2. Persentase Bahan yang Tidak Terparut

Transkripsi

1 Lampiran 1. Data Pemarutan Singkong Tabel 1. Data penelitian Ulangan Berat Bahan Waktu Bahan Terparut Bahan Tidak Terparut (Kg) (menit) (Kg) (Kg) I 10 16,46 8,6 0,7 II 10 16,02 9,2 0,4 III 10 16,52 9,1 0,5 Rata-rata 10 16,33 8,9 0,53 1. Kapasitas Efektif Alat BA KA = xkg / T jam (9) KA = KA = 36,74 kg/jam 2. Persentase Bahan yang Tidak Terparut % BahanTidakTerparut = BTTP BA x 100 %...(10) % Bahan Tidak Terparut = 0,53 10 x 100 % = 5,33%

2 Lampiran 2. Analisis ekonomi I. Unsur Produksi 1. Biaya Pembuatan Alat 1. Bahan = Rp Biaya perakitan = Rp Motor Listrik = Rp Total P = Rp Umur ekonomi (n) = 5 tahun 4. Nilai akhir alat (S) = 10 % dari P 5 Jam kerja = 5 jam/hari 6. Produksi/hari = 183,7 kg 7. Biaya operator = Rp / hari (1 jam = Rp.5000) 8. Biaya perbaikan = Rp. 22,41 / jam 9. Bunga modal dan asuransi = Rp / tahun 10. Biaya sewa gedung = Rp / tahun 11. Pajak = Rp / tahun 12. jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun ( asumsi 299 hari efektif berdasarkan tahun 2010) II. Perhitungan Biaya Produksi 1. Biaya Tetap (BT) 1. Biaya penyusutan D = (P-S)/n (3) = ( )/5 = Rp

3 2. Bunga modal dan asuransi Bunga modal pada bulan Mei 16% Asuransi 2 % Bunga modal dan asuransi I = i( P)( n + 1) 2n...(4) = 18% ( )(5 + 1) 2 x5 = Rp / tahun 3. Biaya sewa gedung Sewa gedung = 1 %. P = 1% x = Rp / tahun 4. Pajak Pajak = 2 %. P = 2% x = Rp / tahun Total Biaya Tetap (BT) = Rp / tahun 2. Biaya Tidak Tetap (BTT) 1. Biaya perbaikan alat (reparasi) Biaya reparasi = 1,2%( P S) 1495 jam (5) = 1,2%( ) 1495 jam = Rp. 35,87 / jam 3. Biaya listrik Motor listrik 0,5 HP; 0,5 HP = 0,373 kw Biaya listrik = 0,373 kw x Rp. 275,00/kWH = Rp. 102,575/jam 4. Biaya operator Biaya operator = Rp / jam

4 Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp , 45/jam Biaya pemarutan singkong Biaya Pokok = BT x + BTT C (2) Rp = + Rp.5.138,99 jam 0,027 jam / kg 1495 jam = Rp.167,25 /kg.

5 Lampiran 3. Break Event Point Berdasarkan persamaan (3) alat ini akan mencapai break event point jika memenuhi persamaan :....(6) Biaya tetap (F) = Rp tahun Biaya tidak tetap (V) = Rp ,45 / jam (1 jam = 36,74 Kg) = Rp. 139,86Kg Penerimaan dari tiap kg produksi = (20% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = Rp.200,70/Kg Penerimaan dari tiap kg pemarutan singkong adalah sebesar Rp. 200,70. Alat akan mencapai Break event point jika alat telah memarut singkong sebanyak : N = N = F ( R V ) Rp ( Rp200,70 Rp139,86) N = ,66 kg/tahun

6 Lampiran 4. Net Present Value (NPV) Berdasarkan persamaan (2) nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CIF COF 0 (7) Investasi : Rp Pendapatan : Rp ,75/tahun Nilai akhir : Rp Pembiayaan : Rp ,75/tahun Keuntungan yang diharapkan : Rp.16% Umur alat : 5 tahun Cash in flow 16% 1. Penerimaan : pendapatan x (P/A, 16%, 5) : Rp ,75 x 3,274 : Rp ,33 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%, 5) : Rp x 0,4761 : Rp ,65 Jumlah CIF : Rp ,98 Cash out flow 16% 1. Investasi : Rp Pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 16%, 5) : Rp ,75 x 3,274 : Rp ,52 Jumlah COF : Rp ,52

7 NPV 16 % : CIF COF : Rp ,33 Rp ,52 : Rp ,461 Cash inflow 20% 1. Penerimaan : pendapatan x (P/A, 20%, 5) : Rp ,75 x 2,9906 : Rp ,37 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%, 5) : Rp x 0,4019 : Rp ,35 Jumlah CIF: Rp ,72 Cash outflow 20% 1. Investasi : Rp Pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 5) : Rp ,72 x 2,9906 : Rp ,61 Jumlah COF : Rp ,86 NPV 20% : CIF COF : Rp ,72 Rp ,61 : Rp ,11 Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp ,461 dan nilai NPV 20% adalah Rp ,11. Jadi, nilai NPV dari alat ini 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.

8 Lampiran 5. Internal Rate of Return (IRR) IRR = i1 - IRR =16% - Rp ,461 Rp ,11 Rp ,461 (20%-16%) IRR = 41,26 %

9 Lampiran 6. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan Pemotongan bahan sesuai dengan dimensi pada gambar Merangkai alat Merangkai alat Pengelasan Digerinda permukaan yang kasar b a

10 b a Pengecatan Pengujian alat Tidak Layak? ya Pengukuran parameter Data Analisa data Selesai

11 Lampiran 7. Spesifikasi alat pemarut singkong mekanis Dimensi Panjang : 48 cm Lebar : 40 cm Tinggi : 102 cm Silinder pemarut Panjang : 20 cm Diameter : 10 cm Mata parut : 9 mata parut/cm 2 Sarang silinder pemarut Panjang : 22 cm Lebar : 23,5 cm Tinggi : 18 cm Kapasitas efektif : 36,74 kg/jam Kerusakan hasil : 5,33%

12 Lampiran 8. Pemeliharaan dan keselamatan kerja Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pemarut singkong mekanis agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama. Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat pemarut singkong mekanis maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut : - Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai - Menghindari kerusakan yang lebih berat - Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik - Hasil yang diharapkan dapat tercapai. Pemeliharaan bagian-bagian alat Agar pemeliharaan alat pemarut singkong mekanis dapat dilakukan dengan baik dan benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja dari alat tersebut. Diharapkan dengan menguasai prinsip kerja maka kemungkinan kerusakan yang terjadi dapat ditanggulangi sedini mungkin. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah perawatan preventif.

13 Tabel 2. Pemeliharaan bagian-bagian alat pemarut singkong mekanis No Bagian alat Bentuk pemeliharaan Sabuk V Pulley Silinder pemarut - Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur - Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang dapat erusak sabuk Membersihkan dari minyak dan kotoran uang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik pada pulley silinder pemarut - Hindari memasukkan bahan yang terbuat dari logam. - Dibersihkan setiap selesai digunakan 4. Sarang silinder Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang pemarut dan dapat menyebabkan korosi hopper 5. Gear Pemberian minyak gemuk (greace) 6. Poros - Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi - Member minyak gemuk pada kondisi tertentu

14 Keselamatan kerja Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Keselamatan kerja pada alat pemarut singkong mekanis dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Keselamatan alat - Hindari memasukan bahan yang keras karena dapat menyebabkan silinder pemarut baling dan merusak mata parut 2. Keselamatan operator Pada saat mengoperasikan alat, jangan meletakkan atau memasukkan tangan terlalu dalam dekat silinder pemarut untuk mengindari kemungkinan tangan terparut. Operator juga jangan terlalu dekat dengan roda gigi (gear) pada saat alat beroperasi untuk menghindari kemungkinan tangan terjepit.

15 Lampiran 9. Tabel suku bunga Tabel 3. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F Tahun Tingkat suku bunga 15% 16% 17% 20% 1 0,8696 0,8621 0,8547 0, ,7561 0,7432 0,7305 0, ,6575 0,6407 0,6244 0, ,5718 0,55,23 0,5337 0, ,4972 0,4761 0,4561 0, ,4323 0,4103 0,3898 0, Tabel 4. Tingkat suku bung dengan hubungan P/A Tahun Tingkat suku bunga P/A 15% 16% 17% 20% 1 0,8696 0,8621 0,8547 0, ,6257 1,5852 1,5852 1, ,2832 2,2459 2,2096 2, ,855 2,7982 2,7432 2, ,3552 3,2743 3,1993 2, ,7845 3,6847 3,5892 3,3255 7

16 Lampiran 10. Gambar Teknik Alat

17

18

19

20 Lampiran 11. Foto Alat Gambar 4. Tampak depan Gambar 5. Tampak samping kanan

21 Gambar 6. Tampak samping kiri Gambar 7. Tampak atas

22 Gambar 8. Singkong yang sudah dikupas Gambar 9. Singkong yang sudah dipotong dan dibelah

23 Gambar 10. Singkong dalam hopper Gambar 11. Pemarutan singkong

24 Gambar 12. Singkong yang sudah diparut Gambar 13. Singkong yang tidak terparut sempurna