KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG

Transkripsi

1 1 Konstribusi Nilai Ekonomi Pengembangan Kawasan Rawapening KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG SRI SUBANTI 1, ZAINI ROHMAD 2, DAN ARIF RAHMAN HAKIM 3 1Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas Maret, sri_subanti@uns.ac.id, sri_subanti@yahoo.co.id 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan & PUSPARI Universitas Sebelas Maret, zaini_rohmad_solo@yahoo.com 3Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, arif_rhakeem@yahoo.co.id Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi terkait dengan kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai perwujudan tempat wisata yang berwawasan lingkungan. Metode yang digunakan adalah pendekatan efek pengganda output dan pendapatan yang terdapat dalam analisis input output. Temuan penelitian ini menunjukkan besarnya nilai pengganda output dan pendapatan untuk setiap permintaan akhir sektor pariwisata sebesar 1 milyar rupiah, masing masing sebesar 1,873 milyar rupiah dan 2,631 milyar rupiah. Rekomendasi penelitian ini sebaiknya pemerintah daerah perlu mendorong sektor pendukung bagi sektor pariwisata sehingga dapat dipenuhi oleh ekonomi lokal yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di Kabupaten Semarang. Kata kunci: semarang. nilai ekonomi, sektor pariwisata, rawapening, kabupaten 1. Pendahuluan Kawasan Rawapening secara administratif terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini dikelilingi oleh 4 kecamatan yaitu Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang, Kecamatan Bawen, dan Kecamatan Ambarawa. Kawasan Rawapening dibagi menjadi enam sub kawasan yaitu Sub Kawasan Tlogo, Sub Kawasan Lopait, Sub Kawasan Bukit Cinta Brawijaya, Sub Kawasan Muncul, Sub Kawasan Asinan, dan Sub Kawasan Benteng Pendem. Kawasan Rawapening merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sedang dikembangkan baik pengembangan pariwisata alam maupun budaya dengan skala pelayanan regional serta nasional sehingga dapat meningkatkan citra kawasan. Studi tentang kawasan rawapening maupun kawasan pariwisata cukup banyak. Studi Subanti [7] dengan menggunakan pendekatan OLS

2 diperoleh temuan bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan kebeberapa obyek wisata di Kabupaten Semararang adalah pendapatan dan WTP. Studi Hakim dkk [2] dengan menggunakan pendekatan OLS dan Logit diperoleh temuan bahwa faktor pendorong individu untuk bersedia membayar sejumlah nominal tertentu bagi pengelolaan rawapening adalah jumlah nominal penawaran, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan adalah pengalaman berkunjung, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Studi Subanti dkk [8] diperoleh temuan bahwa preferensi responden dalam memilih perubahan kondisi pariwisata di Kawasan Rawapening, baik itu biaya perjalanan, lingkungan alami, pementasan budaya jawa, dan pasar tradisional. Nilai keuntungan ekonomi terkait perubahan skenario membaik sebesar 2,932 milyar/tahun dan perubahan skenario memburuk sebesar 2,628 milyar. Metode yang digunakan dalam studi ini dengan pendekatann analisa dalam tabel input output di Kabupaten Semarang yang diagregasi menjadi 16 sektor. Tujuan studi ini adalah untuk mencoba mengetahui nilai ekonomi yang dapat diberikan terhadap pengembangan ekonomi Kawasan Rawapening di Kabupaten Semarang. Nilai ekonomi dilihat dalam bentuk pengganda output dan pengganda pendapatan baik setiap sektor maupun keseluruhan. Selain itu, dapat diketahui peran setiap sektor ekonomi khususnya sektor pariwisata yang direpresentasikan sebagai sektor restoran dan hotel terhadap perekonomian di Kabupaten Semarang. Kondisi Perekonomian di Kabupaten Semarang. Struktur output perekonomian berdasarkan tabel input output (Gambar 1) memperlihatkan bahwa industri lainnya dalam hal ini industri diluar makanan, minuman, dan tembakau memilikii memiliki persentase nilai tambah paling besar yaitu sebesar 30,12 persen. Sektor perdagangan dan pertambangan penggalian, masing-masing sebesar 15 persen dan 12,88 persen. Sektor pariwisata yang direpresentasikan sektor hotel dan restoran memiliki konstribusi sebesar 2,13 persen. Listrik,, Gas, dan Air Minum Lembaga Keuangan, Real Estate, & Jasa 2. Hasil Hasil Utama Gambar 1. Struktur Perekonomian Berdasarkan Output Kondisi perekonomian berdasarkan nilai tambah (Gambar 2) memperlihatkan bahwa industri lainnya dalam hal ini industri diluar makanan, minuman, dan tembakau memiliki memiliki persentase nilai tambah paling besar yaitu sebesar 43,66 persen. Sektor berikutnya adalah perdagangan dan jasa, masing-masing sebesar 18 persen dan 7,977 persen.

3 3 SRI SUBANTI, ZAINI ROHMAD, & ARIF R HAKIM Adapun sektor pariwisata atau direpresentasikan setkor hotel dan restoran memilik persentase sebesar 1,17 persen. Nilai ini dapat disimpulkan bahwa jika terdapat stimulus di Kabupaten Semarang maka akan memberikan efek pengganda paling tinggi bagi perekonomian jika diperuntukkan bagi sektor industry khususnya diluar makanan, minuman, dan tembakau. Lembaga Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan Gambar 2. Struktur Perekonomian Berdasarkan Nilai Tambah Analisis Pengganda. Pengganda Output ( Output Multiplier) bertujuan untuk melihat dampak perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap semua sektor yang ada tiap satuan perubahan jenis pengganda. Berikut akan disajikan dalam gambar 3. Lembaga Keuangan, Real Estate, & Jasa Gambar 3. Pengganda Output Sektor listrik, gas, & air minum memiliki pengganda output tertinggi (2,364), kemudian diikuti sektor bangunan/konstruksi dan sektor industri yang masing-masing bernilai 2,194; 2,075; dan 1,999. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan output sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp 1 juta, berdampak meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp 2,364 juta. Sektor pariwisata yang direpresentasikan sektor hotel & restoran memiliki pengganda output sebesar 1,873 artinya setiap kenaikan permintaan 3

4 output sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, berdampak meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp 1,873 juta. Adapun bagi sektor yang bernilai rendah yakni sektor pertambangan & penggalian dan sektor pertanian. Sektor pertanian yang terdiri dari perikanan, padi, kehutanan, dan tanaman bahan makanan lainnya. Hasil pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Semarang disajikan pada gambar 4, menunjukkan bahwa sektor kehutanan memberi nilai terbesar jika dibanding sektor lain. Adapun sektor berikutnya yang menyusul adalah sektor jasa; industri lainnya; sektor bangunan; dan sektor tanaman pertanian lainnya. Lembaga Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan Gambar 4. Pengganda Pendapatan Nilai pengganda pendapatan di sektor kehutanan sebesar 0,884. Nilai tersebut mengandung arti bahwa untuk setiap kenaikan Rp 1 juta output yang dihasilkan sektor kehutanan, pendapatan masyarakat di Kabupaten Semarang akan meningkat sebesar Rp 0,884 juta. Begitu juga untuk sektor jasa-jasa dengan nilai sebesar 0,637 mengandung arti bahwa untuk setiap kenaikan satu satuan output (Rp 1 juta) yang dihasilkan oleh sektor jasa-jasa, pendapatan masyarakat di Kabupaten Semarang akan meningkat sebesar Rp 0,637 juta. Nilai ini termasuk paling kecil jika dibandingkan dengan nilai pengganda sektor lain. Bagi sektor pariwisata (sektor hotel dan restoran) dengan nilai sebesar 0,230 mengandung arti bahwa untuk setiap kenaikan satu satuan output (Rp 1 juta) yang dihasilkan oleh sektor pariwisata (sektor hotel dan restoran), total pendapatan masyarakat di Kabupaten Semarang akan meningkat sebesar Rp 0,230 juta. Gambar 5 melihat besarnya tambahan tenaga kerja untuk setiap kenaikan satu satuan output yang dihasilkan suatu sektor. Sektor industri memiliki pengganda output tertinggi ( 0,157), kemudian diikuti sektor restoran dan hotel; pertanian; serta pertambangan & penggalian. Masingmasing bernilai 0,124; 0,077; dan 0,020. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan output sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp 1 milyar, berdampak meningkatkan tambahan tenaga kerja secara keseluruhan sebesar 157 orang. Bagi sektor pariwisata, setiap kenaikan permintaan output sektor pariwisata sebesar Rp 1 milyar, berdampak meningkatkan tambahan tenaga kerja secara keseluruhan sebesar 124 orang. Begitu juga untuk sektor bangunan dengan nilai sebesar 0,002. Dengan asumsi yang sama, jika terjadi peningkatan output sektor bangunan sebesar 1 milyar, berdampak pada penambahan kesempatan kerja bagi perekonomian secara keseluruhan sebesar 2 orang. Dampak kesempatan

5 5 SRI SUBANTI, ZAINI ROHMAD, & ARIF R HAKIM kerja terhadap sektor bangunan relatif kecil. Ini menunjukkan bahwa sektor ini kurang sensitif dalam menciptakan lapangan kerja. Nilai ini termasuk paling kecil jika dibandingkan dengan nilai pengganda sektor lain. Industri Pertanian Pertambangan & Pengggalian Lembaga Keuangan, Real Estate, & Gambar 5. Pengganda Tenaga Kerja Konstribusi Pengembangan Kawasan Rawapening. Penghitungan bagian ini mendasarkan pada output yang digunakan oleh pengguna akhir pada sektor pariwisata dalam bentuk permintaan akhir. Permintaan akhir terdiri dari empat unsur yaitu konsumsi rumah tangga (C), pembentukan modal tetap bruto atau investasi (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan ekspor (X). Nilai konstribusi diasumsikan digunakan untuk investasi misal pengembangan kawasan Rawapening. Tabel 1. Nilai Ekonomi Pengembangan Rawapening terhadap Output Perekonomian No Sektor Nilai (Juta Rp) Lembaga Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan Jumlah 1873 Sumber : Tabel IO, diolah. Tabel 1 menunjukkan konstribusi nilai ekonomi akibat kenaikan permintaan akhir dalam bentuk investasi terhadap output perekonomian di Kabupaten Semarang. Misal, jika terdapat perubahan peningkatan permintaan akhir sektor pariwisata dalam bentuk investasi pengembangan 5

6 Kawasan Rawapening sebesar Rp 1000 juta (Rp 1 milyar), maka output perekonomian di Kabupaten Semarang akan meningkat sebesar Rp 1873 juta (Rp 1,873 Milyar). Tabel 2. Nilai Ekonomi Pengembangan Rawapening terhadap Pendapatan Masyarakat No Sektor Nilai (Juta Rp) Lembaga Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan Jumlah 2631 Sumber : Tabel IO, diolah. Tabel 2 menunjukkan konstribusi nilai ekonomi akibat kenaikan permintaan akhir dalam bentuk investasi terhadap pendapatan seluruh masyarakat di Kabupaten Semarang. Misal, jika terdapat perubahan peningkatan permintaan akhir sektor pariwisata dalam bentuk investasi pengembangan Kawasan Rawapening sebesar Rp 1000 juta (Rp 1 milyar), maka pendapatan masyarakat di Kabupaten Semarang akan meningkat sebesar Rp 2631 juta (Rp 2,631 Milyar). 3. Kesimpulan Sektor listrik gas dan air minum memiliki pengganda output tertinggi, sedangkan sektor tanaman dan bahan makanan lainnya mempunyai pengganda output terendah. Sektor pariwisata sebesar 1,873. Sektor kehutanan memiliki pengganda pendapatan tertinggi, sedangkan sektor pertambangan & penggalian mempunyai pengganda output terendah. Sektor pariwisata sebesar 0,230. Sektor industri memiliki pengganda tenaga kerja tertinggi, sedangkan sektor bangunan mempunyai pengganda output terendah. Sektor pariwisata termasuk tinggi yaitu sebesar 0,124. Konstribusi nilai ekonomi terkait pengembangan kawasan Rawapening akan meningkatkan output perekonomian dan pendapatan masyarakat di Kabupaten Semarang masing-masing sebesar Rp 1,873 Milyar dan 2,631 Milyar. Rekomendasi penelitian ini sebaiknya pemerintah daerah perlu mendorong sektor pendukung bagi sektor pariwisata sehingga dapat dipenuhi oleh ekonomi lokal yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di Kabupaten Semarang. Referensi [1] BPS, 2008, Tabel Input Output Jawa Tengah 2008.

7 7 SRI SUBANTI, ZAINI ROHMAD, & ARIF R HAKIM [2] Hakim, A.R., Subanti, S.,dan Tambunan, M., 2011, Economic Valuation of Nature Based Tourism Object in Rawapening, Indonesia : An Application of Travel Cost and Contingent Valuation Method. Journal of Sustainable Development, Vol 4 No 2, [3] Hartono, Djoni, 2009, Bahan Kuliah Model Ekonomi: Model Input-Output Nasional. Bahan Ajar Kuliah Model Ekonomi PPIE Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. [4] Miller, Ronald & Peter Blair, 1985, Input Output Analysis : Foundations and Extensions, Prentice-Hall, Inc. New Jersey, USA. [5] Morison, J & Robert Powell. 1998, Using Input Output Methods for Economics Impact Analysis of Tourism, Proceedings Frontires of Australian Conference, Canberra, Australia. [6] Nazara, Suahazil, 2005, Analisis Input-Output Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. [7] Subanti, S., 2010, Analisis Permintaan Pariwisata Di Kabupaten Semarang (Studi Empiris Di Obyek Wisata Alam Dan Sejarah), Disertasi, Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan). [8] Subanti, Sri, Rara Sugiarti, Endang Widiyastuti, & Arif Rahman Hakim, 2013, Application Random Utility Method for Economic Valuation on Change of Tourism Quality (Case Study : Gedong Songo Temple & Muncul, Semarang Regency, Central Java Province), Proceeding Seminar Internasional Energi Kesehatan & Lingkungan 3 rd, Malang, Universitas Brawijaya, M11-1 M