2002 digitized by USU digital library 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2002 digitized by USU digital library 1"

Transkripsi

1 Saluran Komunikasi Lokal dalam Pertukaran Inovasi Teknologi Pertanian: Kajian Antropologi dalam Komunitas Petani di Berastagi Sri Alem Br.Sembiring,M.Si 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana petani-petani di Tanah Karo, khususnya di Wilayah Berastagi melakukan pertukaran informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan kegiatan pertanian mereka. Secara khusus tulisan ini akan memfokus kepada pembahasan mengenai pemanfaatan saluran komunikasi lokal dalam pertukaran informasi dan penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam bidang pertanian tersebut. Penekanan penting pada aspek komunikasi lokal dalam tulisan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Menurut Mundy dan Compton (1995: ), disebutkan bahwa perhatian-perhatian kepada komunikasi tradisional atau komunikasi lokal ( indigenous communication ) cendrerung diabaikan oleh beberapa kalangan ilmuwan sosial dibandingkan dengan perhatian kepada pengetahuan lokal ( indigenous knowledge ) 2. Sehubungan dengan hal ini, komentar lain juga diberikan oleh Wang (1982). Menururt Wang (1982) dan CIKARD (1988), pengabaian perhatian kepada komunikasi lokal ( indigenous communication ) ini dapat terjadi walaupun defenisi-defenisi mengenai pengetahuan lokal ('indigenous knowledge') itu sendiri diartikan sebagai himpunan pengalaman dan disalurkan melalui informasi dari satu generasi kepada generasi berikutnya dalam suatu kelompok masyarakat. Defenisi ini menekankan perhatian pada 'enkulturasi'; bagaimana pengetahuan dihimpun dan dibagikan dalam masyarakat-masyarakat lokal. Dalam proses ini menurut Dobb (1960), masyarakat telah mengembangkan cara-cara penyebaran informasi dari orang ke orang. Dari pengertian di atas terlihat bahwa komunikasi merupakan salah satu dari beberapa proses penting dan mendasar untuk keberlanjutan dan penyebaran suatu pengetahuan dan budaya (Mundy dan Compton 1995: 112). Dengan demikian, penulis berkeyakinan bahwa akan sangat bermanfaat jika melakukan kajian yang lebih mendalam untuk mencermati bagaimana informasi itu dipertukarkan dari suatu 1 Tulisan ini merupakan hasil penelitian penulis di Kota Berastagi selama 6 bulan pada Tahun dalam rangka penyususnan thesis magister pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia-Program Studi Antropologi. 2 Penulis juga telah menerbitkan karya ilmiah sebelumnya pada tahun 1999 dengan judul Pentingnya Perhatian Kepada Indigenous Communication Selain Kepada Indigenous Knowledge. Karya terdahulu tersebut sifatnya lebih teoritis. Berbeda dengan tulisan ini yang lebih merupakan hasil studi lapangan ( field work ) untuk melihat aplikasi langsung di tengah-tengah suatu komun itas petani bagaimana saluran dan sarana komunikasi lokal itu dimanfaatkan dalam pertukaran informasi dalam kehidupan mereka sehari-hari digitized by USU digital library 1

2 individu ke individu lainnya atau dari suatu kelompok komunitas ke kelompok komunitas lainnya. Tulisan ini merupakan hasil penelitian penulis tentang bagaimana saluran komunikasi lokal itu dimanfaatkan dalam pertukaran informasi mengenai teknologi inovasi dan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan pertanian, khususnya praktik tanam campuran di antara sesama petani hortikultura di Berastagi, khususnya di Desa Gurusinga. B. Saluran Komunikasi dan Hubungan Sosial Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pertukaran informasi yang memanfaatkan saluran komunikasi lokal, penulis terlebih dahulu ingin mengajak pembaca untuk memperluas cakrawala berfikir mengenai beberapa hal yang terkait erat dengan pertukaran informasi dan saluran komunikasi lokal itu. Salah satu hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa dalam pertukaran informasi itu, komunitas petani yang menjadi subjek penelitian ini cenderung memanfaatkan hubungan-hubungan sosial di antara mereka. Hubungan-hubungan sosial tersebut cenderung merupakan hubungan-hubungan yang sifatnya tidak formal. Menurut beberapa petani yang menjadi informan dalam penelitian ini, hubungan sosial yang tidak formal ini membuat mereka merasa lebih nyaman secara psikologis untuk saling bertukar informasi dan bertukar pikiran. Beberapa petani lain bahkan mengatakan bahwa kedekatan hubungan sosial non formal ini membuat mereka merasa lebih nyaman untuk bertukar informasi yang bersifat rahasia mengenai kegiatan cocok tanam mereka. Dalam kehidupan pertanian mereka, kerahasiaan beberapa informasi tertentu diperlukan untuk menjaga agar keahlian dan keberhasilan beberapa perawatan tanaman tertentu tetap dapat dikuasai oleh beberapa kelompok kerabat tertentu sebagai gengsi atau prestise bagi kelompok mereka 3. Beberapa kelompok kerabat tertentu cenderung memiliki suatu keahlian dalam merawat tanaman tertentu. Informasi rahasia ini hanya beredar di antara sesama warga petani yang saling berkerabat dan saling mempercayai. Penulis juga menemukan dari hasil studi lapangan bahwa peredaran informasi itu dapat juga terjadi di antara sesama petani dan yang bukan petani. Mereka yang bukan petani adalah merupakan orangorang yang memiliki hubungan dengan kegiatan pertanian mereka. Orang-orang tersebut adalah mereka yang bekerja sebagai buruh tani, penjual pupuk dan pestisida, pedagang perantara, supir bus, pemilik warung kopi, atau para tokeh pemborong hasil pertanian mereka. Para petani itu cenderung membina hubungan-hubungan baik dengan subjeksubjek ini untuk berbagai tujuan tertentu demi keberhasilan penanaman dan kelancaran distribusi hasil panen. C. Hubungan-Hubungan Sosial Petani 3 Penulis akan membuat sebuah karya tulis tersendiri mengenai bagaimana ruang gerak kompetisi di antara petani dalam tulisan selanjutnya 2002 digitized by USU digital library 2

3 Dalam kehidupan pedesaan, hubungan-hubungan sosial di antara petani yang berpengaruh terhadap praktik tanam campuran mereka adalah hubungan-hubungan yang bersifat tidak formal. Walaupun di desa ini juga terdapat beberapa bentuk hubungan lain yang teroprganisasi secara formal. Beberapa organisaasi tersebut adalah organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan ataupun organisasi sosial-ekonomi. Organisai keagamaan berupa beberapa kelompok perkumpulan gereja, kelompok pengajian dan remaja mesjid. Sementara, oraganisasi kepemudaan yang dimaksud adalah karang taruna. Organisasi sosial yang ada meliputi, kegiatan PKK, koperasi dan kelompok tani. Menurut petani, pertemuan-pertemuan dalam kegiatan ini hanya membicarakan agenda rutin saja, tanpa membicarakan hal-hal menegai pertanian. Kalaupun berbicara mengenai pertanian, hanya membicarakan hal yang bersifat umum. Misalnya, apa yang sekarang di tanam, berapa harga terbaru, tanpa ada diskusi atau pembahasan mengenai hal-hal tertentu. Hubungan-hubungan sosial tidak formal ini tidak memiliki namanama tertentu atau penyebutan khusus. Penyebutan yang digunakan bervariasi. Setiap petani dapat mempunyai suatu penyebutan atau istilah khsusus untuk hubungan sosial yang dibinanya, apakah hubungan itu dengan kelompok kerabat atau keluarganya, ataukah hubungan itu dengan pihak lain yang bukan kelompok kerabatnya. Salah seorang informan dalam penelitian ini, yaitu Pak SG (40 tahun) menyebutnya dengan istilah konco (teman karib/setia). Beberapa petani lain menyebutnya teman arih (teman tukar pikiran), atau temanta sedalanen (teman sejalan). Sarana atau media penting bagi pengembangan hubungan ini secara umum adalah kedai kopi, selain langsung ke rumah-rumah petani lain yang menjadi konco mereka. Kedai kopi menjadi sarana penting bagi para kaum pria, karena di kedai inilah tempat mereka berkupul apabila mereka memiliki waktu luang. Pada pagi hari sebelum pergi ke ladang, kedai ini akan dikunjungi para petani. Pada sore hari, pengunjungnya bertambah dari kalangan pegawai. Sarana lain tempat hubungan ini dapat berlangsung, antara lain adalah di ladang-ladang petani, di pasar, atau bahkan dalam perjalanan di bus antar desa.dalam hubungan ini, petani mengembangkan suatu kelompok kerjasama di antara mereka. Hubungan itu dikembangkan dalam bentuk hubungan pinjam-meminjam dan pertukaran informasi. C.1. Hubungan Pinjam-meminjam. Hubungan pinjam-meminjam yang dikembangkan penduduk adalah pinjam-meminjam bibit, tenaga kerja, pupuk dan pestisida, dan uang. Hubungan pinjam-meminjam tenaga kerja biasanya dilakukan petani dengan beberapa pertimbangan, antara lain; mahalnya biaya buruh tani, sulitnya mencari buruh tani secara tiba-tiba, atau tidak yakin akan kualitas kerja buruh tani. Tenaga kerja yang dipinjam adalah dari beberapa anak-anak remaja atau dewasa, sehingga, ladang mereka masih dapat dikerjakan oleh orang tuanya. Pinjam-meminjam tenaga kerja ini akan terjadi secara timbal balik antara beberapa keluarga yang sama, dan masih merupakan kerabat 2002 digitized by USU digital library 3

4 dekat. Permohonan bantuan tenaga kerja ini juga harus disesuaikan dengan jadwal kerja dari anak-anak remaja dan dewasa tersebut di keluarga mereka masing-masing. Namun sering terjadi, bantuan itu akan tetap diberikan walaupun si orang tua merasa pengerjaan untuk ladangnya sendiri memerlukan tenaga anak tersebut. Beberapa alasan dikemukakan penduduk, seperti Ibu SG (45 tahun) yang mengatakan bahwa dia mengijinkan anaknya bekerja satu atau dua hari di ladang kerabatnya tersebut, karena alasan hubungan kekerabatan dan balas jasa. Beliau juga berharap agar nantinya dia juga mendapat bantuan yang sama, walaupun bukan untuk kegiatan ladang. Peminjaman tenaga kerja biasanya terjadi untuk beberapa kegiatan, seperti; menimbun tanaman kentang yang sudah mulai tinggi (tutup kaki kentang), memanen kentang, tutup kaki kol, kol bunga, membuat lereng-lereng tanaman, memanen kol, dan beberapa kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang dipinjam ini dapat dibayar atau tidak dibayar. Biasanya, si petani peminjam tenaga kerja juga akan membayar tenaga kerja yang dipinjam ini sesuai dengan gaji buruh tani atau sesuai dengan kesanggupannya. Namun, tidk ada patokan harga khusus untuk peminjaman tenaga kerja antar kerabat ini. Berbeda dengan penggunaan tenaga buruh tani. Seorang penyewa buruh tani harus membayar upah sebesar Rp sampai berkisar Rp ,- per hari, dengan jam kerja berkisar delapan hingga sembilan jam dalam satu hari termasuk waktu istirahat dan makan siang.. Hubungan kerja yang ditetapkan adalah oleh si pemilik lahan adalah hubungan antara buruh dan majikan. Petani juga melakukan hubungan pinjam-meminjam atau saling membeli bibit tanaman. Hubungan ini cenderung terjadi antar kerabat dekat yang melakukan kegiatan praktik tanam campuran. Bibit yang dipinjam atau dibeli adalah bibit dalam bentuk biji. Si pembeli atau peminjam akan menyemai bibit tersebut di ladangnya sendiri. Bentuk hubungan lainnya adalah pembelian dalam bentuk telah menjadi anak tanaman. Dalam hal ini, si peminjam terlebih dahulu telah memesan bibit kepada pemiliknya dan si pemilik bibit yang melakukan penyemaian. Si pembeli akan memilih anak tanaman dari lokasi penyemaian. Pemesanan anak tanaman ini dipilih beberapa petani karena si pemilik bibit adalah orang yang terkenal ahli dalam tanaman tersebut. Beberapa petani mengalami bahwa apabila mereka tidak mahir melakukannya, maka bibit tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Bagi beberapa kerabat dekat, mereka tidak perlu membayar untuk peminjaman atau pembelian bibit tanaman ini. Peminjaman atau pembelian bibit ini, dapat terjadi antara sesama penduduk atau dengan penduduk dari desa lain. Ibu SG (50 tahun) misalnya, dia meminjam bibit daun bawang dan kol bunga dari kerabatnya di Desa Keling (Ibu B) yang terkenal dengan tanaman daun bawang. Kerabatnya tersebut juga dikenal ahli di desa mereka dalam pembibitan anak tanaman kembang kol. Sebaliknya, Ibu B juga meminjam bibit kentang dari Ibu SG. Bentuk hubungan lain adalah peminjaman pupuk dan pestisida. Peminjaman dapat dilakukan antara petani dan pemilik kios pupuk dan pestisida. Apabila peminjaman itu dilakukan dengan pemilik kios yang berasal dari desa Gurusinga, maka peminjaman akan berhasil apabila si 2002 digitized by USU digital library 4

5 peminjam adalah kerabat dekat dan dapat dipercaya. Peminjaman pupuk dan pestisida juga dapt dilakukan dengan pemilik kios lain yang merrupakan langganan tetap si petani di Berastagi. Peminjaman yang dimaksud dalam hal ini adalah hutang. Seorang petani diperbolehkan untuk tidak melunasi biaya pembelian pupuk dan pestisidanya. Pelunasan sisa biaya pembelian dapat dilakukan apabila tanaman tersebut telah dipanen dan dijual ke pasar. Apabila hasil panen itu merugi, maka pelunasan biaya peminjam pupuk dan petisida dapat berlangsung terus untuk waktu tanam berikutnya. Bahkan, si petani masih diperbolehkan meminjam untuk kedua kalinya bagi tanaman berikutnya yang akan ditanam. Sementara itu, peminjaman uang juga terjadi di antara sesama penduduk di desa Gurusinga. Namun, hal ini sangat jarang dilakukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Peminjaman uang akan dilakukan apabila si petani sangat membutuhkan uang tunai dalam jumlah besar secara tiba-tiba. Atau, si petani mengalami kegagalan panen untuk hampir semua jenis tanamannya. Menurut beberapa petani, salah satu di antaranya adalah Pak Sm (62 tahun), peminjaman uang cenderung dilakukan petani dengan pemilik kedai kopi di desa mereka. Peminjaman uang akan berhasil apabila si petani peminjam adalah langganan di kedai kopi tersebut. Lebih lanjut, Pak Sm menjelaskan bahwa setiap penduduk cenderung memiliki kedai kopi langganan, dan jarang sekali pindah untuk minum kopi/teh, atau mengobrol di kedai kopi lain. Salah satu tujuannya adalah agar dapat meminjam uang apabila sangat diperlukan. Unsur kepercayaan dan loyalitas menjadi penting dalam hal ini. Peminjaman ini sampai pada jumlah tertentu tidak menggunakan boroh atau barang gadai. Demikian juga hubungan kerjasama dengan pedagang pemilik (supir) jasa angkutan. Hubungan itu biasanya mengenai masalah penyewaan angkutan untuk pendistribusian hasil ladang dan waktu pembayaran sewa angkutan. Apabila si petani memiliki hubungan baik dan membuat perjanjian tertentu dengan supir bus atau pick up, maka si supir jasa angkutan akan memberi informasi waktu terbaik untuk menjual tanaman ke pasar atau waktu melepas barang apabila telah berada di pasar. Waktu penjualan yang dimaksud adalah, pada hari apa sebaiknya petani menjual tanamannya yang telah siap di panen. Sedangkan waktu melepas yang dimaksudkan adalah pada saat kapan hasil panen itu dijual kepada pedagang perantara apabila telah berada di pasar; apakah menunggu sore hari, atau beberapa jam lagi, atau segera menjual saat ini juga karena kemungkinan besar harga akan menjadi lebih murah apabila hari semakin sore. Informasi ini sangat diperlukan si petani karena adanya perubahan harga yang dapat terjadi begitu cepat di pasar dalam hari yang sama. Supir bus ini biasanya akan mengetahui apakah hasil tanaman dari desa lain masih banyak yang akan dibawa ke pasar atau tida, atau hasil komoditi apa yang akan banyak di jual hari ini di pasar. Pengetahuan ini dapat diperoleh supir bus atas kerjasama mereka sesama supir angutan, dan mereka juga telah mengenal hampir seluruh tukang timbang dan pedagang perantara di pasar digitized by USU digital library 5

6 Sementara itu, hubungan petani dengan pedagang perantara di desa mereka, biasanya terjadi hanya sebatas hubungan informasi. Namun, beberapa petani yang lokasi tempat tinggalnya dekat dengan gudang pengepakan hasil komoditi untuk ekspor akan memperoleh beberapa manfaat langsung. Petani dapat membuat suatu hubungan kerja yang lebih terikat dengan pedagang perantara (agen) tersebut. Hubungan itu berupa perjanjian antara si agen dan petani, dimana petani diwajibkan untuk menjual setiap kualitas terbaik dari komoditas tertentu kepada si agen. Sebagai keuntungannya, petani akan memperoleh harga yang lebih tinggi di atas harga rata-rata yang berlaku pada saat transaksi itu terjadi. Beberapa petani lain juga melakukan hal yang sama dengan beberapa p[edagang perantara lain di pasar induk Berastagi. Mereka memberikan penyebutan untuk pedagang perantara itu dengan istilah perkoper. Menurut mererka, mereka tidak menenam jenis-jenis tanaman untuk kebutuhan ekspor, sehingga mereka tidak perlu melakukan atau membina hubungan dengan para agen tersebut. C.2. Pertukaran Informasi Hubungan-hubungan kerjasama yang dikembangkan petani ini juga merupakan salah satu sarana bagi petani untuk saling betukar informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan praktik tanam campuran mereka. Pertukaran iformasi itu sendiri dapat terjadi di mana saja, apakah di kedai kopi pada saat mereka minum kopi, di bus dalam perjalanan menuju pasar, di ladang-ladang mereka dalam waktu senggang, atau kunjungan ke rumah-rumah. Materi yang diperbincangkan dapat mengenai segala hal, tidak hanya mengenai bentuk peminjaman bibit, tenaga kerja, peminjaman pupuk atau peminjaman uang. Namun secara umum, mereka akan membahas mengenai perkembangan harga hari ini, penyakit tanaman mereka masing-masing, pupuk dan pestisida yang mereka gunakan dan perkembangan tanaman mereka. Petani-petani akan menseleksi lagi beberapa kerabat dekat mereka untuk pertukaran informasi tertentu. Misalnya Ibu SG (50 tahun), beliau merupakan salah seorang informan dalam penelitian ini. Ibu SG ini lebih memilih bertukar informasi mengenai tanaman daun prei dan kubis bunga dengan kerabatnya Ibu JP (55 tahun). Sementara Ibu AG akan memilih meminjam tenaga kerja dari kerabatnya Ibu SG (50 tahun), dan memilih bertukar informasi dengan kerabat lainnya Pak SG (40 tahun). Seleksi yang dilakukan petani untuk memilih dengan siapa mereka bertukar informasi didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut dapat berdasarkan keahlian si petani lain tersebut, atau berdasarkan kedekatan hubungan baik di antara mereka. Jadi dalam hal ini hubungan kekerabatan yang sangt dekat pun belum tentu dijadikan alasan untuk memilih teman bertukar informasi. Adakalanya petani juga memilih orang lain yang bukan kerabat mereka. Walaupun mereka bukan kerabat, tetapi mereka mempunyai kepentingan yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, petani akan memilih pemilik kios pupuk atau obat, khusus mengenai kebutuhannya akan pupuk dan obat. Atau, si petani akan memilih pedagang perantara X atau Y, karena mereka dapat saling menguntungkan dalam perjanjian dagang. Alasanalasan inilah yang disebut petani dengan sebutan konco (teman karib/setia), teman arih (teman tukar pikiran), atau temanta sedalanen 2002 digitized by USU digital library 6

7 (teman sejalan). Petani membedakannya dengan penyebutan teman cakap-cakap atau teman erbual (teman berbincang), atau teman minem kopi (teman minum kopi), teman sada kuta (teman satu kampung), dan kade-kade (saudara/hubungan kerabat). Sehubungan dengan istilah ini, beberapa petani menjelaskan bahwa tidak semua orang dapat dijadikan teman betukar pikiran yang baik, dan mau menceriterakan segala hal yang berhubungan dengan praktik tanam campuran dengan apa adanya. Menurut petani-petani di Gurusinga, beberapa di antara mereka ada yang merahasiakan hal-hal tertentu mengenai perawatan tanaman, apakah itu soal pupuk dan pestisida, atau soal bibit. Sehingga mereka perlu memilih siapa yang akan dijadikan teman untuk dapat bertukar pikiran dan saling terbuka, dan dapat dipercaya dalam pertukaran informasi. Petani mengatakan bahwa, teman setia ini dibutuhkan dalam menghadapi kondisi ketidakpastian yang mereka hadapai dalam kegiatan praktik tanam campuran. Misalnya, bertukar informasi mengenai usaha apa yang dilakukan agar tanaman dapat berhasil dengan baik walupun terjadi perubahan perangkap cuaca secara tiba-tiba, atau kepada siapa atau pada saat kapan menjual dan melepas hasil tanaman mereka agar tidak terperangkap dalam harga yang murah. Pak PG (40 th) misalnya, adalah seorang petani yang memiliki beberapa hubungan per-konco-an dengan beberapa petani. Beliau mengemukakan bahwa pertukaran informasi itu dapat terjadi di kedai kopi dengan petani lain. Perbincangan itu dapat dimulai dengan hal-hal lain di luar kegiatan cocok tanam pada tahap pembukaan, atau langsung pada konteks masalah yang dialami petani di ladang. Menurut Pak PG, beliau cenderung memulai pembicaraan diawali dengan menyuguhkan sebungkus rokok, dan langsung bertanya, bagaimana perkembangan cabai anda?, atau bagaimana harga bunga kol yang anda jual hari ini?, atau apa pupuk dan pestisida yang anda pakai, saya lihat tomat dan sayur putih anda sangat bagus?. Pembicaraan itu dapat juga diawali dengan mengemukakan masalah yang dihadapi oleh Pak PG. Pak PG memberikan contoh dari salah satu pembicaraanya dengan salah seorang konco beliau di kedai kopi; saya melihat tomat anda buahnya sangat besar dan batangnya tinggi, pupuk apa yang anda berikan dan apa obatnya, karena tomat saya batangnya jauh lebih pendek dan buahnya tidak sebanyak tomat anda padahal umurnya sama?. Pembicaraan dapat dilanjutakan dan pembahasan menjadi lebih rinci untuk mengorek pengalaman dan pengetahuan lawan bicara. Hal yang sama juga dilakukan lawan bicara terhadap Pak PG. Kemudian, materi berikutnya dapat meluas untuk tanaman lain dan untuk masalahmasalah lain mengenai hama, penyakit, harga pasar, bibit, jenis pupuk, obat. Bahkan, mereka juga dapat membicarakan hasil perbincangan mereka dengan beberapa petani lain. Bagaimanapun sederhananya materi perbincangan ini, sudah terkandung hasil evaluasi petani terhadap pengalaman pribadinya dan pengalaman lawan bicara, dan juga mereka secara bersama-sama mengevaluasi pengalaman-pengalaman petani lainnya. Selanjutnya apa kesimpulan yang mereka dapatkan?. Dua petani yang terlibat dalam perbincangan, akan mengemukakan kesimpulan mereka masing-masing 2002 digitized by USU digital library 7

8 atas materi perbincangan. Kesimpulan itu dapat merupakan kata sepakat atau perbedaan pendapat di antara mereka, dan mereka tidak menyimpulkan apapun. Dalam hal ini, mereka hanya betukar informasi dan berargumentasi atas apa yang telah mereka dan petani lain alami dalam kegiatan pertanian mereka selama ini. D. Penutup Keseluruhan deskripsi di atas kiranya dapat memberikan suatu pemahaman tambahan bagi kita bahwa ternyata sangat penting bagi kita untuk memperhatikan bagaimana informasi itu bergulir dari satu individu ke individu lain atau dari satu kelompok komunitas ke kelompok komunitas lainnya. Deskripsi di atas juga memberikan suatu pemahaman lainnya bahwa dalam informasi yang disampaikan itu bukan semata berupa informasi teknikal tetapi juga seluruh pesan-pesan penting lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mundy dan Compton (1995:112): Every society seemengly has evolved elaborate ways for transmitting information from person to person. Such indigenous communication includes the transmission of not only technical information, but also all other message: entertainment, news, persuasion, announcements and social exchenges of every types within the expansive sweep defined by Dobb (1960). Berdasarkan hasil studi lapangan ini, penulis juga mengharapkan bahwa data dari tulisan ini dapat dimanfaatkan untuk kajian lain yang juga sangat perlu mendapat perhatian yaitu mengenai bagaimana pengetahuan itu terbentuk dan ditransmisikan pada manusia. Penulis juga berharap bahwa hasil studi lapangan ini dapat dijadikan masukan bagi agen-agen pengambil kebijakan untuk tidak mengabaikan proses bergulirnya informasi secara lokal di masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cowley (1989) dan Lansing (1987), apabila mengabaikan keberadaan dan fungsi dari jaringan komunikasi tradisional ini, dapat mengakibatkan tidak berfungsinya usaha pembangunan yang diterapkan dalam kelompok masyarakat tersebut atau pembangunan yang akan dilaksanakan itu akan sia-sia dan tidak dimanfaatkan oleh penduduk lokal. Satu hal lain yang juga kiranya menarik untuk disimak adalah apa yang dikemukakan oleh Howes sejak tahun 1970-an, yaitu bahwa dengan mengintegrasikan kedua sistem komunikaasi tradisioanal ( indigenous ) dan moderen ( exogenous ) akan dapat memperkuat keduanya (Howes 1979). Apa yang dikemukakan beberapa penulis dalam kutipan ini hendaknya menunjukkan kepada kita bahwa sangat diperlukan usahausaha untuk memahami dan mengkaji lebih lanjut bagaimana sistem komunikasi lokal dalam upaya pertukaran informasi itu berjalan. Pemahaman ini sangat diperlukan terutama untuk penyelenggara pemerintah dalam mensosialisasikan suatu program pembangunan kepada masyarakat. Hal ini perlu mendapat perhatian kita bersama karena deskripsi dari tulisan ini menunjukkan bahwa arus informasi (the 2002 digitized by USU digital library 8

9 flow of information) adalah merupakan arus bergulirnya pengetahuan (the flow of knowledge) digitized by USU digital library 9

10 Daftar Pustaka CIKARD 1988 Centre for Indigenous Knowledge for Agriculture and Rural Development, Brochure, Ames, IA, Iowa State University. Cowley, G The Electronic Goddess: Computerising Bali s Ancient Irrigation Rites, Newsweek, (March 6), hal.50. Dobb, L. W Communication in Afrika: A Search for Boundaries, New Haven, CT, Yale University Press. Howes, M The Uses of Indogenous of Technical Knowledge in Development, IDS Bulletin, 10 (2), hal Lansing, J.S Balinese Water Temples and the Management of Irrigation, American Anthropologist 89, hal Mundy, P.A. and Compton, J.L Indigenous Communication and Indigenous Knowledge, dalam The Cultural Dimension of Development, Edited by D. Michael Warren, L. Jan Slikkerveer, David Brokensha, Intermediate Technology Publications Ltd, London, hal Wang, G Indigenous Communication System in Research and Development, Paper presented at the Confrence on Knowledge Utilisation: Theory and Methodology, April 1982, Honolulu, HI, East-West Centre digitized by USU digital library 10

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

PERIODESASI WAKTU BERDASARKAN PENGALAMAN PETANI: Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Hortikultura Di Berastagi Kab. Karo.

PERIODESASI WAKTU BERDASARKAN PENGALAMAN PETANI: Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Hortikultura Di Berastagi Kab. Karo. PERIODESASI WAKTU BERDASARKAN PENGALAMAN PETANI: Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Hortikultura Di Berastagi Kab. Karo. Sri Alem Br.Sembiring 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi rakyat Indonesia, tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

SURVEI KHUSUS IMPLEMENTASI SNA 2008

SURVEI KHUSUS IMPLEMENTASI SNA 2008 RAHASIA SK-ISNA REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI KHUSUS IMPLEMENTASI SNA 2008 Perhatian : 1. Tujuan survei ini adalah untuk memperoleh informasi berkaitan dengan penghitungan Cultivated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok ini menyatukan perempuan-perempuan menjadi satu organisasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok ini menyatukan perempuan-perempuan menjadi satu organisasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelompok wanita tani yang sering disingkat KWT merupakan salah satu organisasi perempuan yang memiliki latar belakang mata pencarian yang sama. Kelompok ini menyatukan

Lebih terperinci

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Tiga Angka

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Tiga Angka Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Tiga Angka Sebelum mempelajari materi tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan tiga angka, mari kita mempelajari nilai tempat bilangan tiga angka terlebih dahulu.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN

KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN 101 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN (Kasus Pemuda Di Desa Cipendawa dan Sukatani, Kecamatan

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertanian sayur di Desa Nanggerang yang berkembang mulai tahun 1990- an memang tidak berlangsung lancar begitu saja, terdapat kendala-kendala yang dihadapi para petani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data 1. Gambaran Umum Pedagang Sayur Suku Banjar, Jawa dan Madura a. Menurut Jenis Kelamin Menurut jenis kelamin, hasil survei menunjukkan bahwa dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara untuk Petani Penyewa PEDOMAN WAWANCARA Nama : Sebastian R.S. Saragih NIM : 030901012 Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah (Studi Kasus di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia dituntut untuk bekerja. Mencari penghasilan merupakan salah satu tujuan orang tua kita bekerja. Manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari adanya para pemilik modal. Mereka ikut serta dalam persaingan pasar pertanian untuk mencari hasil-hasil pertanian

Lebih terperinci

JARINGAN INFORMASI IPTEK KESEHATAN Potensi dan Pengalaman USU

JARINGAN INFORMASI IPTEK KESEHATAN Potensi dan Pengalaman USU JARINGAN INFORMASI IPTEK KESEHATAN Potensi dan Pengalaman USU A. Ridwan Siregar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Kerjasama merupakan suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN Agar mendapat keuntungan, suatu perusahaan harus menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan mereka. Untuk mencapai hal ini, pertama perusahaan harus mengidentifikasi

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

8.2. PENDEKATAN MASALAH

8.2. PENDEKATAN MASALAH jeruk impor di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Jeruk impor sudah sampai ke lokasi konsumen di sentra produksi jeruk nusantara dengan harga yang lebih murah daripada jeruk

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan 51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur 113 Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 1 Menganalisis kelayakan sederhana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai katup pengaman baik dalam menyediakan alternatif kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting untuk menyukseskan program pembangunan nasional dalam rangka mencapai pemerataan pendapatan, menciptakan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI Oleh: Gres Kurnia (071015025) - B Email: grassgresy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mayoritas penduduk di negara berkembang adalah petani. Oleh karena itu, pembangunan pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowchart penelitian. Mulai. Pengumpulan Data. Data Sekunder. Data Primer. tidak Cukup. Penentuan Komoditi Unggulan

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowchart penelitian. Mulai. Pengumpulan Data. Data Sekunder. Data Primer. tidak Cukup. Penentuan Komoditi Unggulan Lampiran 1. Flowchart penelitian DAFTAR LAMPIRAN Mulai Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder tidak Cukup Ya Penentuan Komoditi Unggulan Evaluasi Aspek selesai Lampiran 2. Kuisioner pendapat petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tlogoagung merupakan desa yang terletak di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah sawah, di lereng pegunungan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1 Program Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi tersebut di atas, selanjutnya ditindaklanjuti dengan berupaya memberikan solusi atau pemecahan masalah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perdagangan antar wilayah, sehingga otomatis suatu daerah akan membutuhkan

I. PENDAHULUAN. perdagangan antar wilayah, sehingga otomatis suatu daerah akan membutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan beragam. Kekayaan akan sumber daya alam tersebut akan menjamin terjadinya arus perdagangan antar wilayah, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

ANALISIS ARTIKEL STRUKTUR PERUBAHAN MASYARAKAT PETANI

ANALISIS ARTIKEL STRUKTUR PERUBAHAN MASYARAKAT PETANI ANALISIS ARTIKEL STRUKTUR PERUBAHAN MASYARAKAT PETANI Abstrak Struktur sosial masyarakat terbagi berdasarkan luas kepemilikan lahan menjadi dua golongan besar yaitu buruh tani dan pemilik tanah. Buruh

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Gambaran Umum Desa Pucuk Letak Daerah dan Keadaan Alam Desa Pucuk terletak di Kecamatan Dawarblandong

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 bab 1 penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 tema 1 diri sendiri liburan ke kota tema 2 keluarga keluargaku tema 3 lingkungan lingkungan sekolah tema 4 kebersihan kesehatan keamanan (k3) kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Bab 5 Jual Beli Peta Konsep Jual Beli Membahas tentang Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Sekolah Meliputi Meliputi Toko Pasar Warung Supermarket

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran adalah komoditas penting, dimana harganya memberikan kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos (2016) dalam beritanya mengatakan

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI

BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI A. Sejarah dan Perkembangan C.V Sumber Jati Sumber Jati merupakan nama sebuah

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun 1. Keadaan Geografis dan Struktur Pemerintahan Desa Brumbun

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta pribadi bangsa. Dan perlu dibina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau bekerja untuk mencari, mengumpulkan, memilih, mengolah berita dan menyajikannya secara cepat kepada

Lebih terperinci

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN A. RAGAM MATERI PENYULUHAN Materi penyuluhan kehutanan, pada hakekatnya merupakan segala pesan-pesan mengenai pengelolaan hutan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang

Lebih terperinci

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN 1 KREDIT MENURUT UU NO. 10/1998 TENTANG POKOK-POKOK PERBANKAN Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo sebagai bangsa lahir dan berdiri berkat nasioanalisme lokal. Sebelum berdiri formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Praktik Hutang Piutang Pupuk Dalam Kelompok

Lebih terperinci

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal Awal proses penelitian di masyarakat, peneliti tidak perlu melalui proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci