HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering"

Transkripsi

1 Perangkat lunak: Sistem operasi: Windows XP Home Edition, WEKA versi 3.5.7, ArcView GIS 3.3, Map Server For Windows (ms4w) Chameleon Perangkat keras: Prosessor intel Pentium 4 ~2GHz Memory 2 GB RAM Monitor dengan resolusi Mouse dan keyboard HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Data awal penelitian ini diperoleh dari hasil operasi OLAP. Data ini merupakan data titik panas untuk wilayah Indonesia pada tingkat pulau, provinsi dan kabupaten dalam tahun, quarter dan bulan periode 2000 hingga Tahap pengambilan data yaitu dengan menggunakan modul php sederhana. Data yang didapat dari operasi OLAP disimpan dalam format txt dengan ukuran 349kb. Data ini mempunyai record dan mempunyai dua atribut yaitu nama wilayah (pulau/ provinsi/ kabupaten) [spasi] waktu (tahun/quarter/bulan) dan jumlah titik panas. Atribut yang digunakan pada tahap clustering yaitu atribut jumlah titik panas karena atribut ini merupakan atribut numerik, karena clutering hanya bisa dilakukan pada atribut numerik. Atribut ini nantinya akan dikelompokan kedalam 9 kelompok yang kemudian akan diolah untuk keperluan clustering dengan menggunakan WEKA. Tahapan praproses yang dilakukan antara lain: Pengelompokan data. Data yang didapat dalam file txt tadi dikelompokan berdasarkan jangkauan wilayah dan waktunya. Pengelompokan dilakukan dengan algoritme php sederhana. Hasil dari pemisahan ini menghasilkan 9 file txt. Masing-masing file mempunyai tingkatan berbeda. Hasil dari pemisahan ini yaitu: o Tingkat Pulau dalam Tahun o Tingkat Pulau dalam Quarter o Tingkat Pulau dalam Bulan o Tingkat Provinsi dalam Tahun o Tingkat Provinsi dalam Quarter o Tingkat Provinsi dalam Bulan o Tingkat Kabupaten dalam Tahun o Tingkat Kabupaten dalam Quarter o Tingkat Kabupaten dalam Bulan. Pembersihan data dilakukan pada file dbf, yaitu penghilangan atribut-atribut yang tidak dipergunakan dan penyesuaian nama-nama wilayah pada file dbf agar sama dengan nama wilayah pada hasil operasi OLAP. Transformasi data. Data hasil pengelompokan diubah menjadi format ARFF agar dapat diproses dalam perangkat lunak WEKA. Atribut yang dipergunakan dalam clustering adalah atribut jumlah titik panas yang bertipe numerik karena algoritme K-means bekerja secara baik pada data dengan tipe numerik, sedangkan atribut keterangan wilayah dan waktu merupakan data yang bertipe kategorik dan hanya dipergunakan sebagai keterangan. Clustering Tahap clustering dilakukan menggunakan algoritme K-Means yang dilakukan menggunakan WEKA versi Data yang di-cluster-kan yaitu data jumlah titik panas. Percobaan dilakukan untuk ukuran cluster sebanyak 4 cluster dan dilakukan percobaan dengan random seed (s) 5, 10, 15, 20. Percobaan dilakukan pada sembilan kombinasi clustering, sembilan kombinasi tersebut mewakili tingkatan cakupan wilayah dan tingkatan cakupan waktu. Clustering dilakukan sebanyak jumlah kombinasi data berdasarkan cakupan wilayah dan waktu. Total percobaan clustering adalah 9 4 = 36 percobaan. Clustering tidak dilakukan berdasarkan tiap hasil operasi OLAP karena jika dilakukan clustering untuk tiap hasil operasi OLAP. Sebagai contoh, misalnya data pada tahun 2000 untuk wilayah A dilakukan clustering yang berbeda dengan data tahun 2001 untuk wilayah A, data hasil clustering kurang sesuai karena tidak ada patokan untuk cluster satu dan cluster lainnya, misal nilai besar untuk tahun 2000 termasuk kecil pada tahun 2001, padahal jika di lihat dari datanya, tahun 2000 memiliki jumlah titik panas yang lebih sedikit dari tahun 2001, namun karena data pembanding berbeda hasil dari clustering akan berbeda, sehingga diperlukan standar untuk semua clustering agar terdapat patokan nilai titik panas untuk suatu wilayah tergolong low, medium, high, atau very high. Hal ini diterapkan agar standar nilai kecil pada tahun misalnya 2000 dengan batas kecil pada tahun 2001 sama, hal ini juga bisa digunakan untuk 6

2 memantau perubahan titik panas dari waktu ke waktu. Hasil dari algoritme K-means adalah pusat cluster (means) untuk masing-masing cluster sesuai dengan ukuran clusternya. Pemilihan jumlah 4 cluster disesuaikan dengan banyaknya kelas yang di representasikan yaitu low, medium, high, dan very high. Pusat cluster yang dihasilkan dari clustering dengan k=4 dan random seed s=5 pada data tingkat provinsi dengan periode waktu bulan dapat dilihat pada Tabel 1. Pusat cluster untuk kombinasi lain dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 1 Pusat cluster untuk k=4 dan s=5 Cluster Pusat cluster Cluster Cluster Cluster Cluster Persentase dan jumlah anggota masingmasing cluster untuk ukuran cluter k=4 dan s=5 pada tingkat provinsi dan periode waktu bulan disajikan dalam Tabel 2. Persentase dan jumlah anggota masing-masing cluster disajikan pada Lampiran 2. Tabel 2 Persentase dan jumlah anggota cluster untuk k=4 dan s=5 Cluster Jumlah anggota Persentase(%) Hasil dari tiap kombinasi wilayah dan waktu dengan kombinasi k (ukuran cluster) dan s (random seed) dievaluasi menggunakan total SSE (Sum of square error). Total SSE sudah mencukupi untuk evaluasi cluter menggunakan K-means karena meminimalkan SSE (cohesion) ekuivalen dengan memaksimalkan SSB (separation), (Tan P 2006). Pada nilai k yang sama dengan perbedaan nilai s, hasil clustering tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai SSE rata-rata terbaik didapat pada saat penggunaan random seed 5.Perbedaan iterasi juga tidak terlalu berubah untuk nilai k yang sama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 yakni iterasi pada k=4. Karena nilai K-means menghitung error dengan mengambil jarak titik tengah dari nilai tiap anggota. Jadi ketika jumlah anggota sama dengan jumlah cluster, tiap cluster akan memiliki anggota yang nilainya sama dengan nilai titik tengah nya sehingga tidak ada nilai error. Semua clustering menggunakan jumlah cluster 4 sehingga didapat standar yang sama sebagai patokan untuk semua clustering. Pembagian cluster menjadi 4 cluster terdiri dari cluster 0 yang merupakan clustering dengan jumlah titik panas kecil, cluster 1 yang merupakan clustering dengan jumlah titik panas sedang, cluster 2 yang merupakan clustering dengan jumlah titik panas besar, cluster 3 yang merupakan clustering dengan jumlah titik panas sangat besar. Evaluasi Cluster Tabel 3 Total SSE dengan k=4 dengan kombinasi random seed S=5 S=10 S=15 S=20 Bln-Kab Qtr-Kab Thn-Kab Bln-prov Qtr-prov Thn-prov Bln-plu Qtr-plu Thn-plu Rata-rata

3 Tabel 4 Jumlah iterasi dengan k=4 random S=5 S=10 S=15 S=20 seed Bln-Kab Qtr-Kab Thn-Kab Bln-prov Qtr-prov Thn-prov Bln-plu Qtr-plu Thn-plu Rata-rata Visualisasi Clustering Hasil clustering dari data persebaran titik panas divisualisasikan agar mempermudah analisis. Untuk keperluan tersebut maka dibuatlah aplikasi dalam bentuk sistem informasi geografis (SIG) berbasis web. Aplikasi yang dikembangkan ini menggunakan metode dan modul-modul yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Harianja (2008). Aplikasi ini memplotkan hasil clustering dengan melibatkan aspek spatialya dan menampilkan nilai titik tengah tiap cluster dan detail nilai atributnya Aplikasi visualisasi ini diintegrasikan pada aplikasi OLAP yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Hayardisi (2008). Aplikasi ini dikembangkan menggunakan Mapserver sebagai web servernya, map file sebagai konfigurasi, Chameleon sebagai framework, modul php dan html file sebagai template. Pada penelitian ini modul-modul dan file-file yang dipakai tersebut sebelumnya dibuat dengan modul php, namun pengaturan dan formatnya sama dengan modul dan filefile yang telah dikembangkan oleh Harianja (2008), namun karena modul visualisasi yang akan dikembangkan ingin bersifat dinamis maka beberapa file-file yang dipakai dibuat pada saat dibutuhkan. Map file menyimpan konfigurasi dari aplikasi yang dibutuhkan oleh Mapserver. Konfigurasi ini meliputi informasi mengenai ukuran peta, warna peta, path dari file shp dan dbf, huruf yang digunakan, dan lain-lain. File html digunakan untuk menyimpan template yang dipergunakan. Template ini berisi komponen-komponen yang akan dipakai untuk keperluan visualisasi. Komponenkomponen tersebut telah disediakan oleh Chameleon. Komponen yang dipergunakan antara lain mapdhtml, KeyMap, ZoomIn, ZoomOut, PanMap, Recenter, ZoomAllLayers, Extent, Query. Modul php adalah modul untuk melihat detail data setiap ukuran cluster. Penambahan pengaturan yang dilakukan yaitu pada map file. Pada map file ditambahkan class untuk menutup daerah yang tidak ingin divisualisasikan. Data yang dipakai untuk keperluan visualisasi disimpan dalam file.dbf. Data ini berisi hasil operasi OLAP yang telah dicluster-kan. Hasil dari data yang diolah ini adalah peta yang memplotkan suatu daerah dalam wilayah dan periode tertentu, serta label cluster-nya. Proses pemasukan nilai cluster pada file dbf dilakukan dengan menggunakan spreadsheet. Pada halaman visualisasi diplotkan dengan warna yang berbeda untuk tiap cluster. Komponen lain yang terdapat pada halaman visualisasi antara lain legend. Komponen legend memberi keterangan tentang warna untuk tiap cluster. Dalam halaman ini juga terdapat komponen scalebar, dan navigation tools yang terdiri dari zoom in, zoom out, recenter, pan, map unit, left extent (batas kiri), right extent(batas kanan), top extent (batas atas), dan bottom extent (batas bawah) dari map. Mouse x dan mouse y menyatakan letak pointer pada map. Semua komponen ini juga telah tersedia pada aplikasi yang sebelumnya (Harianja, 2008) untuk lebih jelasnya tampilan aplikasi yang telah dikembangkan (Harianja 2008) dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 halaman web aplikasi clustering Integrasi OLAP dan SIG Integrasi dilakukan dengan memodifikasi modul utama aplikasi OLAP, yaitu untuk menghubungkan web server Apache dan WebServis. Modifikasi tersebut dilakukan pada modul olapcrosstab.php dan pada 8

4 index.php yaitu dengan menambahkan modul untuk pemilihan waktu dan wilayah. Pada modul pemilihan tahun dan wilayah, data kombinasi yang dipilih yaitu data dari semua periode waktu. Pemilihan waktu bisa dilakukan pada tingkat tahun, quarter, dan bulan. Setelah memilih tahun, kombinasi yang bisa dipilih adalah kombinasi wilayah. Batasan pemilihan wilayah yaitu dari tingkat pulau sampai pada tingkat kabupaten saja. Modul yang dibuat selanjutnya adalah modul untuk membuat file-file yang diperlukan oleh aplikasi visual clustering. File tersebut adalah file dalam bentuk file map dan file phtml. Setelah diperoleh data yang ingin ditampilkan, file-file tersebut ditulis, file-file tersebut kemudian dimuat ke dalam modul visualisasi untuk keperluan visualisasi. Pada pengintegrasian antara aplikasi OLAP dan SIG sebelumnya harus dilakukan pengaturan terlebih dahulu, yang meliputi penentuan file-file yang dibutuhkan (extension untuk library php nya) yang perlu ditambahkan dan dibutuhkan serta framework. Modul visualisasi dan modul OLAP merupakan dua modul yang terpisah. Modul visualisasi mengolah data di luar aplikasi OLAP. Data yang diolah merupakan data persebaran titik panas yang telah dilakukan clustering. Data tersebut disimpan dalam file dbf. Data ini kemudian di-load untuk keperluan visualisasi. Data yang disimpan ini berupa data titik panas dan keterangan mengenai clusternya. Nilai cluster inilah yang digunakan sebagai pembeda pengelompokan warna antar tiap daerah. Selain nilai cluster, atribut yang diambil yaitu atribut wilayahnya. Fasilitas-fasilitas yang sebelumnya telah ada pada aplikasi OLAP (Hayardisi 2008) antara lain (dapat dilihat pada Gambar 5): Pengguna dapat memilih database, kubus data dan dimensi yang akan ditampilkan Visualisasi dalam bentuk crosstab dan grafik yang bisa berupa bar plit dan pie plot (dapat dilihat pada Gambar 6) Operasi OLAP seperti drill down dan roll up Filter dimensi untuk menyeleksi tampilan pada kolom (x-axis) dan baris (y-axis). Filter pada dimensi waktu meliputi quarter dan bulan Fasilitas yang ditambahkan pada aplikasi OLAP (dapat dililhat pada Gambar 7): Filter dimensi waktu dan wilayah untuk visualisasi. Clustering data persebaran titik panas dari operasi OLAP dengan batasan bulan dan kabupaten. Visualisasi dalam bentuk SIG yang dikembangkan dari aplikasi visual clustering (Harianja 2008), dapat dilihat pada Gambar 8. Detail data hasil clustering yang dikembangkan oleh Harianja (2008). Gambar 5 Tampilan utama aplikasi OLAP 9

5 Gambar 6 Visualisasi grafik hasil operasi OLAP. Gambar 7 Modul filter Visualisasi GIS. 10

6 Gambar 8 Visualisasi GIS hasil Clustering. Gambar 8 bagian kiri merupakan legend. Legend disini berfungsi untuk menampilkan layer-layer yang di load pada peta. Gambar di tengah merupakan visualisasi hasil clustering berupa peta. Bagian atas tengah merupakan judul atau keterangan mengenai lokasi dan waktu yang divisualisasikan (tampilan utama). Tampilan sebelah kanan merupakan keymap (peta kecil untuk mempermudah navigasi), zoom in, zoom out, recenter, pan, dan lainlain Bagian bawah dari gambar merupakan informasi dari hasil clustering. Pada bagian ini dijelaskan tiap cluster memiliki nilai tengah berapa, standar deviasinya berapa beserta jumlah hotspot/titik panas. Jadi untuk tiap cluster dapat dilihat berapa jumlah jangkauan titik panasnya. Presentasi Persebaran Hotspot Hasil Clustering Dari aplikasi OLAP diambil 9 kombinasi clustering pada wilayah Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2004 dengan tingkat wilayah kabupaten, provinsi dan pulau. Pada tingkat kabupaten dan bulan, diambil data titik panas untuk semua kabupaten di Indonesia pada bulan Januari 2000 sampai bulan desember Data ini kemudian di-cluster-kan. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk kabupaten pada provinsi Kalimantan tengah bulan Januari 2000, pertama-tama dipilih periode tahun 2000 dan bulan Januari, kemudian dipilih kabupaten-kabupaten pada provinsi Kalimantan tengah. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 3. Pada tingkat kabupaten dan quarter, diambil data titik panas untuk semua kabupaten di Indonesia pada quarter pertama 2000 sampai quarter ke empat tahun Data ini kemudian di-cluster-kan. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk kabupaten pada Kalimantan tengah pada quarter pertama tahun 2000, pertama-tama dipilih periode tahun yaitu tahun 2000 dan quarter 1, kemudian dipilih kabupatenkabupaten pada provinsi Kalimantan tengah. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 4. Pada tingkat kabupaten dan tahun, diambil data titik panas untuk semua kabupaten di Indonesia pada tahun

7 sampai tahun Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk kabupaten pada Kalimantan tengah pada tahun 2000, pertamatama dipilih periode tahun yaitu tahun 2000, kemudian dipilih kabupaten-kabupaten pada provinsi Kalimantan tengah. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 5. Pada tingkat provinsi dan bulan, diambil data titik panas untuk semua provinsi di Indonesia pada bulan Januari 2000 sampai bulan desember Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk provinsi Kalimantan pada bulan Januari 2000, pertama dipilih periode tahun 2000 dan bulan Januari, kemudian dipilih provinsi Kalimantan. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 6. Pada tingkat provinsi dan quarter, diambil data titik panas untuk semua provinsi di Indonesia pada quarter pertama 2000 sampai quarter ke-empat Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk provinsi Kalimantan pada quarter pertama 2000, pertama-tama dipilih periode tahun 2000 dan quarter 1, kemudian dipilih provinsi Kalimantan. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 7. Pada tingkat provinsi dan tahun, diambil data titik panas untuk semua provinsi di Indonesia pada tahun 2000 sampai tahun Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk provinsi Kalimantan pada tahun 2000, pertama-tama dipilih periode tahun 2000, kemudian dipilih provinsi Kalimantan. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 8. Pada tingkat pulau dan bulan, diambil data titik panas untuk semua pulau di Indonesia pada bulan Januari 2000 sampai bulan desember Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk pulau di Indonesia bulan Januari 2000, pertama-tama dipilih periode tahun 2000 dan bulan Januari, kemudian dipilih All Indonesia. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 9. Pada tingkat pulau dan quarter, diambil data titik panas untuk semua pulau di Indonesia pada quarter pertama tahun 2000 sampai quarter ke-empat Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk pulau di Indonesia quarter pertama tahun 2000, pertama dipilih periode tahun 2000 dan quarter 1, kemudian dipilih All Indonesia. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 10. Pada tingkat pulau dan tahun, diambil data titik panas untuk semua pulau di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun Data ini kemudian dilakukan clustering. Sebagai contoh ketika ingin dilihat clustering untuk pulau di Indonesia tahun 2000, pertamatama dipilih periode tahun 2000, kemudian dipilih All Indonesia. Hasil clustering bisa dilihat pada Lampiran 11 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Proses clustering yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan algoritme K- Means data persebaran titik panas dari hasil operasi OLAP. Hasil clustering ini kemudian diplotkan dengan melibatkan aspek spatialnya untuk membantu keperluan visualisasi dalam bentuk Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web. Clustering dilakukan dengan ukuran cluster 4 dan random seed 5, 10, 15, 20. Clustering dilakukan dengan ukuran cluster 4 dan random seed 5 karena pada ukuran ini didapat range dan nilai SSE yang cukup baik. Dari visualisasi terlihat bahwa clustering jumlah titik panas untuk pulau Kalimantan dan Sumatera sama kecuali pada tahun 2000, di mana pulau Sumatera tergolong dalam cluster 3, sementara pulau Kalimantan pada cluster 1. Untuk pulau Jawa dan Sulawesi juga mempunyai kesamaan clustering kecuali pada tahun 2004, di mana pulau Sulawesi tergolong cluster 1 sementara pulau jawa tergolong cluster 0. Jumlah titik panas terbesar terdapat pada tahun Dari penelitian dapat dilihat juga bahwa dari periode tahun 2000 sampai 2004, pulau Jawa tergolong pada cluster 0. Dari visualisasi bisa diketahui bahwa pulau Sumatera dan Kalimantan memiliki jumlah titik panas yang besar, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan atau penanganan. Saran Modul tambahan pada aplikasi OLAP ini masih memiliki beberapa kekurangan. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah : 12

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Proses Dasar Sistem Proses dasar pengembangan sistem secara umum terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1 Praproses. Pada tahap ini dilakukan persiapan yang meliputi seleksi data, transformasi

Lebih terperinci

VISUALISASI K-MEANS CLUSTERING PADA DATA POTENSI PERTANIAN DESA DI BOGOR MENGGUNAKAN MAPSERVER HENRI HARIANJA

VISUALISASI K-MEANS CLUSTERING PADA DATA POTENSI PERTANIAN DESA DI BOGOR MENGGUNAKAN MAPSERVER HENRI HARIANJA VISUALISASI K-MEANS CLUSTERING PADA DATA POTENSI PERTANIAN DESA DI BOGOR MENGGUNAKAN MAPSERVER HENRI HARIANJA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Web browser Mozilla Firefox 2.0 dan Internet Explorer 7 HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Data

Web browser Mozilla Firefox 2.0 dan Internet Explorer 7 HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Data 6 Web browser Mozilla Firefox 2.0 dan Internet Explorer 7 Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Data hotspot yang digunakan adalah data dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Hal ini disebabkan data hotspot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Lingkungan Pengembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Lingkungan Pengembangan 6 proses updating lokasi untuk basis data dailyhotspot importime.php merupakan modul yang berguna untuk melakukan proses updating elemen dimensi waktu untuk basis data monthlyhotspot importimedaily.php

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN Sistem informasi geografis persebaran hotspot di Indonesia merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk memantau dan memberikan informasi mengenai persebaran hotspot yang ada

Lebih terperinci

4 Web server mengakses kubus data Palo server melalui Palo PHP API. Aplikasi OLAP menggunakan library JpGraph untuk menampilkan grafik.

4 Web server mengakses kubus data Palo server melalui Palo PHP API. Aplikasi OLAP menggunakan library JpGraph untuk menampilkan grafik. 5 4 Web server mengakses kubus data Palo server melalui Palo PHP API. Aplikasi OLAP menggunakan library JpGraph untuk menampilkan grafik. Lapis atas: Web browser Grafik Laptop JpGraph Line Plot Presentasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) 78 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem informasi geografi yang digunakan untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN aturan 3--5 untuk menentukan interval akan dibagi menjadi berapa kelompok. Hasilnya akan menjadi hirarki paling atas. Kemudian nilai maksimum dan nilai minimum diperiksa apakah nilainya masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 95 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk menjalankan aplikasi ini dengan baik adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tampilan Hasil Pada Sistem Informasi Geografis Penentuan Jumlah Penduduk Yang Kurang Mampu Pada Kecamatan Medan Labuhan Berbasis Web ini terdapat beberapa tampilan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras yang dibutuhkan sebagai berikut: a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi;

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras yang dibutuhkan sebagai berikut: a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi; BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem informasi geografi untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1 Perangkas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 68 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem informasi geografi untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG lokasi klinik hewan di wilayah Medan akan tampil baik menggunakan Mozilla Firefox, untuk menjalankan aplikasi ini buka Mozilla

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tertentu untuk computer yang digunakan yaitu: Pentium IV 2.0 Ghz. Memory 512 MB.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tertentu untuk computer yang digunakan yaitu: Pentium IV 2.0 Ghz. Memory 512 MB. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Program aplikasi pengaturan lampu lalu lintas dirancang untuk dapat berjalan pada jaringan computer berbasis Windows XP, oleh karena itu diperlukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembuatan data warehouse potensi desa wilayah Bogor melalui beberapa tahap yaitu:

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembuatan data warehouse potensi desa wilayah Bogor melalui beberapa tahap yaitu: 8 memeriksa apakah masukan dari pengguna akan memberikan keluaran yang sesuai dengan tidak memperhatikan proses yang terjadi di dalamnya (Sommerville 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembuatan data warehouse

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Microsoft SQL Server Microsoft Sharepoint Microsoft.Net Framework 4.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Microsoft SQL Server Microsoft Sharepoint Microsoft.Net Framework 4.0. 3 warehouse dan data mart memiliki batasan yang sangat tipis, namun perbedaan ini tidak perlu dikhawatirkan karena secara subtansi tujuan dari pembuatannya memiliki kesamaan (Noviandi 2010). Konsep data

Lebih terperinci

Penambahan Modul Updating Data pada OLAP Berbasis Web untuk Persebaran Hotspot di Wilayah Indonesia Menggunakan Palo 2.5

Penambahan Modul Updating Data pada OLAP Berbasis Web untuk Persebaran Hotspot di Wilayah Indonesia Menggunakan Palo 2.5 Penambahan Modul Updating Data pada OLAP Berbasis Web untuk Persebaran Hotspot di Wilayah Indonesia Menggunakan Palo 2.5 Riza Mahendra, Annisa, Imas S. Sitanggang Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan

Lebih terperinci

Pembersihan Data Lingkungan Pengembangan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembersihan Data Lingkungan Pengembangan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Nilai fuzzy support bagi frequent sequence dengan ukuran k diperoleh dengan mengkombinasikan frequent sequence dengan ukuran k-1. Proses ini akan berhenti jika tidak memungkinkan lagi untuk membangkitkan

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL Nama : DODY ARFIANSYAH 3506 100 046 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo S., DEA. DESS. Pendahuluan Latar Belakang GIS & WEBSIG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari sistem informasi geografis lokasi radio dan stasiun TV di Kota Medan. IV.1.1 Tampilan Menu Utama Tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna,

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu teknologi mengenai geografis yang memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan peta, data spasial berikut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Studi pustaka. Analisis data. Versi struktur dan fungsi transformasi. Pemuatan data. Implementasi operasi OLAP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Studi pustaka. Analisis data. Versi struktur dan fungsi transformasi. Pemuatan data. Implementasi operasi OLAP Uji Query Uji query adalah tahap untuk menguji temporal data warehouse apakah telah sesuai dengan kebutuhan dan berfungsi dengan baik serta memeriksa apakah operasi dasar data warehouse dan fungsi agregat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI 81 BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI 5.1. Implementasi Sistem Implementasi adalah tahap penerapan dan sekaligus pengujian bagi sistem baru serta merupakan tahap dimana aplikasi siap dioperasikan pada keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem

Lebih terperinci

Lingkungan Pengembangan Data Mining HASIL DAN PEMBAHASAN Preprocessing Data

Lingkungan Pengembangan Data Mining HASIL DAN PEMBAHASAN Preprocessing Data Setelah dilakukan analisis clustering maka algoritme tersebut akan dibandingkan berdasarkan cluster yang terbentuk dari hasil analisis cluster-nya. Hasil perbandingan diharapkan dapat membuktikan bahwa

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor Pentium III 1 Ghz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor Pentium III 1 Ghz BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi Perangkat Keras minimum yang diperlukan untuk menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dua, yaitu perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dua, yaitu perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 IMPLEMENTASI 4.1.1 SPESIFIKASI SISTEM Spesifikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (Hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Persyaratan minimum perangkat keras agar nantinya dapat bekerja optimal adalah : a.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Transmisi TVRI Di Sumatera Utara yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Letak Kantor Cabang BRI di Kota Medan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Data atribut tahun akademik dan atribut. Selain generalisasi, pada proses ini juga dilakukan dengan mengkonstruksi atribut baru menggunakan data dari atribut yang sudah ada. 4 Pemuatan Data Pada tahap ini,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi SIG ini dengan baik adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi SIG ini dengan baik adalah sebagai berikut : BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Perangkat Keras (Hardware) Spesifikasi minimum perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi SIG ini dengan baik adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya perikanan. Keberadaan lokasi budi daya udang di Kecamatan Medan Belawan tersebar cukup merata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan di jelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1 Analisa Sistem ng Sedang Berjalan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis mendapati beberapa kendala-kendala yang dihadapi pada sistem yang sedang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang dibutuhkan untuk aplikasi data warehouse ini, antara lain : 1. Server Konfigurasi hardware

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus 2010 hingga bulan Maret 2011 di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi. Memory RAM 256 Mb atau lebih tinggi. Minimal Hardisk 8 Gb atau lebih

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi. Memory RAM 256 Mb atau lebih tinggi. Minimal Hardisk 8 Gb atau lebih BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Dukungan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan aplikasi VB 6.0 dan ArcView. Processor Intel Pentium IV atau lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nama dan deskripsi atribut tabel tempfact_indeksprestasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nama dan deskripsi atribut tabel tempfact_indeksprestasi Uji Query Tahap ini dilakukan setelah pembuatan data warehouse selesai. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah operasi dasar OLAP berhasil diimplementasikan dan sesuai dengan informasi yang ditampilkan.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arna Fariza 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

Mampu menggunakan komputer Familier dengan aplikasi internet. Mampu menggunakan ArcView Mampu menggunakan Map Server.

Mampu menggunakan komputer Familier dengan aplikasi internet. Mampu menggunakan ArcView Mampu menggunakan Map Server. LAMPIRAN Lampiran Karakteristik Pengguna SIRIPB Pengguna Hak Akses Tingkat Keterampilan Pengguna Umum Melihat Tampilan utama SIRIPB. Melihat menumenu yang disediakan SIRIPB kecuali menu Administrator.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai sistem informasi geografis wilayah rawan kecelakaan di kota Medan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Langkah-langkah deteksi cluster dengan algoritme DDBC. Performansi Hasil Cluster

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Langkah-langkah deteksi cluster dengan algoritme DDBC. Performansi Hasil Cluster Performansi Hasil Cluster Gambar 8 Langkah-langkah deteksi cluster dengan algoritme DDBC. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil cluster. Analisis yang digunakan adalah analisis cluster ce. Besarnya

Lebih terperinci

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi Sistem

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi Sistem 74 BAB 4 Implementasi dan Evaluasi Sistem 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem yang dibutuhkan untuk aplikasi ini terbagi menjadi dua yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2, Dian Safitri 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Halaman i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS Novianti (11105172) Jurusan Sistem Informasi, Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

menginformasikan gedung, jalan utama, lapangan, taman, tempat parkir dan lain

menginformasikan gedung, jalan utama, lapangan, taman, tempat parkir dan lain BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Sistem Sistem Informasi Geografis ini nantinya diharapkan dapat memberikan informasi mengenai denah Universitas Islam Indonesia. Sistem nantinya mampu menginformasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem Aplikasi SIG bukanlah sistem yang plug and play sehingga ada kemungkinan beberapa komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG Penempatan Security Pada PT. SIGAP di kota Medan akan tampil secara maksimal dengan menggunakan Mozilla, untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil 1. Tampilan Menu Utama Pada Halaman Menu Utama Sistem Informasi Geografis ini sebagai halaman pertama kali saat aplikasi ini dijalankan. Halaman ini berisi

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan

Bab 3. Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN No Makalah : 103 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arif Basofi 2, Nana Ramadijanti 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik

Lebih terperinci

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0 PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0 Riyan Nusyirwan [1.01.03.019] fastrow88@gmail.com Pembimbing I : Nana Juhana, M.T Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG letak lokasi salon mobil SEHAT di wilayah kota Medan akan tampil baik menggunakan Mozilla Firefox, untuk menjalankan aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada zaman yang telah maju ini manusia telah dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi. Hampir diseluruh aspek kehidupan manusia terdapat teknologi yang canggih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya serta amat beragam jenis dan sumbernya. Data-data ini bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya serta amat beragam jenis dan sumbernya. Data-data ini bervariasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah sistem informasi geografis yang sudah berjalan dan dikelola dengan baik, pada umumnya merupakan kumpulan data yang cukup banyak jumlahnya serta amat beragam

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Taman Kanak kanak Di Daerah Medan Marelan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 94 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi hardware minimum yang diperlukan untuk menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton.

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 84 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi sistem yaitu spesifikasi sistem dan cara menggunakan aplikasi segmentasi citra dengan menggunakan metode Fuzzy C- Means

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan. Keberadaan fasilitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi perangkat keras minimum : memori 64 MB.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi perangkat keras minimum : memori 64 MB. 92 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Perangkat keras (Hardware) Perangkat keras yang dibutuhkan untuk mengoperasikan program aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Dan Uji Coba Hasil rancangan program sistem informasi pemesanan jasa penyewaan kendaraan pada CV. SS TRANSPORT terdiri dari beberapa tampilan halaman dan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 141 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Aplikasi 1. Form Login Form Login ini muncul pertama kali saat aplikasi dijalankan. Untuk menjaga keamanan pengaksesan informasi, hanya mereka yang memiliki

Lebih terperinci

Petunjuk Penggunaan Alat. Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan

Petunjuk Penggunaan Alat. Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan Petunjuk Penggunaan Alat 1. Spesifikasi Peranti Keras (Hardware) baik: Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan 1. Processor Intel Pentium 4 yang berfungsi untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Sistem yang akan dioperasikan sebaiknya sistem tersebut telah diuji sebelum diterapkan apabila masalah yang ada pada sistem sudah terselesaikan dengan baik dan tanpa

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MULTIDIMENSI MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING BERBASIS MAHALANOBIS DISTANCE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MULTIDIMENSI MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING BERBASIS MAHALANOBIS DISTANCE SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MULTIDIMENSI MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING BERBASIS MAHALANOBIS DISTANCE WRS Nurwidodo 1) dan Mochamad Hariadi 2) Jurusan Teknik Elektro FTI, ITS, Surabaya Kampus ITS Keputih,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma A* dan Dijkstra ini menggunakan model waterfall. Model waterfall penelitian untuk

Lebih terperinci

11. Tampilan Tambah Barang

11. Tampilan Tambah Barang 281 11. Tampilan Tambah Barang Gambar 4.78 Rancangan Layar Tambah Barang 12. Tampilan Ubah Barang Gambar 4.79 Rancangan Layar Ubah Barang 282 13. Tampilan Master Stok Barang Gambar 4.80 Rancangan Layar

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. program aplikasi dengan baik adalah : a. Processor Intel Pentium 1.66 GHz atau yang setara. b. Memori sebesar 512 MB

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. program aplikasi dengan baik adalah : a. Processor Intel Pentium 1.66 GHz atau yang setara. b. Memori sebesar 512 MB 68 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi hardware minimum yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan baik

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Implementasi sistem program ini mencakup spesifikasi kebutuhan perangkat keras (hardware) dan spesifikasi perangkat lunak (software). 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil dari aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Loket Pemesanan Tiket Antar Provinsi di Kota Medan berbasis web ini akan dijelaskan pada sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi banyak masyarakat. Permintaan akan sumber daya listrik terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. bagi banyak masyarakat. Permintaan akan sumber daya listrik terus bertambah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah suatu sumber daya energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, bahkan energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok bagi banyak masyarakat.

Lebih terperinci

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG Pembimbing : Arif Basofi, S. Kom Arna Fariza, S.Kom, M. Kom Oleh : Yulius Hadi Nugraha 7406.030.060 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan otonomi yang dimiliki perusahaan daerah untuk mengelola air minum menghadapi masalah pemetaan. Masalah pemetaan ini disebabkan oleh pembagian wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Pada penelitian ini digunakan data satelit NOAA pada tahun 1997 sampai dengan 2005 serta data satelit TERRA dan AQUA dari tahun 2000 sampai dengan 2009.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Implementasi Program Tahap implementasi program merupakan tahap meletakkan aplikasi agar siap untuk dioperasikan. Sebelum aplikasi diterapkan ada baiknya diuji terlebih

Lebih terperinci

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab ini akan membahas tentang: - Pengenalan ArcGIS Desktop - Pembuatan project pada ArcMap - Penambahan layer pada ArcMap 1.1 Sekilas tentang ArcGIS Desktop ArcGIS Desktop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun TV dan Radio di Kota Medan. Diharapkan dengan dibuatnya tugas akhir

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun TV dan Radio di Kota Medan. Diharapkan dengan dibuatnya tugas akhir BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini penulis akan membuat Sistem Informasi Geografis Stasiun TV dan Radio di Kota Medan. Diharapkan dengan dibuatnya tugas akhir ini dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai sistem informasi geografis penentuan jumlah penduduk yang kurang mampu pada kecamatan Medan Labuhan berbasis web yang meliputi analisa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menghasilkan sebuah perangkat lunak Sistem Informasi Geografis Letak Lokasi Dinas Pemerintahan Wilayah Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni 2013-2015, rentan waktu itu di jadikan sebagai bahan penelitian karena cukup relevan dengan tahun sekarang, faktor

Lebih terperinci

PERSYARATAN PRODUK. 1.1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan

PERSYARATAN PRODUK. 1.1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan BAB 1 PERSYARATAN PRODUK Bab ini membahas mengenai hal umum dari produk yang dibuat, meliputi tujuan, ruang lingkup proyek, perspektif produk, fungsi produk dan hal umum yang lainnya. 1.1 Pendahuluan Hal

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Kantor Lurah Daerah Kecamatan Medan Labuhan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Selama proses pengujian aplikasi rute terpendek akan digunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang berspesifikasi sama. Hal ini dilakukan agar

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PELAYANAN KESEHATAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PELAYANAN KESEHATAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PELAYANAN KESEHATAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS Endah Dharmaputeri (10105565) Jurusan Sistem Informasi, Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sistem Operasi: Microsoft Windows XP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sistem Operasi: Microsoft Windows XP 7 Sistem Operasi Microsoft Windows XP Professional Service Pack Sedangkan spesifikasi inti kedua virtual komputernya adalah: Prosesor tunggal Memori 5 MB Harddisk 8 GB Sistem Operasi: Microsoft Windows

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM 60 BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM IV.1. Tampilan Antarmuka IV.1.1 Tampilan Menu a. Halaman Beranda Halaman beranda merupakan halaman awal saat aplikasi dijalankan. Bentuk Halaman beranda dapat dilihat pada

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK

KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK YUANDRI TRISAPUTRA & OKTARINA SAFAR NIDA (SIAP 16) Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci