BAB IV KONDISI UMUM KEBUN RAYA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KONDISI UMUM KEBUN RAYA BOGOR"

Transkripsi

1 BAB IV KONDISI UMUM KEBUN RAYA BOGOR 4.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Pada mulanya, Kebun Raya Bogor merupakan bagian dari samida (hutan buatan atau taman buatan) yang telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi ( ) dari Kerajaan Sunda. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih-benih kayu yang langka. Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk oleh Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18 (PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, 2010). Pada awal tahun 1800-an, Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dengan bentuknya sekarang. Pada 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s'lands Plantentuinte Buitenzorg. Sekitar 47 hektar tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Indonesia. Akan tetapi, pada perkembangannya, kebun juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu. Saat ini, Kebun Raya Bogor dikelola oleh Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya Bogor merupakan salah satu kebun raya yang dikelola oleh LIPI selain Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Kebun Raya Bogor juga berisi kelompok tumbuhan yang membentuk komunitas dan mempunyai daya tarik tersendiri dan merupakan

2 sumber yang sangat berharga untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, dan rekreasi (Ruhiyat, 2008). 4.2 Letak, Luas, dan Batas Lokasi KRB terletak di pusat Kota Bogor. Secara administrasi, Kebun Raya Bogor termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Secara geografis, KRB terletak di antara bujur timur dan lintang selatan. KRB terletak di ketinggian meter di atas permukaan laut. KRB memiliki luas 87 hektar dan terdiri dari area koleksi tanaman, jalur sirkulasi, lapangan parkir, museum, kebun pembibitan, rumah kaca, perkantoran, dan rumah pegawai. Areal koleksi tanaman yang dapat dikunjungi oleh pengunjung memiliki luas sekitar 53 hektar. KRB dibatasi oleh beberapa jalan berikut: a. Jalan Jalak Harupat di sebelah Utara, b. Jalan Otto Iskandar Dinata di sebelah Selatan, c. Jalan Pajajaran di sebelah Timur, dan d. Jalan Ir. H. Djuanda di sebelah Barat 4.3 Keadaan Fisik Kebun Raya Bogor Topografi Kemiringan lahan KRB mengarah ke Sungai Ciliwung yang membelah kebun raya. Topografi KRB termasuk datar dengan kemiringan 3-15 % dan 16-31% dekat pinggiran sungai. KRB dilalui oleh Sungai Ciliwung. Sungai ini berfungsi sebagai drainase alami pada kawasan KRB Kondisi Iklim Menurut klasifikasi iklim Koppen, KRB termasuk ke dalam kelompok iklim A yang memiliki karakter temperatur tinggi. Secara lebih khusus, iklim KRB masuk ke dalam kelompok Iklim tropika basah (Af). KRB memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26 C, suhu terendah 21,8 C, suhu tertinggi 30,4 C, kelembaban udara lebih dari 70%, dan curah hujan bulanan berkisar antara mm. KRB memiliki curah hujan tertinggi pada bulan Desember dan Januari. Data iklim Kota Bogor bulan Mei tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 10.

3 Gambar 10 Data iklim Kota Bogor bulan Mei 2011 (Sumber: BMKG Dramaga, Bogor) Struktur dan Bentuk Ruang Terbuka Hijau KRB merupakan ruang terbuka hijau besar yang ada di tengah Kota Bogor dan memiliki luas 87 hektar. Area Kebun Raya Bogor terdiri dari area koleksi tanaman, jalur sirkulasi, lapangan parkir, museum, kebun pembibitan, rumah kaca, perkantoran, dan rumah pegawai. Area koleksi tanaman yang dapat dikunjungi oleh pengunjung memiliki luas sekitar 53 hektar (60,92%). Sama halnya dengan RTH kota atau hutan kota pada umumnya, KRB memiliki struktur dan bentuk RTH tertentu. Dilihat dari strukturnya, KRB merupakan hutan kota yang berstrata banyak karena komunitas tumbuh-tumbuhan di dalam KRB terdiri dari pohon, rumput, semak, terna, liana, dan epifit serta memiliki jarak tanam yang rapat dan tidak beraturan.

4 Dilihat dari bentuknya, KRB didominasi oleh bentuk yang menyebar, yaitu pola komunitas vegetasinya tumbuh secara terpencar dalam bentuk rumpun dan gerombol-gerombol kecil. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya cluster tanaman pada KRB (Gambar 11). Selain memiliki bentuk menyebar, RTH di KRB juga ada yang berbentuk jalur seperti RTH yang terletak di sepanjang jalan kenari (Kenari Avenue) dan tepi Sungai Ciliwung. Namun, RTH dengan bentuk menyebar merupakan bentuk yang paling dominan di KRB. Beberapa cluster tanaman di KRB, antara lain adalah cluster tanaman palem, tanaman air, tanaman bambu, tanaman kering, tanaman jamu, tanaman buah, dan tanaman polongpolongan. Gambar 11 Berbagai jenis cluster tanaman di KRB 4.4 Koleksi Tanaman di Kebun Raya Bogor Koleksi tanaman Kebun Raya Bogor sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian lagi Indonesia juga hasil tukar-menukar benih tanaman dengan kebun raya lain di dunia. Koleksi tanaman KRB terdiri dari beberapa jenis berikut. a. Tanaman Type Sebagai museum plasma nutfah, KRB memiliki lebih dari 16 jenis tanaman type, yakni jenis tanaman-tanaman yang untuk pertama kalinya diberi nama ilmiah dengan menggunakan bahasa latin, seperti Aglaonema oblanceolatum (sri rejeki) dan Artocarpus altissimus (sukun).

5 b. Tanaman Air KRB memiliki banyak koleksi tanaman air baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri. Salah satu tanaman air yang terkenal di KRB adalah Victoria amazonica atau teratai raksasa. Selain itu, terdapat juga teratai mini yang berasal dari Irian dan Jawa Barat. c. Tanaman Obat KRB memiliki lebih dari seratus koleksi tanaman obat. Contoh tanaman tersebut adalah Orthosiphon aristatus (kumis kucing), yang bermanfaat sebagai diuretik atau pengobatan penyakit ginjal; rumput kacang ungu (Cyperus rotundus), yang umbinya bermanfaat untuk mengobati bisul, sakit kepala, dan disentri. d. Tanaman Buah KRB memiliki koleksi tanaman buah tidak kurang dari 102 jenis, baik yang sudah menjadi tanaman budi daya maupun yang masih liar. Koleksi buah yang sudah dikenal, antara lain, mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus heterophyllus), jeruk (Citrus reticulata), rambutan (Nephelium lappaceum), dan durian (Durio zibethinus). e. Tanaman Hias Terdapat koleksi tanaman berbagai jenis koleksi tanaman hias pada KRB seperti daun bahagia (Dieffenbachia sp.), daun pilo (Philodendron sp.), kuku macan (Mucuna benneti), anturium (Anthurium sp.), dan palempaleman. Beberapa jenis tanaman hias dapat didapatkan di bagian penjualan KRB. f. Tanaman Langka dan Populer KRB mengkoleksi beberapa jenis tanaman langka seperti bintaro (Cerbera mangas), buah namnam (Cynometra cauliflora), rukam (Flacourtia jangomas), pohon bogor atau kolang-kaling (Arenga pinnata), kemang (Mangifera caesia), kayu manis (Cinnamomum burmanni), dan tanaman bahan baku minuman coca cola (Cola acuminata). g. Anggrek Pada KRB, terdapat koleksi ±7.178 spesimen anggrek liar, sebagian besar asli Indonesia, mencakup sekitar 441 jenis dari 93 famili. Di antara

6 berbagai jenis anggrek itu terdapat anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), Dendrobium sp., Vanda sp., Cymbidium sp., dan anggrek hitam (Coelogyne pandurata). Koleksi anggrek diletakkan pada Rumah Anggrek yang merupakan salah satu fasilitas di KRB. 4.5 Lokasi Pengambilan Data Iklim Mikro Berdasarkan hasil penentuan lokasi pengambilan data iklim mikro, dihasilkan Peta Lokasi Pengambilan Data Iklim Mikro (Gambar 12). Pada peta ini, dapat diketahui tempat pengambilan data iklim mikro yang tersebar di 3 area dan 9 titik pengambilan data.

7 Pengambilan data dilakukan pada 3 area yang berbeda, yaitu bagian pusat, tengah, dan tepi KRB. Pada setiap area, dilakukan pengambilan data pada 3 titik yang berbeda sebagai ulangan sehingga terdapat 9 titik tempat pengambilan data. Pada masing-masing titik dilakukan pengambilan data pada struktur RTH yang berbeda seperti rumput, semak, dan pohon Area Pusat KRB Pada bagian pusat KRB, RTH didominasi oleh struktur pepohonan yang memiliki bentuk menyebar. Oleh karena KRB dibelah oleh aliran Sungai Ciliwung, pada area ini, terdapat pula bentuk RTH yang memanjang pada tepi Sungai Ciliwung. Pada bagian pusat KRB, cluster-cluster pepohonan didominasi oleh pohon-pohon tinggi seperti kenari, meranti, dan tanjung. Pohon-pohon yang terdapat pada cluster tersebut cenderung memiliki jarak yang rapat antara satu sama lain sehingga area tersebut cukup teduh dan sejuk. Selain cluster pohon tinggi, pada bagian pusat KRB juga terdapat cluster palem yang memiliki pepohonan dengan jarak yang kurang rapat. Berbeda dengan pohon, semak relatif sulit ditemukan pada area ini. Semak pada area ini ditanam di pinggiran Sungai Ciliwung dengan jumlah yang terbatas. Hamparan rumput cukup mudah ditemukan. Beberapa di antaranya terletak di antara tegakan pohon dengan luasan yang cukup sempit. Titik 1 Titik 1 tempat pengambilan data iklim (Gambar 13) terletak tidak jauh dari Sungai Ciliwung. Pohon yang digunakan untuk pengukuran iklim mikro adalah meranti tembaga (Shorea leprosula) yang memiliki tajuk kolumnar serta memiliki tinggi 20 meter. Pohon tersebut terdapat pada kelompok pohon tinggi yang ditanam secara berkelompok. Semak yang digunakan adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla) yang terletak di tepi Sungai Ciliwung dan memiliki tinggi sekitar 1 meter. Hamparan rumput tempat pengambilan data memiliki ukuran yang cukup luas dan merupakan jenis rumput gajah (Axonopus compressus).

8 Gambar 13 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 1 Titik 2 Di Titik 2 tempat pengambilan data iklim (Gambar 14), dilakukan pengukuran elemen iklim mikro pada pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis). Pohon ini memiliki tinggi 10 meter dengan tajuk horisontal dan ditanam secara berkelompok dengan tajuk bersinggungan antara satu pohon dengan pohon lainnya. Semak yang digunakan adalah semak hanjuang merah (Cordyline terminalis) yang terletak di sepanjang tepi sungai dan digunakan sebagai tanaman buffer pada tepi sungai. Semak tersebut ditanam cukup rapat dan menyatu dengan semak-semak liar di sekitarnya. Hamparan rumput pada titik ini relatif sedikit dan sering ditemukan dengan luasan yang sempit. Kebanyakan hamparan rumput dikelilingi oleh tegakan pohon. Rumput yang digunakan untuk pengambilan data iklim merupakan jenis rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 14 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 2

9 Titik 3 Sama halnya dengan Titik 1, pepohonan pada Titik 3 (Gambar 15) didominasi oleh pepohonan tinggi yang ditanam dengan jarak rapat. Pengukuran elemen iklim mikro dilakukan pada pohon yang tinggi, yaitu pohon tanjung (Mimusoph elengi). Pohon ini memiliki tinggi sekitar 15 meter. Pada area ini, sulit ditemukan semak sehingga pengukuran iklim mikro yang seharusnya dilakukan pada semak dilakukan pada pohon Eugenia boerlagei yang masih pendek, yaitu berukuran sekitar 50 cm. Hamparan rumput yang terbuka dan luas juga cukup sulit ditemukan. Rumput yang digunakan untuk pengambilan data iklim merupakan jenis rumput gajah (Axonopus compressus) yang terletak di antara tegakan pepohonan. Gambar 15 Tanaman tempat pengambilan data iklim di titik Area Tengah KRB Pada area tengah KRB, banyak ditemui berbagai macam struktur RTH. Pepohonan pada area ini lebih bersifat masif dan berukuran tinggi serta berjarak tanam rapat sehingga identik dengan hutan hujan tropis. Struktur RTH semak dan rumput mudah ditemukan pada area tengah KRB. Hal tersebut akibat banyaknya RTH yang cukup terbuka seperti di dekat Istana Bogor dan dekat Taman Astrid. Pada area dekat istana dan Kenari Avenue terdapat RTH berbentuk jalur. Titik 4 Titik 4 (Gambar 16) terletak dekat jembatan gantung. Seluruh pepohonan yang terletak di sekitar Titik 4 memiliki ukuran yang tinggi dengan jarak tanam yang sangat rapat sehingga hanya sedikit cahaya matahari yang masuk ke bawah

10 kanopi pohon. Pada titik ini, ruang terbuka hijau didominasi oleh pepohonan dari genus Artocarpus. Pohon yang digunakan untuk pengambilan data adalah pohon peusar (Artocarpus rotundus) yang memiliki tinggi sekitar 25 meter dengan tajuk berbentuk kolumnar. Di sekitar titik ini, jarang ditemukan semak. Semak yang digunakan adalah hanjuang merah (Cordyline terminalis) dengan tinggi sekitar 50 cm yang dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah lily paris dan terletak pada tepi Sungai Ciliwung. Pada area ini, hamparan rumput cukup mudah ditemukan, tetapi dalam luasan yang relatif sempit. Jenis rumput yang digunakan adalah rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 16 Tanaman tempat pengambilan data iklim di titik 4 Titik 5 Titik 5 tempat pengambilan data iklim (Gambar 17) terletak pada Kenari Avenue. Pada area ini, RTH memiliki bentuk memanjang karena didominasi oleh pohon kenari yang ditanam sepanjang jalan. Pohon yang digunakan adalah pohon kenari (Canarium sp.) dengan tinggi sekitar 10 meter dan memiliki tajuk kolumnar. Pohon tersebut ditanam cukup rapat dengan tajuk yang saling bersinggungan antara satu pohon dengan pohon lainnya. Semak relatif mudah ditemukan pada titik ini dan banyak ditanam secara berjejer. Semak yang digunakan adalah tanaman puring (Codiaeum sp.). Tanaman ini memiliki tinggi 150 cm dan ditanam dengan jarak yang tidak rapat. Hamparan rumput di sekitar titik ini relatif sempit dan dikelilingi oleh naungan pohon. Jenis rumput yang digunakan adalah rumput gajah (Axonopus compressus).

11 Gambar 17 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 5 Titik 6 Titik 6 tempat pengambilan data iklim (Gambar 18) terletak dekat Istana Bogor. Pohon yang digunakan adalah Dysoxylum densiflorum atau Majegau. Pohon berkayu ini memiliki tinggi 15 m dengan diameter 120 cm. Pohon ini ditanam secara berjejer dengan tajuk pohon yang saling bersinggungan. Pada titik ini, semak mudah ditemukan karena titik ini terletak tidak jauh dari taman di sekitar istana. Semak yang digunakan adalah melati mayang (Ligustrum sinense) yang memiliki tinggi 1 meter. Semak tersebut memiliki tajuk yang cukup padat dan ditanam secara berjejer dengan jarak yang rapat. Pada titik ini terdapat hamparan rumput yang cukup luas mengelilingi area Danau Gunting. Rumput yang digunakan dalam pengambilan data iklim adalah jenis rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 18 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 6

12 4.5.3 Area Tepi KRB Pada tepi KRB, struktur RTH cenderung beragam. Area tepi KRB memiliki beberapa area yang cukup terbuka karena terdapat taman-taman yang memiliki hamparan rumput yang cukup luas seperti pada Taman Lebak Sudjana Kassan, Taman Bhineka, Taman Tejsman, dan Taman Astrid. Area tepi KRB yang berbatasan dengan Jalan Pajajaran dan Jalan Otto Iskandar Dinata masih didominasi oleh pepohonan tinggi yang ditanam secara berkelompok dengan jarak tanam yang cukup rapat. Pada area tepi KRB terdapat banyak bangunan yang berhubungan dengan fungsi kebun raya seperti gedung konservasi, Museum Zoologi, toko tanaman, Laboraturium Treub, Wisma Tamu Nusa Indah, Wisma Tamu Pinus, kantor utama, serta rumah pegawai KRB. Titik 7 Titik 7 tempat pengambilan data iklim (Gambar 19) terletak di Taman Lebak Sudjana Kassan. Taman ini didominasi oleh hamparan rumput dan kolam. Kebanyakan pohon pada titik ini ditanam secara tunggal di tepi hamparan rumput. Pada titik ini dilakukan pengukuran iklim mikro pada pohon kasah (Pterygota alata) yang memiliki tinggi 15 meter dengan tajuk kolumnar. Kebanyakan semak di titik ini ditanam secara berjejer. Akan tetapi, ada pula semak yang ditanam secara tunggal dengan tajuk yang bulat dan cukup padat seperti semak soka (Ixora sp.) yang memiliki tinggi 1 meter dan digunakan untuk pengambilan data iklim. Rumput yang digunakan dalam pengambilan data iklim adalah jenis rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 19 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 7

13 Titik 8 Titik 8 (Gambar 20) terletak di dekat rumah pegawai KRB, tidak jauh pintu 4 KRB. Pada titik ini terdapat pepohonan yang ditanam secara berkelompok dengan jarak yang cukup rapat. Pengukuran iklim mikro dilakukan pada pohon kenari (Canarium sp.) yang memiliki tinggi 20 meter dengan tajuk kolumnar yang ditanam secara berkelompok dengan jarak yang rapat. Semak dapat ditemukan pada halaman rumah pegawai dan ditanam secara berjejer. Semak yang digunakan untuk pengukuran adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla) yang memiliki tinggi 60 cm, ditanam berjejer, serta memiliki tajuk yang padat. Sama halnya dengan semak, hamparan rumput yang cukup luas dapat ditemukan pada halaman rumah pegawai. Rumput yang digunakan dalam pengambilan data iklim adalah jenis rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 20 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 8 Titik 9 Titik 9 (Gambar 21) terletak pada cluster palem di belakang Kantor Pos Kota Bogor. Pepohonan yang ditanam di titik ini seluruhnya berasal dari famili palem-paleman dan memiliki jarak tanam yang tidak terlalu rapat. Pengukuran iklim mikro dilakukan pada pohon palem uban (Washingtonia robusta) yang memiliki tinggi sekitar 10 meter dengan bentuk tajuk menjurai dan ditanam secara berkelompok dengan palem jenis lainnya. Pada titik ini tidak ditemukan semak. Oleh karena itu, pengukuran dilakukan pada pohon palem phoenix (Phoenix canariensis) yang masih berukuran 1 meter. Hamparan rumput yang ditemukan pada area ini berukuran relatif sempit dan terletak di belakang gedung kantor pos.

14 Rumput yang digunakan dalam pengambilan data iklim adalah jenis rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 21 Tanaman tempat pengambilan data iklim di Titik 9

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO STUDI KASUS KEBUN RAYA BOGOR PRITA AYU PERMATASARI

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO STUDI KASUS KEBUN RAYA BOGOR PRITA AYU PERMATASARI PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO STUDI KASUS KEBUN RAYA BOGOR PRITA AYU PERMATASARI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR 24 BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR 4.1 Profil Wilayah Kota Bogor Kota Bogor secara geografis terletak pada 106 o 48 Bujur Timur dan 6 o 36 Lintang Selatan dengan jarak ± 56 km dari ibukota Jakarta. Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR 4.1 Sejarah dan Perkembangan Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri yang terletak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1. Sejarah Singkat Kebun Raya Bogor Pada tanggal 15 April 1817, Reinwardt mencetuskan gagasannya untuk mendirikan Kebun Botani yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4 Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR

BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR 3.1. Karakteristik Kawasan Istana Kepresidenan Bogor dan Sekitarnya. 3.1.1. Kebun Raya Bogor Gambar 3.1 Kebun Raya Bogor Sumber: Google Image,2012. Kebun Raya Bogor pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

PENZONINGAN DAN POLA SIRKULASI PADA KAWASAN WISATA KEBUN RAYA BOGOR

PENZONINGAN DAN POLA SIRKULASI PADA KAWASAN WISATA KEBUN RAYA BOGOR Penulisan Ilmiah PENZONINGAN DAN POLA SIRKULASI PADA KAWASAN WISATA KEBUN RAYA BOGOR Dyah Lestariningtyas 20309787 3 TB 01 JULI 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di Indonesia pada awal abad

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sancang, Kecamatan Cibalong,, Jawa Barat, merupakan kawasan yang terletak di Selatan Pulau Jawa, yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Hutan Sancang memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan Areal konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera merupakan areal bekas tebangan dari PT. Tjirebon Agung yang berdasarkan SK IUPHHK Nomor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap inventarisasi tapak dan tahap perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Tasikmalaya dan Ciamis merupakan dua kabupaten yang terletak bersebelahan di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan bagian dari wilayah Priangan Timur. Karakteristik

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 PENDEKATAN LAPANGAN

BAB 3 PENDEKATAN LAPANGAN BAB 3 PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitan ini dilakukan di Kebun raya Bogor di Jalan Ir. H. Juanda No.13 Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja)

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m 2, pada bagian ke-dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat 111 0 39 00-112

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT LAMPIRAN 120 121 Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Leaf Index Area (LAI) Lokasi Sampel Kerapatan daun atau kerindangan, biasa diukur dengan nilai indeks luas daun atau Leaf Area Index (LAI) (Chen & Black 1992 diacu dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah umum mengenai penanaman hutan pinus, yang dikelola oleh PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun 1967 1974. Menyadari

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Nadya Tanaya Ardianti A07400018 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

VIII. RANCANGAN TAPAK

VIII. RANCANGAN TAPAK VIII. RANCANGAN TAPAK Perancangan adalah tahapan terakhir dari proses studi penelitian ini. Perancangan merupakan pengembangan dari konsep dan perencanaan dari tahapan sebelumnya. Perancangan pada tapak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lingkungan perkotaan identik dengan pembangunan fisik yang sangat pesat. Pengembangan menjadi kota metropolitan menjadikan lahan di kota menjadi semakin berkurang,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci