HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA Nawang Nila Kusuma Universitas Brawijaya Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop dengan perilaku imitasi pada remaja. Subjek penelitian ini adalah 100 anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang yang berusia tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan skala celebrity worship dan skala perilaku imitasi. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi non linier. Hasil analisis adalah tidak ada hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop dengan perilaku imitasi pada remaja dengan nilai koefisien korelasi = 0,112, nilai signifikansi = 0,541. Tidak adanya hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop dengan perilaku imitasi pada remaja dapat disebabkan karena perilaku imitasi terjadi apabila model imitasi sesuai dengan jenis kelamin pelaku imitasi, selain itu perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang relevan dengan situasi sosialnya. Kata kunci: celebrity worship, perilaku imitasi, remaja. Abstract this research is try to find out the correlation of parasocial interaction to K-pop idol and imitation behaviour of adolescence. The subjects are 100 members of K-pop lover community in Malang whom around years old. The sampling technique is purposive sampling. Data were collected by celebrity worship to K-pop idol scale and imitation behaviour scale. The method of data analysis is using non linear regression analysis. The analysis result showed that there is no correlation between celebrity worship to K-pop idol with imitation behaviour of adolescence, with correlation coefficient = 0,112, significance level = 0,541. There is no correlation between celebrity worship to K-pop idol and imitation behavior in adolescents can be caused by behavioral imitation can be imitated when the model have the same sex with them, beside that the imitated behavior is behavior that is relevant to their social situation. Keyword: celebrity worship, imitation behaviour, adolescent.

2 Latar Belakang Fenomena terbaru yang terjadi saat ini adalah fenomena hallyu atau Korean wave yang terjadi di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali dengan Indonesia. Korean Wave atau Korean Fever merujuk pada peningkatan secara signifikan popularitas budaya Korea Selatan di seluruh dunia sejak abad 21. Hallyu atau Korean Wave pada hakikatnya merupakan fenomena demam Korea yang disebarkan melalui Korean Pop Culture ke seluruh penjuru dunia lewat media massa, dan yang terbesar lewat jaringan internet dan televisi (Sari, 2012). Sumber informasi kini terbuka lebar dari puluhan media cetak dan televisi. Pada saat yang sama di hampir semua kota di sebagian besar wilayah Indonesia mengkonsumsi informasi yang sama. Dengan adanya media, baik cetak maupun elektronik mempengaruhi kehidupan kita, memberikan informasi beragam mengenai kehidupan masyarakat dari mode pakaian, rambut, musik sampai gaya penyanyi atau bintang film, dan pada saat yang sama bisa dinikmati oleh kaum remaja. Tak terkecuali informasi mengenai kehidupan para artis idola baik pada saat mereka di depan layar maupun dalam kehidupan sehari-hari, hal ini memfasilitasi penggemarnya untuk mengetahui perkembangan berita tentang idola mereka dan tetap merasa selalu berinteraksi dengan idolanya tersebut. Mereka akan merasa mempunyai penghargaan diri yang lebih tinggi setelah meniru para artis atau public figure (Istikomah, 2012). Peran media cukup besar dalam kaitannya menghubungkan antara penggemar dan selebriti favoritnya. Hal tersebut menimbulkan hubungan parasosial dengan tokoh yang ditampilkan media. Bentuk hubungan parasosial yang saat ini terjadi pada kalangan remaja adalah celebrity worship (Maltby dkk, 2005). Celebrity worship adalah perilaku obsesi individu untuk terlalu terlibat di setiap kehidupan selebriti sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari individu tersebut (Maltby dkk, 2003). Salah satu contoh fenomena celebrity worship pada remaja adalah keinginan remaja, khususnya remaja perempuan untuk mengidentikan dirinya dengan selebriti yang memiliki tubuh yang bagus. Remaja tersebut melakukan berbagai cara agar memiliki tubuh seperti idolanya tersebut, tak jarang yang hingga mengalami anorexia (Maltby dkk, 2005). Remaja yang sering dikatakan dalam proses pencarian jati diri akan senantiasa mencari sebuah contoh yang mereka anggap menarik dan dapat membuat mereka mendapat penghargaan diri yang lebih tinggi. Salah satu obyek yang remaja anggap menarik dan dapat meningkatkan penghargaan diri adalah para artis (Santrock, 2003). Dalam proses

3 perkembangan identitas diri remaja, sering dijumpai bahwa remaja mempunyai significant other yaitu seorang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang olah raga atau bintang film atau siapapun yang dikagumi. Orang-orang tersebut menjadi tokoh ideal (idola) karena mempunyai nilai-nilai ideal bagi remaja dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri. Tokoh ideal tersebut dijadikan model atau contoh dalam proses identifikasi. Remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-nilai yang ada pada idolanya tersebut kedalam dirinya. Sehingga remaja sering berperilaku seperti tokoh idealnya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan bahkan merasa seolah-olah menjadi seperti mereka (Soetjiningsih, 2004). Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menarik suatu rumusan masalah yaitu, apakah terdapat hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop (Korean pop) dengan perilaku imitasi pada remaja. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop (Korean pop) dengan perilaku imitasi pada remaja. Landasan Teori 1. Celebrity Worship Celebrity worship adalah perilaku obsesi individu untuk terlalu terlibat di setiap kehidupan selebriti, sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari individu tersebut. Celebrity worship dipengaruhi oleh kebiasaaan seperti melihat, mendengar, membaca dan mempelajari tentang kehidupan selebriti secara berlebihan hingga menimbulkan sifat empati, identifikasi, obsesi, dan asosiasi yang menimbulkan konformitas (Maltby dkk, 2003). a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Celebrity Worship Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi celebrity worship (McCutcheon dkk, 2002), yaitu : 1) Usia. Celebrity worship mencapai puncaknya pada usia remaja, dan menurun perlahan pada usia dewasa. 2) Keterampilan sosial. Individu dengan ketrampilan sosial yang buruk menganggap celebrity worship sebagai kompensasi atas tidak terjadinya hubungan sosial yang nyata. 3) Jenis kelamin. Laki-laki lebih cenderung mengidolakan selebriti perempuan, sedangkan perempuan cenderung memilih selebriti laki-laki sebagai idolanya, namun perempuan tidak lebih mungkin untuk melakukan celebrity worship secara intens daripada laki-laki.

4 b. Aspek-aspek Celebrity Worship Terdapat tiga aspek dalam celebrity worship menurut McCutcheon (Maltby dkk, 2003), yakni : 1) Aspek sosial dan hiburan (Entertainment-social) Aspek ini terdiri dari sikap fans yang tertarik pada selebriti favorit mereka karena kemampuan mereka dianggap menghibur dan menjadi fokus sosial. 2) Aspek intense personal feeling Aspek ini mencerminkan perasaan intensif dan kompulsif tentang selebriti, mirip dengan kecenderungan obsesif penggemar. 3) Aspek borderline pathological Aspek ini ditandai oleh perilaku yang tidak terkendali dan fantasi tentang skenario yang melibatkan selebriti mereka. 2. K-pop (Korean pop) K-pop adalah kepanjangan dari Korean Pop (Musik Pop Korea), yang berupa jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Generasi muda yang berbakat (pencipta lagu, produser) telah banyak belajar tentang dunia musik global dengan membawa perubahan, dan memasukkan unsur negara mereka dalam kreasinya. K-pop berpusat pada grup idola (biasanya remaja) yang memiliki popularitas yang lebih besar dibandingkan dengan penyanyi solo (Emilie, 2012). Pengaruh Korean Pop culture dalam kehidupan masyarakat Indonesia disadari atau tidak meliputi segala aspek dari musik dan drama hingga fashion style, hair style, bahkan Korean way of life. Tak hanya itu, fenomena hallyu juga telah menyebabkan pecintanya memburu segala hal yang berkaitan erat dengan Korea, hal ini tampak jelas dari semakin meningkatnya masyarakat Indonesia yang mempelajari bahasa Korea dan budaya Korea. Segala hal yang berhubungan dengan artis-artis Korea juga diburu oleh para pecintanya, hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan gathering sesama pecinta artis Korea, dan maraknya lomba cover dance dan idol star (Sari, 2012). 3. Perilaku Imitasi Imitasi merupakan bagian dari teori Social Learning (Teori Pembelajaran Sosial). Prinsip dasar social learning menyatakan sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation), penyajian contoh perilaku (modeling) (Astuti, 2011). Ahmadi dan

5 Supriyono (2005) mengemukakan imitasi merupakan suatu bentuk belajar dimana seseorang mengikuti kelakuan orang lain sebagai model. a. Karakteristik Model yang Efektif Menurut Bandura (Ormrod, 2009), terdapat empat karakteristik model yang efektif dalam imitasi, yaitu: 1) Kompetensi. Pelaku imitasi biasanya mencoba meniru orang-orang yang melakukan sesuatu dengan baik, bukan sebaliknya. 2) Prestise dan kekuasaan. Anak-anak dan remaja sering meniru orang yang terkenal atau orang yang berkuasa. 3) Perilaku sesuai gender. Pelaku imitasi paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan gender mereka. 4) Perilaku yang relevan dengan situasi pelaku imitasi. Pelaku imitasi paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka. b. Proses yang Mempengaruhi Imitasi Bandura menyebut empat poses yang mempengaruhi imitasi yaitu atensi, retensi, pembentukan perilaku, dan motivasi (Hergenhahn dan Olson, 2009) : 1) Atensi. Sebelum sesuatu dapat dipelajari oleh model, model tersebut harus diperhatikan. Model akan lebih sering diperhatikan jika mereka sama dengan pengamat (yakni, jenis kelaminnya sama, usianya sama, dan sebagainya), orang yang dihormati atau memiliki status tinggi, memiliki kemampuan lebih, dianggap kuat, dan atraktif. 2) Retensi. Agar informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna, informasi itu harus diingat atau disimpan. Bandura berpendapat bahwa ada retentional process (proses retensional) dimana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imakinatif) dan secara verbal. 3) Pembentukan Perilaku. Proses pembentukan perilaku menentukan sejauh mana hal-hal yang telah dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa. 4) Motivasi. Menimbulkan ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu, mereka mungkin akan diperkuat. Fungsi lainnya, motivational processes (proses motivasional) menyediakan motif untuk menggunakan apa-apa yang telah dipelajari (Hergenhahn dan Olson, 2009).

6 4. Remaja Istilah remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Steinberg (2002) membagi masa remaja ke dalam tiga kategori, yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Periode remaja awal berkisar antara usia 11 hingga 14 tahun, remaja madya berlangsung pada usia kira-kira 15 hingga 18 tahun, dan remaja akhir yang terjadi pada usia 18 hingga 21 tahun. a. Tugas perkembangan remaja Garrison (Al-Mighwar, 2006) membagi tugas perkembangan remaja menjadi enam, yaitu : 1) Menerima kondisi jasmani, dimana remaja memelihara dan memanfaatkan tubuhnya seoptimal mungkin sebagai bentuk penerimaan terhadap kondisi jasmaninya. 2) Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang berlainan jenis kelamin, dimana remaja terdorong untuk menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis dan mendapat penerimaan dari kelompok teman sebayanya agar merasa dibutuhkan dan dihargai. 3) Menerima kondisi dan pembelajaran hidup sesuai jenis kelaminnya, dimana remaja harus menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab sesuai jenis kelaminnya. Laki-laki harus bersifat maskulin dan perempuan harus bersifat feminin. 4) Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, dimana remaja harus bebas dari ketergantungan emosional pada orang dewasa, berani membuat keputusan sendiri, dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhya. 5) Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, dimana remaja harus memiliki kesanggupan berdiri sendiri dalam masalah ekonomi karena mereka akan hidup sebagai orang dewasa nantinya. Tugas ini mencakup mencari sumber keuangan dan pemasukan serta pengelolaan keuangan. 6) Memperoleh nilai-nilai dan filsafat hidup, dimana remaja harus memiliki tujuan hidup, pola pikir, sikap dan perasaan, serta perilaku yang menuntunnya dalam berbagai aspek kehidupan pada masa dewasa kelak.

7 b. Aspek-aspek imitasi pada remaja Gerungan (2000), menjelaskan tentang aspek-aspek terjadinya suatu perilaku imitasi, yaitu : 1) Minat perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan diimitasi. Remaja mengembangkan fanatisme disebabkan oleh minat dan perhatian terhadap model secara berlebihan sehingga terjadi imitasi perilaku model. Setiap orang dapat mudah meniru gaya hidup yang disukai. 2) Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi. Kekaguman dan pemujaan terhadap model yang berlebihan pada remaja mendorong remaja untuk melakukan imitasi terhadap tingkah laku yang ditunjukkan oleh model. Remaja mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh tertentu, dan yang menganggap bahwa penampilan dan gaya hidup seperti idola merupakan simbol status yang lebih tinggi dalam kelompoknya. 3) Memiliki penghargaan sosial yang tinggi. Seseorang akan cenderung mengimitasi suatu perilaku apabila perilaku tersebut dapat mendatangkan suatu penghargaan sosial yang tinggi di masyarakat. Tokoh yang diimitasi biasanya adalah orang yang memiliki penghargaan sosial yang tinggi seperti artis, pahlawan, dan olahragawan. 5. Hubungan Celebrity Worship dan Perilaku Imitasi Pada Remaja Berdasar pada pemikiran Bandura (Ormrod, 2009), yang menyebutkan karakteristik model imitasi yang efektif antara lain memiliki kompetensi, yaitu pelaku imitasi yang dalam hal ini adalah remaja biasanya menoba meniru orang-orang yang melakukan sesuatu dengan baik, bukan sebaliknya. Remaja mendapat manfaat tidak hanya dari mengamati apa yang dilakukan oleh model yang kompeten, melainkan juga melihat hasil akhir yang telah diciptakan oleh model yang kompeten tersebut. Selain memiliki kompetensi, karakteristik model yang efektif berikutnya adalah memiliki prestise dan kekuasaan. Remaja sering meniru orang yang terkenal atau orang yang berkuasa. Beberapa model yang efektif adalah orangorang yang terkenal di tingkat nasional maupun internasional, seperti pemimpin dunia, atlet terkenal, dan artis populer. Pada celebrity worship, menurut Maltby dkk (2003) Celebrity worship dipengaruhi oleh kebiasaaan seperti melihat, mendengar, membaca dan mempelajari tentang kehidupan selebriti secara berlebihan hingga menimbulkan sifat empati, identifikasi, obsesi, asosiasi yang menimbulkan konformitas. Celebrity worship dan perilaku imitasi memiliki kesamaan,

8 yakni sama-sama mengenal dengan baik kehidupan tokoh idola. Proses imitasi akan terjadi diawali dengan proses atensional, yakni pelaku imitasi harus terlebih dahulu memperhatikan model, dan hanya model yang diamati lah yang dapat diimitasi. Metode Responden dan Desain Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop lover) Malang, yang terdiri dari 84 orang berjenis kelamin perempuan dan 16 orang dengan jenis kelamin laki-laki. Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling, sedangkan metodenya menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian dipilih dengan kriteria tertentu yakni menjadi anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang, memiliki idola K-pop, dan berusia tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yang bersifat korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarka koefisien korelasi (Azwar, 2009). Pengambilan Data dan Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, maka ada dua skala psikologi yang digunakan sebagai alat ukur, yaitu alat ukur celebrity worship dan alat ukur perilaku imitasi. Skala psikologi yang digunakan untuk mengukur celebrity worship adalah skala yang juga dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasar pada aspek Celebrity Attitude Scale dari McCutcheon, yang terdiri dari dari aspek sosial dan hiburan, aspek intense personal feeling, dan aspek borderline pathological yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Sedangkan skala psikologi yang digunakan sebagai alat ukur perilaku imitasi adalah skala yang juga dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasar pada konsep perilaku imitasi dari Gerungan, yang terdiri dari aspek minat perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan diimitasi, sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi, dan memiliki penghargaan sosial yang tinggi, yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Kedua skala psikologi ini berisi item-item berupa pernyataan dengan empat alternatif respon pada setiap item dengan sistem skor skala Likert. Contoh aitem pada skala celebrity worship adalah aitem 2 yang berisi pernyataan Saya percaya semua hal buruk yang dituduhkan kepada idola saya adalah tidak benar dan aitem 15 yang berisi pernyataan Saya ikut sedih ketika melihat idola saya sedih. Pada skala perilaku imitasi, aitem 1 yang berisi Saya membeli baju yang sama persis dengan idola saya dan aitem 20 yang berisi pernyataan Idola saya adalah contoh yang ideal untuk diri saya.

9 Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk adalah sejauh mana alat ukur bisa dikatakan mengukur sebuah konstruk atau sifat teoritisnya (Sami an, 2008). Validitas konstruk diuji dengan menggunakan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor totalnya menggunakan analisis skala Item-Total Correlation. Dari 50 item skala celebrity worship terdapat 19 item yang gugur atau tidak valid, dan terdapat 31 item yang valid dan item tersebut dapat digunakan dalam mengukur celebrity worship terhadap idola K-pop, sedangkan dari 50 item skala perilaku imitasi terdapat 25 item yang gugur atau tidak valid, dan terdapat 25 item yang valid dan item tersebut dapat digunakan dalam mengukur perilaku imitasi. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode internal consistency, yaitu dengan memberikan satu bentuk tes yang hanya diberikan sekali kepada sekelompok subjek (single trial administration). Untuk estimasi reliabilitas, dapat dilihat melalui konsistensi antar item atau antar bagian tes itu sendiri yang sudah dibelah sebelumnya, dengan menggunakan teknik komputasi tertentu (Widodo, 2006). Nilai reliabilitas skala selebrity worship adalah sebesar 0,938, sedangkan nilai reliabilitas skala perilaku imitasi adalah sebesar 0,928. Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahap yakni persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap persiapan penelitian terdiri dari melakukan studi kepustakaan mengenai variabel yang telah ditentukan, menentukan desain penelitian yang akan digunakan, membuat alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, melakukan uji coba alat ukur yang dilakukan pada anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop lover) Malang yang tidak menjadi sampel dalam penelitian ini, dan melakukan revisi alat ukur, yaitu dengan mempertahankan item-item yang lulus uji validitas dan reliabilitas dan membuang item-item yang tidak lulus, kemudian menyusunnya ke dalam alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data. Pada tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pengambilan data pada subjek penelitian, yaitu 100 anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop lover) Malang. Pada tahap akhir atau tahap tindak lanjut pengolahan data. Hasil celebrity worship terhadap idola K-pop pada anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang memiliki nilai rata-rata sebesar 94,27, dengan standar deviasi yang dihasilkan adalah sebesar 11,026. Perilaku imitasi yang dilakukan oleh anggota komunitas pecinta K- pop (K-pop Lover) Malang rata-rata memiliki nilai sebesar 63,36 dengan standar deviasi sebesar 8,001.

10 Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) version 16 for windows, dengan hasil uji normalitas sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Unstandardized residual N 100 Kolmogorof-Smirnov 2 0,786 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,567 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-smirnov adalah sebesar 0,786 dengan signifikansi sebesar 0,567. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi. Dalam penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji F untuk mengetahui apakah kedua variabel berhubungan secara langsung atau tidak. Hasil uji linieritas pada variabel celebrity worship terhadap idola K-pop dengan perilaku imitasi pada anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang diperoleh nilai F sebesar 0,572 dengan signifikansi 0,452. Nilai signifikansi yang lebih dari 0,05 (p 0,05) menunjukkan bahwa variabel celebrity worship tidak memiliki hubungan yang linier dengan variabel perilaku imitasi pada anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang. Uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah regresi non linier. Uji regresi non linier dipilih karena pada saat uji asumsi dilakukan variabel celebrity worship dan variabel perilaku imitasi tidak memiliki hubungan yang linier, sehingga tidak dapat menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil dari uji regresi non linier adalah sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Uji Regresi Non Linier Variabel Korelasi Nilai signifikansi CelebrityWorship*Imitasi 0,112 0,541 Pada tabel diatas, hasil dari regresi non linier antara variabel celebrity worship dengan variabel perilaku imitasi didapatkan bahwa nilai korelasi (r) adalah sebesar 0,112 dengan signifikansi sebesar 0,541. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,541> 0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi atau hubungan antara celebrity worship dengan perilaku imitasi.

11 Diskusi Celebrity Worship terhadap idola K-pop yang dialami oleh remaja anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang tidak memiliki hubungan dengan perilaku imitasi terhadap idola K-pop tersebut. Hal ini dikarenakan menurut McCutcheon dkk (2002) salah satu faktor yang mendukung terbentuknya celebrity worship adalah faktor jenis kelamin. Dalam hal ini laki-laki lebih cenderung mengidolakan selebriti perempuan, sedangkan perempuan cenderung memilih selebriti laki-laki sebagai idolanya. Dalam penelitian ini sebagian besar subjek mengidolakan idola K-pop yang berjenis kelamin berlawanan dengan mereka. Maltby dkk (2005) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa celebrity worship mempengaruhi citra tubuh remaja, dan menyebabkan remja-remaja tersebut menginginkan bentuk tubuh seperti idolanya tersebut, namun dalam penelitiannya tersebut remaja yang digunakan sebagai subjek penelitian diharuskan memilih selebriti yang sesuai dengan jenis kelaminnya, sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi diri remaja dengan selebriti favoritnya. Dalam teori perilaku imitasi, Bandura (Ormrod, 2009) menjelaskan bahwa karakteristik model yang efektif dalam imitasi adalah model yang sesuai dengan jenis kelamin pelaku imitasi. Pelaku imitasi paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan gender mereka, sedangkan dalam penelitian ini subjek cenderung mengidolakan selebriti K-pop yang berlawanan jenis kelamin dengan mereka, meskipun ada juga subjek yang mengidolakan selebriti K-pop yang berjenis kelamin sama dengan mereka. Faktor lain yang turut menyebabkan tidak adanya korelasi antara celebrity worship dengan perilaku imitasi adalah sejalan dengan teori yang disampaikan Ormrod (2009) bahwa pelaku imitasi cenderung akan mengadopsi perilaku yang diyakini membantu mereka dalam situasi sosial yang relevan. Perilaku yang tidak relevan dengan situasi dan lingkungan pelaku imitasi, tidak akan ditiru. Pada penelitian Sella (2013) tentang analisa perilaku imitasi di kalangan remaja setelah menonton tayangan drama seri Korea di Indosiar, menjelaskan bahwa remaja putri secara tidak langsung melakukan hal yang serupa dengan artis Korea yang menjadi pemeran dalam drama seri Korea di Indosiar tersebut, termasuk dalam hal berpakaian mini dan make up. Menurut penelitian tersebut, remaja putri yang menjadi subjek penelian tanpa mereka sadari telah jauh dari adat ketimuran yang dianut Indonesia. Berbeda dengan subjek penelitian tersebut diatas, remaja yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini masih

12 menganggap bahwa budaya idola K-pop dengan budaya yang mereka miliki berbeda, sehingga tidak semua hal pada idola K-pop perlu diimitasi. Tidak adanya korelasi antara celebrity worship dengan perilaku imitasi dapat dikarenakan subjek dalam penelitian ini tidak terfokus pada salah satu jenis kelamin, begitu juga dengan jenis kelamin idola K-pop, sehingga meskipun subjek cenderung mengidolakan artis K-pop yang berlawanan jenis kelamin dengan mereka, namun terdapat juga subjek yang mengidolakan artis K-pop berjenis kelamin yang sama dan terdapat juga subjek yang mengidolakan artis K-pop dari kedua jenis kelamin. Hal tersebut memungkinkan untuk terjadi dan tidak terjadinya imitasi. Sesuai dengan teori Bandura dan di dukung dengan penelitian Maltby dkk (2005) yang menyebutkan bahwa imitasi akan terjadi apabila model imitasi dan pelaku imitasi memiliki jenis kelamin yang sama. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota komunitas pecinta K-pop (K-pop Lover) Malang yang tergolong dalam usia remaja. Pengidolaan subjek terhadap idola K-pop yang berlawanan jenis kelamin dengan mereka dikarenakan pada usia remaja memiliki tugas perkembangan yakni mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang berlainan jenis kelamin. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Garrison (Al-Mighwar, 2006), bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang berlainan jenis kelamin, dimana remaja terdorong untuk menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis dan mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya agar merasa dibutuhkan dan dihargai. Dalam tugas perkembangan remaja, selain mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman yang berlainan jenis kelamin, tugas perkembangan remaja yang lain adalah menerima kondisi dan pembelajaran hidup sesuai jenis kelaminnya, dimana remaja harus menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab sesuai jenis kelaminnya. Laki-laki harus bersifat maskulin dan perempuan harus bersifat feminin (Al-Mighwar, 2006). Oleh karena itu, walaupun subjek lebih cenderung untuk mengidolakan idola K-pop yang berlawanan jenis kelamin, namun hal tersebut tidak membuat subjek serta merta melakukan tindakan imitasi atas perilaku dan penampilan idola yang berlainan jenis kelamin tersebut. Pada dasarnya, terdapat persamaan antara celebrity worship dan perilaku imitasi yaitu sama-sama mengenal dengan baik kehidupan tokoh idola melalui proses atensional yang intensif. Proses imitasi akan terjadi diawali dengan proses atensional. Sebelum sesuatu dapat dipelajari dari model, model tersebut harus diperhatikan. Perhatian selektif pelaku imitasi bisa dipengaruhi oleh penguatan di masa lalu. Misalnya, jika aktivitas yang lalu yang dipelajari lewat observasi terbukti berguna untuk mendapatkan suatu penguatan, maka

13 perilaku yang sama akan diperhatikan pada situasi berikutnya (Hergenhahn dan Olson, 2009). Sesuai dengan penelitian Riyadi dan Mastutiningsih (2010) tentang sinetron remaja di televisi dan perilaku imitasi remaja di kota Semarang, menjelaskan bahwa perilaku imitasi juga dipengaruhi oleh proses atensional. Pada akhirnya, ketika seorang remaja memiliki kecenderungan celebrity worship bukan berarti mereka melakukan imitasi, karena faktor-faktor perilaku imitasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya celebrity worship tidak memiliki persinggungan yang jelas. Meskipun ada persamaan yakni adanya proses atensional yang intensif terhadap idola K-pop, tetapi bukan menjadi penentu seorang remaja yang memiliki kecenderungan celebrity worship melakukan imitasi karena masih terdapat faktor-faktor lain yang membentuknya. Keunggulan penelitian ini adalah berusaha mengangkat fenomena yang sedang terjadi di Indonesia, khususnya yang terjadi pada remaja. Selain itu, penelitian ini menggunakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai subjek peneitian, dan juga subjek tersebut diberikan kebebasan untuk memilih idola K-pop mereka tanpa dibatasi untuk memilih sesuai dengan jenis kelaminnya. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurang memperhatikan faktor-faktor dan variabel lain yang memiliki pengaruh dalam hubungannya dengan celebrity worship seperti faktor jenis kelamin, lamanya individu mengidolakan idola tersebut, motivasi, perbedaan individu dalam berempati, dan harga diri.

14 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A dan Supriyono, W. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Al-Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua. Bandung: CV. Pustaka Setia Astuti, M. P. (2011). Hubungan Antara Fanatisme Terhadap Tokoh Idola Dengan Imitasi Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta. Psikologi Universitas Muhammadiyah. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Emilie, Thao. (2012). Emergence Of The Korean Popular Culture In The World. (online). Skripsi (tidak diterbitkan). Internasional bussines, Turku University. ( ). diakses pada 14 Januari (2014) Gerungan, W. A. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama HergenHahn, B. R dan Olson, M. H. (2009). Theories Of Learning (Teori Belajar) Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana. Istikomah, N. (2012). Masuknya Kpop Ke Indonesia. (online). ( diakses pada 10 September (2012) Maltby, J., Houran, J., dan McCutcheon, L.E. (2003). A Clinical Interpretation Of Attitudes and Behaviors Associated with Celebrity Worship. The journal of Nervous and Mental Disease. vol. 191, no. 1, hal Maltby, J., Giles, D.C., Barber, L., dan McCutcheon, L.E. (2005). Intense-Personal Celebrity Worship and Body Image: Evidence of A Link Among Female Adolescents. British Journal of Healt Psychology vol 10, hal McCutcheon, L., Lange, R., dan Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement of celebrity worship.british Journal of Psychology vol 93, hal Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Riyadi, S dan Mastutiningsih, S. (2010). Sinetron Remaja Di Televisi Dan Perilaku Imitasi Remaja Di Kota Semarang. Jurnal Semai Komunikasi, (online). vol 1 no 1, hal ( cle/view/5/5). diakses pada 7 September (2012).

15 Sami an. (2008). Validitas dan Reliabilitas. (online) ( Diakses tanggal 2 Maret (2012) Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sari, P. W. (2012). Fenomena Hallyu Bagi Indonesia. (online). ( diakses pada 10 September (2012). Sella, Y. P. (2013). Analisa Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar (Studi Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda). ejournal Ilmu Komunikasi. 1 (3), hal Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto. Steinberg, L.(2002). Adolescence (6'h ed.). New York: McGraw-Hill Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri untuk Mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 1. Hal Universitas Diponegoro.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple Apple Pen) yaitu sebuah video tarian dari seorang komedian Jepang yang lirik dan gaya menari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. CELEBRITY WORSHIP 1. Definisi Celebrity Worship Menyukai selebriti sebagai idola atau model adalah bagian normal dari perkembangan identitas di masa kecil dan remaja (Greene dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korean Wave atau hallyu atau gelombang Korea adalah suatu bentuk arus peningkatan popularitas kebudayaan Korea di seluruh dunia. Gelombang hallyu pertama kali dibawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berpacaran Pada tinjauan pustaka ini akan dibicarakan terlebih dahulu definisi dari intensi, yang menjadi konsep dasar dari variabel penelitian ini. Setelah membahas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau Korean Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE

HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE OLEH HILDA MONICA NOKY 802011017 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity Worship 2.1.1 Definisi Celebrity Celebrity adalah seseorang atau sekelompok orang yang menarik perhatian media karena memiliki suatu kelebihan atau daya tarik yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat media massa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang biasa disebut Korean

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA Diyah Puji Lestari, Unika Prihatsanti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro diyah.saltig@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Bab ini berisi penyajian data hasil penlitian mengenai hubungan daya tarik tayangan MasterChef Indonesia dengan minat menonton pemirsa di perumahan Tanah Mas, Semarang

Lebih terperinci

Disusun Oleh : : Hanifah Mardhiyah NPM : Pembimbing : Prof.Dr.Fawzia Aswin Hadis. Psikolog

Disusun Oleh : : Hanifah Mardhiyah NPM : Pembimbing : Prof.Dr.Fawzia Aswin Hadis. Psikolog Disusun Oleh : Nama : Hanifah Mardhiyah NPM : 13512294 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof.Dr.Fawzia Aswin Hadis. Psikolog Latar Belakang Masalah Penggemar K-Pop Konformitas Perilaku Konsumtif TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG Yuke Hasnabuana 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan dalam perilaku atau berbicara sehari-hari yang berasal dari hasil meniru terhadap temannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bunyi yang teratur. Musik diyakini sebagai bahasa universal yang bisa memberikan kehangatan insani dan makanan ruhani bagi si pendengar (Ibrahim, 2007:95).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. DESKRIPSI SUBJEK Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor brand image dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini televisi telah berkembang secara pesat dan menjadi media yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berbagai acara televisi dapat disaksikan baik dari stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

Abstrak. celebrity worship, entertainment social, intense personal, borderline pathological. v Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. celebrity worship, entertainment social, intense personal, borderline pathological. v Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkatan dimensi Celebrity Worship pada penggemar Boyband Exo di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan Accidental Sampling sebagai teknik penarikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian. peneliti tinggal. Data diperoleh melalui jaringan online dengan menyebar

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian. peneliti tinggal. Data diperoleh melalui jaringan online dengan menyebar 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Tempat peneliti tinggal. Data diperoleh melalui jaringan online dengan

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR Nova Devisanti Titik Muti ah Nova_dikson@yahoo.com tmutiah2000@yahoo.com Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN 5.1 Simpulan Tujuan awal dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan di antara masing-masing dimensi celebrity worship dan compulsive buying dalam membeli merchandise

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Hasil Uji Validitas Skala Konformitas Terhadap Teman Sebaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Hasil Uji Validitas Skala Konformitas Terhadap Teman Sebaya 37 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA 4. Hasil Analisis Instrumen a) Hasil Uji Validitas Skala Konformitas Terhadap Teman Sebaya Hasil uji validitas item pada skala konformitas terhadap teman sebaya yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel kualitas persahabatan (X1) dan self

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel kualitas persahabatan (X1) dan self BAB III METODE PEELITIA A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi dengan menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan penelitian yang memiliki dua variabel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Di dalam Bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah peneliti melakukan uji lapangan mengenai hubungan daya tarik tayangan variety show

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat). 62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif korelasional dimana penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karateristik dan tujuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara sense of humor dengan work-life balance pada karyawan

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. Kemudian dalam waktu empat dekade sejak merdeka, negara tersebut berubah menjadi salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat hubungan antar variable yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN. (Studi Pada: Bengkel Mandiri Tekhnik Klaten)

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN. (Studi Pada: Bengkel Mandiri Tekhnik Klaten) ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN (Studi Pada: Bengkel Mandiri Tekhnik Klaten) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII 1 dan VII 7 di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek.

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP Jumiyanti (jumiyanti963@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The objective of this research was to

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, harga diri (self-esteem) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN... PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN... PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN... PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea menunjukkan perilaku fanatisme sebagai penggemar. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional yaitu merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING M. Rinna Rosalia S. mariarosalia69@yahoo.co.id Dian Putri Permatasari, S. Psi., M.Si. Yoyon Supriyono, S. Psi., M.Psi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research). Penelitian kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research). Penelitian kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research). Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci