IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Visi Misi Perusahaan YCH Group Pte Ltd, merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dibidang logistik seperti warehousing, manajemen persediaan, transportasi dan distribusi. YCH berdiri pada tahun 1955 di Singapura oleh Mr. Yap Chwe Hock. Pada awalnya YCH merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi penumpang lokal yang bernama General Contractors and Yap Chwe Hock Tranport ( YCH Transport ). Pada tahun 1977, YCH melakukan pengalihan arah bisnisnya dari transportasi penumpang ke transportasi muatan (cargo transportation). Setahun kemudian, YCH menjadi salah satu dari kontraktor pengangkutan cargo yang utama untuk Pelabuhan dari Otoritas Singapura. Pada tahun 1995, YCH melakukan investasi dengan membangun suatu sistem pergudangan yang otomatis di Singapura. Meningkatnya persaingan di bidang logistik dan kebutuhan klien yang meningkat dan kompleks, maka YCH mengembangkan layanan manajemen rantai pasok melalui suatu deretan dari solusi rantai persediaan, yakni Intibution (raw materials management to support manufacturing) pada tahun 1996, Retrogistic (service and returns management) pada tahun 1998 dan Intrabution (customer goods distribution) di tahun YCH berdiri di Indonesia pada tahun 2003, yang berlokasi di Jl. Kalimalang Km 2 Cibitung-Bekasi yang secara langsung dikendalikan dan diatur oleh YCH pusat di Singapura. YCH didirikan dengan filosofi Cina menggunakan karakter (Sheng) berarti Reliability, Integrity, Sincerity, Enterprise (RISE). Visi yang ingin diwujudkan oleh PT YCH adalah Membangun The Logistic Superhighway Tiada Batas Dunia mewakili perusahaan dalam menciptakan pengalaman yang paling optimal dari lalu lintas cepat efisiensi dan kecepatan. Sedangkan misi yang ingin dicapai adalah menjadi No 1 Pemasok rantai jalan keluar di Asia Pasifik.

2 Bidang Usaha Jenis jasa yang ditawarkan oleh PT YCH Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Transportasi dan Manajemen Distribusi (Transportation and Distribution Management Services) Jasa penanganan muatan (kargo) PT YCH Indonesia meliputi penanganan persyaratan muatan klien dan kegiatan lain, mencakup pemesanan, dan penjadwalan kegiatan muatan, persiapan dan koordinasi (pengarahan) dokumen yang dibutuhkan. PT YCH Indonesia telah membentuk jaringan dengan agen angkutan udara dan angkutan laut untuk pengiriman ke berbagai daerah di Indonesia. PT YCH Indonesia memiliki perwakilan di empat kota besar di Indonesia yaitu Medan, Jakarta, Semarang dan Surabaya. 2. Manajemen Gudang dan Persediaan (warehousing and inventory management) PT YCH Indonesia menyediakan jasa manajemen pergudangan dan persediaan (inventory) seperti pengaturan ruang gudang, penjajakan dan penyimpanan persediaan, dan pelayanan dukungan lainnya seperti pemuatan dan penurunan muatan, penanganan, pengepakan dan pelabelan. 4.2 Sistem Distribusi PT YCH Indonesia Proses pengiriman merupakan penyampaian produk yang telah siap jual agar sampai ke tangan konsumen tepat pada waktunya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Gudang yang dimiliki yaitu berada di daerah Cibitung sebagai gudang pusat di Jakarta dan dibantu oleh 1 (satu) gudang lagi di daerah Bekasi. Proses penerimaan produk susu FFI ke PT YCH Indonesia dapat dilihat pada Gambar 9.

3 28 Pengecekan jumlah dan jenis produk susu FFI yang akan dikirim ke PT YCH Indonesia Pengiriman Produk Susu FFI ke PT YCH Indonesia Proses Penerimaan Produk Susu FFI di PT YCH Indonesia Jumlah dan Jenis susu FFI sudah sesuai? Tidak Membuat laporan jumlah dan jenis yang tidak sesuai Ya Update jumlah persediaan dalam sistem Penyimpanan Susu FFI di Gudang PT YCH Indonesia Gambar 9. Proses penerimaan produk susu FFI di PT YCH Indonesia Kerjasama yang dilakukan antara FFI dan PT YCH meliputi penyediaan gudang untuk penyimpanan produk jadi berupa susu siap minum, susu bubuk dalam kemasan kaleng ataupun sachet, dan juga melakukan proses penyampaian produk (distribusi) hingga ke konsumen (pasar modern dan pasar tradisional). Jalur transportasi yang digunakan FFI dilakukan melalui jalur darat (land) dan melalui jalur laut (seafreight). PT YCH Indonesia mendistribusikan produk ke pulau Jawa, Bali sampai Pekanbaru melalui jalur darat. Distribusi produk untuk wilayah Medan, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur dilakukan melalui jalur laut (seafreight). PT YCH Indonesia memiliki supply point (SP) di beberapa tempat di Indonesia yaitu Semarang, Surabaya, dan Medan. Daerah Melabouh,

4 29 Aceh, dan sekitarnya memperoleh produk dari distribusi yang dilakukan oleh supply point PT YCH Indonesia yang berada di Medan. Proses pengiriman produk susu FFI melalui jalur darat menggunakan alat transportasi berupa truk. Truk tersebut merupakan truk yang disewa oleh PT YCH Indonesia kepada pihak ketiga (transporter) seperti Antariksa, VTP, Anugrah, GMT. Setiap masing-masing wilayah telah ditetapkan transporter yang bertanggung jawab terhadap proses pengiriman. Sedangkan pengiriman produk dengan jalur laut menggunakan alat angkut berupa container. Pembagian distribusi melaui jalur darat dan jalur laut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pembagian wilayah distribusi susu FFI oleh PT YCH Indonesia Kode wilayah M1 M2 M3 M4 G1 G2 G2 G3 G4 G6 G5 G7 G8 G9 Cakupan wilayah Jakarta Tangerang, Karawang Bekasi, Cimanggis, Depok Bandung, Bogor Jabodetabek Jawa Barat Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Lampung sampai dengan Pekanbaru Medan Pangkal Pinang Pontianak, Kalimantan Makasar, Manado, Jayapura Jalur transportasi Jalur Darat Jalur Laut PT YCH Indonesia mengkategorikan target pemasaran produk susu FFI ke konsumen dibagi menjadi dua yaitu langsung ke konsumen melalui pasar-pasar modern seperti Giant, Hero, Yogyamart, Alfamart, Indomart, Carefour dan melalui distributor atau SP untuk masing-masing wilayah (pasar tradisional). Pengiriman ke pasar modern dilakukan tiap hari sesuai dengan jumlah dan jenis yang diminta oleh masing-masing pasar modern, yang memiliki batas waktu pengiriman 1 (satu) hari. Sedangkan pendistribusian ke pasar tradisional dibagi berdasarkan wilayah yang telah ditetapkan dan memiliki waktu pengiriman yang berbeda untuk setiap wilayah. Proses distribusi produk susu FFI secara umum dapat dilihat pada Gambar 10.

5 30 PT. FFI Mengirimkan Sales Order Kepada PT YCH Indonesia Proses Persiapan Pengiriman Produk Susu FFI dari PT YCH Indonesia Kepada Konsumen Jalur Distribusi yang Dilakukan oleh PT YCH Distribusi menggunakan Jalur Laut Distribusi menggunakan Jalur Darat Tujuan Distribusi ke pasar tradisional yang terdiri dari : 1. Distributor 2. Supply Point Tujuan Distribusi ke pasar tradisional yang terdiri dari : 1. Distributor 2. Supply Point Tujuan Distribusi ke pasar modern yang terdiri dari: 1. Giant 2. Hero 3. Alfamart 4. Indomart 5. Yogyamart 6. Careefour KONSUMEN Gambar 10. Proses distribusi PT YCH Indonesia

6 Pengiriman Barang Sebelum produk diterima oleh konsumen, ada beberapa tahap persiapan distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia. Proses distribusi produk ke konsumen melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. Penerimaan pesanan FFI akan mengirimkan sales forecast berupa sales order (SO) yang telah diolah kepada PT YCH Indonesia. Hal tersebut digunakan sebagai acuan untuk pengiriman barang ke pasar modern maupun pasar tradisional. SO tersebut diterima oleh bagian data entry PT YCH Indonesia melalui sinyal internet. Setelah SO diterima maka data entry akan membuat Batch Picking List (BPL). 2. Persiapan pemuatan barang BPL berisikan tentang jenis, jumlah, dan nomor produk susu yang akan dikirimkan serta lokasi pengambilan produk yang berada gudang (warehouse) PT YCH Indonesia. Penyimpanan produk disusun pada rak-rak yang berjumlah 54 baris dan 6 kolom. BPL yang telah selesai dibuat kemudian diserahkan kepada bagian operation untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses pengambilan barang yang dilakukan oleh picker dengan alat bantu forklift. Picker adalah petugas gudang yang berwenang untuk melalukan pengambilan barang dari gudang hingga stagging area. Staging area adalah area peletakan barang sebelum dimasukan ke dalam truk atau container. Selama berada di area staging, barang yang akan dikirim terlebih dahulu dilakukan inspeksi atau pengecekan baik jumlah, jenis, dan keadaan produk berdasarkan BPL. Hal ini dilakukan oleh checker staging. 3. Proses pemuatan barang Sebelum dilakukan proses muat ke dalam truk atau container terlebih dahulu barang dilakukan pengecekan kembali oleh checker loading dan disaksikan juga oleh pihak perwakilan dari transporter (krani) dengan berpedoman pada stuffing plan. Keterlibatan pihak transporter dalam pengecekan barang dilakukan karena setelah barang berada di atas truk atau container, maka barang tersebut menjadi tanggung jawab pihak transporter. Setelah proses muat selesai, maka transporter akan menerima dokumen berupa gatepass dan dokumen Delivery Order (DO). DO adalah dokumen yang

7 32 berisikan tentang nomor DO, jumlah, jenis barang, dan tempat tujuan barang tersebut dikirim. Sedangkan gatepass adalah surat izin keluar dari lingkungan PT YCH Indonesia. Ketika truk sudah mulai keluar dari PT. YCH Indonesia, kerusakan dan kehilangan barang menjadi tanggung jawab pihak transporter dan pemantauan akan terus dilakukan oleh pihak CRM hingga produk sampai kepada agen atau distributor. 4. Proses bongkar barang Setelah truk atau container sampai di tempat tujuan baik pasar modern ataupun pasar tradisional, maka proses bongkar akan dilakukan oleh pihak transporter yang disesuaikan dengan DO. DO digunakan sebagai panduan bongkar atau turun barang. Barang yang diturunkan harus sesuai dengan DO baik jumlah maupun jenis barangnya, sehingga memudahkan pihak penerima (toko, outlet, atau distributor) dan juga pihak transporter saat serah terima. Setelah proses bongkar selesai maka pihak transporter akan menerima kelengkapan dokumen berupa DO asli. DO asli berisikan tentang jumlah barang dan jenis barang dimana data-data tersebut harus sesuai dengan Bukti Terima Barang (BTB). DO ini bertujuan sebagai tanda barang telah diterima oleh pihak distributor atau toko. Pengembalian DO harus dikembalikan kepada PT YCH Indonesia paling lambat 1 hari setelah produk tersebut diterima oleh pihak agen atau distributor. Pengembalian dokumen ini dapat dikirim langsung dengan menggunakan faximili atau melalui pihak transporter. 5. Penolakan barang Jika produk tidak terjual di pasar modern karena telah mendekati masa kadarluarsa atau rusak, maka produk tersebut dapat dikembalikan lagi kepada PT YCH Indonesia. Namun jika terjadi kerusakan atau telah mendekati kadarluarsa di pasar tradisonal maka, produk tidak akan dikembalikan ke PT YCH Indonesia tetapi akan disimpan di distributor. Barang yang dikirim kadang kala sering terjadi penolakan oleh agen atau distributor. Barang-barang yang termasuk dalam kriteria barang yang ditolak oleh agen atau distributor adalah sebagai berikut :

8 33 1. Produk tidak dipesan oleh outlet 2. Terjadi kesalahan jumlah, item barang yang dipesan 3. Barang yang telah mendekati masa kadarluarsa 4. Umur PO habis dari yang ditentukan 5. Produk rusak. Kategori produk rusak yaitu : a. D1 : Karton Rusak Barang-barang yang termasuk ke dalam kategori D1 yaitu barangbarang yang mengalami kerusakan pada kemasan baik pada kartonnya maupun pack, maka akan dikenakan biaya tagihan sebesar 3% dari nilai barang yang dibebankan kepada pihak transporter. b. D2 : Karton dan Barang dalam Kondisi Rusak Barang dalam kategori ini dikatakan rusak jika mengalami keruskan berat seperti penyok atau bocor hingga tidak layak dijual ke konsumen, maka akan dikenakan tagihan sebesar 20% dari nilai barang 6. Produk hilang jika barang yang hilang dalam perjalanan maka transporter harus mengganti 100% dari nilai barang yang dikirim. 4.4 Identifikasi Wilayah Keterlambatan Distribusi susu FFI hingga ke tangan konsumen yang dilakukan oleh PT YCH dibagi kedalam beberapa kelompok wilayah pengiriman. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa selama bulan Januari hingga Mei 2010, didapati bahwa wilayah Bandung dan Bogor memiliki tingkat keterlambatan yang tinggi yaitu sebanyak 227 pengiriman dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya pada pasar modern. Hal ini dikarenakan letak dari wilayah ini yang paling jauh dengan PT YCH sebagai pusat distribusinya dibandingkan dengan wilayah lain. Alasan lain yang juga memperkuat keterlambatan wilayah ini adalah telah ditutupnya SP Bandung, sehingga pengiriman produk susu untuk wilayah Bandung dan Bogor dikirim langsung oleh PT YCH yang berada di daerah Cibitung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

9 34 Tabel 7. Wilayah yang mengalami keterlambatan terbanyak periode Januari-Mei 2010 Bulan Januari Februari Maret April Mei Kode Cakupan M4 M2 M4 M4 M4 Wilayah Bandung, Bogor Tangerang, Karawang Bandung, Bogor Bandung, Bogor Bandung, Bogor Jumlah Keterlambatan (pengiriman) Jumlah Pengiriman (pengiriman) Persentase Keterlambatan (pengiriman) Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Penyebab keterlambatan pengiriman barang dikaji dengan menggunakan diagram sebab akibat. Faktor-faktor tersebut terdiri dari : 1. Faktor Transportasi dan Peralatan Salah satu faktor keterlambatan pengiriman terjadi dikarenakan faktor dari truk yang mengangkut produk maupun peralatan yang mendukung proses persiapan produk. Faktor ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: A. Ketersediaan truk a. Truk masih diperjalanan Dalam proses bongkar barang di pasar modern terdapat waktu dimana pembongkaran untuk produk susu FFI mendapat hak prioritas utama pada jam-jam tertentu (Blocking Time). Blocking Time yaitu truk dapat langsung melakukan bongkar barang tanpa harus mengantri. Namun jika pada saat blocking time truk belum datang, maka truk tidak akan mendapatkan hak prioritas tersebut. Sehingga truk tersebut harus mengikuti antrian bongkar. Jika antrian bongkar sedang penuh maka truk harus menginap hingga waktu bongkar. Keterlambatan pembongkaran di outlet mengakibatkan waktu tiba truk di PT YCH mengalami keterlambatan. b. Truk tidak sesuai spesifikasi Truk yang digunakan untuk melakukan proses pengiriman produk susu ke hingga ke pasar modern sebelumnya harus dilakukan pengecekan kondisi truk, seperti terbebas dari kotoran, bau menyengat, dan lubang agar produk

10 35 terhindar dari kebasahan jika terjadi hujan ketika di perjalanan. Truk yang dinyatakan tidak layak untuk melakukan proses kirim, maka truk tersebut tidak dapat melakukan proses pengiriman barang. B. Ketersediaan peralatan: a. Peralatan rusak Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses persiapan pengambilan barang terdiri dari : forklift, ristrak, dan juga feeder. Total forklift yang dimiliki oleh PT YCH Indonesia berjumlah 25 buah, dan 10 feeder, dan 10 ristrak. b. Jumlah peralatan tidak memadai Peralatan berupa ristrak yang digunakan untuk pengambilan barang pada rak-rak yang tinggi untuk setiap shift berjumlah 4 (empat) buah. Fungsi yang dimiliki oleh feeder dan forklift hampir sama yaitu memudahkan dan mempercepat proses pencarian barang. Feeder yang digunakan untuk setiap shift berjumlah 6 (enam) buah. Peralatan tersebut digunakan untuk pengambilan barang pada rak yang berjumlah 54 baris dan 6 kolom. 2. Faktor Sistem Informasi A. Status produk yang akan dikirim Penyebab adanya discrepency produk adalah perbedaan status barang yang akan dilakukan proses kirim. Produk yang dapat dilakukan proses pengiriman jika produk tersebut telah berstatus A (Approve), baik pada sistem WMS maupun SAP. B. Gangguan sinyal Sistem PGI digunakan untuk melakukan cetak gatepass dan sistem DLV yang digunakan untuk produk pencarian batch produk yang akan dikirim sering kali mengalami gangguan sinyal. 3. Faktor Produk A. Ketersediaan produk di gudang Proses pengambilan produk di gudang yang dilakukan oleh picker tidak sesuai dengan BPL, sehingga mengakibatkan barang yang akan diambil untuk dilakukan pengiriman tidak tersedia di gudang.

11 36 B. Jumlah produk di gudang Kekurangan produk ini terjadi karena penyimpanan dan pengambilan barang di gudang tidak sesuai dengan SOP, sehingga terjadi perbedaan terhadap jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. C. Produk rusak saat loading Proses pengambilan produk di gudang PT YCH Indonesia yang akan dikirim ke target pasar dilakukan dengan menggunakan bantuan alat. Ketika proses ini terjadi, terdapat produk yang terjatuh atau terbentur sehingga mengakibatkan produk rusak seperti kardus penyok. Oleh sebab itu, produk tersebut dilakukan proses pengemasan ulang, sehingga layak untuk dikirim. D. Waktu persiapan pengiriman Produk yang akan dikirim terlebih dahulu diletakan di stagging area untuk dilakukan pengecekan sebelum di muat ke dalam truk. Truk yang digunakan untuk proses pengiriman telah datang dan dalam kondisi siap digunakan, namun truk harus menunggu barang yang akan di muat karena barang tersebut belum siap di area stagging. Belum tersedianya barang di stagging area dikarenakan picker masih melakukan pencarian barang atau barang masih dilakukan proses pengecekan sebelum proses di loading. 4. Faktor Sumber Daya Manusia A. Pengambilan barang Pengambilan barang di gudang yang dilakukan oleh picker tidak sesuai dengan barang yang tertera di dalam BPL. Hal ini sering dilakukan karena adanya permintaan barang-barang tidak satu palet. Pengambilan secara acak oleh picker ini mengakibatkan jumlah barang yang tertera di dalam sistem tidak sesuai dengan aktual yang terjadi. B. Pencarian batch baru Ketika proses pemuatan barang kadang kala terdapat produk yang harus dilakukan proses pengemasan ulang yang membutuhkan waktu yang lama. Jika hal ini terjadi maka akan dilakukan proses pencarian batch baru yang sesuai. Hal ini dilakukan agar proses pengiriman dapat segera dilakukan.

12 37 C. Pengecekan barang di stagging area Sebelum proses loading dilakukan terlebih dahulu akan dilakukan proses pengecekan produk yang akan dikirim. Luas lokasi dari stagging area dengan banyaknya jumlah produk yang akan dikirim tidak sesuai. Hal ini terlihat tidak adanya ruang gerak yang cukup untuk petugas checcker stagging untuk melakukan pengecekan secara optimal. D. Peletakan barang di stagging area Luas lokasi stagging area tidak sesuai dengan jumlah produk yang akan dikirim. Hal tersebut mengakibatkan peletakan produk yang akan dikirim tidak pada tempatnya sehingga kadang kala pengiriman untuk 1 (satu) customer diletakan di tempat yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.

13 38 Produk Sistem Informasi Ketersediaan produk Jumlah produk tidak sesuai Perbedaan status barang Waktu persiapan pengiriman Gangguan Sinyal Poduk rusak saat loading Posedur pengambilan barang Ketersediaan truk Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman produk susu Frisian Flag Indonesia Peletakkan produk di stagging area Pencarian batch baru Ketersediaan peralatan Pengecekkan di stagging area Sumber Daya Manusia Transportasi dan Peralatan Gambar 11. Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman produk susu Frisian Flag Indonesia

14 Indikator yang Mempengaruhi Keterlambatan Proses Distribusi Berdasarkan 7 (tujuh) parameter nilai GOF terdapat 3 (tiga) yang mengindikasikan mediocore (medium) yaitu nilai GFI, AGFI, dan CFI tetapi hal tersebut sudah dapat dikatakan bahwa model SEM secara keseluruhan sudah fit (ada kesesuaian antara model dan data) ). Hasil analisis pengaruh variabel laten bebas terhadap variabel laten antara dan variabel laten terikat serta pengaruh masing-masing indikator berdasarkan SEM dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Hasil Analisis Structural Equation Modeling Indikator Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Jumlah dan Jenis Produk Besarnya pengaruh variabel laten bebas yang dibentuk oleh indikator- dapat indikator dari X 1 hingga X 12 terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk dilihat pada Tabel 8.

15 40 Tabel 8. Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk Variabel Laten Bebas Transportasi dan Peralatan Produk Sistem informasi SDM Indikator Pengaruh Langsung Total Pengaruh Peringkat x1 0,052 x 0,48 0,02 10 x2 0,052 x 0,62 0,03 9 x3 0,52 x 0,45 0,23 4 x4 0,52 x 0,50 0,26 3 x5 0,52 x 0,37 0,19 6 x6 0,52 x 0,39 0,20 5 x7-0,3 x 0,81-0,24 12 x8-0,3 x 0,65-0,20 11 x9 0,54 x 0,35 0,19 7 x10 0,54 x 0,34 0,18 8 x11 0,54 x 0,50 0,27 1 x12 0,54 x 0,49 0,26 2 A. Transportasi dan Peralatan 1. Ketersediaan truk (X 1 ) Penambahan jumlah truk untuk proses pengiriman barang akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 2%. Truk yang digunakan untuk proses pengiriman barang ke pasar modern telah ditetapkan transporter mana yang bertanggungjawab untuk proses pengiriman untuk masing-masing wilayah. Jika truk tidak yang dibutuhkan tidak tersedia atau masih melakukan pembongkaran di pasar modern, maka akan dilakukan pecah DO jika produk yang dikirim terlalu banyak. 2. Ketersediaan peralatan (X 2 ) Peningkatan jumlah peralatan akan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 3%. Hal ini dikarenakan peralatan yang tersedia di perusahaan digunakan untuk membantu proses peletakkan barang dan pengambilan barang di gudang. Ketersediaan peralatan yang cukup akan membuat picker melakukan pengambilan barang di gudang sesuai dengan BPL.

16 41 B. Produk 1. Ketersediaan produk di gudang (X 3 ) Indikator ketersediaan produk di gudang pada penelitian ini adalah signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 23%. Dengan kata lain, jika produk yang tersedia di gudang sesuai antara aktual dengan sistem maka akan maningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 23%. 2. Jumlah produk di gudang (X 4 ) Jumlah produk yang tidak sesuai di gudang memiliki pengaruh terbesar ke 3 (tiga) yaitu sebesar 26%. Nilai ini berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Hal ini dapat dilakukan dengan cara peletakkan barang dan pengambilan jumlah barang sesuai SOP agar tidak lagi terjadi selisih jumlah barang di gudang. 3. Waktu persiapan pengiriman (X 5 ) Hasil penelitian menyatakan bahwa waktu persiapan pengiriman memiliki pengaruh langsung sebesar 19% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi petugas membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan pengecekkan terhadap barang yang akan dikirim, terutama jika barang yang diminta oleh pasar modern jenisnya lebih banyak daripada jumlahnya (tidak 1 pallet). 4. Produk rusak saat proses persiapan (X 6 ) Peralatan digunakan untuk membantu proses persiapan pengiriman barang agar produk yang akan dilakukan pengiriman kepada pasar modern sesuai dengan yang tertera di BPL. Penggunaan peralatan yang tidak hati-hati akan menyebabkan produk mengalami kerusakan. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa produk rusak saat proses persiapan ini berpengaruh langsung terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 20%. C. Sistem Informasi 1. Gangguan sinyal (X 7 ) Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh langsung yang bernilai negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Ketepatan

17 42 jumlah dan jenis produk yang akan dikirim akan mengalami penurunan sebesar 24% apabila pihak perusahaan saat ini mengambil keputusan untuk meningkatkan sistem informasi. Responden menganggap bahwa banyaknya BPL yang tersedia akan menyebabkan penumpukan barang di stagging are. Hal ini dikarenakan pengecekkan pada stagging area masih menggunakan tenaga manusia. 2. Perbedaan status barang (X 8 ) Menurut hasil penelitian, status poduk yang akan dikirim memberikan pengaruh negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim, yaitu sebesar 20%. Hal ini dikarenakan jika produk yang akan dikirim belum memiliki status A (Approve), maka produk tersebut tidak dapat dilakukan pengiriman. D. Sumber Daya Manusia 1. Pencarian batch baru (X 9 ) Produk yang tidak layak kirim seperti bocor, kemasan rusak akan dilakukan proses penggantian produk yang akan dikirim. Pada penelitian ini pencarian batch memiliki pengaruh positif langsung sebesar 19% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Indikator pencarian batch ini signifikan tehadap t-value. Selain itu, indikator pencarian batch ini memiliki peringkat ketujuh dari 12 indikator yang diukur. 2. Peletakkan barang di stagging area (X 10 ) Peletakkan barang yang sesuai dengan SOP memudahkan karyawan dalam melakukan pengecekkan barang di stagging area terhadap produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebesar 18% indikator peletakkan barang di stagging area berpengaruh langsung terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Indikator peletakkan barang di stagging area menempati urutan kedelapan dari 12 indikator yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. 3. Pengecekkan barang di stagging area (X 11 ) Proses pengecekaan barang dilakukan secara manual oleh karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian untuk memastikan bahwa barang yang akan

18 43 dikirim sesuai dengan keinginan konsumen. Pengaruh pengecekkan barang di stagging area memiliki pengaruh positif sebesar 27% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya jika pengecekkan barang di stagging area ditingkatkan 1% maka akan terjadi peningkatan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 27%. 4. Prosedur pengambilan barang (X 12 ) Pengambilan barang yang sesuai dengan BPL dan SOP yang berlaku akan membuat barang yang akan dikirim sesuai dengan keinginan dari pasar modern. Indikator prosedur pengambilan barang pada penelitian ini adalah signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 26%. Dengan kata lain, pengaruh indikator prosedur pengambilan barang adalah sebesar 26% dan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim Indikator Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman Besarnya pengaruh variabel laten bebas yang dibentuk oleh indikatorindikator dari X 1 hingga X 12 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengriman Komponen Transportasi dan peralatan Indikator Pengaruh Langsung Total Pengaruh Peringkat x1-0,069 x 0,48-0,03 9 x2-0,069 x 0,62-0,04 10 x3 0,61 x 0,45 0,27 2 Produk x4 0,61 x 0,50 0,31 1 x5 0,61 x 0,37 0,23 4 x6 0,61 x 0,39 0,24 3 Sistem informasi x7-0,15 x 0,81-0,12 12 x8-0,15 x 0,65-0,10 11 x9 0,37 x 0,35 0,13 7 SDM x10 0,37 x 0,34 0,13 8 x11 0,37 x 0,50 0,19 5 x12 0,37 x 0,49 0,18 6

19 44 A. Transportasi dan Peralatan 1. Ketersediaan truk (X 1 ) Pengaruh ketersediaan truk memiliki pengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang yaitu sebesar 3%. Artinya jika perusahaan meningkatkan jumlah truk yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pintu untuk proses muat maka akan terjadi penumpukkan barang di stagging area. 2. Ketersediaan peralatan (X 2 ) Hasil pengaruh langsung yang bernilai negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang akan mengalami penurunan sebesar 4% apabila pihak perusahaan mengambil keputusan menaikkan ketersediaan peralatan. Responden menganggap bahwa untuk meminimumkan proses persiapan pengiriman barang, peningkatan pada peralatan saja tidak cukup. Namun harus didukung oleh faktor lain seperti ketersediaan produk, jumlah karyawan, serta luasan stagging area sebagai tempat peletakkan barang sementara. B. Produk 1. Ketersediaan produk di gudang (X 3 ) Kegiatan mencari merupakan salah satu kegiatan yang tidak efektif sehingga perlu diminimumkan atau bahkan dihilangkan. Kemudahan karyawan dalam menemukan barang yang akan dikirim memberikan pengaruh sebesar 27% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Artinya jika kegiatan pencarian barang di gudang dihilangkan akan meningkatkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 2. Jumlah produk di gudang (X4) Ketidaksesuaian jumlah produk antara di sistem dengan aktual di gudang akan menambah waktu persiapan pengiriman barang. Jumlah produk tidak sesuai berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 31%. Adanya respon yang cepat terhadap ketersedian barang di gudang jika mendapati jumlah produk yang dicari tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka akan membantu mempercepat proses persiapan barang.

20 45 3. Waktu persiapan pengiriman (X 5 ) Banyaknya jumlah dan jenis produk yang dipesan oleh pasar modern harus dilakukan pengecakkan secara telit pada saat barang berada di stagging area. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat barang dikirim ke pasar modern, baik dari segi jumlah, jenis, dan lokasi pengiriman produk. Berdasarkan penelitian waktu persiapan pengiriman memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 23%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap karyawan pada saat proses persiapan pengiriman barang khususnya pada saat pengecekkan barang di staging area, maka akan meminimumkan waktu pengecekkan barang. 4. Produk rusak saat proses persiapan (X 6 ) Penyampaian informasi yang cepat terhadap barang yang tidak layak kirim kepada bagian operation, akan mempercepat proses penggantian barang yang akan dikirim. Produk rusak saat proses persiapan memiliki pengaruh terbesar ketiga terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 24 %. C. Sistem Informasi 1. Gangguan sinyal (X 7 ) Berdasarkan penelitian gangguan sinyal memiliki pengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 12%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap sinyal, maka akan menurunkan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dikarenakan, jika terjadi peningkatan sinyal untuk proses cetak BPL, maka akan terjadi pekerjaan ulang khususnya pada saat proses pengambilan barang di gudang. Pekerjaan ulang dilakukan karena terjadi ketidaksesuaian barang yang diambil oleh petugas. 2. Status produk (X 8 ) Produk yang layak kirim merupakan produk yang telah lolos uji. Baik uji kualitas produk maupun uji kandungan yang terdapat pada produk. Peningkatan status produk memiliki pengaruh yang negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 10%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap status produk yang dikirim, maka akan menurunkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.

21 46 D. Sumber Daya Manusia 1. Pencarian batch baru (X 9 ) Pemberian informasi secara cepat terhadap produk yang tidak layak kirim seperti bocor, kemasan rusak akan meminimumkan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan proses penggantian barang yang akan dikirim. Dari hasil penelitian menunjukkan indikator pencarian batch baru bernilai signifikan dan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Indikator pencarian batch baru memiliki nilai 13% berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 2. Peletakkan barang di stagging area (X 10 ) Dari hasil penelitian, Peletakkan barang di stagging area memiliki pengaruh langsung terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Pengaruh tersebut adalah sebesar 13% dan pengaruh tersebut adalah signifikan. Peletakkan barang yang sesuai dengan SOP memudahkan karyawan dalam melakukan pengecekkan barang di stagging area terhadap produk yang akan dikirim, sehingga proses pengecekkan barang di stagging area dapat dilakukan dengan cepat. 3. Pengecekkan barang di stagging area (X 11 ) Proses pengecekaan barang dilakukan secara manual oleh karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan waktu untuk pengecekkan barang agar barang yang dipesan oleh pasar modern sesuai dengan keinginan konsumen. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengecekkan barang di stagging area sebesar 19% berpengaruh langsung terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Indikator pengecekkan barang di stagging area menempati urutan kelima dari 12 indiakator yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 4. Prosedur pengambilan barang (X 12 ) Pengambilan barang di gudang yang dilakukan oleh petugas picker yang sesuai dengan SOP, maka tidak akan ada lagi perbedaan jumlah dan jenis produk di gudang. Sehingga waktu persiapan barang khususnya dalam hal mencari barang di gudang dapat dilakukan dengan cepat. Pada penelitian ini prosedur

22 47 pengambilan barang memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0.18 atau 18% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Dari seluruh indikator yang diukur, prosedur pengambilan barang menempati posisi keenam. Hal ini membuktikan bahwa prosedur pengambilan barang memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang Indikator Variabel Ketepatan Jumlah dan Jenis Produk terhadap Kinerja Perusahaan Besarnya pengaruh variabel antara yang dibentuk oleh indikator-indikator dari Y 1 hingga Y 7 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan jumlah dan jenis terhadap kinerja perusahaan Pengaruh Total Komponen Indikator Peringkat Langsung Pengaruh Ketepatan Jenis dan Jumlah Barang yang Dikirim y1 0,32 x 0,41 0,13 4 y2 0,32 x 0,49 0,16 1 y3 0,32 x 0,34 0,11 6 y4 0,32 x 0,36 0,12 5 y5 0,32 x 0,31 0,10 7 y6 0,32 x 0,48 0,15 2 y7 0,32 x 0,42 0, Jenis produk yang tersedia (Y 1 ) Proses pengambilan barang di gudang dilakukan dengan cara melihat kode barang yang tercantum pada kemasan karton setiap produk. Karyawan harus mengetahui kode yang tertera pada setiap karton untuk mengidentifikasi jenis produk. Indikator jenis produk yang tersedia pada penelitian ini adalah signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai 13%. Dengan kata lain, pengaruh indikator jenis produk yang tersedia adalah sebesar 13% dan berpengaruh positif terhadap pengembangan kinerja perusahaan. 2. Ketepatan dalam peletakkan barang di gudang(y 2 ) Peletakkan barang yang sesuai dengan lokasi yang tertera pada sistem komputer akan mempermudah dalam melakukan pencarian produk di gudang. Ketepatan dalam peletakkan barang di gudang memiliki pengaruh yang paling

23 48 besar dibandingkan dengan 7 indikator lainnya terhadap kinerja perusahaan, yaitu sebesar 16%. 3. Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL (Y 3 ) Persiapan pengiriman jenis barang untuk seluruh konsumen harus dipastikan sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen (sesuai dengan BPL). Dari hasil penelitian, persiapan jenis produk sesuai dengan BPL bernilai signifikan sehingga dapat mengukur pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL berpengaruh positif yaitu sebesar 11% terhadap pembentukan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perhatian terhadap jenis produk yang akan dikirim haruslah tepat. 4. Pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim (Y 4 ) Permintaan susu FFI oleh konsumen terdiri dari beberapa jenis produk dalam satu kali pemesanan, sehingga dilakukan proses pengecekkan terhadap jenis barang yang akan dikirim. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim memiliki pengaruh langsung sebesar 12% terhadap kinerja perusahaan. Jadi pengecekkan terhadap jenis barang yang akan dikirim haruslah tepat. Indikator pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim ini bernilai signifikan sehingga indikator ini mampu mengukur kinerja perusahaan. 5. Persiapan jumlah produk (Y 5 ) Agar tidak mengecewakan pelanggan, PT YCH Indonesia melakukan pengecekkan terhadap jumlah produk yang akan dikirim agar sesuai dengan permintaan. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebesar 10% indikator persiapan jumlah produk berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Indikator persiapan jumlah produk ini menempati urutan ketujuh dari 7 indiaktor yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap kinerja perusahaan. 6. Pengetahuan jumlah produk (Y 6 ) Proses persiapan produk yang akan dikirim jumlahnya harus sesuai dengan jumlah yang tertera pada BPL agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan produk yang dikirim ke konsumen. Pada penelitian ini pengetahuan jumlah produk yang akan dikirim memiliki pengaruh positif langsung sebesar 15%

24 49 terhadap kinerja perusahaan. Indikator pengetahuan jumlah produk ini signifikan tehadap t-value. Selain itu, indikator pengetahuan jumlah produk ini memiliki peringkat kedua dari 7 indikator yang diukur. 7. Pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim (Y 7 ) Pengecekkan secara menyeluruh sebanyak 2 kali terhadap jumlah produk yang akan dikirim dilakukan oleh bagian cheker stagging dan cheker loading. Pada penelitian ini pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0.13 atau 13% terhadap kinerja perusahaan. Dari seluruh indikator yang diukur, pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim menempati posisi ketiga. Hal ini membuktikan bahwa pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap terbentuknya kinerja perusahaan Indikator Variabel Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman terhadap Kinerja Perusahaan Besarnya pengaruh variabel antara yang dibentuk oleh indikator-indikator dari Y 8 hingga Y 11 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman terhadap kinerja perusahaan Pengaruh Total Komponen Indikator Peringkat Langsung Pengaruh Ketepatan Lokasi dan Waktu Pengiriman y8 0,21 x 0,48 0,10 1 y9 0,21 x 0,43 0,09 4 y10 0,21 x 0,48 0,10 2 y11 0,21 x 0,47 0, Ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen (Y 8 ) Agar tujuan distribusi untuk setiap konsumen (pasar modern) sesuai, maka peletakkan disesuaikan dengan masing-masing tujuan. Hal ini akan membantu dalam proses pengecekan barang yang dilakukan pada saat barang berada di stagging area. Hasil penelitian menyatakan ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen memiliki pengaruh langsung sebesar 10% terhadap kinerja perusahaan. Jadi ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen bernilai signifikan sehingga indikator ini mampu mengukur kinerja perusahaan.

25 50 2. Peletakkan barang di stagging area (permintaan penuh) (Y 9 ) Luas stagging area yang dimiliki luasnya terbatas, sehingga jika permintaan meningkat akan mengakibatkan produk di letakkan tidak sesuai dengan 1 tujuan pengiriman, sehingga mempersulit karyawan untuk melakukan pengecekkan terhadap produk yang akan dikirim. Pada penelitian ini peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0,09 atau 9% terhadap kinerja perusahaan. Dari seluruh indikator yang diukur, peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi menempati posisi keempat. Hal ini membuktikan bahwa peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. 3. Pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman (Y 10 ) Penerapan SOP sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan akan meminimumkan terjadinya waktu keterlambatan dari proses persiapan pengiriman barang. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan yang akan terbentuk. Pengaruh langsung dari pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman yaitu sebesar 0.10 atau 10% terhadap kinerja perusahaan. Pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman menempati posisi kedua dari 4 indikator terukur yang diteliti dengan t-value yang signifikan. 4. Ketersediaan truk untuk proses pengiriman (Y 11 ) Ketersediaan truk yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh PT YCH Indonesia, maka akan memperlancar proses distribusi produk tepat waktu. Dari hasil penelitian, ketersediaan truk untuk proses pengiriman memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh tersebut adalah sebesar 9% dan pengaruh tersebut adalah signifikan Besarnya Indikator Variabel Laten Terikat Variabel laten terikat yaitu kinerja perusahaan memiliki 3 (tiga) indikator sebagai alat ukurnya yang terdiri dari kualitas produk, pengiriman tepat waktu, dan kualitas produk. Besarnya pengaruh untuk masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 12.

26 51 Tabel 12. Indikator variabel kinerja perusahaan Komponen Indikator Pengaruh T Value Peringkat Kualitas produk Y12 0,57 5,29 1 Pengiriman tepat waktu Y13 0,54 9,83 2 Kuantitas produk Y14 0,51 10,13 3 Pada Tabel 12 diatas, terlihat bahwa seluruh variabel terukur yang diteliti memiliki t-value lebih dari Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel terukur tersebut berkontribusi secara signifikan dalam mengukur kinerja perusahaan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa berdasarkan nilai faktor muatan, kualitas produk Y 12 memberikan kontribusi yang paling besar yaitu sebesar 0.57 atau 57%. Dan pada urutan kedua ketiga adalah peubah Y 13 yaitu pengiriman tepat waktu sebesar 54% dan Y 14 (kualitas produk) yang bernilai Berdasarkan hasil penelitian, responden memberikan jawaban bahwa kualitas dari produk yang dikirim merupakan hal yang terpenting dalam mengukur sebuah kinerja bagi perusahaan distributor seperti PT YCH Indonesia. Proses penyampaian produk hingga konsumen haruslah terjaga kualitasnya. Oleh sebab itu, PT YCH Indonesia melakukan proses pengecekkan sebanyak 2 (dua) kali terhadap produk-produk yang akan dikirim. Hal ini dilakukan agar produk yang sampai ke tangan konsumen (pasar modern), adalah produk yang kualitasnya baik (tidak bocor, penyok). 4.7 Pengaruh Faktor Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Jenis dan Jumlah Produk Berikut ini adalah rangkuman hasil besarnya pengaruh variabel laten bebas terhadap variabel antara dari hasil pengujian model SEM. Tabel 13. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan jenis dan jumlah produk Variabel Laten Bebas Pengaruh Hipotesis Transportasi dan peralatan 0,052 Diterima Produk 0,52 Diterima Sistem informasi -0,30 Ditolak Sumber daya manusia 0,54 Diterima

27 52 1. Transportasi dan peralatan digunakan untuk memperlancar penyampaian produk hingga ke pasar modern. Transportasi dan peralatan memiliki pengaruh sebesar 0,052 atau 5,2 % terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya adalah jika transportasi dan peralatan dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim sebesar 5,2%. Transportasi dan peralatan ini memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa transportasi dan peralatan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa transportasi dan peralatan memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 2. Produk merupakan salah satu elemen penting dalam proses distribusi. Dalam penelitian ini produk memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,52 atau 52% terhadap peningkatan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai signifikan 3,86 (lebih besar dari 1,96). Artinya adalah jika produk dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 52%. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa produk memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 3. Sistem Informasi. Hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 30%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa sistem informasi berhubungan positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya adalah system informasi tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan peralatan yang digunakan untuk

28 53 melakukan proses persiapan pengiriman barang dan luasan stagging area yang dimiliki oleh perusahaan. Peningkatan sistem informasi khususnya pada proses pencetakaan BPL dalam persepsi karyawan adalah berdampak negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. 4. Sumber Daya manusia. Hasil penelitian menunjukkan hal yang serupa dengan hipotesis yang diajukan, yaitu sumber daya manusia memiliki hubungan yang positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Sumber Daya Manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 54%. Nilai ini merupakan nilai terbesar dari 4 (empat) komponen variabel laten bebas. Penting adanya bagi perusahaan memberikan perhatian khusus dalam mengembangkan sumber daya manusianya. 4.8 Pengaruh Faktor Variabel Laten Bebas terhadap Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel laten bebas terhadap lokasi dan waktu persiapan pengiriman dari hasil pengujian model SEM. Tabel 14. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman Variabel Laten Bebas Pengaruh Hipotesis Transportasi dan peralatan -0,069 Ditolak Produk 0,61 Diterima Sistem informasi -0,51 Ditolak Sumber daya manusia 0,37 Diterima 1. Transportasi dan Peralatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa transportasi dan peralatan berpengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 6,9%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa transportasi dan peralatan berhubungan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Artinya ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman tidak berpengaruh terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat terjadi karena tahapan akhir untuk proses persiapan pengiriman barang yaitu pengecekkan terhadap produk yang akan dikirim di stagging area masih dilakukan secara manual. Pengecekkan sendiri dilakukan berdasarkan BPL

29 54 terhadap barang yang telah dilakukan pengambilan digudang PT YCH Indonesia. 2. Produk. Dalam penelitian ini produk memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,61 atau 61% terhadap peningkatan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang dengan nilai signifikan 4,31 (lebih besar dari 1.96). Artinya jika produk dinaikkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 61%. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan, produk memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 3. Sistem Informasi. Hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 15%. Artinya adalah system informasi tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa sistem informasi berhubungan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat terjadi karena penambahan jumlah BPL tidak akan mempercepat proses persiapan pengiriman barang, karena keterbatasan jumlah peralatan dan luas dari stagging area yang dimiliki oleh perusahaan. 4. Sumber Daya Manusia. Hipotesis sumber daya manusia memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengaruh variabel laten sumber daya manusia sebesar 37%. Nilai ini merupakan pengaruh kedua terbesar dibandingkan variabrl laten lainnya. Dengan kata lain peningkatan terhadap sumber daya manusia akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 4.9 Pengaruh Variabel Antara terhadap Kinerja Perusahaan Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel antara terhadap kinerja peusahaan dari hasil pengujian dengan model SEM.

30 55 Tabel 15. Pengaruh variabel antara terhadap kinerja perusahaan Variabel Laten Antara Pengaruh T-Value Hipoteis Ketepatan jumlah dan jenis 0,32 2,63 Diterima produk yang dikirim Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang 0,21 1,78 Diterima 1. Ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim Hipotesis mengenai ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim yang diajukan pada penilitian ini memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis tersebut. Nilai pengaruh variabel laten antara ini bernilai 32% dengan nilai t sebesar 2,63 (>1,96). Artinya adalah jika ketepatan jenis dan jumlah produk yang akan dikirim dinaikkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 32%. Nilai ini merupakan pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel laten antara lainnya. Dengan kata lain ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan. 2. Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang memiliki pengaruh sebesar 0,21 atau sebesar 21% dengan nilai t sebesar 1,78 pada taraf lima persen (<1,96). Pada penelitian ini, ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang bernilai tidak signifikan (t<1,96) akan tetapi variabel ini tidak dihapuskan dari struktur karena variabel ini memiliki kontribusi dalam pembentukan struktur untuk penelitian ini. Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang ini berpengaruh sebesar 21% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Walaupun tidak signifikan, pengaruh ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang ini berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian PT. YCH Indonesia adalah salah satu perusahaan distributor yang hampir 90% mendistribusikan produk susu dari perusahaan Frisian Flag Indonesia

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 3.1 Tabel isi wawancara. menggunakan perhitungan manual memang waktu yang diperlukan

LAMPIRAN. Tabel 3.1 Tabel isi wawancara. menggunakan perhitungan manual memang waktu yang diperlukan L1 LAMPIRAN 1. Tabel Wawancara Tabel 3.1 Tabel isi wawancara No Pertanyaan Jawaban 1. Apakah menurut Bapak proses Tergantung dari banyaknya order perencanaan produksi pada PT. yang masuk serta batas waktu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun oleh : Nama : Marcellinus Cahyo Pamungkas NIM : 08.11.2489 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian:

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian: L61 apakah penerimaan barang untuk kode order pembelian yang baru saja diterima barangnya sudah lengkap diterima atau belum, apabila sudah lengkap, maka status order pembelian di dalam basis data akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil analisis terhadap jawaban teknik dari obseravasi, wawancara dan teknik pengumpulan data arsipakan di uraikan mengenai pembahasannya. Responden dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: BAB V PENUTUP Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: 5.1. Simpulan 5.1.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dapat didentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang ada sekarang ini telah memungkinkan pengembangan produk baru bisa berlangsung dengan cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proses Penjualan Barang yang Sedang Berjalan Dalam menentukan proses penjualan barang yang baru, terlebih dahulu harus dilakukan analisis mengenai proses yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam BAB I PEMBAHASAN I.1 Survey Pendahuluan PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN STANDARD OPERATION PROSEDURE PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN Surabaya, 8 Februari 2003 Disyahkan SOEKARMANDAPA OENTOENG, BSc. Plant Manager Peringatan : Dilarang memperbanyak dan/atau menyalin sebagian atau

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN KINERJA PENGIRIMAN PADA RANTAI PASOK PRODUK SUSU FRISIAN FLAG INDONESIA OLEH PT YCH INDONESIA. Oleh DITA LESTAWIYANTI H

ANALISA PENINGKATAN KINERJA PENGIRIMAN PADA RANTAI PASOK PRODUK SUSU FRISIAN FLAG INDONESIA OLEH PT YCH INDONESIA. Oleh DITA LESTAWIYANTI H ANALISA PENINGKATAN KINERJA PENGIRIMAN PADA RANTAI PASOK PRODUK SUSU FRISIAN FLAG INDONESIA OLEH PT YCH INDONESIA Oleh DITA LESTAWIYANTI H24087058 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis perusahaan itu sendiri. Persediaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis perusahaan itu sendiri. Persediaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang memiliki persediaan (inventory). Persediaan dari setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis perusahaan itu sendiri. Persediaan

Lebih terperinci

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING BAB 4 INTI TRAINING 4.1 ALUR PEMBELIAN. Diagram Alur Transaksi Pembelian 4.1.1

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING BAB 4 INTI TRAINING 4.1 ALUR PEMBELIAN. Diagram Alur Transaksi Pembelian 4.1.1 GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING BAB 4 INTI TRAINING 4.1 ALUR PEMBELIAN Diagram Alur Transaksi Pembelian 4.1.1 GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING 4.1.1 Analisa PR Menu analisa PR ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang didapat dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang didapat dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang didapat dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian akan dikemukakan saran-saran yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian pada PT. Omron Manufacturing of Indonesia serta pembahasan berdasarkan teori, dalam hal ini penulis menarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan keuntungan yang besar dengan mengeluarkan biaya yang kecil. Untuk memperoleh pengeluaran biaya yang kecil, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, era teknologi semakin berkembang dengan pesat terutama teknologi informasi. Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah perusahaan selalu berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO Dwi Ayu Astarinda, Ali Rasyidi, Widya Susanti Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di BAB I PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Transaksi antar negara-negara di dunia akan menciptakan kerjasama

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Berawal dari kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap insan, yaitu kebutuhan sandang, telah memberikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. persewaan pergudangan yang didirikan tanggal 23 November PT. PEWETE

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. persewaan pergudangan yang didirikan tanggal 23 November PT. PEWETE 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Kilas Sejarah PT. PEWETE PT. PEWETE merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa persewaan pergudangan yang didirikan tanggal 23 November 1979. PT. PEWETE mulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi sangat tergantung kepada pemilihan moda transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi sangat tergantung kepada pemilihan moda transportasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem distribusi barang dan jasa menuntut tingkat efisiensi yang tinggi dan tawaran harga yang kompetitif bagi konsumen yang akan membeli produk maupun bagi korporat

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. digital merk Jadever, LOCOSC & Vibra (Shinko Denshi Co, Ltd). Kategori produk

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. digital merk Jadever, LOCOSC & Vibra (Shinko Denshi Co, Ltd). Kategori produk BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. VGA SCALE INDONESIA adalah distributor / supplier timbangan digital merk Jadever, LOCOSC & Vibra (Shinko Denshi Co, Ltd). Kategori produk yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 1.1.1 Penerapan Prosedur Operasional Standar A. Penerapan SOP pada Divisi Penerimaan Adapun SOP yang diterapkan pada Divisi Penerrimaan yaitu : SOP penurunan barang

Lebih terperinci

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis utama: penjualan dan pemasaran, manufaktur dan produksi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Data Produk yang Dihasilkan Perusahaan Sampai sekarang ini PT. Jakarana Tama telah memproduksi 7 jenis produk GAGA mie 100. Ketujuh jenis ini dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Rancang Bangun Menurut George M Scott yang diterjemahkan oleh Jogiyanto HM dalam bukunya yang berjudul Analisa dan Desain Sistem Informasi, perancangan didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Pos Indonesia merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang surat menyurat dan pengiriman barang. PT Pos Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Evaluasi Ada beberapa alasan mengapa harus dibuat perencanaan yang baik sebelum melakukan evaluasi yaitu memperoleh bahan bukti yang cukup, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Marketing Mix Kotler (Jilid 1, 2005: 17) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA 88 BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Dinamika Indonusa Prima berdiri pada tanggal 9 Desember 1974. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernama

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Isu Konseptual Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan layanan purna jual dalam rangka meningkatkan penjualan. Nilai dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Pada awalnya PT. Jakarta Pallet Service merupakan eksportir pallet kayu bagi perusahaan rental pallet di jepang bernama Japan Pallet Rental.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Alur distribusi produk di PT Distributor FMCG. (Sumber : PT Distributor FMCG, 2015)

Gambar I. 1 Alur distribusi produk di PT Distributor FMCG. (Sumber : PT Distributor FMCG, 2015) BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Distributor FMCG merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penyimpanan dan distribusi produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods). Perusahaan ini dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH CV. Titian Mandiri merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri air minum dalam kemasan dengan merk produk Ciryo yang beredar kemasan galon dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman Permata Buana

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman Permata Buana BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan CV. Mutiara Electronic pertama kali didirikan pada tanggal 8 Maret 00 di Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimulai dari Juli 2013 sampai dengan Desember 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. dimulai dari Juli 2013 sampai dengan Desember 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian dan bekerja di PT Tiga Pilar Sejahtera sebuah perusahaan Manufaktur di bidang consumer food

Lebih terperinci

Bab III Gambaran Umum Perusahaan

Bab III Gambaran Umum Perusahaan Bab III Gambaran Umum Perusahaan 3.1 Sejarah Perusahaan PT Purinusa merupakan salah satu bagian dari anak perusahaan Sinarmas Group yang bergerak di bidang industri kertas dan kemasan karton. Perusahaan

Lebih terperinci

PATRANS CARGO PATRANS CARGO

PATRANS CARGO PATRANS CARGO FREIGHT FORWADING, LAND TRUCKING, AIR CARGO SERVICE PT. PELITA ABADI TRANS Profil PT. PELITA ABADI TRANS didirikan pada tanggal, 20 April 2012 dengan nama PT. PELITA ABADI TRANS sesuai dengan akte notaris

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I LOGISTICS PART I Logistics Logistik adalah seluruh proses yang melibatkan barang / jasa yang diproduksi kemudian dijual oleh perusahaan tersebut Mulai dari persiapan sebelum produksi, proses produksi itu

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penggunaan teknologi dalam mendukung aktivitas perusahaan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penggunaan teknologi dalam mendukung aktivitas perusahaan bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi dalam mendukung aktivitas perusahaan bukanlah barang baru. Teknologi dinilai mampu memberikan banyak kemudahan bagi organisasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT TARGET MAKMUR SENTOSA merupakan sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang produksi dan distribusi

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Narasumber : Suhardi Tedja Setiawan, Pemilik (Owner) yang juga berperan sebagai Direktur PT. Mekarindo Abadi Sejahtera

Hasil Wawancara. Narasumber : Suhardi Tedja Setiawan, Pemilik (Owner) yang juga berperan sebagai Direktur PT. Mekarindo Abadi Sejahtera L.1 Hasil Wawancara Wawancara I Tanggal : 28 September 2011 Narasumber : Suhardi Tedja Setiawan, Pemilik (Owner) yang juga berperan sebagai Direktur PT. Mekarindo Abadi Sejahtera 1. Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mekanikal, peralatan elektrikal, peralatan keselamatan kerja.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mekanikal, peralatan elektrikal, peralatan keselamatan kerja. 35 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Perumusan Objek Penelitian 3.1.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Delta Suplindo Internusa adalah sebuah perusahaan distributor yang bergerak di bidang perdagangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. JALA ANUGERAH SEJATImerupakan perusahaan jasa angkutan yang dibentuk sesuai dengan Akte Notaris Rohana Frieta, SH No. 5, di Jakarta. Manajemen

Lebih terperinci

Logistics BHL. Introduction. Visi BHL Logistics mempunyai visi Menjadi perusahaan terdepan dalam hal solusi Logistik diwilayah Sumatera

Logistics BHL. Introduction. Visi BHL Logistics mempunyai visi Menjadi perusahaan terdepan dalam hal solusi Logistik diwilayah Sumatera BHL Logistics Introduction BHL Logistics (CV. Bumi Hijau Lestari) adalah perusahaan Logistik yang potensial, dinamis dan berkembang dengan spesialisasi pada bidang Logistik. Pertumbuhan ekonomi di Sumatera

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pemilihan Objek Penelitian Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis dan objektif untuk menemukan solusi atas suatu masalah yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan PT INBISCO NIAGA Medan adalah anak perusahaan dari PT MAYORA INDAH, Tbk. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1998 yang berkedudukan dibeberapa

Lebih terperinci

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING 4.3 ALUR PENJUALAN Alur Penjualan Regular. Diagram Alur Transaksi Penjualan Reguler CDS PLATINUM 4.3.

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING 4.3 ALUR PENJUALAN Alur Penjualan Regular. Diagram Alur Transaksi Penjualan Reguler CDS PLATINUM 4.3. 4. 4. 2 3 ALUR ALUR PENJUALAN PENJUALAN 4.3 ALUR PENJUALAN 4.3.1 Alur Penjualan Regular Diagram Alur Transaksi Penjualan Reguler 4.3.1 4.3.1.1 Barang Prioritas Menu yang digunakan untuk menginput barang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan

Lebih terperinci

Prosedur Penanganan Delivery Order PT. Panasonic. Rizkiyah 3DA

Prosedur Penanganan Delivery Order PT. Panasonic. Rizkiyah 3DA Prosedur Penanganan Delivery Order PT. Panasonic Rizkiyah 3DA04 43209313 Latar belakang Delivery Order adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat perintah penyerahan barang kepada pembawa surat tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI 4.1 Definisi Logistic Logistik berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Diagram alir pemecahan masalah dan penjelasan Langkah-langkah yang diambil dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dalam penyusunan skripsi ini adalah : Pendahuluan

Lebih terperinci

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING Alur Penjualan DO. Diagram Alur Transaksi Penjualan DO CDS PLATINUM

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING Alur Penjualan DO. Diagram Alur Transaksi Penjualan DO CDS PLATINUM 4. 4. 2 3 ALUR ALUR PENJUALAN PENJUALAN 4.3.2 Alur Penjualan DO Diagram Alur Transaksi Penjualan DO 4.3.43 4.3.2.1 Orderan Form Standar Menu Orderan Form Standar digunakan untuk mempersiapkan kunjungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam persaingan global yang semakin pesat memacu perusahaan untuk lebih kompetitif dalam menghadapi pasar. Perusahan yang bergerak dibidang jasa ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dalam negeri saat ini sedang mengalami penurunan sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata 68 BAB 3 Analisa Kebutuhan Basisdata 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Mitratama Uniplast merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang mendaur ulang biji plastik, lalu menjualnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Supply Chain Tujuan Supply Chain adalah mengoptimalkan aktivitas pada rantai pengadaan guna menciptakan efesiensi. Rantai pengadaan dimulai dari pemesanan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembahasan mengenai gambaran umum perusahaan meliputi sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi perusahaan saat ini. 3.1.1 Sejarah Singkat

Lebih terperinci

SIKLUS PENJUALAN PT RHD. Gambar 4.2 Flowchart Siklus Penjualan Sumber: Dokumen Internal Perusahaan

SIKLUS PENJUALAN PT RHD. Gambar 4.2 Flowchart Siklus Penjualan Sumber: Dokumen Internal Perusahaan 53 SIKLUS PENJUALAN PT RHD Gambar 4.2 Flowchart Siklus Penjualan 42 4.2.3. Dokumen-dokumen yang Terkait Berikut ini adalah dokumen-dokumen terkait dengan sampel Test of Control penjualan dan dilakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM IV. 1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Bernofarm. PT. Bernofarm merupakan

Lebih terperinci

menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan ini sendiri.

menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan ini sendiri. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Perusahaan Rent n Play merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yaitu penyewaan mainan bagi anak-anak dan balita. Usaha ini dibangun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Logistic merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan, secara fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai penghubung secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Berikut ini adalah informasi tentang perusahaan dan sistem yang berjalan di dalamnya : 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto UD. Bina Lancar merupakan perusahaan perorangan yang awalnya didirikan oleh Bapak Bambang pada tahun 1988 di Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Mitra Eka Persada, merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang penjualan kertas. Awal mulanya PT. Mitra Eka Persada hanyalah

Lebih terperinci

BAB 3. perusahaan manufaktur sekaligus eksportir yang bergerak di bidang furniture. rotan, enceng gondok, pelepah pisang dan sebagainya.

BAB 3. perusahaan manufaktur sekaligus eksportir yang bergerak di bidang furniture. rotan, enceng gondok, pelepah pisang dan sebagainya. BAB 3 Analisis Sistem Pembelian Bahan Baku yang Sedang Berjalan 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Siaga Ratindotama, yang didirikan pada tanggal 12 Maret 1992 di Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1. Tujuan dan Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Tujuan Evaluasi 1. Menganalisis dan mengidentifikasi apakah sistem informasi akuntansi persediaan yang sedang berjalan pada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA Prof.Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc, PhD FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Surabaya, 13-14 Nopember 2007 PENGERTIAN 1. SC: adalah sebuah sistem yang

Lebih terperinci

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Permintaan Barang Urgent 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Resmi 1 transaksi Lampiran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM Sejarah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan

GAMBARAN UMUM Sejarah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan GAMBARAN UMUM Sejarah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan olahan terkemuka di Indonesia yang menjadi salah satu

Lebih terperinci