Ulangan I II III. Daftar analisa sidik ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakua K

Transkripsi

1 Lampiran 1. Data pengamatan kapasitas olah (kg/jam) Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan N1K N2K N3K N1K N2K N3K N1K N2K N3K Total Rataan Daftar analisa sidik ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakua n 9 1 ** K ** Linier **

2 Kuadrati k ** N ** Linier 8 Kuadrati k ** L x T ** Galat Total 2 Ket : tn = tidak nyata ** = sangat nyata * = nyata ** Lampiran 2. Data pengmatan kapasitas hasil (kg/jam) Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan N1K N2K N3K N1K N2K N3K N1K N2K N3K Total Rataan Daftar analisa sidik ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F Perlakuan 1 ** K 8 3 **

3 Linier ** Kuadratik ** N ** Linier ** Kuadratik ** K x N ** Galat Total 0 Ket : tn = tidak nyata ** = sangat nyata * = nyata Lampiran 3. Data pengamatan persentase bahan yang tidak terparut Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan N1K N2K N3K N1K N2K N3K N1K N2K N3K Total Rataan Daftar analisa sidik ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakuan tn K tn Linier tn tn

4 Kuadratik N tn Linier tn Kuadratik tn K x N tn Galat Total Ket : tn = tidak nyata ** = sangat nyata * = nyata Lampiran 4. Data pengamatan kapasitas olah sebelum di konversi Perlakuan Waktu Kapasitas Olah Berat Bahan (gr) (gr/menit) (menit) N1K1 (I) N1K1 (II) N1K1 (III) N2K1 (I) N2K1 (II) N2K1 (III) N3K1 (I) N3K1 (II) N3K1 (III) N1K2 (I) N1K2 (II) N1K2 (III) N2K2 (I) N2K2 (II) N2K2 (III) N3K2 (I) N3K2 (II)

5 N3K2 (III) N1K3 (I) N1K3 (II) N1K3 (III) N2K3 (I) N2K3 (II) N2K3 (III) N3K3 (I) N3K3 (II) N3K3 (III) Lampiran 5. Data pengamatan kapasitas hasil sebelum di konversi Perlakuan Waktu Berat Bahan yang Terparut (gr) Kapasitas Hasil (gr/menit) (menit) N1K1 (I) N1K1 (II) N1K1 (III) N2K1 (I) N2K1 (II) N2K1 (III) N3K1 (I) N3K1 (II) N3K1 (III) N1K2 (I) N1K2 (II) N1K2 (III) N2K2 (I) N2K2 (II) N2K2 (III) N3K2 (I) N3K2 (II)

6 N3K2 (III) N1K3 (I) N1K3 (II) N1K3 (III) N2K3 (I) N2K3 (II) N2K3 (III) N3K3 (I) N3K3 (II) N3K3 (III) Lampiran 6. Analisis ekonomi I. Unsur Produksi 1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp Umur ekonomi (n) = Rp. 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp Jam kerja = 5 jam / hari 5. Produksi/hari = 113,23 kg 6. Biaya operator = Rp / hari 7. Biaya perbaikan = Rp. 35,87 / jam 8. Bunga modal dan asuransi = Rp / tahun 9. Biaya sewa gedung = Rp

7 10. Pajak = Rp / tahun 11. Jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun (asumsi 299 hari efektif berdasarkan tahun 2010) II. Perhitungan Biaya Produksi 1. Biaya Tetap (BT) 1. Biaya Penyusutan D =..(3) D = D = Rp Bunga modal dan asuransi Bunga modal pada bulan Mei 16% Asuransi 2% Bunga modal dan asuransi I =...(4) I = = Rp /tahun 3. Biaya sewa gedung = 1%. P = 1% x

8 = Rp Pajak = 2%. P = 2% x = Rp /tahun Total Biaya Tetap (BT) = Rp /tahun 2. Biaya Tidak Tetap (BTT) 1. Biaya perbaikan alat (reparasi) = = = Rp. 35,87/jam 2. Biaya listrik Motor listrik 0,5 HP; 0,5 HP = 0,373 kw Biaya listrik = 0,373 kw x Rp. 275/kWh = Rp. 102,575/jam 3. Biaya operator = Rp.5000/jam Total biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 5138,45/jam Biaya pemarutan Biaya Pokok = C (2) = x 0,044 jam/kg = Rp. 272,56 /kg

9 Lampiran 7. Break event point N = (6) Biaya tetap (F) = Rp / tahun Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5138,45 / jam (1 jam = kg) = Rp. 227,06 / kg Penerimaan dari tiap kg produksi = (20% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = Rp. 327,07 / kg Alat akan mencapai break event point jika alat telah memarut sebanyak N = =

10 = = ,121 kg / tahun Lampiran 8. Net present value Berdasarkan persamaan nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CIF COF 0..(7) Investasi : Rp Pendapatan : Rp ,18 / tahun Nilai akhir : Rp Pembiayaan : Rp ,75 / tahun Keuntungan yang diharapkan : Rp. 16% Umur alat : 5 tahun Cash in flow 16%

11 1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 16%, 5) : Rp ,18 x 3,274 : Rp ,53 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%, 5) : Rp x 0,4761 : Rp ,65 Jumlah CIF : Rp ,18 Cash out flow 16% 1. Investasi : Rp Pembiayaan : pembiayaan x (P/A. 16%, 5) : Rp ,75 x 3,274 : Rp ,52 Jumlah COF : Rp ,52 NPV 16% : CIF COF : Rp ,18 - Rp ,52 : Rp ,656 Cash in flow 20% 1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%, 5) : Rp ,18 x 2,9906 : Rp ,94 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%, 5) : Rp x 0,4019 : Rp ,35 Jumlah CIF : Rp ,29

12 Cash out flow 20% 1. Investasi : Rp Pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 5) : Rp ,75 x 2,9906 : Rp ,61 Jumlah COF : Rp ,61 NPV 20% : CIF COF : Rp ,29 - Rp ,61 : Rp ,68 Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp ,656 dan nilai NPV 20% adalah Rp ,68. Jadi nilai NPV dari alat ini 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Lampiran 9. Spesifikasi alat pemarut Dimensi Panjang Lebar Tinggi : 48 cm : 40 cm : 102 cm Silinder pemarut Panjang Lebar Jumlah mata parut : 20 cm : 10 cm : 9 mata parut / cm² Sarang silinder pemarut Panjang Lebar : 22 cm : 23,5 cm

13 Tinggi Kapasitas efektif : 18 cm : 22,63 kg / jam Lampiran 10. Prinsip kerja alat Pemarutan adalah suatu proses untuk memecahkan dinding sel pada bahan pangan dan salah satu proses pengecilan ukuran. Penghancuran atau pelumatan pada penelitian ini menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan ini bahan yang telah dikupas dan dicuci digilas dengan menggunakan silinder yang mendesak pada celah dengan besar tertentu, silinder digerakkan dengan diputar menggunakan motor. Proses ini dilakukan dengan dua buah silinder yang berotasi dan penggilasan terjadi akibat gaya radial silinder.

14 Lampiran 11. Flowchart Penelitian

15 Mulai Pemasangan Pulley Memasukkan Bahan Kedalam Saluran Pemasukan Catat Waktu Pemarutan Pengukuran Parameter: 1. Kapasitas Material 2. Kapasitas Hasil 3. Persentase Bahan yang Tidak Terparut 4. Analisis Ekonomi Analisis Selesai Lampiran 12. Nilai kekerasan bahan Nilai kekerasan bahan diukur dengan menggunakan Fruit Pressure Tester atau Hardnessmeter.

16 Jenis Komoditi Nilai Kekerasan Bahan (kg/mm) Ubi kayu Kelapa > Jahe Lampiran 13. Gambar Alat

17