Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 4 Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Implementasi Sistem Implementasi sistem adalah tahap penerapan sistem yang akan dilakukan jika sistem disetujui termasuk program yang telah dibuat pada tahap perancangan sistem agar siap untuk dioperasikan (Roesadi, 2012). Sistem dibangun dengan menggunakan R Language. Gambar 4.1 Choropleth Kasus Penyakit Jiwa dan Syaraf Tahun 2010 Gambar 4.1 merupakan tampilan choropleth kasus penyakit jiwa dan syaraf di Kota Surakarta berdasarkan data pasien rawat inap Rumah Sakit Khusus Jiwa dan Syaraf Puri Waluyo Surakarta tahun Warna biru laut, krem, ungu muda serta merah merupakan warna untuk menentukan interval kasus. Kecamatan Laweyan, 33

2 34 Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon pada tahun 2010 terjadi 1 hingga 3.25 kasus penyakit jiwa dan syaraf. Warna krem pada gambar menunjukkan interval kasus 3.25 hingga 5.5. Warna ungu muda pada gambar menunjukkan interval kasus 5.5 hingga Warna merah pada gambar menunjukkan interval kasus 7.75 hingga 10. Hal ini berarti bahwa pada Kecamatan Jebres pada tahun 2010 terjadi 7.75 hingga 10 kasus penyakit jiwa dan syaraf. Kode Program 4.1 Perintah untuk Memanggil Library 1 library(dbi); 2 library(rsqlite); 3 library(spatialepi); 4 library(dcluster); 5 library(rcolorbrewer); 6 library(sp); 7 library(shapefiles); 8 library(class); 9 library(e1071); 10 library(classint); 11 library(spdep); 12 library(maptools); 13 library(foreign); 14 library(maps); Kode Program 4.1 merupakan perintah yang digunakan untuk memanggil library yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem. Library DBI dan RSQLite digunakan dalam koneksi dengan database SQLite. Library SpatialEpi dan DCluster digunakan untuk mendeteksi cluster dan memetakan penyakit, serta merencanakan metode menggunakan library sp. Library sp, spdep, maptools, RColorBrewer digunakan untuk menampilkan peta dan memberi warna pada peta sesuai dengan nilai interval. Library Class, e1071, classint digunakan dalam pembuatan interval pada peta yang akan ditampilkan. Library foreign digunakan untuk membaca file dbf dan

3 35 library shapefiles untuk membuat dan membaca file shapefile yang dibutuhkan dalam pemetaan. Kode Program 4.2 Perintah untuk Koneksi Database 1 setwd('c:\\sqlite'); 2 shell('sqlite3 skripsi.db'); 3 driver<-dbdriver("sqlite"); 4 connect<-dbconnect(driver,dbname="skripsi.db"); 5 dblisttables(connect) Kode Program 4.2 merupakan perintah untuk koneksi database SQLite. Baris pertama pada Kode Program 4.2 adalah memanggil alamat database kemudian pada baris kedua dilakukan pemanggilan nama database yang akan digunakan. Pada baris ketiga digunakan untuk konfigurasi database SQLite. Koneksi database ditunjukkan pada baris empat yaitu dengan memanggil driver dan nama database yang digunakan yaitu skripsi. Perintah pada baris kelima digunakan menampilkan semua tabel yang diambil dari database.

4 36 Kode Program 4.3 Perintah untuk Menentukan Most Likely Cluster 1 ## mendapatkan data agregat populasi dan kasus untuk setiap kecamatan 2 population<-tapply(data2010$populasi,data2010$kecamatan,sum) 3 population 4 cases<-tapply(data2010$kasus,data2010$id_kecamatan,sum) 5 cases 6 ## berdasarkan strata 10 level,menghitung jumlah harapan kasus penyakit 7 n.strata<-10 8 expected.cases< expected(data2010$populasi,data2010$kasus,n.strata) 9 expected.cases 10 #set parameter in Kulldorff 11 pop.upper.bound< n.simulations< alpha.level< plot<-true 15 ## Kulldorff using Binomial likelihoods 16 binomial<kulldorff(geo,cases,population,null,pop.upper.bound,n.simulations,alph a.level,plot) 17 binomial 18 cluster<binomial$most.likely.cluster$location.ids.included 19 cluster 20 #plot Kulldorff 21 plot(surakarta,axes=true) 22plot(surakarta[surakarta$POLY_ID==cluster,],add=TRUE,col="blue") 23 text(coordinates(surakarta), label = surakarta$kecamatan, cex = 1.0) 24 title("most Likely Cluster") 25 ## Kulldorff using Poisson likelihoods 26 poisson <- kulldorff(geo,cases,population,expected.cases, 27 pop.upper.bound, n.simulations, alpha.level, plot) 28 poisson 29 cluster <- poisson$most.likely.cluster$location.ids.included 30 cluster 31 text(coordinates(surakarta), label = surakarta$kecamatan, cex = 1.0) 32 #plot Kulldorff 33 plot(surakarta,axes=true) 34 plot(surakarta[surakarta$poly_id==cluster,],add=true,col="red") 35 text(coordinates(surakarta), label = surakarta$kecamatan, cex = 1.0) 36 title("most Likely Cluster Controlling for Strata") Kode Program 4.3 merupakan perintah untuk menentukan Most Likely Cluster. Baris pertama pada Kode Program 4.3 adalah keterangan. Baris kedua adalah mendeklarasikan variabel population dengan mengambil data populasi dan kecamatan dari tabel data2010.

5 37 Baris ketiga menampilkan hasil pengambilan data populasi dan kecamatan pada variabel population. Baris keempat adalah mendeklarasikan variabel cases yang dengan mengambil data kasus dan id_kecamatan dari tabel data2010, dan ditampilkan pada baris kelima. Baris keenam hingga baris kesembilan menghitung jumlah harapan kasus penyakit berdasarkan strata 10 level. Strata 10 level didapatkan dari jumlah penduduk berdasarkan usia dan gender. Harapan kasus penyakit menggunakan data populasi, kasus, dan n.strata. baris kesepuluh hingga baris keempatbelas mendeklarasikan parameter di Kulldorff. Batas atas 0.5, simulasi sebanyak 999 kali, level alpha 0.05 dan plot true. Level alpha menyatakan signifikansi. Alpha adalah probabilitas melakukan kesalahan Tipe I (menolak hipotesis nol ketika hipotesis nol benar). Baris kelimabelas hingga baris keduapuluhempat adalah perhitungan metode Kulldorff s spatial scan statistic menggunakan kemungkinan binomial (Binomial Likelihoods). Perhitungan ini menggunakan variabel geo yaitu koordinat xy peta Kota Surakarta, variabel cases dan population yang telah dideklarasikan sebelumnya, batas atas, banyaknya simulasi, level alpha. Hasil dari perhitungan binomial ditampilkan dalam sebuah grafik dan kemudian hasil grafik dikeluarkan dalam bentuk peta. Daerah yang menjadi Most Likely Cluster dengan perhitungan sebaran binomial ditandai dengan warna biru. Baris keduapuluhlima hingga baris ketigapuluhenam adalah perhitungan metode Kulldorff s spatial scan statistic menggunakan sebaran poisson (Poisson Likelihoods). Perhitungan ini menggunakan variabel geo yaitu koordinat xy peta Kota Surakarta, variabel cases dan population yang telah dideklarasikan sebelumnya, batas atas, banyaknya simulasi, level alpha. Hasil dari perhitungan Poisson ditampilkan dalam sebuah

6 38 grafik dan kemudian hasil grafik dikeluarkan dalam bentuk peta. Daerah yang menjadi Most Likely Cluster Controlling for Strata dengan perhitungan sebaran Poisson ditandai dengan warna merah. 4.2 Hasil Pemodelan Pada tahap ini telah terbentuk sebuah model cluster pada penyakit jiwa dan syaraf, yaitu : 1. Lamda dengan Model Binomial pada distribusi Monte Carlo Setelah mendapatkan data agregat populasi dan kasus untuk setiap kecamatan, menentukan variabel variabel yang akan dipergunakan dalam perhitungan di Kulldorff spatial scan statistic. Setelah itu menghitung jumlah harapan kasus, membuat parameter parameter yang akan dipergunakan dalam perhitungan. Selanjutnya melakukan perhitungan Kulldorff spatial scan statistic dengan menggunakan model Binomial. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai lamda bernilai didapatkan dari perhitungan pada Persamaan (2) dan p-value didapatkan dari perhitungan pada Persamaan (1). Lamda menunjukkan rata-rata jumlah kasus yang diharapkan.cara menghitung nilai lamda adalah dengan menghitung rata-rata kasus harapan penyakit dikalikan dengan populasi yang beresiko. P-value merupakan nilai probabilitas dalam distribusi binomial pada monte carlo sampling. Lamda dengan model binomial pada distribusi monte carlo disajikan pada Gambar 4.2.

7 39 Gambar 4.2 Lamda dengan Model Binomial pada distribusi Monte Carlo Kemudian nilai lamda dan p-value tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik. Gambar 4.3 menunjukkan hasil plot perhitungan Kulldorff s spatial scan statistic menggunakan model binomial. Daerah yang menjadi cluster penyakit jiwa syaraf ditunjukkan dengan warna biru. Daerah yang berwarna biru pada peta adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini sesuai dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2010 yaitu bahwa Kecamatan Banjarsari memiliki kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak yaitu 10 kasus. Kecamatan Jebres terjadi 6 kasus penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2010, Kecamatan Pasar Kliwon terjadi kasus penyakit jiwa dan syaraf sebanyak 1 kasus, Kecamatan Serengan terjadi kasus penyakit jiwa dan syaraf sebanyak 3 kasus, Kecamatan Laweyan terjadi kasus penyakit jiwa dan syaraf sebanyak 9 kasus.

8 40 Gambar 4.3 Most Likely Cluster Tahun 2010 dengan Model Binomial 2. Lamda dengan model poisson pada distribusi monte carlo Setelah mendapatkan data agregat populasi dan kasus untuk setiap kecamatan, menentukan variabel variabel yang akan dipergunakan dalam perhitungan di Kulldorff spatial scan statistic. Setelah itu menghitung jumlah harapan kasus, membuat parameter parameter yang akan dipergunakan dalam perhitungan. Selanjutnya melakukan perhitungan Kulldorff spatial scan statistic dengan menggunakan model Poisson. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai lamda bernilai didapatkan dari perhitungan pada Persamaan (4) dan p-value didapatkan dari perhitungan pada Persamaan (3). Lamda menunjukkan rata-rata jumlah kasus yang diharapkan. Cara menghitung nilai lamda adalah dengan menghitung rata -rata kasus

9 41 harapan penyakit dikalikan dengan populasi yang beresiko. P-value merupakan nilai probabilitas dalam distribusi Poisson pada monte carlo sampling. Lamda dengan model Poisson pada distribusi monte carlo disajikan pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Lamda dengan Model Poisson pada distribusi Monte Carlo Kemudian nilai lamda dan p-value tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik. Gambar 4.5 menunjukkan hasil plot perhitungan Kulldorff s spatial scan statistic menggunakan model poisson. Daerah yang menjadi secondary cluster penyakit jiwa syaraf ditunjukkan dengan warna merah. Secondary cluster akan berlaku jika hipotesis Tipe I ditolak (menolak hipotesis nol ketika hipotesis nol benar) Daerah yang berwarna merah pada peta adalah Kecamatan Laweyan. Hal ini sesuai dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2010 yaitu bahwa Kecamatan Laweyan memiliki kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak nomor dua setelah Kecamatan Banjarsari yaitu

10 42 9 kasus. Kecamatan Jebres terjadi 6 kasus penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2010, Kecamatan Pasar Kliwon terjadi kasus penyakit jiwa dan syaraf sebanyak 1 kasus, Kecamatan Serengan terjadi kasus penyakit jiwa dan syaraf sebanyak 3 kasus, Kecamatan Banjarsari terjadi kasus penyakit jiwa dan syaraf sebanyak 10 kasus. Gambar 4.5 Most Likely Cluster Controlling for Strata 4.3 Pengujian Sistem Pada pengujian sistem dilakukan dengan membandingkan data penduduk lima kecamatan di Kota Surakarta yang terdiri dari Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan, Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Banjarsari kurun waktu 2005 hingga 2010 yang diperoleh dari hasil penelitian data sekunder dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) dan data kasus nyata tingkat penyakit

11 43 jiwa dan syaraf kurun waktu 2005 hingga 2010 yang diperoleh dari Rumah Sakit Khusus Jiwa dan Syaraf Puri Waluyo Surakarta yang telah di olah mengunakan fungsi Kulldorff s spatial scan statistic dengan hasil keluaran identifikasi persebaran penderita penyakit jiwa dan syaraf. Data kasus nyata yang telah dipetakan dengan Choropleth dibandingkan dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf mempunyai hubungan atau tidak. Jika mempunyai hubungan bisa dikatakan bahwa adanya kesesuaian antara identifikasi dengan metode Kulldorff s spatial scan statistic dengan data kasus nyata Choropleth Data Kasus Nyata Tahun 2005 dengan Hasil Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.6 Perbandingan Choropleth Kasus Tahun 2005 dengan Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.6 menunjukkan perbandingan antara choropleth data kasus nyata penyakit jiwa dan syaraf tahun 2005 dengan Most Likely Cluster tahun Pada peta choropleth, kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 10 kasus. Kecamatan Jebres sebanyak 4 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon

12 44 sebanyak 6 kasus, Kecamatan Serengan sebanyak 3 kasus dan Kecamatan Laweyan sebanyak 6 kasus. Peta hasil identifikasi dengan menggunakan metode Kulldorff s spatial scan statistic menunjukkan cluster penyakit jiwa adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini membuktikkan bahwa data kasus nyata tahun 2005 sesuai dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2005 yaitu jumlah kasus penyakit jiwa syaraf terbanyak pada Kecamatan Banjarsari Choropleth Data Kasus Nyata Tahun 2006 dengan Hasil Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.7 Perbandingan Choropleth Kasus Tahun 2006 dengan Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan antara choropleth data kasus nyata penyakit jiwa dan syaraf tahun 2006 dengan Most Likely Cluster tahun Pada peta choropleth, kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 13 kasus. Kecamatan Jebres sebanyak 6 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 6 kasus, Kecamatan Serengan sebanyak 6 kasus dan Kecamatan Laweyan sebanyak 7 kasus. Peta hasil identifikasi dengan

13 45 menggunakan metode Kulldorff s spatial scan statistic menunjukkan cluster penyakit jiwa adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini membuktikkan bahwa data kasus nyata tahun 2006 sesuai dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2006 yaitu jumlah kasus penyakit jiwa syaraf terbanyak pada Kecamatan Banjarsari Choropleth Data Kasus Nyata Tahun 2007 dengan Hasil Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.8 Perbandingan Choropleth Kasus Tahun 2007 dengan Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.8 menunjukkan perbandingan antara choropleth data kasus nyata penyakit jiwa dan syaraf tahun 2007 dengan Most Likely Cluster tahun Pada peta choropleth, kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 12 kasus. Kecamatan Jebres sebanyak 1 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 3 kasus, Kecamatan Serengan sebanyak 4 kasus dan Kecamatan Laweyan sebanyak 8 kasus. Peta hasil identifikasi dengan menggunakan metode Kulldorff s spatial scan statistic menunjukkan cluster penyakit jiwa adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini

14 46 membuktikkan bahwa data kasus nyata tahun 2007 sesuai dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2007 yaitu jumlah kasus penyakit jiwa syaraf terbanyak pada Kecamatan Banjarsari Choropleth Data Kasus Nyata Tahun 2008 dengan Hasil Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.9 Perbandingan Choropleth Kasus Tahun 2008 dengan Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.9 menunjukkan perbandingan antara choropleth data kasus nyata penyakit jiwa dan syaraf tahun 2008 dengan Most Likely Cluster tahun Pada peta choropleth, kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 12 kasus. Kecamatan Jebres sebanyak 10 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 1 kasus, Kecamatan Serengan sebanyak 4 kasus dan Kecamatan Laweyan sebanyak 10 kasus. Peta hasil identifikasi dengan menggunakan metode Kulldorff s spatial scan statistic menunjukkan cluster penyakit jiwa adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini membuktikkan bahwa data kasus nyata tahun 2008 sesuai dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf pada tahun

15 yaitu jumlah kasus penyakit jiwa syaraf terbanyak pada Kecamatan Banjarsari Choropleth Data Kasus Nyata Tahun 2009 dengan Hasil Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.10 Perbandingan Choropleth Kasus Tahun 2009 dengan Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.10 menunjukkan perbandingan antara choropleth data kasus nyata penyakit jiwa dan syaraf tahun 2009 dengan Most Likely Cluster tahun Pada peta choropleth, kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 12 kasus. Kecamatan Jebres sebanyak 10 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 1 kasus, Kecamatan Serengan sebanyak 4 kasus dan Kecamatan Laweyan sebanyak 10 kasus. Peta hasil identifikasi dengan menggunakan metode Kulldorff s spatial scan statistic menunjukkan cluster penyakit jiwa adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini membuktikkan bahwa data kasus nyata tahun 2009 sesuai dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2009 yaitu jumlah kasus penyakit jiwa syaraf terbanyak pada Kecamatan Banjarsari.

16 Choropleth Data Kasus Nyata Tahun 2010 dengan Hasil Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.11 Perbandingan Choropleth Kasus Tahun 2010 dengan Identifikasi Persebaran Penyakit dengan Kulldorff s Spatial Scan Statistic Gambar 4.11 menunjukkan perbandingan antara choropleth data kasus nyata penyakit jiwa dan syaraf tahun 2010 dengan Most Likely Cluster tahun Pada peta choropleth, kasus penyakit jiwa dan syaraf terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 10 kasus. Kecamatan Jebres sebanyak 6 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 1 kasus, Kecamatan Serengan sebanyak 3 kasus dan Kecamatan Laweyan sebanyak 9 kasus. Peta hasil identifikasi dengan menggunakan metode Kulldorff s spatial scan statistic menunjukkan cluster penyakit jiwa adalah Kecamatan Banjarsari. Hal ini membuktikkan bahwa data kasus nyata tahun 2010 sesuai dengan hasil identifikasi persebaran penyakit jiwa dan syaraf pada tahun 2010 yaitu jumlah kasus penyakit jiwa syaraf terbanyak pada Kecamatan Banjarsari.

17 Jebres Pasar_Kliwon Serengan Laweyan Banjarsari Gambar 4.12 Grafik Kasus kasus dalam Kurun Waktu Berdasarkan grafik pada Gambar 4.12, diperoleh Banjarsari sebagai kecamatan dengan kasus penyakit jiwa dan syaraf tertinggi. Grafik yang cenderung berosilasi yang terjadi di Jebres, Serengan dan Laweyan menunjukkan bahwa kasus cenderung naik dan turun dan juga sebaliknya, kasus cenderung turun dan juga naik. Kasus menurun terjadi di Kecamatan Pasar Kliwon. Seperti yang dijelaskan pada bagian awal, bahwa berdasarkan penelitian dari Riskesdas pada tahun 2007 bahwa data penduduk Indonesia sekitar 14,1 % mengalami ganguan jiwa. Dalam penelitian ini untuk lima kecamatan di Kota Surakarta diperoleh untuk tahun 2007 hanya 0.043%. Hasil penelitian menggambarkan bahwa apa yang dikemukakan oleh Reskesdas tidak berlaku di kota Surakarta. Bila dilihat lebih dalam lagi, terkait dengan perbedaan persentase dapat dianalisis bahwa data Indonesia dilihat untuk semua kota di Indonesia dengan banyak kasus yang berbeda, sehingga untuk kota atau daerah tertentu kasusnya lebih banyak yang mengakibatkan besarnya nilai persentase secara keseluruhan di Indonesia.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Implementasi Sistem dan Hasil Perhitungan Implementasi sistem dan Hasil Perhitungan adalah proses perhitungan dan visualisasi dari metode yang akan digunakan lalu hasil yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Gangguan syaraf dan mental mempengaruhi lebih dari

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya berjudul Metode Scan Statistic untuk Statistik Area Kecil membahas tentang metode Scan Statistic yang digunakan untuk menemukan sebuah

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 32 Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Implementasi Model dan Hasil Perhitungan Implementasi program merupakan langkah merealisasikan perancangan menjadi sistem yang nyata dan dapat digunakan. Sistem dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2013 arah pembangunan kesehatan adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

Modul Satscan I. Space Time Permutation Model EXCEL DBF. EXCEL) Space Time Permutation Model :

Modul Satscan I. Space Time Permutation Model EXCEL DBF. EXCEL) Space Time Permutation Model : Modul Satscan I. Space Time Permutation Model File yang diperlukan : 1. File kasus Format : Location ID yaitu ID kasus Date = tanggal sakit dibuat dalam format date

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan

BAB I PEDAHULUAN. geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang di rancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 III. METODE PENELITIAN A. Metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Peubah Gizi Buruk

TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Peubah Gizi Buruk 5 TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Peubah Gizi Buruk Gizi buruk adalah keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGOLAHAN DATA RADAR

BAB IV ANALISIS PENGOLAHAN DATA RADAR BAB IV ANALISIS PENGOLAHAN DATA RADAR Pada bab ini akan dibahas mengenai pembahasan analisis data yang diperoleh. Data radar yang diperoleh adalah data yang sebenarnya sudah matang, namun masih belum dimengerti

Lebih terperinci

Kombinasi Metode Bayesian dan Local G untuk Pemetaan Pola Spasial Serangan OPT terhadap Hasil Panen Padi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

Kombinasi Metode Bayesian dan Local G untuk Pemetaan Pola Spasial Serangan OPT terhadap Hasil Panen Padi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah Kombinasi Metode Bayesian dan Local G untuk Pemetaan Pola Spasial Serangan OPT terhadap Hasil Panen Padi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah LAPORAN PENELITIAN Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Achmadi (2005 : 3), metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Achmadi (2005 : 3), metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian, penggunaan metode sangat penting, karena metode yang tepat akan memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan awal penelitian. Menurut Cholid Narbuko

Lebih terperinci

METODOLOGI. (a). (b) (c) Gambar 3. Pola sebaran data dengan = 0.05, 5, dan 50

METODOLOGI. (a). (b) (c) Gambar 3. Pola sebaran data dengan = 0.05, 5, dan 50 METODOLOGI Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data simulasi dan data riil Data simulasi digunakan untuk melihat pengaruh perubahan parameter konsentrasi ( ) terhadap karakteristik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Halaman i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. dan memudahkan dalam pengembangan sistem selanjutnya. Tujuan dari analisa

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. dan memudahkan dalam pengembangan sistem selanjutnya. Tujuan dari analisa BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN.1. Analisis Sistem Dalam perancangan sebuah sistem diperlukan analisis untuk keperluan sistem. Dengan adanya analisis sistem, sistem yang dirancang diharapkan akan lebih

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI PEMBANDINGAN PERILAKU PENDUGA FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK DENGAN BANDWIDTH OPTIMAL DAN BANDWIDTH OPTIMAL ASIMTOTIK

BAB IV SIMULASI PEMBANDINGAN PERILAKU PENDUGA FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK DENGAN BANDWIDTH OPTIMAL DAN BANDWIDTH OPTIMAL ASIMTOTIK BAB IV SIMULASI PEMBANDINGAN PERILAKU PENDUGA FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK DENGAN BANDWIDTH OPTIMAL DAN BANDWIDTH OPTIMAL ASIMTOTIK Pada bagian ini dilakukan simulasi untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA SISTEM PELACAK BUS KAMPUS MENGGUNAKAN MODUL DT-51 LCMS 2.0 DAN WIRELESS YS-1020UA RF

BAB 4 ANALISA SISTEM PELACAK BUS KAMPUS MENGGUNAKAN MODUL DT-51 LCMS 2.0 DAN WIRELESS YS-1020UA RF 30 BAB 4 ANALISA SISTEM PELACAK BUS KAMPUS MENGGUNAKAN MODUL DT-51 LCMS 2.0 DAN WIRELESS YS-1020UA RF 4.1. Pengujian Prototipe Sistem Pelacak Bus Kampus Untuk pengujian sistem, berikut ini adalah foto

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Retno Mufidah 1, Arif Basofi S.Kom., M.T., OCA 2, Arna Farizza S.Kom., M.Kom 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) berpendapat dalam Bourne (2009) bahwa kematian karena penyakit berhubungan erat dengan status kemiskinan, perilaku mencari pelayanan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PEMUDA DI KOTA SURAKARTA Oleh : Susantiningrum, S.Pd., SE., M.AB

KAJIAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PEMUDA DI KOTA SURAKARTA Oleh : Susantiningrum, S.Pd., SE., M.AB KAJIAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PEMUDA DI KOTA SURAKARTA Oleh : Susantiningrum, S.Pd., SE., M.AB ABSTRAK Menurut Badan Pusat statistik Indonesia tercatat sejumlah 7,4 juta orang pemuda yang termasuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Analisis Numerik

Modul Praktikum Analisis Numerik Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang December 2, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik December 2, 2013 1 / 18 Praktikum 1: Deret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak lagi. Pernah kita mendengar pernyataan seperti: tiap bulan habis

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak lagi. Pernah kita mendengar pernyataan seperti: tiap bulan habis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari kita telah banyak menggunakan statistika. Melalui media informasi seperti, surat kabar, televisi, dunia pendidikan, dan masih

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Universitas Komputer Indonesia MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Pada Bab ini akan dilakukan pembahasan untuk menetapkan beban overbooking melalui model penghitungan. Untuk dapat melakukan penghitungan tersebut, terlebih dahulu

Lebih terperinci

DISTRIBUSI BINOMIAL berhasil gagal berhasil gagal berhasil gagal ya tidak success failed sukses atau berhasil gagal. sukses atau berhasil.

DISTRIBUSI BINOMIAL berhasil gagal berhasil gagal berhasil gagal ya tidak success failed sukses atau berhasil gagal. sukses atau berhasil. DISTRIBUSI BINOMIAL Pendahuluan Distribusi binomial merupakan suatu proses distribusi probabilitas yang dapat digunakan apabila suatu proses sampling dapat diasumsikan sesuai dengan proses Bernoulli. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah manusia kemajuan-kemajuan besar dalam kebudayaan selalu diikuti oleh meningkatnya konsumsi energi. Salah satu sumber energi yang banyak digunakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN PERTEMUAN #1 TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

HASIL EMPIRIS. Tabel 4.1 Hasil Penilaian Numerik

HASIL EMPIRIS. Tabel 4.1 Hasil Penilaian Numerik 31 IV HASIL EMPIRIS 4.1 Penilaian Numerik Untuk melihat bagaimana model bekerja, dapat disimulasikan harga saham dan membandingkan beberapa hasil numerik dari beberapa model yang dibangun sebelumnya. Di

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN PASAR KLIWON

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. 2.1. Microsoft Visual Studio Microsoft Visual Studio adalah sebuah software yang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu 38 BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan di dunia pemasaran jasa yang semakin maju, mendorong para pelaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan di dunia pemasaran jasa yang semakin maju, mendorong para pelaku yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan di dunia pemasaran jasa yang semakin maju, mendorong para pelaku yang terlibat harus dapat meningkatkan kualitas. Jasa merupakan kegiatan perekonomian yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 DAN TAHUN 2033 (Implementasi Materi Pembelajaran Geografi pada Kelas XI Standar Kompetensi Me mahami Sumberdaya Alam) SKRIPSI SKRIPSI Oleh : Danna Aziz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang teliti dalam pengecekan saat membeli dapat mengakibatkan kerugian pada

BAB I PENDAHULUAN. kurang teliti dalam pengecekan saat membeli dapat mengakibatkan kerugian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produk kemasan merupakan suatu barang yang dikemas dan diberikan label, tujuannya adalah untuk menarik konsumen agar berminat untuk membelinya. Beberapa label

Lebih terperinci

S - 13 PEMODELAN SPASIAL KEMISKINAN DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DAN FLEXIBLY SHAPED SPATIAL SCAN STATISTIC

S - 13 PEMODELAN SPASIAL KEMISKINAN DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DAN FLEXIBLY SHAPED SPATIAL SCAN STATISTIC S - 13 PEMODELAN SPASIAL KEMISKINAN DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DAN FLEXIBLY SHAPED SPATIAL SCAN STATISTIC (Studi Kasus: Jumlah Rumah Tangga Sangat Miskin di Kabupaten Kulonprogo)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengujian minimum sistem ditunjukkan pada tabel 4.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengujian minimum sistem ditunjukkan pada tabel 4.1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Minimum Sistem 4.1.1. Hasil Pengujian Hasil pengujian minimum sistem ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Pengujian Minimum Sistem Tiap Node Node ke-

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase)

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) 5.1 Lingkungan Implementasi Implementasi merupakan tahapan dimana hasil perancangan yang telah dibangun mulai diterapkan pada kondisi yang menyerupai

Lebih terperinci

Dwiny Meidelfi, M.Cs

Dwiny Meidelfi, M.Cs Dwiny Meidelfi, M.Cs Tujuan: Praktikan mengerti perbedaan dari sistem koordinat kartesius dan sistem koordinat layar Praktikan mengetahui software yang digunakan dalam Kerja Lab Grafika Komputer titik

Lebih terperinci

Modul Praktikum Analisis Numerik

Modul Praktikum Analisis Numerik Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang September 27, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik September 27, 2013 1 / 12 Praktikum 1: Deret

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

Prosedur Menjalankan Aplikasi Linda

Prosedur Menjalankan Aplikasi Linda Prosedur Menjalankan Aplikasi Linda Prosedur penggunaan aplikasi Linda akan dijelaskan melalui beberapa prosedur penggunaan menu yang akan membantu pengguna dalam menyesuaikan kebutuhan, antara lain: menu

Lebih terperinci

Journal of Informatics and Technology, Vol 1, No 4, Tahun 2012, p 1-8

Journal of Informatics and Technology, Vol 1, No 4, Tahun 2012, p 1-8 PREDIKSI PENDAPATAN PEMERINTAH INDONESIA MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO Afry Rachmat, Sukmawati Nur Endah, Aris Sugiharto Program Studi Teknik Informatika, Universitas Diponegoro afry.rachmat27@gmail.com,

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi Metode Monte Carlo Mengatasi Masalah dalam Distribusi Data

Bab IV Simulasi Metode Monte Carlo Mengatasi Masalah dalam Distribusi Data 24 Bab IV Simulasi Metode Monte Carlo Mengatasi Masalah dalam Distribusi Data IV.1 Mengenal Metode Monte Carlo Distribusi probabilitas digunakan dalam menganalisis sampel data. Sebagaimana kita ketahui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang, kemajuan sains dan teknologi sangat berkembang pesat. Salah satu ilmu yang berkembang adalah matematika yang merupakan induk dari semua ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju perkembangan sistem teknologi informasi di era globalisasi ini berjalan dengan pesat seiring dengan kebutuhan manusia akan informasi. Lahirnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2010, dan Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2010, dan Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menggunakan data dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien 29 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Distribusi Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta pada Bulan Desember 215. Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien rawat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Geografi Disusun Oleh : THOHA MUSTOFA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini. Tuberkulosis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering

HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering Perangkat lunak: Sistem operasi: Windows XP Home Edition, WEKA versi 3.5.7, ArcView GIS 3.3, Map Server For Windows (ms4w) 2.3.1 Chameleon 2.4.1 Perangkat keras: Prosessor intel Pentium 4 ~2GHz Memory

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yaitu mengubah konsep-konsep yang masih berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan

Lebih terperinci

POPULASI DAN SAMPEL. Gambar 1 POPULASI dan SAMPEL

POPULASI DAN SAMPEL. Gambar 1 POPULASI dan SAMPEL Pengertian Populasi dan Sampel POPULASI DAN SAMPEL Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR Proses pencabangan suatu individu terinfeksi berbentuk seperti diagram pohon dan diasumsikan bahwa semua individu terinfeksi adalah saling independent

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Fenomena menunggu untuk kemudian mendapatkan pelayanan, seperti halnya nasabah yang menunggu pada loket bank, kendaraan yang menunggu pada lampu merah, produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah yang mendefinisikan ruang lingkup penelitian tugas akhir, metodologi yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini

BAB IV PEMBAHASAN. pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini BAB IV PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan untuk menjawab pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini mencakup pemeriksaan steady state, uji distribusi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, dan konseptualisme. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, dan konseptualisme. Metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian merupakan suatu proses yang berawal dari kemauan atau minat untuk mengetahui permasalahan tertentu dan memberi jawabannya yang

Lebih terperinci

MODUL 6 JDBC (JAVA DATABASE CONNECTIVITY)

MODUL 6 JDBC (JAVA DATABASE CONNECTIVITY) MODUL 6 JDBC (JAVA DATABASE CONNECTIVITY) TUJUAN PRAKTIKUM 1. Praktikan mengetahui definisi JDBC dan langkah-langkah standar koneksi database dengan JDBC 2. Praktikan mampu menganalisis suatu kasus dan

Lebih terperinci

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS) JURNAL TEKNIK ITS Vol. (Sept, 0) ISSN: 0- A- Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS) Gatra Erga Yudhanto, Gamantyo Hendrantoro,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 56 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Hasil rancangan pengolahan data lokasi tempat bersejarah di Kota Medan berbasis web GIS yang penulis buat sudah selesai dimana tampilan terdiri dari 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan gizi pada anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita merupakan periode perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pembuatan sistem manajemen peresensi siswa ini bertujuan untuk membantu proses manajemen presensi siswa di sekolah dengan memberikan informasi tentang presensi siswa kepada

Lebih terperinci

STATISTIK SOSIAL. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

STATISTIK SOSIAL. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN STATISTIK SOSIAL Pengumpulan, Pengolahan, Penyajian Data dan Distribusi Frekuensi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi HUMAS 02 85003 Abstract Statistik

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : f. Menyimpan data titik, garis dan gambar

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : f. Menyimpan data titik, garis dan gambar BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Kebutuhan Aplikasi Untuk membangun aplikasi lintasan terpendek dengan menggunakan algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : a.

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN. Tujuan pengujian yang dilakukan terhadap perangkat lunak PRStock adalah sebagai berikut :

BAB V PENGUJIAN. Tujuan pengujian yang dilakukan terhadap perangkat lunak PRStock adalah sebagai berikut : BAB V PENGUJIAN Bagian ini membahas tentang pengujian yang dilakukan terhadap perangkat lunak PRStock yang telah diimplementasikan. Hasil pengujian kemudian akan dianalisis untuk mengetahui pencapaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pasien waktu pelayanan diloket Praktik Petugas Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hampir semua fenomena di dunia ini memiliki beberapa ketidakpastian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hampir semua fenomena di dunia ini memiliki beberapa ketidakpastian, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir semua fenomena di dunia ini memiliki beberapa ketidakpastian, yang tidak dapat diperkirakan sebagai sesuatu yang pasti. Pada umumnya pengukuran berulang

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Perancangan Model

Bab 3 Metode Perancangan Model 23 Bab 3 Metode Perancangan Model 1.1 Metode Penelitian Tahapan penelitian ini dibagi menjadi 5 langkah, yaitu : 1. Rumusan masalah 2. Pengumpulan data 3. Input data dan analisis data 4. Perhitungan dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap program mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari webcam, pengolahan citra

Lebih terperinci

@copyright by Emy PENGANTAR ALGORITMA & PROGRAM & PROGRAM PENGERTIAN ALGORITMA NOTASI UNTUK ALGORITMA

@copyright by Emy PENGANTAR ALGORITMA & PROGRAM & PROGRAM PENGERTIAN ALGORITMA NOTASI UNTUK ALGORITMA PENGANTAR ALGORITMA & PROGRAM PENGERTIAN ALGORITMA & PROGRAM NOTASI UNTUK ALGORITMA 1 Kompetensi Mampu menerapkan prinsip algoritma dan program sesuai dengan permasalahan, sistematis dan terstruktur. Mampu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembanggunan dan perundingan negara-negara di dunia

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Matriks Asal Tujuan yang dihasilkan dari data arus lalu lintas pada kondisi keseimbangan di Kota Surakarta. Model sebaran

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN HOTSPOT KASUS PERNIKAHAN DINI WANITA DI JAWA BARAT MENGGUNAKAN STATISTIK PEMINDAIAN SPASIAL (SPATIAL SCAN STATISTIC) PEBRIAN

PENDETEKSIAN HOTSPOT KASUS PERNIKAHAN DINI WANITA DI JAWA BARAT MENGGUNAKAN STATISTIK PEMINDAIAN SPASIAL (SPATIAL SCAN STATISTIC) PEBRIAN PENDETEKSIAN HOTSPOT KASUS PERNIKAHAN DINI WANITA DI JAWA BARAT MENGGUNAKAN STATISTIK PEMINDAIAN SPASIAL (SPATIAL SCAN STATISTIC) PEBRIAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7. Bab III. X Ray Voxel Monte Carlo (XVMC) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.04 yang dikenal sebagai Fiesty

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu tahun 2010-2012. Pemilihan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan Internet merupakan jaringan internasional (World Wide Web) yang

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan Internet merupakan jaringan internasional (World Wide Web) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan komputer merupakan media untuk melakukan koneksi yang menghubungkan pengguna jaringan tersebut dengan melalui perangkat komputer. Jaringan Internet merupakan

Lebih terperinci

Bab IV File Geodatabase

Bab IV File Geodatabase Bab IV File Geodatabase Perangkat lunak ArcGIS dapat menggunakan atau mengimpor hampir semua format file SIG untuk ditampilkan maupun diproses. Namun, format file yang direkomendasikan untuk digunakan

Lebih terperinci

EVALUASI EFEKTIVITAS LOKASI TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI

EVALUASI EFEKTIVITAS LOKASI TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI EVALUASI EFEKTIVITAS LOKASI TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun Oleh: Dyah Eko Ganteng Prasetya K5409022 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini dijelaskan aktifitas yang dilakukan dalam melakukan penelitian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1) Perancangan Skenario; dan 2) Penerapan Skenario. 3.1. Perancangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup

Lebih terperinci

Dr. Djunjunan No.133 Bandung 40173

Dr. Djunjunan No.133 Bandung 40173 BAB III DATA DAN METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasional. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketelitian dan beresiko seperti kontrol peralatan mekanik. akan adanya kesalahan (human error) dan jauh dari resiko yang

BAB I PENDAHULUAN. ketelitian dan beresiko seperti kontrol peralatan mekanik. akan adanya kesalahan (human error) dan jauh dari resiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kemajuan dalam bidang teknologi khususnya komputer mendorong manusia untuk memanfaatkannya sebagai alat yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan dalam bidang apa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

Mengenal Codeigniter (CI) Framework

Mengenal Codeigniter (CI) Framework Mengenal Codeigniter (CI) Framework Ramdhan Indra Bangun Dadhan.rpl@gmail.com Abstrak CodeIgniter adalah sebuah web application framework yang bersifat open source digunakan untuk membangun aplikasi php

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk per Kecamatan

Jumlah Penduduk per Kecamatan Jumlah Penduduk per Kecamatan Kecamatan Pria Wanita Jumlah Kode Nama n % n % n % 1 33.72.01 LAWEYAN 48.879 17.93% 50.923 18,16% 99.802 18,05% 2 33.72.02 SERENGAN 26.320 9.66% 27.453 9,79% 53.773 9,73%

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Iklim adalah suatu kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Wilayah dan Pengumpulan Data Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi yang terdiri dari 23 Kecamatan. Lokasi masing-masing kecamatan dapat dilihat

Lebih terperinci

PERSYARATAN PRODUK. 1.1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan

PERSYARATAN PRODUK. 1.1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan BAB 1 PERSYARATAN PRODUK Bab ini membahas mengenai hal umum dari produk yang dibuat, meliputi tujuan, ruang lingkup proyek, perspektif produk, fungsi produk dan hal umum yang lainnya. 1.1 Pendahuluan Hal

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO

PERHITUNGAN VALUE AT RISK PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO PERHITUNGAN VALUE AT RISK PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO Adilla Chandra 1*, Johannes Kho 2, Musraini M 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM

BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM Setelah perencangan dan pembuatan program maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian program dan menganalisa terhadap program yang telah dibuat. Pengujian program

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. membahas tentang ilmu yang terkait dalam permasalahan tersebut.

BAB III PERANCANGAN SISTEM. membahas tentang ilmu yang terkait dalam permasalahan tersebut. BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang meliputi landasan teori mengenai hal-hal

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. terhadap perekonomian kota surakarta. Analisis

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. terhadap perekonomian kota surakarta. Analisis 64 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan real estat Kota Surakarta berdasarkan besaran, sebaran dan pola pergerakannya serta dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengikutkan konsep dasar, seperti kapasitas dan kesesuaian. Syarat-syarat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengikutkan konsep dasar, seperti kapasitas dan kesesuaian. Syarat-syarat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perencanaan sistem suatu struktur, hampir semua teknik mengikutkan konsep dasar, seperti kapasitas dan kesesuaian. Syarat-syarat yang harus dipenuhi struktur

Lebih terperinci