PENZONINGAN DAN POLA SIRKULASI PADA KAWASAN WISATA KEBUN RAYA BOGOR
|
|
- Utami Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penulisan Ilmiah PENZONINGAN DAN POLA SIRKULASI PADA KAWASAN WISATA KEBUN RAYA BOGOR Dyah Lestariningtyas TB 01 JULI 2012
2 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia yang salah satu sumber pemasukan devisanya adalah pariwisata, Indonesia memiliki kawasan wisata yang cukup banyak dan terkenal hingga kemancanegara. Kawasan wisata yang ada di Indonesia adalah kawasan wisata alam seperti pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya, serta kawasan wisata budaya dalam bentuk atraksi kesenian upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Khususnya di propinsi jawa barat memiliki pariwisata yang beragam. Banyak obyek wisata menarik yang sering dikunjungi wisatawan, baik wisata alam, agro, sejarah, religius, wisata boga, dan seni budaya. Beberapa daerah yang menjadi tujuan wisata di jawa barat salah satunya adalah wilayah Bogor, letaknya sangat menguntungkan yaitu didaerah pegunungan yang berhawa sejuk geografis kota bogor membuatnya strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan berbagai macam tanaman. Salah satu kawasan wisata tanaman yang cukup besar dan terkenal adalah Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor merupakan salah satu botanical garden tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri.
3 Rumusan Masalah Pada penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah : Bagaimana pola sirkulasi untuk manusia dan kendaraan pada Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor? Bagaimana penzoningan area pada Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor? Manfaat dan Tujuan Manfaat dari penelitian penzoningan dan pola sirkulasi pada kawasan wisata Kebun Raya Bogor yang diteliti adalah untuk mengetahui peletakan zoning di Kebun Raya Bogor dan untuk mengetahui pola sirkulasi manusia dan kendaraan yang ada di Kebun Raya Bogor. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu penzoningan dan pola sirkulasi pada kawasan wisata Kebun Raya Bogor adalah untuk mengenal, mengerti dan dapat mengidentifikasi peletakan area service, public dan privat. Serta kita dapat mengetahui pola sirkulasi atau jalur-jalur yang hanya dapat dilalui manusia dan jalur mana yang yang hanya dapat dilalui kendaraan atau jalur-jalur yang dapat dilalui oleh manusia dan kendaraan yang terdapat di Kebun Raya Bogor.
4 Sistematika Pembahasan Adapun sistematika penulisan secara rinci dari makalah ini adalah sebagai berikut : BAGIAN AWAL Berisi dari halaman judul, lembar originalitas dan publikasi, lembar pengesahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Bab 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor tentang penzoningan dan pola sirkulasi, yangmeliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,manfaat penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan. Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini membahas tentang teori-teori penzoningan dan pola sirkulasi yang menjadi dasar dalam penelitian ini.
5 Bab 3 METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN (Studi Kasus) Dalam bab ini menjelaskan cara kita melaksanakan kegiatan penelitian mencakup cara kita melakukan pengumpulan data, survey lapangan dan cara analisa data yang kita perlukan. Menguraikan hasil penelitian baik survey, pengumpulan data maupun temuantemuan pada kasus studi yang diangkat sebagai pendukung tema dan semua aspek yang terkait dengan penelitian. Bab 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Menjelaskan tentang keterkaitan antar faktor-faktor dan data lapangan yang diperoleh dan memebahas masalah-masalah yang diajukan dengan landasan teori. Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan memeberikan jawaban terhadap masalah yang diajukan penulis. Saran berupa saran-saran atau masukan pada pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan penelitian. BAGIAN AKHIR Menjabarkan seluruh pustaka yang digunakan dalam penulisan dan lampiran tambahan berupa uraian, program, gambar, foto, perhitungan-perhitungan, yang merupakan penjelasan rinci.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penzoningan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 35 : Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian intensif dan disintensif, serta pengenaan sanksi. Pengertian Zoning Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Zoning: Pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-beda Sedangkan zoning regulation dapat didefinisikan sebagai ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi, notasi dan kodifikasi zona-zona dasar, peraturan penggunaan, peraturan pembangunan dan berbagai prosedur pelaksanaan pembangunan.
7 Tujuan Peraturan Zonasi Tujuan penyusunan peraturan zonasi dapat dirumuskan sebagai berikut: Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan tanah dan menentukan tindak atas suatu satuan ruang. Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang memadai serta meningkatkan kualitas hidup. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta mendorong peran serta masyarakat. Manfaat Zonasi - Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai - Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik - Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat - Mendorong pengembangan ekonomi
8 Konsep Zonasi Gunn (1986;43) menyebutkan dalam konsep zonasi ini terdapat tiga elemen yang harus dikaji atau diidentifikasi, direncanakan dan dikembangkan dengan baik. Elemen elemen ini adalah : 1. Nucleus ( Core Zone ) Merupakan zona inti atau atraksi itu sendiri dan harus direncanakan, dikembangkan, dan dikelola agar keasliannya tetap terjaga dan memberi ciri khas atau tema kawasan wisata tersebut. Perbandingan daerah terbangunnya anatara 10% - 20% dari luas keseluruhan wilayah 2. Inviolate Belt ( Buffer Zone) Merupakan Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) yang berbentuk landscape dengan pemandangan yang indah dan tidak untuk dikomersilkan, berfungsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktivitas maupun fasilitas yang ada di kawasan tersebut dan harus dipertahankan keberadaannya. Luas RTH minimal 60% - 80% dari luas keseluruhannya. 3. Zone Of Enclosure ( Service Zone ) Merupakan daerah pelayanan yang biasanya digunakan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas serta pelayanan untuk dikomersilkan. Building ratio-nya antara 10% - 20% dari luas keseluruhan.
9 Pola Sirkulasi 2.2.1Pengertian. Pola pola sirkulasi ruang ialah suatu bentuk bentuk rancangan atau alur alur ruang pergerakan dari suatu ruang ke ruang lainnya dengan maksud menambah estetika agar dapat memaksimalkan sirkulasi ruang utuk dipergunakan. Pola sirkulasi ruang dibagi menjadi 5 : 1. Pola Linier Suatu pola sirkulasi ruang melalui garis yang mempunyai arah sehingga dapat menjadi unsur pembentuk deretan ruang.pola ini sangat mudah ditemui karena banyak dipergunakan. Contoh : jalan raya, jalan tol, sirkuit, lorong sekolah, rumah sakit, kawasan perumahan. Gambar 2.1. Pola Sirkulasi Linier
10 2. Pola Radial Suatu pola sirkulasi ruang melalui penyebaran atau perkembangan dari titik pusat. Biasanya pola radial ini mempunyai sifat mempunyai banyak ruang pergerakan. Karena pola yang digunakan sama seperti pola tang digunakan pada jari jari sepeda. Contoh : Gym, stadium, monument kawasan wisata. Gambar 2.2. Pola Sirkulasi Radial 3. Pola Spiral Suatu pola sirkulasi ruang dengan cara berputar menjauhi titik pusat. Pola sirkulasi ini sangat berguna pada lahan yang mempunyai luas terbatas dan pada lahan yang mempunyai kontur tanah yang curam. Contoh : ram parkiran di mal, jalan didaerah pegunungan. Gambar 2.3. Pola Sirkulasi Spiral
11 4. Pola Network Suatu pola sirkulasi ruang melalui jaringan ( penyatuan ) dari beberapa ruang gerak untuk menghubungkan titik titik terpadu dalam suatu ruang. Umumnya pola ini dipergunakan pada ruang ruang gedung perkantoran dimaksudkan agar setiap orang bisa dengan mudah beraktivitas. Contoh : Ruang perkantoran, ruang kelas. Gambar 2.4. Pola Sirkulasi Network 5. Pola Campuran Suatu pola sirkulasi ruang yang terdiri dari gabungan 4 pola ( linier, Radial, Spiral dan Network ) untuk menciptakan suatu pola yang berbeda menimbulkan kesan harmonisasi dari perpaduan 4 pola. Akan tetapi untuk menciptakannya amat sulit. Apabila tidak sesuai akan menimbulkan kesan membingungkan. Gambar 2.5. Pola Sirkulasi Campuran
12 Kawasan Wisata Pengertian Kawasan Kawasan adalah daerah tertentu yg mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dsb Kawasan adalah sebuah tempat yang mempunyai ciri serta mempunyai kekhususan untuk menampung kegiatan manusia berdasarkan kebutuhannya dan setiap tempat yang mempunyai ciri dan identitas itu akan lebih mudah untuk dicari ataupun ditempati untuk lebih melancarkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatannya. Pengertian Pariwisata Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata pari dan wisata. 1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. 2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa inggris. Pengertian dari kata pariwisata : - Suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. - Dorongan berpergian: kepentingan politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, agama, kesehatan, maupun hal lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
13 BAB III METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM LOKASI Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistickontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dimana pengumpulan data dimulai dari yang umum kemudian diarahkan ke yang khusus secara terintegrasi dan berkesinambungan dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur 2. Wawancara 3. Observasi
14 Studi Kasus Pada bagian ini saya mengambil studi kasus yaitu Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor yang berlokaki Di Jalan H. Juanda, Bogor, alasan peneliti mengambil lokasi ini karena Kebun Raya Bogor adalah kawasan wisata dengan objek tumbuhan terbesar di Asia tenggarara. Kebun Raya Bogor sudah ada pada zaman Belanda dan hanya sedikit yang direnovasi dari aslinya. Oleh karena itu menarik si peneliti untuk meneliti penzoningan dan pola sirkulasinya yang ada di Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor. Karena Kebun Raya Bogor ini sudah ada dari dulu apakah penzoningan dan pola sirkulasinya diperhatikan dan diatur atau tidak. Pendekatan yang akan digunakan adalah dengan observasi lapangan, studi literatur dan wawancara. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui bentuk masterplan dan penataan penzoningan dan pola sirkulasi dari kawasan wisata Kebun Raya Bogor. Sedangkan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data-data eksisting yang sebenarnya. Wilayah survey adalah kawasan wisata Kebun Raya Bogor. Pernyataan akan difokuskan pada penzoningan dan pola sirkulasi yang ada dikawasan wisata Kebun Raya Bogor.
15 SEJARAH KEBUN RAYA BOGOR Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, ) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18. Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang. Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
16 Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s'lands Plantentuinte Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris). Sekitar 47 hektare tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadipusatpengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut. Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894). Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
17 Fasilitas Koleksi Tanaman 1. Gerbang Utama 32. Koompassia Excelsa 2. Pusat Informasi 33. Bunga Bangkai 3. Museum Zoologi 34. Rotan 4. Gedung Konservasi 35. Koleksi Bambu 5. Wisma Tamu 36. Koleksi Pandan 6. Laboratoriun Treub 37. Koleksi Kaktus 7. Penjualan tanaman 38. Koleksi Tanaman Air 8. Pembibitan 39. Koleksi Palem 9. Pintu II 40. Koleksi Tanaman Buah 10. Kantor Pengelola 41. Koleksi Tanaman Pemanjat 11. Mesjid 42. Koleksi Paku-pakuan 12. Gedung Herbarium & 43. Hutan Museum Biji 44. Koleksi Kayu Manis 13. Pintu III 45. Teratai Raksasa 14. Kafe 46. Koleksi Tanaman Kayu 15. Rumah Anggrek 16. Laboratorium Kultur Jaringan 17. Pintu IV Gambar 3.1 Peta Lokasi Kebun Raya Bogor Lokasi menarik 18. Monumen J.J Smith 19. Monumen Lady Raffles 20. Kolam Gunting 21. Pohon Habitat Kalong 22. Taman Teisjmann 23. Makan Belanda 24. Istana Bogor 25. Jalan Kenari I 26. Jalan Kenari II 27. Jembatan Gantung 28. Jembatan Surya Lembayung 29. Jalan Astrid 30. Rumah Display Anggrek 31. Taman Lebak Sudjana Kassan
18 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambar 4.2 Peta Pembagian Area Kebun Raya Bogor Pembagian zona pada kawasan Kebun Raya Bogor dibagi 4 area yaitu, area konservasi flora yang luasnya hampir 70% dari luas total wilayah kebun raya ini, area jasa ilmiah adalah area yang disediakan untuk memfasilitasi para peneliti yang ingin meneliti di Kebun Raya Bogor, area rekreasi area dimana para pengunjung dapat bebas berjalanjalan dan menikmati sejuknya suasana di Kebun Raya Bogor, benda dan lingkungan cagar alam adalah area dimana terdapat berbagai macam prasasti peninggalan jaman Kerajaan Prabu Siliwangi dan tugu penringatan peninggalan jaman Belanda.
19 Zona Konservasi Flora 1. Taman Koleksi Taman bhineka, ditaman ini terdapat beberapa jenis pohon yg disusun menyerupai gambar burung garuda yang menyiratkan arti bhineka tunggal ika. Taman Teysmann sebuah taman bergaya formal yang dibangun tahun 1889 sebagai penghargaan kepada Johannes Teysmann Taman koleksi tanaman obatmemiliki beberapa macam koleksi diantaranya adalah kumis kucing (ortho shipon aristatus), tapak liman (elephanto pus scaber), mengkudu (morinda citrifolia), dan pule pandak (rauvolfia Serpentina). Taman bunga bangkai salah satu daya tarik utama Kebun Raya Bogor adalah bunga bangkai (Amorphophalus titanum) karena saat-saat mendekati mekar akan mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Bunga ini dapat mencapai tinggi 2m Taman kolam teratai terdapat puluhan daun teratai raksasa (Victoria cruziana) terapung di kolam dengan diameter sekitar 1,5m yang dapat menahan beban hingga 11 kg. Taman meksiko di taman ini terdapat koleksi berbagai macam jenis pohon kaktus yang ada di seluruh dunia Gambar 4.3 Zona Konservasi Flora Taman palem berada di sisi sungai ciliwung yang membelah Kebun Raya Bogor ini berisi kumpulan besar spesies palem
20 Zona Jasa Ilmiah 2. Area Bangunan Riset PerpustakaanPerpustakaan Kebun Raya Bogor didirikan oleh Hasskarl pada tahun 1842, kemudian bernama perpustakaan Departemen Bibliotheca Bogoriensis. Perpustakaan Kebun Raya Bogor dengan tujuan untuk mendukung kegiatan penelitian ilmu pengetahuan alam. Orchidarium adalah taman anggrek terbuka yang disediakan oleh Kebun Raya Bogor dengan luas lahan 1,2 hektare, koleksi tanaman anggrek ini adalah berasal dari spesies yang terdapat di seluruh Indonesia. Herbarium, gedung seluas meter persegi ini penyimpanan koleksi spesimen herbarium dan mikroba, serta dilengkapi lebih dari 500 jenis alat penelitian merupakan koleksi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diawetkan. Rumah singah peneliti, adalah rumah penginapan yang dapat disewa oleh para peneliti yang memerlukan dirinya untuk menginap disini. Museum Zoologi didirikan oleh Dr. J.C. Koningsberger memiliki sekitar jenis binatang yang disajikan dalam sekitar 75 Kotak Treub Laboratory treub adalah nama dari dan 60 Vitrine. seorang ahli botani berkebangsaan Belanda. Nama ini diabadikan pada bangunan laboratorium untuk para peneliti tamu yang khusus untuk penelitian Fisiologi dan Biokimia Tumbuhan Guest House wisma tamu yang dapat disewa untuk umum. Bangunan ini sangat kental dengan arsitektur khas Belanda Gambar 4.4 Zona Penelitian
21 3. Kantor Pengelola Kantor Pengelola Kantor Anggrek Pada Kebun Raya Bogor terdapat dua kantor yaitu kantor pengelola yang diatasi langsung oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) dan kantor anggrek yang bergerak dibidang pembudidayaan tanaman anggrek. Gambar 4.5 Zona Perkantoran
22 4. Area Penjualan tanaman dan Pembibitan Rumah Kacamengoleksi aneka anggrek asli Indonesia dan spesies hasil persilangan, dari mulai koleksi anggrek yang mekar seukuran sangat kecil (jenis Liparis) sampai anggrek yang berdiameter 15 cm bisa ditemukan disisni. Koleksi dirumah kaca ini ada 550 jenis dan jumlah keseluruhan spesimennya mencapai buah. Pembibitan Anggrekadalah salah satu pusat kegiatan perbanyakan tumbuhan yang dimiliki Kebun Raya Bogor. Dalam Lembaga konservasi peran unit ini dan hasil-hasil dari unit ini dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sebagai usaha pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan. Gambar 4.6 Zona Pembibitan
23 5. Area Parkir dan Taman Olah Raga Lapangan tenis, lapangan untuk bermain ini dapat digunakan untuk umum, salah satu fasilitas olahraga yang disediakan Kebun Raya Bogor. Area parkir dibelakang gedung LIPI ini hanya untuk keendaraan roda dua ( motor ) saja. Area parkir dijalan Otto Iskandardinata (otista) ini ditujukan untuk tempat parkir bus-bus wisata. Gambar 4.7 Zona Parkir
24 Area Rekreasi 6. Jalan dan Café Jembatan sempur, jembatan yang dibangun pada 1818 sudah sangat tua sempat beberapa kali di perbaiki karena pondasinya yang telah hancur terkikis oleh aliran air sungai ciliwung. Café dedaunan, café ini menyajikan aneka makanan Italia, Belanda dan tentunya masakan Indonesia, dengan nuansa alam yang sejuk Gambar 4.8 Zona Rekreasi
25 7. Area Penunjang dan Servis Toilet disediakan untuk memfasilitasi kegiatan servis para pengunjung. Masjid ini bernama Masjid Kebun Raya, sebagai fasilitas untuk beribadah bagi umat muslim yang sdang berkunjung di Kebun Raya Bogor. Gazebo adalah sarana penunjang lainnya yang berfungsi sebagai tempat duduk atau tempat istirahat bagi para pengunjung Kebun Raya Bogor. Gambar 4.9 Zona Penunjang
26 Benda dan Lingkungan Cagar Budaya 8. Area Cagar Budaya Makam Belanda, makam itu merupakan bentuk penghargaan Raffles terhadap orang-orang yang berjasa terhadap Kebun Raya ini. Makam Ratu Galuh, adalah makam dari istri Prabu Siliwangi yang masih terawat hingga saat ini. Tugu Lady Raffles, Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor. Gambar 4.10 Zona Cagar Budaya Monument J.J Smith, Monument ini didirikan untuk mengenang seorang ahli anggrek (J.J. Smith) pada masa pemerintahan Belanda yang berasal dari Jerman
27 Pola Sirkulasi JALUR SATU ARAH JALUR DUA ARAH Gambar 4.11 Eksisting Pola Sirkulasi Kebun Raya Bogor Pola sirkulasi yang akan dianalisa adalah pola sirkulasi untuk kendaraan roda dua, roda empat ( mobil pribadi dan mobil wisata ), pola sirkulasi manusia ( pejalan kaki ) dan pola sirkulasi kendaraan servis.
28 1 Pintu Masuk Kebun Raya Bogor Pintu gerbang internusa adalah pintu alternative jika sewaktuwaktu pintu utama dipadati pengunjung dan pintu masuk ini hanya untuk pejalan kaki saja. Pintu masuk dekat kantor pos ini digunakan hanya untuk pejalan kaki yang menggunakan kendaraan umum atau kereta api Karena letaknya lebih dekat dengan pemberhentian angkot dan stasiun kereta api. pintu masuk untuk pejalan kaki pintu masuk untuk kendaraan Pada pintu utama terdapat dua pintu masuk yang pertama pintu masuk untuk kendaraan dan pintu masuk untuk pejalan kaki dengan loket didalamnya.
29 Pola Sirkulasi Kendaraan 1 Kendaraan Roda Dua (Motor) tempat parkir motor pintu mauk motor Gambar 4.13 Pola Sirkulasi Kendaraan Roda Dua Untuk kendaraan roda dua dapat masuk melalui gerbang utama dan pintu masuk untuk kendaraan. Akan tetapi motor tidak dapat masuk kedalam site sehingga motor dapat diparkir ditempat yang telah disediakan yaitu area parkir dibelakang gedung informasi.
30 2. Kendaraan Roda Empat (Mobil) pintu masuk mobil Gambar 4.14 Pola Sirkulasi Kendaraan Roda Empat Untuk kendaraan roda empat yaitu mobil pribadi dapat memasuki kawasan Kebun Raya Bogor melalui pintu utama dan tidak perlu memarkirkan kendaraannya karena untuk mobil pribadi dapat memasuki kawasan kebun raya dengan leluasa dengan lebar jalan 10 meter jalan ini dapat dilalui oleh dua mobil (dua arah). Kendaraan pribadi juga dapat memarkirkan kendaraannya sesuai dengan lokasi yang ingin dituju. Untuk mobil pribadi dapat mengakses seluruh jalur yang ada dikebun Raya Bogor kecuali jalur khusus pejalan kaki.
31 3. Kendaraan Wisata (Mobil Wara Wiri) terminal mobil wisata Gambar 4.15 Pola Sirkulasi Kendaraan Wisata Untuk mobil wisata ini dapat dinaiki seluruh pengunjung tertutama pengunjung yang datang menggunakan motor dan kendaraan umum. Untuk mengakses kawasan wisata kebun raya dengan mudah dapat menaiki mobil wisata ini dengan membeli karcis sebesar Rp kita dapat mengelilingi kebun raya bogor dengan jalur wisata yang telah ditentukan oleh pengelola kebun raya. Mobil wisata ini akan berangkat dan berhenti pada satu lokasi yaitu di terminal dekat pintu masuk utama. Jika menaiki mobil wisata ini, akan di ajak untuk melewati taman meksiko, taman palem, taman air, jembatan merah 2, jalan astrid, café dedaunan, rumah anggrek, mkam ratu galuh, dan kembali ke terminal pemberangkatan.
32 4. Kendaraan Servis Di dalam Kebun Raya Bogor terdapat garasi khusus untuk kendaraan servis, segala urusan servis seperti truk sampah itu milik pribadi kebun raya karena semua pengolahan limbah sampah yang ada di disisni dikelola langsung oleh pihak pngelola Kebun Raya Bogor. Jika sampah plastik seperti botol-botol bekas itu digunakan kembali sebagai pot untuk pembibitan anggrek, dan sampah basah atau sampah dedaunan nantinya akan dijadikan pupuk kompos. Sirkulasi untuk kendaraan servis sendiri itu bebas menyusuri seluruh jalan yang ada dikebun Raya Bogor tanpa melewati pintu masuk manapun karena kendaraan servisnya milik pribadi kebun raya, dan kendaraan servis dioperasikan pada saat Kebun Raya Bogor sudah tutup jadi tidak menggangu sirkulasi kendaraan lainnya dan pejalan kaki.
33 Pola Sirkulasi Manusia pintu internusa, pintu masuk khusus pejalan kaki. pintu masuk dekat kantor pos ini hanya untuk pejalan kaki pintu masuk utama juga dapat dilalui pejalan kaki Gamabr 4.16 Pola Sirkulasi Pejalan Kaki Untuk pejalan kaki dapat mengaskes kebun raya pada disemua pintu masuk.
34 Gambar 4.17 Pejalan Kaki Diarea Kebun Raya Bogor Untuk para pejalan boleh melewati semua jalur agar dapat dengan bebas menyusuri semua area dan dapat juga memotong jalan diantara pepohonan di kawasan wisata Kebun Raya Bogor. Gambar 4.18 Jalur Khusus Pejalan Kaki di Kebun Raya Bogor Bahkan, di area sekitar taman kolam dekat Istana Bogor terdapat jalur khusus pejalanan kaki dengan lebar 2 meter yang pada tiap ujung jalannya ada tanda peringatan agar kendaraan bermotor tidak dapat melewati jalur tersebut.
35 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan dari Analisa Penzoningan Gambar 5.1 Zonasi Pada Kawasan Kebun Raya Bogor Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa zonasi yang ada pada data eksisting Kebun Raya Bogor kurang tertata dengan baik. Banyak bangunan yang mempunyai fungsi yang sama akan tetapi tidak pada ruang lingkup yang sama juga.
36 2 Kesimpulan dari Analisa Pola Sirkulasi JALUR SATU ARAH JALUR DUA ARAH Gambar 5.2 Pola Sirkulasi Pada Kawasan Kebun Raya Bogor Gambar diatas adalah jalur sirkulasi untuk kendraan pribadi pada kawasan wisata kebun raya bogor. Jalur-jalur terseut membentuk pola campuran. Pola ini memang cukup membinggungkan akan tetapi pada eksisting yang ada tidak membinggungkan karena terdapat banyak petujuk jalan yang disediakan oleh pihak pengelola Kebun Raya Bogor.
37 Gambar 5.3 Pola Sirkulasi Kendaran Wisata Pada Kebun Raya Bogor Untuk sirkulasi kendaraan wisata ini mempunyai pola radial atau memutar. Pola ini disesuaikan dengan pola peletakkan area yang menjadi daya tarik utama Kebun Raya Bogor.
38 Saran 1. Saran dari Analisa Penzoningan Pada kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya pola peletakkan zona dikawasan Kebun Raya Bogor belum tertata dengan baik sesuai dengan fungsi yang sama pada satu area. Berikut gambaran tentang usulan rezoning yang diberikan : Gambar 5.4 Usulan Desain Rezoning Pada Kebun Raya Bogor Zona disesuaikan dan diatur bedasarkan pengelompokkan fungsi bangunan yang sejenis lalu ditata kembali berdasarkan jenis zonasi yaitu zona private, dan zona publik. Dengan dikelopokkan kembali zonasinya maka akan mempermudah pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu mencapai beberapa lokasi dengan fungsi yang sama.
39 2. Saran dari Analisa Pola Sirkulasi Pola sirkulasi yang terdapat pada kawasan wisata Kebun Raya Bogor sudah cukup baik tidak perlu adanya perubahan. Akan tetapi jika lebih baik sarana dan prasarana yang mendukung sirkulasi Kebun Raya Bogor dapat dirawat dan dijaga dengan baik. Sekian dan, Terima kasih
V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR
V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1. Sejarah Singkat Kebun Raya Bogor Pada tanggal 15 April 1817, Reinwardt mencetuskan gagasannya untuk mendirikan Kebun Botani yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya
Lebih terperinciBAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR
BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR 3.1. Karakteristik Kawasan Istana Kepresidenan Bogor dan Sekitarnya. 3.1.1. Kebun Raya Bogor Gambar 3.1 Kebun Raya Bogor Sumber: Google Image,2012. Kebun Raya Bogor pada
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga
19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR
V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi
Lebih terperinciVI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan
116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan
Lebih terperinciBAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR
BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR 4.1 Sejarah dan Perkembangan Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri yang terletak
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
Lebih terperinciV. KONSEP PENGEMBANGAN
84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena
Lebih terperinciKONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi
19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui
Lebih terperinciVI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk
VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi
Lebih terperinciTAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari
Lebih terperinciSTUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan provinsi yang sangat potensial dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga keseniannya. Kesenian Jawa Barat sangat beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Evvie Ariantya Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kontribusi pariwisata dalam hal penzonasian pengaturan ruang suatu kawasan wisata sangatlah besar.pariwisata sangat memperhatikan sekali hal hal yang menyangkut suatu
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
Lebih terperinciBAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang
BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey
Lebih terperinciV. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak
V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak
Lebih terperinciBAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur
BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan
Lebih terperinciMATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik
BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan, kelautan dan perikanan, serta pertambangan Sektor pariwisata
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata secara umum merupakan salah satu prioritas unggulan penghasil devisa negara selain migas, pertanian dan agro industri, kehutanan dan perkebunan, kelautan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme) Diajukan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian
Lebih terperinciHIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi
Lebih terperinciBAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,
BAB 1 START FROM HERE A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, merupakan sebuah tema besar yang akan menjadi arahan dalam proses desain. Jadi peranan sungai sebenarnya sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha
Lebih terperincinegara kita sebagai negeri bahari yang kuat. Trend masa kini ternyata tidak hanya terjadi pada gaya hidup dan mode tetapi juga olah raga. Saat ini ola
SNORKELING AND DIVING CENTER DI TANJUNG LESUNG Evans Persadagubta L. Tobing 20305014 ABSTRAKSI Trend masa kini ternyata tidak hanya terjadi pada gaya hidup dan mode tetapi juga olah raga. Saat ini olah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata
1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan
Lebih terperinciby NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD
by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di Indonesia pada awal abad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Pariwisata Dalam Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Peranan Pariwisata Dalam Pembangunan Pengembangan ke pariwisataan di indonesia tahun-tahun terakhir makin terus di galakkan dan di tingkatkan dengan sasaran sebagai
Lebih terperinciWahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar
Lebih terperinciFasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)
Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG SITE PLAN KAWASAN WISATA TANJUNG BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau
BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG
Menimbang : MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai
Lebih terperinciBAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM
BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual
Lebih terperinciTINJAUAN PULO CANGKIR
BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahorok dengan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sungai dengan air yang jernih, walaupun keadaan hutannya tidak asli lagi, menjadikan tempat ini ramai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata internasional mencapai kondisi tertinggi sepanjang sejarah, dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$623 miliar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai pandangan awal tentang judul yang diambil yaitu Museum Transportasi Darat di Bali. Adapun hal yang dibahas dalam bab ini yaitu latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciBAB 3 PENDEKATAN LAPANGAN
BAB 3 PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitan ini dilakukan di Kebun raya Bogor di Jalan Ir. H. Juanda No.13 Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja)
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam
Lebih terperinciKAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)
KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, tempat mereka melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menjadi pengalaman yang terus menerus di sepanjang waktu. Simond (1983)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan
Lebih terperinciTAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan tradisional atau sering disebut dengan permainan rakyat yang merupakan permainan anak yang sudah ada pada zaman nenek moyang kita dan kemudian turun menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancanagan. Latar belakang merupakan dasar pemikiran awal yang diambilnya judul Penataan Kawasan Obyek Wisata
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT
BUPATI KEPUTUSAN BUPATI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI Menimbang
Lebih terperincipersepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR
17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Desaian Kawasan Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu konsep perancangan yang mengambil dari sistem sirkulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masterplan Universitas Riau Universitas Riau terletak di 0 o 28 35,37 N 101 o 22 52,39 E. Misi yang diusung Universitas Riau (UNRI) adalah Towards A Research
Lebih terperinciRETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang
Lebih terperinciPengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan
Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan Oleh: Wanjat Kastolani Abstrak Wisata yang berada pada kawasan konservasi merupakan sumberdaya yang potensial.
Lebih terperinciBAB VI KONSEP RANCANGAN
BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK 1.1.1. Gagasan Awal Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah sebuah perancangan baru hotel resort di kawasan Pantai Sepanjang, Gunungkidul,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA
BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik
Lebih terperinci