehingga pertumbuhan ikan tidak terlalu optimum. Protein pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan sebagai penyedia asam amino yang akan dimetabolisme oleh tubuh. Oleh karena itu, kelengkapan asam amino essensial dan asam amino non essensial dalam bahan pakan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan. Kandungan protein yang tinggi tidak selamanya menjamin adanya asam amino esensial yang mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan ikan. Kelengkapan asam amino esensial dan asam amino non esensial dalam pakan dengan ketersediaan yang cukup memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan (Buwono, 2002). Watanabe (1998) menyatakan bahwa protein merupakan salah satu zat makanan yang dibutuhakan ikan sangat perlu dipenuhi guna mencapai pertumbuhan yang optimum. Menurut Hadi dkk (2009) menyatakan bahwa asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan adalah arginin, lisin dan histidin. Arginin merupakan asam amino yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan optimal ikan muda. Histidin merupakan asam amino esensial bagi pertumbuhan larva dan anakanak ikan. Histidin diperlukan untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Pakan dengan tingkat penggunaan 25 % tepung limbah ikan tongkol menghasilkan nilai laju pertumbuhan tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, hal ini karena perlakuan C mengandung protein yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lain. Begitu juga dengan perlakuan A (kontrol) sama dengan pelakuan C tapi berbeda nyata dengan B dan D, selain itu juga karena perlakuan A dan C mengandung serat kasar dibawah toleransi sehingga pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan perlakuan B dan D. Menurut Alava dan Lim (1983) bahwa pakan yang komponennya terdiri dari dua atau lebih sumber protein dapat memicu pertumbuhan ikan selama

6 27 penggabungan itu saling melengkapi sehingga akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pakan yang hanya mengandung satu sumber protein. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), untuk mencapai keseimbangan nutrisi da dalam pakan, sebaiknya digunakan protein yang berasal dari sumber nabati dan hewani secara bersama-sama. 4.2 Rasio Konversi Pakan Lele Sangkuriang Rasio konversi onversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Rasio konversi onversi pakan menunjukkan efektivitas pemanfaatan pakan untuk diubah menjadi daging. Hasil penelitian menunjukan bahwa, perlakuan A (kontrol) dan perlakuan C (25% limbah ikan tongkol dalam pakan) menunjukan bahwa hasil nilai konversinya lebih renda rendah sedangkan perlakuan B (20% limbah ikan tongkol dalam pakan) dan D (30% limbah ikan tongkol dalam pakan) menunjukan nilai konversi yang tertinggi Rasio konversi Pakan (Gambar 4) A (0%) B (20%) C (25%) D (30%) Penggunaan Limbah Ikan Tongkol (%) Gambar 4. Grafik Rata Rata-rata rata Konversi Pakan Benih Ikan Lele Sangkuriang untuk Berbagai Penggunaan Pengg Limbah Ikan Tongkol dalam Pakan Pada Gambar 6 terlihat bahwa rata-rata rata rata nilai konversi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan B (20% limbah ikan tongkol dalam pakan) yaitu 10,23 dan perlakuan D (30% limbah ikan tongkol dalam pakan), yaitu 7,42 ssedangkan yang paling rendah adalah pada perlakuan A (kontrol) yaitu 1,76 dan perlakuan C (25% limbah ikan tongkol dalam pakan) yaitu 3,51. Pakan dengan perlakuan A dan C menunjukan nilai konversi pakan yang baik bagi benih Ikan lele

7 28 Sangkuriang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pascual (1984) yang menjelaskan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan, maka semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit. Selanjutnya New (1986) menyatakan bahwa konversi pakan sangat diperlukan untuk mengetahui baik tidaknya mutu pakan yang diberikan pada ikan yang dipelihara. Rasio konversi pakan pada perlakuan A (kontrol) dan perlakuan C (25% limbah ikan tongkol dalam pakan) memiliki nilai yang cukup baik berkisar antara 1,76 3,51 sebagaimana yang dikemukakan oleh Mudjiman (2008) bahwa rasio konversi pakan buatan untuk udang dan ikan berkisar antara 2,0 sampai 2,5 semakin kecil rasio konversi pakan semakin efisien penggunaan pakannnya. Rendahnya nilai konversi pakan menunjukan optimalnya kemampuan ikan dalam mencerna dan mengabsorbsi pakan yang diberikan, sehigga mampu mengubah pakan secara optimal menjadi daging. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat penggunaan tepung limbah ikan tongkol dalam pakan buatan berpengaruh nyata (Fhitung>Fhitung) terhadap konversi pemberian pakan (Lampiran 13). Berdasarkan Hasil uji jarak berganda Duncan memperlihatkan bahwa konversi pakan benih lele Sangkuriang pada perlakuan A (kontrol) dan perlakuan B (20% limbah ikan tongkol dalam pakan) berbeda nyata sedangkan perlakuan C (25% limbah ikan tongkol dalam pakan) dan perlakuan D (30% limbah ikan tongkol dalam pakan) tidak berbeda nyata (Tabel 9). Tabel 9. Rata-rata Konversi Pakan Benih Lele Sangkuriang Rasio Konversi Pakan Tingkat Penggunaan Perlakuan Limbah Ikan Tongkol (%) Data Asli Data Transformasi A 0 1,76 7,60a B 20 10,23 18,06b C 25 3,51 10,62ab D 30 7,42 14,77ab Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh hurup yang tidak sama berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf kepercayaan 95%.

8 29 Tabel 9 menunjukan bahwa konversi pakan selaras dengan laju pertumbuhan harian pada setiap perlakuan. Konversi pakan terbaik diperoleh pada pakan kontrol (perlakuan A) dan perlakuan C (25% limbah ikan tongkol dalam pakan) kemudian diikuti oleh perlakuan D (30% limbah ikan tongkol dalam pakan) dan perlakuan B (20% limbah ikan tongkol dalam pakan). Pakan kontrol A dan perlakuan C memiliki nilai konversi pakan terbaik dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut optimal untuk diberikan dan dapat dimanfaatkan serta dicerna dengan baik oleh benih lele Sangkuriang. Perlakuan B (20% limbah ikan tongkol dalam pakan) dan D (30% limbah ikan tongkol dalam pakan) rasio konversinya tinggi, hal ini terjadi karena serat kasar pada perlakuan B dan D melebihi batas toleransi. Menurut Nayoan (1993) bahwa makanan atau pakan yang berkadar serat tinggi akan menurunkan daya cerna protein dan energi. Selain itu juga menurut Helver (1989) serat kasar yang tinggi dan lemak yang tinggi dapat menurunkan konsumsi pakan. Selain faktor serat kasar pada setiap perlakuan sehingga mengakibatkan perlakuan B dan D pertumbuhannya lambat/kurang (konversi pakannya naik) adalah kadar abu, diperkirakan kadar abu yang terlalu tinggi pada pakan mengakibatkan daya cerna pakan oleh ikan lele kurang di manfaatkan oleh tubuhnya sehingga konversinya tinggi. Menurut Anggorodi (1994), abu merupakan zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam bahan makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat-zat organik dan kemudian menimbang sisanya. Suatu bahan pakan bila dibakar pada suhu 550 sampai 600 O C selama beberapa waktu maka semua zat organiknya akan terbakar sempura menghasilkan oksida yang menguap yaitu berupa CO 2, H 2 O dan gas-gas lain, sedangkan yang tertinggal tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu. Menurtu Winarno (1997) abu adalah unsur mineral atau zat anorganik yang terkandung dalam pangan. Abu juga merupakan zat dalam bahan pangan selain air dan bahan organik. Abu dan mineral dalam tulang ikan berasal dari tulang-tulang ikan. Toleransi abu dalam pakan ikan maksimal 15% (Anonim, 2012) dalam (2010), semakin tinggi abu dalam pakan semakin banyak jumlah

9 30 pakan yang tidak tercerna. Pada pakan B dan D sumbangan abu terbesar oleh tepung ikan yaitu sebesar 37,36% dan tepung limbah ikan tongkol sebesar 30,37%. Meningkatnya rasio konversi pakan sehingga pakan yang diberikan kurang dicerna oleh tubuh ikan pada setiap perlakuan dipengaruhi juga oleh kandungan garam (NaCl) yang terlalu tinggi dari limbah ikan tongkol hasil pemindangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian NaCl pada pakan yang terlalu banyak berakibat buruk pada penambahan bobot (Anonim, 2012). Selain itu juga dipengaruhi oleh kandungan phospor (P) dan calsium (Ca) yang terlalu tinggi dari tulang tepung ikan dan tepung limbah ikan tongkol. Kandungan phospor (P) dan calsium (Ca) dalam pakan yang terlalu tinggi mengakibatkan efisiensi pakan akan turun (Anonim, 2012). Menurut Hernawati (2000) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas pakan adalah bahan baku yang digunakan dalam menyusun pakan, bahan baku yang terdapat dalam pakan merupakan sumber nutrisi yang sangat penting untuk ikan tetapi kegunaannya akan sangat rendah apabila bahan baku tersebut tidak dapat dicerna atau diserap oleh tubuh. Kualitas pakan yang baik yang disertai pemberian jumlah dan frekuensi yang tepat akan dapat menghasilkan konversi yang terbaik. Schmittou (1991) menyatakan bahwa konversi pakan berhubungan dengan beberapa faktor seperti mutu pakan, kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas air, sedangkan menurut Djajasewaka (1985) konversi pakan berhubungan dengan kualitas pakan, dimana kualitas pakan dipengaruhi oleh daya cerna atau daya serap ikan terhadap pakan yang dikonsumsi. Minggawati (2006) menyatakan bahwa konversi pakan dan laju pertumbuhan juga bergantung pada kandungan nutrien yang terdapat pada pakan, untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pakan ikan harus mengandung gizi yang cukup. Makanan ikan sebagian besar dipergunakan sebagai sumber energi dan mempertahankan kondisi tubuhnya, sedangkan selebihnya digunakan untuk pertumbuhannya.

10 31 Penambahan limbah ikan tongkol pada formulasi pakan menghasilkan pakan yang relatif murah dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan limbah ikan tongkol, dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perhitungan Biaya Pakan Harga Pakan A (0%) Pakan B (20%) Pakan C (25%) Pakan D (30%) No Nama Pakan Bahan (Rp/kg) Harga Pakan (Rp/kg) Harga Pakan (Rp/kg) Harga Pakan (Rp/kg) Harga Pakan (Rp/kg) 1 Tepung Ikan 10,000 4,075 2,940 2,560 2,240 2 Limbah Ikan Tongkol 2, Tepung bungkil Kedelai 8,000 3,260 2,352 2,048 1,792 4 Tepung Jagung Kuning 4, Dedak Halus 2, Tapioka 5, Vitamin 3, Minyak Ikan 2, Total Biaya 8,041 6,486 5,987 5,511 Berdasarkan Tabel 10. setelah dilakukan perhitungan kotor (belum termasuk biaya pemakaian listrik dan pembuatan alat) lebih murah pada perlakuan D sebesar Rp 5.511,- sedangkan perlakuan yang paling mahal pada perlakuan A sebesar Rp 8.401,-. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup ikan (Effendi, 1997). Parameter kualitas air yang paling banyak berperan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah sushu, ph, oksigen terlarut dan amonia. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali selama penelitian, yaitu hari ke-0, hari ke-21 dan hari ke-42 terhadap kualitas air (suhu, ph, DO dan Ammonia) pada setiap perlakuan berada dalam kondisi yang ideal untuk pertumbuhan benih ike lele sangkuriang (Lampiran 16), sehingga pertumbuhan ikan tidak terganggu. Pakan sangat

11 32 menentukan hasil yang akan diperoleh dalam budidaya ikan, karena ikan yang diberi pakan dengan kualitas yang baik akan tumbuh dengan baik pula. Rata-rata suhu selama penelitian relatif stabil pada suhu 28,17-28,25 o C. Nilai tersebut masih dalam kisaran suhu ideal untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan pertumbuhan ikan tidak baik. Menurut Mahyuddin (2011), kisaran suhu ideal untuk pertumbuhan benih lele sangkuriang o C. Kandungan oksigen terlarut (DO) selama penelitian berkisar antara 4,29 5,24 mg/l. Hal ini sesuai dengan Mahyuddin (2011), bahwa benih lele sangkuriang mampu hidup diperairan yang memiliki kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 4 mg/l. Derajat keasaman (ph) selama penelitian antara 7,61-7,76 dan masih dalam kisaran normal untuk ikan lele menurut Mahyuddin (2011) yaitu 6,5-8,5. Kandungan ammonia selama penelitian berkisar antara 0,05-0,07 mg/l, kandungan tersebut masih dalam batas kewajaran. Kandungan ammonia yang terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada ikan. Menurut Effendie (2003), kandungan ammonia air tidak boleh dari 0,1 mg/l

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo 1.2 Robi Hendrasaputro, 2 Rully, dan 2 Mulis 1 robihendra40@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan pada bulan Mei 2002

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum: Vertebrata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau merupakan salah satu hasil perikanan pantai yang banyak disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang enak, terutama daging kepiting yang sedang bertelur,

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati urutan teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat (Mahyuddin, 2008: 6). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki

Lebih terperinci

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp) JURNAL PENGARUH PEMBERIAN KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU PADA PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp) THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp) Oleh:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Perubahan kandungan nutrisi daun mata lele Azolla sp. sebelum dan sesudah fermentasi dapat disajikan pada Gambar 1. Gambar1 Kandungan nutrisi daun mata lele Azolla

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Protein Pakan Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kinerja Pertumbuhan Data hasil pengamatan penggunaan pakan uji terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Data kinerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia sekitar bulan November 1986 dari negara Taiwan. Beberapa tahun yang lalu orang tidak pernah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc PENGETAHUAN BAHAN PAKAN Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan : Mempunyai nilai gizi yang tinggi Mudah diperoleh Mudah diolah Mudah dicerna

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher Disusun oleh : Kelompok 9 Robby Trio Ananda 200110090042 Gilang Dayinta P 200110090071

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) 16 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil penelitian terhadap empat jenis pakan uji dengan kadar protein berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah

I. PENDAHULUAN. Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah banyak dibudidayakan secara luas di Indonesia. Ikan patin ini diintroduksi dari Thailand pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan karena

TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan karena TINJAUAN PUSTAKA Ikan Mas (Cyprinus carpio) Jenis ikan yang banyak dibudidayakan dan digemari masyarakat khususnya Sumatera utara salah satunya adalah ikan mas. Ikan mas adalah salah satu jenis ikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha peternakan yang dapat menanggulangi kekurangan akan protein hewani adalah usaha peternakan ayam petelur. Keberhasilan usaha peternakan ayam petelur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Nila BEST Ikan nila adalah ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Nila GIFT 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Gift Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain nila GIFT (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci