DAFTAR PUSTAKA. 3. Boediono. (1993), Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. 3. Boediono. (1993), Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta."

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA. Adianto, H. (994), Analisis Permintaan Pertambangan Indonesia pada Sektor Industri dengan Menggunakan Model Input-Output, Tesis Pasca Sarjana Program Magister Teknik dan Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung. 2. Ambarwati, I. G. A. A., (995), Keterkaitan Antar Sektor dalam Struktur Perekonomian Indonesia, Majalah Ilmiah, Universitas Udayana, No. 42 Th. XXII, Januari. 3. Boediono. (993), Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta. 4. Cope, D., Fayez, M. S., Mollaghasemi, M. dan Kaylani, A. (27), Supply Chain Simulation Modeling Made Easy: An Innovative Aproach, Proceedings of the 27 Winter Simulation Conference, S. G. Hendersen, B. Biller, M.-H. Hsieh, J. Shortle, J. D. Tew, and R. R. Barton, eds., /7/$25. IEEE. 5. Dunn, W. (999), Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 6. Gasperz, V. (99), Ekonometrika Terapan, Tarsito, Bandung. 7. Gresh, D. L., Connors, D. P., Fasano, J. P. dan Wittrock, R. J. (27), Applying Supply Chain Optimization Techniques to Workforce Planning Problems, IBM Journal, Tes. & Dev., Vol. 5, No. 3/4 May/July. 8. Guenther, E. (95), Essential Oils, Volume III s/d VI, D. Van Nostrand Company, Inc. 9. Gultom, A. M. P. (22), Struktur, Perilaku dan Kinerja Subsektorsubsektor pada Sektor Industri Pengolahan (Penerapan Model Input Output), Tesis Magister, Jurusan Teknik dan Manajemen Industri, ITB.. Hadipoentyanti, E., Rusli, S. M., dan Syakir, M. (26), Prospek Pengembangan Beberapa Jenis Minyak Atsiri Baru, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.. Hobir dan Sofyan, R. (22), Diversifikasi Ragam dan Peningkatan Mutu Minyak Atsiri, Makalah pada workshop Nasional Minyak Atsiri, Cipayung. 2. Indrawanto, C. dan Mauludi, L. (24), Strategi Pengembangan Industri Nilam Indonesia, Perkembangan Teknologi TRO, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, VOL. XVI, No. 2,. 83

2 3. Julieta, M., Soliven, P., Villaquer, K. F., dan Zozobrado, D. J. D. (24), Changes in the Philippine Structure: Input-Output Analysis, 9th National Convention on Statistics (NCS), EDSA, Shangri-La Hotel, October King, R. P. dan Byerlee, D. (978), Factor Intensities and Locational Linkages of Rural Consumption Patterns in Sierra Leone, American Journal of Agricultural economics, Vol. 6, No2. 5. Ketaren, S. (26), Potensi Pengembangan Industri Fraksinasi dan Pasar Lelang Minyak Atsiri, Makalah pada Sosialisasi Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri, 6-7 November, Solo. 6. Ketaren, S. (985), Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta. 7. Kuncoro, M. (24), Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, AMP YKPN, Yogyakarta. 8. Kuncoro, M. (996), Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja agroindustri Indonesia: Suatu Catatan Empiris, Kelola Gadjah Mada University Business Review, No. /VI. 9. Kustrinarto. (989), Penentuan Sektor Industri Potensial Ekspor dengan Menggunakan Model Input-Output, Tugas Sarjana, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung. 2. Lavania, U. C., (23), Other Uses and Utilization of Vetiver: Vetiver Oil, Central Institute of Medicinal and Aromatic Plants, Lucknow-336 5, India. 2. Miller, B. R. dan Blair, D. P. (985), Input-Output Analysis: Foundations and Extensions, Prentice Hall Inc. 22. Pal, Leslie L. (997), Beyond Policy Analysis: Public Issue Management in Turbulent Times, Thomson Publication, Scarborough, Ontario (Canada). 23. Sabini, D, (26), Aplikasi Minyak Atsiri pada Produk Home Care dan Personal Care, Prosiding Konferensi Nasional Minyak Atsiri, Menuju IKM Minyak Atsiri Berdaya Saing Tinggi, 8-2 September, Solo, Depperind dan IPB. 24. Sastrohamidjojo, H. (26), Produk Turunan Minyak Atsiri dan Potensi Pasar, makalah pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri, 8-2 September, Solo. 25. Sastrohamidjojo, H. (24), Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 84

3 26. Simatupang, P dan Syafa at, N. (996), Keterkaitan antar Industri, Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia, IPB Press. 27. Siregar, S. (993), Income and Employment Impact of Indonesia Agricultural Sector, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Volume XLI, No. 4, Jakarta. 28. Santoso, R. B. (992), Akar Wangi Bertanam dan Penyulingan, Kanisius, Yogyakarta. 29. Sulaeman, S. (24), Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global, Infokop, Nomor 25 Tahun XX. 3. Suhardi, A. (27), Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Pengusahaan Minyak Akar Wangi, Tesis Program Studi Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Program Pasca Sarjana, Universitas Siliwangi Tasikmalaya. 3. Staley, E. dan Morse, R. (965), Modern Small Industry for Developing Countries, International Student Edition, McGraw-Hill Book Company. 32. Starling, Gover. (988), Strategies for Policy Making, The Dorsey Press, Chicago, Illinois. 33. Sumodiningrat, Gunawan dan Kuncoro, M. (99), Ekonomi Pertanian di Indonesia: Perkembangan dan Peranan Modeling, Pusat antar Universitas Studi Ekonomi-UI, Jakarta. 34. Sushil. (993), System Dynamics: A practical Approach for Managerial Problems, Wiley Eastern Ltd., India. 35. Sekaran, Uma. (23), Research Method for Business, John Wiley and Sons, America. 36. Wikipedia. (28). Supply Chain, akses 28 April 28, pk 4:39. WIB. 37. Wikipedia. (27).Sumatera Barat, akses 24 Januari 27, pk :2. WIB. 38. Windayani, I. G. A. H. T., Wibisono, Y. Y., dan Nainggolan, M. (24), Pengembangan Model Konseptual Klaster Tangguh (Kasus di Industri Kecil Minyak Atsiri Kabupaten Garut), Rekayasa Sistem Industri, Vol., No., Oktober:

4 39. Wu, M. (27), Topsis-AHP Simulation Model and Its Application to Supply Chain Management, ISSN , England, UK, World Journal of Modelling and Simulation, Vol. 3, No. 3, pp Maret. (25), Kebijakan Pengembangan Industri Nasional, Departemen Perindusrian, Jakarta Juni. (25), Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Tahun 25-29, Departemen Perindusrian, Jakarta (2), Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom (Pendekatan Model Input Output), Badan Pusat Statistik, Jakarta (26), Statistik Perkebunan Provinsi Jawa Barat 26, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Bandung. 86

5 LAMPIRAN A A. Data wawancara Dari 7 Ha lahan yang dibudidayakan yang kontinu menghasilkan hanya 2 Ha. Menurut Damanik (995) produktivitas lahan /Ha 2 sampai dengan 5 ton akar dengan produksi rata-rata,6 ton/ha. Total produksi akar =,6 ton/ha x 2 Ha = 2.32 ton Konversi = 2.32 ton x Kg/ton = Kg Harga akar dengan bongol Rp. 9,- /Kg Harga akar dengan tanpa bongol Rp. 2,- /Kg Tapi untuk disuling lebih bagus tanpa bongol, jadi ada biaya tambahan memotong bongol, jadi biaya input penanaman disamakan menjadi Rp. 5,- /Kg Pengisian tabel baris petani:. Petani ke petani = (persentase akar disuling petani) x Total produksi akar (Kg) x Harga bahan baku (Rp/Kg) = (3/) x Kg x Rp. 5,- /Kg = Rp ,- = Rp. 452,4 juta () 2. Petani ke penyuling = (persentase akar dijual ke penyuling) x Total produksi akar (Kg) x Harga jual akar (Rp/Kg) = (6/) x Kg x Rp. 2,- /Kg = Rp ,- = Rp. 2,784 milyar (2) 3. Petani ke konsumen = (persentase akar dijual ke konsumen) x Total produksi akar (Kg) x Harga jual akar (Rp/Kg) = (27/) x Kg x Rp..,- /Kg = Rp ,- = Rp. 6,264 milyar (3) 87

6 B. Data wawancara Data yang diambil hanya dari penyuling yang aktif dan kontinu menyuling yaitu sebanyak 5 unit industri dengan total produksi 5 ton minyak atsiri akar wangi, yaitu. "PD Osid" Osid 2. "PD Lancar" Ajah Juhana 3. "PD Sanggar Aroma" Ajun Sondjaya 4. H. Ede Kadarusman, SE 5. "KPM Kec. Bayongbong" H. Abdullah S. Rosadi Total produksi minyak = 5 ton x Kg/ton = 5 Kg Harga jual minyak ke pengumpul berkisar dari Rp. 65.,- sampai Rp. 7.,-/Kg Jadi diambil titik tengahnya yaitu Rp. 675.,-/Kg. Harga jual ke distributor Rp. 85.,-/Kg. Harga jual ke konsumen Rp...,-/Kg. Biaya Produksi penyulingan Rp. 5.,-/Kg Pengisian tabel baris penyuling. Penyuling ke pengumpul = (persentase minyak dijual ke pengumpul) x Total produksi minyak (Kg) x Harga jual minyak (Rp/Kg) = (59,8/) x 5. Kg x Rp. 675.,- /Kg = Rp ,- = Rp. 2,8.25 milyar (4) 2. Penyuling ke distributor = (persentase minyak dijual ke distributor) x Total produksi minyak (Kg) x Harga jual minyak (Rp/Kg) = (4/) x 5. Kg x Rp. 85.,- /Kg = Rp..7..,- = Rp.,7 milyar (5) 3. Penyuling ke konsumen 88

7 = (persentase minyak dijual ke konsumen) x Total produksi minyak (Kg) x Harga jual minyak (Rp/Kg) = (,2/) x 5. Kg x Rp. 675.,- /Kg = Rp...,- = Rp. juta (6) C. Gabungan data wawancara dan kantor dinas Perindag & PM Kabupaten Garut Pada pedagang pengumpul tidak ada pengolahan, hanya pengemasan minyak atsiri akar wangi ke dalam drum berkapasitas 2 Kg. Banyaknya minyak yang dijual tergantung permintaan distributor berkisar sampai 5 drum untuk sekali pengiriman. Harga jual ke distributor berkisar antara Rp. 7.,- sampai Rp. 75.,-/Kg Jadi diambil harga tengah yaitu Rp. 725.,-/Kg. Harga jual minyak ke konsumen (PT IFF) Rp. 9.,- sampai Rp...,- /Kg. Harga tengah Rp. 95.-/Kg. Berdasarkan data dari kantor dinas minyak atsiri akar wangi tercatat 4,4 ton. Biaya pengemasan Rp. 5/Kg. Total minyak atsiri akar wangi = 4,4 ton x Kg/ton = 4.4 Kg Pengisian tabel baris pedagang pengumpul. Pengumpul ke distributor = (persentase minyak dijual ke distributor) x Total minyak (Kg) x Harga jual minyak (Rp/Kg) = (9/) x 4.4 Kg x Rp. 725.,- /Kg = Rp ,- = Rp. 9,396 milyar (7) 2. Pengumpul ke konsumen = (persentase minyak dijual ke konsumen) x Total minyak (Kg) x Harga jual minyak (Rp/Kg) = (/) x 4.4 Kg x Rp. 95.,- /Kg = Rp ,- = Rp.,368 milyar (8) 89

8 D. Data wawancara, kantor dinas dan internet Harga jual dari distributor diketahui dari internet karena distributor langsung menjual ke luar negeri dengan negara tujuan Swiss (FIRMENICH) dengan harga 85 /Kg (Public Ledger, 25). Distributor yang diketahui dari wawancara adalah PT Indeso. Total Minyak yang dijual ke distributor diasumsikan 2 ton (data wawancara dengan penyuling). Biaya tata niaga oleh distributor yaitu 2,39.47 /Kg (Disperindag & PM, 27) Total minyak atsiri akar wangi = 2 ton x Kg/ton = 2. Kg Konversi 85 ke Rupiah = 85 x 4.4,-Rp/ = Rp..224.,- Pengisian tabel baris distributor. Distributor ke distributor = Total minyak (Kg) x Biaya tata niaga (Rp/Kg) = 2. Kg x Rp. 2,39.47 /Kg = Rp ,- = Rp. 4, juta (9) 2. Distributor ke konsumen = Total minyak (Kg) x Harga jual minyak (Rp/Kg) = 2. Kg x Rp..224.,- /Kg = Rp ,- = Rp. 2,448 milyar () E. Pengisian tabel baris nilai tambah. Kolom petani Nilai tambah pada rantai distribusi petani akar wangi diperoleh dari selisih antara total penjualan akar ( ) dikurangi dengan biaya input penanaman. Biaya input penanaman = Total akar (Kg) x Biaya input penanaman (Rp/Kg) = Kg x Rp..5/Kg 9

9 = Rp ,- = Rp. 3,48 milyar Total penjualan akar = Rp. 452,4 juta + Rp. 2,784 milyar + Rp. 6,264 milyar = Rp. 95,4 milyar Nilai tambah = Rp. 95,4 milyar - Rp. 3,48 milyar = Rp. 9524,-milyar = Rp. 9,524,- milyar 2. Kolom penyuling Nilai tambah untuk rantai distribusi industri penyulingan minyak atsiri akar wangi dihitung berdasarkan selisih antara total penjualan minyak ( ) dikurangi dengan dengan biaya produksi penyulingan. Nilai tambah = ( ) Biaya Produksi = (Rp. 2,8,25 milyar + Rp.,7 milyar + Rp. juta) - (Rp. 5.,-/Kg x 5 Kg) = Rp. 3, milyar Rp. 525 juta = Rp. 3,23.25 milyar 3. Kolom pedagang pengumpul Nilai tambah pedagang pengumpul berasal dari selisih harga jual ke distributor dengan harga beli dari penyuling tambah biaya tata niaga. Nilai tambah = (7 + 8) (Rp. 5,-/Kg x 4.4 Kg) = (Rp. 9,396 + Rp.,368 (milyar)) Rp. 7,2 juta = Rp.7568,- = Rp., milyar 4. Kolom distributor Nilai tambah distributor berasal dari selisih harga jual minyak atsiri akar wangi dengan biaya tata niaga. Nilai tambah = () (9) = Rp. 2,448 milyar - Rp. 4, juta = Rp ,- = Rp. 2, milyar Sehingga persamaan distribusi output menjadi: 9

10 X i = n j= x ij + Y i X + = x + x2 + x3 + x4 Y = , ,264. = 9,5.4 X + 2 = x2 + x22 + x23 + x24 Y2 = + + 2,8.25 +,7. +. = 3, X + 3 = x3 + x32 + x33 + x34 Y3 = ,396. +,368. =,764. X + 4 = x4 + x42 + x43 + x44 Y4 = ,448. = 2, Untuk susunan input dapat ditulis dengan persamaan: X n j = i= x ij + v X + j = x + x2 + x3 + x4 v = ,524. = 9,976.4 X + 2 = x2 + x22 + x23 + x24 v2 = 2, , , = 5, X + 3 = x3 + x32 + x33 + x34 v3 = + 2, ,756.8 = 2,775.5 X + 4 = x4 + x42 + x43 + x44 v4 = +,7. + 9, , = 3,

11 Hasil perhitungan di atas dapat dirangkum dalam bentuk Tabel Input Output Jalur Distribusi Minyak Atsiri Akar Wangi di bawah ini berdasarkan bentuk umum Tabel Transaksi Input Output dengan cara pengisian berdasarkan persamaan (3.), (3.2) dan (3.3) Tabel IV-4. Tabel Input Output Jalur Distribusi Minyak Atsiri Akar Wangi Petani Penyuling Pengumpul Distributor Permintaan akhir Tot. Output Petani ,784. 6,264. 9,5.4 Penyuling 2,8.25,7.. 3, Pengumpul 9,396.,368.,764. Distributor ,448. 2, Nilai tambah 9,524. 3,23.25, , Tot. Input 9, , , ,

12 Lampiran B Berdasarkan Tabel IV-4 pada lampiran A dilanjutkan dengan persamaan (3.7) dengan software Excel sehingga diperoleh Tabel IV-5 dengan persamaan: a ij = x X ij j Dimana: a ij = jumlah input kegiatan i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit kegiatan j x ij = output kegiatan i yang digunakan sebagai input oleh kegiatan j X j = total input kegiatan j Tabel IV-5. Tabel koefisien Teknologi Petani Penyuling Pengumpul Distributor Petani Penyuling Pengumpul Distributor

13 LAMPIRAN C Untuk menghitung indeks daya penyebaran (Backward Linkages) dan indeks daya kepekaan (Forward Linkages) dibutuhkan unsur matriks invers Leontief dari jalur distribusi yang diberi notasi α. Dengan menggunakan software Mathcad diperoleh:.49 A =.465 B = I A B = Dimana: Jadi: B.5 = A = matriks koefisien teknologi I = matriks identitas B - = matriks invers dari (I A) =.5 α =

14 LAMPIRAN D Key Sectors Analysis: Unsorted Forward & Backward Linkage National (or, one-region) input-output with 4 sectors IO data : datael3.txt Sectors Forward Linkage Backward Linkage

15 LAMPIRAN E Pengolahan data dilakukan dengan menggabungkan baris petani dan penyuling, untuk kolom dengan menjumlahkan kolom petani dengan kolom penyuling. Pengolahan data diselesaikan dengan software Excel. Tabel V-3 Tabel Input Output Simulasi Penggabungan Petani/Penyuling Petani/penyuling Pengumpul Distributor Permintaan akhir Tot. Output Petani/penyuling 3, ,8.25,7. 6,274. 3, Pengumpul 9,396.,368.,764. Distributor ,448. 2, Nilai tambah 94,727.25, , Total Input 97, , ,544. Untuk pengolahan data mendapatkan tabel koefisien teknologi simulasi penggabungan, diolah menggunakan persamaan yang sama dengan tabel koefisien sebelum simulasi dan dilesaikan dengan software Excel Tabel Koefisien Teknologi Simulasi Penggabungan Petani/Penyuling Petani/penyuling Pengumpul Distributor Petani/penyuling Pengumpul Distributor

16 LAMPIRAN F Key Sectors Analysis: Unsorted Forward & Backward Linkage National (or, one-region) input-output with 3 sectors IO data : datael3.txt Sectors Forward Linkage Backward Linkage Key Sectors Analysis: Sorted Forward & Backward Linkage National (or, one-region) input-output with 3 sectors IO data : datael3.txt Sector Forward Linkage Sector Backward Linkage

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Metode optimisasi sudah terkenal dan umum digunakan dalam jalur distribusi karena berkaitan dengan meningkatkan keuntungan, efisiensi dan mengolah bahan baku menjadi

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data IV.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui studi lapangan atau laboratorium dan dari berbagai sumber yang berbeda

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA , (2000), Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA , (2000), Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA 1. -------, (2000), Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, Jakarta. 2. -------, Maret. (2005), Rencana Pembangunan Pertanian Tahun

Lebih terperinci

Bab V Analisis dan Pembahasan

Bab V Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1. Analisis Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkages) dan Kaitan ke Depan (Forward Linkages) Kaitan ke belakang (Backward Linkages) dan kaitan ke depan (Forward Linkages)

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR DISTRIBUSI MINYAK ATSIRI DENGAN MODEL INPUT OUTPUT (STUDI KASUS: IKM MINYAK ATSIRI AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT) TESIS

ANALISIS JALUR DISTRIBUSI MINYAK ATSIRI DENGAN MODEL INPUT OUTPUT (STUDI KASUS: IKM MINYAK ATSIRI AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT) TESIS ANALISIS JALUR DISTRIBUSI MINYAK ATSIRI DENGAN MODEL INPUT OUTPUT (STUDI KASUS: IKM MINYAK ATSIRI AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT) TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT PENGOLAHAN TEMBAKAU DI PROVINSI JAWA TIMUR. Input Output Analysis of Tobacco Proccessing in Jawa Timur Regency

ANALISIS INPUT OUTPUT PENGOLAHAN TEMBAKAU DI PROVINSI JAWA TIMUR. Input Output Analysis of Tobacco Proccessing in Jawa Timur Regency ANALISIS INPUT OUTPUT PENGOLAHAN TEMBAKAU DI PROVINSI JAWA TIMUR Input Output Analysis of Tobacco Proccessing in Jawa Timur Regency Iswin Raka Agung Wijaya 1), Masyhuri 2), Irham 2), Slamet Hartono 2)

Lebih terperinci

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara 69 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) KETERKAITAN ANTAR SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA Dyah Hapsari Amalina S. 1 dan Alla Asmara 2 1 Alumni Departemen

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

DAMPAK SEKTOR TRANSPORTASI TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN

DAMPAK SEKTOR TRANSPORTASI TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN DAMPAK SEKTOR TRANSPORTASI TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN Oleh: Achmad Firman, SPt., MSi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JANUARI 2007 LEMBAR PENGESAHAN Penelitian Mandiri 1. a. Judul

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 4 (3) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT) Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 1, April 2017 ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT) Retno Febriyastuti Widyawati Alumnus Program

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Wilayah Jawa Timur dengan Menggunakan Analisa Input-Output (Kata Kunci: Analisis Input-Output, Sektor Perekonomian, Jawa

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU EKONOMI UNTUK MENENTUKAN SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI PROPINSI JAWA TIMUR ABSTRACT

ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU EKONOMI UNTUK MENENTUKAN SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI PROPINSI JAWA TIMUR ABSTRACT ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU EKONOMI UNTUK MENENTUKAN SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI PROPINSI JAWA TIMUR M. Rondhi Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember rondhi_mp@yahoo.co.id ABSTRACT The aim

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM L. Kurniasari e-mail: laeli_kurniasari@yahoo.co.id I. Hartati e-mail: indah_hartati@yahoo.com

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Andry Kurniawan Saputra kost31_project@yahoo.co.id Andri Kurniawan andrikur@ugm.ac.id Abstract Tourism is the dominant

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Tabel Input-Output Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Tabel Input-Output Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota, Jakarta. 0 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 000. Tabel Input-Output Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan perannya melalui stabilitas pertumbuhan yang pesat. Hal ini patut dicermati mengingat mayoritas

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun 2006--2012... 3 Gambar 1.2 Produksi Kayu Bulat per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012... 5 Gambar 1.3 Jumlah Industri Kehutanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

model simulasi dan formulasi yang dibuat telah benar dan logis serta dapat mereprsentasikan kondisi eksisting.

model simulasi dan formulasi yang dibuat telah benar dan logis serta dapat mereprsentasikan kondisi eksisting. Verifikasi Cek Model pada Vensim Validasi Uji Statistik model simulasi dan formulasi yang dibuat telah benar dan logis serta dapat mereprsentasikan kondisi eksisting. Skenario 1 : Peningkatan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG 1 Konstribusi Nilai Ekonomi Pengembangan Kawasan Rawapening KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG SRI SUBANTI 1, ZAINI ROHMAD 2, DAN ARIF RAHMAN HAKIM 3 1Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN 7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan Peran strategis suatu sektor tidak hanya dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan output, peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Linkage Analysis of The Agroindustry Sector on Economy In Lampung Province) Rendy Oktaliando, Agus Hudoyo, dan Achdiansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT IbM PEMBUAT MINYAK NILAM Dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, P Daya Saing Daerah. BPFE. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, P Daya Saing Daerah. BPFE. Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, P.2002. Daya Saing Daerah. BPFE. Yogyakarta. AEKI, 2010. Produktifitas Kopi Indonesia. Jakarta: Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia AEKI. 2012. Luas Areal dan Produksi Kopi Robusta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

VIII. DAFTAR PUSTAKA

VIII. DAFTAR PUSTAKA VIII. DAFTAR PUSTAKA Anugrah F. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Ke Pengguna Non Pertanian Di Kabupaten Tanggerang. Skripsi. Institut Astuti DI. 2011. Keterkaitan Harga

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA

ANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA ANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA Aris Windarko Saputro dan I Putu Artama W Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut

Lebih terperinci

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi...

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi... Yofi et al., Analisis Peran Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi... 1 Analisis Peran Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi (Pendekatan Input-Output) An Analysis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh: Dody Yuli Putra, S.

PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh: Dody Yuli Putra, S. PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh: Dody Yuli Putra, S.Pi RINGKASAN Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dimana sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

Kebijakan Alokasi Anggaran Kabupaten Kepulauan Selayar

Kebijakan Alokasi Anggaran Kabupaten Kepulauan Selayar Kebijakan Alokasi Anggaran Kabupaten Kepulauan Selayar Amin Rois Sinung Nugroho, S.ST, 8 Oktober 2012 1 of 15 Otonomi Daerah UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 25/1999 tentang Perimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aryani, Dian Mega Pengaruh Variabel Makro terhadap Return Saham di. Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

DAFTAR PUSTAKA. Aryani, Dian Mega Pengaruh Variabel Makro terhadap Return Saham di. Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. DAFTAR PUSTAKA Aryani, Dian Mega. 2006. Pengaruh Variabel Makro terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2005. Thesis Magister Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PETERNAKAN DI PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PETERNAKAN DI PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PETERNAKAN DI PROVINSI JAWA BARAT Oleh: Achmad Firman, SPt., MSi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JUNI 2007 LEMBAR PENGESAHAN Penelitian Mandiri 1. a.

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri agro memiliki arti penting bagi perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh beberapa fakta yang mendukung. Selama kurun waktu 1981 1995, industri agro telah

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 83 90. ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

Skenario I, pembiayaan pasca panen sebesar 5% dari pendapatan bea ekspor.

Skenario I, pembiayaan pasca panen sebesar 5% dari pendapatan bea ekspor. Skenario I, pembiayaan pasca panen sebesar 5% dari pendapatan bea ekspor. Skenario II, pembiayaan pasca panen sebesar 10% dari pendapatan bea ekspor, serta meningkatkan bea ekspor biji kopi sebesar 2%

Lebih terperinci

Peranan Kelapa Sawit Dalam Perekonomian Daerah Provinsi Jambi: Analisis Input-Output Tahun 2010

Peranan Kelapa Sawit Dalam Perekonomian Daerah Provinsi Jambi: Analisis Input-Output Tahun 2010 Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Daerah Provinsi Jambi: Analisis Input-Output Tahun 2010 Peranan Kelapa Sawit Dalam Perekonomian Daerah Provinsi Jambi: Analisis Input-Output Tahun 2010 JAM 12, 4

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 4 Desember 2013 PERANAN EKSPOR DALAM PEREKONOMIAN RIAU. Nursiah Chalid

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 4 Desember 2013 PERANAN EKSPOR DALAM PEREKONOMIAN RIAU. Nursiah Chalid PERANAN EKSPOR DALAM PEREKONOMIAN RIAU Nursiah Chalid Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

DAMPAK OUTPUT SEKTOR TRANSPORTASI TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT OUTPUT)

DAMPAK OUTPUT SEKTOR TRANSPORTASI TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT OUTPUT) Dampak Output Sektor Transportasi Terhadap Sektor Pertanian Dan Di Indonesia (Analisis Input Output) (Achmad Firman) DAMPAK OUTPUT SEKTOR TRANSPORTASI TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN DI INDONESIA

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Jalur Distribusi Menurut American Supply Chain Association jalur distribusi bisa diartikan sebagai seluruh kegiatan yang yang terlibat dalam produksi dan pengiriman produk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI MALUKU

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI MALUKU IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI MALUKU Darwis Amin Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ambon Jln. Dr. H.Tarmizi Taher Kebun Cengkeh Batu Merah Ambon ABSTRACT This research aims to analyze

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi 1 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyetti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

Metode Analisis Relasi Pemasukan dan Pengeluaran dalam Bisnis dan Ekonomi dengan Matriks Teknologi

Metode Analisis Relasi Pemasukan dan Pengeluaran dalam Bisnis dan Ekonomi dengan Matriks Teknologi Metode Analisis Relasi Pemasukan dan Pengeluaran dalam Bisnis dan Ekonomi dengan Matriks Teknologi Ginanjar Fahrul Muttaqin Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Ganeca 10, Email gin2_fm@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Fitriadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Abstract Economic structure of the province of East Kalimantan, tend not to change because it is still

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR Yoalina Septriani Nur Arifah dan Retno Mustika Dewi Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model Sistem Dinamik (Studi Pada Perusahaan Furniture)

Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model Sistem Dinamik (Studi Pada Perusahaan Furniture) Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model Sistem Dinamik (Studi Pada Perusahaan Furniture) Albertus Magnus Madyana Email: mdy04@yahoo.com Penulis A. M. Madyana adalah staf pengajar di Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH DI DESA PALAU KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH DI DESA PALAU KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 461 467, Agustus 2016 ISSN: 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH DI DESA PALAU KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA Income

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH USAHATANI

SILABUS MATAKULIAH USAHATANI SILABUS MATAKULIAH USAHATANI Mata Kuliah : Usahatani Kode Matakuliah/sks : AGB 1 / (2-) Semester : Prasyarat : Matakuliah Ekonomi Umum Dasar-dasar Bisnis Deskripsi Singkat : Matakuliah ini akan memberikan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Tingkat Produktivitas Perusahaan Kripik Tempe dengan Metode The American Productivity Center

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Tingkat Produktivitas Perusahaan Kripik Tempe dengan Metode The American Productivity Center SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2014(SEMANTIK 2014) ISBN: 979-26-0276-3 Semarang, 15 November 2014 Rancang Bangun Sistem Pengukuran Tingkat Produktivitas Perusahaan Kripik Tempe

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci