BAB III SOLUSI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SOLUSI BISNIS"

Transkripsi

1 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Isu Bisnis Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur - Buku referensi, website, diskusi, simposium dan seminar Analisis Situasi - Wawancara (In-depth with R&D) - Observasi (In-depth with R&D) Identifikasi Penyebab Masalah - Fishbone diagram Alternatif Solusi - Organizational Development Analisis Solusi - Organizational Development - Relationship Usulan Perbaikan - Training & Development Rekomendasi - Rencana Implementasi - Action Plan - Kebutuhan Sumber Daya Gambar 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah 38

2 Data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dengan pihakpihak yang terkait dengan penelitian di PT. Bio Farma (Persero). Penelitian ini akan memberikan analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya keterlambatan dalam proses pengembangan produk. Setelah diketahui apa penyebabnya, kemudian akan diberikan usulan perbaikan dan alternatif solusinya. 3.2 Analisis Pelaksanaan Pengembangan Produk Baru di PT. Bio Farma (Persero) Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengembangan produk baru pada PT. Bio Farma, yang meliputi pembahasan mengenai tahapan proses pengembangan produk dan mengenai manajemen organisasi untuk pengembangan produk baru Analisis Strategi Pengembangan Produk Baru Berdasarkan hasil wawancara, strategi yang dikembangkan oleh PT. Bio Farma dalam rangka pengembangan produk baru, diantaranya yaitu: 1. Inovasi produk 2. Meningkatkan kualitas laboratorium pengawasan mutu melalui sarana, keahlian dan keterampilan SDM 3. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional selaku pemilik teknologi seperti NVI, GCVC, dan lain-lain 4. Menyediakan sarana dan fasilitas penelitian dan pengembangan yang memadai sesuai dengan standar kualifikasi WHO untuk produkproduk baru Strategi pengembangan produk baru di PT. Bio Farma dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dan competitive advantage perusahaan. 39

3 Meskipun hampir 50% produk baru yang diluncurkan di pasar tiap tahun mengalami kegagalan suatu perusahaan akan terus menggali inovasiinovasi baru untuk menghasilkan produk yang sukses di pasar. Menurut riset Booz, Allen & Hamilton s (1993), tingkat kesuksesan produk baru untuk seluruh industri antara 55%-65%. Memang menjadi suatu dilema bagi perusahaan, di satu sisi inovasi produk baru akan meningkatkan daya saing perusahaan namun di sisi lain inovasi berisiko besar dan mahal. 26 Produk baru yang dikembangkan oleh Bio Farma merupakan produk non derivatif. Pada intinya, produk yang dikeluarkan mengacu pada kebijakan pemerintah, yaitu produk untuk menanggulangi wabah penyakit yang terjadi di masyarakat. Seperti saat ini beberapa penyakit yang menjadi prioritas nasional yang diharapkan agar Bio Farma dapat membuat produk untuk menanggulanginya, yaitu: 1. Polio 2. Tuberkulosis 3. Malaria 4. Kusta 5. ISPA/ Pneumonia Balita 6. HIV/AIDS 7. DHF & Flu burung 8. Diare 26 Artikel, Karno Budiono, 2005, Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Inovasi Produk Baru, Dikutip 15 April 2008 dari &n=271 40

4 Bio Farma telah menjadi salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang mampu memasok kebutuhan vaksin di dalam negeri dan pasar global. Komitmen global yang diembannya merupakan pendorong utama dalam membantu negara-negara lain memberantas berbagai penyakit menular. Ke depan Bio Farma akan terus melakukan pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Bio Farma mampu meningkatkan penetrasi pasar dan telah menjangkau hingga 100 negara tujuan. 27 Gambar 3.2 Konsumen global Bio Farma Analisis Alur Proses Pengembangan Produk Baru Pengembangan produk baru sangat penting demi mempertahankan eksistensi jangka panjang perusahaan. Produk baru yang dikembangkan oleh PT. Bio Farma merupakan hasil kebijakan dengan pemerintah. Dalam 27 Bio Farma Internal Source Company. 41

5 mengembangkan produk baru memerlukan prioritas untuk perencanaan secara efektif dan efisien. Penentuan prioritas tersebut dapat dilihat dari jumlah biaya yang harus dikeluarkan, permintaan pasar, keuntungan yang diperoleh dan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan produk. Pihak marketing biasanya melihat dari kebutuhan pasar dan prospek dari produk itu sendiri bila diluncurkan ke pasar. Berikut adalah alur proses pengembangan produk baru PT. Bio Farma: Customer Supplier Marketing (Order) Estimasi Penjualan Pengadaan Bahan Baku R&D Pembuatan Produk Penunjang Produksi Uji klinis & Surveilans Distribusi Produk Pengujian Mutu Pengendalian Mutu Gambar 3.3 Alur Proses Pengembangan Produk di PT. Bio Farma (Persero) Berdasarkan alur proses pengembangan produk baru diatas, dapat dilihat bahwa pembuatan produk baru berdasarkan permintaan dari customer yaitu pemerintah. Pemerintah yang membuat kebijakan produk apa yang 42

6 akan dibuat berdasarkan permintaan pasar. Biasanya produk baru dikeluarkan berdasarkan penyakit yang sedang terjadi di masyarakat. Pihak marketing akan melakukan estimasi penjualan, prioritas dan keuntungan. Jika produk baru tersebut akan menguntungkan maka akan dilakukan design plan untuk membuat produk tersebut. Departemen Research and Development akan menerima dan melaksanakan permintaan pengembangan produk baru sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan oleh manajemen perusahaan. Pada tahap ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar. Jika tahap riset telah dilakukan maka proses selanjutnya adalah proses produksi dimana produk yang dihasilkan akan selalu diawasi oleh bagian quality control. Hal ini perlu untuk dilakukan agar produk tersebut dapat memenuhi standar WHO dan kepuasan konsumen. Pada proses R&D dan produksi, pengadaan bahan baku dan alat sangat berperan penting terhadap kelangsungan proses pengembangan produk. Setelah produk memenuhi standar WHO maka produk tersebut dapat didistribusikan untuk digunakan sebagai uji klinis dimana dalam hal ini dilakukan survey tentang efektifitas dari produk yang dihasilkan. 43

7 3.2.3 Analisis Proses Pengembangan Vaksin Baru Basic Research Candidate Vaccines Four years to develop Applied Research Experimental Lot Laboratorium Three years to develop Clinical Development Clinical Lot (cgmp) Two years to develop Commercial Manufacturing Scale-up (cgmp) Two years to develop Marketing Diffusion Market One year to develop Gambar 3.4 Proses Pengembangan Produk Vaksin 28 Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa membutuhkan waktu 12 tahun untuk menciptakan suatu vaksin baru. Hal ini dikarenakan setiap proses yang dilalui mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda dan dari setiap proses mempunyai banyak sub proses yang harus dilakukan. Ketersediaan dana merupakan hal yang krusial dalam pengembangan vaksin dimana dana tersebut digunakan untuk penyediaan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang dibutuhkan. Saat ini, Bio Farma tengah melakukan pengembangan vaksin-vaksin baru diantaranya yaitu Rotavirus, Thypoid Vi, Cholera, Hib, Td, Seasonal Influenza dan Sabin IPV (Gambar 3.5). Vaksin-vaksin tersebut saat ini sedang dalam proses experimental lot, clinical development dan commercial manufacturing. Pada kenyataannya, dalam pengembangan vaksin, proses yang dilalui 28 Bio Farma, 2008, Internal Source Company 44

8 untuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development. Hib FD Project Seasonal Flu Project New Vaccines Hib Liquid Project Rotavirus Project Sabin IPV Gambar 3.5 Vaksin Yang Tengah Dikembangkan Proses pengembangan vaksin tersebut telah sesuai dengan prioritas yang ditentukan oleh WHO, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Prioritas Pengembangan Vaksin WHO Priority PQ WHO High Priority Pentavalent Vaccine MMR Group Rotavirus Vaccine Pneumococcal IPV & mopv Seasonal Influenza Medium Priority Human Papiloma Vaccine Meningococcal Vaccine TT/Td DTP-Hep B Low Priority Yellow Fever Japanese Encephalitis Combo Hep B-Hib, DTP DTP, Hb monovalent Rabies, Hep-B Manajemen Organisasi Pengembangan Produk Baru Untuk menangani secara serius pengembangan produk baru yang akan diluncurkan dipasar maka perusahaan harus memiliki organisasi yang 45

9 dapat menjamin bahwa produk baru mempunyai standar kualitas yang baik. Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam organisasi ini adalah mengawal proses pengembangan produk sesuai dengan yang telah ditetapkan, menentukan analisis dan forecasting serta membuat keputusan layak tidaknya suatu produk diluncurkan ke pasar. Proses pengembangan produk baru hampir seluruhnya dilakukan pada divisi Reserach and Development, walaupun tidak bisa lepas dari divisi di luar Reserach and Development. Koordinasi dalam organisasi dilakukan agar tujuan dan visi misi perusahaan dapat tercapai dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman antar divisi. Agar pengembangan suatu produk baru dapat berjalan sesuai dengan rencana, pihak manajemen perusahaan akan membuat tim tertentu yang akan bertanggung jawab terhadap pengembangan suatu produk. Tim ini terdiri dari divisi yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan visi yaitu untuk mensukseskan terciptanya suatu produk baru. Koordinasi yang baik sesama rekan tim sangat diperlukan, dimana biasanya tim akan melakukan koordinasi setiap minggu mengenai scheduling dan work in process. Ketua tim akan melaporkan hasil koordinasi kepada pihak manajemen perusahaan setiap minggunya untuk mendefinisikan usulan produk baru dan melakukan evaluasi selama tahap pengembangan produk. Secara garis besar pengembangan produk baru melibatkan beberapa divisi, seperti yang digambarkan di bawah ini: 46

10 Research & Development Teknik Marketing Pengembangan Produk Baru Logistik Produksi Quality Control Quality Assurance Gambar 3.6 Alur aktivitas pengembangan produk baru Permasalahan Yang Terjadi Selama Proses Pengembangan Produk Baru Berdasarkan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan pengembangan produk baru, maka didapat informasi bahwa adanya beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam melakukan pengembangan suatu produk baru, yaitu: Perkembangan Teknologi Yang Pesat Dengan pesatnya perkembangan teknologi vaksin maka perusahaan dituntut agar dapat selalu mengikuti trend perkembangan teknologi pembuatan vaksin. Oleh karena itu, seiring dengan teknologi yang terus berubah maka diperlukan dana yang besar dan personil yang kompeten. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru karena untuk penyediaan dana dan sumber daya yang dibutuhkan memakan waktu yang cukup lama. 47

11 Waktu Pengembangan Produk Baru Dalam melakukan pengembangan produk baru dibutuhkan waktu yang lama dikarenakan banyak tahap yang harus dilalui dalam melakukan pengembangan produk baru seperti basic research pembuatan experimental lot, clinical lot, clinical trial, dan lisensi dari pihak berwenang. Dimana dari setiap proses memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda terutama dari segi waktu dan keadaan material biologis yang digunakan. Besarnya Dana Pengembangan Produk Baru Dibutuhkan dana yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam menanggulangi penyakit yang sedang berkembang sehingga keputusan pengembangan produk baru menyangkut banyak aspek yang harus dipertimbangkan seperti aspek ekonomi, kebijakan pemerintah, maupun target pasar yang akan dicapai. Dimana dana tersebut dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang spesifik untuk setiap produk yang akan dibuat. Adanya Klausul Kerjasama Dengan adanya kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan produk, maka diperlukan klausul kerjasama yang terkadang memerlukan waktu lama sehingga dapat menghambat pengembangan produk baru. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan fasilitas baik alat maupun bahan dalam melakukan pengembangan riset. Keterbatasan Personil Pengembangan Riset Seiring dengan teknologi yang terus berubah maka dibutuhkan personil berkompeten yang dapat mengikuti perkembangan teknologi pembuatan vaksin dalam pengembangan riset. Dalam kenyataannya, personil yang berkompeten jumlahnya minim sehingga dapat 48

12 menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru. Berkurangnya koordinasi antar personil Koordinasi antar personil pengembangan riset sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses pengembangan produk baru. Dikarenakan oleh proses yang memakan waktu lama dan menguras tenaga serta pikiran, maka hal ini dapat menyebabkan pecahnya koordinasi antar personil. Untuk memperbaiki hal ini dibutuhkan waktu lama sehingga secara tidak langsung dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru. Keterbatasan Fasilitas Untuk Pengembangan Riset Pada kenyataannya, permasalahan utama yang dihadapi adalah keterbatasan penyediaan fasilitas, yaitu alat-alat, ruangan berkelas dan bahan baku. Banyak faktor yang mempengaruhi keterbatasan tersebut diantaranya adalah keterlambatan supplier dalam mengirimkan alat dan bahan baku, dan dana yang minim untuk penyediaan fasilitas ruangan berkelas. Apabila masalah-masalah di atas tidak segera di atasi, maka akan mempengaruhi terciptanya suatu produk baru. Seperti yang sudah terjadi, yaitu keterlambatan pada saat pengembangan produk yang berimbas pada kinerja R&D yang tidak optimal. Dampak-dampak yang lain sangat mungkin terjadi, sehingga diperlukan antisipasi agar risiko yang terjadi dapat ditanggulangi sedini mungkin. 49

13 3.3 Sumber Penyebab Keterlambatan Dalam Proses Pengembangan Produk Baru Dari kelima produk pada gambar 3.5, diketahui bahwa produk mengalami keterlambatan atau penyimpangan dari rencana awal dalam proses pengembangannya sehingga mempengaruhi kinerja dari R&D. Pembahasan berikutnya adalah mengenai hal-hal yang menjadi penyebab kinerja R&D tidak optimal akibat terjadinya keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin baru. Banyak faktor yang menyebabkan pengembangan vaksin tidak sesuai dengan rencana awal. Penyebab keterlambatan pengembangan produk tersebut dapat disimpulkan pada fishbone diagram berikut ini: Keterbatasan Personil Fasilitas Pengembangan Penyediaan bahan baku Jumlah personil tidak memadai Kelengkapan training personil Dana minim fasilitas Keterlambatan penyediaan bahan baku Keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin baru Komunikasi terhambat Pengetahuan yang terbatas Integrasi antar personil Knowledge Gambar 3.7 Fishbone Diagram Penyebab Keterlambatan dalam Proses Pengembangan Produk Baru 50

14 Pembahasan berikutnya akan mengambil 1 contoh vaksin, yaitu vaksin A. Pembahasan ini menyangkut tahapan proses pengembangan produk tersebut yang mengalami keterlambatan dari jadwal yang telah ditentukan. VAKSIN A Vaksin A adalah salah satu vaksin yang sedang dikembangkan oleh Bio Farma untuk menanggulangi suatu penyakit yang sedang terjadi di masyarakat. Pengembangan vaksin A ini membutuhkan waktu lama dimana sudah dimulai dari tahun 2001 dan saat ini telah mencapai tahap experimental lot. Diperkirakan vaksin ini akan diluncurkan ke pasaran pada tahun Dari data proses pengembangan produk A terdapat beberapa proses yang mengalami keterlambatan dimana tidak sesuai dengan perencanaan jadwal aktivitas yang telah dibuat sebelumnya. Dari tabel 3.2 dibawah ini menunjukkan tahapan proses pengembangan produk baru pada Vaksin A, yang mengalami keterlambatan dalam prosesnya. Namun tidak semua proses mengalami keterlambatan. Tabel dibawah ini hanya menunjukkan proses mana saja yang tidak sesuai dengan jadwal awal (mengalami keterlambatan). Dari Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa proses yang mengalami keterlambatan dimulai dari pembuatan Virus Culture Fluid yang terdiri dari pembuatan aliquot virus dan pemeliharaan sel, dengan selisih 84 hari dari lamanya waktu proses yang seharusnya. Proses yang menjadi penyebab langsung keterlambatan adalah proses pembuatan Virus Culture Fluid, dimana dalam hal ini menyangkut sumber daya yang terbatas. 51

15 No Aktivitas Rencana Stabilize & Freeze 30/1/08 12/2/08 11/4/ /4/08 9 Persiapan Alat 30/1/08 3/2/08 11/4/ /4/08 Persiapan Bahan 4/2/08 10/2/08 11/4/ /4/08 Stabilize&Freeze 10/2/08 12/2/08 16/4/08 17/4/08 Formulasi 12/2/08 22/12/08 18/4/08 30/4/08 10 Persiapan Alat 12/2/08 16/2/08 18/4/08 25/4/08 Persiapan Bahan 17/2/08 21/2/08 18/4/08 29/4/08 Formulasi & Stok 22/2/08 22/2/08 30/4/08 30/4/08 11 Evaluasi Pre Experimental Lot 23/2/08 5/3/08 2/5/ /5/08 Keterangan: Base Main Process Actual Main Process Base Sub-main Process Actual Sub-main Process Tabel 3.2 Proses Pengembangan Vaksin A berdasarkan Durasi Keterlambatan Aktual September-07 Minggu ke- Oktober- 07 Minggu ke- November-07 Minggu ke- Desember-07 Minggu ke- Januari-08 Minggu ke- Februari-08 Minggu ke- Maret-08 Minggu ke- April-08 Minggu ke- Mei-08 Minggu ke- Mulai Berakhir Mulai Berakhir Kualifikasi Ruangan dan LAF 17/09/07 10/10/07 17/09/07 26/10/07 1 Leak Test HEPA 17/09/07 28/09/07 17/09/07 5/10/2007 OQ & PQ Ruangan dan LAF 3/10/07 10/10/07 12/10/ /10/07 2 Preparasi Medium 1/10/07 3/10/07 5/10/2007 8/10/2007 Inventarisasi Medium 1/10/07 3/10/07 5/10/2007 8/10/ Pembuatan Medium 3/10/07 10/10/07 10/10/ /10/07 Pembuatan Aliquot Virus 22/10/07 29/10/07 23/1/08 8/2/2008 Persiapan Alat 22/10/07 25/10/07 23/1/08 25/1/08 4 Persiapan Bahan 26/10/07 28/10/07 28/1/08 31/1/08 Aliquot Virus 28/10/07 28/10/07 1/2/2008 1/2/2008 Inokulasi Virus 29/10/07 29/10/07 1/2/2008 8/2/2008 Persiapan Sel 1/11/07 19/12/07 13/2/08 21/3/08 Persiapan Alat 1/11/07 4/11/07 13/2/08 15/02/08 5 Persiapan Bahan 5/11/07 11/11/07 13/2/08 15/02/08 Pemeliharaan Sel 18/11/07 18/12/07 15/2/08 21/3/08 Inokulasi Sel 18/12/07 19/12/07 21/3/08 21/3/08 Inokulasi Virus 19/12/07 5/1/08 24/3/08 1/4/2008 Persiapan Alat 19/12/07 24/12/07 24/3/08 27/3/08 6 Persiapan Bahan 25/12/07 30/12/07 24/3/08 27/3/08 Inokulasi Virus 31/12/07 31/12/07 28/3/08 28/3/08 Pemeliharaan Virus 31/12/07 5/1/08 28/3/08 1/4/2008 Harvest Virus Culture Fluid 6/1/08 19/01/08 29/3/08 1/4/ Persiapan Alat 6/1/08 12/1/08 29/3/08 31/3/08 Persiapan Bahan 13/1/08 19/1/08 29/3/08 31/3/08 Harvest VCF 19/1/08 19/1/08 1/4/2008 1/4/2008 Klarifikasi 20/1/08 29/1/08 3/4/2008 7/4/2008 Persiapan Alat 20/1/08 24/1/08 3/4/2008 6/4/ Persiapan Bahan Klarifikasi 25/1/08 29/1/08 29/1/08 29/1/08 3/4/2008 7/4/2008 6/4/2008 7/4/2008

16 Gambar 3.8 Durasi Proses Pengembangan Vaksin A 3.4 Analisis Penyebab Keterlambatan Dalam Proses Pengembangan Produk Baru Berikut akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab langsung adanya keterlambatan proses pengembangan vaksin baru. Berdasarkan gambar 3.8, penyebab keterlambatan adalah keterbatasan fasilitas (sarana dan bahan baku), terbatasnya knowledge personil, dan integrasi antar personil. Dalam hal ini yang termasuk keterbatasan fasilitas adalah bahan baku dan infrastruktur. - Keterbatasan bahan baku menjadi penyebab keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin baru. Hal yang mendasari adalah pengadaan barang oleh supplier yang membutuhkan waktu lama. Banyak faktor 53

17 yang mempengaruhi diantaranya yaitu Bio Farma tergantung pada supplier tunggal, bahan baku yang dibutuhkan masih impor dan bahan baku yang digunakan bersifat spesifik maka pengadaan barangnya pun indent karena perusahaan supplier pada umumnya bersifat make to order. Penggunaannya pun memerlukan perlakuan khusus terlebih dahulu sehingga memakan waktu yang lama. - Keterbatasan alat juga merupakan hal yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin. Alat yang digunakan nilai investasinya relatif tinggi. Sedangkan perusahan hanya menganggarkan 2% untuk investasi keseluruhan proses research and development. Alat yang dibutuhkan bersifat indent dan pada umumnya supplier bersifat make to order. Untuk pembuatan alat ini dibutuhkan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dikarenakan spare part dari alat tersebut yang bersifat khusus. Pada kenyataannya, terkadang alat yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diajukan sehingga personil yang terkait dengan pemakaian alat tersebut akan melakukan FAT (Factory Acceptance Test) ke perusahaan supplier agar alat yang dipesan sesuai dengan spesifikasi. Tentunya hal ini akan memakan waktu yang cukup lama hingga alat tersebut dapat digunakan. - Fasilitas minim merupakan hal yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin. Fasilitas pengembangan yang dimiliki Bio Farma saat ini dapat dikatakan masih minim. Penyediaan fasilitas gedung yang terdiri dari ruangruang berkelas masih banyak kekurangan. Selain itu, dikarenakan banyaknya proyek pengembangan vaksin baru sedangkan fasilitas gedung untuk penelitian dan pengembangan masih terbatas. 54

18 Knowledge dari personil merupakan hal yang sangat penting dalam proses pengembangan produk baru. Setiap personil harus memiliki kualifikasi dalam mengerjakan setiap proses pengembangan produk. Yang saat ini dihadapi dalam pengembangan vaksin adalah kurangnya knowledge yang up-to-date dari setiap personil. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin baru. Hal-hal diatas yang menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin baru sepatutnya menjadi perhatian utama yang harus segera diantisipasi dan dicari solusinya. 3.5 Alternatif Solusi Bisnis Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada proses pengembangan produk baru di PT Bio Farma. Alternatif solusinya akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Organizational Development Melakukan koordinasi antar personil untuk meningkatkan integrasi antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu: - Action Research Langkah progresif untuk memecahkan masalah yang terjadi. - Collaborative Methods Melakukan kolaborasi dalam memecahkan suatu masalah yang sedang terjadi. - Knowledge Management Aktivitas untuk meningkatkan performance, competitive advantage, innovation dan development processes. 55

19 - Team Building Semua aktivitas dilakukan untuk meningkatkan self-assessment dan performance dari setiap personil. - Training & Development Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan performance, skills dan knowledge. 2. Mengadakan kerjasama Kerjasama dilakukan dengan institusi-institusi berskala nasional dan internasional dalam hal pengembangan vaksin baru. 3. Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan. 4. Menjalin hubungan baik dengan supplier-supplier. 5. Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di Indonesia 3.6 Analisis Solusi Bisnis Berikut akan dijelaskan mengenai solusi bisnis diatas 1. Organizational Development Melakukan koordinasi antar personil untuk meningkatkan integrasi antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu: - Action Research Langkah progresif untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pengembangan vaksin. Hal ini dilakukan dengan membuat "community of practice" yang terdiri dari beberapa personil yang membentuk suatu tim dimana tim ini akan memecahkan suatu permasalahan yang terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan strategi dan knowledge perusahaan. 56

20 - Collaborative Methods Hal ini diwujudkan dengan melakukan kolaborasi antar personil. Metoda ini khusus digunakan untuk meningkatkan kesuksesan dari suatu tim dalam memecahkan suatu masalah yang sedang terjadi terutama dalam mengatasi permasalahan proses pengembangan produk baru. - Knowledge Management Hal ini dapat dilakukan untuk mengidentifikasi, membuat, merepresentasikan dan menyalurkan knowledge antar personil yang terlibat dalam proses pengembangan produk baru. Aktivitas untuk meningkatkan performance, competitive advantage, innovation dan development processes. - Team Building Solusi ini akan meningkatkan motivasi antar personil dari suatu tim dimana hal ini untuk meningkatkan self-assessment dan performance dari setiap personil. - Training & Development Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah Human Resources dari perusahaan yang terlibat dengan proses pengembangan produk baru. Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan performance, skills dan knowledge. 2. Mengadakan kerjasama Dalam melakukan proses pengembangan vaksin baru dibutuhkan dana yang besar yang digunakan untuk investasi fasilitas, alat dan bahan. Dikarenakan anggaran Bio Farma untuk research and development hanya 2% maka dibutuhkan kerjasama dengan institusiinstitusi nasional maupun internasional untuk mengatasi keterbatasan 57

21 fasilitas, alat dan bahan. Selain itu, dengan adanya kerjasama tersebut dapat mengatasi lack of knowledge dari personil R&D. Kerjasamakerjasama dari institusi nasional maupun internasional, diantaranya yaitu JPRI (Japan Poliomyelitis Research Institute) untuk pengembangan vaksin Sabin-IPV, BIKEN (Research Foundation for Microbial Disease of Osaka University) untuk pengembangan vaksin Seasonal Influenza, MCRI (Murdoch Children s Research Institute) untuk pengembangan vaksin Rotavirus, dan NVI (Netherland Vaccine Institute) untuk pengembangan vaksin Hib. Dengan adanya kerjasama-kerjasama tersebut, proses pengembangan suatu vaksin akan lebih cepat dari waktu 12 tahun (Gambar 3.3). Bentuk kerjasama yang dilakukan salah satunya adalah transfer teknologi dan knowledge. 3. Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan Dikarenakan semua proses sudah baku dan harus dilakukan sebagai sebuah proses pengembangan produk yang utuh maka proses pemotongan suatu proses tertentu tidak dapat dilakukan. Mengefisienkan setiap proses dapat dilakukan mengingat karena hal ini mengacu kepada waktu yang merupakan kunci keberhasilan produk baru dimana hal ini akan mempersingkat waktu pengembangan vaksin baru. Misalnya dengan melakukan efisiensi pada inventarisasi alat dan bahan untuk semua proses pada satu waktu atau pemesanan bahan dan alat untuk semua proses pengembangan produk. 4. Menjalin hubungan baik dengan supplier Secara tidak langsung sebagian besar penyebab keterlambatan disebabkan karena pihak di luar perusahaan, seperti supplier. Proses yang tidak bisa lepas adalah pengadaan bahan baku dan alat. Maka 58

22 hubungan yang baik, sangat diperlukan agar semua pihak yang bersangkutan mempunyai value yang sama untuk keberhasilan suatu produk. 5. Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di Indonesia Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya keterbatasan bahan baku karena pengadaannya yang membutuhkan waktu lama. Hal ini dapat dilakukan agar perusahaan farmasi tidak mengalami keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru dikarenakan penyediaan bahan baku impor yang lama. Masalah-masalah lain yang terjadi selama proses pengembangan produk seperti yang telah dijelaskan sebelumnya harus ada problem solvingnya agar tidak mempengaruhi output perusahaan di kemudian hari. Solusinya akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Untuk mengikuti trend perkembangan teknologi vaksin maka Bio Farma harus meningkatkan anggaran R&D agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan kompetitor. Dalam hal ini, perusahaan dapat melakukan pengiriman personil untuk melakukan training di institusi yang mempunyai teknologi terbaru untuk pengembangan vaksin. 2. Keterbatasan personil pengembangan produk baru dapat dilakukan dengan melakukan recruitment skilled researcher yang mempunyai kapabilitas tinggi terhadap perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menciptakan vaksin baru sesuai dengan kemampuan perusahaan. 59

23 Dari penjelasan pemecahan masalah diatas, maka dapat diketahui hal-hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu: 1. Skill & knowledge. Hal ini harus diperhatikan mengingat dalam proses pengembangan vaksin baru dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang baik dan menyeluruh untuk setiap proses pengembangan yang dilakukan. Sehingga apabila semua sumber daya manusia yang terlibat langsung mempunyai keahlian dan pengetahuan yang setara maka proses pengembangan produk baru akan selesai tepat pada waktunya. 2. Pemilihan supplier yang mempunyai komitmen untuk menyediakan barang tepat pada waktunya dan mempunyai kualitas yang baik. Hal ini perlu diperhatikan dikarenakan penyediaan bahan baku dan alat dilakukan oleh pihak luar perusahaan yaitu supplier dimana pada kenyataannya penyediaan barang oleh supplier tidak sesuai dari segi waktu. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru. 3. Collaboration. Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya kolaborasi yang baik antar pihak manajemen perusahaan maka miss communication dapat diatasi. Sehingga hal ini secara langsung akan mempengaruhi kinerja dari R&D. 60

ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG

ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG Evo S. Hariandja* dan Kurnia Safitri** *ETM Research Group, Sekolah Bisnis & Manajemen Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi dan Action Plan 4.1.1 Rencana Implementasi Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio Farma maka dapat diambil solusi yang terbaik

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D PADA PT. BIO FARMA PROYEK AKHIR

ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D PADA PT. BIO FARMA PROYEK AKHIR ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D PADA PT. BIO FARMA PROYEK AKHIR Oleh KURNIA SAFITRI NIM : 29106055 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam penelitian ini, pemikiran awalnya adalah untuk menciptakan

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam penelitian ini, pemikiran awalnya adalah untuk menciptakan BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam penelitian ini, pemikiran awalnya adalah untuk menciptakan vaksin baru agar Bio Farma dapat bersaing dengan para kompetitor. Hal ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Persaingan bukan hanya datang dari dalam tetapi datang juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Persaingan di dunia bisnis semakin kompleks, banyak hal yang harus diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis yang mereka kembangkan.

Lebih terperinci

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan barang di PT Bio Farma (Persero) merupakan salah satu masalah fenomenal yang bersifat fundamental dalam perusahaan. Kinerja manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMESANAN PLAT BESI MENGGUNAKAN ALGORITMA WAGNER WITHIN (STUDI KASUS DI PT. PANEL MULIA TOTAL)

PERENCANAAN PEMESANAN PLAT BESI MENGGUNAKAN ALGORITMA WAGNER WITHIN (STUDI KASUS DI PT. PANEL MULIA TOTAL) PERENCANAAN PEMESANAN PLAT BESI MENGGUNAKAN ALGORITMA WAGNER WITHIN (STUDI KASUS DI PT. PANEL MULIA TOTAL) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dari produk yang dijual. Sehingga pelanggan akan terus menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dari produk yang dijual. Sehingga pelanggan akan terus menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan ingin memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya, pastinya dengan pelayanan yang prima yaitu memberikan kualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tengah arus persaingan baik dengan kompetitor dalam dan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. di tengah arus persaingan baik dengan kompetitor dalam dan luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi dewasa ini memungkinkan berbagai negara untuk melakukan perdagangan internasional secara bebas. Hal tersebut membuat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KALIBRASI UNTUK MENUNJANG GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DI PT. BIO FARMA (Persero)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KALIBRASI UNTUK MENUNJANG GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DI PT. BIO FARMA (Persero) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KALIBRASI UNTUK MENUNJANG GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DI PT. BIO FARMA (Persero) Disusun oleh : 10108982 FIELKA PRATAMA SETYALAYA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan dan persaingan dunia industri pada era globalisasi sangat berat

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan dan persaingan dunia industri pada era globalisasi sangat berat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tantangan dan persaingan dunia industri pada era globalisasi sangat berat dan ketat membuat para pelaku industri harus melakukan berbagai hal agar tetap bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini suatu perusahaan dituntut untuk bisa menjalankan bisnisnya dengan terus lebih baik. Apalagi permintaan konsumen yang semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan perekonomian di Indonesia dan juga semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan diri untuk

Lebih terperinci

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam Teknologi enterprise resources planning (ERP) dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, fungsi produksi, dan fungsi lainnya. ERP telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT KYODA MAS MULIA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan spare part yang memiliki pasar sasaran baik untuk domestik maupun mancanegara. Perusahaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Mada Jimmy Fonda Arifianto 1 ; Edi Santoso 2 ABSTRACT Article presents manufacture information system

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang. Dizaman globalisasi dewasa ini hampir semua kegiatan manusia sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang. Dizaman globalisasi dewasa ini hampir semua kegiatan manusia sudah 30 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Dizaman globalisasi dewasa ini hampir semua kegiatan manusia sudah menggunakan komputerisasi, tidak terkecuali CV Rahmat Abadi yang usahanya bergerak dibidang meubel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Agar memenuhi order dari konsumen, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya dalam perencanaan produksi. Salah satu bentuk perencanaan produksi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South Sumatra NGL Project PT. Tripatra dapat dilihat dari aspek lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka diharapkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Supply Chain Management (SCM) merupakan bagian penting dalam industri manufaktur. Dalam industri manufaktur, SCM memiliki kegiatan-kegiatan utama yaitu, merancang

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasan, hingga produk jadi. Proses tersebut dilakukan di laboratorium quality

BAB I PENDAHULUAN. kemasan, hingga produk jadi. Proses tersebut dilakukan di laboratorium quality BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Departemen Quality Control merupakan salah satu bagian dari perusahaan yang peranannya sangat menentukan dalam proses pengendalian mutu dan kualitas dari produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng

Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng 1 Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng 5. MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF MELALUI STRATEGI TINGKAT FUNGSIONAL 1. Strategi Functional Level adalah: Upaya untuk meningkalkan efektivitas

Lebih terperinci

ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI TAHUN

ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI TAHUN ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI TAHUN 2007-2011 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2006 ROADMAP PENELITIAN KBI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mendasar pada penulisan tugas akhir ini. Hal-hal tersebut meliputi latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika pembahasan

Lebih terperinci

Analisis industri..., Hendry Gozali, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

Analisis industri..., Hendry Gozali, FE UI, 2009 Universitas Indonesia 33 3.2.5. Tantangan-tantangan lain yang dihadapi PT. YZ Krisis ekonomi global yang terjadi pada awal tahun 2008 memberikan dampak terhadap industri dimana PT. YZ bersaing. Dengan adanya krisis ekonomi,

Lebih terperinci

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Proses Bisnis Pengadaan Barang Yang Sedang Berjalan Pada bab ini akan dibahas bagaimana PT.A didalam melakukan proses pengadaan barang. Didalam melakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC

MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC Yulianto, Aris Tjahyanto Bidang Keahlian Manajemen Teknologi Informasi Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK BARU. (STUDI KASUS: TelkomRisTI) PROYEK AKHIR

ANALISIS KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK BARU. (STUDI KASUS: TelkomRisTI) PROYEK AKHIR ANALISIS KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK BARU (STUDI KASUS: TelkomRisTI) PROYEK AKHIR Oleh: YULIA NOVIANTI NIM: 29106070 PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI BISNIS SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kini perkembangan dunia industri di Indonesia semakin maju, hal ini dapat terlihat dari banyaknya industri baru yang tumbuh dan berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. PENDAHULUAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran dasar manajemen risiko yaitu dengan melakukan identifikasi risiko hingga analisa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilaksanakan pada Bab 5, maka diperoleh kesimpulan : 1. Pada pengolahan data awal, diperoleh total nilai untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis project..., Fibri Kusumawardani, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis project..., Fibri Kusumawardani, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan Kualitas (quality) merupakan salah satu kunci utama suksesnya suatu bisnis untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor, baik pada industri produk maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis saat ini sangatlah ketat, baik dalam pasar lokal maupun pasar global. Setiap perusahaan harus melakukan peningkatan kualitas produk, kecepatan respon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meningkatnya perekonomian dan pesatnya pertumbuhan bisnis pada era globalisasi di Indonesia saat ini, perusahaan-perusahaan dituntut untuk semakin memahami dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pengguna internet telah berlipat ganda dari hari ke hari seperti lompatan kuantum dalam

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sektor industri. Hal itu dikarenakan hampir semua sektor industri selalu mencakup proses distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Sistem Informasi (SI) terus berkembang seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk mendukung bisnis dari perusahaan tersebut yang dapat memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya intensitas persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya intensitas persaingan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi sangat ketat, baik di pasar nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah

Lebih terperinci

SOFTWARE QUALITY ASSURANCE

SOFTWARE QUALITY ASSURANCE SOFTWARE QUALITY ASSURANCE SQA Component TKB5351 Penjaminan Mutu Perangkat Lunak Chalifa Chazar www.script.id chalifa.chazar@gmail.com Review Dokumen spesifikasi kebutuhan dibuat untuk memastikan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul dalam daya saing maupun unggul dalam kualitas.

BAB I PENDAHULUAN. unggul dalam daya saing maupun unggul dalam kualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan global, ada beberapa strategi sebagai upaya memenangkan persaingan tersebut, dibutuhkan banyak strategi inovasi atau perbaikan yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN IMPLEMENTASI DAN POTENSI PENGEMBANGAN ALLEGRO

BAB V PELAKSANAAN IMPLEMENTASI DAN POTENSI PENGEMBANGAN ALLEGRO BAB V PELAKSANAAN IMPLEMENTASI DAN POTENSI PENGEMBANGAN ALLEGRO 1.1. Pelaksanaan Implementasi Allegro 5.1.1. Master Data Master data diduplikasikan dari master data pada OTTO International, khususnya pada

Lebih terperinci

Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 16 Juli 2002 No. 57 Tambahan No.

Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 16 Juli 2002 No. 57 Tambahan No. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT Bio Farma PT Bio Farma adalah perusahaan vaksin dalam negeri yang memiliki kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tabel I.1. Produksi Spare Part CV.Gradient

Pendahuluan. Tabel I.1. Produksi Spare Part CV.Gradient Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang CV. Gradient adalah perusahaan penghasil spare part untuk kendaraan bermotor khusunya sepeda motor. Berikut adalah data produksi CV. Gradient pada bulan Januari hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh : Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. MAGISTER SISTEM INFORMASI UNDIP

MANAJEMEN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh : Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. MAGISTER SISTEM INFORMASI UNDIP 1 MANAJEMEN PROYEK TEKNOLOGI MAGISTER SISTEM INFORMASI UNDIP INFORMASI Oleh : Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. Latar belakang (1) 2 The Standish Group research shows a staggering 31.1% of projects

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur di Indonesia berkembang sangat pesat. Salah satunya terlihat pada industri manufaktur dalam bidang otomotif. Membludaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI Berdasarkan usulan solusi yang ditawarkan, yaitu collaborative forecast, maka akan direkomendasikan rencana implementasinya berupa penjabaran langkah-langkah penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri aksesoris otomotif di Indonesia saat ini semakin tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga persaingan di antara produsen aksesoris otomotif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan era globalisasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BISNIS Enterprise Resources Planning (ERP) Sebagai Proses Otomatisasi Pengolaaan Informasi Pada Perusahaan Oleh : DASRI (09.11.3367) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Enterprise Resources Planning

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga berbagai cara dilakukan oleh perusahaan agar mampu bersaing dengan para kompetitornya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby Project Integration Management Inda Annisa Fauzani 1106010300 Indri Mahadiraka Rumamby 1106070376 Project Integration Management Develop Project Charter Develop Project Management Plan Direct and Manage

Lebih terperinci

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI ABSTRAK Pembangunan sistem informasi di Universitas X dilakukan dengan tidak menggunakan manajemen proyek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen sehingga akan

BAB I PENDAHULUAN. pada risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen sehingga akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Persediaan merupakan salah satu elemen yang penting dalam operasianal perusahaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan dihadapakan pada risiko tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajemen proyek adalah manajemen kerja untuk mengembangkan dan menerapkan inovasi atau perubahan dalam operasi yang sudah ada. Hal ini meliputi perencanaan proyek

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, teknologi informasi serta persaingan yang kompetitif menjadi pilihan bagi perusahaan untuk mampu bertahan dan konsisten dalam

Lebih terperinci

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI Linda Hadi dan Achmad Holil Noor Ali Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Email: l1nd4083@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN REKOMENDASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN REKOMENDASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN REKOMENDASI 4.1 Rencana Implementasi Analisa kebutuhan pelatihan (TNA/ training need analysis) merupakan salah satu dari rangkaian panjang siklus diklat yang diadakan oleh

Lebih terperinci

KRITERIA SNI AWARD 2015

KRITERIA SNI AWARD 2015 Halaman : 1 dari 10 KRITERIA SNI AWARD 2015 KUESIONER SNI AWARD 2015 DAN BESAR BARANG DAN JASA 1 Halaman : 2 dari 10 A. KEPEMIMPINAN A.1 Visi, Misi dan Tata Nilai Klausul ini dimaksudkan untuk menilai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Pada awalnya PT. Jakarta Pallet Service merupakan eksportir pallet kayu bagi perusahaan rental pallet di jepang bernama Japan Pallet Rental.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci