HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE"

Transkripsi

1 HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE OLEH HILDA MONICA NOKY TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program StudiPsikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

2

3

4

5

6

7 HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE Hilda Monica Noky Heru Astikasari S. Murti Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

8 Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan celebrity worship pada idola K- pop (Korean Pop) dengan body image di komunitas Kpop Ucee Solo. Subjek penelitian ini adalah 43 anggota komunitas pecinta K-pop Solo yang berusia tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan skala celebrity worship dan skala body image. Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk melakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dimensi entertainment social (r = -.408, p < 0,05) dan dimensi intense personal feeling (r = -.322, p < 0,05) dengan body image pada anggota komunitas Kpop Ucee di Solo. Dimensi entertainment social intese dan personal feeling memberikan sumbangan pada body image sebesar 16,6 % dan 10,37% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sementara itu, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara dimensi borderline pathological dengan body image pada anggota komunitas K-pop Ucee di Solo. Kata kunci: Celebrity Worship, Body Image, Komunitas Kpop Ucee. i

9 Abstract This research is try to find out the correlation of parasocial interaction to K-pop idol with body image of Kpop Ucee community in Solo. The subjects are 43 members of K- pop Ucee community in Solo whom around years old. The sampling technique is purposive sampling. Data were collected by celebrity worship to K-pop idol scale and body image scale Pearson Product Moment Correlation is used to perform the analysis. The analysis showed that there is a negative and significant relationship between dimension entertainment social (r = -.408, p < 0,05) and dimension intense personal feeling (r = -.322, p < 0,05) with body image members of Kpop Ucee solo. The dimensions of entertainment social and intense personal feeling contribute to body image of 16,6 % and 10,37% influenced by other factors. Meanwhile, there was no significant association between dimensions borderline pathological with body image of members Kpop Ucee Solo. Keyword: Celebrity Worship, Body Image, Community of Kpop Ucee. ii

10 1 PENDAHULUAN Salah satu budaya yang sedang berkembang di era globalisasi ini adalah budaya pop Korea atau yang sering kita dengar dengan istilah Korean wave. Fenomena Korean wave ini berawal muncul di Indonesia pada tahun 2002 dengan booming- nya drama seri Korea seperti Endless Love. Drama televisi juga menjadi bagian dari produk kebudayaan Korea Selatan yang mendapat perhatian dan pencapaian popularitas pertama dibandingkan konten-konten budaya lainnya. Oleh karena itu, drama televisi merupakan salah satu konten kebudayaan yang paling diminati dan dianggap sebagai produk yang memimpin penyebaran Hallyu (sari, 2009). Penyebaran Korean wave di Indonesia tidak lepas dari peranan media massa. Di era globalisasi seperti saat ini, teknologi informasi mudah diakses kapan dan dimana saja (Nuryanitha, 2014). Peran media yang memberikan pengaruh cukup besar dalam kaitannya menghubungkan antara penggemar dan tokoh idolanya. Hal tersebut menimbulkan hubungan parasosial dengan tokoh yang ditampilkan media. Bentuk hubungan parasosial yang saat ini terjadi pada kalangan remaja adalah celebrity worship (Maltby dkk, 2005). Celebrity worship adalah perilaku obsesi individu untuk terlalu terlibat di setiap kehidupan selebriti sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari individu tersebut (Maltby dkk,2003). Penggemar K-Pop yang kebanyakan didominasi oleh para remaja ini tidak terlepas dari masalah perkembangan pada masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Menurut Santrock (2007), masa remaja adalah periode transisi (peralihan) dari masa anak-anak menuju

11 2 masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari jati dirinya. Masa-masa ini bukanlah masa yang mudah untuk dilalui. Banyak hal yang perlu dipelajari dari lingkungan dan teman sebayanya (Santrock, 2003). Dalam proses ini, remaja membutuhkan figure teladan agar mereka bisa mencontoh figur tersebut. Hal yang terjadi saat ini adalah idola yang kurang baik sering menjadi panutan bagi mereka. Idola menjadi latar belakang perubahan tingkah laku remaja agar sesuai dengan tuntutan lingkungan teman sebaya yang memiliki idola yang sama (Ninggalih, 2011). Dengan kepopularitas fenomena Korean wave yang semakin meluas, membuat para remaja yang ada di Indonesia membuat beberapa fanbase, fansclub maupun komunitas pencinta korea lainnya dengan berbagai isi konten kebudayaan korea yang mereka sukai, salah satunya adalah komunitas Kpop yang ada di kota Solo. Berdasarkan hasil wawancara pribadi yang dilakukan pada tanggal 7 Mei 2015 komunitas ini membentuk organisasi berstruktur yang memiliki banyak anggota yang memiliki nama United Cover Entry Ease dan sering disebut dengan singkatan komunitas U-Cee. Komunitas ini dibentuk pada bulan November tahun 2011 berawal dari beberapa kumpulan para remaja yang hanya berkumpul bersama menonton drama korea yang mereka sukai, hingga berbagi informasi mengenai konten kebudayaan korea yang saat itu sedang popular dikalangan para penggemar seperti cara berpakaian, alat kosmetik, serial drama Korea, boyband dan girlband, makanan maupun bahasa Korea, menyatukan aspirasi beberapa kumpulan para remaja ini untuk membuat komunitas ini menjadi lebih aktif lagi hingga akhirnya mereka berhasil membuat komunitas ini berkembang dan memiliki respon yang baik dan diterima oleh masyarakat yang ada di kota Solo, salah satunya adalah event lomba yang menari gerakan yang ada di musik

12 3 video para boyband maupun girlband yang mereka idolakan, bahkan mengadakan kegiatan seperti memperkenalkan makanan maupun pakaian yang berhubungan dengan fenomena Korean wave saat ini. Gaya hidup remaja ini kemudian perlahan - lahan mengalami perubahan seperti berusaha mengikuti gaya hidup sang idola, seperti model pakaian, model rambut, sepatu, dan lain sebagainya (Ninggalih, 2011). Bahkan beberapa dari mereka mengganti nama di jejaring sosial seperti facebook, twitter sesuai dengan nama Korea lengkap dengan ejaan tulisan Korea. Beberapa remaja mengutarakan salah satu alasan mereka menggunakan produk yang berasal dari korea dikarenakan produk tersebut digunakan oleh salah satu tokoh idolanya dan para remaja ini juga saling bersaing untuk bisa meniru gaya idolanya serta rela melakukan apa saja demi bertemu idolanya (Wuryanta, 2011). Pada masa remaja tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang siapa dirinya dan bagaimana dirinya, sikap yang dimiliki remaja juga dipengaruhi oleh penilaian dan evaluasi terhadap tubuhnya, baik secara positif maupun secara negatif. Penilaian atau evaluasi secara positif dan negatif bisa dikatakan merupakan bagian utama dari evaluasi seseorang terhadap diri yang disebut gambaran tubuh atau body image (Cash dan Pruzinky, 2002). Persuasi dari significant person (keluarga dan teman sebaya) menjadi faktor lain perhatian perempuan terhadap bentuk tubuhnya (Moreno & Thelen; Pike & Rodin, dalam Vincent & McCabe, 1999). Salah satu contoh fenomena Celebrity Worship pada remaja adalah keinginan remaja, khususnya remaja perempuan untuk mengidentikan dirinya dengan selebriti yang memiliki tubuh yang bagus. Sehingga keinginan untuk memiliki tubuh tersebut semakin meningkat pada saat usia remaja berada pada usia 15 tahun dimana saat itu para remaja mengalami krisis identitas dan kecemasan yang

13 4 sangat tinggi tentang daya tarik pada tubuh yang mereka miliki dan berusaha untuk mengikuti perkembangan model tubuh yang sedang tren saat ini (Dittmar dkk, 2000). Remaja tersebut melakukan berbagai cara agar memiliki tubuh seperti idolanya tersebut, tak jarang yang hingga mengalami anorexia (Maltby dkk, 2005). Soetjiningsih, (2004) mengatakan bahwa remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-nilai yang ada pada idolanya tersebut kedalam dirinya. Sehingga remaja sering berperilaku seperti tokoh idealnya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan bahkan merasa seolah-olah menjadi seperti mereka Remaja memiliki kriteria dalam memilih tokoh idealnya seperti idealisme, romantisme dan absolutisme (Cheung, 2000). Maltby dkk (2005) menyebutkan ada tiga dimensi keterlibatan dengan idola yaitu entertainment social, intense-personal feeling, borderline - pathological. Penelitian yang dilakukan di Malaysia menunjukan bahwa perempuan cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi Entertaiment Social daripada laki - laki, Swami dkk (2010). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa tidak ada bias jenis kelamin pada tiap dimensi celebrity worship, meskipun begitu penelitian yang dilakukan oleh McCutcheon dkk, (2002) bahwa laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi Borderline-pathological dibanding para wanita. Meskipun hasilnya tidak sama dengan penelitian sebelumnya, namun dalam penelitian dilakukan oleh Swami dkk (2010) terdapat hubungan antara jenis kelamin subjek dengan dimensi Entertaiment Social dengan hasil yang rendah. McCutcheon dkk, (2002) juga menemukan relasi yang positif antara dimensi Entertaiment Social dengan salah satu dimensi tipe kepribadian Eysenck yaitu extraversi, lalu pada dimensi intense personal berhubungan dengan tipe kepribadian

14 5 neuroticism dan pada dimensi borderline-pathological memiliki relasi dengan tipe kepribadian prychoticism. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Yuliawati (2013) menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif antara harga diri dan celebrity worship (borderlinepathological) yaitu jika harga diri rendah maka celebrity worship akan tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leary (dalam Myers, 2012) menyatakan bahwa penolakan sosial akan memperendah harga diri remaja dan membuat remaja semakin berusaha untuk mendapatkan persetujuan. Berdasarkan penelitian diatas, peneliti menarik suatu rumusan masalah yaitu, apakah terdapat hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop (Korean Pop) dengan body image pada remaja. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop (Korean Pop) dengan body image pada remaja. Body Image Pengertian body image menurut Arthur (2010) adalah merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsipersepsi ini. Beberapa peneliti atau pemikir menggunakan istilah ini hanya terkait tampilan fisik, sementara yang lain mencakup pula penilaian tentang fungsi tubuh, gerakan tubuh, koordinasi tubuh, dan sebagainya. Menurut Thompson (2000) tingkat Body image individu digambarkan oleh beberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri dari empat aspek yaitu reaksi orang

15 6 lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image Faktor - faktor yang mempengaruhi body image menurut Blyth (1985) adalah : a Reaksi dari orang lain, individu berusaha menjalin interaksi dengan orang lain agar dapat diterima oleh orang lain, sehingga individu akan memperhatikan pendapat atau reaksi yang dikemukakan oleh lingkungan termasuk pendapat mengenai fisik atau tubuh. b Perbandingan dengan orang lain atau perbandingan dengan cultural idea, remaja cenderung lebih peka terhadap penampilan fisik dan seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain, teman sebaya ataupun lingkungan sekitar. c Identifikasi terhadap orang lain, beberapa individu merasa perlu mengubah penampilan agar serupa atau mendekati idola yang dianut untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan lingkungan.sehingga hal inilah yang memicu timbulnya perilaku Celebrity Worship pada remaja. Dimensi - dimensi Body Image Body image menurut Cash dan Pruzinsky (2002) adalah : a Evaluasi penampilan (Appearance Evaluation) Penilaian terhadap perasaan menarik atau tidak menarik. Kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap penampilan secara keseluruhan. b Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction) Kepuasaan atau ketidakpuasaan individu terhadap bagian tubuh tertentu, seperti wajah, rambut, paha, pinggul, kaki, pinggang, perut, tampilan otot, berat ataupun tinggi badan, serta penampilan secara keseluruhan.

16 7 c Kecemasan menjadi gemuk (overweight preoccupation) Menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan dan kewaspadaan akan berat badan yang ditampilkan melalui perilaku nyata dalam aktivitas sehari - hari, seperti kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan, serta membatasi pola makan. d Pengkategorian ukuran tubuh (self - classified weight) Bagaimana seseorang memandang, mempersepsi, dan melihat berat badan mereka. Celebrity Worship Celebrity worship adalah perilaku obsesi individu untuk terlalu terlibat di setiap kehidupan selebriti, sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari individu tersebut. Celebrity worship menunjukan perilaku seseorang yang memberikan bentuk kekaguman dengan intensitas yang tidak biasa dan penghormatan terhadap idola (Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 20012). Celebrity worship dipengaruhi oleh kebiasaaan seperti melihat, mendengar, membaca dan mempelajari tentang kehidupan selebriti secara berlebihan hingga menimbulkan sifat empati, identifikasi, obsesi, dan asosiasi yang menimbulkan konformitas (Maltby dkk, 2003). Dimensi - Dimensi Celebrity Worship Terdapat tiga dimensi yang menggambarkan tingkatan dari celebrity worship menurut McCutcheon (Maltby dkk, 2003), yakni : a Sosial dan hiburan (Entertainment - social) Dimensi ini terdiri dari sikap fans yang tertarik pada selebriti favorit mereka karena kemampuan mereka dianggap menghibur dan menjadi fokus sosial. hal

17 8 ini biasanya dikaitkan dengan penggunaan media sosial sebagai sarana untuk mencari informasi tentang tokoh idola yang sedang disukai. b Intense personal feeling Dimensi ini mencerminkan perasaan intensif dan kompulsif tentang selebriti, mirip dengan kecenderungan obsesif penggemar. Hal ini menyebabkan fans kemudian menjadi memiliki kebutuhan untuk mengetahui apapun tentang selebriti idolanya tersebut, seiring dengan meningkatnya intensitas keterlibatan dengan selebriti, fabs mulai menganggap tokoh idolanya memiliki hubungan yang dekatnya sehingga mengembangkan parasosial dengan selebriti tersebut. c Borderline pathological Dimensi ini ditandai oleh perilaku yang tidak terkendali dan fantasi tentang skenario yang melibatkan selebriti mereka. Hal ini dimanifestasikan dalam sikap seperti bersedia melakukan apapun demi selebriti yang diidolakan meskipun hal ini melanggar hukum. Tingkatan tersebut menunjukkan bahwa semakin seseorang memuja dan terlibat dengan sosok selebriti tertentu maka hubungan parasosial yang terjalin antara fans dengan idola semakin kuat. Hubungan Celebrity Worship dengan Body Image pada Remaja Permasalahan yang sering dihadapi oleh para remaja adalah mereka sering merasa tidak puas terhadap tubuh yang dimilikinya sehingga menimbulkan perbandingan diri dengan orang - orang sekitar maupun dengan melalui proses identifikasi dengan orang lain seperti tokoh idola yang ia sukai. Esther (2002) menemukan beberapa fakta, yaitu 62% subjek penelitian ingin menurunkan berat badan setelah menonton acara peragaan busana dan penampilan para artis di televisi dan 75% subjek penelitian yang suka membaca artikel tentang bentuk tubuh yang langsing

18 9 melalui sarana media lainnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas dengan citra tubuh mereka. Sayangnya tidak semua nilai yang diberikan oleh tokoh idola bernilai positif, salah satunya adalah bentuk tubuh ideal yang sulit dicapai, sehingga para remaja yang sedang dalam masa peralihan berusaha melakukan apapun untuk meniru penampilan tokoh idolanya walaupun hal tersebut tidak mudah. Sheridan et al (2007) menyimpulkan seseorang yang memuja selebriti cenderung mencari identitas diri dan mengidentifikasi diri dengan selebriti tersebut. Maka dengan adanya perilaku celebrity worship tersebut bisa mempengaruhi berbagai hal dalam kehidupan seseorang seperti halnya mengenai gambaran tubuh. Hipotesis penelitian ini adalah (H1) Entertaiment Social berhubungan positif dengan body image, (H2) Intense Personal berhubungan positif dengan body image, (H3) Borderline pathological berhubungan negatif dengan body image. METODE Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas pecinta K-pop Ucee Solo. Sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang anggota komunitas pecinta K-pop Ucee Solo, yang terdiri dari 6 laki - laki dan 59 perempuan. Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling, sedangkan metodenya menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian dipilih dengan kriteria tertentu yakni menjadi anggota komunitas pecinta K-pop Ucee Solo, memiliki idola K-pop, berjenis kelamin laki - laki atau perempuan dan berusia tahun

19 10 Pengukuran Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dalam skala ini subjek diminta untuk merespon sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Tujuannya adalah untuk mengungkap hal - hal yang sedang diteliti. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Celebrity Worship dan skala Body Image. 1. Skala Celebrity Worship Skala Celebrity Worship yang digunakan oleh peneliti dimodifikasi dari skala penelitian yang disusun berdasarkan Celebrity Attitude Scale (CAS; McCutcheon, Lange, & Houran, 2001). Ada tiga aspek yang menggambarkan tingkatan dari entertainment social dimana seseorang memiliki motivasi untuk melakukan pencarian aktif terhadap selebriti, intense personal feeling dimana seseorang memiliki perasaan intensif dan memiliki kebutuhan untuk mengetahui apapun tentang selebriti, dan borderline pathological dimana seseorang memiliki pemikiran yang tidak terkontrol dan menjadi irrasional terhadap selebriti. Skala ini menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban untuk setiap pernyataan. Skor skala Celebrity Worship ini bergerak dari 1 hingga 4 dengan rincian : 1 (Sangat Tidak Sesuai), 2 (Tidak Sesuai), 3 (Sesuai) dan 4 (Sangat Sesuai). Uji validitas dilakukan pada 43 subjek dan hasil yang diperoleh bahwa validitas kuesioner CAS bergerak dari 0,310-0,664 dan terdapat 5 aitem yang tidak memenuhi persyaratan lebih besar dari 0,30. Semua aitem yang mencapai nilai p > 0,30 dianggap valid (azwar, 2012). Sementara itu uji reliabiltas terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,838 yang lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner dapat dinyatakan reliable.

20 11 2. Skala Body Image Skala Body Image dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek - aspek body image yang dikemukan oleh Cash dan Pruzinsky (2002) yaitu aspek evaluasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian tubuh. Jumlah aitem total skala body image ini sebanyak 51 aitem yang terdiri dari 25 item favourable dan 26 aitem unfavourable. Skala body image ini menggunakan skala likert dengan menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Hasil validitas kuesioner Body Image yang diperoleh bergerak dari 0,363-0,797 dan terdapat 20 aitem yang tidak memenuhi persyaratan lebih besar dari 0,30. Sementara itu uji reliabiltas terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,945 yang lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner dapat dinyatakan reliable. Prosedur Pengambilan Data Prosedur pengambilan data penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yakni persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap persiapan peneliti menentukan variabel yang akan dijadikan penelitian, lalu menentukan desain penelitian dan, membuat alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Pada tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pengambilan data pada subjek penelitian pada tanggal 30 Juli 2015 di Solo, yaitu 65 anggota komunitas pecinta K-pop Ucee di Solo, namun data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 43 dikarenakan ada beberapa anggota yang tidak dapat berkumpul pada saat itu dan setelah data sudah berhasil didapat, peneliti masuk ke tahap akhir atau tahap tindak lanjut pengolahan data.

21 12 Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yang bersifat korelasional, maka data yang diperoleh dilakukan uji syarat yaitu uji normalitas dan uji liniearitas selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Analisis Deskriptif Tabel 1 Hasil Analisa Deskriptif CAS Butir Mean SD Skor Dimensi Rentang Min Max Entertaiment Social Intense Personal Bordeline Pathological Berdasarkan tabel di atas perolehan rerata hasil pengisian CAS yang diisi subjek sesuai urutan rerata skor tertinggi sampai dengan yang terendah yaitu sebagai berikut : 1) Intense Personal rerata ) Bordeline Pathological rerata dan 3) Entertaiment Social rerata Dengan demikian, Intense Personal menduduki rerata skor Celebrity Worship yang tertinggi dan Entertaiment Social berada pada rerata terendah. Kategorisasi Skor Dimensi Celebrity Worship Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel digunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah, maka skor tertinggi dan terendah dapat dihitung dengan menggunakan rumus rentangan berdasarkan standar deviasi dan mean empiris dilihat dari kurva normal (Azwar, 2008) sebagai berikut : Butir skala pada dimensi Entertaiment Social memiliki pilihan 4 jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, maka skor tertingginya adalah

22 13 4 dikalikan dengan jumlah item soal yaitu 4 x 4 diperoleh skor 16 dan skor terendah adalah 1 dikalikan dengan jumlah item yaitu 1 x 4 diperoleh skor 4. Untuk menentukan tinggi rendahnya dimensi Entertaiment Social digunakan 5 kategori yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut : i i = 2,4 Interval yang sudah diperoleh tersebut maka tinggi rendahnya hasil pengukuran pada dimensi Entertaiment Social dapat dikategorikan sebagai berikut : Tabel 2 Kategorisasi Skor CAS Entertaiment Social Interval Frekuensi % Kategori Mean 13,6 x < ,5 Sangat Tinggi 11,2 x < 13, ,6 Tinggi ,8 x < 11, ,6 Sedang 6,4 x < 8,8 1 2,3 Rendah 4 x < 6,4 0 0 Sangat Rendah TOTAL Pada kategorisasi skor CAS Entertaiment Social subjek penelitian sebanyak 39,5 % berada pada kategori sangat tinggi yang artinya sebagian besar subjek memiliki respon atau sikap fans yang sangat tinggi dalam menarik perhatian mereka terhadap idola Kpop yang mereka sukai dan persentase terkecil sebesar 0% berada pada kategori sangat rendah. Kategorisasi Skor CAS Intense Personal Butir skala pada dimensi Intense Personal memiliki pilihan 4 jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, maka skor tertingginya adalah

23 14 4 dikalikan dengan jumlah item soal yaitu 4 x 8 diperoleh skor 32 dan skor terendah adalah 1 dikalikan dengan jumlah item yaitu 1 x 8 diperoleh skor 8. Untuk menentukan tinggi rendahnya dimensi Intense Personal digunakan 5 kategori yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut : i i = 4,8 Interval yang sudah diperoleh tersebut maka tinggi rendahnya hasil pengukuran pada dimensi Intense Personal dapat dikategorikan sebagai berikut : Tabel 3 Kategorisasi Skor CAS Intense Personal Interval Frekuensi % Kategori Mean 27,2 x ,6 Sangat Tinggi 22,4 x < 27, ,9 Tinggi 17,6 x < 22, ,2 Sedang ,8 x < 17,6 3 7,0 Rendah 8 x < 12,8 1 2,3 Sangat Rendah TOTAL Dari kategorisasi skor CAS Intense Personal yang dilakukan peneliti, persentase paling besar terdapat pada kategori sedang sebanyak 51,2 % yang artinya subjek memang memiliki kecenderungan obsesif pengemar atau perasaan intensif kepada idola Kpop yang mereka sukai tapi berada pada kategori yang sedang atau wajar, kemudian diikuti 27,9 % pada kategori tinggi dimana hal ini menunjukan bahwa ada sebagian dari subjek memiliki respon perasaan intensif atau kecenderungan obsesif pengemar yang tinggi terhadap idola Kpop yang mereka sukai. Sedangkan persentase paling kecil ditemukan pada kategori skor sangat rendah sebesar 2,3 %

24 15 Kategorisasi Skor CAS Bordeline Pathological Butir skala pada dimensi Bordeline Pathological memiliki pilihan 4 jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, maka skor tertingginya adalah 4 dikalikan dengan jumlah item soal yaitu 4 x 5 diperoleh skor 20 dan skor terendah adalah 1 dikalikan dengan jumlah item yaitu 1 x 5 diperoleh skor 5. Untuk menentukan tinggi rendahnya dimensi Bordeline Pathological digunakan 5 kategori yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut : i i = 3 Interval yang sudah diperoleh tersebut maka tinggi rendahnya hasil pengukuran pada dimensi Bordeline Pathological dapat dikategorikan sebagai berikut : Tabel 4 Kategorisasi Skor CAS Bordeline Pathological Interval Frekuensi % Kategori Mean 17 x ,0 Sangat Tinggi 14 x < ,9 Tinggi 11 x < ,9 Sedang x < ,9 Rendah 5 x < 8 1 2,3 Sangat Rendah TOTAL Dari kategorisasi skor CAS Bordeline Pathological subjek penelitian sebanyak 41,9 % berada pada kategori sedang yang menunjukan bahwa subjek memiliki respon yang sedang pada tahap berperilaku tidak terkendali dan fantasi tentang skenario yang melibatkan idola yang mereka sukai, dan skor sebesar 1% berada pada kategori sangat rendah yang berarti ada subjek yang memiliki kecenderungan sikap yang sangat rendah

25 16 pada perilaku terlalu berlebihan dalam melibatkan fantasi tentang skenario tentang idola yang disukai. Tabel 5 Hasil Analisa Deskriptif Body Image Std. N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance BI Berdasarkan hasil analisa dari skala Body Image diatas menunjukan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi mencapai 116 dengan mean sebesar 76,74 dari 43 anggota komunitas Kpop Ucee yang menjadi subjek penelitian. Kategorisasi Skor Body Image Butir skala pada Body Image memiliki pilihan 4 jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, maka skor tertingginya adalah 4 dikalikan dengan jumlah item soal yaitu 4 x 31 diperoleh skor 124 dan skor terendah adalah 1 dikalikan dengan jumlah item yaitu 1 x 31 diperoleh skor 31. Untuk menentukan tinggi rendahnya Body Image digunakan 5 kategori yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut : i i = 18,6 Interval yang sudah diperoleh tersebut maka tinggi rendahnya hasil pengukuran pada Body Image dapat dikategorikan sebagai berikut :

26 17 Tabel 6 Kategorisasi Skor Body Image Interval Frekuensi % Kategori Mean 105,4 x ,3 Sangat Tinggi 86,8 x < 105,4 9 20,9 Tinggi 68,2 x < 86, ,5 Sedang 76, ,6 x < 68,2 7 16,3 Rendah 31 x < 49,6 3 7,0 Sangat Rendah TOTAL Dari kategorisasi skor Body Image yang dilakukan peneliti, persentase paling besar terdapat pada kategori skor sedang, sebanyak 53,5 % yang berarti sebagian besar subjek memiliki body image yang sedang atau cukup, sedangkan persentase paling kecil 2,3 % ditemukan pada kategori skor sangat tinggi. Uji Normalitas Uji normalitas dihitung dengan SPSS 16.0 for windows dan dilakukan dengan menggunakan uji one sample-kolmogrov Smirnov. Nilai Ks-z untuk Entertaiment Social sebesar 0,873 dengan nilai Sig 0,431 (p > 0,05), Intense Personal sebesar 0,821 dengan nilai Sig. 0,511 (p > 0,05), Bordeline Pathological sebesar 0,936 dengan nilai Sig. 0,345 (p > 0,05) dan Body Image sebesar 0,898 dengan nilai Sig. 0,395 (p > 0,05). Persebaran data dikatakan normal bila nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 (Priyatno, 2010), maka dapat disimpulkan bahwa kedua data variabel berdistribusi normal, sehingga analisis korelasi dapat dilanjutkan. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat data linear atau tidak. Pada dimensi Entertaiment Social nilai F = 2,339 (p > 0,05), Intense Personal Feeling nilai F = 2,390 (p > 0,05), Bordeline Pathological nilai F = 1,350 (p > 0,05), hal ini berarti uji linearitas terpenuhi.

27 18 Uji Korelasi Entertaiment Social Tabel 7 Korelasi Entertaiment Social dengan Body Image Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Body Image -.408** Dari hasil normalitas dan linearitas didapatkan bahwa berdistribusi normal. Berdasarkan pada perhitungan Uji korelasi product moment pearson dari output SPSS, data yang diperoleh pada dimensi Entertaiment Social koefisien korelasi (r) sebesar - 0,408 dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,007 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dimensi Entertaiment Social dengan Body Image. Artinya semakin rendah dimensi Entertaiment Social, maka akan semakin tinggi Body Image pada anggota komunitas Kpop Solo. Sebaliknya, jika semakin tinggi dimensi Entertaiment Social, maka akan semakin rendah Body Image pada komunitas Kpop Solo. Dari hasil penelitian diperoleh juga koefisien determinasi variabel ( ) sebesar 16,6 % dan sisanya sebesar 83,4 % ditentukan oleh faktor lain. Tabel 8 Korelasi Intense Personal Feeling dengan Body Image Body Image Intese Personal Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) **

28 19 Pada level Intese Personal Feeling memiliki koefisien korelasi sebesar -0,322 dan signifikansi (p) sebesar 0,035 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dimensi Intese Personal Feeling dengan Body Image. Artinya semakin rendah dimensi Intese Personal Feeling, maka akan semakin tinggi Body Image pada anggota komunitas Kpop Solo. Sebaliknya, jika semakin tinggi dimensi Intese Personal Feeling, maka akan semakin rendah Body Image pada komunitas Kpop Solo. Dari hasil penelitian diperoleh juga koefisien determinasi variabel ( ) sebesar 10,37 % dan sisanya sebesar 89,63 % ditentukan oleh faktor lain. Bordeline Pathological Tabel 9 Korelasi Bordeline Pathological dengan Body Image Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Body Image Pada level Bordeline Pathological memiliki koefisien korelasi sebesar -0,271 dan signifikansi (p) sebesar 0,079 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dimensi Bordeline Pathological dengan Body Image. PEMBAHASAN Hasil analisa data yang diperoleh menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan pada dimensi entertaiment social dengan body image pada anggota komunitas Kpop Ucee Solo. Maltby et al, (2006) mengatakan bahwa celebrity worship pada tahap entertaiment social, digambarkan dengan mencari informasi mengenai tokoh idola dan senang membicarakan tokoh idolanya dengan orang banyak dan juga senang membicarakan dengan fans lain yang juga mengidolakan idola yang sama, sehingga hal

29 20 ini juga dapat mempengaruhi gambaran tubuh yang dimiliki oleh para anggota dikarenakan intensitas mereka dalam mencari tahu informasi mengenai sosok seperti apa tokoh idolanya, sehingga apabila pada tahap dimensi entertaiment social ini tinggi maka dapat diperoleh body image yang dimiliki rendah atau sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perilaku celebrity worship pada tahap entertaiment social dapat berhubungan negatif dengan body image dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dimensi intese personal feeling memiliki nilai korelasi yang juga menunjukan hasil negatif yaitu terbalik atau tidak searah, yang berarti tingginya nilai dimensi intese personal seseorang maka nilai body image yang dimilikinya rendah dan sebaliknya. Cash & Pruzinsky, (2002), yang mengatakan bahwa individu dengan body image yang tinggi menunjukkan penyesuaian psikologis yang lebih baik dan mereka juga akan memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang baik. Menurut Thompson (2004) ketidakpuasaan penampilan pada individu memilki keterkaitan dengan media, dalam hal ini body image yang rendah menunjukkan rasa ketidakpuasaan dengan keadaan fisiknya, merasa bahwa dirinya tidak memiliki tubuh ideal seperti yang media ciptakan yang melekat pada tokoh idola yang mereka sukai, maka alasan tersebut individu lalu ingin memperbaiki penampilan fisiknya dengan melalui diet ketat seperti rajin berpuasa, mempunyai pola makan yang terbatas dan sangat kaku hingga melakukan olahraga dengan intensitas yang berat. Penelitian Maltby et al, (2004), menunjukan bahwa dalam hal kesehatan mental dari perilaku celebrity worship hanya salah satu aspek dari celebrity worship yang secara signifikan berhubungan dengan kesehatan mental, yaitu dimensi intensepersonal. Kesehatan mental yang diidentifikasi dalam penelitian ini, adalah depresi, kecemasan, gejala somatik, disfungsi sosial, stres dan kepuasan hidup. Dalam penelitian

30 21 Maltby et al, (2004), responden yang menunjukkan nilai intense personal yang tinggi, menunjukkan resiko dari cara mereka membuat pertimbangan dan bagaimana fokus mereka terhadap tokoh idola mereka. Jika individu memiliki nilai intense personal tinggi maka menurut Maltby et al, (2004) akan menunjukan kepribadian neurotisisme, perilaku dan sikap melarikan diri dari kenyataan atau denial, stres, sangat emosional, tegang dan cenderung menarik diri dari dunia. Individu yang berada dalam tahap intense personal dalam celebrity worship tidak menjalani kehidupan sehari - harinya dengan efektif. Oleh karena itu, Maltby et al, (2001) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa individu yang berada pada tahap intense personal menghabiskan waktu untuk memuja tokoh idolanya cenderung dapat melupakan tanggung jawabnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dimensi intense personal dengan body image dapat memiliki hubungan secara signifikan. Pada dimensi borderline pathological terhadap idola K-pop, McCutcheon, (2004) menyebutkan bahwa dimensi borderline pathological adalah dimana individu memiliki pemikiran yang tidak terkontrol dan menjadi irrasional terhadap selebriti seperti kesediaan untuk melakukan apapun demi selebriti meskipun hal tersebut melanggar hukum, individu yang memiliki skor borderline pathological yang tinggi cenderung rentan mengalami depresi atau kecemasan dan juga merasa tidak aman terhadap lingkungan sekitar. Maltby (2006) mengatakan bahwa individu yang berada pada dimensi borderline pathological cenderung memiliki pengalaman disosiatif sehingga tidak dapat menyelaraskan pengalaman, pikiran dan perasaan dalam kehidupan sehari - hari namun dalam penelitian ini hasil yang diperoleh pada dimensi borderline pathological menunjukan bahwa anggota komunitas K-pop Ucee Solo tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan body image terhadap idola K-pop tersebut yang

31 22 berarti tinggi rendahnya body image tidak menentukan tinggi rendahnya borderline pathological. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Adanya hubungan negatif yang signifikan pada dimensi Entertaiment Social dan dimensi Intense Personal Feeling dengan body image, sedangkan pada dimensi Bordeline Pathological tidak ada hubungan yang signifikan dengan body image. 2. Body Image memiliki nilai rata-rata sebesar 76,74 sehingga dapat dikatakan bahwa body image pada anggota komunitas Kpop Ucee di Solo, masuk pada kategori sedang (53,5%). 3. Pada dimensi Entertaiment Social memiliki rata-rata 12,83 yang menunjukkan bahwa anggota komunitas Kpop Ucee di Solo berada dalam kategori tinggi (32,6%) dan pada dimensi Intense Personal dengan rata-rata 21,90 yang sebagian besar anggota komunitas Kpop Ucee di Solo berada pada kategori sedang (51,2%) begitu juga hal yang diperoleh pada dimensi Feeling Bordeline Pathological memiliki rata-rata 13,58 juga masuk kedalam kategori sedang (41,9%).

32 23 SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa saran yang diajukan oleh peneliti yaitu: 1. Bagi Subjek, yang menjadi penggemar Korean Wave diharapkan untuk tidak berperilaku fanatik yang negatif seperti berperilaku ekstrim kepada idola atau melakukan tindakan kriminal dan jadikanlah perilaku fanatik kalian kepada hal yang positif seperti menambah pengetahuan tentang Bahasa Asing, lebih menghormati dan menghargai orang asing dan berbagai macam konten kebudayaan yang tidak ada di Indonesia, Dengan demikian subjek dapat mengembangkan dirinya kearah yang lebih positif. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapakan untuk menggunakan subjek penelitian yang lebih luas atau komunitas pencinta Kpop lainnya, untuk membandingkan hasilnya. 3. Faktor - faktor lain yang tidak dikontrol oleh peneliti, seperti lamanya subjek mengidolakan idola tersebut, perbedaan pandangan atau motivasi tiap subjek terhadap sosok idola yang mereka sukai.

33 24 DAFTAR PUSTAKA Arthur S. R. & Emily S. R Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Blyth, D.A., Roberta, G.S, & David F.Z. (1985). Satisfaction with Body Image for Early Adolescent Females: The Impact of Pubertal Timing within Diferent School Enviroments. Journal of Youth and Adolescence. Dittmar, H., Lloyd, B., Dugan, S., Halliwell, E., Jacobs, N., & Cramer, H. (2000). The body beautiful English adolescents images of ideal bodies. Sex Roles, 42, Esther Hubungan antara sikap terhadap persuasi untuk bertubuh ideal menurut media dan harga diri dengan body dissatisfaction. Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya. Hadi, Sutrisno Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi. Macbeth, H. C., & MacClancy, J. (2004). Researching food habits : methods and problems. London : Berghahn Books. McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptualization and Measurement of Celebrity Worship. British Journal of Psychology, 93, Maltby, J., Giles, D.C., Barber, L., dan McCutcheon, L.E. (2005). Intense Personal Celebrity Worship and Body Image: Evidence of A Link Among Female Adolescents.British Journal of Healt Psychology vol 10, hal Maltby, J., L.E. McCutcheon and R.J. Lowinger. (2011). Brief Report: Celebrity Worshipers and the Five-Factor Model of Personality. North American Journal of Psychology 13(2): Maltby, J., Day, L., McCutcheon, L.E., Gillett, R., Houran, J., & Ashe, D. (2004). Personality and coping: A context for axamining celebrity worship and mental health. British Journal of Psychology. 95, Maltby, J., Day, L., McCutcheon, L.E., Houran, J. & Ashe, D. (2006). Extreme celebrity worship, fantasy proneness and dissociation: Developing the measurement and understanding of celebrity worship within a clinical personality context. Personality and Individual Differences, 40,

34 25 Raviv, A., Bar-Tal, D., Raviv, A.,& Ben-Horin, A. (1996). Adolescent Idolization of Pop Singers: Causes, Expressions, and Reliance. Journal of Youth and Adolescence, 25, Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarlito Wirawan Sarwono, (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto. Thompson, J.K Body Image, Eating Disorders, and Obesity. American Psychological Association Washington, DC Till, B. D., & Shimp, T. A (1998). Endorses in advertising; The case of negative celebrity information. Journal of Adversiting, 27, Wuryanta, W. E. AG., (2011). Diantara Pusaran Gelombang Korea (Menyimak Fenomena K-Pop di Indonesia. Volume III, No 2. Yue, X. D., & Cheung. C. K. (2000). Selection of favourite idols and models among Chinese young people: A comparative study in Hong kong and Nanjing. International Journal of Behavioural Develppment. 24,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. CELEBRITY WORSHIP 1. Definisi Celebrity Worship Menyukai selebriti sebagai idola atau model adalah bagian normal dari perkembangan identitas di masa kecil dan remaja (Greene dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korean Wave atau hallyu atau gelombang Korea adalah suatu bentuk arus peningkatan popularitas kebudayaan Korea di seluruh dunia. Gelombang hallyu pertama kali dibawa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity Worship 2.1.1 Definisi Celebrity Celebrity adalah seseorang atau sekelompok orang yang menarik perhatian media karena memiliki suatu kelebihan atau daya tarik yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau Korean Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA Nawang Nila Kusuma Nawangnila190@yahoo.com Universitas Brawijaya Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berpacaran Pada tinjauan pustaka ini akan dibicarakan terlebih dahulu definisi dari intensi, yang menjadi konsep dasar dari variabel penelitian ini. Setelah membahas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum Salatiga adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sudah dirintis oleh Pemerintah Belanda sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN 5.1 Simpulan Tujuan awal dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan di antara masing-masing dimensi celebrity worship dan compulsive buying dalam membeli merchandise

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Ngablak yang berada di desa Ngablak, kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Alasan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode digunakan untuk memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan kepuasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. DESKRIPSI SUBJEK Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor brand image dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro, Salatiga. Populasi penelitian adalah semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik khusus yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Letak sekolah ini mudah diakses dan sangat strategis yang berada di tengah kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity 2.1.1. Pengertian Celebrity: Menurut Young dan Pinsky (2006) celebrity adalah seorang individu yang berhasil mencapai tingkat ketenaran yang membuat individu berhasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

Studi Deskriptif mengenai Interaksi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal di Komunitas Fans Exo Bandung

Studi Deskriptif mengenai Interaksi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal di Komunitas Fans Exo Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif mengenai Interaksi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal di Komunitas Fans Exo Bandung 1) Priscalina Dea Sukmana, 2) Oki Mardiawan 1,2) Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif atau pendekatan kuantitatif adalah sebuah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

Abstrak. celebrity worship, entertainment social, intense personal, borderline pathological. v Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. celebrity worship, entertainment social, intense personal, borderline pathological. v Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkatan dimensi Celebrity Worship pada penggemar Boyband Exo di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan Accidental Sampling sebagai teknik penarikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 4.1.1. Persiapan Uji Coba Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala berupa skala regulasi emosi yaitu kuesioner AERQ (Academic

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Kancah Penelitian Penelitian mengenai Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan motivasi melanjutkan pendidikan strata 2 pada mahasiswi Suku Jawa Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Gambaran umum partisipan terlihat dari tabel distribusi frekuensi.distribusi frekuensi juga digunakan untuk memaparkan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Kota Indramayu yaitu SMA PGRI 2 Sindang yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari : BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Subyek Penelitian Sebelum melakukan pengujian statistik terlebih dahulu penelitit melihat profil remaja sebagai responden. Peneliti menyertakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan Skala Intensitas Penggunaan Gadgets dan Skala Perilaku Prososial yang telah disusun sesuai dengan

Lebih terperinci

WORKING PAPER PERANAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP BODY IMAGE PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA

WORKING PAPER PERANAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP BODY IMAGE PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA WORKING PAPER PERANAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP BODY IMAGE PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Stacia Andani dan Moondore Madalina Ali Universitas Bina Nusantara, staciaandani@gmail.com ABSTRACT Adolescence

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karateristik dan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN: MOTIVASI MEMBELI PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA PEREMPUAN Maria Sriyani Langoday Flora Grace Putrianti, S.Psi., M.Si Abstract The purpose of this study is to determine the relationship of self-concept

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kuantitatif 1. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Gedung Padepokan Seni Mayang Sunda, Kota Bandung. Peneliti memilih

Lebih terperinci

Hubungan Antara Harga Diri dan Konformitas Dengan Celebrity Worship Pada Remaja Di Surabaya

Hubungan Antara Harga Diri dan Konformitas Dengan Celebrity Worship Pada Remaja Di Surabaya Hubungan Antara Harga Diri dan Konformitas Dengan Celebrity Worship Pada Remaja Di Surabaya Eunike Frederika, Maria Helena Suprapto, Karin Lucia Tanojo Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas. BAB III PENYAJIAN DATA A. Hasil Uji Coba Angket Sebelum angket digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan try out ( uji coba ) kepada 30 responden di SMP Negeri 2 Klaten. Try Out

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebagai berikut Kelas VII sebanyak 14 siswa, kelas VIII sebanyak 23 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebagai berikut Kelas VII sebanyak 14 siswa, kelas VIII sebanyak 23 siswa 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek di asrama SMP ICMBS Sidoarjo sebanyak 50 orang, yang terbagi dalam tiga kelas. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode tradisional yang data penelitiannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan sampel sebanyak 140 orang. Data penelitian diambil menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%). BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Paparan Demografis Responden 4.1.1 Gambaran Usia Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 21-39 tahun dengan mean usai 31,5 tahun. Jumlah responden terbanyak ada pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun A. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia 17-23 tahun yang berjumlah 80 orang. Dalam 80 orang subjek penelitian dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti melakukan pengukuran empiris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada BAB I `PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada kalangan anak muda selama kurang lebih sepuluh tahun. Mendunianya wabah demam Korea

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai lokasi penelitian, populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: a) jenis penelitian. b) Identifikasi variabel penelitian, c) Defenisi oprasional penelitian, d) populasi dan teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian sedangkan untuk menguji validitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung : Ketidakpuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini diawali oleh rasa penasaran peneliti ketika menghadiri sebuah konser boyband asal Korea Selatan yakni MBLAQ di MEIS, Ancol Jakarta pada tahun

Lebih terperinci