HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENERAPAN SIX SIGMA Kualitas merupakan indikator efisiensi dari sistem ekonomi yang produktif, dimana pada sistem yang efisien memungkinkan diproduksi barang dan jasa yang dapat diterima dengan harga yang ekonomis. Output yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi umum, sementara biaya diperoleh melalui optimisasi alokasi sumber daya. Disisi lain, kualitas juga menghasilkan efisiensi proses dan mampu mengindikasi performa yang baik. Hal utama yang harus diperhatikan dalam penelitian ini adalah cara mengatasi masalah pada produk yang menyebabkan kerugian pada perusahaan. Six Sigma dilaksanakan dalam tahapan DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control). Untuk dapat diangkat dan diperbaiki melalui mekanisme sebuah proyek, suatu masalah harus didefinisikan terlebih dahulu dan diukur sebagai dasar perbaikan. Pengukuran dilakukan menggunakan alat bantu statistik untuk menentukan sebaik apa proses terjadi dan berapa banyak defect yang dihasilkan. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui mengapa terjadi defect dan menentukan faktor utama penyebab defect. Perbaikan dilakukan dengan menghilangkan defect semaksimal mungkin. Menurut Breyfogle (2003), defect merupakan ketidaksesuaian karakteristik kualitas dari level yang dimaksudkan. Defective adalah produk yang tidak sesuai yang setidaknya menganduk satu cacat atau memiliki kombinasi beberapa ketidaksempurnaan yang menyebabkan unit tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan. Produk tanpa cacat (zero defects) adalah kondisi ideal yang selalu didambakan, baik oleh pembuat barang (produk atau jasa) maupun pelanggan atau konsumen yang menggunakannya. Hasil produksi yang ditolak/ cacat mengganggu produksi dan membutuhkan pengerjaan ulang yang mahal. Seringkali produk tolakan harus dimusnahkan, suatu pemborosan sumber daya maupun upaya yang telah ditanamkan.bagi perusahaan manufaktur, zero defects dapat menekan waste (pemborosan). 4.2 DEFINE Menurut Brett dan Queen (2005), phase define merupakan fase yang paling penting untuk kesuksesan proyek lean Six Sigma. Fase ini merupakan situasi, masalah dan hasil yang ingin diharapkan di masa kini.untuk produk kertas di PT. X sendiri, timbulnya defect masih sulit untuk dihindari. Penyebab defect yang paling dominan terjadi di area produksi. Hampir seluruh proses produksi dilakukan oleh mesin. Mulai dari stock preparation, paper machine, cutter rewinder, hingga converting. Pada proses sortir,penyortitran dilakukan secara manual oleh operator. Lampiran 3 menunjukkan area-area di stock preparation dan paper machine yang berpeluang menimbulkan defect. Defect yang sering terjadi di dalam proses produksi kertas adalah holes (lubang), dirty (kotor), size variation (variasi ukuran), foreign contamination dan folded (terlipat). Holes paper dan dirty paper paling sering terjadi di bagian stock preparation dan paper machine. Sedangkan jenis defect yang sering terjadi di mesin cutter adalah size variation. Terkadang folded dan foreign contamination juga mungkin terjadi di cutter. Folded dan foreign contamination lebih dominan terjadi di bagian sortir. Untuk data lengkap macam-macam defect yang terjadi di PT. X terlampir pada Lampiran 4. 16

2 Defect berupa holes paper merupakan defect berupa lubang yang timbul pada lembaran kertas. Holes paper yang terjadi dapat berupa lubang kecil atau bahkan lubang yang besar setelah keluar dari paper machine. Sebagian besar defect ini terjadi pada proses di paper machine. Sama halnya dengan holes paper, dirty paper juga terjadi di hampir seluruh proses produksi. Mulai dari bahan baku, proses di stock preparation, paper machine, cutter, finishing hingga converting. Bahan baku menentukan hasil jadi suatu produk. Bahan baku yang baik tentu akan menghasilkan produk yang baik juga. Foldedmerupakan defect berupa lipatan pada kertas yang terjadi selama proses produksi. Baik terjadi di mesin ataupun akibat kesalahan manusia.foreign contamination merupakan kontaminan yang terikut bersama tumpukan kertas yang telah dipotong menjadi ukuran tertentu. Kontaminan ini bisa berupa sobekan kertas, plastik, serangga dan bahan non produk lainnya. Namun yang paling umum terjadi adalah kontaminan berupa sobekan kertas yang terikut di dalam tumpukan kertas. Jika lolos sortir, maka kontaminan akan sampai ke tangan pelanggan dan tidak menutup kemungkinan untuk dikomplain. Size variation biasanya terjadi di mesin cutter saat proses pemotongan kertas. Jika pisau pemotongan kertas tidak stabil, maka akan mengakibatkan ukuran kertas yang tidak seragam. Ukuran kertas yang tidak seragam dapat dilihat secara kasat mata saat kertas-kertas tersebut ada dalam tumpukan. Saat berada dalam tumpukan, kertas yang ukurannya bervariasi ini akan mudah rusak jika bersinggungan dengan benda lainnya. 4.3 MEASURE Holes paper yang terjadi selama produksi bulan Januari hingga Maret terlampir di dalam Lampiran 4. Jumlah holes paper yang terjadi pada bulan Januari adalah sebanyak 8,677 ton dengan jumlah produksi kertas sebanyak 10792,82 ton. Dengan begitu didapat nilai defect per unit sebesar 0,0008. Dari tabel distribusi normal(lampiran 7), didapat nilai Z LT sebesar 3,16. Nilai Z ST adalah sebagai berikut: 3,16 1,5 4,66 Proses produksi pada bulan Januari dengan jenis kegagalan holes paper dapat dikatakan sebagai 4,66level kualitas sigma. Dengan cara yang sama, pada bulan Februari, didapat sebanyak 6,3 ton holes paper dengan jumlah produksi pada bulan itu sebanyak 5723,06 ton. Sehingga didapat nilai defect per unit sebesar 0,0011. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai Z LT sebesar 3,08. Nilai Z ST adalah sebagai berikut: 3,08 1,5 4,58 Sehingga pada bulan Februari, nilai sigma untuk holes paper adalah sebesar 4,58. Pada bulan Maret, sebanyak 6,9 ton holes paper dengan produksi kertas sebanyak 8619,712 ton. Nilai DPU pada bulan Maret adalah 0,0008. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai Z LT sebesar 3,16. Nilai Z ST adalah sebagai berikut: 3,16 1,5 4,66 17

3 Sehingga pada bulan Maret, nilai sigma untuk holes paper adalah sebesar 4,66 sigma. Dengan begitu dapat dibandingkan bahwa nilai sigma untuk holes paper ini mengalami peningkatan selama bulan Januari hingga Maret. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di atas rata-rata perusahaan indonesia. Rata-rata perusahaan di Indonesia berada di level 2 sigma seperti yang terlihat pada Tabel 1. Untuk mengetahui ppm, nilai sigma tersebut di konversikan ke tabel S untuk mendapatkan nilai part per million defect (ppm)pada Lampiran 5. Pada tabel S di Lampiran 5, nilai sigma 4,66 ada diantara nilai sigma 4,6 dan 4,7. Untuk mengetahui nilai ppm dari sigma 4,66 dilakukan interpolasi antara nilai sigma 4,6 dan 4,7 berikut ini: 4,7 4,6 4,66 4,6 687,2 967,67 967,67 0,1 280,47 0,06 967,67 0,1 x 96,767 = - 16,8282 0,1 x = 79,9388 x = 799,388 Dengan begitu nilai ppm defect untuk level sigma 4,66 (pada bulan Januari dan Maret) adalah 799,388. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,66 memiliki tingkat defect sebesar 799,388 ppm.untuk level sigma 4,58 adalah sebagai berikut: 4,6 4,5 967, ,97 4,58 4,5 1349,97 0,1 382,3 0, ,97 0,1 x 134,997 = - 30,584 0,1 x = 104,413 x = 1044,13 Untuk nilai sigma 4,58 didapat 1044,13 ppm. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,58 memiliki tingkat defect sebesar 1044,13 ppm.untuk menekan jumlah holes paper yang dihasilkan agar mencapai nilai 6 sigma, maka perusahaan harus menekan ppm hingga mencapai 3,4. Pada level 6 sigma, defect per unit yang terjadi adalah sebagi berikut: 1,5 6 = Z LT + 1,5 shift Z LT = 4,5 Nilai defect per unit dilihat melalui tabel A pada Lampiran 7. Nilai 4,5 memiliki nilai DPU sebanyak 0, Pada level sigma 4,66 memiliki nilai DPU sebesar 0,0008 dan memiliki nilai DPU sebesar 0,0011 pada level sigma 4,58. Sehingga nilai tersebut harus ditekan hingga mencapai 0, DPU. Untuk jenis defect berikutnya adalah dirty paper. Dirty paper yang terjadi selama bulan Januari hingga Maret terlampir dalam Lampiran 6. Jumlah holes paper pada bulan Januari adalah sebanyak 2,55 ton dengan jumlah produksi total pada bulan tersebut sebanyak 10792,82 ton. Dengan 18

4 jumlah itu maka didapat nilai defect per unit sebesar 0, Dengan menggunakan nilai DPU dari tabel distribusi normal, didapat nilai Z LT sebesar 3,49. Nilai Z ST adalah sebagai berikut: 3,49 1,5 4,99 Untuk itu dapat dikatakan bahwa pada bulan Januari untuk jenis defect dirty paper memiliki nilai sigma sebesar 4,99. Pada bulan berikutnya jumlah dirty paper adalah 1,1 ton dengan jumlah total produksi sebesar 5723,055 ton. Sehingga didapat nilai defect per unit sebesar 0, Dari tabel distribusi normal, didapat nilai Z LT sebesar 3,56. Nilai Z ST adalah sebagai berikut: 3,56 1,5 5,06 Jadi nilai sigma untuk dirty paper pada bulan Februari adalah level 5,06. Pada bulan Maret, jumlah defect pada bulan tersebut adalah 1,5 ton dengan total jumlah produksi sebanyak 8619,712 ton. Nilai DPU-nya adalah 0,00017, sehingga pada tabel distribusi normal didapat nilai Z LT sebesar 3,57. Nilai Z ST adalah sebagai berikut: 3,57 1,5 5,07 Dengan begitu dapat dibandingkan bahwa nilai sigma untuk dirty paper ini mengalami peningkatan selama bulan Januari dan Ferbuari. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di atas rata-rata perusahaan indonesia. Rata-rata perusahaan di Indonesia berada di level 2 sigma seperti yang terlihat pada Tabel 1. Bahkan mencapai level 5 sigma yang berarti sejajar dengan perusahaan di Jepang. Untuk mengetahui ppm, nilai sigma tersebut di konversikan ke tabel S untuk mendapatkan nilai ppm pada Lampiran 5. Pada tabel S di Lampiran 5, nilai sigma 4,99 berada di antara nilai sigma 4,9 dan 5. Untuk mendapat nilai ppm pada level sigma 4,99 adalah sebagai berikut: 5 4,9 4,99 4,9 232,67 336,98 336,98 0,1 104,31 0,09 336,98 0,1 33,698 = - 9,3879 0,1 = 24,3101 = 243,101 Nilai ppm untuk level sigma 4,99 adalah 243,101.Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,99 memiliki tingkat defect sebesar 243,101 ppm. Untuk nilai sigma 5,06, nilai ppm berada di antara nilai 5 dan 5,1. Maka nilai ppm nya adalah sebagai berikut: 5, ,15 232,67 5, ,67 19

5 0,1 73,52 0,06 232,67 0,1 23,267 = - 4,4112 0,1 =18,8558 = 188,558 Nilai ppm untuk level sigma 5,06 adalah 188,558. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 5,06 memiliki tingkat defect sebesar 188,558 ppm. Untuk bulan Maret, pada level sigma 5,07 memiliki nilai ppm di antara level sigma 5 dan 5,1, dengan begitu untuk menghitung nilai ppm-nya adalah sebagai berikut: 5, ,15 232,67 5, ,67 0,1 73,52 0,07 232,67 0,1 23,267 = - 5,1464 0,1 = 18,1206 = 181,206 Nilai ppm untuk level sigma 5,07 adalah 181,206. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 5,07 memiliki tingkat defect sebesar 181,206 ppm.untuk menekan jumlahdirty paper yang dihasilkan agar mencapai nilai 6 sigma, maka perusahaan harus menekan ppm hingga mencapai 3,4. Pada level 6 sigma, defect per unit yang terjadi adalah sebagi berikut: 1,5 6 = Z LT + 1,5 shift Z LT = 4,5 Nilai defect per unit dilihat melalui Tabel A pada Lampiran 7. Nilai 4,5 memiliki nilai DPU sebanyak 0, Dengan begitu, untuk mencapai level 6 sigma, perusahaan harus menekan nilai DPU hingga 0, Tabel 1. Pencapaian beberapa tingkat sigma COPQ (Cost of Poor Quality) Tingkat Pencapaian sigma DMPO (Defects per million opportunities) COPQ sebagai persentase dari nilai penjualan 1-Sigma (sangat tidak Tidak dapat dihitung kompetitif) 2-Sigma (rata-rata industri Tidak dapat dihitung di Indonesia) 3-Sigma % dari penjualan 4-Sigma (rata-rata IndustriUSA) 15-25% dari penjualan 5-Sigma 233 (rata-rata industri Jepang) 5-15% dari penjualan 6-Sigma 3.4 (industri kelas dunia) <1% dari penjualan Peningkatan 1 sigma meningkatkan keuntungan sebesar 10% dari penjualan Sumber : Gasperz,

6 Untuk jenis defect holes paper dan dirty paper yang telah dibahas sebelumnya merupakan defect yang terjadi di jumbo roll.jumbo roll merupakan gulungan kertas setelah keluar dari paper machine. Untuk jenis defect folded, size variation dan foreign contamination terekam melalui customer complain. Walaupun begitu, defect holes dan dirty juga dapat masuk ke customer complain. Gambar 3 berikut ini merupakan diagram pareto yang menggambarkan jenis-jenis komplain yang diterima dari konsumen selama tahun Untuk komplain yang paling tinggi adalah foreign contamination dan size variation sebanyak 26 kasus untuk masing-masing defect. Kemudian kasus folded sebanyak 15 kali, dirty paper 13 kali dan holes paper 5 kali. Value Value Accumulation Jenis Cacat Gambar 3. Diagram Pareto Jenis Komplain Tahun 2010 Gambar 4 berikut ini merupakan diagram pareto yang menggambarkan jenis-jenis komplain yang diterima dari konsumen selama tahun Untuk komplain yang paling tinggi adalah foreign contamination dengan 15 kasus, size variation 13 kasus, dirty 11 kasus, folded 8 kasus dan holes paper 6 kasus. 21

7 Value Value 0 Accumulation Jenis Cacat Gambar 4. Diagram Pareto Jenis Komplain tahun 2011 Jika dibandingkan antara komplain yang terjadi pada tahun 2010 dan 2011, setiap kasus pada umumnya mengalami penurunan. Kasus foreign contamination ini paling sering terjadi akibat kontaminan lolos dari sortir sehingga sampai ke pelanggan. Bahan kontaminan yang berbentuk kertas sobekan terikut ke dalam tumpukan kertas dan baru diketahui saat proses printing. Sama halnya dengan foreign contamination, folded juga lolos dari sortir sehingga sampai ke tangan pelanggan. Folded ini juga dapat terdeteksi saat proses printing yang mengakibatkan cetakan tinta tercetak pada kertas yang terlipat tersebut. Untuk size variation, PT. X telah memiliki standar. Untuk standar panjang dan lebar tidak boleh melebihi 2 mm dan tidak boleh kurang dari ukuran yang telah ditetapkan. Pada bulan April diambil sebanyak 60 sample kertas ukuran 1091 x 788 mm. Terdapat variasi terhadap panjang dan lebar dari masing-masing sample yang disajikan pada Tabel 2. Dari tabel tersebut maka dapat terlihat bahwa masih ada beberapa sample yang melebihi batas maksimal ukuran panjang dan lebar. Size variation dapat dilihat kasat mata saat kertas-kertas tersebut masih di dalam tumpukan. Tumpukan kertas tersebut akan terlihat tidak rata jika dilihat dari pinggir. Tidak ratanya pinggiran kertas itu dapat menyebabkan pinggiran kertas rusak saat bersinggungan dengan tumpukan kertas lainnya ataupun benda lainnya. No Selisih Lebar Selisih Panjang Tabel 2. Selisih lebar sample ukuran 1091x788 mm No Selisih Selisih No Selisih Selisih Lebar Panjang Lebar Panjang No Selisih Lebar Selisih Panjang 1 1,5 3, , , , ,5 1, ,5 2, , ,5 20 2, ,5 0,5 50 0, , , ,5 0, , ,5 37 2, , , ,5 22

8 9 2,5 1,5 24 2, ,5 0,5 54 0, , ,5 1,5 40 2,5 0, , ,5 26 2, , , , ,5 2,5 58 2, ,5 1,5 29 2, ,5 0, ,5 30 2, ,5 60 0, ANALYZE Pada departemen produksi terdapat beberapa jenis defect, yaitu holes paper, dirty paper, foreign contamination, folded dan size variation. Dari kelima jenis defect tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor sehingga defect tersebut muncul dan menyebabkan penurunan kualitas kertas. Faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut dapat dijelaskan dalam diagram sebab akibat. Gambar 5 merupakan diagram sebab akibat untuk holes paper. Gambar 5. Diagram Tulang Ikan Holes Paper Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 5, terjadinya holes paper dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: 1. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Pulp menempel di wire; pulp dari headbox dibentuk lembaran di atas wire. Ketika shower yang berfungsi untuk membersihkan wire dari sisa-sisa pulp tidak bekerja dengan optimal, maka lama-kelamaan akan menimbulkan slime. Slime yang menempel pada wire tersebut akan mengganggu kinerja wire sehingga saat pembentukan lembaran kertas yang seharusnya membentuk lembaran, justru akan menempel di wire dan tidak masuk ke press part akibat adanya slime. Hal tersebut mengakibatkan pembentukan kertas tidak sempurna, yaitu berlubang. 23

9 b. Benang felt pada press part tidak sempurna; benang felt pada press part yang tidak sempurna, misalnya ada satu bagian benang yang menonjol dapat menyebabkan holes paper. Hal ini terjadi saat ada benang yang cacat atau bahkan ada benang yang terputus sehingga menempel pada lembaran pulp masuk ke dalam press part. Saat pengepressan, felt yang tidak sempurna ini akan menyebabkan lubang pada lembaran kertas. c. Canvas dryer cacat; sama halnya dengan felt pada press part, canvas dryer yang cacat juga dapat menyebabkan holes paper saat lembarann kertas melalui permukaan dryer. d. Terkena jatuhan kertas; sisa-sisa kertas yang masih menempel di press part mungkin terjatuh ke dalam lembaran kertas. Hal ini dapat oleh disebabkan doctor yang berfungsi untuk membersihkan press part dari sisa-sisa kertas tidak terpasang dengan sempurna. 2. Faktor bahan baku Pada faktor bahan baku, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Tapioka terciprat ke lembaran kertas; hal ini dapat terjadi akibat tapioka disemprotkan secara langsung ke lembaran kertas sehingga memungkinkan untuk terciprat ke daerah lain pada lembaran kertas. b. Tapioka terciprat ke lembaran kertas; hal ini juga dapat terjadi akibat diameter press yang terlalu kecil sehingga tapioka terciprat ke bagian lain pada lembaran kertas. 3. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Adanya karyawan yang tidak mengikuti standar kerja b. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab terjadinya holes paper adalah pada metode pemanasan steam. Lembaran kertas harus dipanaskan dengan panas steam secara bertahap. 5. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Lingkungan yang berdebu; lingkungan yang berdebu dapat menyebabkan segala macam kotoran masuk ke dalam sistem. b. Size press kotor; size press yang kotor ini disebabkan oleh tapioka yang mengering. 24

10 Gambar 6. Diagram Tulang Ikan Dirty Paper Pada Gambar 6 disajikan diagram tulang ikan untuk dirty paper. Dirty merupakan salah satu jenisdefect pada kertas. Dirty sendiri banyak penyebabnya. Faktor penyebab dirty pada kertas dapat berasal dari machine (mesin), material (bahan), man (manusia), method (metode)dan environment (lingkungan). Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 6, terjadinya holes paper dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: 1. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Pulp menempel di wire; pulp dari headbox dibentuk lembaran di atas wire. Ketika shower yang berfungsi untuk membersihkan wire dari sisa-sisa pulp tidak bekerja dengan optimal, maka semakin lama akan menimbulkan slime. Slime yang menempel pada wire tersebut akan mengganggu kinerja wire sehingga saat pembentukan lembaran kertas ada slime yang terikut di lembaran kertas dan ter-press saat pressing dan akan menimbulkan kotoran. b. Benang felt pada press part tidak sempurna; benang felt pada press part yang tidak sempurna, misalnya ada satu bagian benang yang menonjol dapat menyebabkan dirty paper. Hal ini terjadi saat ada benang yang cacat atau bahkan ada benang yang terputus sehingga menempel pada lembaran pulp masuk ke dalam press part. Saat pengepressan, felt yang tidak sempurna ini akan menyebabkan kotoran pada lembaran kertas. c. Dryer kotor; dryer kotor dapat disebabkan oleh doctor yang berfungsi membersihkan sisasisa kertas pada dryer tidak bekerja dengan maksimal. 2. Faktor bahan baku Pada faktor bahan baku, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Retention aid yang terakumulasi di dalam pipa akan menyebabkan dirty. b. Benda asing masuk ke pulper melalui broke. 3. Faktor manusia 25

11 Pada faktor manusia, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Adanya karyawan yang tidak mengikuti standar kerja b. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Cara memasukkan bahan ke dalam pulper; saat memasukkan pulp ke dalam pulper, ada kemungkinan bahan lain yang terikut ke dalamnya. Seperti serpihan palet ataupun kawat pengikat pulp. Selain itu juga dapat disebabkan oleh broke yang tidak dibersihkan sebelumnya. b. Tangan operator yang tidak bersih saat proses ballingdan packing. c. Tidak ada jadwal pembersihan wire. d. Waktu operasi yang panjang. 5. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Oli mesin yang tertetes ke lembaran kertas. b. Broke yang tidak segera dibersihkan di callender pit. c. Size press kotor; size press yang kotor ini disebabkan oleh tapioka yang mengering. d. Mesin yang terbuka sehingga jika ada kotoran akan langsung kontak ke dalam sistem. Selain itu bentuk atap pabrik yang terbuka sehingga kotoran dari luar dapat bebas masuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa folded disajikan dalam diagram tulang ikan pada Gambar 7. 26

12 Gambar 7. Diagram Tulang Ikan Folded Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa penyebab folded antara lain adalah: 1. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab folded adalah: a. Adanya operator yang tidak mengikuti standar kerja b. Kurang terampil dalam bekerja 2. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab folded adalah: a. Kertas tidak jatuh sempurnadari mesin cutter; setelah kertas dipotong di mesin cutter, kertas akan langsung tersusun secara rapi dari mesin. Tetapi ada kemungkinan kertas tersebut terlipat saat baru keluar dari mesin cutter hingga sampai di tumpukan kertas. b. Kertas terselip di antara konveyor atas dan bawah pada mesin cutter; hal ini dapat terjadi akibat perbedaan tension dari kedua konveyor, sehingga menyebabkan kertas terselip dan terlipat. c. Kertas terselip pada doctor; sama halnya dengan konveyor, kertas juga mungkin akan terselip di doctor yang berguna untuk menjaga kertas tetap stabil saat dipotong. d. Pinggiran kertas berada di antara ruang kosong konveyor. 3. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab folded adalah: a. Terkena benturan; tumpukan kertas berpeluang terkena benturan sehingga menyebabkan kertas yang terlipat. b. Terkena tirai saat transportasi dengan forklift. 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab folded adalah kertas terlipat saat penyortiran. Operator tidak menyadari ada kertas yang terlipat sehingga lolos sortir. Mungkin juga terjadi saat operator sedang menyortir, kertas terlipat tanpa sepengetahuan penyortir. Hal tersebut juga mungkin terjadi saat pengepakan. 27

13 Gambar 8. Diagram Tulang Ikan Foreign Contamination Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa foreign contamination disajikan dalam diagram tulang ikan pada Gambar 8.Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa penyebab foreign containation antara lain: 1. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab foreign contamination adalah trim masuk ke potongan cutter; trim adalah sisa potongan kertas untuk menyeragamkan ukuran pada mesin cutter. Ketika blower pada mesin cutter tidak maksimal, ada kemungkinan trim terikut dipotong di cutter sehingga akan ikut tertumpuk di dalam tumpukan kertas. 2. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab foreign contamination adalah: a. Operator kurang memperhatikan kebersihan di area produksi. b. Operator lupa mencabut inserter. Inserter berupa lembaran kertas kecil. Inserter berfungsi sebagai alat bantu penanda untuk menghitung jumlah tumpukan kertas. c. Saat penyortiran operator tidak melihat adanya foreign contamination. Hal ini mungkin terjadi ketika letak foreign contamination berada di tengah-tengah permukaan kertas. 3. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab foreign contamination adalah: a. Banyak broke di area produksi yang mungkin ikut terbawa ke tumpukan kertas. b. Banyak serpihan kertas di cutter. c. Adanya serangga. 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab foreign contamination adalah: 28

14 a. Metode sortir yang hanya dilakukan satu kali. b. Mengganjal mesin dengan kertas; ganjalan tersebut dapat ikut terbawa sehingga menjadi foreign contamination. c. Penyortir tidak memeriksa hingga ke bagian tengah permukaan kertas, sehingga jika ada kontaminan yang berada di tengah-tengah permukaan kertas lolos sortir. d. Sheet break ikut terpotong di cutter. e. Sambungan di rewinder ikut terpotong. Gambar 9. Diagram Tulang Ikan Size Variation Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa size variation disajikan dalam diagram tulang ikan pada Gambar 9. Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa penyebab produk cacat antara lain adalah: 1. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab size variation adalah: a. Adanya operator yang tidak mengikuti standar kerja b. Operator yang kurang teliti c. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja 2. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab size variation adalah: a. Tension roll tinggi, sehingga menyebabkan perbedaan tegangan yang mengakibatkan size variation. b. Perbedaan laju feeder pada mesin cutter. c. Mesin cutter tidak stabil; mesin cutter yang tidak stabil dapat disebabkan oleh letak slitter yang tidak pas saat memotong. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya gap antara konveyor atas dan bawah sehingga kertas tidak stabil saat dipotong. d. Cutter memotong terlalu pendek; setiap kali mesin berhenti tiba-tiba, kertas yang terpotong akan lebih pendek dari ukuran yang seharusnya. 3. Faktor bahan baku Pada faktor bahan baku penyebab size variation adalah: 29

15 a. Permukaan kertas yang licin sehingga membuat kertas tidak stabil saat dipotong. b. Permukaan kertas yang bergelombang. 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab terjadinya size variation adalah tidak adanya jadwal peremajaan alat. 4.5 IMPROVEMENT Tujuan six sigma adalah untuk mempercepat proses perbaikan dan mencapai tingkat kinerja yang belum pernah terbayangkan sebelumnya dengan cara berfokus pada karakteristik yang terpenting bagi pelanggan, serta mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab kesalahan atau kecacatan dalam proses. Improvement dilakukan untuk menetapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah yang ada, yaitu cacat produk. Langkah-langkah perbaikan dilakukan di setiap bagian produksi berdasarkan karakteristik masing-masing defect DEFECT DIRTY Di area stock preparation a. Operator harus memastikan bahwa tidak ada bahan selain pulp/broke yang terikut masuk ke dalam pulper. b. Penumpukan palet broke tidak boleh miring saat akan dimasukkan ke dalam pulper supaya palet tidak terjatuh dan masuk ke dalam pulper. c. Memasukkan broke secara bertahap agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam pulper. d. Pembersihan mesin-mesin secara teratur. e. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kertas di paper machine. f. Menjaga kebersihan di area stock preparation. Di area paper machine a. Membersihkan pipa saluran Retention Aid secara teratur. b. Membersihkan wire part secara teratur. c. Mengatur tekanan roll saat pengepresan agar tidak terlalu kuat supaya tidak terjadi sheet break. d. Memberi penutup pada silinder press agar cipratan tapioka tidak sampai keluar. e. Menyeting ulang doctor blade setiap kali doctor tidak bekerja secara efektif. f. Saat terjadi sheet break, operator yang akan memasukkan broke ke dalam coach pit harus memperhatikan agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalamnya. g. Menjaga kebersihan di area paper machine. Di area cutter rewinder, finishing, dan converting a. Saat proses balling, tidak ada bahan-bahan lain yang ikut masuk ke dalam broke. b. Menggunakan pallet yang bersih. c. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. d. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing, dan converting. 30

16 4.5.2 DEFECT HOLES Di area stock preparation a. Operator harus memastikan bahwa tidak ada bahan selain pulp/broke yang terikut masuk ke dalam pulper. b. Penumpukan palet broke tidak boleh miring saat akan dimasukkan ke dalam pulper supaya palet tidak terjatuh dan masuk ke dalam pulper. c. Memasukkan broke secara bertahap agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam pulper. d. Pembersihan mesin-mesin secara teratur. e. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kertas di paper machine. f. Menjaga kebersihan di area stock preparation. Di area paper machine a. Inspeksi harian terhadap shower pembersih pada wire part. b. Memperhatikan kinerja felt dan menggantinya jika felt sudah cacat. c. Membersihkan pipa saluran Retention Aid secara teratur. d. Membersihkan wire part secara teratur. e. Mengatur tekanan roll saat pengepresan agar tidak terlalu kuat supaya tidak terjadi sheet break. f. Memberi penutup pada silinder press agar cipratan tapioka tidak sampai keluar. g. Menyeting ulang doctor blade. h. Saat terjadi sheet break, operator yang akan memasukkan broke ke dalam coach pit harus memperhatikan agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalamnya. i. Menjaga kebersihan di area paper machine. Di area cutter rewinder, finishing, dan converting a. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. b. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing, dan converting DEFECT FOREIGN CONTAMINATION Di area cutter rewinder a. Memeriksa jumbo roll yang terdapat sheet break saat memotong di cutter. b. Membersihkan secara rutin trim blower. c. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder. d. Standarisasi ganjalan pada cutter, yaitu menggunakan ganjalan dengan bahan yang sama dengan kertas. Di area Sortir, finishing dan converting 31

17 a. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. b. Operator menyortir tumpukan kertas secara menyeluruh (mulai dari sisi kertas hingga ke bagian sisi kertas yang lainnya. c. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing dan converting DEFECT SIZE VARIATION Di area cutter rewinder a. Standarisasi setting tension roll pada mesin cutter. b. Inspeksi harian untuk konveyor. c. Standarisasi titik potong pada slitter DEFECT FOLDED Di area cutter rewinder a. Menyeting vibrator pada cutter dengan benar sesuai ukuran kertas yang akan dipotong di cutter. b. Menyeting ulang mesin setiap kali ada penyimpangan. c. Inspeksi harian untuk konveyor, konveyor separator/doctor. d. Menjalankan jadwal perbaikan alat secara teratur. Di area Sortir, finishing, dan converting a. Mengecek kertas secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan kertas yang terlipat saat pengecekan berlangsung. b. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. c. Membuat jalan masuk ke area finishing tersendiri untuk forklift. 4.6 CONTROL 32

18 Fase control bertujuan untuk melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma. Pada fase ini alat yang digunakan adalah c-chart. Menurut Breyfogle (2003), c-chart dapat digunakan untuk memonitor proses. Parameter c-chart dapat adalah sebagai berikut: CL = c-bar UCL = c-bar + 3 c-bar LCL = c-bar - 3 c-bar Value 0,1 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0, Sample UCL LCL c bar DPU Gambar 10. C-Chart Holes Paper Berdasarkan grafik pada Gambar 10, terlihat bahwa kertas yang dihasilkan masih berada di dalam batas kendali, yaitu dengan nilai defect per unit sebesar 0,0008 ton, 0,0011 ton, dan 0,0008 ton dengan batas atas (UCL) sebesar 0,09 dan batas bawah (LCL) sebesar 0. C-Chart memiliki garis pusat sebesar 0,0009 ton. Value 0,045 0,04 0,035 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0, Sample UCL LCL c bar DPU Gambar 11. C-Chart Dirty Paper 33

19 Berdasarkan grafik pada Gambar 11, terlihat bahwa kertas yang dihasilkan masih berada di dalam batas kendali, yaitu dengan nilai defect per unit sebesar 0, ton, 0, ton dan 0, ton dengan batas atas (UCL) sebesar 0,043 dan batas bawah (LCL) sebesar 0. C-Chart memiliki garis pusat sebesar 0, ton. Apabila sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses produksi terkendali dan solusi perbaikan yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila sampel berada di luar batas kendali maka pihak manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan yang ditetapkan. penyimpangan terjadi karena solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada faktor manusia, metode, mesin, bahan baku maupun lingkungan. 4.7 KAIZEN BLITZ Menurut Imai (1998), kegiatan meningkatkan kualitas pada dasarnya memprakarsai pengurangan biaya. Kualitas dalam hal ini merujuk pada kualitas proses dari para manajer dan karyawan dalam bekerja. Meningkatkan kualitas proses akan berdampak pada tingkat kesalahan yang makin berkurang, lebih sedikit kegagalan, lebih sedikit pengerjaan ulang, waktu tempuh proses yang lebih singkat dan penurunan jumlah sumber daya yang digunakan. Semua itu membawa penghematan operasional secara menyeluruh. Peningkatan kualitas juga merupakan padanan kata dari tingkat hasil (yield) yang lebih baik. Salah satu alternatif yang disarankan bagi perusahaan adalah melakukan Kaizen Blitz.Kaizen Blitz merupakan proses perbaikan yang cepat di mana tim atau departemen mencurahkan semua sumberdayanya ke dalam suatu proyek perbaikan dalam periode jangka pendek, dan bukannya mengikuti aplikasi kaizen tradisional, yang biasanya dilakukan separuh waktu (Evans & Lindsay 2007). Nilai level sigma PT X masih dapat ditingkatkan lagi untuk mencapai target 6 sigma dengan melakukan Kaizen blitz. Rencana untuk Kaizen Blitz sebagai upaya peningkatan jangka pendek perusahaan dapat mengikuti tahap-tahap berikut: Persiapan: Ketua tim mendefinisikan proyek yang akan dilakukan untuk Kaizen Blitz pada proses produksi dan disarankan ada satu orang yang telah mengikuti pelatihan Lean Six Sigma dan bergelar Black Belt. Kemudian dipilih seorang ketua tim dan anggota-anggota yang terlibat dalam tim. Kemudian tim menyiapkan bahan-bahan untuk pelatihan singkat, logistik atau sumber daya yang dibutuhkan. Tahap 1: Black Belt dan ketua tim Kaizen memberikan penjelasan singkat kepada tim tentang keputusan melaksanakan proyek Kaizen Blitz dan memberikan pelatihan singkat mengenai implementasi Lean Six Sigma. Setelah itu dilakukan pengukuran atau pengambilan sampel, identifikasi penyebab defect dan dilakukan perbandingan hasil survei yang dilakukan oleh pelanggan. Data selama beberapa bulan terakhir juga dapat dijadikan dasar pengukuran. Tahap 2: Analisis data-data yang sudah terkumpul baik data hasil pengamatan maupun data beberapa bulan terakhir dan juga data-data akar penyebab masalah dan kemungkinan untuk dilakukan perbaikan. Tahap 3: Dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan temuan dan hasil analisis. Kemudian dilakukan peningkatan proses yang ada dengan menentukan target yang akan dicapai berikutnya melalui alternatif solusi untuk memperbaiki dan mencegah permasalahan itu muncul kembali. Tahap 4: Pemantauan bahwa kondisi proses sudah berjalan sesuai dengan rencana dan stabil kemudian mencegah proses kembali pada kondisi awal. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan, pendokumentasian dan implementasi secara penuh pada proses yang berjalan setelah perbaikan. 34

20 Tahap 5: Tim mempresentasikan hasil yang telah dicapai kepada top management disertai dengan diskusi dan tanya jawab dengan pihak top management termasuk mendapatkan kesepakatan untuk melakukan Kaizen Blitz yang selanjutnya. Tindak lanjut: Tim bersama top management bekerja sama untuk mewujudkan Lean Six Sigma pada seluruh tahapan proses dan sistem serta memonitor hasil-hasil yang telah dicapai. Peningkatan secara terus-menerus harus menjadi suatu keputusan bersama yang harus dicapai. 35

E-Jurnal Agroindustri Indonesia Juli 2012 Available online at :

E-Jurnal Agroindustri Indonesia Juli 2012 Available online at : E-Jurnal Agroindustri Indonesia Juli 2012 Available online at : Vol. 1 No. 1, p 38-44 http://tin.fateta.ipb.ac.id/journal/e-jaii ISSN: 2252-3324 ANALISIS PENGURANGAN JUMLAH PRODUK CACAT PADA INDUSTRI KERTAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Gambar I. 1 Desain Kantong Pasted. Sumber : Biro Pabrik Kantong PT. Semen Padang

Bab I Pendahuluan. Gambar I. 1 Desain Kantong Pasted. Sumber : Biro Pabrik Kantong PT. Semen Padang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang didirikan pada 18 Maret 1910 dengan nama NV. Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschaapi (NV

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Sorting process ( proses manual ) Proses kerja sortir di area finishing-sortir sudah ada sejak awal berdirinya perusahaan dan tidak dapat dihindari sebagai salah satu dari

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS A KERAMIK MURANO PADA PT Y DENGAN FILOSOFI SIX SIGMA

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS A KERAMIK MURANO PADA PT Y DENGAN FILOSOFI SIX SIGMA Stevany Hosea, et al. / Upaya Peningkatan Kualitas A Keramik Murano Pada PT Y Dengan FIlosofi Six Sigma / Jurnal Titra Vol. 1, No. 1, Januari 2013, pp. 27-32 UPAYA PENINGKATAN KUALITAS A KERAMIK MURANO

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap industri pada umumnya berusaha menjaga agar produk yang dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini mendorong perusahaan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perencanaan pengendalian kualitas pada produk box cetak menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perencanaan pengendalian kualitas pada produk box cetak menggunakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perencanaan pengendalian kualitas pada produk box cetak menggunakan konsep six sigma pada PT Pura Barutama

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pemilihan Produk Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih meneliti Botol Citra Lasting White 250 ml. Botol Citra 250 ml merupakan botol yang berisikan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y Moses L. Singgih dan Renanda Email: moses@ie.its.ac.id Jurusan Teknik Industri FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GIFT BOX MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS PT. SOLO MURNI) Pratiwi Putri, Susatyo N.W.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GIFT BOX MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS PT. SOLO MURNI) Pratiwi Putri, Susatyo N.W. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GIFT BOX MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS PT. SOLO MURNI) Pratiwi Putri, Susatyo N.W.P *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT Tantri Windarti STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya Email : tantri@stikom.edu ABSTRAK Dalam persaingan

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang pengendalian kualitas produk dus dan paper bag di CV. Yogyakartas,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 03 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, akan disampaikan informasi-informasi mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan selama kegiatan proses pengemasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT. GUDANG GARAM DIREKTORAT GRAFIKA WARU-SIDOARJO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagia

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC Cyrilla Indri Parwati 1) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Percetakan merupakan proses industri untuk memproduksi salinan dari kata-kata dan gambar secara massal dengan menggunakan mesin cetak dengan berbagai ukuran untuk memenuhi

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin 112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Jurnal Ilmiah Teknik Industri (203), Vol. No. 2, 9 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PROSES PRODUKSI ROLLER CONVEYOR MBC DI PT

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI WAFER ABON DENGAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI WAFER ABON DENGAN METODE SIX SIGMA ISSN: 979-720 Vol. 0, No., February 207 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI WAFER ABON DENGAN METODE SIX SIGMA Riyan, Heksa Bekti Ariyono 2,2 Program Studi Teknik Industri, Universitas Bunda Mulia,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA. Oleh

ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA. Oleh ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA Oleh LUKMAN HAKIM Abstract PT. Unison located on Jl. Margomulyo 3C Surabaya is industry are engaged in the production

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 REDUKSI PRODUK CACAT PADA KEGIATAN PENCETAKAN Nismah Panjaitan 1*, Dini Wahyuni 1, Mangara Tambunan 1 1 Departemen Teknik Industri; Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PERCETAKAN BUKU YASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Andi Putra Pratama NPM : 30411742 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sudaryanto, MSc. Pembimbing 2 :

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define 5.1 Analisa Tahapan Define BAB V ANALISA 5.1.1 Analisa Diagram SIPOC(Supplier Input Process Output Customer) Dari hasil penggambaran Diagram SIPOC, terlihat informasi elemenelemen yang terlibat langsung

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 PENERAPAN METODE PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MEMINIMASI CACAT BAGIAN ATAS BERLUBANG PADA PROSES PRODUKSI TUTUP

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci